KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

(1)

ABSTRAK

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

Oleh Holilullah

Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan poduksi tanaman karena akan menentukan penetrasi akar di dalam tanah, kemampuan tanah menahan air, drainase, aerasi tanah dan ketersediaan unsur hara tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui karakteristik sifat fisik yang terdapat pada lahan yang berproduksi rendah dan tinggi. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai September tahun 2013 di PT Great Giant Pineapple (GGP), Lampung Tengah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan menentukan titik sebanyak 6 titik secara diagonal pada lokasi 26 B. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan 2 cara, yaitu mengambil sampel tanah secara langsung dengan menggunakan cangkul dan pengambilan menggunakan ring sampel dengan kedalaman 0–20, 20–40 dan 40–60 cm serta pada setiap titik dilakukan pembuatan minipit yang bertujuan untuk mengamati profil dan warna tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karakteristik sifat fisik pada lahan produksi rendah memiliki pori drainase sangat rendah sampai dengan sedang, warna tanah coklat kekuningan, tekstur tanah liat berpasir, kekuatan tanah 77,35 psi – 178,89 psi dan kerapatan isi ideal pertumbuhan akar dari kedalaman 0–40 cm yaitu sebesar 1,36 g cm-3pada kedalaman 0–20 cm dan 1,41 g cm-3pada kedalaman 20–


(2)

40 cm. Sedangkan Karakteristik sifat fisik pada lahan produksi tinggi memiliki pori drainase sangat rendah sampai dengan sedang, warna tanah orange, tekstur tanah liat berpasir, kekuatan tanah 96,69 psi –125,70 psi dan kerapatan isi ideal pertumbuhan akar dari kedalaman 0–60 cm yaitu sebesar 1,29 g cm-3pada kedalaman 0–20 cm, 1,38 g cm-3pada kedalaman 20–40 cm dan 1,45 g cm-3pada kedalaman 40–60 cm.

Kata Kunci : penetrasi akar, kemampuan tanah menahan air, drainase, aerasi tanah, ketersediaan unsur hara, profil, warna tanah, susunan pori.


(3)

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

Oleh HOLILULLAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

(Skripsi)

Oleh HOLILULLAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Titik pengambilan Sampel Lokasi 26B ... 15

2. Skema alat penentuan pF tanah ... 17

3. Pori drainase cepat pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi... 23

4. Pori drainase lambat pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 24

5. Pori–pori makro pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi... 25

6. Pori daya menahan air pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi... 26

7. Ruang pori total pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 27

8. Kekuatan tanah pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 28

9. Kerapatan isi pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 29

10. Sampel tanah utuh ... 53

11. Alat pengukur pF... 53

12. Anilisis tekstur ... 53

13. Neraca digital ... 53


(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Kerangka Pemikiran ... 3

1.4 Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Drainase ... 6

2.2 Porositas ... 8

2.3 Warna Tanah ... 9

2.4 Kekuatan Tanah ... 9

2.5 Kerapatan Isi ... 10

2.6 Syarat Tumbuh Nanas ... 11

2.7 Karakteristik Sifat Fisik Tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning) ... 12

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

3.2 Bahan dan Alat ... 14


(8)

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 15

3.4.1 Penentuan Titik Sampel ... 15

3.4.2 Pembuatan dan Pengamatan Minipit ... 15

3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah ... 16

3.5 Analisis Tanah ... 16

3.5.1 Susunan Pori Tanah ... 16

3.5.2 Warna Tanah ... 17

3.5.3 Kekuatan Tanah ... 18

3.5.4 Kerapatan Isi ... 18

3.5.5 Tekstur ... 19

3.6 Analisis Data ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 22

4.1.1 Susunan Pori Tanah ... 22

4.1.1.1 Pori Drainase Cepat ... 22

4.1.1.2 Pori Drainase Lambat ... 23

4.1.1.3 Pori–Pori Makro ... 24

4.1.1.4 Pori Daya Menahan Air ... 25

4.1.1.5 Ruang Pori Total ... 26

4.1.2 Warna Tanah ... 27

4.1.3 Kekuatan Tanah ... 28

4.1.4 Kerapatan Isi ... 29

4.1.5 Tekstur Tanah ... 30

4.2 Pembahasan ... 30

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

4.1 Kesimpulan ... 35

4.2 Saran ... 36

PUSTAKA ACUAN ... .. 37


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik kelas drainase tanah untuk evaluasi lahan ... 7

2. Kriteria kemampuan pori - pori tanah memegang air ... 20

3. Klasifikasi porositas ... 21

4. Kerapatan isi ideal bagi tanaman ... 21

5. Pori drainase cepat pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 22

6. Pori drainase lambat pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 23

7. Pori–pori makro pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 24

8. Pori daya menahan air pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 25

9. Ruang pori total pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 26

10. Hasil pengamatan warna tanah pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 27

11. Kekuatan tanah pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 28

12. Kerapatan isi tanah pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 29

13. Hasil analisis tekstur tanah pada lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi ... 30


(10)

14. Data pengukuran berat tanah pada pF0-pF2,54 ... 41

15. Data pengukuran kadar air gravimetrik pada pF... 42

16. Data pengukuran kerapatan isi tanah ... 43

17. Data pengukuran kadar air volumetrik pF0 ... 43

18. Data pengukuran kadar air volumetrik pF1 ... 44

19. Data pengukuran kadar air volumetrik pF2 ... 44

20. Data pengukuran kadar air volumetrik pF2,5 ... 44

21. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B1U1 ... 45

22. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B1U2 ... 45

23. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B1U3 ... 45

24. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B2U1 ... 46

25. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B2U2 ... 46

26. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B2U3 ... 46

27. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B3U1 ... 47

28. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B3U2 ... 47

29. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B3U3 ... 47

30. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B4U1 ... 48

31. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B4U2 ... 48


(11)

32. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai

pF B4U3 ... 48

33. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B5U1 ... 49

34. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B5U2 ... 49

35. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B5U3 ... 49

36. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B6U1 ... 50

37. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B6U2 ... 50

38. Data penentuan kadar air volumetrik pada berbagai pF B6U3 ... 50

39. Data penentuan porositas tanah ... 51

40. Data penentuan kelas tekstur tanah ... 51


(12)

(13)

(14)

Tanpa mengurangi rasa syukurku pada Allahsubhanahu wa ta”la, kupersembahkan karyaku untuk:

Keluargaku tercinta

Ayah, Ibu, Adik - adikku, dan seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan dan mengharapkan keberhasilanku atas kasih sayang, perhatian, dan dorongan

semangat yang takkan aku lupa.

Teman-temanku

Atas dukungan dan bantuannya sehingga karya ini dapat selesai

Serta

Almamater tercinta Fakultas Pertanian Universitas Lampung


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kedaton, Bandar Lampung pada tanggal 10 September 1990, sebagai putra pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Hazairin Umar Hasan BE dan Ibu Darwati BBA. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Al Azhar Bandar Lampung pada tahun 2002; Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kartika Jaya II - 2 Bandar Lampung pada Tahun 2005; dan Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Bandar Lampung pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan ditahun 2008 dan terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada Tahun 2011 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT Great Giant Pinnaple Company (GGPC). Pada tahun 2012 Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Candi Sari, Kab. Gunung Rejo, Pasawaran.

Selama tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Agronomi Pencinta Alam (AGROPALA) sebagai anggota.


(16)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada khadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Drainase Buruk pada Perkebunan Nanas Produksi Rendah di PT Great Giant Pineapple”. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ayahku Hazairin.UH, BE dan Ibuku Darwati, BBA. serta adik–adikku Ariski A.Md., Ainul Rendra dan Dina Oktarina yangselalu mendo’akan penulis sepenuh hati dan memberikan kasih sayang yang tak terhingga serta restunya kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Afandi, M.P. selaku pembimbing utama atas gagasan, bimbingan, petunjuk, arahan, semangat, dan nasihat yang sangat bermanfaat bagi

penyusunan skripsi ini hingga selesai.

3. Bapak Ir. Hery Novpriansyah, M.S., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, ilmu, dan nasehat hingga penulisan skripsi ini selesai. 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Karden ES. Manik, M.S., selaku pembahas, yang selalu

memberikan pengarahan, kritik, saran, ilmu, arahan, dan nasehat yang bersifat membangun kepada penulis.


(17)

5. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberikan nasehat, kritik, ilmu, dan dukungan hingga penulisan skripsi ini selesai.

6. Seluruh dosen-dosen Jurusan Agroteknologi dan Fakultas Pertanian pada umumnya yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Lampung.

7. Bapak Didi S.P., selaku pembimbing lapangan penulis yang memberikan nasihat dan saran kepada penulis

8. Bapak Budi beserta stafnya, atas keramah tamahan dan saran-sarannya selama penelitian penulis.

9. Miftahul Niam dan Made Pujawansebagai teman “seperjuangan” dalam satu tim penelitian ini. Terima kasih atas pengalaman, dukungan, dan

kebersamaannya.

10. Sahabat-sahabatku Agroteknologi tercinta: Agus Setiawan S.P., Alexander Sibuea S.P., Sevy Virgundari S.P., Deva Ristianti S.P., M. Topik, Devy Putri Aryadi S.P. Trisina Dwi Pratiwi S.P., M. Taufik Indrawan, Mastutik Sri Listyowati S.P., Lukmansyah, Fatwa Masrinialdi dan yang semuanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaannya.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak (Amin).

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,


(18)

(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah Ananas comosus(L) Merr.Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya negara Brazil. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), produksi buah nanas di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 1.781.899 ton atau naik dari tahun sebelumnya (2011) 1.540.626 ton. Produksi tersebut berasal dari beberaapa daerah di

Indonesia, salah satunya Provinsi Lampung yang memiliki produksi buah nanas terbesar di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 585.608 ton.

Salah satu perusahaan yang memproduksi buah nanas adalah Great Giant Pineapple Company yang memiliki luas total areal sebesar ± 32.000 hektar dan luas efektif tanaman nanas seluas ± 20.000 hektar. Jenis tanah pada perkebunan tersebut didominasi oleh tanah Ultisol. Menurut Hardjowigeno (1993) tanah ultisol memiliki kandungan bahan organik yang sangat rendah sehingga

memperlihatkan warna tanahnya berwarna merah kekuningan, reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa yang rendah, kadar Al yang tinggi, dan tingkat

produktivitas yang rendah. Tekstur tanah ini adalah liat hingga liat berpasir, bulk density yang tinggi antara 1.3-1.5 g/cm3. Walaupun tanah ultisol sering


(20)

2

yang rendah, nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5) tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial jika dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada (Munir, 1996).

Tanah ultisol umumnya peka terhadap erosi serta memiliki pori aerasi dan indeks stabilitas rendah sehingga menyebabkan tanah mudah menjadi padat. Akibatnya pertumbuhan akar tanaman terhambat karena daya penetrasi akar ke dalam tanah menjadi berkurang. Salah satu langkah yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dengan memperbaiki sifat fisik tanah, sifat fisik tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan kimia dan biologi tanah. Oleh sebab itu, upaya perbaikan sifat fisik tanah secara tidak langsung akan memperbaiki sifat-sifat kimia dan biologi tanah.

Pemberian bahan organik merupakan salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas menahan air, pori aerasi, dan laju infiltrasi, serta memudahkan penetrasi akar, sehingga produktivitas lahan dan hasil tanaman dapat meningkat (Suwardjoet al.,1984, Anonim 1990). Pemberian bahan organik tidak hanya menghasilkan kondisi fisik tanah yang baik, tetapi juga menyediakan bahan organik hasil pelapukan yang dapat menambah unsur hara bagi tanaman, meningkatkan pH tanah dan kapasitas tukar kation, menurunkan Aldd, serta meningkatkan aktivitas biologi tanah (Subowoet al.,1990, Sukristiyonubowoet al., 1993).


(21)

3

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik sifat fisik tanah pada lahan yang berproduksi rendah dan lahan berproduksi tinggi di PT Great Giant

Pineapple.

1.3 Kerangka Pemikiran

Drainase lahan pertanian didefinisikan sebagai pembuatan dan pengoperasian suatu sistem dimana aliran air dalam tanah diciptakan sedemikian rupa sehingga baik genangan maupun kedalaman air tanah dapat dikendalikan sehingga

bermanfaat bagi kegiatan usahatani. Definisi lainnya dari drainase lahan pertanian adalah suatu usaha membuang kelebihan air secara alamiah atau buatan dari permukaan tanah atau dari dalam tanah untuk menghindari pengaruh yang merugikan terhadap pertumbuhan tanaman. Pada lahan bergelombang drainase lebih berkaitan dengan pengendalian erosi, sedangkan pada lahan rendah (datar) lebih berkaitan dengan pengendalian banjir (flood control) (Kalsim, 2002).

Di PT Great Giant Pineapple terdapat lahan yang berproduksi rendah dan tinggi. Pada lahan yang berproduksi rendah memiliki kelas drainase terhambat. Hal ini dicirikan dengan adanya genangan air dilahan tersebut. Apabila lahan tersebut memiliki drainase terhambat maka akan berdampak buruk terhadap aerasi tanah. Sehingga respirasi akar dan aktivitas mikrobia aerobik seperti bakteri amonifikasi dan nitrifikasi akan terhenti. Sedangkan pada lahan produksi tinggi memiliki kelas drainase yang baik. Hal ini dicirikan dengan tidak adanya genangan air pada lahan tersebut. Apabila lahan tersebut memiliki drainase baik maka aerasi tanah baik.


(22)

4

Sehingga respirasi akar tanaman dan aktivitas mikrobia yang terdapat di dalam tanah akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, mempelajari sifat fisik tanah sangatlah penting dalam mendukung produktivitas lahan pada pertanaman nanas di perkebunan PT Great Giant Pineapple.

PT GGP memiliki lahan yang sangat luas dan pada lahannya tersebut mayoritas jenis tanahnya adalah ultisol. Tanah ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi (Sri Adiningsih dan Mulyadi 1993).

Ditinjau dari luasnya, tanah ultisol mempunyai potensi yang tinggi untuk

pengembangan pertanian lahan kering. Namun demikian, pemanfaatan tanah ini menghadapi kendala karakteristik tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama tanaman pangan bila tidak dikelola dengan baik (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Dengan sistem manajemen yang tinggi, tanah podsolik bisa menjadi salah satu tanah paling produktif di dunia karena tanah ini berada di area bebas beku untuk periode yang lama dan berada di area basah dengan cukup curah hujan untuk komoditas pertanian atau dengan cadangan air yang cukup untuk irigasi.


(23)

5

Untuk mengetahui karakteristik sifat fisik pada tanah ultisol, maka pihak PT GGP melakukan riset pada lahan produksi. Lahan produksi yang diteliti adalah lahan produksi rendah dan lahan produksi tinggi yang bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan kualitas lahan sehingga dapat mendukung produktivitas lahan pada pertanaman nanas di PT Great Giant Pineapple.

1.4 Hipotesis

1. Karakterisitik sifat fisik pada lahan yang berproduksi rendah memiliki ciri yaitu warna tanah coklat kekuningan dan susunan pori sangat rendah sampai sedang.

2. Karakteristik sifat fisik pada lahan yang berproduksi tinggi memiliki ciri yaitu warna tanah orange dan susunan pori sangat rendah sampai sedang.


(24)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Drainase

Menurut Suripin (2004), drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Salah satu faktor yang menentukan produktivitas lahan kering adalah ketersediaan air yang masih mengandalkan curah hujan sebagai sumber air utamanya. Air merupakan salah satu komponen penting yang

dibutuhkan oleh tanaman baik tanaman tahunan maupun semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi.

Sebagian besar kebutuhan air tanaman di ambil dari dalam tanah. Air yang diserap tanaman adalah air yang berada dalam pori-pori tanah di lapisan perakaran yang berfungsi sebagai tandon air. Oleh karena itu, kemampuan tanah sebagai tandon air dalam menyuplai air merupakan faktor utama yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Dalam banyak kasus, kemampuan tanah menahan air dianggap setara dengan kadar air kapasitas lapang, yang secara umum didefinisikan sebagai kadar air


(25)

7

tanah di lapang pada saat air drainase karena gravitasi sudah berhenti atau hampir berhenti mengalir setelah sebelumnya tanah tersebut mengalami jenuh sempurna (Dani dan Wrath, 2000;Jury et al.,2001). Secara praktis, kadar air kapasitas lapang diukur di laboratorium dengan mengukur kadar air pada hisapan matrik pF 2.54 (15000 cm kolom air) (Soekardi, 1986).

Tabel 1. Karakteristik Kelas Drainase Tanah untuk Evaluasi Lahan.

NO KELAS

DRAINASE URAIAN

1 Cepat (excessively drined)

Tanah mempunyai konduktivitas tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah ini cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui yaitu tanah berwarna homogen serta warna gley (reduksi).

2 Agak cepat (somewhat excessively)

Tanah mempunyai konduktifitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah.Tanah ini cocok untuk sebagian tanaman tanpa irigasi. Ciri di lapangan yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak serta warna gley (reduksi).

3 Baik (well drained)

Tanah mempunyai konduktifitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air

rendah,tanah basah dekat permukaan. Tanah ini cocok untuk berbagai jenis tanaman. Ciri di lapangan yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 50 cm.

4 Agak terhambat (somewhat poorly

drained)

Tanah mempunyai konduktifitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat

rendah,tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah ini cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya.ciri di lapangan yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak serta warna gley pada lapisan 0 sampai 25 cm.

5 Terhambat (poorly drained)

Tanah mempunyai konduktifitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah,tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah ini cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanamn lainnya. Ciri dilapangan yaitu tanah mempunyai warna gley pada lapisan sampai permukaan.

6 Sangat terhambat (very poorly

drained)

Tanah dengan konduktifitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah,tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah ini cocok untuk padi sawah dan sebagian tanaman kecil lainnya. Ciri di


(26)

8

lapangan yaitu tanah mempunyai warna gley permanen sampai pada lapisan permukaan.

Sumber : Djaenuddin (1997).

2.2 Porositas

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang dapat ditempati oleh udara dan air, serta merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (makro) dan pori-pori halus (mikro). Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedangkan pori-pori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah yang banyak mengandung pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanahnya mudah kekeringan. Tanah liat mempunyai pori total (jumlah pori-pori makro + mikro), lebih tinggi daripada tanah pasir (Hardjowigeno, 2007).

Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur, dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jika kandungan bahan organik tinggi. Tanah dengan struktur granuler/remah mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan strukturmassive/pejal. Tanah bertekstur kasar (pori makro) memiliki porositas lebih kecil daripada tanah bertekstur halus (pori mikro), sehingga sulit menahan air (Hardjowigeno, 2007). Hal ini, dikarenakan ruang pori total yang mungkin rendah tetapi mempunyai proporsi yang besar dimana disusun oleh komposisi pori-pori yang besar dan efisien dalam pergerakan udara dan air. Selanjutnya proporsi volume yang terisi pada tanah menyebabkan kapasitas menahan air menjadi rendah, dimana kandungan tekstur halus memiliki ruang pori lebih banyak dan disusun oleh pori-pori kecil karena proporsinya relatif besar (Hanafiah, 2005).


(27)

9

2.3 Warna Tanah

Warna merah pada tanah disebabkan oleh kandungan mineral oksida besi.

Walaupun konsentrasinya hanya kecil, keberadaan oksida besi dalam tanah dapat mempengaruhi warna tanah (Schwertmann and Taylor, 1989). Di antara

kelompok oksida besi, goethit, dan hematit merupakan dua jenis mineral oksida besi kristalin yang paling banyak dijumpai.

Para peneliti sependapat bahwa warna merah dan kuning kemerahan dari tanah dipengaruhi oleh adanya mineral hematit dan goethit dalam tanah. Tanah dengan warnahue10R hingga 5YR mengandung hematit dan tanah denganhueantara 2,5YR hingga 7,5YR mengandung goethite (Eswaran and Sys, 1970). Hematit dapat menyebabkan warna merah pada tanah, sedangkan goethit menyebabkan warna kecoklatan dan kekuningan (Schulze, 1989), coklat kekuningan hingga coklat (Allen and Hajek, 1989) dan kekuningan hingga coklat (Schwertmann and Taylor, 1989).

2.4 Kekuatan Tanah

Konsistensi tanah menunjukan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah (agregat tanah) dengan daya adhesi tanah dengan benda lain ( Rawls dan Pachepsky, 2002). Daya tersebut menentukan daya tahan tanah terhadap gaya penguibah bentuk, yang dapat berupa pembajakan, pencangkulan dan penggaruan. Menurut Foth ( 1990), tanah yang baik yang mudah diolah adalah tanah yanmg lunak dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Tanah yang lunak (tidak keras/ lepas-lepas) merupakan tanah yang mudah dipenetrasi oleh akar tanaman sehingga memberikan kesempatan bagi tanaman untukberkembang dan tumbuh dengan


(28)

10

baik. Tanah yang tidak banyak melekat pada tanah menunjukan, dalam kondisi basah, tanah hanya mengandung sedikit oksigen dan udara lain. Padahal udara juga merupakan faktor penting pertumbuhan tanaman ( Certini dan Scalenghe, 2006 ; Bouma, 1992)

2.5 Kerapatan Isi

Bulk menyatakan tingkat kepadatan tanah yaitu berat kering suatu volume tanah dalam keadaan utuh yang biasanya dinyatakan dengan g/cm3. Perkembangan struktur yang paling besar pada tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah dibandingkan tanah berpasir. Kerapatan massa (Bulk Density) dihitung sebagai berikut : Kerapatan massa = Berat tanah (g)/Volume tanah (cm3) (Foth, 1988). Kerapatan massa lapisan yang bertekstur halus biasanya antara 1,0-1,3 g/cm3. Jika struktur tanah kasar maka kerapatan massa 1,3-1,8 g/cm3. Dimana makin padat suatu tanah makin tinggi kerapatan massa atau bulk densitynya sehingga makin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman.

Pemberian bahan organik pada tanah dapat menurunkan Bulk Density tanah, hal ini disebabkan oleh bahan organik yang di tambahkan mempunyai kerapatan jenis yang lebih rendah. Kemantapan agregat yang semakin tinggi dapat menurunkan bulk density tanah maka persentase ruang pori–pori semakin kasar dan kapasitas mengikat air semakin tinggi (KartasapoetradanSutedjo, 1991).

Kepadatan tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara sulit disimpan dan


(29)

11

akar dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas mikroorganisme yang rendah (Hakim,dkk,1986).

2.6 Syarat Tumbuh Nanas

Tanaman nanas membutuhkan beberapa syarat untuk tumbuh dengan baik. Faktor yang mempengaruhi antara lain suhu, curah hujan dan cahaya matahari. Menurut Ashari (1995), tanaman nanas dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi lebih dari 200 -800 m dpl. Jenis tanah yang paling ideal adalah tanah yang mengandung pasir, subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah yang cocok adalah 5 -5.6. Nanas tumbuh dan berproduksi pada kisaran curah hujan yang cukup luas yaitu dari 600 sampai diatas 3500 mm/tahun dengan curah hujan optimum untuk pertumbuhan yaitu 1000 -1500 mm/tahun.

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam budidaya nanas. Laju pertumbuhan dan perkembangan berhubungan positif dengan kenaikan suhu sampai 29 º C, pada suhu yang tinggi ukuran tanaman dan daun lebih besar, dan lebih lentur, teksturnya halus dan warnanya gelap, ukuran buah lebih besar dan kandungan asamnya lebih rendah. Pada suhu yang rendah dan daerah dat aran tinggi tanaman nanas mempunyai ukuran yang lebih pendek, daunnya sempit dengan tekstur yang cukup keras, ukuran buah kecil (kurang dari 1.8 kg), warna daging buah kuning pucat, kandungan asam cukup tinggi (± 1 %), kandungan gula rendah, tangkai buah lebih panjang daripada ukuran tanaman, mata buah lebih menonjol.


(30)

12

Pada suhu yang sedang tanaman lebih besar dan datar, daging buah lebih kuning, kandungan gula lebih tinggi, kandungan asam lebih rendah daripada buah dataran tinggi. Suhu yang optimim untuk pertumbuhan akar yaitu 29 º C, pertumbuhan daun 32 º C, dan untuk pemasakan buah yaitu 25 º C (Nakasone dan Paull, 1999).

Nakasone dan Paull (1999) memaparkan bahwa nanas biasanya dibudidayakan di daerah dengan kelembaban cukup tinggi, hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mengurangi kehilangan air dari daun melalui transpirasi. Hal penting lainnya yaitu Jumlah penyinaran matahari yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan kualitas buah nanas. Awan dapat menghambat pertumbuhan sehingga ukuran tanaman dan buah menjadi lebih kecil dengan kandungan asam yang lebih tinggi dan gula lebih rendah.

2.7 Karakteristik Sifat Fisik Tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning) Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% hingga 27 % dari totalluas daratan Indonesia (Subagyoet al.,2004 dan Notohadiprawiro, 2006). Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha). Tanah ini dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Podsolik adalah tanah di daerah hangat dan basah. Biasanya Podsolik

berkembang pada iklim basah, tropis menuju subtropis, pada hutan atau hutan dengan vegetasi rumput. Dengan sistem manajemen yang tinggi, podsolik bisa menjadi salah satu tanah paling produktif di dunia. Tanah ini berada di area bebas


(31)

13

beku untuk periode yang lama dan di area basah dengan cukup curah hujan untuk komoditas pertanian atau dengan cadangan air yang cukup untuk irigasi. Proses utama dalam pembentukan podsolik adalah pelapukan mineral liat, translokasi dari akumulasi liat dalam harison argilik atau kandik, dan pencucian kation basa dari profil tanah. Sebagian besar podsolik telah berkembang pada kondisi lembab di iklim hangat menuju tropis. Podsolik terbentuk pada permukaan lahan tua, biasanya pada vegetasi hutan, juga ada beberapa pada savanna atau bahkan vegetasi rawa (Brady dan Weil, 2002).

Penampang tanah yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi menjadikan tanah ini mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh dan dikembangkan pada tanah ini, kecuali terkendala oleh iklim dan relief. Kesuburan alami tanah Podsolik umumnya terdapat pada horizon A yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Podsolik yang sering menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu, terdapat horizon argilik yang mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro serta bertambahnya aliran permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya erosi tanah. Penelitian menunjukkan bahwa pengapuran, sistem pertanaman lorong, serta pemupukan dengan pupuk organik maupun anorganik dapat mengatasi kendala pemanfaatan tanah Podsolik (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).


(32)

14

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan PT Great Giant Pineapple. Pada penelitian dilaksanakan analisis sifat fisik tanah yang dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Junisampai September 2013.

3.2 BahandanAlat

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah, airdan larutan calgon (NaPO3)n. Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, ring sampel, linggis,oven, plastik, penggaris, penetrometer, spidol, plastik, Munsell Soil Color Chart dan alat-alat laboratorium untuk analisis tanah.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Pada lokasi 26 B yang akan disurvei dilakukan pembuatan minipitdanpengambilan sampel tanah sebanyak enam titik. Masing –

masingtigatitikproduksirendahdantigatitikproduksitinggi dengan kedalaman 0 – 20, 20 – 40dan 40 – 60 cm. Penentuan titik survei dilakukan dengandiagonal.


(33)

15

Gambar1.Titikpengambilansampellokasi 26B

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Penentuan Titik Sampel

Titik pengambilan sampel ditentukan secara diagonal untuk mewakili keadaan lahan yang akan disurvei. Banyaknya penentuan titik sampel tergantung dari luasan lahan yang akan disurvei, pada penelitian ini banyaknya titik yang diambil sebanyakenam titik.Masing –

masingtigatitikproduksirendahdantigatitikproduksitinggi.

3.4.2 Pembuatan dan Pengamatan Minipit

Pembuatan dan pengamatan minipit dilakukan di lahan tanaman nanas yang berproduksitinggidanrendah. Padasetiap titik lahanyang di surveidibuatminipit. Setelah itu minipit dideskripsikan untuk mengetahui profil tanah, struktur tanah yang ada di lapangan dan setelah melakukan pengamatan minipit dilakukan


(34)

16

pengamatan warna tanah perkedalamantanahdengan menggunakan Munsell Soil Color Chart.

3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap titik lahan tanaman nanas yang berproduksitinggidanrendah. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan

duacarayaitudenganmengambillangsungsampeltanahdenganmenggunakancangkul danpengambilansampeltanahdenganmenggunakanring sampel dengan kedalaman 0 – 20 cm, 20 – 40cm dan 40 – 60cm.

3.5 Analisis Tanah

Sampel tanah yang sudah didapat pada setiap lokasi kemudian di keringkan dan dianalisis di Laboratorium Fisika.Sifat fisik tanah yang dianalisis adalah

susunanporitanah, warnatanah, kekuatantanah, kerapatanisidanteksturtanah.

3.5.1 Susunan Pori Tanah

Nilai pF digunakan untuk menghitung susunan pori tanah. Adapun nilai pF yang dihitung mulai dari pF0, pF1, pF2, dan pF2,5. Masing-masing pF dijenuhkan selama 2 hari dan kemudian ditimbang bobot tanahnya. pF0 dinyatakan ketika tanah dalam kondisi jenuh atau ketika semua ruang pori yang ada dalam tanah terisi oleh air, Nilai pF1 artinya ketika air pada selang diturunkan sebesar 10 cm dari posisi awal, sehingga air yang tadinya menjenuhi tanah akan keluar dari tanah. Kemudian dilanjutkan dengan pF2 yaitu ketika air kembali diturunkan setinggi


(35)

17

100 cm dan pF2,5 adalah ketika air diturunkan setinggi 340 cm. Setelah analisis pF selesai dilakukan pengovenan pada sampel tanah, hal ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam sampel tersebut.

RING SAMPEL pF0 (0cm) ditimbang

pF1 (10cm)

ditimbang

pF2 (1m) SELANG BERISI AIR

ditimbang

pF2,54 (3,40cm ditimbang+oven Gambar 2. Skema alat penentuan pF tanah

3.5.2 Warna Tanah

Analisis warna tanah dilakukan dengan menggunakan Munsell Soil Color Chart, adapunprosedurnyasebagaiberikut:

a. Tentukanlapisan/horizon, kedalaman/ketebalanlapisan, dansimbollapisan yangterdapatpadasuatuprofiltanah.

b. Setelahmenentukanlapisan, kemudianambilcontohtanahdarimasing – masinglapisan.

SAMPEL TANAH P


(36)

18

c. Tentukanwarnadasartanah (matriks) darimasing – masinglapisandengan menggunakanMunsell Soil Chart.

3.5.3 Kekuatan Tanah

Analisis kekuatan tanah dengan menggunakan penetrometersaku, adapunprosedurnyasebagaiberikut:

a. Geser cincin pembaca sampai ujung bagian bawah skala penetrometer. b. Ratakan bidang tanah yang akan diuji.

c. Tusukkan penetrometer secara pelan dan tegak sampai ujung batang penusuk masuk sedalam tanda batas beralur.

d. Penetrometer dicabut dan selanjutnya baca angka yang ditunjukkan cincin pembaca.

e. Ulangi sampai 10 kali pada bidang yang berdekatan. f. Ambil contoh tanahnya dan ukur kadar lengasnya.

3.5.4 Kerapatan Isi

Analisis kerapatan isi dilakukan dengan metode clod, adapun prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. Diambil bongkahan tanah sebesar 5 – 8 cm dan diletakan pada suatu wadah. b. Bongkahan diikat dengan benang dan ditimbang.

c. Lapisi bongkahan tersebut dengan lilin, setelah kering lalu ditimbang. d. Dimasukan bongkahan yang sudah terlapis oleh lilin ke dalam gelas ukur yang berisi air.


(37)

19

3.5.5 Tekstur

Analisis tekstur dilakukan dengan metode hidrometer, adapun prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. 50 g tanah ditimbang dan dimasukkan dalam gelas erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 100 ml calgon dikocok dan dibiarkan selama 10 menit.

b. Masukkan dalam gelas pengaduk listrik dan berikan 400 ml air aquades dan kocok selama 5 menit.

c. Suspensi dipindahkan kedalam tabung sedimentasi 1000 ml dan ditambahkan air sampai batas, dan diaduk selama 2 menit.

d. Bersamaan alat pengaduk diangkat, stopwatch dinyalakan kemudian dimasukan hidrometer setelah sekitar 20 detik, setelah 40 detik angka yang ditunjukan oleh hidrometer (H1) dibaca. Kemudian angkat hidrometer dan dicuci serta dibaca susupensi dengan menggunakan termometer (T1).

e. Susupensi dibiarkan selama 2 jam (120 menit) kemudian hidrometer kembali dimasukan dan dibaca sebagai pembacaan ke II (H2). Hidrometer diangkat dan diukur kembali suhu susupensinya (T2).

f.Tekstur tanah ditentukan dengan segitiga tekstur stelah diperoleh presentase pasir, debu, dan liat. Adapun persentase pasir, debu dan liat ditentukan dengan menggunakan rumus:

% + %�� = �1− 1 + ��

� � ℎ × 100%

%�� = �2− 2 + ��

� � ℎ × 100%

%�� = % + %�� −%�� %� � = 100%− % + %��


(38)

20

� � ℎ=

(1 +� ) Keterangan :

BB = Berat basah tanah BK = Berat kering tanah KA = Kadar air tanah (%)

H1 = Angka hydrometer pada 40 detik H1 = Angka hydrometer pada 120 detik B = Angka hydrometer blanko = 0 FK = Faktor koreksi = 0,36 (T-20)

T = suhu suspensi yang diukur setelah 40 detik (T1) atau setelah 120 menit (T2)

3.6 Analisis Data

Analisis data dilakukandenganmembandingkan data yang

diperolehpadasaatpenelitiandibandingkandengankriteriasifatfisiktanah yang telahbaku.

1. Susunan Pori

Tabel 2. Kriteria Kemampuan Pori- Pori Tanah Memegang Air (LPT,1980).

Pori drainase (% volume) Kriteria

<5 Sangat rendah

5 – 10 Rendah

10 – 15 Sedang

> 15 Tinggi

Pori air tersedia (% volume) Kriteria

< 5 Sangat rendah

5 – 10 Rendah

10 – 15 Sedang

15 – 20 Tinggi


(39)

21

2. Porositas

Tabel 3. Klasifikasi Porositas (FAO, 2006).

Kelas %

Sangat rendah < 2

Rendah 2 – 5

Sedang 5 – 15

Tinggi 15 – 40

Sangat tinggi > 40

3. Kerapatan Isi

Tabel 4. Kerapatan Isi Ideal Bagi Tanaman (USDA, 2008).

Tekstur

Kerapatan isi ideal untuk pertumbuhan tanaman

(g/cm3)

Kerapatan isi yang membatasi pertumbuhan

akar (g/cm3)

Pasir <1.60 <1.85

Debu <1.40 <1.65


(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik sifat fisik pada lahan produksi rendah memiliki pori drainase sangat rendah sampai dengan sedang, warna tanah coklat kekuningan, tekstur tanah liat berpasir, kekuatan tanah 77,35 psi–178,89 psi dan kerapatan isi ideal pertumbuhan akar dari kedalaman 0–40 cm yaitu sebesar 1,36 g cm-3pada kedalaman 0–20 cm dan 1,41 g cm-3pada kedalaman 20–40 cm.

2. Karakteristik sifat fisik pada lahan produksi tinggi memiliki pori drainase sangat rendah sampai dengan sedang, warna tanah orange, tekstur tanah liat berpasir, kekuatan tanah 96,69 psi–125,70 psi dan kerapatan isi ideal pertumbuhan akar dari kedalaman 0–60 cm yaitu sebesar 1,29 g cm-3pada kedalaman 0–20 cm, 1,38 g cm-3pada kedalaman 20–40 cm dan 1,45 g cm-3pada kedalaman 40–60 cm.


(41)

36

5. 2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh sifat fisik tanah terhadap pertumbuhan tanaman nanas.


(42)

37

PUSTAKA ACUAN

Allen, B. and B.F. Hajek. 1989. Mineral occurrence in soil environment. Pp 199- 278. In J.B. Dixon and S. B. Weed (Eds.). Minerals in Soils Environments. 2nd edition. Soil Sci. Soc. of Amer. Wisconsin, USA.

Ashari, S. 1995. Hortikultura : Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hlm. Badan Pusat Statistik 2012. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik Republik

Indonesia, Jakarta.

Brady, N. Dan R. Weil, 2002. The Nature and Properties of Soils. Prentice Hall. New Jersey.

Certini, Gracomo dan Riccardo Scalenghe. 2006. Soil : Basics Concept Future Challenge. Cambridge University Press. Cambridge.

Collins, J. L. 1960. The Pineapple. Word Crops Series. Leonard Hill -Intercience Inc. London. Page: 294.

Dani, O and J. M. Wrath. 2000. Water movement in soil. In M. E. Summer (ed.). Handbook of Soil Science. CRC Press, Boca Raton-London-New York Washington D.C. p. A53-A86.

Darmawijaya, M. L. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Djaenuddin. 1997. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Puslitnak, Bogor.

Eswaran, H. and C. Sys. 1970. An evaluation of the free iron in tropical andesitic soils. Pedologie 20: 62-65.

FAO. 2006. Guidelines for soil description. 4rd Edition, Rome. 97-52.

Foth, H. D. 1990. Fundamentals of soil science. John Wiley and Sons. New York. Gliessman, R. S. 2000. Agroecology Ecological Processes in Sustainable

Agriculture. CRC Press LLC., Florida.

Hanafiah, A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapres. Jakarta.


(43)

38

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu-Ilmu Tanah Perguruan Tinggi. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Kalsim, D. K. 2002. Rancangan Irigasi Gravitasi, Drainase dan Infrastruktur. Bagian Teknik Tanah dan Air. Departemen Teknik Pertanian. IPB Bogor. Munir, M. 1996. Tanah Ultisol – Tanah Ultisol Di Indonesia. Pustaka Jaya.

Jakarta.

Nakasome, H. Y and R. E. Paul. 1998. Tropical Fruits. CAB International. London, pp: 292-327.

Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1999. Tropical Fruits. Cab. International. London.

Prasetyo, B. H. dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Rao, T. P. and O. Ito, 1998. Differences in Root System morphology and Root Respiration in Relation to Nitrogen Uptake among Six Crop Species. Japan Agriculture Research Quartery 32: 97-103.

Rawls, W. J dan Y.A Parchepsky. 2002. Soil consistence and structure as predictors of water retention. Soil Science Journal 66: 115-118 Santoso, H. B. 1998. Nanas Kering. Yogyakarta. Kanisisus.

Samson, J. A. 1980. Trofical Fruits. Longman. London and New York.

Schulze, D. G. 1989. An Introduction to Soil mineralogy. In J.B. Dixon and S.B. Weed (Eds.). Minerals in Soils Environments. 2nd edition. Soil Sci. Soc. of Amer. Wisconsin, USA.

Schwertmann, U and R. M. Taylor. 1989. Iron Oxides. In J.B. Dixon and S.B. Weed (Eds.). Minerals in Soils Environments. 2nd edition. Soil Sci. Soc. of Amer. Wisconsin, USA.

Soekardi, M. 1986. Cara menduga air tersedia dan sifatsifat tanah lainnya. Penelitian Tanah dan Pupuk 5: 28-33.


(44)

39

Sri Adiningsih, J. dan Mulyadi. 1993. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alang-alang. hlm. 29−50. Dalam S. Sukmana,

Suwardjo, J. Sri Adiningsih, H. Subagjo, H. Suhardjo, Y. Prawirasumantri (Ed.). Pemanfaatan lahan alang-alang untuk usaha tani berkelanjutan. Prosiding Seminar Lahan Alang-alang, Bogor, Desember 1992. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.

Subagyo, H. Suharta, N. dan Siswanto, A.B. 2004. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. http://124.81.86.181/publikasi/p325 2061.pdf. [28 Maret 2009]. Subowo, J. Subagja, dan M. Sudjadi. 1990. Pengaruh Bahan Organik terhadap

Pencucian Hara Tanah Ultisol Rangkasbitung Jawa Barat. Pemberitaan Penel. Tanah dan Pupuk. 9: 26-31.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. ANDI Offset

Yogyakarta.

Suwardjo, H., Sinukaban, N., dan Barus, A. 1984. Masalah erosi dan konservasi tanah di Daerah Transmigrasi. Prosiding Pertemuan Teknis Peneliti Pola Usahatani Menunjang transmigrasi. Badan Litbang Pertanian. Deptan. Bogor.

United State Department of Agricultural, 2008. The Nature and Properties of Soils. Soil Quality Indicators. Page 3.


(1)

21

2. Porositas

Tabel 3. Klasifikasi Porositas (FAO, 2006).

Kelas %

Sangat rendah < 2

Rendah 2 – 5

Sedang 5 – 15

Tinggi 15 – 40

Sangat tinggi > 40

3. Kerapatan Isi

Tabel 4. Kerapatan Isi Ideal Bagi Tanaman (USDA, 2008).

Tekstur

Kerapatan isi ideal untuk pertumbuhan tanaman

(g/cm3)

Kerapatan isi yang membatasi pertumbuhan

akar (g/cm3)

Pasir <1.60 <1.85

Debu <1.40 <1.65


(2)

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik sifat fisik pada lahan produksi rendah memiliki pori drainase sangat rendah sampai dengan sedang, warna tanah coklat kekuningan, tekstur tanah liat berpasir, kekuatan tanah 77,35 psi–178,89 psi dan kerapatan isi ideal pertumbuhan akar dari kedalaman 0–40 cm yaitu sebesar 1,36 g cm-3pada kedalaman 0–20 cm dan 1,41 g cm-3pada kedalaman 20–40 cm.

2. Karakteristik sifat fisik pada lahan produksi tinggi memiliki pori drainase sangat rendah sampai dengan sedang, warna tanah orange, tekstur tanah liat berpasir, kekuatan tanah 96,69 psi–125,70 psi dan kerapatan isi ideal pertumbuhan akar dari kedalaman 0–60 cm yaitu sebesar 1,29 g cm-3pada kedalaman 0–20 cm, 1,38 g cm-3pada kedalaman 20–40 cm dan 1,45 g cm-3pada kedalaman 40–60 cm.


(3)

36

5. 2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh sifat fisik tanah terhadap pertumbuhan tanaman nanas.


(4)

PUSTAKA ACUAN

Allen, B. and B.F. Hajek. 1989. Mineral occurrence in soil environment. Pp 199- 278. In J.B. Dixon and S. B. Weed (Eds.). Minerals in Soils Environments. 2nd edition. Soil Sci. Soc. of Amer. Wisconsin, USA.

Ashari, S. 1995. Hortikultura : Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hlm. Badan Pusat Statistik 2012. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik Republik

Indonesia, Jakarta.

Brady, N. Dan R. Weil, 2002. The Nature and Properties of Soils. Prentice Hall. New Jersey.

Certini, Gracomo dan Riccardo Scalenghe. 2006. Soil : Basics Concept Future Challenge. Cambridge University Press. Cambridge.

Collins, J. L. 1960. The Pineapple. Word Crops Series. Leonard Hill -Intercience Inc. London. Page: 294.

Dani, O and J. M. Wrath. 2000. Water movement in soil. In M. E. Summer (ed.). Handbook of Soil Science. CRC Press, Boca Raton-London-New York Washington D.C. p. A53-A86.

Darmawijaya, M. L. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Djaenuddin. 1997. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Puslitnak, Bogor.

Eswaran, H. and C. Sys. 1970. An evaluation of the free iron in tropical andesitic soils. Pedologie 20: 62-65.

FAO. 2006. Guidelines for soil description. 4rd Edition, Rome. 97-52.

Foth, H. D. 1990. Fundamentals of soil science. John Wiley and Sons. New York. Gliessman, R. S. 2000. Agroecology Ecological Processes in Sustainable

Agriculture. CRC Press LLC., Florida.

Hanafiah, A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapres. Jakarta.


(5)

38

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu-Ilmu Tanah Perguruan Tinggi. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Kalsim, D. K. 2002. Rancangan Irigasi Gravitasi, Drainase dan Infrastruktur. Bagian Teknik Tanah dan Air. Departemen Teknik Pertanian. IPB Bogor. Munir, M. 1996. Tanah Ultisol – Tanah Ultisol Di Indonesia. Pustaka Jaya.

Jakarta.

Nakasome, H. Y and R. E. Paul. 1998. Tropical Fruits. CAB International. London, pp: 292-327.

Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1999. Tropical Fruits. Cab. International. London.

Prasetyo, B. H. dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Rao, T. P. and O. Ito, 1998. Differences in Root System morphology and Root Respiration in Relation to Nitrogen Uptake among Six Crop Species. Japan Agriculture Research Quartery 32: 97-103.

Rawls, W. J dan Y.A Parchepsky. 2002. Soil consistence and structure as predictors of water retention. Soil Science Journal 66: 115-118 Santoso, H. B. 1998. Nanas Kering. Yogyakarta. Kanisisus.

Samson, J. A. 1980. Trofical Fruits. Longman. London and New York.

Schulze, D. G. 1989. An Introduction to Soil mineralogy. In J.B. Dixon and S.B. Weed (Eds.). Minerals in Soils Environments. 2nd edition. Soil Sci. Soc. of Amer. Wisconsin, USA.

Schwertmann, U and R. M. Taylor. 1989. Iron Oxides. In J.B. Dixon and S.B. Weed (Eds.). Minerals in Soils Environments. 2nd edition. Soil Sci. Soc. of Amer. Wisconsin, USA.

Soekardi, M. 1986. Cara menduga air tersedia dan sifatsifat tanah lainnya. Penelitian Tanah dan Pupuk 5: 28-33.


(6)

Sri Adiningsih, J. dan Mulyadi. 1993. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alang-alang. hlm. 29−50. Dalam S. Sukmana,

Suwardjo, J. Sri Adiningsih, H. Subagjo, H. Suhardjo, Y. Prawirasumantri (Ed.). Pemanfaatan lahan alang-alang untuk usaha tani berkelanjutan. Prosiding Seminar Lahan Alang-alang, Bogor, Desember 1992. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.

Subagyo, H. Suharta, N. dan Siswanto, A.B. 2004. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. http://124.81.86.181/publikasi/p325 2061.pdf. [28 Maret 2009]. Subowo, J. Subagja, dan M. Sudjadi. 1990. Pengaruh Bahan Organik terhadap

Pencucian Hara Tanah Ultisol Rangkasbitung Jawa Barat. Pemberitaan Penel. Tanah dan Pupuk. 9: 26-31.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. ANDI Offset Yogyakarta.

Suwardjo, H., Sinukaban, N., dan Barus, A. 1984. Masalah erosi dan konservasi tanah di Daerah Transmigrasi. Prosiding Pertemuan Teknis Peneliti Pola Usahatani Menunjang transmigrasi. Badan Litbang Pertanian. Deptan. Bogor.

United State Department of Agricultural, 2008. The Nature and Properties of Soils. Soil Quality Indicators. Page 3.