PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

MUKTI ARI WIBOWO

Masalah pada penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat sebesar 36,36% siswa yang tuntas dari 22 siswa. Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika kelas IVB melalui penerepan pendekatan RME.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes hasil belajar pada setiap akhir siklusnya, alat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar panduan observasi dan soal-soal tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan RME dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, terlihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Rata-rata aktivitas siklus I 61,48% dan Siklus II 77,39% meningkat 15,91%. Rata-rata nilai afektif siklus I 60,12 dan siklus II 78,52 meningkat 18,41. Rata-rata nilai psikomotor siklus I 62,05 dan siklus II 76,14 meningkat 14,09. Rata-rata nilai kognitif siklus I 68,64 dan siklus II sebesar 75,45 meningkat 6,81. siklus I persentase ketuntasan belajar siswa 59,09% siklus II 81,82% meningkat 22,73%.


(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

MUKTI ARI WIBOWO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro pada tanggal 18 Juni 1992, sebagai anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sarno, A.Ma dan Ibu Lasiyem.

Pendidikan peneliti dimulai dari SD Negeri 3 Metro Pusat dan selesai pada tahun 2004. Kemudian peneliti melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Metro dan selesai pada tahun 2007. Peneliti melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Metro dan selesai pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2011 peneliti melanjutkan pendidikannya ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(7)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmannirohim

Karya ini ku persembahkan sebagai rasa syukur dan tanda baktiku kepada:

Bapakku Sarno, A.Ma dan Ibuku Lasiyem

yang telah membesarkan, mendidik, mendo

akan, mencurahkan kasih

sayang serta perhatiannya dan mengorbankan material maupun

spiritual demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Kakakku Rahmat Yuliarno, Rahman Susanto dan Yuyun

Isrowiyani

yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan do

anya untukku.

serta keluarga dan sahabat-sahabatku yang selalu memberiku

motivasi, bimbingan, nasihat, dukungan dan semangat

untuk keberhasilanku, agar kelak dapat berbuat yang lebih baik

dan bermanfaat bagi diri kita dan orang lain.

Almamaterku

Universitas Lampung


(8)

“Ya Allah berilah manfaat ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, dan

berilah aku sesuatu yang bermanfaat bagiku

dan tambahkanlah aku ilmu”

( H.R.Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Pendidikan bukanlah sesuatu yang diperoleh seseorang,

tapi pendidikan adalah sebuah proses seumur hidup”

(Gloria Steinem)

Moto


(9)

SANWACANA

Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Matematika melalui Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education pada Siswa Kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, masukan dan bantuan dari berbagai pihak karena peneliti menyadari masih ada kekurangan dalam menulis skripsi ini. Peneliti menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Unila yang telah memberikan pengesahan terhadap skripsi ini serta dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila yang telah menyetujui skripsi ini dan telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD dan memberikan bantuan dan nasihat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

4. Bapak Drs. Hi. Siswantoro, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Unila yang telah memberikan dukungan, masukan, motivasi dan bantuan kepada peneliti selama proses penyusunan skripsi.

5. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik dan sebagai Pembimbing I atas semua bimbingannya, baik tenaga dan pikiran, masukan, saran, nasihat dan bantuan serta motivasi yang diberikan disela kesibukannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, saran, nasihat dan bantuan serta motivasi sampai penyusunan skripsi ini terselesaikan.

7. Ibu Dra. Hj. Yulina H., M.Pd.I., Dosen Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini sampai terselesaikan. 9. Ibu Yuliana, S.Pd., Kepala Sekolah SD Negeri 3 Metro Pusat yang telah

memberikan izin penelitian kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian. 10. Ibu Diah Mardiati, S.Pd., guru kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat yang

telah bersedia menjadi teman sejawat dan membantu dalam melaksanakan penelitian.

11. Siswa-siswi Kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.


(11)

12. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 PGSD kelas A dan B angkatan 2011, terimakasih atas bantuan, motivasi, nasihat dan do’anya, kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini belum memenuhi kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih kepada keilmuan pendidikan.

Metro, Mei 2015 Peneliti

Mukti Ari Wibowo NPM 1113053072


(12)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1.1. Daftar hasil belajar siswa... 3.1. Lembar observasi aktivitas siswa... 3.2. Kisi-kisi hasil belajar aktivitas siswa... 3.3. Rubrik penilaian aspek aktivitas siswa... 3.4. Kategori aktivitas siswa... 3.5. Lembar observasi afektif siswa... 3.6. Kisi-kisi hasil belajar afektif siswa... 3.7. Kategori afektif siswa... 3.8. Lembar observasi psikomotor siswa... 3.9. Kisi-kisi hasil belajar psikomotor siswa... 3.10. Rubrik penilaian aspek psikomotor... 3.11. Kategori psikomotor siswa... 3.12. Instrumen penilaian kinerja guru... 3.13. Pedoman penilaian kinerja guru... 3.14. Kategori kinerja guru... 3.15. Hasil belajar siswa... 3.16. Kategori tingkat keberhasilan belajar belajar kognitif siswa... 4.1. Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan 1... 4.2. Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan 2... 4.3. Observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1... 4.4. Observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 2... 4.5. Observasi afektif siswa siklus I pertemuan 1... 4.6. Observasi afektif siswa siklus I pertemuan 2... 4.7. Observasi psikomotor siklus I pertemuan 1... 4.8. Observasi psikomotor siklus I pertemuan 2... 4.9. Hasil belajar kognitif siswa siklus I... 4.10. Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan 1... 4.11. Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan 2... 4.12. Observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 1... 4.13. Observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 2... 4.14. Observasi afektif siswa siklus II pertemuan 1... 4.15. Observasi afektif siswa siklus II pertemuan 2... 4.16. Observasi psikomotor siklus II pertemuan 1... 4.17. Observasi psikomotor siklus II pertemuan 2...

4 29 30 31 31 32 32 34 34 35 35 36 36 38 39 39 41 56 57 58 59 60 62 63 64 65 73 74 76 77 78 79 80 82


(13)

xiv 4.19. Rekapitulasi hasil belajar aktivitas siswa siklus I dan II...

4.20. Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I dan II... 4.21. Rekapitulasi hasil belajar psikomotor siswa siklus I dan II... 4.22. Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus I dan II... 4.23. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I dan II... 4.24. Rekapitulasi persentase ketuntasan hasil belajar siswa persiklus.

87 89 90 93 95 97


(14)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Surat-surat... a. Surat penelitian pendahuluan... b. Surat izin penelitian universitas... c. Surat keterangan universitas... d. Surat izin penelitian sekolah... e. Surat keterangan penelitian... f. Surat pernyataan teman sejawat... 2. Perangkat pembelajaran... a. Pemetaan siklus I... b. Pemetaan siklus II... c. Silabus siklus I... d. Silabus siklus II... e. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I... f. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II... 3. Hasil penilaian kinerja guru siklus I dan II... a. Observasi siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 4. Hasil penilaian aktivitas siswa siklus I dan II... a. Observasi siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 5. Hasil penilaian afektif siswa siklus I dan II... a. Observasi siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 6. Hasil penilaian psikomotor siswa siklus I dan II... a. Observasi siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 7. Hasil penilaian kognitif siswa siklus I dan II... a. Hasil tes siswa siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 8. Instrumen tes siswa siklus I dan II... 9. Foto kegiatan siklus I dan II...

107 108 109 110 111 112 113 115 116 119 123 126 130 138 145 146 154 156 157 161 164 165 169 172 173 177 180 181 183 185 194


(15)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

3.1 Prosedur penelitian tindakan kelas... 4.1. Diagram rekapitulasi persentase hasil belajar aktivitas siswa

siklus I dan II... 4.2. Diagram rekapitulasi persentase hasil belajar afektif siswa siklus

I dan II... 4.3. Diagram rekapitulasi persentase hasil belajar psikomotor siswa

siklus I dan II... 4.4. Diagram rekapitulasi persentase kinerja guru siklus I dan II... 4.5. Diagram rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I dan II... 4.6. Diagram rekapitulasi persentase ketuntasan hasil belajar siswa

persiklus...

42 88 90 92 94 96 98


(16)

xiii DAFTAR ISI

halaman DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar belakang... B. Identifikasi masalah... C. Rumusan masalah... D. Tujuan penelitian... E. Manfaat penelitian... BAB II KAJIAN PUSTAKA...

A. Realistic Mathematics Education (RME)... 1. Pengertian RME... 2. Karakteristik RME... 3. Langkah-langkah RME... 4. Kelebihan dan Kelemahan RME... B. Pembelajaran... 1. Pengertian belajar... 2. Pengertian aktivitas... 3. Pengertian hasil belajar... C. Matematika... 1. Pengertian matematika... 2. Pembelajaran matematika di SD... 3. Tujuan matematika di SD... D. Kinerja guru... E. Kerangka pikir... F. Hipotesis... BAB III METODOLOGI PENELITIAN... A. Jenis penelitian... B. Setting penelitian... C. Teknik pengumpulan data... D. Alat pengumpulan data... E. Teknik analisis data...

xv xvii xviii 1 1 6 6 7 7 9 9 9 12 13 15 16 16 17 18 20 20 22 23 24 25 26 27 27 27 28 28 29


(17)

xiv G. Prosedur penelitian tindakan kelas...

H. Indikator keberhasilan... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A. Hasil penelitian... 1. Profil SD Negeri 3 Metro Pusat... 2. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Penelitian... 3. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus I... a. Perencanaan... b. Pelaksanaan... c. Observasi... d. Refleksi... e. Saran dan Perbaikan Siklus I... 4. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus II... a. Perencanaan... b. Pelaksanaan... c. Observasi... d. Refleksi... B. Pembahasan hasil penelitian... 1. Aktivitas siswa... 2. Afektif siswa... 3. Psikomotor siswa... 4. Kinerja guru... 5. Hasil belajar... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA 42 47 48 48 48 49 49 49 50 55 66 68 68 68 69 73 85 86 86 88 90 92 94 100 100 101


(18)

xv DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1.1. Daftar hasil belajar siswa... 3.1. Lembar observasi aktivitas siswa... 3.2. Kisi-kisi hasil belajar aktivitas siswa... 3.3. Rubrik penilaian aspek aktivitas siswa... 3.4. Kategori aktivitas siswa... 3.5. Lembar observasi afektif siswa... 3.6. Kisi-kisi hasil belajar afektif siswa... 3.7. Kategori afektif siswa... 3.8. Lembar observasi psikomotor siswa... 3.9. Kisi-kisi hasil belajar psikomotor siswa... 3.10. Rubrik penilaian aspek psikomotor... 3.11. Kategori psikomotor siswa... 3.12. Instrumen penilaian kinerja guru... 3.13. Pedoman penilaian kinerja guru... 3.14. Kategori kinerja guru... 3.15. Hasil belajar siswa... 3.16. Kategori tingkat keberhasilan belajar belajar kognitif siswa... 4.1. Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan 1... 4.2. Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan 2... 4.3. Observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1... 4.4. Observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 2... 4.5. Observasi afektif siswa siklus I pertemuan 1... 4.6. Observasi afektif siswa siklus I pertemuan 2... 4.7. Observasi psikomotor siklus I pertemuan 1... 4.8. Observasi psikomotor siklus I pertemuan 2... 4.9. Hasil belajar kognitif siswa siklus I... 4.10. Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan 1... 4.11. Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan 2... 4.12. Observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 1... 4.13. Observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 2... 4.14. Observasi afektif siswa siklus II pertemuan 1... 4.15. Observasi afektif siswa siklus II pertemuan 2... 4.16. Observasi psikomotor siklus II pertemuan 1... 4.17. Observasi psikomotor siklus II pertemuan 2...

4 29 30 31 31 32 32 34 34 35 35 36 36 38 39 39 41 56 57 58 59 60 62 63 64 65 73 74 76 77 78 79 80 82


(19)

xvi 4.19. Rekapitulasi hasil belajar aktivitas siswa siklus I dan II...

4.20. Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I dan II... 4.21. Rekapitulasi hasil belajar psikomotor siswa siklus I dan II... 4.22. Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus I dan II... 4.23. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I dan II... 4.24. Rekapitulasi persentase ketuntasan hasil belajar siswa persiklus.

87 89 90 93 95 97


(20)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

3.1 Prosedur penelitian tindakan kelas... 4.1. Diagram rekapitulasi persentase hasil belajar aktivitas siswa

siklus I dan II... 4.2. Diagram rekapitulasi persentase hasil belajar afektif siswa siklus

I dan II... 4.3. Diagram rekapitulasi persentase hasil belajar psikomotor siswa

siklus I dan II... 4.4. Diagram rekapitulasi persentase kinerja guru siklus I dan II... 4.5. Diagram rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I dan II... 4.6. Diagram rekapitulasi persentase ketuntasan hasil belajar siswa

persiklus...

42 88 90 92 94 96 98


(21)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Surat-surat... a. Surat penelitian pendahuluan... b. Surat izin penelitian universitas... c. Surat keterangan universitas... d. Surat izin penelitian sekolah... e. Surat keterangan penelitian... f. Surat pernyataan teman sejawat... 2. Perangkat pembelajaran... a. Pemetaan siklus I... b. Pemetaan siklus II... c. Silabus siklus I... d. Silabus siklus II... e. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I... f. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II... 3. Hasil penilaian kinerja guru siklus I dan II... a. Observasi siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 4. Hasil penilaian aktivitas siswa siklus I dan II... a. Observasi siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 5. Hasil penilaian afektif siswa siklus I dan II... a. Observasi siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 6. Hasil penilaian psikomotor siswa siklus I dan II... a. Observasi siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 7. Hasil penilaian kognitif siswa siklus I dan II... a. Hasil tes siswa siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 8. Instrumen tes siswa siklus I dan II... 9. Foto kegiatan siklus I dan II...

107 108 109 110 111 112 113 115 116 119 123 126 130 138 145 146 154 156 157 161 164 165 169 172 173 177 180 181 183 185 194


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraannya. pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan mandiri, serta memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Depdiknas (2008: 3)

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia yang cerdas dalam berbagai aspeknya baik intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, terampil serta berkepribadian dan dapat berprilaku dengan dihiasi akhlak mulia. Ini berarti bahwa dengan pendidikan diharapkan dapat terwujud suatu kualitas manusia yang baik dalam seluruh dimensinya, baik dimensi intelektual, emosional, maupun spiritual yang nantinya mampu mengisi


(23)

kehidupannya secara produktif bagi kepentingan dirinya dan masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Menurut Wahyudin (2008: 1.1) pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia atau upaya manusia agar mampu mewujudkan diri manusia (siswa) itu mengerti, paham, dan lebih dewasa serta mampu membuat manusia (siswa) lebih kritis dalam berpikir. Guna mewujudkan tujuan tersebut, maka lembaga pendidikan perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan pendidikan serta mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam meningkatkan pendidikan di negara Indonesia ini.

Pendidikan dasar memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Salah satu komponen pendidikan dasar adalah bidang-bidang pengajaran diantaranya matematika. Pendidikan matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan aljabar, aritmatika, dan geometri serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan matematika sangat diutamakan di sekolah dasar (SD) agar siswa mengenal, memahami, dan mahir mempergunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktek kehidupan sehari-hari. Matematika yang merupakan ilmu dengan objek abstrak dan


(24)

dengan pengembangan melalui penalaran deduktif telah mampu mengembangkan model yang menerapkan contoh dari sistem itu sendiri yang pada akhirnya telah digunakan untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari.

Aktivitas belajar merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran matematika. Aktivitas akan terjadi apabila minat pada siswa itu ada. Minat yang timbul dari kebutuhan siswa merupakan faktor penting bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Minat belajar siswa juga harus diperhatikan agar aktivitas siswa dapat terwujud. Adanya minat belajar pada siswa dapat memudahkan membimbing dan mengarahkan siswa untuk belajar matematika.

Guru dapat menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran, seperti bagaimana bermain sambil belajar matematika, menggunakan alat peraga yang menarik atau memanipulasi alat peraga, dan mengaitkan pembelajaran matematika dengan dunia siswa SD, sehingga muncul pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pembelajaran matematika yang dilakukan dengan mengimplementasikan berbagai hal tersebut, diharapkan berdampak pada perolehan hasil belajar yang meningkat.

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan serta wawancara dengan guru yang mengajar di kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat pada tanggal 15 Desember 2014, diperoleh data seperti pada tabel berikut.


(25)

Tabel 1.1. Daftar hasil belajar matematika siswa kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat

KKM yang ditetapkan

Jumlah seluruh siswa

Jumlah siswa tuntas

Jumlah siswa tidak tuntas

Persentase siswa tuntas

Persentase siswa tidak tuntas

67 22 8 14 36,36 % 63,64%

Berdasarkan tabel 1.1. di atas diketahui bahwa pembelajaran matematika di kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat belum berlangsung seperti apa yang diharapkan. Sehingga mengakibatkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa, terlihat hanya 36,36% siswa atau 8 siswa dari 22 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa diakibatkan: (1) Belum terciptanya proses pembelajaran yang inovatif, sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah atau berpusat pada guru (teacher centered), (2) siswa belum dilibatkan sepenuhnya dalam proses pembelajaran, baik ketika penanaman konsep maupun penugasan, (3) Siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendapat atau gagasan untuk memecahkan suatu masalah karena kurangnya keterampilan berbicara siswa dengan baik, sehingga mengakibatkan tidak pahamnya siswa terhadap materi, (4) Pembelajaran bersifat abstrak, belum mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, (5) Guru belum maksimal melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME).

Mengatasi berbagai temuan di atas, diperlukan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Diharapkan guru menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME).


(26)

Menurut Tarigan (2006: 4) RME merupakan pembelajaran yang orientasinya menuju kepada penalaran siswa yang bersifat realistik sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ditunjukan kepada pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis, dan jujur dengan berorientasi pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah.

Selain itu, RME menekankan pada keterampilan proses matematika, berdiskusi dan berkolaborasi, beragumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan akhirnya menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Perlu diketahui bahwa dalam RME tidak hanya berhenti pada penggunaan masalah realistik. Masalah realistik hanyalah pengantar siswa untuk menuju proses matematisasi. Pendekatan RME mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika kepada siswa karena menggunakan media yang nyata dan mengkaitkan dengan masalah kehidupan siswa sehari-hari sehingga siswa mudah menerima materi yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan perbaikan kualitas pembelajaran pada aktivitas dan hasil belajar matematika, oleh sebab itu peneliti mengangkat judul peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika melalui penerapan pendekatan realistic mathematics education pada siswa kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015.


(27)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perlu diidentifikasikan permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut.

1. Belum terciptanya proses pembelajaran yang inovatif, sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah atau berpusat pada guru (teacher centered).

2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendapat atau gagasan untuk memecahkan suatu masalah karena kurangnya keterampilan berbicara siswa dengan baik, sehingga mengakibatkan tidak pahamnya siswa terhadap materi.

3. Siswa belum dilibatkan sepenuhnya dalam proses pembelajaran, baik ketika penanaman konsep, maupun penugasan.

4. Pembelajaran bersifat abstrak, belum mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa.

5. Guru belum maksimal dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dengan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penerapan pendekatan RME dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015?


(28)

2. Bagaimanakah penerapan pendekatan RME dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan pendekatan RME.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan pendekatan RME.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat adalah:

1. Bagi siswa

a. Melalui pendekatan RME diharapkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika dapat meningkat.

b. Melalui pendekatan RME diharapkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dapat meningkat.


(29)

2. Bagi guru

Memperluas wawasan guru tentang penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran matematika serta dapat dijadikan salah satu alternatif mengajar oleh guru sehingga dapat meningkatkan kualitas profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

3. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran dan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing untuk melanjutkan kejenjang sekolah berikutnya.

4. Bagi peneliti

Menambah pengalaman tentang penelitian tindakan kelas, sebagai rujukan untuk diimplementasikan pada mata pelajaran yang lainnya sehingga dapat menjadi guru yang profesional.


(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Realistic Mathematics Education (RME)

1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME)

Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai pendidikan matematika realistik yaitu pendekatan belajar matematika yang dikembangkan atas dasar gagasan Frudenthal. Gagasan ini menunjukkan bahwa RME tidak menempatkan matematika sebagai produk jadi, melainkan suatu proses yang sering disebut dengan guided reinvention. RME menjadi suatu alternatif dalam pembelajaran matematika dalam penelitian ini.

Hadi (2005: 19) menjelaskan bahwa dalam matematika realistik dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika. Penjelasan lebih lanjut bahwa pembelajaran matematika realistik ini berangkat dari kehidupan siswa, yang dapat dengan mudah dipahami oleh siswa, nyata, dan terjangkau oleh imajinasinya, dan dapat dibayangkan sehingga mudah baginya untuk mencari kemungkinan penyelesaiannya dengan menggunakan kemampuan matematis yang telah dimiliki.


(31)

Kemudian Tarigan (2006: 3) menambahkan bahwa pembelajaran matematika realistik menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri. Selanjutnya Rahayu (2010: 15) mengemukakan bahwa pendidikan matematika realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang lebih menekankan realitas dan lingkungan sebagai titik awal dari pembelajaran.

Selain itu, RME menekankan pada keterampilan proses matematika, berdiskusi dan berkolaborasi, beragumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan akhirnya menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Namun, perlu diketahui bahwa dalam RME tidak hanya berhenti pada penggunaan masalah realistik. Masalah realistik hanyalah pengantar siswa untuk menuju proses matematisasi.

Selaras dengan pendapat-pendapat ahli di atas, Aisyah (2007: 7.1) mengemukakan bahwa pendekatan matematika realistik merupakan suatu pendekatan belajar matematika yang dikembangkan untuk mendekatkan matematika kepada siswa. Masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari yang dimunculkan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Penggunaan masalah realistik ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Sementara itu Gravemeijer (Tarigan, 2006: 5) menyatakan bahwa dalam RME ada lima tahapan yang harus dilalui siswa yaitu penyelesaian masalah, penalaran, komunikasi, kepercayaan diri, dan representasi. Tahap penyelesaian masalah, siswa diajak menyelesaikan masalah sesuai dengan


(32)

caranya sendiri. Siswa diajak untuk menemukan sendiri dan yang lebih pentingnya lagi jika dia menemukan pendapat atau ide yang ditemukan sendiri.

Tahap penalaran, siswa dilatih untuk bernalar dalam setiap mengerjakan setiap soal yang dikerjakan. Artinya pada tahap ini diberi kebebasan untuk mempertanggungjawabkan metode atau cara yang ditemukan sendiri dengan mengerjakan setiap soal.

Tahap komunikasi, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan jawaban yang dipilih pada temannya. Siswa berhak juga menyanggah (menolak) jawaban milik temannya yang dianggap tidak sesuai dengan pendapatnya sendiri. Pada tahap kepercayaan diri, siswa diharapkan mampu melatih kepercayaan diri dengan mau menyampaikan jawaban soal yang diperoleh kepada temannya dan berani maju ke depan kelas. Seandainya jawaban yang dilihatnya berbeda dengan jawaban teman, siswa diharapkan mau menyampaikan dengan penuh tanggungjawab, berani mengemukakan pendapat baik secara lisan maupun tulisan.

Tahap representasi, siswa memperoleh kebebasan untuk memilih bentuk representasi yang diinginkan (benda konkrit, gambar, atau lambang-lambang matematika untuk menyajikan atau menyelesaikan masalah yang dia hadapi. Dia membangun penalarannya, kepercayaan dirinya melalui bentuk representasi yang dipilihnya.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang RME yang telah dikemukakan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran RME merupakan suatu pembelajaran yang menekankan pada hal-hal yang


(33)

kontekstual dan nyata yang berkaitan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mempermudah siswa menerima materi dan memberikan pengalaman langsung yang bermakna bagi siswa.

2. Karakteristik Realistic Mathematics Education

Salah satu karakteristik mendasar dalam RME yang diperkenalkan oleh Frudenthal (Wijaya, 2012: 20) adalah guided reinvention sebagai suatu proses yang dilakukan siswa secara aktif untuk menemukan kembali suatu konsep matematika dengan bimbingan guru. Sejalan dengan pendapat Frudenthal, Gravemeijer (Tarigan, 2006: 4) mengemukakan empat tahap dalam proses guided reinvention, yaitu: (a) tahap situasional, (b) tahap referensial, (c) tahap umum, dan (d) tahap formal.

Konsep guided reinvention dianggap masih terlalu global untuk menjadi karakteristik dari RME. Dibutuhkan adanya karakteristik yang lebih khusus untuk membedakan antara RME dengan pendekatan lain. Aisyah (2007: 7.18 – 7.19) merumuskan lima karakteristik RME sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran matematika, yaitu:

a. Pembelajaran harus dimulai dari masalah yang diambil dari dunia nyata. Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai dengan pengalaman mereka. Sebab pembelajaran yang langsung diawali dengan matematika formal cenderung menimbulkan kecemasan matematika (mathematics anxiety).

b. Dunia abstrak dan nyata harus dijembatani oleh model. Model harus sesuai dengan abstraksi yang harus dipelajari siswa. Model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa. Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan yang juga ada di sekitar siswa.

c. Siswa memiliki kebebasan untuk mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata yang diberikan guru.


(34)

Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi penyelesaian masalah sehingga diharapkan akan diperoleh berbagai varian dari pemecahan masalah tersebut.

d. Proses pembelajaran harus interaktif. Interaksi baik antar guru dan siswa maupun siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam pembelajaran matematika. Siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama dengan siswa lain, bertanya, dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi pekerjaan mereka.

e. Hubungan diantara bagian-bagian dalam matematika, dengan disiplin ilmu lain, dan dengan masalah lain dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan yang saling terkait dalam

menyelesaiakan masalah.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa RME memiliki karakteristik khusus yang membedakan RME dengan pendekatan lain. Ciri khusus ini yaitu adanya konteks permasalahan realistik yang menjadi titik awal pembelajaran matematika, serta penggunaan model untuk menjembatani dunia matematika yang abstrak menuju dunia nyata.

3. Langkah-langkah Penerapan Realistic Mathematics Education

Setiap model, pendekatan, atau teknik pembelajaran memiliki prosedur pelaksanaan yang terstruktur sesuai dengan karakteristiknya. Begitupun dengan RME, berikut ini langkah-langkah penerapan RME dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Zulkardi (Aisyah, 2007: 7.20), yaitu.

a. Hal yang dilakukan diawal adalah menyiapkan masalah realistik. Guru harus benar-benar memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.

b. Siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah realistik.

c. Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri.

d. Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.


(35)

e. Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas, siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hal kerja penyaji.

f. Guru mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi taggapan sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum. g. Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas, siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk matematika formal.

Sedangkan langkah-langkah penerapan RME dalam pembelajaran menurut Hobri (2009: 170-172)

a. Langkah 1 : Memahami masalah kontekstual

Guru memberikan masalah kontekstual dan siswa memahami permasalahan tersebut.

b. Langkah 2 : Menjelaskan masalah kontekstual

Guru menjelaskan situasi dan kondisi soal dengan memberikan petunjuk/saran seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang belum dipahami siswa. Penjelasan ini hanya sampai siswa mengerti maksud soal.

c. Langkah 3 : Menyelesaikan masalah kontekstual

Siswa secara individu menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka dengan memberikan pertanyaan/petunjuk/saran.

d. Langkah 4 : Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

Guru menyediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal secara berkelompok. Untuk selanjutnya dibandingkan dan didiskusikan pada diskusi kelas. e. Langkah 5 : Menyimpulkan

Dari diskusi, guru mengarahkan siswa menarik kesimpulan suatu prosedur atau konsep, dengan guru bertindak sebagai pembimbing.

Berdasarkan kedua pendapat para ahli mengenai langkah-langkah penerapan RME dalam pembelajaran, peneliti menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Zulkardi (Aisyah, 2007: 7.20), yaitu: (1) menyiapkan masalah realistik, (2) memperkenalkan strategi pembelajaran, (3) siswa memecahkan masalah, (4) siswa mencoba berbagai strategi dalam


(36)

memecahkan masalah, (5) siswa mempresentasikan hasil diskusi, (6) mengamati jalannya diskusi dan memberikan tanggapan, (7) evaluasi dan menarik kesimpulan dari pelaksanaan pembelajaran.

4. Kelebihan dan Kelemahan Realistic Mathematics Education (RME)

Kelebihan dan kelemahan selalu terdapat dalam setiap model, strategi, atau metode pembelajaran. Kelebihan dan kelemahan tersebut hendaknya menjadi referensi untuk penekanan-penekanan terhadap hal yang positif dan meminimalisir kelemahan-kelemahannya dalam pelaksanaan pembelajaran. Asmin (Tandililing, 2012: 21) menjelaskan secara rinci kelebihan dan kelemahan RME.

1) Kelebihan

1) Siswa membangun sendiri pengetahuan, sehingga siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya.

2) Memupuk kerjasama dalam kelompok.

3) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena setiap jawaban siswa ada nilainya.

4) Suasana proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan belajar matematika.

5) Melatih keberanian siswa dalam menjelaskan jawabannya.

6) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat.

b. Kelemahan

1) Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.

2) Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawaban dari permasalahan.

3) Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah. 4) Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar menanti temannya


(37)

Bila Tandililing memaparkan kelebihan dan kelemahan RME, Warli (2010: 12) memberikan solusi dalam upaya meminimalisir kelemahan dalam penerapan RME antara lain:

1) Pemilihan alat peraga harus lebih cermat dan disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari.

2) Peranan guru dalam membimbing siswa dan memberikan motivasi harus lebih ditingkatkan.

3) Guru harus lebih cermat dan kreatif dalam membuat soal atau masalah realistik.

4) Siswa yang lebih cepat dalam menyelesaikan soal atau masalah kontekstual dapat diminta untuk menyelesaikan soal-soal lain dengan tingkat kesulitan yang sama bahkan lebih sulit.

B.Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang semua itu baik bagi dirinya maupun orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Menurut Hernawan dkk (2007: 2) mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Kemudian menurut Gagne (Susanto, 2013: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Selanjutnya, Winataputra, dkk (2008: 1.4) bahwa belajar diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca


(38)

dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang.

Dari beberapa kajian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku seseorang yang berasal dari sebuah pengalaman yang didapatkannya yang meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).

2. Pengertian Aktivitas

Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang selalu dilakukan oleh setiap makhluk hidup. Salah satu kegiatan yang dilakukan manusia yang memerlukan aktivitas adalah belajar. Belajar sangat memerlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak akan mungkin berjalan dengan baik. Susanto (2013: 18) menjelaskan bahwa secara metodologis, aktivitas belajar lebih dominan pada siswa. Pada dasarnya, segala sesuatu yang diamati, dilakukan sendiri dan terlibat aktif terhadap interaksi yang terjadi pada suatu objek yang akan menghasilkan sebuah pengalaman yang berkesan dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kebermaknaan aktivitas yang akan ditimbulkan.

Selanjutnya, Suryabrata (2011: 5) mengatakan bahwa para anak didik beraktivitas dalam cara-cara yang dilakukan seperti manusia-manusia lain pada umumnya, mereka memperhatikan, mengerti mengamati, mengingat, berkhayal, dan berfikir. Sejalan dengan pendapat Suryabrata, Sardiman (2010: 100) bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu


(39)

berkaitan. Selanjutnya, Kunandar (2010: 227) menyatakan bahwa aktivitas siswa merupakan keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan belajar.

Pemaparan dari beberapa para ahli tentang pengertian aktivitas belajar, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik dan pikiran dalam bentuk partisipasi, minat, perhatian, dan presentasi pembelajaran melalui pengalaman sendiri untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru, sehingga mengakibatkan perubahan tingkah laku siswa yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.

3. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan atau hasil belajar. Dengan hasil belajar tujuan pendidikan dapat diukur apakah telah tercapai ataukah belum tercapai. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran, umumnya hasil belajar berupa nilai baik berupa nilai mentah ataupun nilai yang sudah diakumulasikan. Namun, tidak menutup kemungkinan hasil belajar ini bukan hanya berupa nilai melainkan perubahan perilaku siswa.

Menurut Hamalik (2005: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan motoris. Unsur subjektif adalah


(40)

rohaniah, sedangkan motoris adalah jasmaniah. Hasil belajar akan tampak pada pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apersepsi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.

Menurut Dimyati (2002: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Bloom (dalam Suprijono, 2009: 8) mengemukakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian). Domain afektif (menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati). Domain psikomotor (menirukan, memanipulasi, pengalamiahan, dan artikulasi).

Sejalan dengan pendapat di atas, Sukmadinata (2007: 102) menyatakan bahwa hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik. Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa terhadap pembelajaran.

Hasil belajar dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu: (a) Informasi verbal, kategori informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Dapat diperoleh melalui membaca buku, dll. Informasi ini dapat diklasifikasikan sebagai fakta atau prinsip, (b) Keterampilan intelektual, kategori keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat membedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Dapat diperoleh melalui belajar. Karena dengan belajar kita akan dapat memperoleh pengetahuan serta wawasan, (c) Strategi kognitif, kategori strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, dan membuat analisis yang memungkinkan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir anak akan terarah, (d) Sikap, kategori sikap adalah kecenderungan untuk


(41)

merespon secara tepat terhadap stimulus atau dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Responnya dapat berupa respon negatif ataupun positif yaitu tergantung kepada penilaian terhadap objek yang dimaksud, (e) Keterampilan motorik, keterampilan motorik pada seseorang dapat dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut.

Permendiknas (2006: 11) menjelaskan bahwa hasil belajar di dalam dimensi kognitif memiliki indikator antara lain: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Kemudian dimensi afektif antara lain: menerima, menanggapi, menilai, mengelola dan menghayati. Dan dalam dimensi psikomotor antara lain: menirukan, manipulasi, pengalamiahan, dan artikulasi.

Dari beberapa pengertian tentang hasil belajar yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap seseorang setelah mengikuti proses belajar, dengan indikator domain kognitif antara lain: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, penilaian, domain afektif (jujur, tanggungjawab, santun, dan percaya diri) antara lain: menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati), dan domain psikomotor antara lain: menirukan, memanipulasi, pengalamiahan, dan artikulasi.

C.Matematika

1. Pengertian Matematika

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar bukanlah hanya pelajaran yang menghimpun angka-angka tanpa makna. Pendidikan matematika sangat penting diberikan kepada semua jenjang


(42)

pendidikan, diharapkan dengan pendidikan matematika seseorang dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Adji (2006: 34) mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika merupakan bahasa simbol yang berlaku secara universal dan sangat padat makna dan pengertian. Berbeda halnya dengan Wijaya (2012: 86) yang menyatakan bahwa matematika bukanlah suatu ilmu yang berisi tentang melainkan suatu ilmu yang tersusun dari. Paradigma yang sering tampak pada fakta, bahwa matematika merupakan ilmu yang berisi tentang geometri, bilangan, statistik, aljabar, bukan sebagai ilmu yang merupakan keterpaduan konsep.

Pendapat Suwangsih (2006: 3) bahwa matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian, pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran dalam struktur kognitif sehingga terbentuklah konsep-konsep matematika yang dimanipulasi melalui bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai universal.

Selain pendapat-pendapat di atas, Wale (2006: 13) mendefinisikan matematika sebagai ilmu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Dari definisi singkat ini menunjukkan bahwa matematika bukanlah ilmu pengetahuan yang didominasi oleh perhitungan-perhitungan yang tanpa alasan. Sehingga dengan menginterpretasikan dan mengaplikasikan pola keteraturan inilah akan muncul makna dari belajar matematika.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang tersusun dari konsep-konsep


(43)

yang memiliki pola dan urutan. Pola dan urutan ini diwujudkan dalam bahasa matematika atau notasi matematika dan bersifat universal. Konsep-konsep matematika tersebut diperoleh melalui proses berpikir yang sistematis.

2. Pembelajaran Matematika di SD

Pembelajaran matematika di sekolah dasar tentulah berbeda dengan pembelajaran matematika di sekolah menengah dan sekolah lanjut. Dalam teori pembelajaran matematika ditingkat sekolah dasar yang diungkapkan oleh Heruman (2008: 4 – 5) bahwa dalam proses pembelajaran diharapkan adanya reinvention (penemuan kembali) secara informal dalam pembelajaran di kelas dan harus menampakkan adanya keterkaitan antar konsep. Hal ini bertujuan untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Kebermaknaan ini dapat terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan siswa yang berupa konsep matematika. Selain itu, penanaman konsep mengenai tujuan ilmu matematika menjadi poin penting untuk membangun kebermaknaan. Menurut Ollerton (2010: 25) penguasaan konsep ini diawali dengan penggunaan situasi-situasi yang berada di luar atau dari kehidupan sehari-hari siswa, dengan demikian siswa mampu mengenali tujuan ilmu matematika di dalam dan di luar konteks kehidupan mereka.


(44)

Konsep pembelajaran matematika di SD yang telah dikemukakan di atas, sesuai dengan ciri-ciri pembelajaran matematika di SD menurut Suwangsih (2006: 25 – 26) sebagai berikut.

a. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral. Metode spiral ini melambangkan adanya keterkaitan antar materi satu dengan yang lainnya. Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk memahami topik berikutnya atau sebaliknya.

b. Pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap. Materi pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap yang dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih kompleks.

c. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif, sedangkan matematika merupakan ilmu deduktif. Namun, karena sesuai tahap perkembangan siswa maka pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif.

d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.

e. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna. Konsep matematika tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya siswalah yang harus mengonstruksi konsep tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika di SD hendaknya merujuk pada pemberian pembelajaran yang bermakna melalui konstruksi konsep-konsep yang saling berkaitan hingga adanya reinvention (penemuan kembali). Meskipun penemuan ini bukan hal baru bagi individu yang telah mengetahui sebelumnya, namun bagi siswa penemuan tersebut merupakan sesuatu yang baru.

3. Tujuan Matematika di SD

Matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol, maka konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu. Siswa akan lebih mudah mempelajari matematika apabila telah didasari pada apa yang telah dipelajari siswa


(45)

sebelumnya. Mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari siswa akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika tersebut. Dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD dan MI pada kurikulum 2006 menyatakan tujuan pembelajaran matematika adalah:

1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakan dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

2. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

3. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikan dalam pemecahan masalah sehari-hari.

4. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari.

5. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah sehari-hari.

6. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan.

7. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, (Depdiknas, 2008: 235)

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penekanan pembelajaran matematika terletak pada penataan nalar, pemecahan masalah, pembentukan sikap, dan keterampilan dalam penerapan matematika.

D.Kinerja Guru

Kinerja adalah suatu performa atau unjuk kerja dari seseorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dikerjakannya. Rusman (2011: 50) berpendapat bahwa kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Berkaitan dengan hal tersebut,


(46)

perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil belajar. Standar kompetensi guru secara utuh dikembangkan dari empat kompetensi dasar yakni kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional.

Selain itu guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar yang menjadi modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara terencana dan profesional. Seorang guru harus mampu merencanakan proses pembelajaran yang akan dilakukannya kemudian seorang guru mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan mampu mengevaluasi hasil pembelajaran yang dilakukan.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, kinerja guru merupakan suatu prestasi atau pelaksanaan kerja yang dalam aplikasinya harus memuat empat kompetensi dan delapan keterampilan dasar mengajar agar tercipta guru yang profesional.

E.Kerangka Pikir

Pembelajaran akan berhasil secara optimal apabila ada penguatan proses pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan serta bermakna bagi siswa. Melalui penerapan pendekatan RME untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, maka siswa dapat melakukan proses pembelajaran dengan mengkaitkan masalah kehidupan sehari-hari siswa dengan keadaan nyata siswa yang kontekstual sehingga materi yang diberikan guru pada mata pelajaran matematika mudah diterima oleh siswa dan memberikan pengalaman langsung


(47)

yang bermakna bagi siswa. Kerangka pikir dapat dilihat berdasarkan gambar berikut:

F. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dirumuskan hipotesis penelitian tindakan

kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran matematika menerapkan pendekatan RME dengan langkah-langkah yang tepat maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 3 Metro Pusat meningkat”.

Input

Proses

Output

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa 2. Rendahnya hasil belajar siswa

1. Peningkatan nilai rata-rata kelas hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Sehingga mencapai nilai rata-rata kelas yang diharapkan sebesar ≥75.

2. Pada penelitian ini ≥75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut mencapai KKM 67.

3. Adanya peningkatan aktivitas belajar pada siswa secara klasikal pada setiap siklusnya.

Penerapan pendekatan RME Siswa diberikan masalah realistik, kemudian siswa diperkenalkan strategi pemecahan dan masalah realistik, siswa memecahkan masalah realistik, siswa mencoba memecahkan masalah realistik dengan caranya sendiri, guru

membimbing siswa untuk

mempresentasikan hasilnya didepan kelas, kemudian guru mengamati dan memberikan tanggapan saat diskusi , guru bersama siswa menarik kesimpulan dari hasil diskusinya.


(48)

xiii DAFTAR ISI

halaman DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar belakang... B. Identifikasi masalah... C. Rumusan masalah... D. Tujuan penelitian... E. Manfaat penelitian... BAB II KAJIAN PUSTAKA...

A. Realistic Mathematics Education (RME)... 1. Pengertian RME... 2. Karakteristik RME... 3. Langkah-langkah RME... 4. Kelebihan dan Kelemahan RME... B. Pembelajaran... 1. Pengertian belajar... 2. Pengertian aktivitas... 3. Pengertian hasil belajar... C. Matematika... 1. Pengertian matematika... 2. Pembelajaran matematika di SD... 3. Tujuan matematika di SD... D. Kinerja guru... E. Kerangka pikir... F. Hipotesis... BAB III METODOLOGI PENELITIAN... A. Jenis penelitian... B. Setting penelitian... C. Teknik pengumpulan data... D. Alat pengumpulan data... E. Teknik analisis data...

xv xvii xviii 1 1 6 6 7 7 9 9 9 12 13 15 16 16 17 18 20 20 22 23 24 25 26 27 27 27 28 28 29


(49)

xiv G. Prosedur penelitian tindakan kelas...

H. Indikator keberhasilan... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A. Hasil penelitian... 1. Profil SD Negeri 3 Metro Pusat... 2. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Penelitian... 3. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus I... a. Perencanaan... b. Pelaksanaan... c. Observasi... d. Refleksi... e. Saran dan Perbaikan Siklus I... 4. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus II... a. Perencanaan... b. Pelaksanaan... c. Observasi... d. Refleksi... B. Pembahasan hasil penelitian... 1. Aktivitas siswa... 2. Afektif siswa... 3. Psikomotor siswa... 4. Kinerja guru... 5. Hasil belajar... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA 42 47 48 48 48 49 49 49 50 55 66 68 68 68 69 73 85 86 86 88 90 92 94 100 100 101


(50)

xv DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1.1. Daftar hasil belajar siswa... 3.1. Lembar observasi aktivitas siswa... 3.2. Kisi-kisi hasil belajar aktivitas siswa... 3.3. Rubrik penilaian aspek aktivitas siswa... 3.4. Kategori aktivitas siswa... 3.5. Lembar observasi afektif siswa... 3.6. Kisi-kisi hasil belajar afektif siswa... 3.7. Kategori afektif siswa... 3.8. Lembar observasi psikomotor siswa... 3.9. Kisi-kisi hasil belajar psikomotor siswa... 3.10. Rubrik penilaian aspek psikomotor... 3.11. Kategori psikomotor siswa... 3.12. Instrumen penilaian kinerja guru... 3.13. Pedoman penilaian kinerja guru... 3.14. Kategori kinerja guru... 3.15. Hasil belajar siswa... 3.16. Kategori tingkat keberhasilan belajar belajar kognitif siswa... 4.1. Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan 1... 4.2. Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan 2... 4.3. Observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1... 4.4. Observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 2... 4.5. Observasi afektif siswa siklus I pertemuan 1... 4.6. Observasi afektif siswa siklus I pertemuan 2... 4.7. Observasi psikomotor siklus I pertemuan 1... 4.8. Observasi psikomotor siklus I pertemuan 2... 4.9. Hasil belajar kognitif siswa siklus I... 4.10. Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan 1... 4.11. Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan 2... 4.12. Observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 1... 4.13. Observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 2... 4.14. Observasi afektif siswa siklus II pertemuan 1... 4.15. Observasi afektif siswa siklus II pertemuan 2... 4.16. Observasi psikomotor siklus II pertemuan 1... 4.17. Observasi psikomotor siklus II pertemuan 2...

4 29 30 31 31 32 32 34 34 35 35 36 36 38 39 39 41 56 57 58 59 60 62 63 64 65 73 74 76 77 78 79 80 82


(51)

xvi 4.19. Rekapitulasi hasil belajar aktivitas siswa siklus I dan II...

4.20. Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I dan II... 4.21. Rekapitulasi hasil belajar psikomotor siswa siklus I dan II... 4.22. Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus I dan II... 4.23. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I dan II... 4.24. Rekapitulasi persentase ketuntasan hasil belajar siswa persiklus.

87 89 90 93 95 97


(52)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

3.1 Prosedur penelitian tindakan kelas... 4.1. Diagram rekapitulasi persentase hasil belajar aktivitas siswa

siklus I dan II... 4.2. Diagram rekapitulasi persentase hasil belajar afektif siswa siklus

I dan II... 4.3. Diagram rekapitulasi persentase hasil belajar psikomotor siswa

siklus I dan II... 4.4. Diagram rekapitulasi persentase kinerja guru siklus I dan II... 4.5. Diagram rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I dan II... 4.6. Diagram rekapitulasi persentase ketuntasan hasil belajar siswa

persiklus...

42 88 90 92 94 96 98


(53)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Surat-surat... a. Surat penelitian pendahuluan... b. Surat izin penelitian universitas... c. Surat keterangan universitas... d. Surat izin penelitian sekolah... e. Surat keterangan penelitian... f. Surat pernyataan teman sejawat... 2. Perangkat pembelajaran... a. Pemetaan siklus I... b. Pemetaan siklus II... c. Silabus siklus I... d. Silabus siklus II... e. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I... f. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II... 3. Hasil penilaian kinerja guru siklus I dan II... a. Observasi siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 4. Hasil penilaian aktivitas siswa siklus I dan II... a. Observasi siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 5. Hasil penilaian afektif siswa siklus I dan II... a. Observasi siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 6. Hasil penilaian psikomotor siswa siklus I dan II... a. Observasi siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 7. Hasil penilaian kognitif siswa siklus I dan II... a. Hasil tes siswa siklus I dan II... b. Rekapitulasi siklus I dan II... 8. Instrumen tes siswa siklus I dan II... 9. Foto kegiatan siklus I dan II...

107 108 109 110 111 112 113 115 116 119 123 126 130 138 145 146 154 156 157 161 164 165 169 172 173 177 180 181 183 185 194


(54)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Realistic Mathematics Education (RME)

1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME)

Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai pendidikan matematika realistik yaitu pendekatan belajar matematika yang dikembangkan atas dasar gagasan Frudenthal. Gagasan ini menunjukkan bahwa RME tidak menempatkan matematika sebagai produk jadi, melainkan suatu proses yang sering disebut dengan guided reinvention. RME menjadi suatu alternatif dalam pembelajaran matematika dalam penelitian ini.

Hadi (2005: 19) menjelaskan bahwa dalam matematika realistik dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika. Penjelasan lebih lanjut bahwa pembelajaran matematika realistik ini berangkat dari kehidupan siswa, yang dapat dengan mudah dipahami oleh siswa, nyata, dan terjangkau oleh imajinasinya, dan dapat dibayangkan sehingga mudah baginya untuk mencari kemungkinan penyelesaiannya dengan menggunakan kemampuan matematis yang telah dimiliki.


(55)

Kemudian Tarigan (2006: 3) menambahkan bahwa pembelajaran matematika realistik menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri. Selanjutnya Rahayu (2010: 15) mengemukakan bahwa pendidikan matematika realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang lebih menekankan realitas dan lingkungan sebagai titik awal dari pembelajaran.

Selain itu, RME menekankan pada keterampilan proses matematika, berdiskusi dan berkolaborasi, beragumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan akhirnya menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Namun, perlu diketahui bahwa dalam RME tidak hanya berhenti pada penggunaan masalah realistik. Masalah realistik hanyalah pengantar siswa untuk menuju proses matematisasi.

Selaras dengan pendapat-pendapat ahli di atas, Aisyah (2007: 7.1) mengemukakan bahwa pendekatan matematika realistik merupakan suatu pendekatan belajar matematika yang dikembangkan untuk mendekatkan matematika kepada siswa. Masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari yang dimunculkan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Penggunaan masalah realistik ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Sementara itu Gravemeijer (Tarigan, 2006: 5) menyatakan bahwa dalam RME ada lima tahapan yang harus dilalui siswa yaitu penyelesaian masalah, penalaran, komunikasi, kepercayaan diri, dan representasi. Tahap penyelesaian masalah, siswa diajak menyelesaikan masalah sesuai dengan


(56)

caranya sendiri. Siswa diajak untuk menemukan sendiri dan yang lebih pentingnya lagi jika dia menemukan pendapat atau ide yang ditemukan sendiri.

Tahap penalaran, siswa dilatih untuk bernalar dalam setiap mengerjakan setiap soal yang dikerjakan. Artinya pada tahap ini diberi kebebasan untuk mempertanggungjawabkan metode atau cara yang ditemukan sendiri dengan mengerjakan setiap soal.

Tahap komunikasi, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan jawaban yang dipilih pada temannya. Siswa berhak juga menyanggah (menolak) jawaban milik temannya yang dianggap tidak sesuai dengan pendapatnya sendiri. Pada tahap kepercayaan diri, siswa diharapkan mampu melatih kepercayaan diri dengan mau menyampaikan jawaban soal yang diperoleh kepada temannya dan berani maju ke depan kelas. Seandainya jawaban yang dilihatnya berbeda dengan jawaban teman, siswa diharapkan mau menyampaikan dengan penuh tanggungjawab, berani mengemukakan pendapat baik secara lisan maupun tulisan.

Tahap representasi, siswa memperoleh kebebasan untuk memilih bentuk representasi yang diinginkan (benda konkrit, gambar, atau lambang-lambang matematika untuk menyajikan atau menyelesaikan masalah yang dia hadapi. Dia membangun penalarannya, kepercayaan dirinya melalui bentuk representasi yang dipilihnya.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang RME yang telah dikemukakan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran RME merupakan suatu pembelajaran yang menekankan pada hal-hal yang


(57)

kontekstual dan nyata yang berkaitan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mempermudah siswa menerima materi dan memberikan pengalaman langsung yang bermakna bagi siswa.

2. Karakteristik Realistic Mathematics Education

Salah satu karakteristik mendasar dalam RME yang diperkenalkan oleh Frudenthal (Wijaya, 2012: 20) adalah guided reinvention sebagai suatu proses yang dilakukan siswa secara aktif untuk menemukan kembali suatu konsep matematika dengan bimbingan guru. Sejalan dengan pendapat Frudenthal, Gravemeijer (Tarigan, 2006: 4) mengemukakan empat tahap dalam proses guided reinvention, yaitu: (a) tahap situasional, (b) tahap referensial, (c) tahap umum, dan (d) tahap formal.

Konsep guided reinvention dianggap masih terlalu global untuk menjadi karakteristik dari RME. Dibutuhkan adanya karakteristik yang lebih khusus untuk membedakan antara RME dengan pendekatan lain. Aisyah (2007: 7.18 – 7.19) merumuskan lima karakteristik RME sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran matematika, yaitu:

a. Pembelajaran harus dimulai dari masalah yang diambil dari dunia nyata. Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai dengan pengalaman mereka. Sebab pembelajaran yang langsung diawali dengan matematika formal cenderung menimbulkan kecemasan matematika (mathematics anxiety).

b. Dunia abstrak dan nyata harus dijembatani oleh model. Model harus sesuai dengan abstraksi yang harus dipelajari siswa. Model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa. Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan yang juga ada di sekitar siswa.

c. Siswa memiliki kebebasan untuk mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata yang diberikan guru.


(58)

Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi penyelesaian masalah sehingga diharapkan akan diperoleh berbagai varian dari pemecahan masalah tersebut.

d. Proses pembelajaran harus interaktif. Interaksi baik antar guru dan siswa maupun siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam pembelajaran matematika. Siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama dengan siswa lain, bertanya, dan menanggapi pertanyaan serta mengevaluasi pekerjaan mereka.

e. Hubungan diantara bagian-bagian dalam matematika, dengan disiplin ilmu lain, dan dengan masalah lain dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan yang saling terkait dalam

menyelesaiakan masalah.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa RME memiliki karakteristik khusus yang membedakan RME dengan pendekatan lain. Ciri khusus ini yaitu adanya konteks permasalahan realistik yang menjadi titik awal pembelajaran matematika, serta penggunaan model untuk menjembatani dunia matematika yang abstrak menuju dunia nyata.

3. Langkah-langkah Penerapan Realistic Mathematics Education

Setiap model, pendekatan, atau teknik pembelajaran memiliki prosedur pelaksanaan yang terstruktur sesuai dengan karakteristiknya. Begitupun dengan RME, berikut ini langkah-langkah penerapan RME dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Zulkardi (Aisyah, 2007: 7.20), yaitu.

a. Hal yang dilakukan diawal adalah menyiapkan masalah realistik. Guru harus benar-benar memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.

b. Siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah realistik.

c. Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri.

d. Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.


(59)

e. Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas, siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hal kerja penyaji.

f. Guru mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi taggapan sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum. g. Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui

diskusi kelas, siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk matematika formal.

Sedangkan langkah-langkah penerapan RME dalam pembelajaran menurut Hobri (2009: 170-172)

a. Langkah 1 : Memahami masalah kontekstual

Guru memberikan masalah kontekstual dan siswa memahami permasalahan tersebut.

b. Langkah 2 : Menjelaskan masalah kontekstual

Guru menjelaskan situasi dan kondisi soal dengan memberikan petunjuk/saran seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang belum dipahami siswa. Penjelasan ini hanya sampai siswa mengerti maksud soal.

c. Langkah 3 : Menyelesaikan masalah kontekstual

Siswa secara individu menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka dengan memberikan pertanyaan/petunjuk/saran.

d. Langkah 4 : Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

Guru menyediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal secara berkelompok. Untuk selanjutnya dibandingkan dan didiskusikan pada diskusi kelas. e. Langkah 5 : Menyimpulkan

Dari diskusi, guru mengarahkan siswa menarik kesimpulan suatu prosedur atau konsep, dengan guru bertindak sebagai pembimbing.

Berdasarkan kedua pendapat para ahli mengenai langkah-langkah penerapan RME dalam pembelajaran, peneliti menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Zulkardi (Aisyah, 2007: 7.20), yaitu: (1) menyiapkan masalah realistik, (2) memperkenalkan strategi pembelajaran, (3) siswa memecahkan masalah, (4) siswa mencoba berbagai strategi dalam


(60)

memecahkan masalah, (5) siswa mempresentasikan hasil diskusi, (6) mengamati jalannya diskusi dan memberikan tanggapan, (7) evaluasi dan menarik kesimpulan dari pelaksanaan pembelajaran.

4. Kelebihan dan Kelemahan Realistic Mathematics Education (RME)

Kelebihan dan kelemahan selalu terdapat dalam setiap model, strategi, atau metode pembelajaran. Kelebihan dan kelemahan tersebut hendaknya menjadi referensi untuk penekanan-penekanan terhadap hal yang positif dan meminimalisir kelemahan-kelemahannya dalam pelaksanaan pembelajaran. Asmin (Tandililing, 2012: 21) menjelaskan secara rinci kelebihan dan kelemahan RME.

1) Kelebihan

1) Siswa membangun sendiri pengetahuan, sehingga siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya.

2) Memupuk kerjasama dalam kelompok.

3) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena setiap jawaban siswa ada nilainya.

4) Suasana proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan belajar matematika.

5) Melatih keberanian siswa dalam menjelaskan jawabannya.

6) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat.

b. Kelemahan

1) Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.

2) Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawaban dari permasalahan.

3) Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah. 4) Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar menanti temannya


(61)

Bila Tandililing memaparkan kelebihan dan kelemahan RME, Warli (2010: 12) memberikan solusi dalam upaya meminimalisir kelemahan dalam penerapan RME antara lain:

1) Pemilihan alat peraga harus lebih cermat dan disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari.

2) Peranan guru dalam membimbing siswa dan memberikan motivasi harus lebih ditingkatkan.

3) Guru harus lebih cermat dan kreatif dalam membuat soal atau masalah realistik.

4) Siswa yang lebih cepat dalam menyelesaikan soal atau masalah kontekstual dapat diminta untuk menyelesaikan soal-soal lain dengan tingkat kesulitan yang sama bahkan lebih sulit.

B.Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang semua itu baik bagi dirinya maupun orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Menurut Hernawan dkk (2007: 2) mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Kemudian menurut Gagne (Susanto, 2013: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Selanjutnya, Winataputra, dkk (2008: 1.4) bahwa belajar diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca


(1)

2. Penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada pembelajaran matematika menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Zulkardi (Aisyah, 2007: 7.20), yaitu: (1) menyiapkan masalah realistik, (2) memperkenalkan strategi pembelajaran, (3) siswa memecahkan masalah, (4) siswa mencoba berbagai strategi dalam memecahkan masalah, (5) siswa mempresentasikan hasil diskusi, (6) mengamati jalannya diskusi dan memberikan tanggapan, (7) evaluasi dan menarik kesimpulan dari pelaksanaan pembelajaran. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan nilai rata-rata afektif siklus I 60,12 dan siklus II 78,52 terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 18,41. Nilai rata-rata psikomotor siklus I 62,05 dan siklus II 76,14 terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 14,09. Hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa sebesar 68,64, kemudian siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 75,45, dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 6,81. Bila dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar siswa, dari 22 siswa pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa sebanyak 13 siswa (59,09%), pada siklus II meningkat menjadi 18 siswa (81,82%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:


(2)

a. Siswa

Siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaan dan hasil belajar, memanfaatkan sumber belajar untuk membangun pengetahuan kemudian siswa harus bertanggungjawab atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok. Tentunya harus diimbangi dengan semangat belajar siswa yang akan memperkaya ilmu pengetahuan siswa sehingga memperoleh hasil belajar yang meningkat.

b. Guru

Kepada guru mata pelajaran matematika diharapkan dapat senantiasa melakukan kegiatan pembelajaran dengan mengkaitkan masalah yang nyata pada diri siswa dan memanfaatkan sumber belajar yang ada dilingkungan kelas maupun sekolah, sehingga siswa diharapkan bisa memahami materi yang diajarkan dengan mudah dan dapat membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Kemudian guru harus melengkapi perangkat pembelajaran dan penunjang pelaksanaan pembelajaran, dan melibatkan siswa baik dalam proses pembelajaran sampai menentukan kesimpulan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam belajar.

c. Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.


(3)

d. Peneliti

Penelitian ini mengkaji penerapan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), untuk itu kepada peneliti berikutnya, dapat melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan yang sama dan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Nahrowi & Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. UPI PRESS. Bandung. 364 hlm.

Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Dikjen Dikti Depdiknas. Jakarta. 308 hlm.

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas terbuka. Depdiknas. 108 hlm.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru SD, SLB, TK. CV Yrama Widya. Bandung. 258 hlm.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan kelas. Bumi Aksara. Jakarta. 152 hlm.

Djamarah & Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. 226 hlm.

Dimyati, dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hadi, Sutarto. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya.

Tulip. Banjarmasin. 168 hlm.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 242 hlm. Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar.

Upi Press. Bandung.

Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 194 hlm.

Hobri. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Center for Society Studies. Jember:

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers. Jakarta. 311 hlm.


(5)

Muslich, Masnur. 2012. Melaksanakan PTK Itu mudah (Classroom Action Research): Pedoman Praktis bagi Guru Profesional. Bumi Aksara. Jakarta. 290 hlm.

Muslikah. 2010. Sukses Profesi Guru dengan Penelitian Tindakan Kelas. Interprebook. Yogyakarta. 133 hlm.

Ollerton, Mike. 2010. Panduan Guru Mengajar Matematika. Terjemahan Bob Sabran dari Mathematics Teacher’s Handbook. Erlangga. Jakarta. 144 hlm.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta. 430 hlm.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.

Rahayu, Tika. 2010. Pengaruh Pendekatan RME (realistic mathematics

education) Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II SD Negeri Penaruban 1 Purbalingga (Skripsi). http//: www. blogspot. com. (diakses pada 10 Desember 2014 @19:13).

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta. 420 hlm.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. 236 hlm.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 488 hlm.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 168 hlm.

Sukiman. 2011. Pengembangan Sistem Evaluasi. Insan Madani. Yogyakarta. 286 hlm.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 286 hlm.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suryabrata. 2011. Proses Pembelajaran Mengajar Di Sekolah. Rineka cipta. Jakarta

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di SD. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.


(6)

Suwangsih, Erna & Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS. Bandung. 213 hlm.

Tandililing, Edy. 2012. Implementasi Realistic Mathematics Education (RME) di Sekolah. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jgmm/article/download/208/ 202 (diakses pada 08/12/2014 @19.30).

Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta. 167 hlm.

Tim Penyusun. 2003. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta. 227 hlm.

Tim Penyusun. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi untuk Satuan Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dan Menengah (Peraturan Mendiknas No.22 dan 23 Tahun 2006). Depdiknas. Jakarta.

Wahyudin, Dinn, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Universitas Terbuka, Jakarta. Wale, John A. 2006. Matematika Sekolah Dasar dan Menegah. Terjemahan

Suyono dari Elementary and Middle School Mathematics. Erlangga. Jakarta. 273hlm.

Wardani I.G.A.K, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka . Jakarta.

Warli. 2010. Pembelajaran Matematika Realistik Materi Geometri Kelas IV MI. http:// ejournal.unirow.ac.id/ojs/files/journals/2/articles/4/public/JURNAL- WARLI-4.pdf. (diakses pada 30 November 2014 @ 21:41).

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Graha Ilmu. Yogyakarta. 98 hlm. Winataputra, Udin S. 2008. Materi Pokok Teori Belajar dan Pembelajaran


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IVB SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 8 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 47

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DAN PAKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VB SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 17 73

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 8 41

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 66

PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 70

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VB SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 07 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 25 71

PENERAPAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

7 93 76

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 24 99