KAJIAN SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN NANAS (Ananas comosus L.) PRODUKSI TINGGI DAN RENDAH DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE LAMPUNG TENGAH
ABSTRAK
KAJIAN SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN
PERTANAMAN NANAS (Ananas comosusL.) PRODUKSI TINGGI DAN RENDAH DI PTGREAT GIANT PINEAPPLELAMPUNG TENGAH
Oleh
Miftahul Niam AlMusyafa’
Dalam penyiapan lahan untuk tanaman nanas, PT GGP menerapkan olah tanah intensif yang lama kelamaan dapat menibulkan dampak negatif diantaranya adalah penurunan kualitas fisik tanah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti meningkatnya kekuatan tanah akibat adanya tekanan dari alat–alat pertanian. Degradasi sifat fisik tanah berpengaruh terhadap perubahan perubahan kualitas sifat fisik seperti meningkatnya kepadatan dan kekuatan tanah serta menurunkan kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik sifat fisik tanah pada lahan yang menghasilkan produksi rendah dan lahan yang menghasilkan produksi tinggi di lahan pertanaman nanas di PTGreat Giant PineappleTerbanggi Besar Lampung Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada pada areal pertanaman nanas di lokasi 26B PTGreat Giant PineappleTerbanggi Besar Lampung Tengah dan analisis tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung bulan September 2014. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik pengambilan sampel tanah dilakukan
(2)
dengan metode diagonal. Pengamatan dilaksanakan pada setiap lapisan kedalaman tanah 0–20 cm, 20–40 cm dan 40–60 cm. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu pembuatan dan pengamatan profil mini, pengambilan contah tanah dilakukan untuk analisis kerapatan isi dan porositas tanah dengan menggunakan metode clod, dan analisis tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Nilai kerapatan isi dan kekuatan tanah pada lahan pertanaman nanas yang
menghasilkan produksi rendah lebih besar (kualitasnya lebih buruk) dibandingkan pada lahan yang menghasilkan produksi tinggi. (2) Laju infiltrasi pada lahan pertanaman nanas yang menghasilkan produksi rendah lebih lambat dibandingkan pada lahan yang menghasilkan produksi tinggi. (3) Kompaksi berpengaruh terhadap menurunnya kualita sifat fisik tanah seperti meningkatnya kepadatan dan kekuatan tanah, serta menurunkan kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air.
(3)
KAJIAN SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN
PERTANAMAN NANAS (Ananas comosusL.) PRODUKSI TINGGI DAN RENDAH DI PTGREAT GIANT PINEAPPLELAMPUNG TENGAH
Oleh
MIFTAHUL NIAM ALMUSYAFA’
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
KAJIAN SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN
PERTANAMAN NANAS (Ananas comosusL.) PRODUKSI TINGGI DAN RENDAH DI PTGREAT GIANT PINEAPPLELAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
MIFTAHUL NIAM ALMUSYAFA’
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG 2015
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Titik pengambilan Sampel ... 17
2. Grafik Laju Infiltrasi lokasi Produksi Rendah dan Tinggi ... 25
3. Penampang Profil mini Titik I ... 31
4. Penampang Profil mini Titik II ... 31
5. Penampang Profil mini Titik III ... 32
6. Penampang Profil mini Titik IV ... 32
7. Penampang Profil mini Titik V ... 33
8. Penampang Profil mini Titik VI ... 33
9. Sampel Analisis Tanah ... 34
10. Analisis Sifat Fisik Tanah ... 34
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
I. PENDAHULUAN……….... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.3 Kerangka Pemikiran ... 4
1.4 Hipotesis ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 7
2.1 Sejarah dan Klasifikasi Tanaman Nanas ... 7
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Nanas ... 8
2.3 Budi Daya Tanaman Nanas ... 9
2.4 Kompaksi atau Pemadatan Tanah ... 11
2.5 Pengaruh Kompaksi Tanah Terhadap Sifat Fisik ... 11
2.5.1 Pengaruh Kompaksi Terhadap Kerapatan Isi ... 12
2.5.2 Pengaruh Kompaksi Terhadap Porositas ... 13
2.5.3 Pengaruh Kompaksi Terhadap Kekuatan Tanah ... 14
2.5.4 Pengaruh Kompaksi Terhadap Infiltrasi ... 15
III. BAHAN DAN METODE ………. 16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
3.2 Bahan dan Alat ... 16
(7)
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 18
3.4.1 Pembuatan dan Pengamatan Minipit ... 18
3.4.2 Pengambilan Sampel Tanah ... 18
3.4.3 Analisis Tanah... 18
3.5 Analisis Data ... 19
3.5.1 Kerapatan Isi (Bulk Density) ... 19
3.5.2 Total Ruang Pori (Porositas) ... 19
3.5.3 Tahanan Penetrasi (Kekuatan Tanah) ... 20
3.5.4 Infiltrasi Tanah ... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 22
4.1 Hasil Penelitian ... 22
4.1.1 Kerapatan Isi ... 22
4.1.2 Porositas (Ruang Pori Total) ... 22
4.1.3 Kekuatan Tanah ... 23
4.1.3 Perbandingan Sifat Fisik Tanah Produksi Tinggi dan Rendah ... 23
4.1.5 Laju Infiltrasi ... 24
4.2 Pembahasan ... 25
V. KESIMPULAN ... 29
PUSTAKA ACUAN ... .. 30
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kelas Porositas Tanah. ... 20 2. Nilai Rata - rata Kerapatan Isi Lokasi Produksi Rendah
dan Tinggi. ... 22 3. Nilai Rata - rata Ruang Pori Total Lokasi Produksi Rendah
dan Tinggi. ... 23 4. Nilai Rata–rata Kekuatan Tanah Lokasi Produksi Rendah
dan Tinggi. ... 23 5. Perbandingan Nilai Sifat Fisik Tanah Lokasi Produksi Rendah
dan Tinggi. ... 24 6. Analisis Kerapatan Isi dan Ruang Pori Total Lahan Pertanaman
Nanas Produksi Rendah. ... 36 7. Analisis Kerapatan Isi dan Ruang Pori Total Lahan Pertanaman
Nanas Produksi Tinggi. ... 37 8. Analisis Kekuatan Tanah Lokasi 26B Lahan Pertanaman Nanas
Produksi Rendah. ... 38 9. Analisis Kekuatan Tanah Lokasi 26B Lahan Pertanaman Nanas
Produksi Tinggi. ... 39 10. Data Analisis Laju Infiltrasi Lokasi 26B Lahan Pertanaman
Nanas Produksi Rendah. ... 40 11. Data Analisis Laju Infiltrasi Lokasi 26B Lahan Pertanaman
(9)
(10)
(11)
Alhamdulllahirabbil alamin
. Alhamdulllahirabbil alamin
.
Alhamdulllahirabbil alamin
.
Tak henti-hentinya dengan mengucap syukur pada_Mu ya Rabb
Ku persembahkan karya mungil ini
Keada Kedua Orang Tuaku tercinta untuk segala kasih sayangnya yang tak
terhingga
Untuk Adik-Adikku
terima kasih tiada tara atas segala support yang telah diberikan selama ini dan
semoga dapat menggapaikan keberhasilan juga di kemudian hari.
Kepada teman-teman seperjuangan
(12)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Kurungan Nyawa I, Kecamatan Buay Madang, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan pada tanggal 12 Februari 1989, putra sulung dari keluarga Bapak Sugito dan Ibu Siti Tsalasiyah.
Pendidikan penulis di Madrasah Ibtidaiyah NU Tugasari Buay Madang OKU Timur diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan Madrasah Tsanawiyah Al Islami Tugasari Buay Madang OKU Timur diselesaikan pada Tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas Al Hikmah Muncar Banyuwangi Jawa Timur diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui Jalur Ujian Mandiri (UM). Pada Tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PTGreat Giant Pinnaple Company(GGPC). Pada tahun 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Simpang Asam, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan.
Selama tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung, penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Fisika Tanah. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Agronomi Pencinta Alam (AGROPALA) sebagai anggota.
(13)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan kemudahan dalam
menyelesaikan penelitian dan penulisanskripsi yang berjudul “Kajian Sifat Fisik Tanah pada Lahan Pertanaman Nanas Produksi Tinggi dan Rendah di PTGreat Giant PineappleLampung Tengah”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada:
1. Kedua Orang Tuaku tersayang Bapak Sugito dan Ibu Siti Tsalasiyah, serta adik–adikku Vety Nuraisiyah, dan Ulin Ni'matur rosyidah yang selalu memberikan kasih sayang dando’aserta restunya kepada penulis hingga terselesainya karya ini.
2. Bapak Dr. Ir. Afandi, M.P., selaku pembimbing Pertama, yang telah
membimbing dan memberikan motivasi selama penulis menjalankan penelitian hingga penyusunan skripsi ini selesai.
3. Bapak Ir. Hery Novpriansyah, M.Si., selaku pembimbing Kedua yang telah memberikanmotivasi, arahan, dan nasehat hingga penulisan skripsi ini selesai.
(14)
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si, selaku Pembahas, yang telah memberikan pengarahan, kritik, saran, ilmu, arahan, dan nasehat yang bersifat membangun kepada penulis.
5. Seluruh dosen-dosen Jurusan Agroteknologi dan Fakultas yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Lampung.
6. Bapak Didi P. S.P., selaku pembimbing lapangan penulis yang memberikan bantuan, nasihat dan saran kepada penulis.
7. Ana Bariroh yang selalu memberikan kasih sayang dan kesetiaannya mendampingi dalam menjalani bahtera kehidupan.
8. Tim penelitian seperjuangan Holilullah, Sp. dan Made Pujawan, serta sahabat Agroteknologi 2008 Terima kasih atas segala dukungan, dan kebersamaannya. 9. Sahabat-sahabatku tercinta Kresna Shifa Usodri, Sp., Agus Setiawan S.P.,
Alexander Sibuea S.P., Deva Ristianti S.P., M. Topik, Devy Putri Aryadi S.P. Trisina Dwi Pratiwi S.P., M. Taufik Indrawan, Mastutik Sri Listyowati S.P., Lukmansyah, Fatwa Masrinialdi dan yang semuanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya.
Penulis mendo'akan semoga Allah SWT memberikan balasan dan karunia kepada kita semua. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin ya Robbal 'alamin.
Bandar Lampung, 30 November 2015 Penulis,
(15)
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) merupakan bagian yang paling luas dari total keseluruhan lahan kering di
Indonesia. Penyebaranya yang paling luas dan dominan seperti di pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya merupakan potensi yang sangat baik untuk memperluas lahan pertanian di luar pulau Jawa terutama disektor perkebunan dan industri tanaman. Dalam skala besar, tanah jenis ini telah banyak dimanfaatkan untuk lahan perkebunan kelapa sawit, karet, serta untuk tanaman industri seperti tebu dan nanas (Munir, 1996).
Dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman, sering kali terhambat berbagai kendala. Erosi dan penurunan kandungan bahan organik yang cepat merupakan salah satu kendala fisik pada tanah Ultisol dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini disebabkan karena kesuburan tanah Ultisol sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organic pada lapisan atas. Erosi menyebabkan kemunduran sifat kimia dan fisika tanah seperti hilangnya unsur hara dan bahan organik tanah. Selain itu berpengaruh juga terhadap kemampuan tanah menahan air dan menurunkan kapasitas infiltrasi tanah serta meningkatkan kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah (Arsyad, 2010). Dampak
(16)
2
dari kondisi tersebut dilapangan dapat dilihat terutama dengan memburuknya kualitas fisik tanah seperti meningkatnya kepadatan tanah, adanya genangan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
PTGreat Giant Pineapplemerupakan Perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan sekaligus pabrik pengolahan tanaman nanas di Lampung yang mempunyai luas total areal sebesar ± 32.000 hektar dan luas efektif tanaman nanas ± 20.000 hektar dengan jenis tanahnya sebagian besar adalah tanah Ultisol. Pengolahan tanah secara terus menerus dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah. Degradasi sifat fisik yang ditimbulkan seperti rusaknya struktur dan agregat tanah, berkurangnya ruang pori tanah, meningkatnya kerapatan isi dan kekuatan tanah serta menurunnya kapasitas infiltrasi tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman nanas.
Menurut Damanik (2007), kompaksi adalah penyusutan partikel–partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi berkurang. Secara umum pemadatan tanah merupakan masalah yang komplek karena melibatkan berbagai aspek dari tanah tersebut serta mempunyai hubungan yang nyata dengan sifat fisik, kimia dan biologi tanah termasuk faktor lingkungan seperti iklim. Kompaksi dapat mengurangi aerasi tanah, mengurangi ketersedian air bagi tanaman dan menghambat pertumbuhan akar tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi tidak maksimal.
Secara alami semua jenis tanah termasuk tanah ultisol akan mengalami kompaksi dan membentuk lapisan padat(pan)akibat dari menurunnya kualitas tanah.
(17)
3
Kandungan liatnya yang tinggi di tambah pengolahan tanah yang kurang tepat seperti mengolah tanah dalam keadaan basah dapat merusak tanah. Pengolahan tanah pada saat masih basah dapat mengurangi pori tanah dan meningkatkan kekuatan tanah sehingga tanah akan membentuk lapisanpanatau padatan yang dapat mengganggu penetrasi akar sehingga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman (Prasetyo dkk 2006).
Banyak faktor yang dapt mempengaruhi pertumbuhan tanaman, salah satunya yang tergolong sangat penting adalah sifat fisik tanah tersebut. Meskipun suatu jenis tanah mempunyai sifat kimia yang baik, tanpa disertai dengan sifat fisik yang baik maka pertumbuhan tanaman tidak akan mencapai maksimal. Hal ini dikarenakan tidak dapat diserapnya unsur hara yang terdapat dalam tanah secara maksimal. Selain itu, jika sifat fisik tanah kurang baik maka perkembangan akar tanaman akan terganggu karena sulitnya akar tersebut menembus tanah atau berkembang dalam tanah sehingga akan kesulitan mengambil unsur hara (yang berada di sekitar tanaman). Berhubung dengan hal tersebut, perlu dilakukan pengkajian sifat fisik tanah untuk menunjang dalam upaya penanggulangan kerusakan tanah.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik sifat fisik tanah pada lahan yang menghasilkan produksi rendah dan lahan yang menghasilkan produksi tinggi di lahan pertanaman nanas di PTGreat Giant PineappleTerbanggi Besar
(18)
4
1.3 Kerangka Pemikiran
Degradasi sifat fisik tanah yang ditimbulkan seperti rusaknya struktur dan agregat tanah, berkurangnya ruang pori tanah, meningkatnya kerapatan isi dan kekuatan tanah serta menurunnya kapasitas infiltrasi tanah dapat mempengaruhi
produktivitas tanaman menjadi tidak optimal. Hal ini terjadi karena tanaman tidak dapat menyerap unsure hara dengan baik sehingga pertumbuhannya menjadi tidak maksimal. Kompaksi merupakan perubahan keadaan dimana terjadi penyusutan volume tanah atau terjadi kenaikan berat tanah pada satu satuan volume tertentu.
Kondisi tanah atau tingkat kepadatan tanah dapat ditentukan dengan parameter parameter tertentu seperti porositas, kerapatan isi (bulk density), dan kekuatan tanah (Mandang dan Nishimura, 1991). Jika terjadi kompaksi maka air dan udara sulit disimpan dan ketersediaannya terbatas dalam tanah sehingga menyebabkan terhambatnya pernapasan akar dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas mikroorganisme yang rendah.
Pengaruh pemadatan tanah terhadap produksi lebih nyata pada beberapa jenis tanah, tanah lempung liat berpasir lebih terpangaruh oleh pemadatan dari pada lempung berpasir. Pemadatan tanah juga dapat menurunkan aerasi tanah sehingga menghambat metabolisme perakaran tanaman, meningkatkan kekuatan tanah dan menghambat perkembangan akar, menurunkan permeabilitas tanah sehingga meningkatkan aliran permukaan dan erosi (James dan Donald, 1993).
Menurut Regharan, Fansey, Reeder (1990) dalam Darusman dkk., (1995) pengolahan tanah dengan menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor tanpa
(19)
5
memperhatikan kandungan air tanah bisa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas tanah. Bila gaya-gaya di dalam tanah tidak dapat menahan gaya yang diberikan oleh alat yang digunakan dalam pengolahan tanah, maka akan menimbulkan efek samping pada tanah tersebut seperti kompaksi yang dapat menghilangkan kestabilan ruang pori dalam tanah. Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air dalam tanah tersebut. Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam menahan air. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil di bandingkan tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah–tanah bertekstur berlempung atau liat (Hardjowigeno, 2003).
Bahri (2003) menyatakan bahwa kompaksi berpengaruh pada lingkungan fisik sehingga mengurangi permeabilitas tanah, pengisian air tanah terhambat dan limpasan air dan erosi dapat terjadi. Kepadatan tanah erat kaitannya dengan nilai kerapatan isi dari suatu tanah. Kerapatan isi merupakan petunjuk kerapatan tanah, makin padat suatu tanah maka makin sulit meneruskan air dan juga penetrasi akar. Mengetahui nilai kerapatan isi juga sangat penting, karena kita dapat mengetahui kebutuhan pupuk atau air pada tiap-tiap hektar tanah didasarkan pada berat isi tanah (Harjowigeno, 2003). Berat isi merupakan berat (massa) satu satuan volume tanah kering, umumnya dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik. Berat isi ditentukan oleh porositas dan padatan tanah.
Meningkatnya nilai kerapatan isi mengakibatkan berkurangnya ketersediaan air dan udara akibat berkurangnya ruang pori dalam tanah tersebut. Semakin tinggi nilai kerapatan isi suatu tanah akan mengurangi kemampuan tanah dalam
(20)
6
menyerap air. Menurut Hakim dkk. (1986), Infiltrasimerupakan peristiwa
masuknya air kedalam tanah melalui permukaan tanah secara vertikal, sedangkan porositas adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Banyaknya air persatuan waktu yang masuk ke dalam tanah dikenal sebagai laju infiltrasi (infiltration rate). Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar.
1.4 Hipotesis
1. Nilai kekuatan tanah pada lahan pertanaman nanas yang menghasilkan produksi rendah lebih besar dibandingkan pada lahan yang menghasilkan produksi tinggi.
2. Nilai kerapatan isi pada lahan pertanaman nanas yang menghasilkan produksi rendah lebih besar dibandingkan pada lahan yang menghasilkan produksi tinggi.
3. Laju infiltrasi pada lahan pertanaman nanas yang menghasilkan produksi rendah lebih lambat dibandingkan pada lahan yang menghasilkan produksi tinggi.
(21)
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah dan Klasifikasi Tanaman Nanas
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
Ananas comosus(L.) Merr. memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam bahasa Inggris disebutpineappledan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke -16 orang Spanyol membawa tanaman nanas ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, dan masuk ke Indonesia pada tahun 1599. Kondisi iklim tropis di Indonesia dengan curah hujan yang tinggi menyebabkankan terjadinya pencucian unsur hara, sehingga tanah -tanah di Indonesia relatif miskin unsur hara. Namun dengan tingkat curah hujan yang tinggi sangat mendukung dalam memenuhi kebutuhan air tanaman nanas (Andriyani, 2009).
Klasifikasi tanaman nanas menurut Rukmana (1996) adalah sebagai berikut: Kingdom :Plantae(tumbuh-tumbuhan)
Divisi :Spermatophyta(tumbuhan berbiji) Kelas :Angiospermae(berbiji tertutup) Ordo :Farinosae(Bromeliales) Famili :Bromiliaceae
Genus :Ananas
(22)
8
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki wilayah dataran tinggi dan rendah sehingga dapat menghasilkan berbagai jenis buah tropika. Dengan kondisi iklim demikian, buah nanas merupakan salah satu jenis buah tropika yang dapat dikembangkan dengan baik di Indonesia. Nanas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang mempunyai manfaat ganda, baik sebagai makanan segar, bahan industri makanan, bahan tekstil maupun sebagai bahan pakan ternak. Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, produksi nanas Indonesia sudah mulai memasuki pasaran internasional (Attayaya, 2008).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Nanas
Tanaman nanas memerlukan beberapa persyaratan iklim yang harus dipenuhi agar dapat tumbuh dengan baik. Faktor iklim tersebut meliputi curah hujan, ketinggian, kelembapan, temperatur, dan cahaya matahari. Daerah–daerah dengan curah hujan tahunan antara 600–2.540 mm merupakan daerah yang cocok untuk lahan pertanaman nanas. Pada daerah kering nanas masih dapat tumbuh karena struktur dan bentuk daunnya yang dapat mengurangi kehilangan air embun dan gerimis kearah pangkal daun. Selain itu terdapatnya trikoma serta lapisan hipodermis pada tanaman tersebut dapat mengurangi kehilangan air melalui stomata. Walaupun demikian daerah kering tanahnya tidak boleh lebih dari 150 cm dibawah permukaan tanah. (lisdiana dan Soemadi, 1997).
Menurut Ashari (1995), tanaman nanas dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi lebih dari 200–800 m di atas permukaan laut. Jenis tanah yang paling ideal adalah tanah yang mengandung pasir, subur, gembur, dan banyak
(23)
9
mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah yang cocok adalah 5–5,6. Nanas dapat tumbuh dan berproduksi pada kisaran curah hujan yang cukup luas yaitu dari 600 sampai diatas 3.500 mm/tahun dengan curah hujan optimum untuk pertumbuhan yaitu 1.000–1.500 mm/tahun. Lisdiana dan Soemadi (1997) juga menyatakan bahwa tanah yang paling cocok untuk tanaman nanas dengan jumlah perakaran yang sedikit, dangkal dan peka terhadap penggenangan adalah tanah dengan drainase yang baik serta mengandung humus.
2.3 Budidaya Tanaman Nanas
Di dalam budidaya tanaman nanas, kualitas bibit sangat menentukan dalam
keberhasilan penanaman. Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal, sehat serta bebas dari hama dan penyakit. Nanas dapat dikembangbiakkan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif yang digunakan adalah dengan menggunakan tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang. Sedangkan cara generatif yang digunakan yaitu dengan biji yang ditumbuhkan dalam persemaian.
Bibit yang berkualitas berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal, mempunyai daun-daun yang nampak tebal–tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak, pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untukcrowndansucker. Pemeliharaan pembibitan yakni dengan melakukan penyiraman secara berkala agar media tanam selalu lembab dan tidak kering (Lakitan, 2004). Pemupukan dilakukan dengan
(24)
10
perbandingan kadar yang sudah ditentukan. Penjarangan & pemberian pestisida dapat dilakukan jika diperlukan.
Pengolahan tanah dan penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Dalam teknik penanaman nanas ada beberapa sistem tanam, namun yang sering digunakan yaitu sistem baris tunggal (single row) dan sistem baris rangkap (double row). Tanaman nanas jika ditanam terlalu rapat dapat menyebabkan terjadinya kompetisi dalam mendapatkan cahaya dan unsur hara. Untuk menyesuaikan derajat kemasaman biasanya dilakukan pengapuran dengan menambahkan Calcit atau bahan lainnya pada saat pengolahan tanah.
Menurut Ashari (1995), pemeliharaan dan perawatan tanaman perlu dilakukan seperti penjarangan dan penyulaman serta penyiangan gulma. Pemupukan juga perlu dilakukan setelah tanaman berumur 2–3 bulan. Pemupukan susulan
berikutnya diulang tiap 3–4 bulan sekali sampai tanaman berbunga dan berbuah. Pengairan /penyiraman dilakukan 1–2 kali seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya kecil–kecil. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi dan sore hari dengan menggunakan mesin penyemprot atau embrat.
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 12–24 bulan. Pemanenan di lakukan secara bertahap dan dipilih yang telah memenuhi syarat untuk di panen seperti mahkota buah telah terbuka, tangkai ubah mengkerut, mata buah lebih mendatar, ukuran buah besar dan bentuknya bulat, warna bagian dasar buah kuning, timbul aroma nanas yang harum dan khas. Pemanenan dilakukan dengan
(25)
11
cara memotong pangkal tangkai buah secara mendatar atau miring dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar buah tidak rusak dan memar.
2.4 Kompaksi atau Pemadatan Tanah
Kompaksi tanah adalah bentuk degradasi sifat fisik tanah sebagai akibat dari pemadatan tanah yang berdampak pada menurunnya aktivitas biologi, porositas dan kapasitas infiltrasi tanah, serta kekuatan tanah dan kerapatan isinya meningkat (Nasiah, 2000). Tanah disebut kompak apabila porositas totalnya rendah sehingga menghambat masuknya air ke dalam tanah dan menghambat penetrasi akar.
Iklim dan jenis tanah juga memberikan andil dalam proses cepat lambatnya pemadatan tanah. Sanchez (1992) menyatakan bahwa masalah pemadatan tanah merupakan masalah yang mendapat perhatian yang cukup besar. Curah hujan yang tinggi di ikuti dengan penurunan kandungan bahan organik yang cepat di anggap sebagai penyebab terjadinya kompaksi. Pada tanah yang padat, pertukaran udara menjadi lambat, kandungan oksigen dalam tanah menjadi rendah, serta air sulit masuk ke dalam tanah sehingga mudah terjadi genangan yang dapat
berakibat pada pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. (Simanjuntak, 2005).
2.5 Pengaruh Kompaksi Tanah Terhadap Sifat Fisik
Pemadatan tanah dinyatakan sebagai perubahan menurunnya volume atau naiknya berat isi suatu massa tanah. McKyes (1985) menyatakan bahwa pemadatan tanah adalah perubahan makin merapatnya partikel–partikel padatan tanah dan
(26)
12
menurunnya porositas tanah. Perubahan tingkat kepadatan tanah dapat dinyatakan dengan menggunakan beberapa parameter seperti kerapatan isi, porositas, dan ketahanan penetrasi (kekuatan tanah). Tanah yang padat akan meningkatkan nilai bobot isi atau kerapatan isi dan kekuatan tanah serta menurunnya kapasitas infiltrasi dan ruang pori dalam tanah.
2.5.1 Pengaruh Kompaksi Terhadap Kerapatan Isi
Hardjowigeno (2002), menyatakan bahwa kerapatan isi menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Kerapatan isi merupakan petunjuk kepadatan tanah, makin padat suatu tanah makin tinggi kerapatan isinya yang berarti makin sulit meneruskan air ke dalam tanah dan sulit ditembus akar tanaman. Kerapatan isi tanah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah.
Berat Tanah Kering Kerapatan isi =
Volume tanah
Tekanan oleh alat–alat berat pada saat penyiapan lahan juga berpengaruh terhadap meningkatnya kerapatan isi tanah. Kerapatan isi tanah liat, lempung berliat dan lempung berdebu pada lapisan olah tanah biasanya berkisar 1,00 - 1,60 g/cm3. Meningkatnya kerapatan isi suatu tanah disebabkan oleh adanya
pemadatan, sedangkan penurunannya dipengaruhi oleh pengolahan tanah (Sarief, 1989). Semakin besar nilai kerapatan isi menunjukkan kepadatan tanah yang tinggi, dan menyebabkan perkembangan akar terganggu (Hakim dkk., 1986).
(27)
13
2.5.2 Pengaruh Kompaksi Terhadap Porositas
Porositas adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Porositas tanah erat kaitannya dengan kepadatan tanah. Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya, semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar. Semakin banyak pori makro maka tanah tersebut akan mempunyai kapasitas memegang air yang besar. Tanah yang mempunyai tekstur halus memiliki porositas total besar dan jumlah pori makro besar sehingga kapasitas memegang air juga besar (Munir, 1996).
Beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya porositas. Diantaranya adalah iklim, suhu, kelembaban dan struktur tanah, serta sifat mengembang dan mengerut (Pairunan dkk., 1997). Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang porous berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara sehingga muda keluar masuk tanah secara leluasa (Hanafiah, 2005).
Pori–pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore) dan pori halus (micro pore). Tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak dari pada tanah liat. Tanah dengan pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanah mudah mengalami kekeringan. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi kalau bahan organik
(28)
14
tinggi. Tanah dengan struktur granular/remah mempunyai porositas yang tinggi di banding dengan tanah–tanah dengan struktur massive/pejal. Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori–pori makro sehingga sulit menahan air. Hardjowigeno (2003).
Menurut Foth (1994), Porositas tanah atau total ruang pori dapat dirumuskan dengan bentuk :
BD TRP = 1–
PD dimana:
TRP = Total ruang pori (%) BD = Bulk density(g/cm3) PD = Kerapatan jenis (2,56)
2.5.3 Pengaruh Kompaksi Terhadap Kekuatan Tanah.
Voorhess dkk. (1978) mengemkakan bahwa tahanan penetrasi merupakan indikator tingkat kepadatan tanah yang lebih sensitif dari pada kerapatan isi karena hasil pengukurannya dipengaruhi oleh kadar air tanah pada saat dilakukan pengukuran. Kekuatan tanah dipengaruhi oleh kadar air,bulk densityatau
distribusi ukuran pori, dan distribusi ukuran partikel. Kekuatan tanah meningkat dengan menurunnya kadar air, semakin kecilnya potensial matriks dan semakin tingginya bulk density. Menurut Utomo (1995), lebih tingginya nilai tahanan penetrasi pada tanah berkaitan erat dengan lebih tingginya kerapatan isi tanah. Kerapatan isi yang lebih tinggi menghasilkan tanah yang lebih kompak dan sulit ditembusi oleh akar tanaman.
(29)
15
2.5.4 Pengaruh Kompaksi Terhadap Infiltrasi.
Salah satu penyebab degradasi lahan yang cukup penting adalah penurunan kualitas fisik tanah, dalam hal ini adalah rusaknya struktur tanah. Kerusakan struktur tanah umumnya dimulai oleh terbentuknya lapisan padat dan kerak di permukaan tanah. Akibat dua keadaan tersebut dapat menyebabkan kesulitan perkecambahan biji, menghambat pertumbuhan tanaman, dan pengurangan laju infiltrasi tanah. Infiltrasi merupakan peristiwa masuknya air kedalam tanah melalui permukaan tanah secara vertikal. Sedangkan banyaknya air persatuan waktu yang masuk ke dalam tanah dikenal sebagai laju infiltrasi (infiltration rate). Infiltrasi yang efektif akan menurunkan run off, sebaliknya infiltrasi yang tidak efektif akan memperbesar (Arsyad, 2010). Selanjutnya, penurunan laju infiltrasi tanah dapat mengurangi persediaan air dalam tanah, meningkatkan jumlah dan laju aliran permukaan dan pada akhirnya meningkatkan bahaya erosi pada tanah.
(30)
16
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014 pada areal pertanaman nanas (Ananas comosus) di lokasi 26B PTGreat Giant
PineappleTerbanggi Besar Lampung Tengah. Analisis sifat fisik tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung, Bandar Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah larutan calgon (NaPO3)n, lapisan plastik (cairan lilin/paraffin), sampel tanah dan air untuk
mengukur laju infiltrasi.
Sedangkan alat yang diperlukan dalam penelitian ini diantaranya adalah cangkul,
Munsell Soil Color Chart, oven, plastik, alat pengukur, timbangan, penetrometer saku dengan skala 1-4 kgf cm-2, pisau, gunting, kompor, duble ring infiltrometer, Tandon air, Pengukur waktu(stopwatch),Waterpass, alat tulis dan alat–alat labolatorium untuk analisis tanah.
(31)
17
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada lokasi 26B dengan luas areal kurang lebih 8,30 ha. Penentuan titik pengambilan sampel tanah dilakukan dengan metode diagonal. Lokasi 26B pada dasarnya merupakan satu wilayah namun terbelah menjadi dua karena dibuat jalan untuk kendaraan.
Pengambilan sampel tanah dilakukan di enam titik. Tiga titik diambil di lokasi yang menghasilkan produksi rendah (kanan jalan). Tiga titik berikutnya diambil di lokasi yang menghasilkan produksi tinggi (kiri jalan). Pada setiap titik dibuat penampang profil mini untuk pengambilan sampel tanah serta mengukur tahanan penetrasi pada setiap lapisan horizon. Pengamatan dilakukan pada kedalaman 0–20 cm, 20–40cm dan 40–60 cm. Total keseluruhan sampel yang di ambil sebanyak delapan belas sampel tanah.
Gambar 1. Titik Penganbilan Sampel
2
3 1
4 5
(32)
18
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, langkah–langkah yang dilakukan adalah:
3.4.1 Pembuatan dan Pengamatan Minipit
Membuat penampang profil dengan ukuran yang kecil pada setiap titik sampel. Dari lokasi penelitian didapatkan enam profil yang dibuat yaitu tiga profil pada lokasi produksi tinggi dan tiga lagi pada lokasi produksi rendah.
3.4.2 Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan contah tanah dilakukan untuk pengukuran sifat fisik tanah yaitu kadar air, kerapatan isi, porositas. Metode yang digunakan adalah metode clod, yaitu mengambil bongkahan tanah pada setiap titik lokasi dan setiap kedalaman yang telah ditentukan.
3.4.3 Analisis Tanah
Sampel tanah dianalisis Laboratorium Fisika Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Sifat fisik yang dianalisis antara lain kadar air, kerapatan isi, porositas dan tahanan penetrasi untuk mengukur kekuatan tanah.
(33)
19
3.5 Analisis Data
3.5.1 Kerapatan Isi (Bulk Density)
Analisis yang digunakan untuk menghitung kerapatan isi adalah dengan metode clod. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan mengambil bongkahan pada setiap titik lokasi yang telah di tentukan. Gumpalan atau bongkahan tanah dicelupkan ke dalam cairan lilin/paraffin untuk menghindarkan penyerapan air kemudian ditimbang sebelumdan di dalam air untuk mengetahui berat dan volume dari clod tersebut. Dengan mengukur volume dan berat kering tanah, besarnya kerapatan isi dapat dihitung dengan persamaan berikut:
BD = Mp/Vt
BD = bulk density(g cm-3) Mp = masa padatan (g) Vt = volume tanah (cm3)
3.5.2 Total Ruang Pori (Porositas)
Porositas atau Total Ruang Pori adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati oleh air dan udara yang dihitung menggunakan metodehitungan denganpersamaan berikut:
BD
TRP = 1– X 100%
PD dimana :
TRP = total ruang pori (%) BD = bulk density(g cm-3) PD = kerapatan jenis (2,56)
(34)
20
Tabel 1. Kelas Porositas Tanah.
Porositas (%) Kelas
100 Sangat Porous
80-60 Porous
60-50 Baik
50-40 Kurang Baik
40-30 Jelek
< 30 Sangat Jelek
Sumber: Sitorus dkk. (1980).
3.5.3 Tahanan Penetrasi (Kekuatan Tanah)
Tahanan penetrasi sebagai parameter tingkat kepadatan tanah di ukur dengan menggunakan alat penetrometer dengan skala 1–4 kgf cm-2. Pengukuran
dilakukan pada setiap lapisan horizon pada kedalaman 0–20 cm, 20–40 cm, dan 40–60 cm. Setiap kedalaman dilakukan pengukuran sebanyak 10 kali ulangan. Nilai tahanan penetrasi ditunjukkan oleh besarnya gaya yang dibutuhkan untuk menekan penetrometer masuk ke dalam tanah dibagi luasan silinder pada alat.
3.5.4 Infiltrasi Tanah
Dalam pengukuran infiltrasi tanah menggunakan alat silinder ganda (Double ring infiltrometer)yaitu dengan menancapkan ring infiltrometer ke dalam tanah hingga kedalaman kurang lebih 5–10 cm. Kemudian menutup permukaan tanah dengan lembaran plastik, dan mengisi air sampai penuh (pastikan plastik tidak bocor). Ring luar di isi air terlebih dahulu hingga penuh baru kemudian isi ring bagian dalam. Setelah ring terisi penuh, atur pada posisi siap, penutup plastik ditarik
(35)
21
bersamaan dengan dimulainya penghitungan waktu. Amati penurunan tinggi air per 30 detik (catat pada form pengukuran infiltrasi) hingga 10 menit pengamatan, rubah interval pengamatan menjadi tiap menit hingga 20 menit pengamatan, dan terakhir rubah interval pengamatan menjadi tiap 2 menit hingga 30 menit
pengamatan. Sehingga apabila di total, lama pengamatan 60 menit dengan rincian 10 menit (interval 30 detik), 20 menit (interval 1 menit) dan 30 menit ( interval 2 menit).
(36)
29
V. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai kekuatan tanah pada lahan pertanaman yang menghasilkan produksi rendah lebih besar dibandingkan pada lahan yang menghasilkan produksi tinggi.
2. Nilai kerapatan isi pada lahan pertanaman nanas yang menghasilkan produksi rendah lebih besar dibandingkan pada lahan yang menghasilkan produksi tinggi.
3. Laju infiltrasi pada lahan pertanaman nanas yang menghasilkan produksi rendah lebih lambat dibandingkan pada lahan yang menghasilkan produksi tinggi.
4. Kompaksi berpengaruh terhadap menurunnya kualita sifat fisik tanah seperti meningkatnya kepadatan dan kekuatan tanah, serta menurunkan kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air.
(37)
29
PUSTAKA ACUAN
Andriyani. 2009. Nenas.http://www.andri-imuth.blogspot.com /2009/01/. html. Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Cetakan 2–Edisi
Ke dua. Bogor. 472 hal.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. 485 p.
Attayaya. 2008.Pedoman Budidaya Nenas. http://www.attayaya.net/2008/09/09-nenas-pedoman-budidaya.html.
Bahri, M.F. 2003.Perubahan Sifat Fisik-Mekanik Tanah pada Perlakuan Bahan Organik dan Lintasan Traktor dengan lndikator Tanaman Kangkung Darat(Ipomea reptans poir). Tesis. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Damanik, P. 2007.Perubahan kepadatan tanah dan produksi tanaman kacang tanah akibat intensitas lintasan traktor dan dosis bokasi[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Darusman., Abubakar., Y. Jufri., Syakur & B. Amin., 1995. Estimasi tingkat kompaksi pada beberapa jenis tanah. Laporan Hasil Penelitian Unsyiah. Banda Aceh.
Forth, H.D. 1994. Dasar–dasar Ilmu Tanah. Edisi Ke enam. Terjemahan S. Adisoemarto. Erlangga : Jakarta. Hal 242.
Hakim, N., M.Y.Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey. 1986.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 487 hlm.
Hanafiah, K.A. 2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada: Jakarta 360 hlm.
Hardjowigeno, S. 2003.Ilmu Tanah. Bogor: Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hal 12–48.
James, CF dan Donald LP. 1993.Soil Compaction: The Silent Thief. Columbia: Publications of Departement of Agricultural Engineering the Missouri university.
(38)
30
Lakitan, B. 2004.Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 206 hlm.
Lisdiana dan Soemadi, W. 1997.Budi Daya Nanas Pengolahan dan Pemasaran. Aneka Ilmu, Semarang. 372 hlm.
Mandang, T dan Nishimura, I. 1991.Hubungan Tanah dan Alat Pertanian. Bogor: JICA-DGHE/IPB PROJECT/ADAET.
McKyes. 1985.Soil Cutting and Tillage. Dept of Agr. Engin. McDonald College of McGill University Quebec, Canada
Mualim, L. 2009.Tanggap Morfologi, Fisiologi, dan Anatomi Akar serta Tajuk Tanaman Terhadap Pemadatan Tanah. [laporan penelitian]. IPB. Bogor. hal 2–5.
Munir, M. 1996.Tanah–tanah Utama Indonesia. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, Hal. 216.
Nasiah. 2000.Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas. UGM. Yogyakarta.
Pairunan, Anna K. J. L. Nanere, Arifin, S. S. R. Samosir, R. Tangkaisari, J. R. Lalopua, B. Ibrahim, H. Asmadi, 1997.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur
Prasetyo, B.H dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia.Jurnal Litbang Pertanian, No. 25 Vol: 2.
Rukmana, R. 1996.Nenas Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Jakarta. 234 hlm. Shanchez, P.A., 1992.Sifat dan Pengelolaan Tanah.Sinar Baru, Bandung.
hal 12–113.
Simanjuntak R. 2005.Pengaruh pemberian BO, kapur, dan belerang terhadap produksi biomassa, kadar serapan belerang pada tanaman jagung (Zae mays) di tanah podsolik, Jasinga[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Utomo, M. 1995.Reorientasi Kebijakan Sistem Olah Tanah. Pros. Seminar Nasional V Olah Tanah Konservasi. Bandar Lampung.
Voorhees, et al. 1978.Compaction and Soil Structure Modification by Wheel Traffic in Northern Corn Belt. Soil Sci. 42 : 344–349.
(1)
3.5 Analisis Data
3.5.1 Kerapatan Isi (Bulk Density)
Analisis yang digunakan untuk menghitung kerapatan isi adalah dengan metode clod. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan mengambil bongkahan pada setiap titik lokasi yang telah di tentukan. Gumpalan atau bongkahan tanah dicelupkan ke dalam cairan lilin/paraffin untuk menghindarkan penyerapan air kemudian ditimbang sebelumdan di dalam air untuk mengetahui berat dan volume dari clod tersebut. Dengan mengukur volume dan berat kering tanah, besarnya kerapatan isi dapat dihitung dengan persamaan berikut:
BD = Mp/Vt
BD = bulk density(g cm-3) Mp = masa padatan (g) Vt = volume tanah (cm3)
3.5.2 Total Ruang Pori (Porositas)
Porositas atau Total Ruang Pori adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati oleh air dan udara yang dihitung menggunakan metodehitungan denganpersamaan berikut:
BD
TRP = 1– X 100%
PD dimana :
TRP = total ruang pori (%) BD = bulk density(g cm-3) PD = kerapatan jenis (2,56)
(2)
Tabel 1. Kelas Porositas Tanah.
Porositas (%) Kelas
100 Sangat Porous
80-60 Porous
60-50 Baik
50-40 Kurang Baik
40-30 Jelek
< 30 Sangat Jelek
Sumber: Sitorus dkk. (1980).
3.5.3 Tahanan Penetrasi (Kekuatan Tanah)
Tahanan penetrasi sebagai parameter tingkat kepadatan tanah di ukur dengan menggunakan alat penetrometer dengan skala 1–4 kgf cm-2. Pengukuran
dilakukan pada setiap lapisan horizon pada kedalaman 0–20 cm, 20–40 cm, dan 40–60 cm. Setiap kedalaman dilakukan pengukuran sebanyak 10 kali ulangan. Nilai tahanan penetrasi ditunjukkan oleh besarnya gaya yang dibutuhkan untuk menekan penetrometer masuk ke dalam tanah dibagi luasan silinder pada alat.
3.5.4 Infiltrasi Tanah
Dalam pengukuran infiltrasi tanah menggunakan alat silinder ganda (Double ring infiltrometer)yaitu dengan menancapkan ring infiltrometer ke dalam tanah hingga kedalaman kurang lebih 5–10 cm. Kemudian menutup permukaan tanah dengan lembaran plastik, dan mengisi air sampai penuh (pastikan plastik tidak bocor). Ring luar di isi air terlebih dahulu hingga penuh baru kemudian isi ring bagian dalam. Setelah ring terisi penuh, atur pada posisi siap, penutup plastik ditarik
(3)
bersamaan dengan dimulainya penghitungan waktu. Amati penurunan tinggi air per 30 detik (catat pada form pengukuran infiltrasi) hingga 10 menit pengamatan, rubah interval pengamatan menjadi tiap menit hingga 20 menit pengamatan, dan terakhir rubah interval pengamatan menjadi tiap 2 menit hingga 30 menit
pengamatan. Sehingga apabila di total, lama pengamatan 60 menit dengan rincian 10 menit (interval 30 detik), 20 menit (interval 1 menit) dan 30 menit ( interval 2 menit).
(4)
V. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai kekuatan tanah pada lahan pertanaman yang menghasilkan produksi rendah lebih besar dibandingkan pada lahan yang menghasilkan produksi tinggi.
2. Nilai kerapatan isi pada lahan pertanaman nanas yang menghasilkan produksi rendah lebih besar dibandingkan pada lahan yang menghasilkan produksi tinggi.
3. Laju infiltrasi pada lahan pertanaman nanas yang menghasilkan produksi rendah lebih lambat dibandingkan pada lahan yang menghasilkan produksi tinggi.
4. Kompaksi berpengaruh terhadap menurunnya kualita sifat fisik tanah seperti meningkatnya kepadatan dan kekuatan tanah, serta menurunkan kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air.
(5)
PUSTAKA ACUAN
Andriyani. 2009. Nenas.http://www.andri-imuth.blogspot.com /2009/01/. html. Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Cetakan 2–Edisi
Ke dua. Bogor. 472 hal.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. 485 p.
Attayaya. 2008.Pedoman Budidaya Nenas. http://www.attayaya.net/2008/09/09-nenas-pedoman-budidaya.html.
Bahri, M.F. 2003.Perubahan Sifat Fisik-Mekanik Tanah pada Perlakuan Bahan Organik dan Lintasan Traktor dengan lndikator Tanaman Kangkung Darat(Ipomea reptans poir). Tesis. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Damanik, P. 2007.Perubahan kepadatan tanah dan produksi tanaman kacang tanah akibat intensitas lintasan traktor dan dosis bokasi[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Darusman., Abubakar., Y. Jufri., Syakur & B. Amin., 1995. Estimasi tingkat kompaksi pada beberapa jenis tanah. Laporan Hasil Penelitian Unsyiah. Banda Aceh.
Forth, H.D. 1994. Dasar–dasar Ilmu Tanah. Edisi Ke enam. Terjemahan S. Adisoemarto. Erlangga : Jakarta. Hal 242.
Hakim, N., M.Y.Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey. 1986.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 487 hlm.
Hanafiah, K.A. 2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada: Jakarta 360 hlm.
Hardjowigeno, S. 2003.Ilmu Tanah. Bogor: Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hal 12–48.
James, CF dan Donald LP. 1993.Soil Compaction: The Silent Thief. Columbia: Publications of Departement of Agricultural Engineering the Missouri university.
(6)
Lakitan, B. 2004.Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 206 hlm.
Lisdiana dan Soemadi, W. 1997.Budi Daya Nanas Pengolahan dan Pemasaran. Aneka Ilmu, Semarang. 372 hlm.
Mandang, T dan Nishimura, I. 1991.Hubungan Tanah dan Alat Pertanian. Bogor: JICA-DGHE/IPB PROJECT/ADAET.
McKyes. 1985.Soil Cutting and Tillage. Dept of Agr. Engin. McDonald College of McGill University Quebec, Canada
Mualim, L. 2009.Tanggap Morfologi, Fisiologi, dan Anatomi Akar serta Tajuk Tanaman Terhadap Pemadatan Tanah. [laporan penelitian]. IPB. Bogor. hal 2–5.
Munir, M. 1996.Tanah–tanah Utama Indonesia. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, Hal. 216.
Nasiah. 2000.Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas. UGM. Yogyakarta.
Pairunan, Anna K. J. L. Nanere, Arifin, S. S. R. Samosir, R. Tangkaisari, J. R. Lalopua, B. Ibrahim, H. Asmadi, 1997.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur
Prasetyo, B.H dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia.Jurnal Litbang Pertanian, No. 25 Vol: 2.
Rukmana, R. 1996.Nenas Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Jakarta. 234 hlm.
Shanchez, P.A., 1992.Sifat dan Pengelolaan Tanah.Sinar Baru, Bandung. hal 12–113.
Simanjuntak R. 2005.Pengaruh pemberian BO, kapur, dan belerang terhadap produksi biomassa, kadar serapan belerang pada tanaman jagung (Zae mays) di tanah podsolik, Jasinga[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Utomo, M. 1995.Reorientasi Kebijakan Sistem Olah Tanah. Pros. Seminar Nasional V Olah Tanah Konservasi. Bandar Lampung.
Voorhees, et al. 1978.Compaction and Soil Structure Modification by Wheel Traffic in Northern Corn Belt. Soil Sci. 42 : 344–349.