KEMANTAPAN AGREGAT TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

ABSTRAK

KEMANTAPAN AGREGAT TANAH PADA LAHAN PRODUKSI
RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

Oleh

Made Pujawan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemantapan agregat tanah
terhadap hasil produksi. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan september sampai
pada bulan Juli 2015 di PT Great Giant Pineapple (PT. GGP). Lampung Tengah.
Penelitian ini mengunakan metode survei. Untuk pengambilan sampel dilakukan
secara langsung di PT. GGP pada lokasi lahan 26B produksi rendah dan produksi
tinggi. Lokasi 26B mempunyai luas lahan kurang lebih 8,30 ha dan terbagi
menjadi 2 petak yang dipisahkan oleh jalan. Penentuan titik sampel secara
diagonal,masing-masing di ambil 3 titik di lahan produksi rendah dan produksi
tinggi. Pembuatan minipit dibuat untuk menentukan warna tanah dan pengambilan
sampel tanah diseetiap titik, pengambilan contoh tanah diambil disetiap
kedalaman dari 0 – 20, 20 – 40, 40 – 60. analisis contoh tanah dilakukan di
Laboratorium Ilmu Tanah, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung untuk mengetahui sifat fisik tanah. Untuk perlakuan analisis sampel
tanah dipisahkan disetiap kedalaman, sehingga diperoleh 1 titik ada 3 sampel

tanah pada kedalaman 0 – 20, 20 – 40, 40 – 60 dan pengambilan sampel tanah ada
sebanyak 6 titik, 3 titik produksi rendah dan 3 titik di produksi tinggi sehingga
jumlah sampel keseluruhan ada 18 sampel tanah. Tanah sebelum dianalisis
dilakukan pengeringan udara sela 1 – 2 hari, hal ini dilakukan untuk mendapatkan
kapasitas lapang. Untuk menentukan kelas kemantapan agregat perlu dilakukan
analisis dengan menggunakan metode ayakan kering dan basah, dan didapatkan
nilai RBD pengayakan kering dan RBD pengayakan basah. Kemudian dilakukan
perhitungan indeks kemantapan agregat dan hasil nilai dari indeks kemantapan
agergat dimasukan kedalam klasifikasi kemantapan agregat untuk mengetahui
hasil sampel tanah masuk dalam kelas kemantapan mantap atau tidak mantap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lokasi lahan 26B baik yang produksi
rendah maupun produksi tinggi sama-sama mempunyai kemantapan agregat
sangat mantap.

Kata kunci : Kemantapan Agregat, Sifat fisik tanah.

KEMANTAPAN AGREGAT TANAH PADA LAHAN

PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

Oleh
MADE PUJAWAN

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

KEMANTAPAN AGREGAT TANAH PADA LAHAN PRODUKSI
RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE
( Skripsi )


Oleh
MADE PUJAWAN

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Titik pengambilan sampel lokasi 26B.

……………………………..

2. Kemantapan Agregat Tanah Pada Lahan Produksi Rendah dan

produksi tinggi. …………………………………...............................
3. Kerapatan isi pada lahan produksi rendah dan
lahan produksitinggi. ………………………………………………

14
24
25

4. Sampel tanah utuh. .............................................................................

49

5. Sampel tanah untuk penetapan kemantapan agregat.

........................

49

.......................................................................


50

...................................................................................

50

8. Saluran drainase lokasi 26B. ..............................................................

51

9. Peta lokasi 26B. ..................................................................................

51

6. Analisis tekstur tanah.
7. Neraca digital.

DAFTAR TABEL

Tabel


Halaman

1. Perhitungan kemantapan agregat dengan pengayakan kering. ........

17

2. Perhitungan kemantapan agregat dengan pengayakan basah. ..........

18

3. Klasifikasi indeks kemantapan agregat tanah. ...................................

19

4. Kerapatan isi ideal bagi tanaman. ......................................................

21

5. Kerapatan isi tanah pada lahan produksi rendah. ..............................


23

6. Kerapatan isi tanah pada lahan produksi tinggi. ................................

24

7. Analisis tekstur tanah kedalaman pada lahan produksi rendah. ........

25

8. Analisis tekstur tanah kedalaman pada lahan produksi tinggi. ..........

26

9. Data analisis kemantapan agregat ayakan kering lokasi 1
produksi rendah. .................................................................................

34


10. Data analisis kemantapan agregat ayakan kering lokasi 2
produksi rendah. .................................................................................

35

11. Data analisis kemantapan agregat ayakan kering lokasi 3
produksi rendah. .................................................................................

36

12. Data analisis kemantapan agregat ayakan kering lokasi 4
produksi rendah. .................................................................................

37

13. Data analisis kemantapan agregat ayakan kering lokasi 5
produksi rendah. .................................................................................

38


14. Data analisis kemantapan agregat ayakan kering lokasi 6
produksi rendah. ..................................................................................

39

15. Data analisis kemantapan agregat ayakan basah Lokasi 1
produksi tinggi. ..................................................................................

40

16. Data analisis kemantapan agregat ayakan basah lokasi 2
produksi tinggi. ..................................................................................

41

17. Data analisis kemantapan agregat ayakan basah lokasi 3
produksi tinggi. ..................................................................................
18. Data analisis kemantapan agregat ayakan basah lokasi 4
produksi tinggi. ..................................................................................


42
43

19. Data analisis kemantapan agregat ayakan basah lokasi 5
produksi tinggi. ..................................................................................
20. Data analisis kemantapan agregat ayakan basah lokasi 6
produksi tinggi. ..................................................................................

44

21. Data indeks kemantapan agregat produksi rendah. ...........................

45
46

22. Data indeks kemantapan agregat produksi tinggi. .............................

46

23. Data pengamatan tekstur tanah. .........................................................


47

24. Data kerapatan isi dengan metode clod. ............................................

48

Tanpa mengurangi rasa syukurku pada ‘’Idhe Shang Yhang Whidi Wase’’,
kupersembahkan karyaku untuk:

Keluargaku tercinta
Ayah, Ibu, kaka, dan seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan dan
mengharapkan keberhasilanku atas kasih sayang, perhatian, dan dorongan
semangat yang takkan aku lupa.

Teman-temanku
Atas dukungan dan bantuannya sehingga karya ini dapat selesai

Serta
Almamater tercinta
Fakultas Pertanian
Universitas Lampung

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Qurnia Mataram, Kecamatan Seputih Mataram,
Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 28 Maret 1989, sebagai putra bungsu
dari 6 bersaudara pasangan Bapak Ketut Satre dan Nyoman Badri.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Negri 2
Qurnia Mataram pada tahun 2002; Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negri 1
Seputih Mataram pada Tahun 2005; dan Sekolah Menengah Atas Gajah Mada
Bandar Lampung pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan ditahun 2008
dan terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung, melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB). Pada Tahun 2011 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT Great
Giant Pinnaple Company (GGPC). Pada tahun 2012 Penulis melakukan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Dana Kecamatan. Way Tuba, Kabupaten.
Waykanan. Selama tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Lampung penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu UKM
Hindu unila sebagai Kordinator Litbang, dan organisasi diluar kampus yaitu PC
KMHDI sebagai anggota, dan PD KMHDI sebagai wakil seketaris dan sekarang
masih aktif di organisai PRADAH Kota Bandar Lampung.

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Hyang Whidi Wasa, yang telah
melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Kemantapan Agregat Tanah Pada Lahan Produksi Rendah
dan Tinggi di PT Great Giant Pineapple” . Dengan selesainya penulisan skripsi
ini, Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Ayahku Ketut Satre dan Ibuku Nyoman Badri serta kaka-kakaku yang
selalu mendo’akan dan memberikan kasih sayang yang tak terhingga serta
restunya kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Afandi, M.P. selaku pembimbing utama atas gagasan,
bimbingan, petunjuk, arahan, semangat, dan nasihat yang sangat
bermanfaat bagi penyusunan skripsi ini hingga selesai.
3. Bapak Ir. Hery Novpriansyah, M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, ilmu, dan nasehat hingga penulisan skripsi ini
selesai.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Karden ES. Manik, M.S., selaku pembahas, yang selalu
memberikan pengarahan, kritik, saran, ilmu, arahan, dan nasehat yang
bersifat membangun kepada penulis.

5. Bapak Dr. Dwi Hapsoro., Selaku pembimbing akademik yang senantiasa
memberikan nasehat, kritik, ilmu, dan dukungan hingga penulisan skripsi
ini selesai.
6. Bapak Dr.Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P. selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi atas bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
7. Seluruh dosen Jurusan Agroteknologi dan Fakultas Pertanian yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Lampung.
8. Miftahul Niam dan Holilullah dan teman – teman Agroteknologi sebagai
teman seperjuangan. Terima kasih atas pengalaman, dukungan, dan
kebersamaannya.
9. Keluarga besar UKM Hindu Unila, KMHDI, dan PRADAH yang
memberikan semangat serta doa.
10. Novi Tri Handayani, Niluh Leni Damayanti spd, Gusti Ayu Alit Pratiwi
dan teman – teman yang selalu membantu dan memberikan semangat.
11. Kelurga Besar Bandesa Manik Mas yang selalu memberikan semangat dan
motifasi.
Semoga Idhe Sang Hyang Whidi Wasa, membalas segala kebaikan yang telah
diberikan, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak
(Astungkare).

Bandar Lampung, 17 Desember 2015
Penulis,

Made Pujawan

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

vi

I. PENDAHULUAN ..............................................................................

1

1.1

Latar Belakang dan Masalah .......................................................

1

1.2

Tujuan Penelitian .......................................................................

4

1.3

Kerangka Pemikiran ...................................................................

4

1.4

Hipotesis .....................................................................................

6

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

7

2.1 Nanas (Ananas Comosus) ...........................................................

7

2.2 Agregat Tanah .............................................................................

8

2.3 Tekstur Tanah ..............................................................................

10

2.4 Kerapatan Isi ( Bulk Density) .....................................................

12

III. BAHAN DAN METODE ..................................................................

13

3.1

Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................

13

3.2

Bahan dan Alat ...........................................................................

13

3.3

Metode Penelitian .......................................................................

14

3.4

Pelaksanaan penelitian ...............................................................

15

3.4.1 Penentuan Titik Sampel .....................................................
3.4.2 Pembuatan dan Pengamatan Minipit ................................
3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah .............................................

15
15
15

3.5 Analisis Tanah ............................................................................

16

3.5.1 Kemantapan Agregat Tanah .............................................
3.5.2 Tekstur Tanah ...................................................................
3.5.3 Kerapatan Isi .....................................................................

16
19
21

3.6 Analisis Data ..............................................................................

21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................

22

4.1

Hasil Penelitian ..........................................................................

23

4.1.1 Kemantapan Agregat Tanah .............................................
4.1.2 Kerapatan Isi ......................................................................
4.1.3 Tekstur Tanah .....................................................................

23
24
25

Pembahasan ...............................................................................

26

V. KESIMPULAN ..................................................................................

30

PUSTAKA ACUAN ............................................................................. ..

31

LAMPIRAN ............................................................................................

33

4.2

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok
dibudidayakan didaerah tropis. Tanaman ini berasal dari amerika selatan
( Brazilia). Tanaman nanas dibawa masuk ke Indonesia oleh para pelaut Spanyol
dan Portugis pada tahun 1599. Tanaman ini akan tumbuh baik dengan curah hujan
yang cukup, di Indonesia hampir semua daerah dapat dibudidayakan tanaman
nanas. Tanaman nanas merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi, sehingga dapat dikembangkan menjadi sebuah usaha, karena buah
nanas mempunyai rasa yang manis, aroma yang khas dan bentuk yang menarik,
selain itu tanaman nanas memiliki kandungan vitamin A, B1, B2, C, kapur, besi,
dan lain-lain (Ashari, 1995).

Tanah merupakan media tanam yang digunakan untuk budidaya tanaman nanas,
selain sifat biologi dan kimia,tanah yang bagus harus memiliki sifat fisik tanah
yang baik. Karena tanpa disertai sifat fisik tanah yang baik maka produksi
tanaman tidak akan mencapai pertumbuhan yang optimal. Hal ini dikarenakan
tidak dapatnya akar tanaman menyerap unsur-unsur hara yang ada didalam tanah
secara maksimal dan secara normal. Selain itu jika sifat fisik tanah kurang baik
maka perkembangan akar tanaman akan terganggu karena sulitnya akar
menembus tanah, sehingga penyerapan unsur hara yang ada di dalam tanah akan

2

terganggu. Apabila sifat-sifat tanah tersebut terpenuhi maka akan dihasilkan
kondisi tanaman nanas yang sehat, subur, dan vigor (kekokohan) tanaman yang
lebih baik (Haridjaja, 1996).

PT. GGP merupakan salah satu perusahan terbesar di Indonesia yang
membudidayakan tanaman nanas, hampir sebagian besar jenis tanah di PT. GGP
adalah jenis tanah ultisol. Jenis tanah ultisol ini tergolong lahan marginal yang
tingkat produktivitasnya rendah. Kandungan hara pada tanah ultisol umumnya
rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan
organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat. Tanah ultisol memiliki
solum yang dangkal, permeabilitas yang lambat hingga sedang, dan kemantapan
agregat lemah sehingga sebagian besar tanah ini mempunyai kapasitas memegang
air yang rendah dan peka terhadap erosi. Kerentanan terhadap erosi membuat
tanah akan semakin cepat berkurang kesuburannya terutama pada lapisan atas dan
akan terakumulasi di bagian yang lebih rendah.

Permasalahan utama pada jenis tanah Ultisol disamping kondisi perharaannya
yang tergolong miskin juga sifat fisiknya yang kurang menguntungkan.Salah satu
sifat fisiknya yang menonjol yaitu tekstur tanah yang dicirikan oleh kandungan
liat yang tinggi dan debu rendah. Kondisi tekstur ini mendasari banyaknya
masalah lain pada Ultisol, diantaranya masalah retensi dan transmisi air,
pemadatan tanah, dan penetrasi akar. Distribusi pori yang kurang seimbang,
karena didominasi oleh pori mikro, menyebabkan aerasi kurang baik, laju
infiltrasi rendah, dan peka erosi.

3

Tanah jenis Ultisol umumnya bertekstur lempung dan didominasi oleh mineral
kaolinit yang tidak banyak memberikan kontribusi pada kapasitas tukar kation
tanah. Kapasitas tukar kation hanya bergantung pada kandungan bahan organic
dan fraksi liat. Penanaman secara terus menerus tanpa tindakan konservasi tanah
dan air, pengelolaan bahan organik, dan pemupukan berimbang dapat merusak
tanah. Kerusakan tanah dipercepat oleh penggunaan alat mesin pertanian
(alsintan) yang membuat tanah menjadi padat. Untuk meningkatkan
produktivitas tanah Ultisol dapat dilakukan melalui perbaikan tanah (ameliorasi),
pemupukan, dan pemberian bahan organik. Bahan organik akan meningkatkan
kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun dari segi biologis tanah.

Kemantapan Agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan.
Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk
perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan
daya menahan air. Pada tanah yang agregatnya, kurang stabil bila terkena
gangguan maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil
hancuran akan menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat,
aerasi buruk dan permeabilitas menjadi lambat. Kemantapan Agregat juga sangat
menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Kemampuan agregat untuk
bertahan dari gaya perusak dari luar (stabilitas) dapat ditentukan secara kuantitatif
melalui Aggregate Stability Index (ASI). Indeks ini merupakan penilaian secara
kuantitatif terhadap kemantapan agregat. Faktor – faktor yang mempengaruhi
kemantapan agregat antara lain pengolahan tanah, aktivitas mikroorganisme

4

tanah, dan penutupan tajuk tanaman pada permukaan tanah yang dapat
menghindari splash erotion akibat curah hujan tinggi. Agregat tanah terbentuk
karena proses flokulasi dan fragmentasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah yang
pada awalnya dalam keadaan terdispersi, kemudian bergabung membentuk
agregat. Sedangkan fragmentasi terjadi jika tanah dalam keadaan masif, kemudian
terpecah-pecah membentuk agregat yang lebih kecil (Santi et al., 2008).

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kriteria kemantapan
agregat tanah tanaman nanas pada produksi rendah dan tinggi di PT GGP.

1.2 Kerangka Pemikiran

Tanah merupakan media tumbuh tanaman dan tempat hidupnya jasad renik, baik
makro maupun mikro. Tanaman bisa tumbuh karena ada interaksi antara tanah
dan tanaman. Akar tanaman berfungsi mengait tanah dan menyangga bagian atas
tanaman serta mengabsorsi air dan unsur hara. Tanaman akan bisa tumbuh
dengan baik apa bila tanah mempunyai sifat fisik, kimia, dan biologi yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman (Pandutama et al., 2003).

Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berhubungan dengan bentuk/kondisi
tanah asli, yang termasuk diantaranya adalah tekstur, struktur, porositas, agregat,
keraptan isi dan lain-lain. Sifat tanah berperan dalam aktivitas perakaran tanaman,

5

baik dalam hal absorbsi unsur hara, air maupun oksigen juga sebagai pembatas
gerakan akar tanaman (Hakim et al., 1986).

Agregat tanah terbentuk akibat adanya interaksi dari butiran tunggal liat atau
lempeng oksidasi besi atau alumunium, dan bahan organik. Ikatan dari agregat
tanah yang terbentuk dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut Ped.
Sedangkan ikatan agregat tanah yang merupakan gumpalan tanah dan terbentuk
akibat pengolahan tanah disebut Clod (Hudson, 1978).

Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah
melawan

pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air.

Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air
dan kekuatan sementasi atau pengikatan, Faktor – factor yang berpengaruh dalam
kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan
ukuran agregat, serta tingkat agregasi. Stabilitas agregat yang terbentuk
tergantung pada keutuhan tanah permukaan agregat pada saat dehidrasi dan
kekuatan ikatan antarkoloi partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya
peran lendir (gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin
kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi
(Hardjowigeno,1987).

Tanah yang ideal untuk tanaman nanas memiliki sifat fisik yang baik, kemantapan
agregatnya yang stabil. Kemantapan agregat tanah sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman, agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik

6

bagi pertumbuhan tanaman, tanah ulttisol memiliki kemantapan agregatnya
kurang stabil. Pada tanah yang agregatnya kurang stabil bila terkena gangguan
maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran
akan menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi
buruk dan permeabilitas menjadi lambat, sehingga pertumbuhan akar tanaman
menjadi terganggu. Sedangkan pada agregat tanah yang stabil akan menciptakan
kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman, menciptakan lingkungan fisik yang
baik untuk perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas,
aerasi dan daya menahan air. Semakin stabil suatu agregat tanah, akan semakin
rendah kepekaannya terhadap erosi atau erodibilitas tanah (Kemper dan
Rosenau,1986).

Susunan agregat tanah atau fragmen tanah memiliki pengaruh utama terhadap
aerasi, ketersediaan air dan kekuatan tanah, sehingga berpengaruh terhadap
pertumbuhan akar dan tajuk, dan mungkin pada akhirnya terhadap produksi
tanaman (Dıaz-zorita et al,. 2005).

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Lahan dengan
produktivitas tinggi memiliki nilai agregat tanah yang sangat mantap.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nanas (Ananas Comosus)

Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih
kurang 1.200 meter diatas permukaan laut (dpl). Di daerah tropis Indonesia, nanas
cocok di tanam atau dikembangkan didataran rendah sampai ketinggian 800m dpl
dengan keadaan iklim basah maupun kering, baik tipe iklim A, B, C, D, E, dan F.
Tanaman ini dapat tumbuh hampir disemua jenis tanah yang digunakan untuk
pertanian. Akan tetapi, jenis tanah yang paling ideal untuk berkebun nanas adalah
tanah yang mengandung pasir, keadaanya subur, gembur, banyak mengandung
bahan organic, dan reaksi tanahnya pada pH 5,5. Hal yang penting diperhatikan
dalam pemilihan lahan adalah tanahnya tidak mudah becek (menggenang),
aerasinya baik, dan kandungan kapurnya rendah (Rukmana, 1995).

Tanaman nanas sebenarnya tidak bersifat musiman, tetapi dapat berbunga setiap
saat. Namun, ada kecenderungan suhu yang dingin, terutama suhu malam, dapat
memacu pembungaan tanaman nanas. Buah nanas merupakan buah majemuk
yang disebut sinkrapik atau coenocarpium. Di atas buah tumbuh daun-daun
pendek yang tersusun seperti pilin yang disebut mahkota (crown). Akar tanaman
berakar serabut dan mengandung cukup banyak air. Akar nanas dangkal dan
tersebut luas. Kegunaan nanas matang enak dimakan segar dan rasanya manis,

8

tetapi ada pula yang rasanya manis asam. Buah matang terasa gatal ditenggorokan
karena kandungan asam oksalat yang tinggi (Hamna, 2008).

2.2 Agregat Tanah

Tanah berfungsi sebagai media tumbuh dan sebagai tempat akar berpenetrasi
(sifat fisik) yang selama cadangan nutrisi (hara) masih tersedia di dalam benih,
hanya air yang diserap oleh akar-akar muda, kemudian bersamaan dengan makin
berkembangnya perakaran cadangan makanan ini menipis, untuk melengkapi
kebutuhannya maka akar-akar ini menyerap nutrisi baik berupa ion-ion anorganik
seperi N, P, K dan lain-lain, senyawa organik sederhana, serta zat-zat pemacu
tumbuh. Kemudahan tanah untuk dipenetrasi tergantung pada ruang pori-pori
yang terbentuk di antara partikel-partikel tanah, sedangkan stabilitas ukuran ruang
tergantung pada konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan. Kerapatan porositas
menentukan kemudahan air untuk bersikulasi dengan udara. Sifat fisik lain yang
penting adalah warna dan suhu tanah. Warna mencerminkan jenis mineral
penyusun tanah, reaksi kimiawi, intensitas pelindian dan akumulasi bahan yang
terjadi. Sedangkan suhu merupakan indikator energi matahari yang dapat diserap
oleh bahan-bahan penyusun tanah (Hanafiah, 2007).

Agregat tanah merupakan kesatuan partikel tanah yang melekat satu dengan
lainnya lebih kuat dibandingkan dengan partikel di sekitarnya. Agregat tanah
terbentuk apabila partikel-partikel tanah menyatu membentuk unit-unit yang lebih
besar. Peningkatan ukuran dan stabilitas agregat akan berpengaruh positif

9

terhadap sifat fisik tanah lainnya, diantaranya meningkatkan kapasitas retensi air
dan jumlah air tersedia, pori makro dan meso, porositas total, aerasi tanah serta
permeabilitas tanah maupun infiltrasi serta dapat menurunkan kepekaan tanah
terhadap erosi (Kurnia, 1996).

Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk
perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan
daya menahan air kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah tersebut
akan mudah hancur. Kemampuan agregat untuk bertahan dari gaya perusak dari
luar (stabilitas) dapat ditentukan secara kuantitatif melalui Aggregate Stability
Index (ASI). Indeks ini merupakan penilaian secara kuantitatif terhadap
kemantapan agregat (Laksmita, 2008).

Agregat stabil tahan air merupakan agregat berukuran makro (> 0,25 mm), dapat
dirinci lagi berdasarkan berbagai ukuran agregat yaitu 0,25-0,5 mm, 0,5-8,0
mm,dan 2,0-8,0 mm. Agregat stabil tahan air (ASA), MWD, dan indeks stabilitas
agregat (ISA) digunakan sebagai indikator kualitas agregasi tanah. Makin tinggi
persentase ASA dan ISA serta makin besar ukuran MWD, makin baik kualitas
agregasi tanah.(Nurida dan Undang K, 2009).

Menurut Martin et al., (1955), proses awal pembentukkan agregat tanah adalah
flokulasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah yang pada awalnya dalam keadaan
terdispersi, kemudian bergabung membentuk agregat. Dampak interaksi antar

10

partikel liat, maka akan mengakibatkan gaya tolak menolak dan tarik menarik akan
bekerja dan besarnya tergantung dari kondisi fisik-kima. Jika gaya tolak menolak
merajai, maka partikel tanah akan terpisah satu dari lainnya. Dalam kondisi ini liat
dikatakan telah mengalami dispersi atau peptisasi. Jika gaya tarik menarik yang
bekerja, maka liat akan mengalami flokulasi, suatu gejala yang analog dan koagulasi
dari koloid organik, dimana partikel bergabung dalam satu paket atau floks (Afandi,
2005).

Ada beberapa factor yang mempengaruhi terbentuknya agregat yang stabil, yaitu: (1)
jenis dan jumlah bahan organik dalam tanah, khususnya gums dan mucilages, (2)
keberadaan hipa fungi dan akar-akar tanaman mikroskopik, (3) pembasahan dan
pengeringan, (4) pembekuan dan pencairan, (5) ciri / sifat-sifat dari kation pada
tempat pertukaran, dan (6) aksi dari penggalian hewan tanah, khususnya cacing tanah
(Stevenson, 1982).

2.3 Tekstur Tanah

Tekstur tanah menunjukan perbandingan relative (nisbah) dari pasir, debu, dan
liat. Namun tekstur melukiskan penyebaran butiran secara plastisida, keteguhan,
penyediaan hara dan produktivitas secara wilayah geografis. Di dunia dikenal dua
sistem penggolongan ukuran fraksi berdasarkan USDA (United Departement Of
Agriculture) dan ISSS (International Sociaty Of Soil Suence) telah diketahui
bahwa pasir dan debu terutama berasal dari pecahnya butir-butir mineral tanah
yang diukur berbeda beda dari suatu jenis tanah dengan jenis tanah lainya. Tingkat
pelapukan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk ditembus akar lebih

11

besar dari pada pasir. Luas permukaan debu jauh lebih besar dari pada luas
permukaan pasir per gram (Sutedjo, 1992).

Faktor – faktor yang yang dipengaruhi oleh tekstur tanah adalah konsistensi, kadar
air, organisme, perakaran dan pengolahan. Konsistensi dicontohkan semakin liat
suatu tekstur maka konsistensi akan semakin besar. Sebaliknya jika tekstur
memiliki pori yang renggang dan permukaan luas maka konsistensinya kecil.
Semakin liat tekstur tanah maka air yang tersedia semakin banyak karena tekstur
liat dapat mengikat air lebih kuat dengan pori – pori yang halus dan padat. Jika
suatu tanah memiliki tekstur liat maka organisme yang ada didalamnya sangat
sedikit karena tekstur liat sangat padat dan sangat sulit ditembus. Sebaliknya pada
tekstur lempung terdapat banyak organisme karena ketersediaan unsur haranya
banyak. Semakin liat tekstur tanah maka semakin sulit ditembus akar tumbuhan
dan semakin sulit di olah karena teksturnya padat (Ismunandar, 2009).

Tekstur tanah memiliki hubungan dengan sifat fisik tanah lainya. Salah satunya
adalah permiabilitas tanah atau cepat lambatnya air masuk kedalam tanah baik
vertical maupun horizontal. Semakin besar tekstur tanah semakin cepat peserapan
air. Pada pasir permiabelitas akan terjadi dengan cepat karena pori-porinya besar.
Sedangkan pada debu dan liat berjalan lambat karena teksturnya padat. Struktur
tanah juga akan semakin mantap jika tekstur didominasi oleh liat dan sebaliknya
akan berkurang jika teksturnya berpasir (Sutanto, 2005).

12

2.4 Kerapatan Isi ( Bulk Density)

Kerapatan isi merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan tingkat kepadatan
tanah per satuan volume, biasanya dinyatakan kedalam kg m-3. Kerapatan isi
yang tinggi umumnya memiliki struktur tanah yang kompak dan mengandung liat
yang tinggi. Tanah yang mengandung bahan organik tinggi memiliki kerapatan
tanah yang rendah. Bila dinyatakan dalam gramcm-3 kerapatan isi tanah liat yang
ada dipermukaan dengan struktur granular besarnya berkisar 1,0 sampai 1,3.
Tanah-tanah dipermukaan dengan tekstur kasar mempunyai kisaran 1,3 sampai
1,8. Perkembangan struktur yang lebih besar pada tanah-tanah dipermukaan
dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan isinya lebih rendah bila
dibandingkan dengan tanah berpasir (Foth, 1998).

Berat volume tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling sering
ditentukan, karena keterkaitanya yang erat dengan kemudahan penetrasi akar di
dalam tanah, drainase, dan aerasi tanah, serta sifat fisik tanah lainya.Seperti sifat
fisik tanah lainya, berat volume mempunyai variabilitas spasial (ruang) dan
temporal (waktu). Nilai berat volume tanah bervariasi antara satu titik dengan titik
lainnya , ini disebabkan oleh kandungan bahan organik, tekstur tanah, kedalaman
perakaran, struktur tanah, jenis fauna, dan lain-lain. Nilai berat volume tanah
sangat dipengaruhi oleh pengelolaan yang dilakukan pada tanah.Nilai berat
volume tanah terendah biasanya didapatkan di permukaan tanah sesudah
pengelolaan tanah (Balitbang Pertanian, 2006).

13

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. GGP Terbanggi Besar Lampung Tengahpada
bulan September sampai dengan juni 2015 pada areal pertanaman nanas (Ananas
comosus). Pengambilan sampel tanah dilakukan pada lokasi 26B, pada dasarnya
lokasi 26B dibagi menjadi dua petak yang dipisahkan oleh jalan, petak sebelah
kiri berproduksi tinggi dan sebelah kanan berproduksi rendah. Untuk analisis sifat
fisik tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan adalah sampel tanah, air, dan larutan calgon. Sedangkan
untuk alat – alat yang dipergunakan diantaranya adalah sebagai berikut: cangkul,
meteran, oven, spidol, gunting, plastik, penggaris, hydrometer, ring sampel,
penumbuk dari kayu ,satu set ayakan, buret, cawan, desikator, hot plate , ember
besar, timbangan listrik dan corong plastic, dan alat-alat labolatorium untuk
analisis tanah.

14

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei.Pada lokasi 26 B
yang akan disurvei dilakukan pembuatan minipit dan pengambilan sampel tanah
sebanyak enam titik. Masing – masing tiga titik produksi rendah dan tiga titik
produksi tinggi dengan kedalaman 0 – 20, 20 – 40 dan 40 – 60 cm. pengambilan
contoh tanah dilakukan secara diagonal.

4

5
6

1
2
3

Gambar 1. Titik pengambilan sampel lokasi 26.

15

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penentuan Titik Sampel

Titik pengambilan sampel ditentukan secara diagonal untuk mewakili keadaan
lahan yang akan disurvei. Banyaknya penentuan titik sampel tergantung dari
luasan lahan yang akan disurvei, pada penelitian ini banyaknya titik yang diambil
sebanyak enam titik.Masing – masing tiga titik produksi rendah dan tiga titik
produksi tinggi.

3.4.2 Pembuatan dan Pengamatan Minipit

Pembuatan dan pengamatan minipit dilakukan di lahan tanaman nanas yang
berproduksi tinggi dan rendah. Pada setiap titik lahan yang di survei dibuat
minipit.Minipit dibuat sebanyak 6 titik, 3 titik diproduksi rendah dan 3 titik
diproduksi tinggi, pembuatan minipit dilakukan untuk pengamatan profil tanah
dan pengambilan sampel tanah perkedalaman dari 0 – 20, 20 – 40, 40 – 60 cm.

3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap titik lahan tanaman nanas yang
berproduksi tinggi dan rendah. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan
menggunakan dua cara yaitu dengan mengambil langsung sampel tanah dengan

16

menggunakan cangkul dan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan ring
sampel dengan kedalaman 0 – 20 cm, 20 – 40 cm dan 40 – 60 cm.

3.5 Analisis Tanah

3.5.1 Kemantapan Agregat Tanah

Variable utama pada penelitian ini adalah penetapan Kemantapan Agregat pada
lokasi produksi tinggi dan rendah dengan menggunakan metode ayakan kering
dan basah di laboratorium Fisika Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Contoh tanah yang akan dianalisis, dikering udarakan
terlebih dahulu, kemantapan agregat ditetapkan melalui pemecahan agregat tanah
saat pengayakan dan dianalisis, dengan metode ayakan kering dan basah.
Tahap-tahapan dalam metode ayakan kering dan basah yaitu :

A. Pengayakan kering
1. Ayakan disusun secara berurutan dari atas ke bawah : 8 mm, 4,76 mm, 2,83
mm, 2 mm, dan pada bagian bawahnya ditutup.
2. Ambil agregat tanah seberat 500 g dengan ukuran > 1cm dan dimasukan diatas
ayakan 8 mm.
3. Tanah ditumbuk dengan penumbuk kayu sampai semua tanah lolos ayakan 8
mm.
4. Ayakan digoncang dengan tangan sebanyak 5 kali.
5. Ayakan dilepas dan ditimbang agregat yang tertinggal didalam masing-masing
ayakan.

17

Tabel 1. Perhitungan kemantapan agregat dengan pengayakan kering.
No
1
2
3
4
5
6

Agihan diameter
ayak (mm)
0,00 – 0,50
0,50 – 1,00
1,00 – 2,00
2,00 – 2,83
2,83 – 4,76
4,76 – 8,00

Rerata diameter
(mm)
0,25
0,75
1,5
2,4
3,8
6,4

Berat agregat yang
tertinggal (g)
A
B
C
D
E
F

Persentase
(A/G) x 100
(B/G) x 100
(C/G) x 100
(D/G) x 100
(E/G) x 100
(F/G) x 100

Total (A + B + C + D + E + F) = G
Total (D + E + F) = H
 Rerata Berat Diameter (RBD)
Nilai RBD menggambarkan dari dominansi agregat ukuran tertentu.
dihitung hanya untuk agregat ukuran

RBD

> 2 mm, urutannya sebagai berikut:

 Persentase agregat ukuran > 2 mm dihitung dengan:
D/H x 100 % = X; E/H x 100 % = Y; F/H x 100 % = Z.
 Hasil pada (a) dikalikan dengan rerata diameter dan jumlahkan dan dibagi
dengan 100 , seperti pada persamaan:
RBD (g.mm) = [ (X x 2,4) + (Y x 3,8) + (Z x 6,4)] / 100

B. Pengayakan basah
1.

Agregat hasil pengayakan kering yang berukuran > 2 mm sebanyak 100 g
diambil dengan jumlah yang sesuai proporsi masing-masing agregat,
kemudian dimasukan kedalam cawan logam atau cawan petri.

2.

Diteteskan air sampai kapasitas lapang dari buret setinggi 30 cm.

3.

Cawan ditutup dengan kertas dan ditempatkan ditempat yang sejuk ( tidak
terkena sinar matahari ) selama 12 jam agar air didalam tanah tersebut
tersebar merata.

18

4.

Tiap agregat dipindahkan dari cawan ke ayakan dengan agregat ukuran 6,4
mm di atas ayakan 4,76 mm; ukuran 3,8 mm pada ayakan 2,83 mm; dan
ukuran 2,4 mm pada ayakan 2 mm. dibawah ayakan tersebut, pasang juga
ayakan berukuran 1 mm, 0,5 mm dan 0,279 mm.

5.

Isi ember dengan air kira-kira setinggi susunan ayakan.

6.

Ayakan dimasukan kedalam air dan diayak naik turun selama 5 menit dengan
sekitar 35 ayunan per menit.

7.

Pindahkan agregat pada setiap masing-masing ayakan ke cawan logam
dengan cara disemprot melewati corong menggunakan selang kecil dari air
leiding agar lebih mudah.

8.

Air yang berlebihan dari cawan dibuang, panaskan pada hot plate selama
kurang lebih 4 jam pada suhu 130drajat C, setelah kering kemudian
didinginkan di udara dan ditimbang.

Tabel 2. Perhitungan kemantapan agregat dengan pengayakan basah.
No
1
2
3
4
5
6

Agihan diameter
ayakan (mm)
0,00 – 0,50
0,50 – 1,00
1,00 – 2,00
2,00 – 2,83
2,83 – 4,76
4,76 – 8,00

Rerata diameter
(mm)
0,25
0,75
1,5
2,4
3,8
6,4

Berat agregat yang
tertinggal (g)
A
B
C
D
E
F

Persentase
(A/G) x 100
(B/G) x 100
(C/G) x 100
(D/G) x 100
(E/G) x 100
(F/G) x 100

Total (A + B + C + D + E + F) = G
Total (D + E + F) = H
 Rerata Berat Diameter (RBD)
Nilai RBD menggambarkan dari dominansi agregat ukuran tertentu.
dihitung hanya untuk agregat ukuran

RBD

> 2 mm, urutannya sebagai berikut:

19

 Persentase agregat ukuran > 2 mm dihitung dengan:
D/H x 100 % = X; E/H x 100 % = Y; F/H x 100 % = Z.
 Hasil pada (a) dikalikan dengan rerata diameter dan jumlahkan dan dibagi
dengan 100 , seperti pada persamaan:
RBD (g.mm) = [ (X x 2,4) + (Y x 3,8) + (Z x 6,4)] / 100

C. Perhitungan Indeks Kemantapan Agregat
1
Kemantapan agregat=
%

x 100
RBD kering - RBD basah

Tabel 3 . Klasifikasi indeks kemantapan agregat tanah (Afandi, 2005).
Stability Indek
> 200

Kelas
Sangat mantap sekali

80 – 200

Sangat mantap

61 – 80

Mantap

50 – 60

Agak mantap

40 – 50

Kurang mantap

< 40

Tidak mantap

3.5.2 Tekstur Tanah

Analisis tekstur dilakukan dengan metode hidrometer, adapun prosedurnya adalah
sebagai berikut:
1. 50 g tanah ditimbang dan dimasukkan dalam gelas erlenmeyer 250 ml dan
ditambahkan 100 ml calgon dikocok dan dibiarkan selama 10 menit.
2. Masukkan dalam gelas pengaduk listrik dan berikan 400 ml air aquades dan

20

kocok selama 5 menit.
3. Suspensi dipindahkan kedalam tabung sedimentasi 1000 ml dan
ditambahkan air sampai batas, dan diaduk selama 2 menit.
4. Bersamaan alat pengaduk diangkat, stopwatch dinyalakan kemudian
dimasukan hidrometer setelah sekitar 20 detik, setelah 40 detik angka yang
ditunjukan oleh hidrometer (H1) dibaca. Kemudian angkat hidrometer dan
dicuci serta dibaca susupensi dengan menggunakan termometer (T1).
5. Suspensi dibiarkan selama 2 jam (120 menit) kemudian hidrometer kembali
dimasukan dan dibaca sebagai pembacaan ke II (H2). Hidrometer diangkat dan
diukur kembali suhu susupensinya (T2).
6. Tekstur tanah ditentukan dengan segitiga tekstur stelah diperoleh presentase
pasir, debu, dan liat. Adapun persentase pasir, debu dan liat ditentukan dengan
menggunakan rumus:

Keterangan :
BB = Berat Basah Tanah
BK = Berat Kering Tanah
KA = Kadar air tanah (%)
H1 = Angka Hydrometer Pada 40 Detik
H2 = Angka Hydrometer Pada 120 Detik
B
= Angka Hydrometer Blanko = 0
FK = Faktor Koreksi = 0,36 (T-20)

21

T

= Suhu Suspensi yang Diukur Setelah 40 Detik (T1) / Setelah
120 Menit (T2)

3.5.3 Kerapatan Isi

Analisis kerapatan isi dilakukan dengan metode clod, adapun prosedurnya adalah
sebagai berikut:
1. Diambil bongkahan tanah sebesar 5 – 8 cm dan diletakan pada suatu wadah.
2. Bongkahan diikat dengan benang dan ditimbang.
3. Lapisi bongkahan tersebut dengan lilin, setelah kering lalu ditimbang.
4. Dimasukan bongkahan yang sudah terlapis oleh lilin ke dalam gelas ukur
yang berisi air.
5. Dihitung volume kenaikan air.

3.6 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh pada saat
penelitian dibandingkan dengan kriteria sifat fisik tanah yang telah baku.

Tabel 4. Kerapatan Isi Ideal Bagi Tanaman (USDA, 2008).

Tekstur

Kerapatan isi ideal untuk
pertumbuhan tanaman (g cm3)

Kerapatan isi yang membatasi
pertumbuhan akar (g cm3)

Pasir

1.85

Debu

1.65

Liat

1.47

31

V. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1.

Kemantapan agregat pada produksi rendah termasuk dalam sangat mantap,
tekstur tanah liat berpasir, dan kerapatan isi ideal pertumbuhan akar dari
kedalaman 0 – 40 cm.

2.

Kemantapan agregat tanah pada produksi tinggi adalah sangat mantap, tekstur
tanah liat berpasir, dan kerapatan isi ideal pertumbuhan akar hingga
kedalaman 40 – 60 cm.

3.

Pada lahan lokasi 26B pada produksi rendah dan produksi tinggi sama-sama
mempunyai kelas yang sangat mantap, tetapi jika dilihat dari nilai indexs
kemantapanya lokasi produksi rendah memiliki nilai lebih kecil dibandingkan
dengan lokasi produksi tinggi.

31

PUSTAKA ACUAN

Afandi. 2005. Fisika Tanah I. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Afandi. 2005. Penuntun Pratikum Fisika Tanah. Universitas Lampung. Bandar
Lampung. 56 hlm.
Ashari, S. 1995. Hortikultura : Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hlm.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2006. Sifat Fisik Tanah dan
Metode Analisisnya. Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Dı´az-Zorita, M., J. H. Grove, and E. Perfect. 2005. Soil Fragment Size
Distribution and Compactive Effort Effects on Maize Root Seedling
Elongation in Moist Soil. Crop Sci. 45:1417–1426 hlm.
Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi Keenam. Diterjemahkan
Soenartono Adisoemarto. Erlangga. Jakarta.
Hakim, N. Go Bang Hong, A. M. Lubis, dan M.A. Pulung, A.G. Amrah, Nyakpa,
M. Y. 1986. Dasar-dasar Ilmu tanah, Universitas Lampung. Lampung.
Hamna, A. 2008. Buah nanas. http://www.artiirhamna.com/2008/07/buah
nanas.html. di akses tanggal 8 Mei 2013. hlm 36-40.
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali. Jakarta
Haridjaja,O., Y. Hidayat, dan S.M. Lina. 2010. Pengaruh Bobot Isi Tanah Dan
Perkecambahan Benih Kacang Tanah Dan Kedelai. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. IPB. hlm 147 – 152,
Hardjowigeno, S. 1987. Dasar Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Hudson, N. 1978. Soil Conservation. Bastford. London.
Ismunandar. 2009. Dasar Ilmu Tanah. Tim dosen. Malang.

32

Kemper, E.W. dan R.C. Rosenau 1986. Aggregate stability and size distribution.
In: A. Klute (Ed.) Method of Soil Analysis Part 1. 2 nd ed. ASA. Madison.
Wisconsin. hlm 425-461.
Kurnia, U. 1996. Kajian Metode Rehabilitasi Lahan untuk Meningkatkan dan
Melestarikan Produktivitas Tanah. Disertasi Fakultas Pasca Sarjana, IPB.
Bogor.
Laksmita, P.S. 2008. Peningkatan Kemantapan Agregat Tanah Mineral oleh
Bakteri Penghasil Eksopolisakarida. Menara Perkebunan 76 (2): 93-103.
Martin, J.P., W.P. Martin., J.B. Page., W.A. Raney., dan J.D. De Ment. 1955. Soil
Agregation. Adv. Agron. 7: 1-38.
Nurida, N.L., dan Undang K. 2009. Perubahan Agregat Tanah Pada Ultisols
Jasinga Terdegradasi Akibat Pengolahan Tanah dan Pemberian Bahan
Organik. Jurnal Tanah dan Iklim 30.
Pandutama, M.H., A. A. Mudjiharjati, Suyono dan Wustamidin. 2003. Buku Ajar
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Jember: Jember.
Rukmana, R. 1995. Nanas Budidaya dan Pascapanen. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta. hlm 60.
Santi, L.P., A.I. Dariah, dan D.H. Goenadi, 2008. Peningkatan Kemantapan
Agregat Tanah Mineral Oleh Bakteri Penghasil Eksopolisakarida. Jurnal
Balai Penelitian Tanah. Bogor. hlm 7-8.
Stevenson, F.J. 1982. Clay organic complexes and formation of stable aggregates.
In: Stevenson (ed.) Humus Chemistry (Genesis, Composition, Reaction).
John Wiley and Sons. Inc., New York.
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Kanisius. Yokyakarta. hlm
12-45
Sutedjo, M.M. 1992. Analisis tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Rineka cipta.
Jakarta.
Tim Pratikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. 2005. Penuntun Pretikum Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. hlm 34.
USDA (United State Department of Agricultural). 2008. The Nature and
Properties of Soils. Soil Quality Indicators. Page 3.

Dokumen yang terkait

AGREGAT TANAH PADA PERTANAMAN NANAS ( Ananas comosus ) UMUR 6 BULAN SETELAH ROTASI TANAMAN RUMPUT TAIWAN (King grass) DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

4 29 48

PENGARUH APLIKASI EFFLUENT SAPI EKS CHOPPER TERHADAP STABILITAS AGREGAT TANAH PADA LAHAN ULTISOL DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

3 13 42

PENGARUH BERBAGAI DOSIS APLIKASI LIQUID ORGANIC BIOFERTILIZER TERHADAP AGREGAT TANAH PADA DAERAH RIZOSFER PERTANAMAN NANAS (Ananas comosus) PT GREAT GIANT PINEAPPLE

10 47 43

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

4 18 44

PENGARUH EFFLUENT SAPI TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA LAHAN ULTISOL DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE LAMPUNG TENGAH

1 6 41

KAJIAN SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN NANAS (Ananas comosus L.) PRODUKSI TINGGI DAN RENDAH DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE LAMPUNG TENGAH

5 35 38

Identifikasi Bakteri Alicirclobaczllus sebagai Sumber Kontaminasi pada Tahapan Proses Produksi Konsentrat Sari Kulit Buah Nanas (Clarified Pineapple Juice Concentrate) di PT. Great Giant Pineapple Company

0 9 80

Pengaruh Faktor Pembentuk Agregat Tanah terhadap Kemantapan Agregat Tanah Latosol Dramaga pada Berbagai Penggunaan Lahan

0 4 33

Studi Waktu pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT Great Giant Pineapple Lampung Tengah

1 9 50

Sistem Pendukung Keputusan Untuk Penentuan Jumlah Produksi Nanas Menggunakan Metode Fuzzy Tsukamoto (Studi kasus PT.Great Giant Pineapple)

0 0 6