PENGARUH BERBAGAI DOSIS APLIKASI LIQUID ORGANIC BIOFERTILIZER TERHADAP AGREGAT TANAH PADA DAERAH RIZOSFER PERTANAMAN NANAS (Ananas comosus) PT GREAT GIANT PINEAPPLE

i

ABSTRAK
PENGARUH BERBAGAI DOSIS APLIKASI LIQUID ORGANIC
BIOFERTILIZER TERHADAP AGREGAT TANAH PADA DAERAH
RIZOSFER PERTANAMAN NANAS (Ananas comosus)
PT GREAT GIANT PINEAPPLE

Oleh
AYU DWI LESTARI

Nanas (Ananas comosus) merupakan tanaman buah berupa semak yang dapat
hidup dalam berbagai musim. PT Great Giant Pineapple yang berlokasi di
Terbanggi Besar Lampung Tengah merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dalam industri penanaman dan pengolahan nanas. Masalah yang
dihadapi PT GGP adalah masalah pengelolaan tanahnya. Upaya perbaikan tanah
yang dapat dilakukan salah satunya dengan perbaikan sifat tanahnya. Salah satu
upaya yang dilakuakan yaitu dengan memberikan pupuk hayati Liquid Organic
Biofertilizer yang diharapkan dapat memperbaiki sifat fisika, kimia maupun
biologi tanahnya untuk meningkatkan hasil produksi.
Penelitian ini bertujuan menguji dosis aplikasi pupuk hayati LOB terhadap

agregat tanah pada daerah rizosfer di PT GGP Terbanggi Besar Lampung Tengah.
Hipotesis yang diajukan yaitu 1.Lahan yang di aplikasi dengan pupuk hayati LOB
memiliki nilai kemantapan agregat lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang
tidak di aplikasi.2.Lahan yang di aplikasi dengan pupuk LOB dengan dosis LOB

ii

40 Liter/ha akan memiliki kelas kemantapan agregat yang lebih mantap
dibandingkan dengan dosis LOB yang lain. Penelitian dilaksanakan pada bulan
April-Mei 2014 dilahan percobaan PT GGP lokasi 196 H.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji korelasi linier. Perlakuan dalam
penelitian ini adalah perlakuan LOB dosis 8 liter dengan volume air 2000 l/ha;
LOB dosis 16 liter dengan volume air 2000 l/ha; LOB dosis 20 liter dengan
volume air 2000 l/ha; LOB dosis 25 liter dengan volume air 2000 l/ha; LOB
dosis 30 liter dengan volume air 2000 l/ha; LOB dosis 35 liter dengan volume air
2000 l/ha; LOB dosis 40 liter dengan volume air 2000 l/ha; kontrol.
Penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif menggunakan uji korelasi linier.
Dari percobaan tersebut diperoleh 8 perlakuan percobaan dengan masing-masing
perlakuan diambil 3 titik tanah secara acak sehingga diperoleh 24 titik sampel
percobaan. Masing masing perlakuan memiliki luasan 1 ha, data yang diperoleh

diuji kualitatif dengan uji korelasi linier.
Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi LOB dengan berbagai dosis semua
perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap kemantapan agregat tanah.
Namun semua perlakuan memiliki kemantapan agregat yang baik.
Kata kunci : kemantapan agregat, LOB, nanas.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 10 Juli 1993, sebagai anak kedua dari empat
bersaudara, dari pasangan Bapak Efendi dan Ibu Junaidah.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 3 Bumi Waras pada tahun
2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 17 Bandarlampung pada tahun 2007, serta
Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandarlampung pada tahun
2010. Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan
Akademik dan Bakat (PKAB). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi
anggota Forum Studi Islam (FOSI) Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada
tahun 2011-2012.


Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT. Great Giant
Pineapple (GGP), Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Kemudian Penulis melakukan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukadana Baru, Kec. Marga Tiga, Kab. Lampung
Timur.

Tanpa mengurangi rasa syukurku pada Allah SWT,
kupersembahkan karya kecilku untuk:

Keluargaku tercinta
Mama, Papa, Adik-adikku sdan Sahabat-sahabatku yang selalu mendoakan dan
mengharapkan keberhasilanku atas kasih sayang, perhatian, dan dorongan
semangatnya takkan aku lupa.

Teman-temanku
Atas dukungan dan bantuannya sehingga karya ini dapat selesai

Serta
Almamater tercinta
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG


“Barang siapa yang ingin mendapatkan mutiara paling indah, maka ia harus
berani terjun ke laut yang paling dalam” - (Bung Karno)

“Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil, Siapa yang bersabar akan
beruntung, Siapa yang menanam akan menuai yang ditanam”

“Pelaut yang handal bukan dilahirkan dilaut yang tenang, tetapi pelaut yang
tetap bertahan diatas laut yang penuh gelombang”

iii

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.


Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikah doa, kasih sayang serta
dukungan moril maupun material,serta kakak dan adik-adikku tersayang (Gress,
Amel, Fasha) atas semangat dan dukungannya.

2.

Bapak Dr.Ir. Henrie Bukhari,M.Si., selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan saran, dukungan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

3.

Bapak Dr.Ir.Afandi, M.P., atas motifasi , gagasaan dan bimbingannnya serta
bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

4.

Bapak Prof.Dr.Ir. K E S Manik, M.S., selaku pembahas atas segala petunjuk,
saran, serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

5.


Ibu Ir.Niar Nurmauli,M.S., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6.

Bapak Dr.Ir. Kuswanta futas, M.P., selaku ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.

iv

7.

Bapak Prof. Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.

8.

Seluruh dosen-dosen Jurusan Agroteknologi fakultas pertanian pada umumnya
yang telah memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan kepada penulis.


9.

Manager dan Staf PT Great Giant Pineapple, Bapak Purwanto, Bapak Priyo,
Bapak Didik, Bapak Maman yang telah memberi kesempatan dan membantu
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

10. Sahabatku Indah, Ika dan Cindy terimakasih atas dukungan dan hari-hari yang
terindah selama ini.
11. Teman-temanku Widya,Tofik, Aji,Roki, Bang Tofik, Nana, Yani serta temanteman angkatan 2010 semoga cerita kita terus terukir di masa depan. Amin.

Bandarlampung, Februari 2015

Ayu Dwi Lestari

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...........................................................................................
SANWACANA ....................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................

i
iii
v
vii
viii

PENDAHULUAN ........................................................................

1

1.1
1.2
1.3
1.4


Latar Belakang dan Masalah ....................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................
Kerangka Pemikiran .................................................................
Hipotesis ..................................................................................

1
3
3
5

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................

6

I.

2.1
2.2
2.3

2.4
2.5
2.6

Tanaman Nanas ........................................................................
Sifat Fisik Tanah ......................................................................
Struktur dan Agregat Tanah .....................................................
Kemantapan Agregat ...............................................................
Liquid Organic Biofertilizer ....................................................
Rizosfer ....................................................................................

6
7
10
11
13
16

III. BAHAN DAN METODE .............................................................


18

3.1
3.2
3.3
3.4

Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
Bahan dan Alat .........................................................................
Metode Penelitian ...................................................................
Pelaksanaan Penelitiaan ..........................................................
3.4.1 Persiapan Alat .............................................................
3.4.2 Pengambilan Contoh Tanah .......................................
3.4.3 Pengamatan ................................................................
3.4.4 Analisis Hasil ..............................................................

18
18
19
20
20
21
21
23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

25

4.1 Hasil Pengamatan ....................................................................
4.1.1 Indeks Kemantapan Agregat .......................................

25
25

vi

4.1.2 Kerapatan Isi Tanah ...................................................
4.2 Pembahasan ............................................................................

26
28

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
5.1 Kesimpulan .............................................................................
5.2 Saran .......................................................................................

33
33
33

PUSTAKA ACUAN ............................................................................
LAMPIRAN ...........................................................................................

34
37

V.

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Perhitungan kemantapan agregat .....................................................

23

2. Interpretasi data hasil analisis pengayakan Basah-Kering ................

24

3. Nilai tengah pengaruh aplikasi Liquid Organic Biofertilizer
terhadap kemantapan agregat tanah pada daerah Rizosfer ................

25

4. Nilai tengah pengaruh aplikasi Liquid Organic Biofertilizer
terhadap kerapan isi tanah ................................................................

26

5. Data hasil analisis sampel daun aplikasi LOB ..................................

28

6. Data hasil analisis sampel tanah aplikasi LOB .................................

28

7. Analisis kematantapan agregat tanah ................................................

38

8. Tabel pengamatan kemantapan agregat tanah...................................

42

9. Tabel pengamatan kerapatan isi tanah ..............................................

43

10. Analisis tekstur tanah ........................................................................

43

11. Uji korelasi linier kemantapan agregat terhadap dosis LOB ............

44

12. Uji korelasi linier...............................................................................

44

13. Uji korelasi linier kerapatan isi tanah terhadap LOB ........................

44

14. Uji korelasi linier...............................................................................

44

15. Hasil perhitungan kerapatan isi tanah ...............................................

45

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Peta percobaan Liquid Organic Biofertilizer ....................................

20

2. lokasi aplikasi Liquid Organic Biofertilizer ......................................

46

3. Pengambilam sampel tanah bongkah ................................................

46

4. Sampel tanah yang diambil dari lokasi pecobaan ............................

46

5. Analisis agregat tanah dengan metode ayakan kering dan ayakan basah,
ayakan yang disusun yaitu ayakan 8mm ; 4,75mm ; 2,83mm ; 2mm ;
0,5mm................................................................................................

47

6. Sampel tanah diletakkan di atas ayakan 8mm dan ditumbuk dengan
lumpang sampai lolos ayakan 8mm ..................................................

47

7. Ayakan yang diayak naek turun sebanyak 5 kali ..............................

47

1

I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang dan Masalah

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas
comosus.

Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol

menyebutnya pina.

Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di

domestikasi disana sebelum masa Colombus.

Pada abad ke-16 orang Spanyol

membawa nanas ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada
abad ke-15 (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan,
dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara.
Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.
PT GGP yang berlokasi di Terbanggi Besar Lampung Tengah merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam industri penanaman dan pengolahan nanas. Produk
yang dihasilkan di ekspor ke Amerika, Eropa, Asia dan Timur Tengah. Seperti
halnya perusahaan pada umumnya, PT GGP juga berorientasi pada keuntungan,
namun demikian perusahaan ini juga mengembangkan peran sosial kemasyarakatan
dan memberikan peluang kesempatan bekerja bagi masyarakat sekitar.

2

Dengan menerapkan sistem dan teknik budidaya serta metode pengolahan hasil
pertanian yang moderen yang berwawaskan lingkungan maka PT GGP mampu
menjadi salah satu perusahaan besar berskala international.
Oleh karena itu, perlu pengelolaan budidaya tanaman yang baik guna meningkatkan
kualitas tanaman maupun kualitas media tanam agar menghasilkan produksi yang
lebih tinggi dan berkualitas. Salah satu upaya peningkatan produksi nanas di PT
GGP yaitu dengan pembenahan media tanam nanas yaitu tanahnya, yang merupakan
sumber unsur hara bagi tanaman dan juga agar tanaman berdiri dengan kokoh.
Salah satu perbaikan tanah yang dapat dilakukan salah satunya dengan perbaikan sifat
tanah. Upaya yang dilakukan PT GGP yaitu memberi masukan dari luar yaitu
pemberian pupuk hayati Liquid Organik Biofertilizer (LOB).
Pupuk LOB bekerja pada daerah rizosfer, yang diharapkan dapat memperbaiki
perakaran tanaman nanas. Sehingga mikroorganisme yang berada pada daerah
perakaran dapat berperan dalam siklus energi, unsur hara , pembentukan agregat dan
menentukan kesehatan tanah.
Percobaan aplikasi pupuk hayati LOB diharapkan dapat memperbaiki agregat tanah
sehingga akar tanaman dapat berdiri dengan kokoh dan menjadi penopang tumbuh
tanaman serta membantu proses pertumbuhan tanaman nanas secara optimal.

3

1.2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dosis aplikasi pupuk hayati LOB terhadap
agregat tanah pada daerah rizosfer di PT GGP Terbanggi Besar Lampung Tengah.
1.3

Kerangka Pemikiran

Tanah adalah bagian dari permukaan bumi yang mengandung dan menopang
kehidupan atau mampu sebagai media tumbuh tanaman. Kualitas tanah yang rendah
diakibatkan oleh fenomena alam ataupun oleh sifat alami tanahnya, namun kerusakan
tanah tidak sedikit diakibatkan oleh campur tangan manusia seperti pengelolaan tanah
yang terus menerus dan tidak tepat. Pengelolaan tanah yang terus menerus atau
sistem pengelolaan intensif akan merusak agregat tanah yang merupakan tempat
hidup mikroorganisme tanah yang membantu proses pertumbuhan tanaman.
Agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya interaksi dari butiran tunggal, liat,
oksida besi atau almunium dan bahan organik. Agregat yang baik terbentuk karena
flokulasi maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian dimantapkan oleh
pengikat (sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas biologi
(Muslimin dkk., 2012).
Tanah dengan agregat yang tidak stabil mempunyai struktur yang peka terhadap daya
rusak air, mekanisme mekanik dan kombinasinya. Kemper dan Rosenau (1986)
mengatakan bahwa makin stabil suatu agregat tanah, makin rendah kepekaannya
terhadap erosi (erodibilitas tanah).

4

Agregat yang baik akan menjadikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Pada tanah yang agregatnya kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah
tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran akan menghambat poripori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk dan permeabilitas
menjadi lambat. Untuk itu tanah yang merupakan media tumbuh dan merupakan
sumber air bagi tanaman harus dioptimalkan pengolahannya . Salah satu caranya
adalah dengan penambahan pupuk hayati kedalam tanah.
Pupuk hayati adalah pupuk organik mengandung isolat berupa mikroba seperti
mikroba penambat nitrogen (N2), mikroba pelarut fosfat (P) atau mikroba perombak
selulosa yang diberikan kepada biji, tanah maupun kompos dengan tujuan
meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Penggunaan pupuk hayati memanfaatkan mikroba dalam mempercepat proses
mikrobiologi untuk meningkatkan ketersediaan hara, sehingga dapat dimanfaatkan
oleh tanaman, mempercepat proses pengomposan, memperbaiki struktur tanah dan
menghasilkan substansi aktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman
(Tombe, 2008). Keuntungan dari mikroba tersebut salah satunya adalah peningkat
ketersediaan hara serta pemantap agregat tanah.
PT GGP telah membuat pupuk hayati berupa LOB dengan berbagai dosis perlakuan,
Penggunaan pupuk hayati memerlukan takaran dosis pemupukan yang disesuaikan
agar hasilnya dapat sesuai dengan harapan.

5

1.4

Hipotesis

Hipotesis yang dapat di ambil dalam penelitian ini adalah :
1.

Lahan yang di aplikasi dengan pupuk hayati LOB memiliki nilai kemantapan
agregat lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang tidak di aplikasi.

2. Lahan yang di aplikasi dengan pupuk LOB dengan dosis LOB 40 liter/ha akan
memiliki kelas kemantapan agregat yang lebih mantap dibandingkan dengan
dosis LOB 8 liter, LOB 16 liter, LOB 20 liter, LOB 25 liter, LOB 30 liter, LOB
35 liter.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tanaman Nanas

Ashari (1995) menyatakan bahwa tumbuhan nanas dapat tumbuh di dataran
rendah sampai dataran tinggi lebih dari 200-800 m di atas permukaan laut. Jenis
tanah yang paling ideal adalah tanah yang mengandung pasir, subur, gembur, dan
banyak mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah yang cocok adalah
5 -5.6. Nanas tumbuh dan berproduksi pada kisaran curah hujan yang cukup luas
yaitu dari 600 sampai diatas 3500 mm/tahun dengan curah hujan optimum untuk
pertumbuhan yaitu 1000 -1500 mm/tahun.
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam budidaya nanas.
Laju pertumbuhan dan perkembangan berhubungan positif dengan kenaikan suhu
sampai 290 C, pada suhu yang tinggi ukuran tanaman dan daun lebih besar, dan
lebih lentur, teksturnya halus dan warnanya gelap, ukuran buah lebih besar dan
kandungan asamnya lebih rendah. Pada suhu yang rendah dan daerah dataran
tinggi tanaman nanas mempunyai ukuran yang lebih pendek, daunnya sempit
dengan tekstur yang cukup keras, ukuran buah kecil (kurang dari 1.8 kg), warna
daging buah kuning pucat, kandungan asam cukup tinggi (± 1 %), kandungan gula
rendah, tangkai buah lebih panjang daripada ukuran tanaman, mata buah lebih

7

menonjol. Pada suhu yang sedang tanaman lebih besar dan datar, daging buah lebih
kuning, kandungan gula lebih tinggi, kandungan asam lebih rendah daripada
buah dataran tinggi. Suhu yang optimim untuk pertumbuhan akar yaitu 290 C
pertumbuhan daun 320 C dan untuk pemasakan buah yaitu 250 C ( Nakasone dan
Paull, 1999).

Nakasone dan Paull (1999) memaparkan bahwa nanas biasanya dibudidayakan di
daerah dengan kelembaban cukup tinggi, hal tersebut merupakan salah satu cara
untuk mengurangi kehilangan air dari daun melalui transpirasi. Hal penting lainnya
yaitu jumlah penyinaran matahari yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
dan kualitas buah nanas. Awan dapat menghambat pertumbuhan sehingga ukuran
tanaman dan buah menjadi lebih kecil dengan kandungan asam yang lebih tinggi dan
gula lebih rendah.
2.2

Sifat Fisika Tanah

Proses pembentukan tanah berlangsung terus menerus setelah pelapukan awal batuan
dan mineral. Sifat awal bahan diubah dengan terbentuknya mineral-mineral sekunder
dan pertumbuhan organisme yang berperan terhadap bahan organik dan menghasilkan
sejumlah reaksi kimia-fisika dan biokimia. Proses perkembangan tanah mencapai
puncak pada pembentukan sifat profil tanah (Hillel, 1982).
Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi dan pergerakan benda serta aliran
energi dalam tanah. Sifat fisika tanah dibentuk oleh empat komponen utama tanah

8

yaitu: partikel-partikel mineral, bahan organik, air dan udara. Perbandingan keempat
komponen tersebut sangat bervariasi berdasarkan jenis tanah, lokasi dan kedalaman.
Sifat fisik tanah terbentuk akibat proses degregasi mineral batuan oleh asam-asam
organik-anorganik. Degredasi mineral batuan merupakan proses perubahan
permukaan bumi karena terjadi penyingkiran mineral batuan oleh proses fisika,
kimia, dan biologi. Proses ini termasuk dalam proses eksogenik yang terdiri dari
pelapukan, erosi dan pergerakan massa. Pelapukan berperan menyediakan bahan
mentah tanah. Erosi berpengaruh dominan menghilangkan tanah yang telah
terbentuk, serta pergerakan massa mampu menjalankan fungsi pelapukan dan erosi.
Mineral yang paling banyak menyusun batuan dikerak bumi adalah mineral primer
(pembentuk batuan ). Mineral-mineral tersebut terdiri dari mineral yang termasuk
dalam grup silikat, yang mempunyai satuan dasar yang sama yaitu silikat tetrahedon,
tetapi berbeda pada pola penyusunan satuan dasar tersebut (struktur). Perbedaan
struktur yang menyebabkan perbedaan rumus dan komposisi kimia, ikatan kimia,
dan ketahanan terhadap pelapukan. Mineral silikat kecuali kuarsa memiliki sifat
seperti senyawa basa karena memiliki pH diatas 7,0. Asam-asam organik yang
berperan dalam pelapukan bagian dari bahan organik, merupakan hasil kegiatan jasad
hidup yang terdapat didalam maupun permukaan batuaan. Senyawa ini umumnya
merupakan hasil transformasi (eksresi, eksudat, dan dekomposisi). Senyawa ini
umumnya merupakan hasil transformasi dapat mengalami disosiasi yang melepaskan
proton (H+) sehingga dapat menyerang mineral batuan. Sisa asamnya (anion organik)

9

dapat membentuk senyawa kompleks dengan kation-kation pada tepi mineral atau
kation yang terlepas dari mineral.
Pelapukan kimia dialam hanya dapat berlangsung di air, tetapi keberadaan asam-asam
mampu mempercepat pelapukan mineral batuan pada tanah atau batuan paling atas
yang merupakan lingkungan biologi, peranan organik dalam pelapukan dari pada
asam-asam organiknya.
Pengaruh asam-asam organik dalam pelapukan mineral batuan berupa reaksi
pelarutan. Proses pelarutan ini merupakan reaksi terbaginya zat padat, mineral
kedalam air atau larutan asam organik. Reaksi kimia yang utama pada pelarutan
adalah hidrolisis, kemudian hidrolisis yang dipacu dengan adanya asam yaitu
asidolisis dan kompleksolisis. Reaksi asidolisis lebih menekankan pada peran ion H+
yang berasal dari pemprotonan asam dan kompleksolisis menekankan peran sisa
asam atau anion organik.
Pelapukan dan genesis tanah menyebabkan batuan lapuk, mineral yang terdapat
dalam batuan hancur. Mineral tersebut hancur membentuk zarah yang ukurannya
beragam, mulai dari pasir (2,00-0,05 mm), debu (0,05-0,002 mm), sampai lempung
(< 0,002 mm). Ketiga partikel tersebut mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti:
tekstur, struktur, agregat tanah, permeabilitas, aerasi dan sifat fisik tanah lainnya
(Ismangil dan Eko Hanudin, 2005).

10

2.3

Struktur dan Agregat Tanah

Menurut Utomo (1985), struktur merupakan susunan partikel-partikel dalam tanah
yang membentuk agregat-agregat serta agregat satu dengan yang lainnya dibatasi
oleh bidang alami yang lemah. Struktur tanah sangat dipengaruhi oleh perubahan
iklim, aktivitas biologi, proses pengolahan tanah dan sangat pekat terhadap gaya-gaya
perusak mekanis dan fisika-kimia.

Syarief (1989) berpendapat bahwa struktur tanah merupakan suatu sifat fisik yang
penting, karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, mempengaruhi sifat dan
keadaan tanah seperti: gerakan air dan aerasi, tata air, pernafasan akar tanaman serta
penetrasi akar tanaman ditentukan oleh struktur tanah. Tanah yang berstruktur baik
akan mampu membantu berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara
optimal, sedangkan tanah yang bertekstur tidak baik menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman.

Notohadiprawiro (1999) mengemukakan bahwa struktur tanah merupakan susunan
keruangan yang membentuk pola keruangan. Menurut Hillel (1980), struktur tanah
merupakan penyusunan dan organisasi partikel dalam tanah. Tiga hal penting yang
harus diperhatikan dalam struktur, yaitu : partikel tanah, ruang pori, dan bahan
penyemen.

Buol dkk., (1980) menyatakan bahwa struktur tanah memiliki sembilan bentuk, yaitu
bentuk tunggal (loose); pejal (massive); lempeng (platy); prisma (prismatic); tiang
(columnar); gumpal bersudut (angularblocky); gumpal (sub angular blocky); granular

11

(granular); dan remah (crumb). Sedangkan Hillel (1980) membagi struktur tanah
menjadi tiga bentuk, yaitu: butir tunggal jika partikel tanah tidak saling terikat atau
lepas; masif jika partikel tanah terikat kuat pada suatu massa tanah kohesif yang
besar; dan agregat (ped) jika partikel tanah terikat tidak terlalu kuat satu sama lain.
Struktur agregat merupakan struktur terbaik untuk tanah-tanah pertanian. Pengolahan
tanah dilakukan untuk mendapatkan kondisi struktur tanah dengan tipe agregat.

Tanah-tanah yang memiliki struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulanpukulan air hujan sehingga tahan terhadap erosi. Sebaliknya struktur tanah yang
tidak mantap sangat mudah hancur oleh pukulan air hujan menjadi butiran-butiran
halus sehingga menutupi pori-pori tanah dan menyebabkan infiltrasi terhambat.
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang dipengaruhi oleh tekstur, bahan
organik dan zat kimia seperti karbonat di dalam tanah.
2.4

Kemantapan Agregat Tanah

Nedler dkk., (1996) mendefinisikan kemantapan agregat sebagai kemampuan agregat
untuk tidak rusak ketika dipengaruhi oleh kekuatan pengganggu, memelihara
keutuhan ukuran dengan kekuatan ikatan antar agregat.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan agregat :
1. Bahan Induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat
tanah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam
pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada

12

permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat.
Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangkan
kandungan liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.
2. Bahan organik tanah
Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian.
Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan
organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.
3. Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang
mantap. Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah.
Disamping itu dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin
melekat dan padat. Selain itu celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang
diserap oleh tanaman tersebut.
4. Organisme tanah
Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga
mampu berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkan
tanaman. Secara tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah
dipergunakan akan dikeluarkan lagi menjadi bahan pengikat tanah.
5. Waktu
Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu
berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.

13

6. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan dan
pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pembentukan agregat tanah.
Kemantapan agregat menggambarkan kemampuan agregat untuk dapat bertahan
terhadap faktor-faktor perusak. Kemantapan agregat terbagi dua menurut faktor
perusak yaitu kematapan agregat kering adalah kemampuan agregat bertahan
terhadap daya perusak yang berasal dari gaya-gaya mekanis sedangkan kemantapan
agregat basah (Agregat Water Stability) merupakan manifestasi ketahanan agregat
terhadap daya rusak air (Utomo, 1985).
Agregat tanah terbentuk karena proses flokulasi dan fragmentasi. Flokulasi terjadi
jika partikel tanah yang pada awalnya dalam keadaan terdispersi, kemudian
bergabung membentuk agregat. Sedangkan fragmentasi terjadi jika tanah dalam
keadaan pasif, kemudian terpecah-pecah membentuk agregat yang lebih kecil.
Kemper & Rosenau (1986) mengatakan bahwa makin stabil suatu agregat tanah,
makin rendah kepekaannya terhadap erosi (erodibilitas tanah).
2.5

Liquid Organic Biofertilizer

Menurut Simanungkalit (2001), pupuk hayati merupakan mikroorganisme hidup yang
diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman memfasilitasi
atau menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman.

14

Pupuk biofertilizer merupakan pupuk yang mengandung 9 konsorsium mikroba dan
bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman agar menjadi lebih baik. Mikroba yang
digunakan yaitu (1) bakteri fiksasi Nitrogen non simbiotik Azotobacter sp. dan
Azospirillum sp.; (2) bakteri fiksasi Nitrogen simbiotik Rhizobium sp.; (3) bakteri
pelarut Fosfat Bacillus megaterium dan Pseudomonas sp.; (4) bakteri pelarut Fosfat
Bacillus subtillis; (5) mikroba dekomposer Cellulomonas sp.; (6) mikroba
dekomposer Lactobacillus sp.; dan (7) mikroba dekomposer Saccharomyces
cereviceae (Suwahyono, 2011).
Mikroorganisme yang menguntungkan ini secara garis besar keuntungannya dapat
dibagi menjadi sebagai berikut (Gunalan, 1996) :
1. Penyedia hara
2. Peningkat ketersediaan hara
3. Pengontrol organisme pengganggu tanaman
4. Mengurangi bahan organik dan membentuk humus
5. Pemantap agregat tanah
6. Perombak persenyawaan agrokimia
Menurut Simanungkalit (2001), pupuk hayati merupakan mikroorganisme hidup yang
diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman memfasilitasi
atau menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman.

15

Komposisi yang terdapat didalam pupuk hayati LOB ini adalah :
1. Bakteri Pelarut Fosfat
Penggunaan mikroba pelarut P sebagai pupuk hayati mempunyai keunggulan
antara lain hemat energi, tidak mencemari lingkungan, mampu membantu
meningkatkan kelarutan P yang terjerap, menghalangi terjerapnya P pupuk untuk
unsur - unsur penjerap dan mengurangi toksisitas Al3+, Fe3+ dan Mn2+ terhadap
tanaman pada tanah masam. Pada jenis-jenis tertentu, mikroba pelarut P dapat
memacu pertumbuhan tanaman karena menghasilkan zat pengatur tumbuh, serta
menahan penetrasi patogen akar karena sifat mikroba yang cepat mengkolonisasi
akar dan menghasilkan senyawa anti biotik (elfiati, 2005).
2. Bakteri Penambat Nitrogen
Bakteri penambat N di daerah perakaran seperti Azotobacter yang mampu
menghasilkan substansi zat pemacu tumbuh giberelin, sitokinin dan asam indol
asetat sehingga pemanfaatannya dapat memacu pertumbhan akar
(Alexander,1977). Populasi azotobater di dalam tanah dipengaruhi oleh
pemupukan dan jenis tanaman.
3. Mikoriza
Cendawan mikoriza merupakan cendawan obligat, dimana kelangsungan
hidupnya berasosiasi akar tanaman dengan sporanya. Spora berkecambah dengan
membentuk apressoria sebagai alat infeksi, dimana infeksinya biasa terjadi pada
zone elongation. Proses ini dipengaruhi oleh anatomi akar dan umur tanaman
yang terinfeksi. Hifa yang terbentuk pada akar yaitu interseluler dan intraseluler

16

dan terbatas pada lapisan korteks, dan tidak sampai pada stele. Hifa yang
berkembang diluar jaringan akar, maka berperan terhadap penyerapan unsur hara
tertentu dan air. (Mosse, 1981) melaporkan bahwa cendawan mikoriza
mempunyai sifat dapat berkolonisasi dan berkembang secara simbiosis
mutualistik dengan akar tanaman, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman, serta membantu menekan perkembangan beberapa patogen tanah.
4. Dekomposer / Bahan Organik
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen,
fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air
yang dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman.
Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro.

2.6

Rizosfer

Rizosfer dicirikan oleh lebih banyaknya kegiatan mikrobiologis dibandingkan
kegiatan di dalam tanah yang jauh dari perakaran tanaman (Rao, 1994). Intensitas
aktivitas semacam ini tergantung dari panjangnya jarak tempuh yang dicapai oleh
eksudasi sistem perakaran. Pengaruh keseluruhan perakaran tanaman terhadap
mikroorganisme tanah disebut sebagai efek rizosfer. Beberapa faktor seperti tipe
tanah, kelembaban tanah, pH, temperatur, umur dan kondisi tanaman mempengaruhi
efek rizosfer. Efek rizosfer tampak dalam bentuk melimpahnya jumlah
mikroorganisme pada daerah tersebut (Richards, 1974).

17

Menurut Elfiati (2005) dalam Dwi (2008), eksudat akar mengandung triptophan atau
senyawa serupa yang dapat digunakan oleh mikroorganisme tanah untuk
memproduksi asam indol asetat. Beberapa bakteri pelarut fosfat dapat berperan
sebagai biokontrol yang dapat meningkatkan kesehatan akar dan pertumbuhan
tanaman melalui proteksinya terhadap penyakit.

18

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman nanas PT GGP Terbanggi Besar
Lampung Tengah. Penanaman nanas dilakukan pada tanggal 15 juli 2012.
Aplikasi LOB dilakukan 7 kali, Aplikasi terakhir dilaksanakan pada 15 Oktober
2013 dan dilakukan oleh perusahaan PT. GGP. Pengambilan sampel tanah dan
analisis dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.
Analisis agregat tanah dan sifat fisika tanah yang lain dilakukan di Laboratorium
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Unversitas Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah air dengan volume 2.000 liter/ha. Tanah diambil
sekitar daerah rizosfer yang di aplikasikan dengan pupuk LOB. Alat yang
digunakan antara lain: boom sprayer dengan kapasitas 16.000 Liter/ha dengan
masing-masing kapasitas boom sprying sayap kanan kiri 8.000 Liter/ha. Satu set
ayakan (8; 4.75; 2.8; 2; 0.5 mm), cangkul dan alat-alat pendukung untuk
analisis fisika tanah lainnya.

19

3.3

Metode Penelitian

Perlakuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kontrol
2. LOB dosis 8 l/ha
3. LOB dosis 16 l/ha
4. LOB dosis 20 l/ha
5. LOB dosis 25 l/ha
6. LOB dosis 30 l/ha
7. LOB dosis 35 l/ha
8. LOB dosis 40 l/ha
Perlakuan LOB masing-masing di larutkan dalam 2000 liter air dan menggunakan
boom sprayer. Aplikasi LOB dilakukan oleh perusahaan PT GGP Sebanyak 7
kali yaitu pada umur tanaman 4 bulan, 5 bulan, 7 bulan, 8 bulan, 11 bulan dan 15
bulan.
Penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif menggunakan uji korelasi linier.
Dari percobaan tersebut diperoleh 8 perlakuan percobaan dengan masing-masing
perlakuan diambil 3 titik tanah secara acak sehingga diperoleh 24 titik sampel
percobaan. Masing masing perlakuan memiliki luasan 1 ha, data yang diperoleh
diuji kualitatif dengan uji korelasi linier.

20

Peta Percobaan

Keterangan:
= Dosis 8 Liter/Ha

= Dosis 30 Liter/Ha

= Dosis 16 Liter/Ha

= Dosis 35 Liter/Ha

= Dosis 20 Liter/Ha

= Dosis 40 Liter/Ha

= Dosis 25 Liter/Ha

= Kontrol

Gambar 1. Peta percobaan aplikasi LOB

3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Alat
Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam pengambilan sampel tanah
seperti cangkul, arit, kantung pelastik, alat tulis, spidol dan alat-alat lain yang
mendukung dalam pengambilan sampel tanah.

21

3.4.2 Pengambilan Contoh Tanah
Contoh tanah diambil disekitar akar tanaman (rizosfer) dari setiap petak
percobaan secara acak, kemudian dimasukkan kedalam kantung plastik, diberi
label dan pada setiap ulangan di kompositkan.
3.4.3 Pengamatan
A. Variabel Utama
Variabel utama yang diamati yaitu kematapan agregat dengan metode ayakan
kering dan ayakan basah, metode ayakan kering dan ayakan basah merupakan
suatu cara untuk menetapkan kemantapan agregat secara kuantitatif di
laboratorium. Dasar metode ini adalah mencari perbedaan rata-rata berat diameter
agregat pada pengayakan kering dan pengayakan basah (Sitorus dkk, 1980)
Tahapan metode ayakan kering dan ayakan basah yaitu (Afandi, 2004) :
1. Pengayakan Kering
Ayakan disusun berturut-turut dari atas kebawah : 8; 4.75; 2.8; 2; 0.5 mm.
diambil 500 gram agregat tanah dan masukan di atas ayakan 8 mm. Ditumbuk
tanah dengan penumbuk kayu sampai semua tanah lolos ayakan 8 mm. Kemudian
diayak dengan tangan sebanyak 5 kali. Dilepas masing-masing ayakan dan
kemudian ditimbang agregat yang tertinggal disetiap ayakan.
2. Pengayakan Basah
diambil agregat dari hasil pengayakan kering yang berukuran > 2 mm sebanyak
100 gram dengan jumlah sesuai dengan proporsi masing-masing agregat.

22

dimasukkan dalam cawan/cawan petri. Diteteskan air sampai kapasitas lapang
dari buret setinggi 30 cm. Ditutup cawan dengan kertas dan tempatkan ditempat
yang sejuk (tidak terkena sinar matahari langsung) selama 12 jam agar air tersebut
tersebar merata. Dipindahkan tiap agregat dari cawan keayakan dengan agregat
ukuran 8 mm diatas ayakan 4,75 mm ;4,75mm pada ayakan 2,8 mm; dan ukuran
2,8 mm pada ayakan 2 mm. Di bawah ayakan-ayakan tersebut, dipasangkan juga
ayakan dengan ukuran 0,5 mm. Diisi ember dengan air setinggi susunan ayakan.
Dimasukan ayakan kedalam ember yang berisi air tadi, dan ayak naik turun
selama 5 menit dengan sekitar 35 ayunan/menit. Dipindahkan agregat pada
masing-masing ayakan kecawan logam dengan cara disemprot melewati corong.
Gunakan selang kecil dari air ledeng agar lebih mudah. Dibuang kelebihan air
dari cawan dan dipanaskan dengan oven selama lebih kurang 4 jam pada suhu
1300 C, setelah kering dinginkan dan timbang.
B. Variabel Pendukung
Variabel pendukung yang diamati dalam penelitian ini adalah :
a. Kerapatan isi tanah dianalisis dengan menggunakan metode klot, di
lakukan di laboratorium ilmu tanah Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
b. Tekstur (liat, debu, dan pasir) (%) dianalisis dengan metode Hydrometer
di lakukan di laboratorium ilmu tanah Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
c. Analisis kimia tanah, dilakuakan oleh PT GGP

23

3.4.5 Analisis Hasil Kemantapan Agregat
Untuk mengetahui indeks kemantapan agregat data yang didapat di masukkan
kedalam tabel dibawah ini :
Tabel 1. Perhitungan kemantapan agregat
Agihan diameter Rerata
Berat agregat yang
ayakan
diameter
tertinggal
(mm)
(mm)
(g)
1
0,00--0,50
0,25
A
2
0,05- 1,00
0,75
B
3
1,00--2,00
1,5
C
4
2,00--2,83
2,4
D
5
2,83--4,76
3,8
E
6
4,76--8,00
6,4
F
Keterangan : G = Total (A + B + C + D + E + F)
H = Total (D + E + F)
No

Persentase
(%)
(A/G) x 100
(B/G) x 100
(C/G) x 100
(D/G) x 100
(E/G) x 100
(F/G) x 100

Perhitungan rerata berat diameter (RBD) dengan cara sebagai berikut :
1. Rerata berat diameter kering (RBD kering) dihitung hanya untuk persentase
agregat ukuran > 2 mm, dengan urutan sebagai berikut :
3.5 Mengitung persentase agregat ukuran > 2 mm
D/H x 100 % = X; E/H x 100 % = Y; F/H x 100 % = Z.
3.6 Hasil pada a dikalikan dengan rerata diameter dan jumlahkan dan dibagi
dengan 100 , seperti pada persamaan:

RBD kering

2. Rerata berat diameter basah (RBD basah)
a. Menghitung semua persentase agregat, yaitu :
A/G x 100% = U, B/G x 100% = V, C/G x 100% = W, D/G x 100% = X,
E/G x 100% = Y, F/G x 100% = Z.

24

b. Masing-masing hasil pada nomor 1 dikalikan dengan rerata diameter dan
jumlahkan dan dibagi dengan 100, seperti pada persamaan :
RBD basah

3. Perhitungan indeks kemantapan agregat dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Kemantapan Agregat

x 100%

Setelah data indeks kemantapan agregat tanah diperoleh, maka data tersebut
diklasifikasikan berdasarkan tabel 2.
Tabel 2. Kurnia Undang dkk., (2006) Klasifikasi indeks kemantapan agregat
tanah .
Harkat
> 200
80—200
61—80
50—60
40—50
< 40

Kemantapan Agregat
sangat mantap sekali
sangat mantap
Mantap
agak mantap
kurang mantap
tidak mantap

33

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan pupuk
hayati Liquid Organic Biofertilizer yang diaplikasikan dengan berbagai dosis
yaitu LOB 8 liter/ha dengan volume air 2000 l/ha; LOB 16 liter/ha dengan volume
air 2000 l/ha; LOB 20 liter/ha dengan volume air 2000 l/ha; LOB 25 liter/ha
dengan volume air 2000 l/ha; LOB 30 liter/ha dengan volume air 2000 l/ha; LOB
35 liter/ha dengan volume air 2000 l/ha; LOB 40 liter/ha dengan volume air 2000
l/ha dan kontrol tidak berpengaruh terhadap kemantapan agregat tanah
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakuakan maka penulis menyarankan
penelitian ini tidak perlu dilakuakan penelitian lanjutan karena dosis yang paling
tinggi yaitu LOB 40 l/ha tidak memberikan pengaruh terhadap kemantapan
agregat tanah pada daerah rizosfer.

34

PUSTAKA ACUAN

Afandi. 2004. Metode Analisis Fisika Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Universitas
Lampung. Bandarlampung.
Alexander ,M. 1977. Introduction to Soil Mycrobiologi.2nd Ed.Jhon Wileyadnd
sons.New York.467 p.
Anonim .2010. Pupuk Berbasis Mikroba untuk Tanaman Pangan. Balai Penelitian
Tanah, Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian.
Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. 485 p
Baver, L.D., W.H. Gardner and W.R. Gardner. 1972. Soil Physics. Jhon Wiley, New
York.
Buol, S. W., F. D. Hole, and R. J. Mc Craken. 1980. Soil Genesis and
Clasification. The Lowa State University Press: 157 pp.
Dwi, A. 2008. Uji Efektivitas Pupuk Organik Hayati (Bio-Organic Fertilizer) Dalam
Mensubstitusi Kebutuhan Pupuk Pada Tanaman Caisin (Brassica chinensis),
Skripsi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Elfiati Deni.2005. Peranan Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan
Tanaman. jurusan kehutanan fakultas pertanaian Sumatra utara.
Gunalan. 1996. Penggunaan Mikroba Bermanfaat Pada Bioteknologi Tanah
Berwawasan Lingkungan. Majalah Sriwijaya Vol.32. No. 2. Universitas
Sriwijaya.
Hillel, D. 1980. Fundamental of Soil Physic. Academik Press. New York. 476 pp.
Hillel, D. 1982. Pengantar Fisika Tanah. Diterjemahkan oleh Robiyanto dan
H.R.Purnomo. Universitas Sriwijaya Press. Palembang. 463 hlm
Hillel, 1981. Fundamental of Soil Physics. Academic Press, New York.
Ismangil dan Eko Hanudin. 2005. Degredasi Miniral Batuan Oleh Asam-Asam
Organik. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.

35

Kemper WD dan Rosenau RC. 1986. Aggregate stability and Size Distribution, Di
dalam: Klute A. editor. Methods of Soil Analysis, Part 1: Physical and
Mineralogical Methods) (Monograph No. 9. 2nd edition). ASA. Madison.
Wis. America.
Kurnia U, Fahmuddin Agus, Abdurrachman dan Ai dariah. 2006. Sifat Fisik Tanah
Dan Metode Analisisnya. Balai penelitian dan pengembangan pertanian,
Departemen Pertanian
Mosse, B. 1981. Vesicular-Arbuscular Mycorrhizal Research for Tropical
Agriculture. Res. Bull. 82p.
Muslimin, M., Asmita, A., Muh Ansar, Masyhur, S. 2012. Hibah Penulisan Buku
Ajar Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin,
Makasar.
Nadler, A., E. Perfect, and B.D. Kay. 1996. Effect of Polycylaminde Application on
The Stability of Dry and Wet Agregat. Soc. Am. J. 60:551-561.
Nakasone, H. Y dan R. E. Paull. 1999. Tropical Fruits. Cab. International. London.
Notohadiprawiro, T.1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan dan
Kebudayaan.
Rao, S.M.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI Press.
Jakarta. Edisi ke dua.
Richards, B. N. 1974. Introduction to the Soil Ecosystem. Longman Inc. New York
Simanungkalit, R. D. M., 2001, Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia: Suatu
Pendekatan Terpadu, Buletin AgroBio 4(2) : 56-61.
Simanungkalit, R.D.M and R. Saraswati 1993. Pupuk Organic dan Pupuk Hayatis
Application of Biotechnology on Biofertilizer Production in Indonesia. pp.
45-57. In S. Manuwoto,
Simanungkalit, R. D. M., Didi, A. S., Rasti, S., Diah, S., Wiwik, H., 2006, Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati Organic Fertilizer and Biofertilizer, Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Jawa Barat.
Suwahyono, U., 2011, Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif
dan Efisien. Penebar Swadaya, Jakarta
Syarief, S. 1989. Fisika-Kima Tanah Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
196 hlm.

36

Tombe, M. 2008. Teknologi Aplikasi Mikroba Pada Tanaman.
http://www.google//sekilas pupuk hayati. html [ 20 Januari 2014 pukul 21.32
WIB]
Utomo, W.H. 1985. Ilmu Tanah. Universitas Brawijawa. Malang. 196 hlm.
Watt M, McCully ME, Jeffree CE. 1993. Plant and Bacterial Mucilages of The
Maize Rhizosphere: Comparison of Their Soil Binding Properties and
Histochemistry in a Model System. Plant Soil. 151(2):151–165.
Zulkarnain M, Budi Prasetya, Soemarno.2013. Pengaruh Kompos, Pupuk Kandang,
dan Custom-Bio Terhadap Sifat Tanah , Pertumbuhan dan Hasil Tebu
(Saccharum officinarum L.) pada Entisol di Kebun Ngrangkah-Pawon,
Kedir). Malang. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya Malang.

Dokumen yang terkait

PERUBAHAN KADAR AIR DAN SUHU TANAH AKIBAT PEMBERIAN MULSA ORGANIK PADA PERTANAMAN NANAS ( Ananas comosus ) PT GREAT GIANT PINEAPPLE (PT GGP) TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

2 28 32

Efisiensi Irigasi dengan Alat Gun Sprayer pada Pertanaman Nanas (Ananas comosus ) di PT. Great Giant Pineapple (GGP) Terbanggi Besar Lampung Tengah

18 67 54

AGREGAT TANAH PADA PERTANAMAN NANAS ( Ananas comosus ) UMUR 6 BULAN SETELAH ROTASI TANAMAN RUMPUT TAIWAN (King grass) DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

4 29 48

PENGARUH APLIKASI EFFLUENT SAPI EKS CHOPPER TERHADAP STABILITAS AGREGAT TANAH PADA LAHAN ULTISOL DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

3 13 42

Uji Toleransi Tiga Klon Nanas [Ananas comosus (L.) Merr.] dalam Pengaruh Pemberian Kapur dan Bahan Organik terhadap Toksisitas Aluminium di Tanah Ultisol PT Great Giant Pineapple

7 44 75

KEMANTAPAN AGREGAT TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

8 71 40

KAJIAN SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN NANAS (Ananas comosus L.) PRODUKSI TINGGI DAN RENDAH DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE LAMPUNG TENGAH

5 35 38

PENGARUH KUALITAS CAHAYA DAN LAMA PENYINARAN TERHADAP PERTUMBUHAN NANAS (Ananas comosus (L.) Merill) DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE (GGP)

1 5 40

PEMETAAN GULMA BERDASARKAN STADIA PERTUMBUHAN TANAMAN NANAS (Ananas comosus [L.] Merr.) DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE

0 8 40

Analisis pemilihan alat pencelup (Dipping) bibit nanas (Ananas Comosus (L) Merr.) di PT Great Giant Pineapple Coy, Lampung

2 7 115