KONFLIK PERNIKAHAN ETNIS TIONGHOA-JAWA DI KELURAHAN GUBENG KECAMATAN GUBENG KOTA SURABAYA.

(1)

KONFLIK PERNIKAHAN ETNIS TIONGHOA-JAWA

DI KELURAHAN GUBENG KECAMATAN GUBENG

KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial (S. Sos) Dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

MOHAMAD AL AMIN

(B05209045)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

Agustus 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWAB

PENULISAN SKRIPSI

Bismilahirahmanirahim Lakhaula wala kuata illabillahil aliyil adzim Yang Bertanggung Jawab di Bawah Ini, Saya :

Nama : MOHAMAD AL AMIN

NIM : B05209045

Progam Sutudi : Sosiologi

Judul : Konflik Pernikahan Etnis Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya

Menyatakan Dengan Sesungguhnya Dibawah Ini :

1. Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi manapun untuk mendpatkan akademik apapun dan tidak sama dengan teman± teman atau angkatan atas saya maupun makalah semasa saya masih kuliah semester 1-12.

2. Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya valid, ilmia, absolud, maupun intelektual sendiri, saya secara mandiri adapun hasil kerja keras sendiri, dan bukan hasil plagiasi atas karya orang lain.

3. Penulis bersedia menanggung semua konsekuensi hukum bila ternyata kemudian hari diketahui atau terbukti secarah sah dan meyakinkan bahwa sekripsi tersebut merupakan hasil plagiasi.

Surabaya, 24 Agustus 2015 Yang Menyatakan,

(MOHAMAD AL AMIN) NIM : B05209045


(6)

ABSTRAK

Mohamad Al Amin, NIM. B05209045. Konflik Pernikahan Etnis Tionghoa-Jawa Di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya. Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Konflik Pernikahan, Etnis Tionghoa-Jawa.

Skripsi ini hendak mengkaji dua rumusan masalah diantaranya yaitu sebagai berikut dibawah ini: Pertama apa faktor penyebab konflik pernikahan Tionghua-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya. Kedua, bagaiman cara suami-isteri dalam pernikahan perbedaan antar etnis Tionghoa-Jawa menyikapi konflik dalam keluarga di Kecamatan Gubeng Kelurahan Gubeng Kota Surabaya.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskritif menilai kebenaran yang terjadi di lapangan tentang konflik pernikahan Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, dengan menggunakan analisis induktif atau deduktif untuk mendapatkan data faktor-faktor penyebab konflik pernikahan Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.

Adapun hasil penelitian ini ada dua temuan: Pertama bahwa faktor penyebab konflik dikarenakan ada ketidak seimbangan akan kebutuhan pribadi, tuntutan pembagian hak antara suami-isteri, perlakuan diskriminasi dalam berumah tangga yang menyebabkan meningkatnya perceraian. Kedua, cara suami-istri menyikapi konflik keluarga dalam pernikahan perbedaan antar etnis Tionghoa-Jawa dengan mengedepankan toleransi, saling memahami dalam perbedaan pandangan, membangun komunikasi antar suami-isteri melalui coping dan dengan cara yang tidak terikat mereka melakukan dengan pendekatan pada pihak ketiga konsultasi dengan saudara, teman, dokter, psikolog, dan metafisika (dukun).


(7)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN LAIN ... xvii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konsep ... 6

F. Telaah Pustakah ... 9

G. Metode Penelitian ... 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

3. Pemilihan Subjek Penelitian ... 13

4. Jenis dan Sumber Data ... 24

5. Tahap-Tahap Penelitian ... 25

6. Teknik Pengumpulan Data ... 29

7. Teknik Analisis Data ... 33

8. Teknik Keabsaan Data ... 34

H. Sistemetika Pembahasan ... 36

BAB II : KAJIAN TEORI ... 41

A.KAJIAN PUSTAKA ... 41

1.Tentang Konflik Dalam Pernikahan ... 41

2.Faktor Kepuasan Pernikahan ... 41

BAB III : KONFLIK PERNIKAHAN DALAM MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA DAN JAWA ... 50

A.DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN ... 50

1. Kondisi Monografi Mupun Geografis Di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya ... 50

2. Kondisi Demografis Di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya ... 61


(8)

a. Pernikahan Hubungan Beragama Etnis Jawa Dalam Masyarakat ... 83

b. Pernikahan Hubungan Beragama Etnis Tionghoa Dalam Masyarakat ... 86

c. Pernikahan Hubungan Konsumerisme Dalam Masyarakat ... 93

d. Pernikahan Hubungan Pemngikatan Anak dan Orang Tua Dalam Masyarakat ... 95

e. Pernikan Hubungan Konflik Dalam Masyarakat ... 100

C. ANALISIS DATA ... 111

BAB IV : PENUTUP ... 125

A.KESIMPULAN ... 125


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Peta Buta di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota

Surabaya ... 52 Gambar 3.2 Peta General di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng

Kota Surabaya ... 52 Gambar 3.3 Resepsi Pernikahan Dalam Upacara Pernikahan

Adat Jawa ... 83 Gambar 3.4 Penanggalan Jawa Untuk Ketentuan Dalam

Upacara atau Resepsi Pernikahan ... 85

Gambar 3.5 Mi Ren atau &KL¶0L5HQ(Mak Jomblang maupun

yang Mengenalkan) ... 87 Gambar 3.6 Barang-barang Bingli atau Lamaran ... 88

Gambar 3.7 Ikatan Janji Dalam Pernikahan Resmi Menurut Agama

atau Negara ... 90 Gambar 3.8 Aqad Nikah dan Resepsi Pernikahan ... Achmad Yodhansyah Denagn Siti Nur Aisya Jamil ... 91 Gambar 3.9 Tanggal Tahunan (Horoskop) Tionghua ... 92 Gambar 3.10 Tempat Peribadatan Umat Budah (Klenteng) yang

Biasanya Sebagai Tempat Upacara Pernikahan ... 94 Gambar 3.11 Tempat Peribadatan Umat Kristen (Gereja) yang

Biasanya Sebagai Tempat Upacara Pernikahan ... 94 Gambar 3.12 Tempat Peribadatan Umat Islam (Masjid) yang

Biasanya Sebagai Tempat Upacara Pernikahan ... 94 Gambar 3.13 Mas Kawin (Mahar) Upacara Akad Nikah Dalam

Resepsi Pernikahan ... 95 Gambar 3.14 Tempat dan Cincin Untuk Tukar Cincin Dalam Resepsi

Pernikahan ... 95 Gambar 3.15 Simbol Kue Pernikahan Dalam Resepsi Pernikahan ... 95 Gambar 3.16 Sofenir (Marcendes) Pernikahan Dalam Resepsi

Pernikahan ... 95 Gambar 3.17 Makanan Pernikahan Untuk Para Tamu Undangan

Dalam Resepsi Pernikahan ... 95 Gambar 3.18 Tempat Upacara Pernikahan Dalam Resepsi

Pernikahan ... 96 Gambar 3.19 Pelaku Informan yang Melakukan Konflik dalam Ikatan

Pernikahan, Siti Nur Halimah dan Didit Hermawan, ... 107 Gambar 3.20 Pernyataan Isteri Kepada Suami, Siti Nur Halimah dan

Didit Hermawan ... 109 Gambar 3.21 Area Konflik Pasangan Nikah Tionghoa-Jawa ... 118 Gambar 3.22 Bagan Kelompok Konflik ... 119


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 DAFTAR KETUA LKMK, KETUA RW DAN RT TAHUN

2013 s/d TAHUN 2016 ... . 20 Tabel 3.1 Batas dan Nama Wilayah General Di Kelurahan Gubeng

Kecamatan Gubeng Kota Surabaya ... 53 Tabel 3.2 Jarak Wilayah Penelitian Dari Pusat Pemerintahan ... 55 Tabel 3.3Masjid, Musholah, Gereja, Gereja Katolik, Vihara, Pura ... 55 Tabel 3.4Rumah Sakit, Sanatorium, Laboratorium, Apotik/Depot

Obat, Posyandu, Puskesmas ... 56 Tabel 3.5Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak, SMP/SLTP, SMU

/SLTA, dan Intitut/Perguruan Tinggi/Universitas ... 56 Tabel 3.6Pondok Pesantren, Sekolah Luar Biasa, Latihan Kerja, dan

Kursus Bahasa ... 56 Tabel 3.7Lapangan Sepak Bola, Basket, Volly, Tennis, Bulu

Tangkis, Tenis, Kolam Renang, Fitnes / Sanggar Senam

dan Arena Bilyard Bola ««« ... 57

Tabel 3.8Sasaran Krida, Gedung Remaja, Kesenian, Bioskop,

Diskotek, dan Tiater ... 57 Tabel 3.9 Panti Asuhan, Panti Wreda, Panti Laras, Panti Pijat / Tuna Netra, dan Rumah Jumpuh «« ... 57

Tabel 3.10 Kantor Postel, Pos Pembantu, Pemancar Radio, Orari,

Kraf, Intrcom, Wartel, Televisi Umum, Pemilikan Pesawat Umum, Pemilikan Pesawat Televisi, Pemilikan Pesawat Radio, Pemilikan Decoder TV Suwasta, dan Pemilikan Atena Parabola ... 58 Tabel 3.11 Tempat Rekreasi, Hotel, Motel, Losmen, Restoran, dan Musium 6HMDUDK««««« ... 58

Tabel 3.12 Sepeda, Dokar/Delman, Gerobak, Kendaraan Roda Tiga, Becak, Sepeda Motor, Mikrolet, Taksi, Bus Umum,

Mobil Dinas, Mobil Pribadi, dan Truk/Pick Up ... 59 Tabel 3.13 Cek Dam, Saluran Irigasi, Gorong-gorong, Pompa Air,

Pembagi Air ... 59 Tabel 3.14 Besar, Sedang, Kecil, dan Rumah Tangga ... 60 Tabel 3.15 Daftar Nama Ketua LKMK, Ketua RW dan RT Pireode Tahun

2013-2016 . ... 62 Tabel 3.16 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64 Tabel 3.17 Jumlah Penduduk Dari Jenis Kelamin yang Berbedah Diukur

Dari Kelahiran (Etnografi), Kematian (Demografi), Pendatang,

Pindah «««««« ... 64

Tabel 3.18 Jumlah Penduduk Menurut Usia Subjek ... 66 Tabel 3.19 Etnis ... ... 66 Tabel 3.20 Jumlah Penduduk Yang Memiliki Pekerjaan Menurut

Mata Pencaharian ... 68 Tabel 3.21 Deskripsi berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 68


(11)

Tabel 3.22 Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 69 Tabel 3.23 Jumlah Pasangan Menurut Agama ... 70 Tabel 3.24 Daftar Pencatatan Angka-Angka Perceraian, 1946±Juli

2014 . ... 70 Tabel 3.25 Daftar Nama Ketua LKMK, Ketua RW dan RT Periode Tahun


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam kehidupan masyarakat yang beradab, pernikahan adalah pernyataan simbolik komitmen antara laki-laki dan perempuan yang dikukuhkan secara legal atau sosial baik dari sisi psikologisnya atau sosiologisnya. Terbentuknya pernikahan merupakan satuan proses bangunan rumah tangga dalam melakukan perubahan bertahap baik perubahan secara cepat adapun perubahan secara lambat.

Tujuan pernikahan menjadi satu kesatuan capaian dalam membina hubungan rumah tangga diantara terdapat faktor mental (jiwa) atau materil (uang maupun fasilitas kosumerisme atau disebut kemewahan), seiring berjalannya suatu pernikahan juga memiliki tujuan lain diantara penyempurnaan pribadi yang harmonis, dalam membangun hubungan pernikahan antar etnis Tionghoa-Jawa. Pernikahan sebagai hubungan antara seorang laki-aki dan perempuan untuk menjalin kebersamaan dalam mencukupi kebutuhan bersuami-isteri, berkeluarga dan berkawan.

Secara teoritis maupun teoritik, ideal pernikahan yang dilakukan oleh etnis Tionghoa-Jawa adalah bagaimana budaya pernikahan yang dilakukan dua pasangan mempelai untuk memiliki diskriminasi (perbedaan) komitmen yang tinggi dengan batasan-batasan menjadi keluarga ideal atau berkonflik. Ciri


(13)

karakteristik secara normatif dari batasan pembahasan pernikahan etnis Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, diantaranya sebagai berikut ;

Pernikahan endogami, yaitu pernikahan yang terbatas hanya dengan pasangan dari etnik atau kasta sama. Pernikahan endogami yang merupakan antar etnik sebenarnya merupakan mata rantai dua kelompok etnik yang tinggal dalam satu tempat, memanfaatkan sumber daya manusia-lingkungan, dan lembaga sosial yang sama, tetapi memiliki pola perilaku, tujuan dan nilai yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan.

Bahwa pernikahan campur termasuk pernikahan antar etnik merupakan pernikahan yang menembus garis batas perbedaan sosial atau psikis yang signifikan. Hal yang melandasi batas-batas itu berbeda-beda, tergantung pada kedua kelompok yang terlibat, masyarakat dimana pernikahan itu dilakukan, dan pada periode historik saat pernikahan terjadi.

Sedangkan pernikahan Eksogami, yaitu pernikahan dengan pasangan dari luar jaringan hubungan sosial tertentu, misalnya keluarga. Pernikahan eksogami yang merupakan umumnya dibatasi oleh ciri sosial, yaitu nilai-nilai dasar yang diterima secara luas dalam masyarakat tertentu, dipegang teguh oleh anggotanya atau dapat dipakai oleh pengamat, maupun dapat dianalisis untuk membedakan masyarakat tersebut dari masyarakat lain.

Dalam pengamatan sementara (surve atau penelitian dasar) yang dilakukan oleh peneliti dan secara penelitian (semi atau mendalam) tentang pernikahan etnik antara Tionghoa dan Jawa dalam pembinaan rumah tangga


(14)

membutuhkan mental (jiwa) adapun penompang materi sebagai pemicu konflik internal dari (dalam) beserta konflik external dari (luar) dikarenakan disharmoni, apnormal, ketidak tentraman keluarga pasca pernikahan itu terjadi dalam perjalanan pernikahan dimengalami konflik kecil didalam keluarga inti maupun dikeluarga batih.

Penelitian ini secara teori, peneliti juga ingin melihat perubahan dan tantangannya termasuk melihat model pendekatan pemecahan masalah diantaranya terbentuknya komunikasih antar pribadi, toleransi antara pihak bertikai dengan penuh tanggung jawab pada ranah kultural/sosial, pemenuhan kebutuhan ekonomi yang berorientasi, disharmoni dalam hubungan biologis.

Dengan memperhatikan penjelasan, pembahasan, pencatatan, pengurain, mengargumentasikan, adapun pemahaman materi tersebut tentang penulisan ilmia, dalam ilmu maupun pengetahuan (epistomologi) atau wawasan peneliti, dan dalam bentuk pengelolaan data adapun de facto (apa yang ada di lapangan), beserta pengumpulan data diatas dalam pemwujudan BAB I seterusnya maupun dilanjutkan BAB II, BAB III, atau BAB IV mengenai Skripsi yang sudah dipertimbangkan dengan riel dan ditelaah dengan final, maka peneliti tertarik untuk, membahas antar etnis pernikahan Tionghoa-Jawa yang dalam melibatkan faktor-faktor maupun dampaknya, antara lain perspektif hukum pluralisme Agama, dalam rana nilai-nilai ataupun pranata pernikahan, hubungan rumah tangga maupun kelurga dalam pernikahan beserta konflik, Kultural Tionghoa atau Jawa, dan anak sebagai pengikat-pengikatnya beserta konfliknya. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul penelitian mengenai ³.RQIOLN


(15)

Pernikahan Etnis Tionghoa-Jawa Di Kelurahn Gubeng Kecamatan Gubeng .RWD6XUDED\D´.

B. Rumusan Masalah

1. Apa faktor penyebab konflik pernikahan Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya ?

2. Bagaiman cara suami-isteri dalam pernikahan perbedaan antar etnis Tionghoa-Jawa menyikapi konflik dalam keluarga di Kecamatan Gubeng Kelurahan Gubeng Kota Surabaya ?

C.Tujuan Penelitian

1. Peneliti ingin mengetahui, memahami dan mengembangkan atau menegaskan potensi penulisan dalam menguraikan, mencatat, pemargumentasikan gagasan yang kongkrit, absolud, maupun riel dengan melakukan pengelolaan data ataupun pengumpulan data, maupun pemdefinisikan konsep, atau teknik pemanalisis data dan lain sebagainya tentang cara suami-isteri menyikapi hasil pernikahan lebih dalam tentang konflik pernikahan etnis Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.

2. Peneliti akan dipemtunjukan untuk kepentingan masyarakat, mahasiswa, Akademik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Sosiologi maupun sebagainya. Untuk mengetahui dampak sosial dan faktor-faktor penyebab banyaknya konflik pernikahan beserta perjalanan kehidupan hubungan berumah tangga kedua pasangan mempelai dalam pernikahan


(16)

perbedaan etnis antar Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya maupun peneliti akan dipemtunjukan juga kepada pengembangan pelaku informan tentang berdasarkan pada ajaran kehidupan masyarakat yang memiliki konflik dalam pernikahan, pola-pola pernikahan, beserta dalam pernikahan etnis Tionghoa-Jawa, kultural Tionghoa atau Jawa, pemnutasan konflik pernikahan, dan unsur pluralisme Agama.

D.Manfaat Penelitian

1) Manfaat Praktis

Dengan niatan, pengolahan data atau pengumpulan data dengan melakukan pengamatan sementara (surve) penelitian mendalam, peneliti akan mengetahui lebih dalam, memahami dan mengembangkan potensi penulisan dalam menguraikan, mencatat, pemargumentasikan gagasan maupun pemdefinisikan konsep, atau teknik pemanalisis data dan lain sebagainya yang kongkrit, absolud, maupun riel tentang cara suami-isteri menyikapi hasil pernikahan lebih dalam tentang konflik pernikahan etnis Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.

2) Manfaat Teoritis

Dengan niatan, pengolahan data atau pengumpulan data akan mengetahui dengan melakukan penelitian mendalam kepada pemngembangan pelaku informan, penulis dapat menguraikan gagasan maupun pemdefinisikan konsep, atau teknik pemanalisis data dan lain sebagainya yang kongkrit, absolud, maupun riel tentang cara suami-isteri menyikapi hasil pernikahan lebih dalam


(17)

tentang konflik pernikahan etnis Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya yang berdasarkan pada ajaran kehidupan masyarakat yang memiliki konflik dalam pernikahan, pola-pola pernikahan, beserta dalam pernikahan etnis Tionghoa-Jawa, kultural Tionghoa atau Jawa, dan unsur pluralisme Agama Islam ataupun Agama lain.

E. Definisi Konsep

Peneliti mengungkap fenomena mendasar yang terjadi dari hasil dengan melakukan pengamatan sementara (surve diantara penelitian dasar) penelitian semi atau mendalam bahwa etnis Tionghoa adalah etnis yang tinggal ditanah jawa sebagai pendatang yang memiliki keturunan asing dari Tionghoa atau pendatang dari Negara Tionghoa itu sendiri dan membentuk etnis sendiri sebagai etnis Tionghoa maupun pemngembangan sejarahnya. Etnis Jawa adalah etnis yang tinggal ditanah jawa sebagai pemilik penduduk asli tanah Jawa yang memilik keturunan asli Jawa dan membentuk etnis sendiri sebagai setnis Jawa maupun pemngembangan sejarahnya.

Dampak sosial atau faktor-faktor konflik pernikahan adalah mengkatagorikan empat bagian diantaranya sebagai berikut dibawah ini :

1. Konflik Budaya (Kultural)

Biasanya terjadi bila pasangan nikah berlatar belakang budaya yang berbeda atau salah satu merasa terpaksa mengikuti budaya pasangannya dan harus menyesuaikan diri dengan perilaku, sikap dan nilai yang berbeda.


(18)

2. Tuntutan Situasional dan Kebutuhan Pribadi (Ekonomi)

Bentuknya cukup bervariasi, dari tekanan ekonomi yang timbul karena perbedaan konsep anggaran belanja rumah tangga sampai keterlibatan mertua atau keluarga batih seperti saudara-saudara ipar. Konflik peran tercakup didalamnya.

3. Orientasi Nilai (Sosial)

Konflik terjadi karena masing-masing pasangan memiliki kebutuhan pribadi yang tak terpenuhi serta orientasi nilai yang berbeda satu sama lain. Contohnya suami yang hedonis harus menyesuaikan diri dengan isterinya yang bersahaja.

4. Interaksi Suami-Isteri dan Konflik (Komunikasi)

Pola interaksi dalam memecahkan suatu permasalahan juga dapat menimbulkan konflik baru. Pola interaksi salah satu pasangan mengajukan tuntutan (biasanya isteri) dan yang lain menghindarinya (lazim dilakukan oleh suami), merupakan pola interaksi yang menjadi ciri-ciri pasangan tidak bahagia.1 Dampak sosial atau faktor-faktor dalam pernikahan etnis antar Tionghoa-Jawa adalah yang meliputi tiga bagian diantaranya sebagai berikut :

a) pranikah, yaitu homogami, model peran, sumber daya dan dukungan signifikan.

b) pernikahan, meliputi reward interaksi pernikahan dan kepuasan dengan gaya hidup.

c) sosial dan pribadi, yaitu sumber daya sosial dan pribadi, yang dipengaruhi

1Williamson, R. C. Marriage Roles, American Style.

Dalam Sex Roles in Changing Society.


(19)

faktor pranikah.2

5. Kebutuhan Biologis atau Sex Halal (Bersetubuh Suami-,VWULPDXSXQ-LPD¶)

Unsur-unsur biososial ini relatif kecil, dan sama sekali tidak menerangkan kekhususan, terutama mengenai kehidupan keluarga sekalipun. Keterbatasan lebih lanjut pada keanekaragaman tingkah laku keluarga ditentukan oleh suatu kumpulan pola yang dapat diVHEXWµELRVRVLDO¶

Sebagai tambahan, setiap kelompok keluarga belajar mengetahui mengakui kepentingan kasta dalam peralihan itu, dimana tidak menyebabkan wanita lebih mau kawin antar kasta dari pada sang lelaki. Tetapi, perkawinan yang lebih umum ialah antara seorang lelaki kelas menengah atau tinggi dengan seorang wanita kelas dibawahnya, secara teoritis telah memdefinisi kemungkinan berbagai macam perkawinan antar kasta, dan menunjukkan bahwa corak semacam ini memungkinkan sang lelaki untuk menukarkan keuntungan kelasnya sebagai pencari nafkah untuk keuntungan kedudukan isterinya dalam posisi kasta.3

Seorang kulit putih kelas rendah tidak sedemikian mudahnya berbuat hal itu dengan seorang wanita Tionghoa atau Jawa yang kaya, karena hal itu berarti meniadakan perannya sebagai pencari nafkah. Dan, tentu saja, hubungan seorang Kulit putih kelas manapun juga dengan seorang wanita elit kelas bawahan tidak dapat diakhiri dengan perkawinan, tetapi hanya merupakan hidup bersama saja.

2Gelles, Richard J.

Contemporary Families, A Sociological View. Thousan Oaks : SAGE

Publica-tions. (1995), Hal 759.

3

5REHUW . 0HUWRQ ³Intermarriage and the Social Structure : Fact and theory´ LQPsychiatry


(20)

Baik kedudukan kasta dan seksual memperkenankannya untuk mengambil prakarsa dalam hubungan yang serupa. Tetapi tidak ada tekanan sosial baginya untuk menikah dengan wanita tersebut. Jadi bila terjadi perkawinan antar kasta, di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya maka umumnya berupa hipogami kasta. Seorang wanita ningrat dapat menikah dengan lelaki awam (orang kurang tahu apa-apa), asal pekerjaan lelaki itu cukup menguntungkan. 4

F. Telaah Pustaka

1. Alamsyah, RESOLUSI KONFLIK KELUARGA BERBASIS KEARIFAN LOKAL ISLAM NUSANTARA. Jurnal, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung. Konflik keluarga atau konflik dalam keluarga adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih yang mengganggu kegiatan sehari-hari dalam berbagai aspek kehidupan keluarga, mulai dari persiapan, proses dan berakhirnya kehidupan keluarga. Konflik ini dapat berdampak mulai skala kecil sampai dengan bahaya besar. Anggota keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan anak merupakan suatu kesatuan yang kuat apabila terdapat hubungan baik antara ayah atau ibu, ayah dan anak dan ibu maupun anak. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam hubungan timbale balik antar semua pribadi dalam keluarga. Interaksi antar pribadi yang terjadi dalam keluarga ini ternyata berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau

4Mohammad Fauzil Adhim, (Editor Khusus AH. Dwi Juwono),

Kado Pernikahan Untuk Istriku

(Mitra Pustaka Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55617). (Cetakan XVI : Desember 2005), Hal 415 ± 429.


(21)

tidak bahagia (disharmonis) pada salah seorang atau beberapa anggota keluarga lainnya.5

Penyelesaian konflik secara sehat terjadi bila masing-masing pihak baik suami atau isteri tidak mengedepankan kepentingan pribadi, mencari akar permasalahan dan membuat solusi yang sama-sama menguntungkan melalui komunikasi dan kebersamaan. Disisi lain, apabila konflik diselesaikan secara tidak sehat maka konflik akan semakin sering terjadi dan semakin membahayakan bagi keluarga khususnya suami dan istri yang terlibat konflik.

2. Skripsi 2010, Ismawati (E31107048), (Dibimbing oleh : Muh.Nadjibdan

0XOLDGL 0DX ³3HULODNX .RPXQLNDVL 6XDPL-Isteri Pelayar Dalam Membina

KeKDUPRQLVDQ5XPDK7DQJJDGL.HF6XOL.DE/XZX´

Pada hubungan rumah tangga ini, jarak merupakan hambatan komunikasi. Namun begitu, suami istri pelayar di Kab. Luwu berusaha untuk dapat mempertahankan keharmonisan rumah tangga mereka dengan terus menjaga komunikasi melalui frekuensi menelpon dan disertai dengan saling pengertian satu sama lain, sikap terbuka, saling mendukung, berpikir positif dan menjaga komitmen. Melalui itulah mereka berharap dapat mempertahankan dan meningkatkan hubungan rumah tangga yang harmonis.

3. HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PADA WANITA PERAN GANDA DENGAN ASPIRASI KARIER EVERINA DIAN SARI QUROTUL UYUN INTISARI, Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi


(22)

Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi, Oleh : EVERINA DIAN SARI QUROTUL UYUN INTISARI, (01 320 133), FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konflik pada wanita peran ganda dengan aspirasi karier.Subyek dalam penelitian ini adalah wanita yang telah berumah tangga danaktif bekerja di rumah sakit. Karakteristik pekerjaannya adalah jam kerja tetap danlama kerja minimal 7 jam sehari yang bekerja di Rumah Sakit Umum Kabupaten Belitung. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara konflik padawanita peran ganda dengan aspirasi karier. Semakin tinggi konflik pada wanita peran ganda, maka semakin rendah aspirasi karir.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Secara sederhana tetapi tepat sasaran dengan melakukan telaah atau pemikiran yang bersifat final, pakar peneliti memilih pendekatan dan jenis penelitian antara lain kualitatif. Kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian dengan melakukan penelitian mendalam dan menentukan pedoman untuk melakukan wawancara dengan informan yang dianggap ketentuannya signifikan mengenai Konflik Pernikahan Etnis Tionghoa-Jawa Di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.

Hal ini dimaksudkan agar dapat memahami pengalaman, praktek para key informan untuk menempatkan mereka secara tepat, dan benar dalam konteks


(23)

penelitian. Adapun jenis peneliti yang digunakan adalah kualitatif diskriptif. Maksudnya, berusaha untuk menuturkan keadaan dan tingka laku yang ada berdasakan data-data kualitatif deskritif yang dikumpulkan dengan melakukan pengelolaan data maupun pengumpulan data.6

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti tesebut mengambil lokasi di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya. Diwilayah tersebut masih ada beberapa pernikahan beda etnis diantaranya Pernikahan Etnis Tionghoa-Jawa yang terdapat pembagian kawasan wilaya antaranya seperti di Kelurahan Gubeng terdapat lima tempat wilayah yaitu, Gubeng Kertajaya, Gubeng Jaya, Gubeng Airlangga, Gubeng Klingsingan, dan Gubeng Masjid.

Adapun waktu penelitian mendalam berkisar pada jangka panjang pada tanggal aZDO -XP¶DW -DQXDUL -Kamis 27 Desember 2012 (7 Tahun)

sejak menjalani bangku SMA sampai sekarang Perguruan Tinggi (Mahasiswa) UIN Sunan Ampel Surabaya maupun melakukan pelacakan dalam penelitian dasar (surve) atau SDGD-XP¶DW'HVHPEHU-Rabu, 30 April 2014 (1 tahun lebih 4

bulan) di lanjutkan penelitian mendalam dan penelitian semi SDGD-XP¶DW, 02

Mei-Senin 07 Juli 2014 (2 bulan).


(24)

3. Pemilihan Subjek Penelitian

Sabjek penelitian tersebut adalah pelaku informan yang merupakan sebagai pemngembangan data, pemnegasan data, dan pemnguat data dalam pemngelolaan data maupun pemngumpulan data yang terdapat dalam pedoman wawancara diantaranya sebagai berikut dibawah ini :

a) Masyarakat Tionghoa

Agama dan ideologi bukan masalah yang cukup kuat untuk menghalangi pernikahan antar etnik, karena secara sejarah orang Tionghoa tidak berkecenderungan kuat untuk mempertahankan ideologi dan Agama. Hal ini lebih jelas terlihat pada laki-laki Tionghoa yang memperistri perempuan Jawa. Sang suami SXQNHPXGLDQPHQMDGLVHRUDQJ-DZDNDUHQDNULWHULDµ-DZD¶EXNDQODKVRVRN

tubuh, tetapi suatu konstruksi yang tersusun dari pemahaman dan pengalaman nilai-nilai budaya Jawa. 7

b) Masyarakat Jawa

Banyak terjadi pernikahan campur diantara mereka, yang pada masa itu diterima sebagai hal yang wajar. Beberapa Bupati Jawa pun mengambil perempuan Tionghoa sebagai selir. Anak-anak yang dilahirkan dari pernikahan ini tidak dibedakan statusnya dari anak-anak selir lain dan diberi nama-nama Jawa. Rakyat jelata yang punya kesempatan untuk menikah dengan orang-orang Tionghoa, juga meniru kaum bangsawan untuk melakukannya.8

7 Sinar. Agama Bagi Orang Tionghua, 2001 Hal 19

±6LQDU.RQILVLRQLVPHLWXµ&RQIXVLQJ¶ Tahun 2002 Hal 21.

8 Kemasangan, T. Bagaimana Prpaganda Kolinial Belanda Medistrosi Historigarafi Hubungan


(25)

Seperti halnya yang terjadi di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, peneliti telah meneliti 10 pelaku utama yang menjadi informan wawancara diantaranya sebagai berikut dibawah ini :

1) Siti Nur Halimah (Jawa) dan Didit Hermawan (Tionghoa), Isteri 32 tahun dan suami 35 tahun, Isteri Islam dan suami awal Kristen sekarang Islam, Isteri Jl. Gubeng Kertajaya 1g/3a Surabaya dan suami Jl. Ambengan Batu Surabaya dan Jl. Wage, Ratu Ayu, Gg DPU 81 Sidoarjo atau isteri-suami sekarang Tinggal di Jl. Wage, Ratu Ayu, Gg DPU 81 Sidoarjo, Warga, isteri bekerja di ACE Hard Ware Sidoarjo dekat alun-alun, bagian seles adapun suami bekerja dulu Desain grafis interior rumah di Surabaya, bagian Depteller, Ada pihak ketiga atau pihak suami selingkuh (koflik) maupun pihak isteri (korban) melakukan pasrah, nerimo ataupun coping tidak ada perceraian dalam pernikahannya. 2) Ahmad Yadhansyah, A.Md (Jawa) dan Siti Aisyah Jamil (Tionghoa), SE,

Suami 30 tahun dan isteri 27 tahun, Suami Islam dan isteri Islam, Suami Jl. Medan, Kalimatan atau isteri Jl. Gubeng Kertajaya 1g/11 atau suami-isteri sekarang tinggal di Jl. Gubeng Kertajaya 1g/11, Warga, suami bekerja di Jasa Raharja Maduara, bagian I-det dan isteri bekerja dulu di JMP Mall, bagian seketaris, sekarang wirausaha dibahan setenga jadi maupun tas wanita, Suami memilki peran yang tidak produktif kepernikahannya dikarenakan kurangnya menafkahi pihak istri maka pihak korban minta cerai (koflik) atau habis cerai pihak suami minta rujuk dengan ini pihak korban mengabulkannya untuk kembali kepernikahannya.


(26)

3) Lidia Putri saskia (Tionghoa) dan Depi Susanto (Jawa), Isteri 24 tahun dan suami 32 tahun, Isteri Islam dan suami Islam, Isteri Jl. Bulak Rukem Gg. Blimbing/33c. dan suami Jl. Gubeng Klingsingan Gg. KA/28b dan sekarang suami-istri di Jl. Gubeng Klingsingan Gg. KA/28b, Warga, isteri Ibu rumah tangga atau suami dulu bekerja dulu pabrik obat di Jl. Kapas Madya 235 bagian Depteller maupun sekarang di Pabrik obat di PT. Antar Mitra Sembada Jl. Manyar Kartika VII/10-16 Surabaya, bagian Depteller, Pihak isteri minta untuk diceraikan kepada suami di karenakan kurangnya produktif biologisnya adapun kurang puas dalam hubungan intim atau jimak (hubungan badan suami-istri yang merupakan seks halal)-(koflik).

4) Sri Mulyani (Jawa) dan dulu Azis Tangsong sekarang Muhammad Abdul Azis (Tionghoa), Isteri 66 tahun dan suami 73 tahun, Isteri Islam dan suami dulu Budha sekarang Islam, Isteri Jl. Pisang Gg. 9/38b, Nganjuk atau suami Jl. Gubeng Jaya Gg. Langgar/87a dan sekarang isteri-suami tinggal di Jl. Gubeng Jaya Gg. Langgar/87a, Warga, isteri dulu bekerja di apotek Jl. Drawangsa maupun suami pensiunan Bunk Mandiri Unair adapun sekarang suami-isteri Toko di rumah sendiri, Pihak isteri terpaksa dinikahkan kepada suami dikareanakan orang tua protektif sedangkan memiliki jiwa memaksa (koflik) yang merupakan pihak suami kaya raya.

5) Lee Yung Crisan (Tionghoa) dan Susanti yuliana Cristin (Jawa), Suami 62 tahun dan isteri 57 tahun, Suami Kristen (katolik) dan isteri Kristen (katolik), Suami Jl. Batu, Malang atau isteri Jl. Gubeng Airlangga 5/26a dan sekarang suami-istri Jl. Gubeng Airlangga 5/26a, Warga, suami bekerja di conter pulsa


(27)

/Hp atau isteri dulu membantu orang tua memasak untuk berjualan makanan, sekarang sebagai Ibu rumah tangga, Suami maupun isteri dengan study coping karena terbentur ekonomi yang minim. Akan tetapi suami beberapa bulan kemudian mentalak 1 (tidak terima dengan keadaan) menjadikan perselisihan (koflik) terjadi adapun untuk melakukan proses sidang perceraian dan terwujudlah suami untuk memceraikan kepada isteri.

6) Rofiq Susilo Prastyo (wajah mirip seperti penyanyi dangdung sonata band, Roma irama)-(Jawa) dan Ping Susanti (Tionghoa), Suami 46 tahun dan isteri 51 tahun, Suami Islam dan istri dulu Hindu sekarang Islam, Suami Jl. Gubeng Masjid 6/33c dekat pasar Gubeng atau isteri Jl. Banjar masin, Kalimantan dan sekarang suami-isteri tinggal di Jl. Gubeng Masjit 6/33c dekat pasar Gubeng, Warga, suami-isteri dulu kerja dibatu bara Banjarmasin, Kalimantan maupun sekarang isteri bekerja toko dipasar Gubeng maupun suami bekerja sebagai tukang potong rambu, Suami pertamanya (Tionghoa) memilih untuk bersabar dengan mengiklaskan pujaan hatinya sang isteri untuk cerai dengannya untuk berpaling dengan orang lain yang menjadikan perselisihan (koflik) terjadi, atau mereka yang telah menikah sumi keduannya (Jawa) dengan isteri secara resmi dari Kantor Urusan Agama (KUA) adapun akhirnya bercerai juga, kemudian suami memilih untuk meneruskan pekerjaannya sebagai tukang potong rambut dekat pasar Gubeng maupun isteri untuk kembali kerumah orang tuanya tidak meneruskan pekerjaannya sebagai wirausaha took dipasar Gubeng.

7) Sulistiang Ayu Pramana (Tionghoa) dan Tono Sugiarto (Jawa), Isteri 57 tahun dan suami 59 tahun, Isteri Budha dan suami Budha, Isteri Jl. Gubeng Kertajaya


(28)

9a/56 atau suami Jl. Gubeng Kertajaya 4/22a dan sekarang isteri-suami tinggal di Jl. Gubeng Kertajaya 9a/56, Warga, isteri bekerja di sorum mobil Jl. Raya Drawangsa, sebagai boss dan suami bekerja sorum mobil Jl. Raya Kertajaya, sebagai boss, Pihak isteri menikah dan mengalah karena bujuk rayu sang Pendeta karena terbentur ekonomi menjadikan perselisihan (koflik) maupun mengurusnya tidak ribet atau tidak sulit dinikahkan oleh Pendeta dalam pernikahan sirri kepada suami kemudian pernikahannya bahagia dikarenakan study coping (menerima apa adanya, sabar, atau pasrah) biarpun terjadi konflik kecil.

8) Lestari Ningrum Ayu Claras (Jawa) dan Veri Rifki Prasetyo (Tionghoa), Istri 18 tahun dan 21 tahun, Isteri Islam dan suami Islam, Istri Jl. Gubeng Jaya 2/19a atau suami Jl. Kertajaya Indah Blok P/21 dan sekarang tinggal di Jl. Gubeng Jaya 2/19a, Warga, isteri sebagai Ibu rumah tangga maupun suami bekerja di Foto Copy Jl. Drawangsa, Pihak isteri melakuakan pernikahan dini kepada suami alasan mereka karena tidak ingin menanggung malu karena hamil diluar nikah atau terburu-buru karena sang calon isteri ingin secepatnya dinikahi kemudian kemudian pihak suami menuntut sehabis kehamilan sudah dilakukan perceraian pun terjadi dikarenakan pihak suami tidak senang kepada mertua pihak isteri yang sering protektif atau sering menuntut dalam bidang ekonomi menjadikan perselisihan (koflik).

9) Lie Lien Katrin Melin (Tionghoa) dan Kefin Hendro Pratama (Jawa), Isteri 33 tahun dan suami 37 tahun, Isteri Budha atau Suami Kristen (katolik), Isteri Jl. Gubeng Airlangga 7/27c atau suami Jl. Jakarta dan sekarang isteri-suami


(29)

tinggal di Jl. Gubeng Airlangga 7/27c, Warga, isteri dulu bekerja di Cahya Yamaha, bagian meneger, sekarang agen toko di Jl. Raya Kertajaya dan suami dulu bekerja sorum mobil jakarta, sekarang sorum mobil di Jl. Raya Kertajaya, bagian maneger, pihak isteri melakuakan pernikahan secara berbeda Agama, sedangkan alasan mereka karena hamil diluar pernikahan maupun karena cinta ataupun mungkin cinta buta kepada suami-Jawa atau adapun pihak terkait dalam masyarakat pun pada awal mengenal ada yang minoritas pro atau ada yang mayoritas kontra (koflik) pada kedua pasangan tersebut yang melakukan pernikahan beda Agama dan masyarakatpun bisa menerima keadaannya suami-isteri tersebut.

10)Muhammad Cahya Pio Panca (Tionghoa) dan dulu tidak ada Sitinya sekarang Siti Indra Dewi Pramuni (Jawa), Suami 27 tahun dan isteri 21 tahun, Suami Islam dan isteri dulu Hindu sekarang Islam, Suami Jl. Gubeng Klingsingan 5/6a atau isteri Jl. Gedangan, Sidoarjo dan sekarang tinggal di Jl. Gubeng Klingsingan 5/6a, Warga, suami dulu hanya membantu orang tua bekerja alat-alat bahan bangunan di JL. Raya Kertajaya maupun isteri dulu bekerja membantu orang tua berjualan atau toko dirumahnya dan sekarng suami-isteri bekerja dialat-alat bahan bangunan di JL. Raya Kertajaya sebagai penerus orang tua pihak suami, pihak suami tanpa nika sirri atau pernikahan resmi alias tanpa pernikahan apapun disebabkan karena dasar cinta sama cinta kepada isteri atau sebenarnya pihak yang bersangkutan tidak diterima dikalanagan masyarakat menjadikan perselisihan (koflik) akan tetapi diterimanya dikarenakan satu syarat diantaranya tidak boleh bertindak atau


(30)

membuat keributan ditempat tersebut dan hubungannya jarak 15 tahun lebih pasangan suami-isteri menikah resmi di KUA karena untuk memudakan pemngurusan kartu kelahiran anak (KK).9

c) Anak pelaku informan pernikahan yang melakukan konflik terjadi perceraian atau melakukan konflik akan tetapi cintanya teruji sampai akhir hayat maut menjeput

Informasi berikut ini terdapat di BAB III mengenai pada item atau subab Pernikahan Hubungan Pemngikatan Anak dan Orang Tua Dalam Masyarakat dan teradapat Deskritif Hasil Penelitian, karena pada waktu yang minim maupun sesingakat membuat penulis ataupun peneliti tidak bisa menjangkau untuk menjelaskan pada item atau subab ini.

d) Masyarakat lain sekitar di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya

Informasi berikut ini terdapat di BAB III mengenai pada Deskritif Hasil Penelitian, karena pada waktu yang minim maupun sesingakat membuat penulis ataupun peneliti tidak bisa menjangkau untuk menjelaskan pada item atau subab ini.

e) Pemuka (Tokoh) Agama

Informasi berikut ini terdapat di BAB III mengenai pada Deskritif Hasil Penelitian, karena pada waktu yang minim maupun sesingakat membuat

9pelaku informan pernikahan yang melakukan konflik terjadi perceraian atau melakukan konflik

akan tetapi cintanya teruji sampai akhir hayat maut menjeput (hasil wawancara dengan pelaku informan). Pada Mei 2014.


(31)

penulis ataupun peneliti tidak bisa menjangkau untuk menjelaskan pada item atau subab ini.10

f) Kasir Tata Pemerintah (Dinas Kelurahan Gubeng) adapun RT dan RW di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya

™ Winarni, Tata Pemerintah Dinas Kelurahan Gubeng

™ DAFTAR NAMA KETUA LKMK, KETUA RW DAN RT PERIODE TAHUN 2013 s/d TAHUN 201611

Tabel I.1 Daftar Nama Ketua LKMK, Ketua RW dan RT Pireode Tahun 2013-2016

NO RW RT NAMA ALAMAT TELEPON

1 - - Ir. Agustono, M.Kes. Gubeng Jaya IV/8 A Ketua LKMK 2 I - Drs. H. Syamsul

0D¶DULI

Gubeng Kertajaya 1

B/10 A 031-5031365

3 - 1 Nur Hasan Gubeng Kertajaya 1 KA/7 4 - 2 Rachmad Rudi S. Gubeng Kertajaya 3/3 5 - 3 Abdul Karim Gubeng Kertajaya 3 C/4 6 - 4 Soedjarno Gubeng Kertajaya 1 B/15 7 - 5 Armyn Muis Gubeng Kertajaya 1 G/5 8 - 6 Ponang Kapuranto Gubeng Kertajaya 1 D/1

9 II - Djoko Susanto, SH. Gubeng Jaya 2/29 B 031-5012304 10 - 01 Kukuh Budi cahyono Gubeng Jaya 2 KA/34

10 Pelaku Informan Primer (di Tujukan yang Kusus Terdapat di Dalam Terpenting di Kelurahan

Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, sebagai pemngembangan data, pemnegasan data, dan pemnguat data dalam pemngelolaan maupun pemngumpulan data yang terdapat dalam pedoman Wawancara), pernikahan etnis Tionghua atau Jawa yang melakukan konflik terjadi perceraian dan melakukan konflik akan tetapi cintanya teruji sampai akhir hayat maut menjeput.


(32)

11 - 02 Petrus Slamet Rahardjo Gubeng Jaya Tengah 4 12 - 03 Yekti Purwoko Gubeng Jaya 2 KA/8 L 13 - 04 Sugeng Wiyono Gubeng Jaya 6/9 14 - 05 Hariyanto Gubeng Jaya 2/5 15 - 06 Sutarwiji Gubeng Jaya 3 / 4 16 - 07 Kaspn Gubeng Jaya Langgar 12 17 - 08 Soediono Gubeng Jaya 6/18 A 18 - 09 Sumadi Gubeng Jaya 2/34 19 - 10 Hendrata Efandi Gubeng Jaya 1/35 20 - 11 Abd. Fakih Anwar Gubeng Jaya 4/8

21 - 12 Budi Sedjati Gubeng Jaya Langgar 24 22 - 13 Sujadi, M.Pd. Gubeng Jaya 6/23 23 - 14 Muhaimin Gubeng Jaya 7/12 24 - 15 Drs. Didik

Efendi Gubeng Jaya 2/75 25 - 16 Agus Indra

Risnawan Gubeng Jaya 2 KA/3 B 26 - 17 Agung Wakino Gubeng Jaya 9/2 A 27 - 18 Akhmad Nurcholis Gubeng Jaya SR/12 28 - 19 Drs. Hanan Suwarso Gubeng Jaya SR/11

29 III - Drs. Panidjan Gubeng Klingisngan 1 KA/ 082331936930 30 - 01 Harmanto, SH. Gueng Klingsingan 24

31 - 02 Udi Laksono Gubeng Klingsingan 1 KA/25 B 32 - 03 Endang Wiwik Triharini Gubeng Klingsingan 2/16 33 - 04 Drs. Bambang Pujoantoro Gubeng Klingsingan 58 34 - 05 Soekamto Gubeng Klingsingan 74 35 - 06 Wibi Sholeh Gubeng Klingsingan 92 36 - 07 H. Abdul Rochim Gubeng Jaya SR 27 A 37 - 08 Wahyu Putro Anggoro Gubeng Klingsingan 5 A/19 38 - 09 Sutjipto Gubeng Klingsingan 5/16


(33)

g) Paguyupan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Kelembagaan Masyarakat 1. Jumlah Anggota LKMK : 11 Orang 2. Jumlah Kader Pembangunan Kelurahan Gubeng : 224 Orang 3. PKK

a. Jumlah Tim Pemgerak PKK : 25 Orang

b. Jumlah Kader : 213 Orang

Informasi berikut ini terdapat di BAB III mengenai pada Deskritif Hasil Penelitian, karena pada waktu yang minim maupun sesingakat membuat penulis ataupun peneliti tidak bisa menjangkau untuk menjelaskan pada item atau subab ini.12

h) Jamaah maupun Majelis Masjid dan Mosholah atau Gereja, Budah, Hindu, Adaupun Pondok Pesantren (ponpes) Sebagai Tempat Remaja Masjid dan Mosholah atau Gereja, Budah, Hindu di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya13

™ Lembaga Keagamaan

1. Majelis Taklim (Masjid dan Musholah) : 2 Kelompok 110 Orang 2. Majelis Gereja : 3 Kelompok 105 Orang 3. Majelis Budah : - Kelompok - Orang 4. Majelis Hindu : - Kelompok - Orang

12 Winarni, Kasir Tata Pemerintah (Dinas Kelurahan Gubeng) dan Terdapat Dilampiran Draf Data

Monografi (lampiran lain-lain, ada dipaling belakang terakhi). Hasil Wawancara, Selasa, 25 Juni 2014.

13 Pelaku Informan Primer (di Tujukan yang Kusus Terdapat di Dalam Terpenting di Kelurahan

Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, sebagai pemngembangan data, pemnegasan data, dan pemnguat data dalam pemngelolaan maupun pemngumpulan data yang terdapat dalam pedoman Wawancara), pernikahan etnis Tionghua atau Jawa yang melakukan konflik terjadi


(34)

™ Lembaga Pemuda Keagamaan

1. Remaja Masjid dan Musholah : 5 Kelompok 52 Orang 2. Remaja Kristen : 4 Kelompok 30 Orang 3. Remaja Katholik : 3 Kelompok 75 Orang 4. Remaja Budah : - Kelompok - Orang 5. Remaja Hindu : - Kelompok - Orang

Informasi berikut ini terdapat di BAB III mengenai pada Deskritif Hasil Penelitian, karena pada waktu yang minim maupun sesingakat membuat penulis ataupun peneliti tidak bisa menjangkau untuk menjelaskan pada item atau subab ini.14

i) Kepala beserta staff KUA (Kantor Uruasan Agama)

j) Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) k) Persatuan Iman Tauhid Indonesia (PITI)

l) Kepala beserta staff Kapolisian Sekitar (Kapolsek) m)Kapolisian Daerah (Kapolda)

n) Pusat Layanan Terpadu (PTT) atau advokasi o) Lembaga Bantuan Hukum (LBH)

p) Lembaga Suwadaya Masyarakat (LSM)15,16

14 Winarni, Kasir Tata Pemerintah (Dinas Kelurahan Gubeng) dan Terdapat Dilampiran Draf Data

Monografi (lampiran lain-lain, ada dipaling belakang terakhi). Hasil Wawancara, Selasa, 25 Juni 2014.

15 Pelaku Informan Sekunder (di Tujukan yang Kusus Terdapat diLuar Terpenting di Kelurahan

Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, sebagai pemngembangan data, pemnegasan data, dan pemnguat data dalam pemngelolaan maupun pemngumpulan data dengan telaah atau pertimbangan secara final peneliti, yang terdapat dalam pedoman awancara), pernikahan etnis Tionghua atau Jawa yang melakukan konflik terjadi perceraian dan melakukan konflik akan tetapi cintanya teruji sampai akhir hayat maut menjeput.


(35)

Sabjek penelitian secara de facto (apa yang ada dilapangan) tersebut berikutnya adalah pelaku konflik pernikahan etnis Tionghoa-Jawa dan masyarakat yang sebagai informan untuk menggali data lanjutan yang ada di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, yang terdapat data diatas.

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data merujuk pada kualitatif deskritif dan sumber data terdapat yaitu pada subtansinya menyimpulkan dengan menggunakan tahapan-tahapan pengelohan data dan pengumpulan data terdapat empat katagori sebagai acuan atau pedoman sumber data Skripsi yang menyinggung pemmaknaan mengenai pemargumentasi dan pemuraian materi diantaranya sebagai berikut dibawah ini : a. Primer (Perundang-Undang Dasar 1945 dan KUHP) yaitu kutipan±kutipan

mengenai gagasan tentang Perundang-Undang Dasar 1945 maupun KUHP yang merupakan tindakan-tindakan (pola-pola) masyarakat yang terkait dirumuskan proses pidana atau perdata dalam rana koridor (catatan) hukum verbal (tertulis).

b. Sekunder (literatur buku atau pustaka dan media massa) yaitu kutipan-kutipan langsung maupun tidak langsung yang terdapat dalam literatur buku atau pustaka dan media massa (koran, majalah, artikel, jurnal, maupun webset internet diantaranya http//www, PDF, IDM, atau google sekuler) yang menjadiakan suatu bahan (refrensi) dasar adaupun mendalam.


(36)

c. Non Hukum (pakar ahli atau para tokoh-tokoh) yaitu kutipan-kutipan mengenai pakar ahli atau para tokoh-tokoh klasik maupun modern yang memiliki pemikiran ataupun ide-ide cemerlang yang menjadikan beberapa dan berbagai macam±macam teori yang dirumuskan (argumentasikan).

d. Penelitian (pemnyuluhan, pelacakan, observasi, turun lapangan atau de facto [apa yang ada di lapangan], studi kasus, riset) yaitu tindakan mengenai Penelitian (pemnyuluhan, pelacakan, observasi, turun lapangan atau de facto [apa yang ada di lapangan], studi kasus, riset) terdapat untuk mendasar, semi, mendalam yang mencari tujuan dalam pengelolaan data maupun pengumpulan data merupakan yang dijadikan perumusan (argumentasi) dan urain.

5. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian tersebut penelitian menggunakan tiga tahap atau pola±pola yang meliputi, getting on, getting in along dan getting out. Diantaranya

adalah penjelasannya sebagai berikut dibawah ini :

5.1. Tahapan Pengelolaan Data atau Pola-Pola Pra-lapangan (getting on)

Pekerjaan-pekerjaan dalam getting on tersebut peneliti mengkelompokan menjadi enam bagian diantaranya sebagai berikut ini :

a. Menyusun Rancangan penelitian

Dalam rancangan tersebut penelitian menetapkan tema dan fokus penelitian dasar, penelitian semi mendalam, dan penelitian mendalam dalam pengumpulan data atau pengumpulan data yang telah dilaksanakan. Kondisi


(37)

keluarga, faktor-faktor yang terjadi, interaksi dengan masyarakat, dan dampak terhadapa tatanan sosial.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Lokasi peneliti tersebut terletak di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya. Alasan peneliti memilih diKelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya karena masyarakatnya masih tergolong homogen dan unik antara etnis Tionghoa-Jawa.

c. Mengurus Perizinan

Sebagai salah satu bentuk konkrit legalnya maupun absulud sebuah riset maka harus ditunjukkan dengan surat izin penelitian dikarenakan dikawatirkan terjadi yang tidak-tidak diinginkan dari belah pihak yang bersangkutan yang ditentukan tanggal oleh Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

d. Pra Lapangan

Maksud dan tujuan dari pra lapangan tersebut untuk berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik, kondisi alamnya (monografi), dan psikis masyarakat sekitar di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng (demografi). Sehingga peneliti dapat memahami, menilai, mempertimbangkan, mentelaah, dan mempersepsi mutualisme setting dan objek yang peneliti dapat memperkakulasikan kalayaknya dengan signifikan (baik).


(38)

e. Memilih Pelaku Informan Primer dan Informan Sekunder

Pelaku informan dan informan sekunder orang yang dianggap dapat memberikan informasi tentang situasi maupun kondisi latar belakang penelitian biarpun penelitian dasar, penelitian semi mendalam, atau penelitian mendalam. Meraka dapat dikatagorikan orang-orang yang terkait dengan sabjek pelacakan dalam penelitian dasar ataupun penelitian mendalam, yang peneliti dapat memikirkan dengan akal sehat kepentingan penelitian antara lain etnis Tionghoa-Jawa.

f. Menyiapkan Sarana Penelitian

Sarana yang dipersiapkan yaitu alat tulis, recorder (alat perekam suara) dan kamera yang dijelaskan diantaranya sebagai berikut dibawah ini :

1) Alat tulis dimaksudkan untuk mencatat data yang diperoleh, kamera untuk mengambil gambar lokasi penelitian dan contoh proses Pernikahan Etnis Tionghoa-Jawa.

2) Recorder untuk merekam penuturan informan, sehingga peneliti dapat merekam pandangan para informan. Hasil rekaman tersebut kemudian ditranskrip agar dapat memperoleh poin-poin yang signifikan (baik) yang dibutuhkan. Untuk melakukan penelitian tersebut dengan baik, peneliti melakukan proses penggalian data secara mendalam pada sewaktu-waktunya batas yang ditentukan pemngurusan perizinan surat keterangan pengantar penelitian dengan bermaksud penelitian lanjutan dan mereview atau menganalisis kembali data-data yang diperoleh pada sewaktu-waktunya batas yang ditentukan pemngurusan perizinan surat keterangan pengantar penelitian.


(39)

5.2. Proses Bersama atau Berbaur Bersama Masyarakat (getting in along)

Proses ini melalui dengan partisipasi dan solidaritas diri memasuki penelitian serta berperan dalam aktifitas yang ada seperti mantenan atau pernikahan, membantu pekerjaan keluarga sabjek penelitian. Dengan proses berbaur tersebut, peneliti dapat mudah untuk mendapatkan data signifikan dibutuhkan.

Informan telah senang karena telah dibantu atau diringankan beban pekerjaannya atau peneliti tidak perlu canggung untuk mewawancarai mereka, karena penelitian pada saat itu memwawancarai informan dengan melakukan tindakan alon-alon asal kelakon gremet-gremet asal selamet, slow but surf, atau step by step dan apa yang dilakukan peneliti untuk memwawancarai informan bahwa dapat bisa diterima oleh informan dengan signifikan tanpa problem apapun apalagi peneliti dengan informan terkesan lebih akrab atau canda gurau maupun dekat seperti saudara sendiri.

5.3. Pengumpulan Data dan Menulis laporan (getting out)

Pengumpulan merupakan tahap akhir dari penelitian. setelah mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian tersebut, peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data. Yaitu, dengan pengamatan mendalam maupun penelitian mendalam dan trianggulasi atau menggabungkan data yang diperoleh dari penelitian, wawancara atau skala di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.


(40)

Setelah komponen terkait dengan data analisisnya, peneliti mulai pengumpulan data kemudian mulai menulis laporan disesuikan dengan metode dalam penulisan penelitian kualitatatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan penelitian terkait kelengkapan data yang signifikan.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pada dasarnya peneliti mempunyai beberapa teknik yang meliputi ruang lingkup dalam proses dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga teknik yang meliputi diantaranya yaitu sebagai beriku dibawah ini :

a. Observasi

Observasi merupakan penelitian biasa, penelitian semi mendalam, dan penelitian mendalam terhadap peristiwa apa yang diteliti yang berupa sabjek kajian secara langsung oleh peneliti, Riset, Pelacakan, Studi Kasus, Turun Lapangan atau de facto, dan tim surve. Observasi bukan sekedar mencatat, tetapi juga melakukan kakulasi atau stastisik tempat yang akan disurvew dan diteliti untuk dipertimbangkan oleh peneliti untuk observasian mendalam kemudian mengadakan penilaian kedalam skala bertingkat.17

Peneliti tersebut dilakukan untuk meneliti atau menyelidiki dilapangan mengenai realitas mau pun dinamika atau pola-pola hidup dan fenomena Pernikahan Etnik Tionghoa-Jawa, tempat tinggal pelakunya, kehiduupan sehari-harinya, atau interaksinya dengan masyarakat, security

17A Suharsimi,


(41)

keamanan di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, Tokoh-Tokoh masyarakat, Polsek Gubeng atau pendidikan anaknya dan sebagainya.

Alasan peneliti melakukan penelitian ialah untuk menyajikan data kualitatif deskriptif realistik secara otentik mengenai perilaku atau aktifitas pelaku Pernikahan Etnik Tionghoa-Jawa, serta kondisi keluarganya. Merupakan suatu keharusan bagi peneliti untuk melakukan penelitian, guna mengetahui dan memahami keadaan sebenarnya dari sabjek penelitian yang dalam hal tesebut adalah pelaku Pernikahan Etnik Tionghoa-Jawa, keluarganya dan anak±anaknya

sebagaiman pengikat Pernikahan Etnik Tionghoa-Jawa.

Dengan melakukan penelitian tersebut, maka tidak langsung peneliti bisa mengetahui faktor-faktor penyebab dan dampak sosial, akibat dan kehidupan rumah tangga yang sedang dibangun atas dasar Pernikahan Etnik Tionghoa-Jawa. Dengan demikian, peneliti bisa mendiskripsikan kondisi pelaku Pernikahan Etnik Tionghoa-Jawa, keluarganya dan anak-anaknya sebagi pengikat Pernikahan Etnik Tionghoa-Jawa secara riel. Dalam penelitian tersebut, peneliti tentu saja berlangsung di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.

b. Interview

Interview atau wawancara merupakan bentuk percakapan dua atau lebih dan kelompok untuk mendapatkan informasi dengan cara memberi beberapa pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian kepada informan, yang informan


(42)

dapat mengerti dari maksud dan memahami beberapa pertanyaan bukan berarti mengitimidasi informan untuk memaksa menjawabnya.18

Didalam Interview ada dua pengertian. Yaitu, Interview tidak terstruktur dan Interview tersetruktur. Interview tidak terstruktur merupakan pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas Interview sangat diperlukan, bahkan hasil Interview dengan jenis tersebut lebih banyak tergantung pada Interview dan tersebut cocok untuk penelitian kasus seperti realitas maupun dinamika atau pola-pola kehidupan dan fenomena Pernikahan Etnik Tionghoa-Jawa.

Interview tersetruktur berupa pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check list. Interview jenis tersebut biasnya lebih bersifat formal. Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan teknik Interview tidak terstruktur karena wawancara mendalam. peneliti tidak perlu membuat pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan atau mengitimidasi untuk diajukan pada informan, peneliti hanya membuat pedoman pokok wawancara sehingga informan dapat leluasa dan memiliki ruang gerak terbuka dalam memberikan jawaban, sebagai mana keterangan yang diinginkan oleh peneliti.19

Wawancara tersebut bertujuan untuk mengumpulkan data Primer (Perundang-Perundangan Dasar 1945/KUHP), Sekunder (Literatur Buku atau Pustaka) dan Non Hukum (Pakar Ahli atau Tokoh-Tokoh) yang menanyakan seputar Konflik Pernikahan Etnik Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng

18 M Dedi,

Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosda Karya). (2006), Hal 180. 19 A Suharsimi,


(43)

Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, realitas maupun dinamika atau pola-pola kehidupan dan fenomenanya beserta aktifitas pelakunya, interaksi dengan masyarakat sekitar, kondisi pendidikan anaknya biarpun sang anak sebagai pengikat pernikahan beda etnis atau sama etnis, dan sebagainya.

c. Dokumentasi atau Arsip-Arsip

Dokumentasi atau Arsip-Arsip merupakan cara memperoleh data dari dokumen seperti catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, arsip perusahaan, prasasti, agenda, dan sebagainya.20 Oleh karena itu, peneliti perlu membaca literatur buku atau pustaka (sekunder), surat kabar, artikel, majalah, jurnal, atau skripsi, tesis, adapun desertasi terdahulu yang relevan maupun dari webset internet (http//www. atau PDF, IDM, maupun Google Sekuler) yang sebagainya ada kaitannya dengan Konflik Pernikahan Etnik Tionghoa-Jawa.

Disamping itu, dokumentasi atau arsip-arsip berupa fotoofoto tentang berlangsungnya proses aqad nikah dan Pernikahan Etnik Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Suarabaya, peelitian realitas maupun dinamika atau pola-pola kehidupan dan fenomenanya beserta aktifitas pelakunya juga diperlukan, data-data kualitatif deskritif atau data-data pemwawancaraan, skala, maupun sebaginya.

Peneliti mengambil beberapa gambar selama proses penelitian berlangsung seperti saat dua proses dilangsungkannya aqad nikah dan pernikahan etnis Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.


(44)

Diantaranya Yaitu, Didit Hermawan (Tionghoa) dan Siti Nur Halimah (Jawa), Aqad Nikah dan Resepsi Pernikahan di Jl. Gubeng Kertajaya 1G/3A Surabaya pada tanggal sabtu 14 januari 2006 atau Resepsi Pernikahan Balai Pertemuan Maranata di Jl. Bungtomo Surabaya (Gereja) depannya Kotamadya Surabaya (KS) atau taman Surya Surabaya pada tanggal Minggu 15 Januari 2006.

Siti Aisyah Jamil SE (Tionghoa) dan Ahmad, Yadhansyah, A.Md (Jawa),Aqad Nikah di Masjid MOHAMMAD CENG HOO Jl. Telasih, dekat makam pahlawan Jl Taman Kusuma Bangsa Surabaya pada tanggal 7 Juli 2011 atau Resepsi Pernikahan di Jl. Gubeng Kertajaya 1G/11 Surabaya pada tanggal Jum at 8 Juli 2011 atau Gedung Serba Guna Graha Widya Bhakti Universitas STESIA di Jl. Menur Pumpungan Surabaya pada tanggal Sabtu 9 Juli 2011.

Aktifitas pelaku sehari-hari juga diperlukan dan sebaginya untuk memberikan bukti secara nyata atau riel dan otentik kondisi dilapangan.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses untuk mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, katagori, dan suatu uraian dasar.21 Peneliti telah menganalisis secara nyata atau riel mengenai Konflik Pernikahan Etnik Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, kedalam pola, katagori, data statistik, dan suatu uraian dasar dibagi menjadi lima diantaranya yaitu sebagai berikut dibawah ini :

a. Masyarakat Dalam Konsumerisme Hubungan Pernikahan

21 B. Burhan.


(45)

b. Masyarakat Dalam Hubungan Seks Halal Pernikahan c. Dalam Konflik Hubungan Pernikan

d. Dalam Penuntasan atau Penyelesaian Konflik Hubungan Pernikahan

e. Suami-Isteri Dalam Komunikasi (Teman, Dokter, Psikolog, Sosiolog, Keluarga Inti dan Batih, Ataupun Metafisikolog [dukun])

8. Teknik Keabsaan Data

a. Penelitian Dasar, Semi, dan Mendalam

Penelitian dasar, semi, dan mendalam bertujuan untuk menemui ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.22 Peneliti merasa sangat perlu penelitian secara serius mengenai kehidupan pelaku Pernikahan etnis Tionghoa-Jawa berikut dengan keluarga dan tempat tinggalnya.

Tersebut dilakukan untuk mengetahui pola-pola kehidupan dan yang dirasakannya sebagai akibat dari tindakannya memilih untuk melakukan pernikahan perbedaan etnis. Untuk melakukan penelitian tersebut, kadang-kadang peneliti dengan suka rela membantu pekerjaan mereka seperti gotong royong berupa seperti membersikan selokan dan kali yang tersumbat karena banyak tergenang kotoran, melakukan pembangunan berupa pavingisasi, sebagai anggota kartar 17 Agustus, mengikuti acara religi seperti tahlilan, GDQNKDWDPDQ$O4XU¶DQ

atau muludan maupun tarbiya, merangkul atau pendekatan dan adaptasi pada masyarakat setempat. Sehingga peneliti mendapatkan data-data kualitatif


(46)

deskriptif berupa penuturan secara lesan dari mereka melawati tahapan pedoman wawancara mendalam.

b. Trianggulasi

peneliti menggunakan trianggulasi sebagai upaya untuk melihat keabsahan data. Tringulasi digunakan dengan cara membuktikan kembali keabsahan hasil data yang diperoleh dilapangan. secara Trianggulasi diartikan sebagai beberapa teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan beberapa teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi pedoman wawancara, pengelolaan data, dan pengumpulan data atau jenis atau sumber data yang berupa diantaranya.yaitu, Primer (Perundang Undang Dasar), Sekunder (Literatur Buku dan Pustaka), Non Hukun (Pakar Ahli/Para Tokoh±Tokoh),

Observasi (Riset, Pelacakan, Studi Kasus, Turun Lapangan dan Penelitian atau de facto [apa yang ada di lapangan]).

Sumber data yang diperoleh juga yang berasal dari di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, tersebut dimaksudkan agar data-data tersebut yang dikumpulkan lebih akurat sehingga pernyataan-pernyataan dalam penelitian tersebut bisa terjawab. Kemudian data-data tersebut digabungkan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah sehingga pertanyaan tersebut bisa terjawab lengkap dan sederhana tapi tepat sasaran.


(47)

H. Sistemetika Pembahasan

Berisi uraian secara garis besar tentang pokok bahasan dalam setiap bab penelitian, yang disusun mulai awal sampai akhir, mulai dari pendahuluan hingga kesimpulan. Perludiperhatikan bahwa penulisan sistematika pembahasan bukanlah sekedar menyalin ulang daftar isi yang hanya menuliskan judul-judul bab dan sub bab, yang paling penting dari sistematika pembahasan adalah menunjukan alur berpimikir logis serta terkaitan antar bagian skripsi.

Adapun sistematika pembahasan dari skripsi BAB II-BAB IV terebut diantaranya adalah sebagai berikut ini :

a. BAB II

Bagian ini menjelaskan teori apa yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian. Kerangka teoritik adalah suatu model koseptual tentang bagaimana yang teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penelitian.

Contoh :

Judul : Konflik Pernikahan Etnis Tionghoa-Jawa Di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.

Masuk dalam positif, humanis, atau kritis. Peter Ludwig Berger secara tegas mengatakan bahwa sosiologi merupakan suatu disiplin yang humanistik. Hal ini senada dengan Poloma yang menempatkan teori konstruksi sosial Peter Ludwig Berger dalam corak interpretatif atau humanis.


(48)

fakta sosial Durkheim menjadi kontroversi kehumanisannya. Pengambilan itu pula yang membuat Douglas dan Johnson menggolongkan Peter Ludwig Berger sebagai Durkheimian. Usaha Peter Ludwig Berger dan Luckmann merumuskan teori konstruksi sosial atas realitas, pada pokoknya merupakan usaha untuk memberi justifikasi gagasan Durkheim berdasarkan pada pandangan fenomenologi (Hanneman Samuel, 1993).23

Oleh karenah itu, pada bab ini perlu juga dikemukakan alasan penggunaan teori berdasar relevansinya dengan tema penelitian dan bagaimana rencana penggunaan teori untuk menganalisis data. Dengan kata lain, teori ini harus dikemukakan secara operasional.

b. BAB III

Di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya dalam lokasi letak strategisnya mempunyai batas-batas wilayah dengan sentral perdgangan lain yang merupakan suatu partner atau tiem work bagi suatu kelangsungan kehidupan masyarakat setempat. Adapun batas-batas wilayah di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya tersebut seperti tertera pada Tabel berikut diantaranya sebagai berikut ini :

Tabel III.1 Batas dan Nama Wilayah General Di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya

No Batas Tempat Wilayah

Kelurahan

Batas

Wilayah Kecamatan

1 Sebelah Utara Kelurahan Pacar

Keling Kota Surabaya Gubeng

23http//www.

Konstruksi Sosial atas Kenyataan, Sebuah Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan.


(49)

2 Sebelah Selatan Kelurahan Airlangga Kota Surabaya Gubeng 3 Sebelah Timur Sungai Brantas Kota Surabaya Gubeng 4 Sebelah Barat

Kelurahan Ngagel dan Kelurahan

Kertajaya Kota Surabaya Gubeng Dari suatu geografinya maupun monografinya, potensi di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya. Sedangkan untuk jumlah Rukun Warga (RW) ada sebanyak 4 unit dan jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak 41 unit ataupun Kelurahan 5 unit diantranya Gubeng Kertajaya, Gubeng Jaya, Gubeng Airlangga, Gubeng Klingsingan, Gubeng Masjid maupun Kelurahan 1 unit atau Kecamatan 1 unit. Redaksi judul bab disesuakan dengan tema penelitian. Diantaranya adalah sebagai berikut ini :

A.Deskritif Umum Objek Penelitian

Pada bagian ini, subyek penelitian dideskripsikan secukupnya untuk memberikan gambaran tentang hal-ikwal yang berkenan dengan kehidupan subyek. Deskripsi umum subyek penelitian ini antara lain dapat berupa: profil lokasi penelitian, potret sebuah organisasi, suasana sehari-sehari, gambaran peristiwa dan lainnya yang dirasa dapat mendukung konteks penelitian.

Contoh :

Judul : Konflik Pernikahan Etnis Tionghoa-Jawa Di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.

Bagian ini mendiskripsikan tentang : tokoh masyarakat, masyarakat sekitar, dan informan sebagai pelaku konflik yang terdapat di Kelurahan Gubeng


(50)

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Pada bagian ini mempaparkan data-data yang terkait dengan rumusan masalah yang diajukan. Dengan kata lain bagian ini berisi tentang

³MDZDEDQ´ DWDV EHUEDJDL PDVDODK \DQJ GLDMXNDQ ROHK SHQHOLWL \DQJ GLGDVDUNDQ

hasil pengamatan dan wawancara serta informasi lainnya seperti: dokumen, foto, rekaman, lampiran hasil penelitian, dan lain-lain. Oleh karena itu dalam hasil deskripsi penelitian yang akan dipaparkan oleh peneliti menampilkannya secarah utuh (holistic) transparan dan semua faktor yang melingkupi. Redaksi judul bab disesuakan dengan tema penelitian.

Judul : Konflik Pernikahan Etnis Tionghoa-Jawa Di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.

Bagian ini mendiskripsikan tentang : keluarga dalam pernikahan etnis Tionghoa-Jawa yang sebagai pelaku konflik yang terdapat di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.

C. Analisis Data

Pada bagian ini, teori (Struktur Konflik Ralp Dahrendorf, Kontruksi Sosial Peter Ludwig Berger, dan Teori Pertukaran Sosial Richard Emerson) menjelaskan fenomena sosial diantaranya: Masyarakat Dalam Konsumerisme Hubungan Pernikahan, Masyarakat Dalam Hubungan Seks Halal Pernikahan, Dalam Konflik Hubungan Pernikan, Dalam Penuntasan atau Penyelesaian Konflik Hubungan Pernikahan, Suami-Isteri Dalam Komunikasi (Teman, Dokter, Psikolog, Sosiolog, Keluarga Inti dan Batih, Ataupun Metafisikolog [dukun])


(51)

), sehingga dapat ditemukan penjelasan tentang fenomena sosial yang diteliti secara teoritis. Penjelasan teoritik ini kemudian dikuatkan dalam bentuk tabel.

Judul : Konflik Pernikahan Etnis Tionghoa-Jawa Di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.

Bagian ini mendiskripsikan tentang : Masyarakat Dalam Konsumerisme Hubungan Pernikahan, Masyarakat Dalam Seks Halal Hubungan Pernikahan, Dalam Konflik Hubungan Pernikahan, Dalam Penuntasan atau Penyelesaian Konflik Hubungan Pernikahan, Suami-Isteri Dalam Komunikasi (Teman, Dokter, Psikolog, Sosiolog, Keluarga Inti dan Batih, Ataupun Metafisikolog [Dukun]).

c. BAB IV A.Kesimpulan

Isi kesimpulan penelitian merupakan temuan yang bersifat koseptual terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

B. Saran

Saran yang diajukan terkait temuan penelitian. Saran diajuakan pada sabyek penelitian dan pihak-pihak terkait, bisa berupa rekomendasi, informasi, dan motifasi.


(52)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. KAJIAN PUSTAKA

Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus penelitian yaitu item atau subab dibawah ini mengenai definisi dari faktor±faktor adapun dampak sosial ataupun dalam

mempaparkan kajian Konflik Pernikahan Tionghoa-Jawa maupun menjabarkan tentang Pernikahan Tionghoa-Jawa yang terdapat mendefinisikan dan kerangka teoritik diantaranya sebagai berikut dibawah ini :

1. Tentang Konflik Dalam Pernikahan

Konflik dan faktor atau ketidak stabilan pernikahan merupakan bagian konsep kualitas pernikahan, yang harus diulas secara terpisah dari kepuasan, penyesuaian, serta kebahagiaan pernikahan.

2. Faktor Kepuasan Pernikahan

Kepuasan pernikahan adalah persepsi terhadap kehidupan pernikahan seseorang, diukur dari besar kecilnya kebahagiaan yang dirasakan dalam jangka waktu tertentu, demikian. Menekankan bahwa kepuasan adalah sikap, respon afektif terhadap objek, dan aspeknya. Kepuasan selalu berubah menurut waktu atau situasi.


(53)

penyesuaian dan ketidak stabilan pernikahan untuk mengukur kualitas pernikahan. Menyebutkan taraf kepuasan pernikahan ditentukan oleh seberapa baik suami-isteri memenuhi kebutuhan pasangannya dan seberapa besar kebebasan yang diberikan pasangan untuk memenuhi kebutuhannya.

Jadi, dapat diartikan bahwa suami-isteri akan puas bila ia berhasil memenuhi kebutuhan dirinya dan pasangannya, mari kita mendalami teori Peter Ludwig Berger diantaranya sebagai berikut :

Posisi teori Peter Ludwig Berger dalam perspektif Peter Ludwig Berger tak dapat dilepaskan dari situasi sosiologi Amerika era 1960-an. Saat itu, dominasi fungsionalisme berangsur menurun, seiring mulai tanggalkannya oleh sosiolog muda. Sosiolog muda beralih keperspektif konflik (kritis) dan humanisme. karena itu, gagasan Peter Ludwig Berger yang lebih humanis (Weber dan Schutz) akan mudah diterima, dan disisi lain mengambil fungsionalisme (Durkheim) dan konflik (dialektika Marx). Peter Ludwig Berger mengambil sikap

EHUEHGD GHQJDQ VRVLRORJ ODLQ GDODP PHQ\LNDSL µSHUDQJ¶ DQWDU DOLUDQ GDODP

sosiologi.

Peter Ludwig Berger cenderung tidak melibatkan dalam pertentangan antar paradigma, namun mencari benang merah, atau mencari titik temu gagasan Marx, Durkheim, dan Weber. Benang merah itu bertemu pada historisitas. Selain itu, benang merah itu yang kemudian menjadikan Peter Ludwig Berger menekuni makna (Schutz) yang menghasilkan watak ganda masyarakat; masyarakat sebagai kenyataan subyektif (Weber) dan masyarakat sebagai kenyataan obyektif (Durkheim), yang terus berdialektika (Marx). Lalu, dimana posisi teori Peter


(54)

Ludwig Berger.

Masuk dalam positif, humanis, atau kritis. Dalam bab kesimpulan dibukunya. Konstruksi Sosial atas Kenyataan, Sebuah Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan, Peter Ludwig Berger secara tegas mengatakan bahwa sosiologi merupakan suatu disiplin yang humanistik. Hal ini senada dengan Poloma yang

menempatkan teori konstruksi sosial Peter Ludwig Berger dalam corak interpretatif atau humanis.

Hanya saja, pengambilan Peter Ludwig Berger terhadap paradigma fakta sosial Durkheim menjadi kontroversi kehumanisannya. Pengambilan itu pula yang membuat Douglas dan Johnson menggolongkan Peter Ludwig Berger sebagai Durkheimian. Usaha Peter Ludwig Berger dan Luckmann merumuskan teori konstruksi sosial atas realitas, pada pokoknya merupakan usaha untuk memberi justifikasi gagasan Durkheim berdasarkan pada pandangan fenomenologi (Hanneman Samuel, 1993).

Selain itu, walaupun Peter Ludwig Berger mengklaim bahwa pendekatannya adalah nonpositivistik, ia mengakui jasa positivisme, terutama dalam mendefinisikan kembali aturan penyelidikan empiris bagi ilmu-ilmu sosial (Peter Ludwig Berger dan Luckmann, 1990). Upaya yang paling aman (lebih tepat) dalam menggolongkan sosiolog tertentu, rupanya adalah dengan menempatkan sosiolog dalam posisinya sendiri.

Dengan mendasari dari pemikiran interaksionisme simbolik, bahwa setiap orang adalah spesifik dan unik. Demikian halnya sosiolog, sebagai seorang manusia, tentu memiliki pemikiran yang unik atau spesifik. Namun hal ini bukan


(55)

menempatkan sosiolog terpisah maupun tidak tercampuri oleh sosiolog lain. Karena itu yang lebih tepat dilakukan adalah dengan mencari jaringan pemikiran (teori) antar sosiolog, bukan menggolong-golongkan. Dalam kasus Peter Ludwig Berger, maka pemikiran sosiolog sebelumnya yang kentara mempengaruhi teorinya adalah (sebagaimana disinggung diatas pada item atau subab ini) diantaranya sebagai bebrikut :

Max Weber, Emile Durkheim, Karl Marx, dan Schutz, serta George Herbert Mead. Pengaruh Weber nampak pada penjelasannya akan makna subyektif yang tak bisa diacuhkan ketika mengkaji gejala yang manusiawi. Tentang dialektika (individu adalah produk masyarakat, masyarakat adalah produk manusia) Peter Ludwig Berger rupanya meminjam gagasan Marx.

Sedang masyarakat sebagai realitas obyektif yang mempunyai kekuatan memaksa, sekaligus sebagai fakta sosial, adalah sumbangan Durkheim. Schutz rupanya lebih mewarnai dari tokoh lainnya, terutama tentang makna dalam kehidupan sehari-hari dalam dunia akal sehat (common sense).

Secara umum, dalam masalah internalisasi, termasuk tentang ¶,¶ DQG ¶PH¶dan significant others, Mead menjadi rujukan Peter Ludwig Berger. Selain

konsep diri atau self, makna adalah istilah yang sentral dari sosiologi humanis.

Pembahasan mengenai makna sangat nampak dalam Interaksionisme Blumer. Teori Blumer bertumpu pada tiga premis utama yang melibatkan makna.

a. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka


(56)

b. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain

c. Makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial berlangsung. Bagi Garfinkel, setiap orang bergulat untuk menangkap pengalaman

VRVLDO VHGHPLNLDQ UXSD VHKLQJJD SHQJDODPDQ LWX ³SXQ\D DUWL´ (WQRPHWRGRORJL

Garfinkel menyangkut isu realitas common sense (dunia akal sehat) ditingkat

individual. Hal itu berbeda dengan Peter Ludwig Berger, yang menganalisa tingkat kolektif.

Peter Ludwig %HUJHU EDQ\DN ³EHUKXWDQJ EXGL´ SDGD IHQRPHQRORJL

Alfred Schutz sebagaimana juga Garfinkel, terlebih dalam hal ³SHQJHWDKXDQ´GDQ

makna. Schutz menjelaskan tiga unsur pengetahuan yang membentuk pengertian manusia tentang masyarakat, diantaranya yakni sebagai berikut :

Dunia sehari-hari, sosialitas, dan makna (Novri Susan, 2003). Dunia

sehari-hari adalah orde tingkat satu dari kenyataan (the first order of reality). Ia

menjadi dunia yang paling fundamental atau esensial bagi manusia. Sosialitas

berpijak pada teori tindakan sosial Max Weber. Social action yang terjadi setiap

hari selalu memiliki makna-makna.

Atau, berbagai makna senantiasa mengiringi tindakan sosial, dibalik tindakan sosial pasti ada beUEDJDL PDNQD \DQJ ³EHUVHPEXQ\L´ GDQ ´PHOHNDW´

Sumbangan Schutz yang utama bagi gagasan fenomenologi, terutama tentang makna atau bagaimana makna membentuk struktur sosial, adalah tentang ³PDNQD´

maupun ³SHPEHQWXNDQPDNQD´


(57)

dasar bagi pengertian manusia adalah commonsense (dunia akal sehat). Dunia akal

sehat terbentuk dalam percakapan sehari-hari. Commonsense (dunia akal sehat)

merupakan pengetahuan yang ada pada setiap orang dewasa yang sadar.

Pengetahuan ini didapatkan individu secara sosial melalui sosialisasi dari orang-orang sebelumnya, terlebih dari significant others. Commonsense

(dunia akal sehat) terbentuk dari tipifikasi yang menyangkut pandangan dan tingkah laku, serta pembentukan makna. Hal ini terjadi karena individu-individu yang terlibat dalam komunikasi melalui bahasa dan interaksi sosial kemudian membangun semacam sistem relevansi kolektif.

Sosiologi Pengetahuan walaupun Peter Ludwig Berger berangkat dari pemikiran Schutz, Peter Ludwig Berger jauh keluar dari fenomenologi Schutz yang hanya berkutat pada makna dan sosialitas. Karena itu garapan Peter Ludwig Berger tak lagi fenomenologi, melainkan sosiologi pengetahuan. Namun demikian, Peter Ludwig Berger tetap menekuni makna, tapi dalam skala yang lebih luas, dan sekali lagi menggunakan studi sosiologi pengetahuan.

Dalam studi ini, Peter Ludwig Berger juga memperhatikan makna tingkat kedua, yakni legitimasi. Legitimasi adalah pengetahuan yang diobyektivasi secara sosial yang bertindak untuk menjelaskan dan membenarkan tatanan sosial (Peter Ludwig Berger, 1991). Legitimasi merupakan obyektivasi makna tingkat kedua, dan merupakan pengetahuan yang berdimensi kognitif dan normatif karena tidak hanya menyangkut penjelasan tetapi juga nilai-nilai moral.

Legitimasi, dalam pengertian fundamental, memberitakan apa yang seharusnya ada atau terjadi dan mengapa terjadi. Peter Ludwig Berger


(58)

mencontohkan, tentang moral-PRUDONHNHUDEDWDQ³.DPXWLGDNEROHKWLGXUGHQJDQ ;´NDUHQD³;DGDODKVDXGDULPXGDQNDPXDGDODKVDXGDUL;´%HUJHU-LND

dikaitkan dengan norma dalam Agama Islam ataupun Agama lain, maka legitimasi iWXPLVDOQ\D³.DPXWLGDNEROHKµEHUKXEXQJDQ¶ dengan X, karena dia

bukan istrimu, dan jika engkau melakukan itu, maka engkau telah berzina, telah

PHODNXNDQSHUEXDWDQGRVD\DQJEHVDU´

Penelitian makna melalui sosiologi pengetahuan, mensyaratkan penekunan pDGD ³UHDOLWDV´ GDQ ³SHQJHWDKXDQ´ 'XD LVWLODK LQLODK \DQJ PHQMDGL

istilah kunci teori konstruksi sosial Peter Ludwig Berger dan Thomas Luckmann (1990). ³.HQ\DWDDQ´DGDODKVXDWXNXDOLtas yang terdapat dalam fenomen-fenomen

yang memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak

individu manusia (yang kita tidak dapat meniadakannya dengan angan-angan ).

³3HQJHWDKXDQ´ adalah kepastian bahwa fenomen-fenomen itu nyata (real) dan memiliki karakteristik-karakteristik yang spesifik. Kenyataan sosial

adalah hasil (eksternalisasi) dari internalisasi atau obyektivasi manusia terhadap pengetahuan dalam kehidupan sehari-sehari. Atau, secara sederhana, eksternalisasi dipengaruhi oleh stock of knowledge (cadangan pengetahuan) yang

dimilikinya.

Cadangan sosial pengetahuan adalah akumulasi dari commonsense knowledge (pengetahuan akal sehat). Commonsense (dunia akal sehat) adalah

pengetahuan yang dimiliki individu bersama individu-individu lainnya dalam kegiatan rutin yang normal, dan sudah jelas dengan sendirinya, dalam kehidupan sehari-hari (Peter Ludwig Berger dan Luckmann, 1990).


(59)

Dalam Tafsir Sosial atas Kenyataan dalam sebuah Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan Peter Ludwig Berger dan Luckmann (1990) merumuskan

teori konstruksi sosial atau sosiologi pengetahuannya. pengertian ini terdiri dari tiga permasalahan, yakni diantaranya sebagai berikut :

1)Dasar-dasar pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari

2)Masyarakat sebagai realitas obyektif

3)Masyarakat sebagai realitas subyektif.

Dalam karya klasiknya, Peter Ludwig Berger (1981) memandang kepuasan pernikahan sebagai suatu realitas terkonstruksi secara sosial (socially constructed reality) yang diciptakan oleh pasangan nikah. Konstruksi ini

diperkuat melalui ekspresi nyata dalam rutinitas, melalui interaksi dengan orang-orang signifikan dalam proses yang selalu berubah sementara menjaga, serta oleh struktur yang menyokongnya. Tiga faktor penentu kepuasan pernikahan diantaranya yaitu sebagai berikut :

a) instrumental reward, berupa nasihat, kepemilikan, uang, dan kebersamaan.

b) dukungan emosional c) kesamaan minat.

Bahwa tingkat kepuasan pernikahan tergantung pada penilaian suami-isteri terhadap penyesuaian pernikahannya. Mereka dapat saja merasa puas pada beberapa faktor, tetapi tak puas pada faktor yang lain. Ketidak puasan ini dapat dikompensasikan dengan mengusahakan kepuasan pada bidang lain.

Dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan adalah respon afektif suami-isteri berdasarkan penilaian terhadap pernikahannya dalam waktu dan


(1)

Para aktor didalam teori pertukaran level makro Richard Emerson

dapat berupa individu maupun kolektivitas. Richard Emerson tertarik pada relasi

pertukaran dikalangan para aktor. Suatu jaringan pertukaran mempunyai

komponen-komponen berikut.

1) Ada sekumpulan aktor baik individual maupun kolektif.

2) Sumber-sumber daya yang bernilai di salurkan di antara para aktor.

3) Ada sekumpulan kesempatan pertukaran diantara semua aktor didalam

jaringan itu.

4) Beberapa kesempatan pertukaran telah dikembangkan menjadi

hubungan-hubungan pertukaran yang digunakan secara aktual.

5) Hubungan-hubungan pertukaran terhubung satu sama lain didalam satu

struktur jaringan tunggal.

5LQJNDVQ\D³6XDWXMDULQJDQSHUWXNDUDQ´DGDODKVXDWXVtruktur sosial spesifik yang dibentuk oleh dua atau lebih relasi pertukaran yang berkaitan

diDQWDUD SDUD DNWRU´ 37 Ketidak sesuaian tendensi-tendensi perilaku atau tujuan,

misalnya kebutuhan internal yangsaling bertentangan, tuntutan eksternal yang tak

sesuai satu sama lain atau kebutuhan internal berlawanan dengan tuntutan dari

luar, akan mengakibatkan konflik. Hanya bila dua hal yang saling bertentangan ini

sama-sama kuatnya, konflik akan timbul.

Oleh karena itu suami atau isteri harus bersikap saling menyesuaikan

diri dan saling menghargai dengan cara saling memberi atau saling menerima

37

*LRUJH 5LW]HU 8QLYHUVLWDV 2I 0DU\ODQG ³TAORI SOSIOLOGI´Dari Teori Klasik Sampai Perkembangan Postmodern (Pustaka Pelajar Celeban Timur UH III /548 Yogyakarta 55167). (Edisi Ke Delapan 2012), Hal 733±743.


(2)

maupun coping (sabar, pasrah, menyerah, meneirama apa adanya, maupun

nerimo), serta mengorbankan sebagian dari keinginan sendiri untuk pasangan kita, sehingga akan timbul adanya kompromi. Karena inilah salah satu dasar untuk

mencapai keharmonisan, ketentraman, dan kenormalan dalam rumah tangga

dalam rumah tangga.

e. Suami-Isteri Dalam Hubungan Komunikasi (Konsultasi Teman, Dokter,

Psikolog, Sosiolog, Keluarga Inti dan Batih, Ataupun Metafisikolog [Dukun])

Pernikahan

Pasangan suami-isteri yang sama-sama sibuk biasanya tak punya

cukup waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu saat hendak

tidur, atau diakhir pekan. Kadang kala, untuk sarapan pagi atau makan malam

barengpun terlewatkan begitu saja. Kurangnya dan tak adanya waktu untuk saling

berbagi maupun berkomunikasi ini seringkali menimbulkan salah pengertian.

Suami tidak tahu masalah yang dihadapi isteri, demikian juga

sebaliknya. Akhirnya, ketika bertemu bukannya saling mencurahkan kasih sayang,

namun malah cek cok. Solusi diantaranya yaitu Sesibuk apapun Anda dan suami,

tetapkan untuk berkomitmen bahwa kebersamaan dengan keluarga adalah hal

yang utama.


(3)

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian ini ada dua temuan penelitian yang hendak dikaji untuk bisa diambil manfaat: Pertama, faktor penyebab konflik pernikahan Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya dikarenakan ada ketidakseimbangan akan kebutuhan pribadi, tuntutan pembagian hak antara suami dan isteri, perlakuan diskriminasi dalam berumah tangga yang menyebabkan meningkatnya perceraian. Kedua, cara suami-istri menyikapi konflik keluarga dalam pernikahan perbedaan antar etnis Tionghoa-Jawa dengan mengedepankan toleransi, saling memahami dalam perbedaan pandangan, membangun komunikasi antar suami-isteri melalui coping adapun dengan cara yang tidak terikat mereka

melakukan dengan pendekatan pada pihak ketiga konsultasi dengan saudara, teman, dokter, psikolog, atau metafisika (dukun).

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, saran peneliti yang bisa berikan sebagai berikut di bawah ini: Pertama, pada studi konflik perceraian pernikahan Etnis Tionghoa-Jawa di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, menurut peneliti masih perlu adanya peningkatan dalam memberikan Konseling khususnya di bidang Agama Islam ataupun non Agama yang sangat diperlukan. Meskipun ditinjau dari segi kuantitas agaknya sudah memadai, namun bila dilihat dari segi kualitas, maka hal ini dirasa masih perlu dikritiskan dengan idologi (mainset) yang dewasa, sebabnya diperlukan saran maupun kritik pada


(4)

I

DAFTAR PUSTAKA

A Suharsimi, Prosudur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta). (2006). B. Burhan. Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Prenada Media Group). (2010).

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pendekatan Berparadigma Ganda. (Jakarta : Rajawali Pers). (1992).

M Dedi, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosda Karya). (2006).

M J. Lexy. Metode penelitian kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosda Karya) (2007).

Mohammad Fauzil Adhim, (Editor Khususu AH. Dwi Juwono), Kado Pernikahan Untuk Istriku (Mitra Pustaka Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55617). (Cetakan XVI : Desember 2005).

N Cholid dkk. Metode penelitian, (PT Bumi Aksara, Jakarta). (2000).

Williamson, R. C. Marriage Roles, American Style. Dalam Sex Roles in Changing Society.

*LRUJH 5LW]HU 8QLYHUVLWDV 2I 0DU\ODQG ³TAORI SOSIOLOGI´Dari Teori

Klasik Sampai Perkembangan Postmodern (Pustaka Pelajar Celeban Timur UH III /548 Yogyakarta 55167). (Edisi Ke Delapan 2012).

G Prabu, Konstruksi Sosial Peter Ludwig Berger, 1963 Atas Kenyataan : Sebuah Risalah Tentang Sosiologi. (2010).


(5)

II

Gelles, Richard J. Contemporary Families, A Sociological View. Thousan Oaks : SAGE Publications. (1995).

Kemasangan, T. Bagaimana Prpaganda Kolinial Belanda Medistrosi Historigarafi Hubungan Pribumi-Tionghua Peranakan. Kritis, Jurnal Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 2003.

5REHUW.0HUWRQ³Intermarriage and the Social Structure : Fact and theory´in

Psychiatry (August 1941). See also the Complementary article by Kingsley Davis,

³,QWHUPDUULDJH LQ &DVWH 6RFLHWLHV´American Antrhorpologist (July,-September).

(1941).

Seward, G. H., Williamson, R. C (ed). New York : Random House. (2005).

Sinar. Agama Bagi Orang Tionghua, 2001 dan Sinar, Konfisionisme itu µ&RQIXVLQJ¶7DKXQ

http//WWW.Horoskop_Tionghua. Pada Rabu, 26 Maret 2014.

http//www.Konstruksi Sosial atas Kenyataan, Sebuah Risalah Tentang Sosiologi

Pengetahuan. (2014).

http//www.peta_buta_Kelurahan_Gubeng_Kota_surabaya.com. Pada Sabtu, 19 Juli 2014.

Ibu Cang Fung Ibnu Khaldum (mam Rohmah), Tokoh Adat Tionghoa. Wawancara Penelitian, Pada Sabtu, l 9 September 2009.

Ibu Cang Fung Ik (Mama Rohmah), tokoh adat Tionghua. Wawancara Penelitian, 3DGD-XP¶DW6HSWHPEHU

Informasi berikut ini terdapat di BAB III mengenai pada Deskritif Hasil Penelitian, karena pada waktu yang minim maupun sesingakat membuat penulis


(6)

III

ataupun peneliti tidak bisa menjangkau untuk menjelaskan pada item atau subab ini.

.OLHQ3373XVDWSHOD\DQDQ7HUSDGX0HODWL:DZDQFDUD3HQHOLWLDQ3DGD-XP¶ at, 16 Mei 2014.

Monografi (lampiran lain-lain, ada dipaling belakang terakhi). Hasil Wawancara, Selasa, 25 Juni 2014.

Resepsi Pernikahan Dalam Upacara Penikahan Adat Jawa.

Winarni, Kasir Tata Pemerintah (Dinas Kelurahan Gubeng) dan Terdapat Dilampiran Draf Data Singgih D Gunarsa, Psikologi Keluarga, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia). (1995).