data peneliti dan wawancara dengan empat narasumber, proses wawancara dilaksanakan 20 Desember 2016 Pukul 19:00 hingga 20:30 WIB di Solaria
Tunjungan Plaza Surabaya. Narasumber terakhir adalah Kepala Kelurahan, proses wawancara berlangsung tanggal 29 Desember 2016 Pukul 09:00
– 10:00 WIB di Kantor Kelurahan Gubeng
C. Pemilihan Subyek Penelitian Subjek dan informan dalam penelitian ini adalah kelompok gay yang ada
di wilayah tersebut, kelompok gay dengan berbagai macam profesi dan latar belakang, beberapa perangkat kelurahan dan masyarakat sekitar yang berada di
Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya. Untuk informan dari komunitas gay tidak bersedia untuk disebutkan identitasnya. Nama-nama yang
tercantum dalam penelitian ini adalah nama samaran atau nama panggung mereka dalam bersosialisasi dalam komunitas gay.
Adapun subyek penelitian yang dipilih oleh peneliti sebagai informan guna melengkapi data-data lapangan ialah sebagai berikut.
No. Nama
Jabatan Alamat
1. Ken
Komunitas Gay Kelurahan Gubeng
2. Aldo
Komunitas Gay Kelurahan Gubeng
3. Faizal
Komunitas Gay Kelurahan Gubeng
4. Dani
Komunitas Gay Kelurahan Gubeng
5. Luthfi
Komunitas Gay Kelurahan Gubeng
6. Teguh
Komunitas Gay Kelurahan Gubeng
7. Hery Suswati Mega Rahayu
Kepala kelurahan Gubeng
Kelurahan Gubeng
Sumber: Observasi Peneliti, 2016 Peneliti dalam hal ini menjadikan perangkat kelurahan sebagai narasumber
untuk memperbanyak data tentang aktivitas komunitas gay saat bersosialisasi antar individu gay yang diharapakan bisa memberi jawaban terutama dari segi
gaya hidup dan bisa memberikan gambaran tentang stratifikasi sosial dalam komunitas gay yang berada di wilayah Kelurahan Gubeng.
D. Tahap-Tahap Penelitian Tahap penelitian secara umum terdiri dari tahap pralapangan, tahap
pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. 1. Tahap Pra-Lapangan
Ada tujuh tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini, yaitu: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,
mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, persoalan etika penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan Di tahap pekerjaan lapangan di bagi atas tiga bagian, yaitu: memahami
latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan berperanserta sambil mengumpulkan data.
3. Tahap Analisa Data
Setelah mengumpulkan seluruh data yang diperlukan maka pada tahap berikutnya adalah mengatur urutan data dan mengorganisasikan kedalam suatu
pola didasarkan pada aspek ideologi, aspek pekerjaan, aspek sosial dan aspek budaya. Disinilah akan diambil suatu hipotesis, kemudian menarik kesimpulan.
2
E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian kualitatif manusia menjadi instrumen dalam penelitian. Ciri
khas penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta. Maka peneliti dalam menggali sejumlah data penelitian ini menggunakan beberapa
tehnik pengumpulan data.
1. Data Primer
a. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik
bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuisioner. Kalau wawancara dan kuisioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi
tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
3
Sutrisno Hadi 1986 mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan,
2
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, hlm. 86.
3
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Iindonesia, 1999, hlm 211.
Teknik penguimpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi participant observation observasi berperan serta dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka
observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
4
Proses observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah mengamati keadaan obyek penelitian, hal ini perlu karena berfungsi agar proses penelitian dapat
berlangsung secara kondusif dan tidak terjadi konflik. Setelah bertemu dengan informan, saya mengamati logat dan gaya bicara, cara berpenampilan, cara
berjalan yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan stratifikasi sosial dalam komunitas gay berdasarkan dari gaya hidupnya. Selain itu setiap hari selasa
setelah tanggal 22 Nopember 2016, informan mengajak untuk mengunjungi lokasi-lokasi yang sering dijadikan lokasi bertemu para komunitas gay, saat
melakukan pengamatan jangan sampai kita terlalu lama melihat kaum gay yang sedang berkumpul disitu, karena mereka cenderung sensitif dan apabila kita
terlalu melihat terlalu lama mereka beranggapan ingin memesan untuk berkencan. Maka saat observasi harus sangat hati-hati dan bersifat normal seperti orang yang
hanya lewat saja atau tidak kelihatan seperti melakukan sebuah pengamatan. Tidak lupa Ken juga mengajak untuk melihat suasana pusat kebugaran yang ada
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan RD, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm. 145.
di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya. Di situ peneliti melakukan pengamatan gaya hidup sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Ken tentang
ciri-ciri kaum gay meskipun pria tersebut memiliki fisik yang atletis. b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennhya sedikitkecil.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi 1986 mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh penliti dalam menggunakan metode interview dan juga
kuisioner angket adalah sebagai berikut. 1. Bahwa subyek responden adalah orang yang paling tahu tentang
dirinya sendiri. 2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar
dan dapat dipercaya. 3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa nyang dimaksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka face to face maupun menggunakan
telepon.
5
Wawancara dengan narasumber berlangsung secara tatap muka, hal ini untuk memaksimalkan data yang akan diolah untuk penelitian ini. Proses
wawancara selalu dilakukan di cafe atau tempat makan yang nyaman. Hal itu peneliti lakukan agar narasumber merasa aman dan tidak canggung dalam
memberikan informasi. Sebelum wawancara dimulai, tidak lupa untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ini, surat izin juga saya perlihatkan
kepada mereka dengan tujuan agar mereka merasa nyaman dan tidak berprasangka buruk.peneliti juga menjelaskan tentang keamanan identitas mereka.
Wawancara berisi enam belas pertanyaan yang meliputi dari latar belakang narasumber, gaya hidup, ketertarikan narasumber kepada laki-laki, dan gaya hidup
komunitas gay.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini
digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.
F. Teknik Analisa Data
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan RD, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm. 137-138.
Setelah peneliti mengumpulkan sejumlah data yang terkait dengan stratifikasi sosial dan kelompok gay di Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, maka
segera peneliti menganalisis data-data tersebut. Sedangkan tehnik analisis data yang akan digunakan peneliti adalah tehnik analisis unvariant, yaitu uraian
deskriptif tentang latar belakang subyek dan variabel yang diteliti dengan penyajian frekuensi, tabel, tabel silang, grafis dan sebagainya.
Peneliti akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut dalam menganalisis sejumlah data.
1. Reduksi data, yakni dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan
usaha membuat rangkuman inti proses dan pertanyaan-pertanyaan perlu dijaga sehingga tetap di dalamnya.
2. Display data, yaitu penyajian matrik, network, chat, atau grafik dan
sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti akan menyajikan data dalam bentuk data tabel dan tabel silang. . Hal ini dilakukan untuk sistematisasi
data-data yang tertumpuk-tumpuk. 3.
Pengambilan keputusan dan verifikasi. Dalam mengambil keputusan ini peneliti berusaha mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hipotesis dan
sebagainya. Jadi, sebelum mengambil keputusan peneliti menyusun seluruh data dalam satuan-satuan. Satuan-satuan data itu kemudian
dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategorisasi itu dilakukan
dengan sambil menbuat koding. Setelah itu barulah peneliti mengadakan pemeriksaan keabsahan data guna diambil suatu kesimpulan.
6
G. Teknik Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting dalam penelitian. Penelitian ini
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala sisi jika peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dengan tehnik
yang akan diuraikan dalam subbab ini. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan tehnik pemeriksaan yang didasarkan atas empat kriteria, yaitu derajat
kepercayaan credibility
keterahlian transferability,
kebergantungan dependability dan kepastianconfirmability.
Tehnik yang akan digunakan peneliti dalam rangka menetapkan keabsahan data yang didasarkan pada kriteri kreadibilitas ada tujuh:
1. Perpanjangan Keikutsertaan 2. Ketekunan pengamatan
3. Triangulasi pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang diperiksa,misalnya sumber, metode, penyidik, dan teori
4. Pengecekan sejawat melalui diskusi 5. Analisis kasus negatif
6. Kecukupan referensial 7. Pengecekan anggota
7
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan RD, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm. 247-253.
7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014, hlm. 326-337.
67
BAB IV STRATIFIKASI SOSIAL DALAM KOMUNITAS GAY DI KELURAHAN
GUBENG KECAMATAN GUBENG KOTA SURABAYA A. Masyarakat di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya
Setiap masyarakat yang bertempat di suatu daerah pasti memiliki perbedaan-perbedaan, baik dari segi budaya, norma, ekonomi dan yang lainnya.
setiap daerah atau tempat mempunyai karakter yang menjadi ciri khasnya. Apabila tempat atau daerah tersebut berdekatan dengan daerah yang maju atau bahkan
menjadi bagian dari kota yang maju maka tidak heran akan banyak berdiri bangunan-bangunan megah yang digunakan sebagai pusat perekonomian. Begitu
juga dengan karakter masyarakatnya yang lebih terbuka dengan budaya luar atau bahkan budaya barat. Mereka yang hidup di daerah yang tergolong maju relatif
lebih berani dan bebas mengekspresikan pemikiran atau hasratnya tanpa memandang aturan-aturan yang berlaku. Hal itu berbeda dengan karakter
masyarakat di daerah yang kurang maju atau dengan kata lain desa terpencil. Karakter penduduk yang sangat kental menghargai norma-norma yang ada di dalam
lingkungannya, cenderung kurang berani mengekspresikan pemikirannya, apabila pemikirannya berlawanan dengan norma yang berlaku di lingkungan tempat
tinggalnya, dan apabila masih melanggar biasanya akan dikucilkan atau bahkan tida dianggap oleh masyarakat sekitar. Penduduk lebih tertutup dengan budaya luar atau
budaya barat, namun mereka biasanya lebih mengutamakan kebersamaan, hal itu
berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah maju atau kota yang cenderung individualis.
Mengetahui keterangan atau penjelasan tentang suatu tempat atau daerah yang dijadikan sebagai objek penelitian sangatlah penting, agar peneliti dan
pembaca menegetahui keadaan sosial kemasyarakatan yang ada di tempat tersebut. Manfaat lain dari keterangan objek penelitian atau deskripsi obyek penelitian
digunakan untuk membantu menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan masyarakat yang menempatinya. Mulai dari keadaan geografis, demografi,
perekonomian, keagamaan dan lain sebagainya. Di halaman-halaman selajutnya peneliti, menuliskan informasi secara
umum tentang keadaan lingkungan sosial kemasyarakatan daerah yang menjadi obyek penelitian, yaitu Kelurahan Gubeng, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya.
Berikut ini adalah data berdasarkan triwulan I yaitu bulan Januari hingga Maret tahun 2016.
1. Letak Geografis Berikut ini penulis menyajikan beberapa data yang berhubungan dengan
data geografis Kelurahan Gubeng, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya. Penyajian data dalam bentuk tabel guna mempermudah pemahaman.
Tabel 4.1 Data geografis Kelurahan Gubeng
No. Jenis Data Geografis
Satuan 1.
Luas wilayah 100 Ha
2. Ketinggian tanah dari permukaan laut
+- 5 m 3.
Suhu udara rata-rata 27° C
4. a. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan
1 km b. Jarak dari Ibukota Kota
2 km c. Jarak dari Ibukota Propinsi Jawa Timur
5 km d. Jarak dari Ibukota Negera
906 km 5.
Banyak curah hujan +- 355,7 Mmth
Sumber: monografi Kelurahan Gubeng triwulan I tahun 2016
Tabel 4.2
Batas wilayah Kelurahan Gubeng No.
Batas Wilayah Nama Tempat Wilayah
1. Utara
Kelurahan Pacar Keling 2.
Selatan Kelurahan Airlangga
3. Barat
Kelurahan Ngagel Kelurahan Kertajaya
4. Timur
Sungai Brantas Sumber: monografi Kelurahan Gubeng triwulan I tahun 2016
Dari data yang disajikan tabel diatas, luas wilayah Kelurahan Gubeng adalah 110 Ha. Letak Kelurahan Gubeng dari pusat pemerintahan kecamatan hanya
berjarak 1 km, dan jarak pusat Kota Surabaya yang sekaligus ibukota Provinsi Jawa Timur berjarak 5 km. Dalam pengelompokan letak wilayah, Kelurahan Gubeng
berada di bawah naungan Kecamatan Gubeng dan apabila dikelompokkan berdasarkan wilayah, Kecamatan Gubeng termasuk dalam wilayah Kota Surabaya
bagian timur. Di wilayah kelurahan ini banyak berdiri badan-badan usaha berskala nasional maupun internasional.
Ditinjau dari keadaan akses jalan, Kelurahan Gubeng memiliki akses jalan yang lebar, bersih dan tertata dengan baik. Di wilayah kelurahan ini banyak berdiri
bangunan-bangunan besar seperti hotel, rumah sakit, gedung perkantoran dan lain sebagainya. Namun, di wilayah ini juga masih banyak ditumbuhi pohon-pohon
yang rindang, hal ini juga berfungsi untuk meredam cuaca yang panas, mengingat suhu rata-rata di sini adalah 27°C dan ada sebuah taman kota yang berfungsi untuk
memperindah lingkungan. Kelurahan Gubeng dapat dikategorikan sebuah wilayah kelurahan yang maju, hal ini karena di dukung oleh letak geografisnya yang
berdekatan dengan pusat Kota Surabaya yang merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur.
Gambar .1.1
Peta kelurahan Gubeng, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya
2. Kondisi Demografis
Data kependudukan diperoleh melalui sensus penduduk dan survey yang diadakan oleh pihak kantor Kelurahan Gubeng. Berikut ini adalah jumlah penduduk
yang berada di wilayah Kelurahan Gubeng dalam Triwulan I Tahun 2016. Jumlah
penduduk Kelurahan Gubeng akan disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari penduduk, jenis kelamin, agama, usia, mata pencaharian dan pendidikan. Selain itu
mutasi penduduk juga akan disajikan dalam bentuk tabel yang akan disajikan sebagai berikut ini.
Tabel 4.3 Penduduk menurut jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki
8553 2.
Perempuan 8413
Sumber: monografi Kelurahan Gubeng triwulan I tahun 2016
Jumlah penduduk di Kelurahan Gubeng adalah 16.966. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk di Kelurahan Gubeng didominasi oleh jenis kelamin
laki-laki.
Tabel 4.4
Penduduk menurut agama No
. Agama
Jumlah
1. Islam
14.979 2.
Kristen 1.036
3. Katholik
470 4.
Hindu 262
5. Budha
220