UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA (Studi Kasus di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur)

ABSTRAK

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA
CURANMOR RODA DUA
(Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur)
Oleh

Heppy Surlaini

Negara Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang selalu bergelut dengan masalah
keamanan dan pembangunan dalam usahanya untuk mencapai tujuan nasional yaitu
kesejahteraan, keadilan serta kemakmuran yang merata, dan berkeprikemanusiaan disertai
keamanan, ketertiban masyarakat (KAMTIBMAS) yang merupakan syarat mutlak bagi
pembangunan nasional. Oleh karena itu agar pembangunan nasional dapat berjalan aman,
tertib, dan lancar maka dibutuhkan ketahanan nasional.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk
menekan angka kejahatan tindak pidana curanmor di wilayah hukum Polsek Way Jepara. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Menggunakan metode observasi, sumber pustaka dan studi

dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa semua upaya yang telah dilakukan oleh pihak

kepolisian mempu menekan angka kejahatan tindak pidana curanmor roda dua dan memberikan
pengetahuan kepada masyarakat untuk lebih waspada akan kejahatan tindak pidana curanmor
yang marak terjadi di wilayah hukum Polsek Way Jepara.

Kata kunci : Curanmor, Kejahatan, Kepolisian.

ABSTRACT

THE POLICE EFFORTS IN OVERCOMING MOTORBIKE THEFT
CRIME
(A Case Study in Way Jepara Local Police Legal Area of
North Lampung District)

By
Heppy Surlaini

Indonesia is a developing country struggling with development and security
problems in its nation objectives to realize welfare, justice, evenly distributed
wealth, humanity, and social order is one of absolute requirements for the national
development. In order national development to run smoothly, securely, and

orderly, it needs national endurance.
The objective of this research was to find out efforts conducted by police to
reduce motorbike theft crimes in legal area of Way Jepara local police. This was a
qualitative research. Data were collected with observation, literary study and
documentation.
The results showed that all efforts had been conducted by local police were able to
reduce motor bike theft crimes and providing knowledge to public to be more
watchful of motor bike theft crimes often occurred in legal area of Way Jepara
local police.

Keywords

: motor bike theft, crime, police

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA
PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA
(Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur)

Oleh


HEPPY SURLAINI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Jabung

Kabupaten

Lampung Timur Pada 9 Januari 1993. Anak pertama dari tiga

bersaudara sebagai buah kasih dari pasangan Aiptu Tasran
Tetap dan Tuminah.
Jenjang akademis penulis di mulai dengan menyelesaikan taman kanakkanak pada TK Al-Muslimin Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung
Timur Pada Tahun 1997-1998, Sekolah Dasar Negri 1 Labuhan Ratu Dua
Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2004,
Sekolah Menegah Pertama Negri 1 Kecamatan Way Jepara Kabupaten
Lampung Timur pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas Teladan
Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur pada tahun 20110
Pada tahun 2010 penulis terdaftar ebagai mahasiswi S1 FISIP jurusan
Sosiologi. Selama menempuh studi di Universitas Lampung, Pada Tanggal
17 Januari 2013 penulis pernh menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Labuhan Ratu Delapan, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten
Lampung Timur.

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil alamin hanya Kepada Mu lah Ya Allah
Kupanjatkan puji syukur…
Ku persembahkan karya kecil terindah yang sangat kubanggakan ini
sebagai wujud ucapan rasa cinta, bakti, kasih dan sayang kepada :

PAPA dan MAMA
Terimakasih atas setiap doa, perhatiannya dan kasih Sayang, atas
setiap tetesan keringat, atas setiap air mata yang jatuh, terimakasih
papa n mama atas segala bimbingan dan pengorbanan nya selama ini
semoga kelak doa mu memberikan jalan kesuksesan untuk anak-anak
mu
Adik-Adik Tersayang
Trimakasih sudah menjadi motivasi dan semangat buat ku
Seluruh keluarga ku, Jagoan Ku dan seseorang pria yang menjadi
pendamping hidupku selamanya
Serta
Sahabat-sahabatku, Almamater tercinta

Moto

Ikutilah Diriku Bila Aku Maju,
Doronglah Diriku Bila Aku Berhenti,
Dan Berilah Aku Inspirasi Bila Aku Jatuh
(Robert cushing)


Maknai Ada Sebelum Tiada
Jika Tiba Masa Tiada
Segala Sesal Tiada Berguna
(Caesar)

Setiap manusia pasti memiliki kesalahan dan dosa
Namun ada upaya bagaimana cara untuk menebus kesalahan dan dosa
Tersebut
(Heppy Surlaini)

Pohon yang Kokoh tidak Tumbu Seketika,
Tetapi Batang Pohon Itu Menguat Seiring Dengan Kekuatannya
Menghadapi Terpaan Angin
(W. Marriot)

SANWACANA

Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas Rahmat
dan Hidayah-Nya saya selaku penulis dapat menyelesaikan skripsi yang telah lama dinanti.
Skripsi dengan judul “Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian

Kendaraan Bermotor Roda Dua” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
Penulis merasa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan
keterbatasan pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki penulis. Tapi penulis berharap
skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Suwarno, M.H selaku pembimbing utama yang tidak pernah bosan
memberikan nasehat dan bimbingannya selama masa perkuliahan serta petunjuk,
saran dam motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Pairul Syah, M.H selaku pembahas dosen yang telah memberikan saran
dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen FISIP Unila yang telah membekali ilmu pengetahuan selama masa
perkuliahan.
6. Seluruh staf FISIP Unila yang telah membantu melayani segala urusan perkuliahan.


7. Kedua orang tuaku tercinta, terima kasih untuk Mama dan Papa yang selalu
memberikan semangat dan doanya untukku. Terima kasih untuk semua kasih sayang
yang telah kalian berikan padaku.
8. Untuk adik-adik ku Firman Renaldi dan Anderwan Pamuncar yang selalu
menyemangati agar ayuk tercintanya cepet wisuda.
9. Trimakasih buat Irhamsyah, Prabu, Nakula dan Sadewa. Kalian lah jagoan-jagoan
yang selalu menemani ku saat penelitian hingga penelitian ini selesai.
10. Untuk sahabat-sahabat ku yang dari awal kuliah sampai sekarang atau pun yang akan
dating selalu bersama-sama ya makasih buat Cole-Cole gila : Putri Deba, Yesy
Aprianti, Sakin, Welly Lestari, Yeti Andriani. Makasih atas perteman kita selama ini
kita terkadang susah senang bahkan nangis bersama. Buat Echa Apriani yang sering
galau, mbak kost yang sering aku bentak dan marahin tapi tetep aja sabar masakin
buat sarapan tiap pagi.
11. Buat motor Mio J BE 4779 NL “Si Putih” Yang selalu menemani kemana saja
perjalanan ku.
12. Terimakasih untuk anggota Polsek Way Jepara dan informan lainnya yang telah
memberikan informasi untuk penelitian selama ini.
13. Untuk semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Semoga Allah dapat membalasnya, Amiin.


Bandar Lampung,
Penulis

Heppy Surlaini

DAFTAR ISI

Abstrak ………………………………………………………………………

i

Daftar Isi……………………………………………………………………..

ii

Daftar Tabel………………………………………………………………….

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………..

1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………….

7

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………..

7

D. Kegunaan Penelitian…….………………………………………………

8

BAB II TINJUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kepolisian………………………………………………….

9


B. Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia………………………….

10

C. Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia…………………….

14

D. Pengertian Sepeda Motor……………………………………………….

18

E. Pengertian Tindak Pidana Pencurian……………………………………

20

F. Tindak Pidana Kejahatan Curanmor……………………………………

22

G. Usaha – Usaha Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan………….

26

H. Kerangka Pikir…………………………………………………………..

27

BAB III METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian…………………………………………………………

29

B. Fokus Penelitian……………………………………………………….

30

C. Penentuan Informan……………………………………………………

31

D. Lokasi Penelitian………………………………………………………

32

E. Sumber Data……………………………………………………………

32

F. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………..

33

G.Teknik Analisa Data……………………………………………………

34

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Polsek Way Jepara………………………………..

36

B. Wilayah Kerja Polsek Way Jepara…………………………………….

37

C. Motto Dan Visi Misi Polsek Way Jepara……………………………..

39

D. Fungsi Dan Tugas Polsek Way Jepara……………………………….

40

E.Gambaran Umum, Struktur Tugas Polsek Way Jepara………………..

43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………………………………………………………

55

1. Identitas Informan……………………………………………

55

2. Upaya Kepolisan Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Curanmor
Roda Dua…………………………………………………...................

58

3. Kendala Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Curanmor
Pidana Curanmor……………………………………………................ 66
B. Pembahasan………………………………………………………….

69

1. Upaya Yang Dilakaukan Pihak Kepolisian Polsek Way Jepara Saat
Berpatroli dan Memberikan Penyuluhan Tentang Kamtibmas Kepada
Masyarakat…………………………………………………………….

69

2. Kendala – Kendala Pihak Kepolisian Dalam Penanggulngan Tindak
Pidana Curanmor Roda Dua Di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara… 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………..

77

B. Saran…………………………………………………………………

78

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Bulanan Tindak Pidana Curanmor di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara
Lampung Timur Tahun 2013…………………………………………...................

6

Tabel 2. Daftar Nama Desa Yang Berada di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara Lampung
Timur…………………………………………………………………………..........

38

Tabel 3. Jumlah Anggota di Polsek Way Jepara Lampung Timur Berdasarkan
Fungsional…………………………………………………………………………. 46
Tabel 4. Jumlah Anggota di Polsek Way Jepara Lampung Timur Sesuai Dengan Pendidikan
Terakhir……………………………………………………………………............

47

Tabel 5. Jumlah Anggota di Polsek Way Jepara Lampung Timur Yang Mendapatkan
Penghargaan Dari Kapolres Lampung Timur…………………………………....... 65

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang selalu bergelut dengan
masalah keamanan dan pembangunan dalam usahanya untuk mencapai tujuan
nasional yaitu kesejahteraan, keadilan serta kemakmuran yang merata, dan
berkeprikemanusiaan disertai keamanan, ketertiban masyarakat (KAMTIBMAS)
yang merupakan syarat mutlak bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu agar
pembangunan nasional dapat berjalan aman, tertib, dan lancar maka dibutuhkan
ketahanan nasional.
Berdasarkan pengamatan penulis di Negara Indonesia jumlah kejahatan pencurian
khususnya kendaraan bermotor yang terjadi di dalam masyarakat cenderung
mengalami peningkatan. Salah satu hal yang menjadi faktor menguatnya kejahatan di
masyarakat adalah dengan terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan di
negeri ini, di mana banyak terjadi pemutusan hubungan kerja sehingga banyak
orang yang putus asa yang kemudian berujung melakukan tindak kejahatan demi
menuruti kebutuhan hidup mereka. Di lain sisi, selain masalah pengangguran

1

masalah urbanisasi di mana masyarakat desa banyak datang ke kota, kemudian juga
menyebabkan banyak orang kesulitan mencari

tempat tinggal yang dapat

menimbulkan kesenjangan sosial, di mana terdapat jurang pemisah antara si kaya
dan si miskin, adanya hasrat si miskin untuk meniru atau memiliki apa yang
dimiliki si kaya. Dengan terjadinya hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kejahatan
terjadi bukan hanya keinginan untuk berbuat jahat, tetapi kejahatan terutama terjadi
karena desakan hidup yang semakin sulit.
Kasus kejahatan yang terjadi pada masyarakat saat ini sangat beragam jenisnya.
Kasus kejahatan konvensional yang menjadi gangguan keamanan dan ketertiban
dalam masyarakat antara lain pembunuhan, pencurian dengan kekerasan, pencurian
dengan pemberatan, pencurian kendaraan bermotor, kebakaran, pemerkosaan,
pemerasan, penyalah gunaan narkotika, kenakalan remaja, dan judi. Namun kejahatan
yang sangat meresahkan masyarakat adalah kejahatan curanmor.
Untuk menekan kejahatan pencurian khususnya kendaraan bermotor perlu ada
kerjasama antara aparat penegak hukum dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan
keterbatasan

aparat penegak hukum khususnya aparat kepolisian Indonesia, oleh

karena itu partisipasi masyarakat juga sangat diperlukan untuk menanggualangi
tindak kejahatan seperti pencurian kendaraan

bermotor yang banyak terjadi.

Masalah pencurian kendaraan bermotor atau yang lebih dikenal dengan nama
Curanmor (Pencurian kendaraan bermotor) di masyarakat kita bukan lagi hal baru,
karena sering sekali terjadi kasus curanmor. Meskipun tempat dan tujuannya
berbeda umumnya modus operandi curanmor dinilai sama.

2

Kejahatan

pencurian

adalah

tindakan

melawan hukum

pidana

karena

perbuatannya telah merugikan orang lain seperti yang di atur di dalam KUHP
(Kitab Undang-Undang Hukum Pidana bab XXII tentang pencurian). Sanksi dari
perbuatan pencurian tersebut adalah berupa hukuman penjara.
Mengenai pengertian kejahatan R.Soesilo (1985 : 11) memberikan definisi kejahatan
dari dua sudut pandang, yaitu :
a. Pengertian secara yuridis, kejahatan adalah semua perbuatan manusia yang
memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam KUHP.
b. Pengertian secara sosiologis, kejahatan adalah perbutan atau tingkah laku yang
selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu
hilangnya keseimbangan, ketentraman, dan ketertiban.
Sedangkan Paul Moekdikdo (Soedjono, 1975:5) memberikan definisi tentang
kejahatan :
Kejahatan adalah pelanggaran hukum yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan
sebagai perbuatan yang sangat merugikan, menjengkelkan dan tidak boleh
dibiarkan atau harus di tolak.
Selain itu kejahatan disebabkan oleh beberapa faktor,

pada umumnya faktor

kejahatan menurut Bawenang (1996:32) adalah :
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pribadi dan tingkah
laku seseorang. Seseorang yang dilahirkan di lingkungan penjahat, perampok,
penododng, prostitusi dan lingkungan kejahatan lainnya cenderung mudah
untuk meniru sifat dan sikap masyarakat yang ada di lingkungan tersebut.
b. Faktor Ekonomi
kehidupan ekonomi yang semakin sulit menimbulkan daya beli masyarakat
yang menurun. Sejak krisis multidimensi yang melanda Indonesia dengan
ditandai merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Hal tersebut
menimbulkan lonjakan harga kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok yang

3

menjadi kebutuhan sebagian besar masyarakat kita akan semakin sulit untuk
dipenuhi. Terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidup, banyak orang
mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
melakukan suatu kejahatan termasuk curanmor.
c. Faktor Pendidikan dan Lowongan Kerja
Pendidikan dan juga keterampilan yang dimiliki seseorang memiliki peranan
penting supaya seseorang memperoleh penghidupan dan pekerjaan yang layak.
Seseorang yang mendapatkan pendidikan yang layak akan berpikir ratusan kali
untuk melakukan suatu kejahatan.
Sedangkan menurut Separovic (Weda, 1996:76) mengemukakan, bahwa faktor lain
dari kejahatan adalah :
a. Faktor personal, termasuk di dalamnya faktor biologis (umur, jenis kelamin,
keadaan mental dan lain-lain) dan psikologis (agresivitas, kecerobohan, dan
keteransingan)
b. Faktor situasional, seperti situasi konflik, faktor tempat dan waktu.
Namun menurut Gosita (2004:143) faktor terjadinya kejahatan yaitu :
a. Kejahatan itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat di luar diri pelaku.
b. Kejahatan disebabkan akibat bakat jahat yang terdapat di dalam diri pelaku.
c. Kejahatan itu disebabkan baik karena pengaruh di luar pelaku maupun karena
sifat atau bakat si pelaku.
Hal-hal tersebut berpotensi menyebabkan semakin tingginya angka kejahatan yang
terjadi di masyarakat. Sesuai dengan berkembangannya zaman, cara yang dilakukan
para pelaku kejahatan semakin canggih dan dilakukan dengan menggunakan
teknologi yang cukup tinggi, seperti menggunakan senjata api, kunci leter T dan juga
menggunakan alat komunikasi yang canggih untuk mealancarkan aksinya saat
melakukan tindak pidana curanmor. Kejahatan yang dilakaukan pun semakin
terorganisir dan cukup rapi sehingga menyulitkan pihak berwajib dalam hal ini pihak
kepolisian yang mengungkapnya.

4

Kejahatan tindak pidana curanmor tersebut sangat memprihatinkan bagi penduduk
Kabupaten Lampung Timur sendiri, dikarenakan kasus kejahatan tersebut banyak
terjadi di wilayah Lampung Timur khususnya wilayah hukum Polsek Way Jepara.
Akhir-akhir ini di Kabupaten Lampung Timur terdapat kecenderungan meningkatnya
kasus kejahatan terhadap pencurian kendaraan bermotor. Selain melukai korban
kejahatannya, pelaku juga tega untuk menghilangkan nyawa orang lain.
Indikasi meningkatnya kejahatan pencurian kendaraan bermotor tidak saja
disebabkan oleh laju pertumbuhan kendaraan bermotor semata, namun juga
diperlihatkan dengan banyaknya laporan kehilangan kendaraan bermotor yang
diterima pihak berwajib dalam hal ini pihak kepolisian. Laporan yang diterima pihak
kepolisian Polsek Way Jepara selama tahun 2013 menyebutkan bahwa angka
kejahatan pencurian kendaraan bermotor cukup tinggi. Angka kejahatan pencurian
kendaraan bermotor di wilayah hukum Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung
Timur selama tahun 2013 sekitar 55 kasus untuk pencurian kendaraan bermotor.

5

Tabel.1 Data Bulanan Tindak Pidana Curanmor di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara
Lampung Timur Tahun 2013
NO

BULAN

JUMLAH KASUS

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

3
4
3
3
2
4
10
8
7
7
5
9

13

JUMLAH

55

Sumber : Data dokumentasi Polsek Way Jepara, 2013

Dari tabel.1 di atas terlihat bahwa peningkatan tindak pidana curanmor terjadi pada bulan
Juli, hal ini dikarenakan pada bulan Juli memasuki bulan suci Ramadhan dan juga tahun
ajaran baru. Dengan demikian banyak kebutuhan yang harus di penuhi sehingga tidak
menutup kemungkinan tindak pidana curanmor sangat mengalami peningkatan.

Keadaan ini sangat memprihatinkan, mengingat terjadinya keresahan dalam
masyarakat sebagai korban kejahataan pencurian kendaraan bermotor. Masyarakat
yang menjadi korban kejahatan akan mempertanyakan kinerja aparat keamanan
dalam hal ini pihak kepolisian dalam menjalankan tugasnya mencegah kejahatan
pencurian kendaraan bermotor.
Dengan kecenderungan semakin meningkatnya angka kejahatan pencurian kendaraan
bermotor di wilayah Kabupaten Lampung Timur, pelaku kejahataan yang semakin
6

leluasa dan berani serta modus kejahatan yang semakin canggih dalam melakukan
tindakan pencurian kendaraan bermotor. Maka perlu dilakukannya tindakan baik
secara preventif, pre-emtif maupun represif dari pihak kepolisian dalam
menganggulangi kejahatan pencurian kendaraan bermotor, sehingga penulis memilih
judul dalam penulisan skripsi ini mengenai Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan
Tindak Pidana Curanmor di Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis menentukan rumusan
masalah sebagai berikut :
a. Bagaimankah Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana
Kendaraan Bermotor (Curanmor).
b. Apakah faktor yang menjadi kendala pihak kepolisian dalam menanggulangi
Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor).

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
a. Menganalisis Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana
Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor).

7

b. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang menjadi kendala pihak
kepolisian dalam upaya penanggulangan tindak pidana pencurian kendaraan
bermotor (Curanmor).

D. Kegunaan Penelitian

a. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi masyarakat pada umumnya dan
bagi para penegak hukum pada khususnya untuk dapat mengambil langkahlangkah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kasus curanmor serta
mengetahui apa kendala- kendala pihak kepolisian dalam menanggulangi kasus
curanmor.
b. Secara teoritis, diharapkan pula agar dapat menjadi salah satu bahan referensi
dan kepustakaan bagi rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan
kalangan yang berminat mengkaji lebih lanjut, khususnya menambah khasanah
perpustakaan Universitas Lampung.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kepolisian

Kepolisian adalah alat negara yang berperan memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri
(Markus Gunawan dan Endang Kesuma Astuti 2009 : 1).

Menurut Pudi Rahardi (2007 : 56) Kepolisian adalah organ pemerintah yang
ditetapkan sebagai suatu lembaga yang diberikan kewenangan menjalankan fungsinya
berdasarkan peraturan perundang- undangan. Jadi, apabila kita membicarakan
persoalan kepolisian berarti berbicara tentang fungsi dan lembaga kepolisian.

Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat; penegakan hukum, pengayoman,
serta pelayanaan kepada masyarakat dengan memperhatikan penegakan hak asasi
mansia (HAM), hukum dan keadilan (Markus Gunawan dan Endang Kesuma Astuti
2009 : 17).

9

Sedangkan Bill Drews dan Gerhard Wack (Momo Kelana, 1994:16) mengemukakan
bahwa istilah “polisi” dapat di pergunakan dari arti formal maupun dalam arti
material. Istilah “polisi” dalam arti formal mencakup penjelasan tentang organisasi
dan kedudukan instansi kepolisian, sedangkan “polisi” dalam arti material
memberikan jawaban terhadap persoalan tugas dan wewenang dalam rangka
menghadapi bahaya gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam rangka
wewenang kepolisian umum, maupun melalui ketentun-ketentuan yang diatur dalam
peraturan atau Undang-Undang Kepolisian secara khusus. Jadi, istilah polisi dapat
diartikan sebagai tugas, organ jabatan, dan ilmu pengetahuan polisi.

B. Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia

Polri adalah aparatur penegak hukum yang berlangsung berhadapan dengan
masyarakat, yang memiliki perbedaan yang khas bidang tugasnya di banding unsur
Sistem Peradilan Pidana lainya.

Satjipto Rahardjo dan Anton Tabah (1993:79)

mengemukakan “tidak mudah bagi kita sekarang ini untuk merumuskan secara rinci
tentang apa yang dikerjakan oleh polisi. Apabila kita dengar tuntutan masyarakat,
maka sepertinya polisi di tuntut untuk menjadi seorang birokrat yang berkualitas
“superman”. Rintangan tugas yang membentang dari pekerjaan-pekerjaan yang
membutuhkan otot seperti memburu atau membekuk penjahat, sampai ke pekerjaan
yang membutuhkan tidak hanya otak tetapi juga hati, seperti mendamaikan
perselisihan dalam rumah tangga”.

10

Sebagian besar dari birokrasi Sistem Peradilan Pidana, polisi tidak mempunyai
pilihan lain kecuali menjalakan politik yang telah diputuskan pemerintah. Sebagai
bagian dari birokrasi yang demikian itu, polisi juga harus bergerak pada jalur yang
ditentukan. Tindakan polisi diikat oleh prosedur dan pada akhirnya juga polisi juga
harus bisa mempertanggung jawabkan tindakan-tindakan yang diambilnya (Markus
Gunawan dan Endang Kesuma Astuti 2009 : 47).
Sementara itu (Soerjono Soekamto, 1981 : 16) mengemukakan: “petugas penegak
hukum mencakup ruang lingkup yang sangat luas, oleh karena menyangkut petugaspetugas pada strata atas, menengah, dan ke bawah. Yang jelas adalah bahwa di dalam
menjalankan tugas-tugasnya, maka petugas seyogianya harus mempunyai suatu
pedoman, antara lain pengaturan tertulis tertentu yang mencakup ruang tugastugasnya”.
Sehubungan dengan metode pelaksaan tugas polisi, maka tugas polisi dapat
dilaksanakan sesudah terjadinya pelanggaran atau sebelum terjadinya pelanggaran.
Yang pertama dikenal sebagai tindakan polisi represif adalah mencari keterangan,
menyidik, menyelidiki, dan melacak tindak pidana yang terjadi. Tindakan ini meliputi
dua lapangan, yaitu:
a. Justitiel yaitu mencari dan menyelidiki suatu tindak pidana, menangkap
pelakunya guna diajukan ke pengaadilan.
b. Bestuurlijk yaitu mencari dan menyelidiki hal-hal yang tidak langsung dapat
menimbulkan tindak pidana.

11

Adapun prefentif adalah mencegah terjadinya hal-hal yang mengganggu ketertiban
dan keamanan masyarakat (umum). Tindakan ini meliputi dua lapangan, yaitu:
a. Justitiel, mencegah secara langsung terjadinya perbuatan-perbuatan yang
menimbulkan tindak pidana.
b. Bestuurlijk, atau disebut juga prefentif tindak langsung, yaitu mencegah secara
tidak langsung hal-hal yang akan dapat menimbulkan tindak pidana.

Membahas tugas pokok dan wewenang Polri tidak lepas dari membicarakan tentang
peran penegakan hukum, penerapan hukum merupakan suatu istilah yang lazim
diterima sebagai penerangan undang-undang. Di dalam penegakan hukum, khususnya
hukum pidana yang dilakukan oleh Polri selalu berhubungan dengan tugas pokok
Polri selaku aparat penegak hukum dan inti pembinaan KAMTIBMAS, sebagaimana
tercantumpada Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia menyatakan sebagai berikut.
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Menegakkan hukum, dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Tugas pokok tersebut adalah amanah, oleh karenanya polisi sebagai alat negara yang
menerimah amanah oleh negara dituntut harus berlaku jujur, adil dan bijaksana dalam
menjalankan fungsinya sebagaimana diatur dalam Undang- undang No.2 tahun 2002.

12

Kemudian dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia juga disebutkan tugas pokok dari Kepolisian Negara
Republik Indonesia, yaitu:
1. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli
terhadap kegiatan masyarakat dan perintah sesuai kebutuhan;
2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas jalan;
3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat ,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa;
7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundangundangan lainnya;
8) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan fsikologi kepolisian untuk kepentingan
tugas kepolisian;
13

9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, dan lingkungan hidup
dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan
bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
11) Memberi pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya
dalam lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan tugas lain sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

2.

Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(1) huruf d Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang tugas dan

pembinaan hukum masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Di bidang penegakan hukum secara khusus kepolisian bertugas melakukan
penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum
Acara Pidana dan perturan perundang-undangan.

C. Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Wewenang polisi yang dinyatakan dalam Pasal 30 ayat 4 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan Pertahanan Keamanan Negara
antara lain :
1. Selaku alat Negara penegak hukum memelihara serta meningkatkan ketertiban
hukum dan bersama-sama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan

14

keamanan lainnya membina ketentraman masyarakat dalam wilayah Negara
guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat;
2. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam memberikan
perlindungan dan layanan bagi masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3. Membimbing masyarakat bagi terciptanya

kondisi

yang menunjang

terselenggaranya usaha dan kegiatan sebagaimana yang dimaksud ayat 4 Pasal
ini.

Wewenang penyidik dari pejabat kepolisian Negara dalam undang- undang Hukum
Acara Pidana pasal 7 adalah ;
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana;
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian perkara (TKP);
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan menerima tanda pengenal diri
tersangka;
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
8. Mendatangkan

ahli

yang

diperlukan

dalam

hubungannnya

dengan

pemeriksaan perkara;
9. Mengadakan penghentian penyidikan;

15

10. Mengadakan tindakan lain menurut yang bertanggungjawab.

Penggunaan wewenang Polri, (Yesmil Anwar dan Andang,2009 : 152) harus
berdasarkan pada :
1. Azas Legalitas
Legal berarti sah menurut Undang-undang, Azas Legalitas ialah azas dimana
setiap tindakan polisi harus didasarkan kepada undang-undang/peraturan
perundang-undangan yang tertulis dan jika tidak mendasarkan kepada peraturan
tertulis tersebut maka tindakan polisi tidak sah atau melawan hukum yang
berlaku.Legalitas artinya sesuai dengan hukum.Sesuai dengan arti tersebut
sebenarnya terkandung dalam dua maksut yaitu hukum yang tertulis dan hukum
yang tidak tertulis, tetapi penganut aliran ini membatasi pada hukum yang tertulis
saja. Ini kaitanya dengan usaha manusia dalam mendapatkan kepastian dan rasa
kepastian sebagai salah satu kebutuhan pokoknya, tentang apa yang boleh dengan
apa yang tidak boleh dilakukan dalam masyarakat.
2. Azas Oportunitas
Oportunitas yaitu kebalikan dari asas legalitas maksudnya adalah Undang-undang
ini mengatur tapi tidak dilaksanakan, sebagai contoh : aturan menghendaki bahwa
polisi wajib melaksanakan penyedikan sejak tindak pidana itu terjadi sampai
dengan penyerahan berkas perkara (berita acara) beserta barang buktinya ke
Kejaksaan. Disis lain dapat dilihat dalam undang- undang No.8 tahun 1981
(KUHAP) Pasal 7 ayat 1 sub (1) dinyatakan bahwa penyidik mempunyai tugas
mengadakan pemberhentian penyidikan.

16

3. Azas Plichmatigheid
Azas Plichmatigheid ialah azas yang memberikan keabsahan bagi tindakan Polri
yang bersumber kepada kekuasaan dan kewenangan umum.Asas ini memberikan
kekuasaan pada polisi dan tindakan tersebut diserahkan kepolisi untuk bertindak
sesuai denagan inisiatifnya sendiri.Ini didasari oleh asas keperluan artinya asas ini
menentukan bahwa tindakan hanya dapat diambil apabila memang diperlukan
untuk mencegah terjadinya suatu gangguan.
4. Masalah sebagai patokan (zakelijk)
Artinya bahwa tindakan yang diambil dikaitkan dengan masalah yang ditangani,
dan tidak berdasarkan pribadi, tidak terikat pada kepentingan perorangan.Yang
dianggap zakelijk ialah ini tindakan yang benar- benar diharapkan untuk
kepentingan tugas kepolisian, sehingga wewenang kepolisian itu tidak bisa
digunakan untuk kepentingan.
5. Azas Tujuan sebagai ukuran (Zweckmassig; Doelmating)
Azas ini menghendaki tindakan yang betul-betul bertujuan untuk mencapai
sasaran, yaitu hilangnya suatu gangguan atau tidak terjadinya suatu ganggua.Ini
berarti sasaran yang dipergunakan dalam tindakan itu harus tepat untuk serta
dapat mencapai sasaran.
6. Azas Keseimbangan (Everedig)
Azas ini menghendaki bahwa dalam satu tindakan kepolisian harus dipelihara
suatau keseimbangan antara sifat keras lunaknya tindakan atau sarana
dipergunakan pada satu pihak, dan besar kecilnya suatau gangguan atau berat
ringannya suatu objek yang harus ditindak pada pihak lainnya.
17

D. Pengertian Sepeda Motor

Sebuah sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang ditenagai oleh sebuah mesin.
Rodanya sebaris dan pada kecepatan tinggi sepeda motor tetap tidak terbalik dan
stabil disebabkan oleh gaya giroskopik pada kecepatan rendah pengaturan
berkelanjutan setangnya oleh pengendara memberikan kestabilan.
Motor banyak variasinya: beberapa motor dilengkapi dengan papan kaki dan bukan
"gagang injekan", seperti motor Tiongkok, dan mobil samping dan juga beroda tiga,
yang biasa disebut sebagai trike.
Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena harganya yang relatif
murah, terjangkau untuk beberapa kalangan dan penggunaan bahan bakarnya irit serta
biaya operasionalnya juga sangat rendah. Pada periode lebaran sepeda motor
digunakan mudik untuk perjalanan jarak jauh, dari Jakarta sampai ke Jawa Timur,
Lampung. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan sepeda motor akan lebih
menekan biaya perjalanan, di samping itu bila sudah sampai di kampung halaman
dapat digunakan sebagai kendaraan yang efektif. Sehingga bisa dijelaskan bahwa
jenis – jenis motor adalah sebagai berikut :
a. Cruiser, jenis motor ini biasanya memiliki posisi stang yang tinggi, posisi
kaki yang relatif ke depan, dan posisi kursi yang rendah.Posisi mengemudi ini
menciptakan kenyamanan

ergonomika pada

pegemudi.Motor Cruiser

memiliki daya belok yang terbatas karena desainnya.
b. Dual Sport,memiliki posisi mesin yang tinggi, ban dengan permukaan khusus
untuk melewati berbagai macam medan dan posisi stang yang dibuat supaya

18

dapat dikendalikan dengan mudah saat melewati rintangan. Motor jenis ini
memiliki setingan mesin yang berfokus pada tenaga pada putaran bawah dan
tenaga mesin difokuskan pada gigi-gigi yang lebih rendah seperti gigi 1 dan 2.
Bobot pun dibuat seringan mungkin demi mengembangkan kemampuan
menjelajahi berbagai medan.
c. Touring, jenis motor yang digunakan untuk kenyamanan pada perjalanan
jauh.Kebanyakan motor touring memiliki fitur-fitur mewah seperti GPS, TV,
Radio, kursi penumpang yang besar, dan lemari yang banyak.
d. Skuter, motor berukuran kecil yang memiliki konsumsi bensin yang baik dan
kelincahan dalam menyelip lalu lintas.
e. Bebek, atau disebutnya moped, adalah jenis motor yang dahulunya adalah
sepeda bertenaga pedal manusia dan setengah listrik, kini menjadi sepeda
motor bertenaga bensin.Memiliki pengendalian melebihi skuter namun lebih
ekonomis dari motor sport.
f. Motor sport, jenis motor yang memiliki performa dan pengendalian yang
lebih.Posisi mengemudi pun difokuskan untuk menjaga titik gravitasi supaya
pengendalian lebih terkendali.
g. Sport Touring, Gabungan anatara touring dan sport, motor sport touring
adalah motor sport yang masih memiliki faktor-faktor kenyamanan.
h. Sepeda motor listrik, merupakan kendaraan yang sama sekali tidak
menggunakan bensin. Beberapa warga negara Indonesia sudah lama
menggunakan sepeda motor jenis ini, baik untuk keperluan pribadi maupun
usaha.
19

E. Pengertian Tindak Pidana Pencurian

Pengertian pencurian Pengertian umun mengenai pencurian adalah mengambil barang
orang lain.
Pada Pasal 362 KUHP dikatakan bahwa:
“barang siapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian
termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu
dengan melawan hak, dihukum, karena pencurian dengan hukuman penjara
selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 900,-

Pasal 362 KUHP ini merupakan bentuk pokok dari pencurian, dengan unsur:

1. Objektif

a. Mengambil
Unsur mengambil mengalami berbagai penafsiran sesuai dengan perkembangan
masyarakat. Mengambil semula diartikan memindahkan barang dari tempat semula
ke tempat lain. Ini berarti membawa barang dibawah kekuasaan yang
nyata.Perbutan mengambil berarti perbuatan yang mengakibatkan barang dibawah
kekuasaan yang melakukan atau yang mengakibatkan barang berada diluar
kekuasaan pemiliknya.Tetapi hal ini tidak selalu demikian.Hingga tidak perlu
disertai akibat dilepaskan dari kekuasaan pemiliknya.

b. Barang
Pengertian barang juga mengalami perkembangan.Dari arti barang yang berjudul
menjadi setiap barang yang menjadi bagian dari kekayaan. Semula barang
ditafsirkan sebagai barang-barang yang berwujud dan dapat dipindahkan(barang
20

bergerak). Tetapi kemudian ditafsirkan sebagai setiap bagian dari harta benda
seseorang.Dengan demikian barang itu harus ditafsirkan sebagai sesuatu yang
mempunyai nilai didalam kehidupan ekonomi seseorang.Perubahan ini disebabkan
dengan peristiwa pencurian aliran listrik, dimana aliran listrik termasuk pengertian
barang yang dapat menjadi obyek pencurian.

c. Yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain
Barang harus seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain. Barang tidak perlu
kepunyaan orang lain seluruhnya, sedangkan sebagian dari barang saja dapat
menjadi obyek pencurian, jadi sebagian lagi kepunyaan pelaku sendiri. Barang
yang tidak ada pemiliknya tidak dapat menjadi obyek pencurian.

2. Subjektif

a. Dengan maksud
Istilah ini terwujud dalam kehendak, keinginan atau tujuan dari pelaku untuk
memiliki barang secara melawan hukum.Maksud untuk memiliki barang itu tidak
perlu terlaksana, cukup apabila maksud itu ada.Meskipun barang itu belum
dipergunakan, misalnya tertangkap dulu, karena kejahatan pencurian telah selesai
terlaksana dengan selesainya perbuatan mengambil barang.

b. Untuk memiliki
memiliki bagi diri sendiri adalah setiap perbuatan penguasaan atas barang tersebut,
melakukan tindakan atas barang itu seakan-akan pemiliknya. Maksud memiliki
barang bagi diri sendiri itu terwujud dalam berbagai jenis perbuatan yaitu menjual,
21

memakai.

Memberikan

kepada

orang

lain,

menggadaikan,

menukarkan,

merubahnya, dan sebagainya. Atau setiap penggunaan atas barang yang dilakukan
pelaku seakan-akan pemilik, sedangkan ia bukan pemilik.

c. Secara melawan hukum
Perbuatan melawan memiliki yang dikehendaki tanpa hak atau kekuasaan sendiri
dari pelaku. Pelaku harus sadar, bahwa barang yang diambilnya adalah milik orang
lain.

F. Tindak Pidana Kejahatan Curanmor

Masalah pencurian kendaraan bermotor merupakan jenis kejahatan yang selalu
menimbulkan gangguan dan ketertiban masyarakat. Kejahatan pencurian kendaraan
bermotor yang sering disebut curanmor ini merupakan perbuatan yang melanggar
hukum dan diatur dalam KUHP. Obyek kejahatan curanmor adalah kendaraan
bermotor itu sendiri. ”Kendaraan bermotor adalah sesuatu yang merupakan kendaraan
yang menggunakan mesin ataumotor untuk menjalankannya”. Kendaraan bermotor
yang paling sering menjadi sasaran kejahatan curanmor roda dua yaitu sepeda motor
dan kendaraan bermotor roda empat yaitu mobil pribadi.
Apabila dikaitkan dengan unsur Pasal 362 KUHP maka kejahatan curanmor adalah
perbuatan pelaku kejahatan dengan mengambil suatu barang berupa kendaraan
bermotor yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk
memiliki kendaraan bermotor tersebut secara melawan hukum.

22

Di wilayah hukum Polsek Way Jepara fenomena kejahatan curanmor merupakan
kejahatan yang menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Namun banyak korban
yang tidak melaporkan kasus pencurian kendaraan motornya kepada aparat kepolisian
dikarnakan para korban merasa bahwa apabila kendaraan nya yang telah hilang
sedikit dan bahkan mustahil untuk di temukan kembali.Pada periode tahun 2013 saja
angka kasus kejahatan curanmor di wilayah hukum Polsek Way Jepara mencapai 55
kasus kejahatan curanmor untuk jenis kendaraan roda dua. Data tersebut merupakan
data kejahatan yang masuk kepada pihak Polsek Way Jepara, kasus tersebut dihitung
sejak bulan Januari hingga bulan Desember tahun 2013.

Kejahatan curanmor sebagai tindak pidana yang diatur dalam KUHP tidak hanya
terkait dengan pasal pencurian saja dalam KUHP. Kejahatan curanmor juga memiliki
keterkaitan dengan pasal tindak pidana penadahan dan modus operandi. Beberapa
modus operandi yang dilakukan pelaku terhadap korban adalah sebagai berikut

1. Pencurian Dengan Kekerasan

a. Dilakukan Dengan Kekerasan
Yang dimaksud dengan kekerasan adalah setiap perbuatan yang mempergunakan
tenaga badan yang tidak ringan.Tenaga badan adalah kekuatan fisik.Penggunaan
kekerasan terwujud dalam memukul dengan tangan saja, memukul dengan senjata,
menyekap, mengikat, menahan dan sebagainya.Dalam Pasal 89 KUHP dijelaskan
bahwa perbuatan yang mengakibatkan orang pingsan atau tidak sadarkan diri dari
perbuatan yang menimbulkanorang tidak berdaya lagi termasuk dalam perbuatan

23

kekerasan.Kekerasan itu harus ditunjukkan kepada seseorang dan seseorang itu tak
perlu pemilik barang, melainkan pelayan rumah atau orang yang menjaga rumah.

b. Dilakuan Dengan Ancaman Kekerasan
Yang dimaksud dengan ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan yang
sedemikian rupa sehingga menimbulkan akibat rasa takut atau cemas pada orang
yang diancamnya
c. Dilakukan Dengan Didahului Kekerasan atau Ancaman Kekerasan
Yang dimaksud didahului kekerasan atau ancaman kekerasan adalah kekerasan ini
dipergunakan sebelum dilakukan pencurian, perbuatan kekerasan atau ancaman
kekerasan inidimaksudkan untuk mempersiapkan unsur subyektif pencurian.

d. Dilakukan Dengan Disertai Kekerasan atau Ancaman Kekerasan
Yang dimaksud dengan disertai kekerasan atau ancaman kekerasan adalah
penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dilakukan bersamaan dengan
pencuriannya.Penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dilakukan
dengan maksud untuk mempermudah dilaksanakan pencurian.

2. Dilakukan Dengan Pemberatan

a. Pencurian Dilakukan Pada Waktu Malam Hari
Pencurian yang terjadi dalam suatu rumah atau dipekarangan tertutup yang ada
rumahnya, dan dilakukan oleh orang yang ada disitu tanpa sepengetahuan atau
tanpa dikehendaki oleh yang berhak.”Waktu malam menurut Pasal 98 KUHP yang
menunjukkan bahwa malam berarti waktu diantara matahari terbenam dan matahari
24

terbit”.Pencurian pada waktu malam dikualifikasikan sebagai pemberatan karena
waktu malam merupakan waktu dimana orang sedang beristirahat untuk tidur.

b. Pencurian Dilakukan Dengan Pembongkaran dan Pengrusakan
Yang dimaksud dengan pembongkaran dan pengrusakan adalah kedua unsur ini
mempunyai pengertian yang sama, yaitu merusak. Cara ini dipergunakan untuk
memasuki tempat kejahatan atau untuk mencapai barang yang akan diambil,
hingga cara ini harus dilakukan sebelum pencurian dilaksanakan.

Hanya pembongkaran mempunyai sifat lebih besar, sedangkan pengrusakan
terhadap barang yang kecil seperti membuat lobang dinding tembok rumah,
melepaskan jendela atau pintu rumah, hingga terdapat kerusakan besar, pecah atau
patah termasuk unsur pembongkaran.Pengrusakan biasanya hanya menimbulkan
kerusakan kecil, seperti memecahkan kaca pintu atau jendela, merusak kunci pintu
dan sebagainya.Antara pembongkaran dan pengrusakan terdapat perbedaan sedikit
saja.Kedua unsur tersebut sama-sama menimbulkan kerusakan pada benda, dimana
terjadi perubahan dalam suatu benda dari pada bentuk semula.

c. Pencurian Dilakukan Dengan Pemanjatan
Yang dimaksud dengan pemanjatan adalah memasuki rumah melalui lobang yang
sudah ada, tetapi tidak diperuntukkan untuk jalan masuk atau memasuki rumah
melalui lubang didalam tanahyang sengaja digali demikian juga melalui selokan
atau parit untuk penutup jalan.

25

Unsur memanjat terwujud dalam setiap perbuatan menaiki sesuatu bagian dari
rumah, seperti menaiki jendela terbuka, naik ke atas gedung, naik ke atas tembok,
baik dengan tangga maupun tanpa tangga, melompat ke atas tembok rumah.”
Menggaet barang dari luar dengan sebuah gantar atau sebuah kayu panjang
termasuk juga dalam pengertian memanjat”.
d. Pencurian dengan pengerusakan kunci pengaman ganda
Pencurian dengan merusak kunci pengaman ganda seperti gembok merupakan
perkembangan dari modus-modus kejahatan selama ini, pencurian dengan
menggunakan modus ini merupakan cara yang mudah dan efisien. Biasa para pelaku
menggunakan cairan kimia yang di sebut cairan setan, cairan ini mudah didapat dan
tidak harus memiliki izin untuk membelinya. Hanya dengan meneteskn cairan
tersebut di lubang gembok maka hanya dengan waktu yang singkat gembok tersebut
akan rusak dengan sendirinya.

G. Usaha-Usaha Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan

Menurut Dr. Rusli Muhamad (2012:88-89), terdapat tiga upaya kepolisian dalam
penanggulangan kejahatan, antara lain :

a. Upaya Represif
Meliputi

rangkaian

kegiatan

penindakan

yang

ditunjukan

kearah

pengungkapan terhadap semua kasus kejahatan yang telah terjadi, yang disebut
sebagai ancaman faktual, dalam hal ini bentuk kegiatan dapat berupa

26

penyelidikan, penyidikan, serta upaya paksa lainnya, sesuai ketentuan undangundang.

b. Upaya Prefentif
Meliputi rangkaian kegiatan yang ditunjukan untuk mencegah secara langsung
terjadinya kejahatan, yang mencakup kegiatan-kegiatan yang diperkirakan
mengandung pilice hazard, termasuk juga kegiatan pembinaan masyarakat,
yang ditujukan untuk memotifasi segenap lapisan masyarakat agar dapat
berpatisipasi aktif dalam upaya menangkal dan mengurangi masyarakat.

c. Upaya Pre-Emtif
Berupa

rangkaian

kegiatan

yang

ditunjukan

untuk

menangkal

dan

menghilangkan faktor-faktor kriminogen pada tahap sedini mungkin. Di sini
mencakup upaya untuk mengeliminir faktor-faktor kriminogen yang ada di
dalam masyarakat yang bentuk kegiatannya sangat berfariasi, mulai dari
analisis terhadap kondisi wilayah berikut potensi kerawanan yang terkandung
di dalamnya sampai dengan upaya koordinasi dengan segenap pihak dalam
rangka mengantisipasi kemungkinan timbulnya kejahatan.

H. KerangkaPikir

Masalah pencurian kendaraan bermotor merupakan jenis kejahatan yang selalu
menimbulkan gangguan dan ketertiban masyarakat. Kejahatan pencurian kendaraan
bermotor yang sering disebut curanmor ini merupakaan perbuatan yang melanggar
27

hukum dan diatur dalam KUHP. Obyek kejahatan curanmor adalah kendaraan
bermotor itu sendir, kendaraan yang sering menjadi sasaran dalam curanmor adalah
kendaraan roda dua yaitu sepada motor dan kenderaan roda empat yaitu mobil
pribadi.
Dengan demikian dijelaskan pencurian kendaraan bermotor harus sedikit di waspadai
oleh masyarakat. Karena apabila kurangnya kewaspadaan dan upaya dari polisi
kemungkinan kasus curanmor semakin meningkat dan membahayakan korbannya
sendiri. Sehingga diperlukan juga upaya dari pihak aparat kepolisian seperti
penanggulangan yang dibedakan menjadi tiga yaitu : Upaya Pre-Emitif, Upaya
Prefentif, Upaya Refresif. Dan apa saja yang menjadi kendala pihak kepolisian dalam
menjalankan upaya pada penanggulangan tindak pidana pencurian kendaraan
bermotor.

28

Bagan Kerangka Pikir
Pencurian Kendaraan
Bermotor

Upaya POLRI Dalam Kasus
Curanmor

1. Pre-Emtif
2. Prefentif
3. Refresif

KENDALA – KENDALA
1. Internal
2. Eksternal

29

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu
proses penelitian dan pemahaman yang didasarkan pada metodelogi yang menyelidiki
suatu fenomena sosial dan masalah manusia. (Moleong, 2007:3) mengemukakan
bahwa metodelogi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data desriptif
berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.
Metode kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna
tersembunyi yaitu unuk memahami interaksi sosial, memastikan kebenaran data dan
meneliti sejarah pengembangan. Beberapa kegunaan tersebut merupakan alasan
penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dalam menyelesaikan proposal
penelitian ini. Penulis melihat bahwa tindak pidana curanmor semakin meningkat di
wilayah Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur. Untuk itu, diperlukan
data-data yang dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya untuk mengangkat
permasalahan penelitian.

29

B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah tentang upaya dan kendala piha