KONTRIBUSI ANGGOTA TIM AHLI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI(Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPA I SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

(1)

KONTRIBUSI ANGGOTA TIM AHLI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI

(Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPA I SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh:

ROSIANA AISYIYAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(2)

ABSTRAK

KONTRIBUSI TIM AHLI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI Oleh

Rosiana Aisyiyah

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran

yang dapat meningkatkan hasil belajar.Keberhasilan ini tentu ditunjang dari kontribusi setiap komponen- dalam model pembelajaran Jigsaw. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tim ahli merupakan komponen yang

sangat penting. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan

kontribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajar tim asal dan mengetahui hubungan kontribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajarnya.

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive

sampling sehingga siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Bandar Lampung

sebagai subjek penelitian.Data penelitian berupa data kualitatif dan

kuantitatif, data kualitatif berupa deskripsi aktivitas ahli di tim asal sedangkan data kuantitatif diperoleh dari pre-test, post-test dan nilai aktivitas siswa saat

berada di tim asal. Data yang telah diperoleh diuji statistik menggunakan uji korelasi Person (Prodauct Moment).


(3)

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara kontribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajar anggota tim asal. Hasil tersebut berdasarkan uji korelasi antara kontribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar tim asal sebesar -0,13. Tidak adanya hubungan antara kontribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajar anggota tim asal diduga disebabkan oleh ketidaklengkapan materi yang diperoleh anggota tim ahli dengan materi yang disampaikan anggota tim ahli kepada tim asal dan terdapat materi-materi yang sulit sehingga tidak dapat diterapkan di kelas dengan menggunkan model pembelajaran Jigsaw. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan terdapat hubungan antara kontribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajarnya. Hasil tersebut berdasarkan hasil uji korelasi antara kontribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajarnya sebesar 0,402. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang sedang antara kontribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajarnya.


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sridadi Kecamatan Kalirejo pada tanggal 20 Februari 1992, sebagai anak keempat dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Subardi (Alm) dan Ibu Juminem.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Aisyiyah Bustanul Atfal (ABA) Sridadi Kecamatan Kalirejo pada tahun 1995 hingga tahun 1998. Penulis melanjutkan di SD Negeri 2 Sridadi dan di samping itu juga bersekolah di

pendidikan informal Madrasah Ibtidaiyah Bustanul Ulum Sridadi dari tahun 1998 hingga tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Bandar Lampung dari tahun 2007 hingga 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung melalui jalur Seleksi

Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi (SNMPTN)

Pada Tahun 2010, penulis terpilih sebagai mahasiswa teladan dalam ajang Student

Of The Year (SOTY) yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa


(9)

sebagai mahasiswa bidik misi berprestasi yang mewakili Universitas Lampung dalam Forum Bidik Misi Nasional.

Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Kuliah Keja Lapangan (KKL) di Bandung dan Bogor. Pada tahun 2013, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Sekincau, Lampung Barat dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Giham Sukamaju, Sekincau, Lampung Barat. Penulis dapat dihubungi di Jalan Raya Sridadi Dusun II Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah, dapat pula melalui telepon 085768790690 atau melalui surel dengan alamat


(10)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini lahir karena dan untuk...

Bapak, Mamak dan Keluarga 13 Tercinta

Guru, Dosen dan Murabbu yang Saya Cintai

Almamaterku Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Lampung


(11)

iv

MOTO

"Jika seseorang bepergian dengan tujuan mencari ilmu, maka Allah akan menjadikan perjalanannya seperti perjalanan menuju surga" - Nabi Muhammad SAW

“Menuntut ilmu itu tiada batas ruang dan waktu : menuntut ilmu bahkan sampai negeri China. menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat,”- Penulis


(12)

SANWACANA

Rasa Syukur kepada Allah SWT senantiasa kami ucapkan. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Lampung. Karya ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Pramudiyanti, S.Si.,M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biolog.

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si. selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Ibu Berti Yolida, S.Pd, M.Pd, selaku pembimbing II atas keikhlasannya mem-berikan bimbingan, saran dan motivasi.

6. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed, selaku pembahas yang banyak memberikan

kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Drs. Hi. Ahyauddin, M.Pd., selaku kepala sekolah SMAN 5 Bandar Lampung


(13)

xii

9. Drs. Ahyak Thoha, selaku guru mitra dan siswa kelas XI IPA 1 SMAN 5

Bandarlampung.

10.Teman seperjuangan, Mira Olivia HR dan Cris Ayu Setyaningsih terimakasih atas segala kerjasama dan bantuannya. Teman-teman pendidikan biologi 2010 : Hanni Hanifah, Yuliani, Eliyana Putri, Komasari, Yusika Nabilla, Destra Mutia, Arinta Winsi, Sisca Puspitasari, Annisa S.D, Endang Lastriana, Sri Wahyuningsih, Linda Asrina, dan teman-teman angkatan 2010.

11.Kakak-kakak dan Adik-adik Pendidikan Biologi.

12.Sahabatku: Alina Margono, Nuradia, Dini Oktaria, Anna Amandha, Rizki Amy,

Febrasari, M. Luthfi A.H, Ainur Rohman, Yosantara Putra serta sahabat

KERTAS tercinta: Bougenvi Ungu, Elita Riyu, Febry Fakhrurrizal, Nur Hasanah dan Ryaniko Yusaputra.

13.Saudara satu lingkaranku, TKS SMAN 2 Bandar Lampung, TKS SMPN 2 Bandar

Lampung.

14.Seluruh keluaraga besar kadang kinasih.

Terimakasih atas masukan, saran, kritikan, kerjasama dan motivasinya yang sangat bermanfaat bagi penulis demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya dalam dunia pendidikan.

Bandarlampung, Juli 2014 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

PERSEMBAHAN ... ix

MOTTO ... x

SANWACANA ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

F. Kerangka Pikir ... 5

G. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 8

B. Hasil Belajar ... 15

C. Aktivitas Belajar Siswa ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23


(15)

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

C. DesainPenelitian ... 23

D. Prosedur Penelitian ... 24

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1.Jenis Data ... 27

2.Teknik pengumpulan Data ... 28

F. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 1. Teknik Analisis Data ... 31

2. Pengujian Hipotesis ... 33

a. Uji Linearitas ... 33

b. Uji Hipotesis ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kontribusi Tim Ahli ... 36

2. Hasil Belajar Tim Ahli dan Hasil Belajar Tim Asal ... 37

3. Hubungan Antara Kontribusi Tim Ahli dengan Hasil Belajar Anggota Tim Asal ... 39

4. Hubungan Antara Kontribusi Tim Ahli dengan Hasil Belajar ... 40

B.Pembahasan ... 41

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lembar observasi aktivitas ahli ... 29

2. Keterangan aspek aktivitas belajar siswa ... 30

3. Kriteria aktivitas belajar siswa ... 32

4. Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi sederhana ... 35

5. Pengelompokkan kontribusi siswa ... 36

6. Pengelompokkan hasil belajar anggota tim asal ... 37

7. Pengelompokkan hasil belajar ahli ... 38

8. Rata-rata hasil belajar tim asal dan tim ahli ... 38

9. Hasil uji linearitas kontribusi tim ahli dengan hasil belajar tim asal ... 39

10. Hasil uji korelasi kontribusi tim ahli dengan hasil belajar tim asal ... 40

11. Hasil uji linearitas kontribusi tim ahli dengan hasil belajarnya ... 40

12. Hasil uji korelasi kontribusi tim ahli dengan hasil belajarnya ... 41

13. Contoh siswa dengan aktivitas tinggi dan hasil belajar tinggi ... 53

14. Contoh siswa dengan aktivitas tinggi dan hasil belajar rendah ... 54

15. Contoh siswa dengan aktivitas sedang dan hasil belajar tinggi ... 54


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Silabus ... 66

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 70

3 Soal Pretes dan Postes ... 79

4 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 82

5 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 102

6 Kunci Jawaban Pretes dan Postes ... 107

7 Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 109

8 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 115

9 Rubrik Instrumen Soal Pretes dan Postes ... 119

10 Rubrik Instrumen Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 121

11 Rubrik Instrumen Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 127

12 Lembar Observasi ... 130

13 Tabel Analisis Pretes dan Postes ... 134

14 Analisis Skor Tanggung Jawab... 138

15 Uji Hipotesis ... 140


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran banyak model pembelajaran yang dapat digunakan. Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi untuk mencapai tujuan pembelajaran serta mendapatkan hasil belajar yang diinginkan. Dari semua model yang ditawarkan, model kooperatif tipe Jigsaw

adalah model yang paling sering digunakan untuk meningkatkan hasil belajar (Trianto, 2011: 5)

Model pengajaran dengan Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan

rekan-rekannya pada tahun 1978. Kunci model Jigsaw ini adalah

interdependensi yaitu tiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat bekerja baik pada saat penilaian (Slavin, 2005: 237). Pembelajaran kooperatif Jigsaw

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam mengusai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, keangggotaan kelompok seyogyanya heterogen, baik segi kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Jumlah siswa yang bekerja


(19)

2

sama dalam masing-masing kelompok harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktivitasnya (Isjoni, 2013: 55).

Penelitian-penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Keberhasilan suatu model ini tentu ditunjang dari kontribusi setiap komponen-komponen dalam model pembelajaran tersebut. Dalam

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tim ahli merupakan komponen yang

sangat penting.. Hal ini dijelaskan Slavin bahwa “the firs essential element

for the Jigsaw method to be effective is a group goal or expert group for the

student”(Dollard dan Mahaney, 2012: 2).

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan

hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 1 Tejakula. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata rata hasil belajar IPS. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 73,33% dengan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 69,83, sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar siswa sudah mencapai 86,67% rata-rata hasil belajar siswa sebesar 77. Dari siklus I hingga siklus II

ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 7,17% berada pada kategori baik (Widiastini, 2014).

Pembelajaran kooperatif model Jigsaw efektif dalam meningkatkan hasil

belajar Sejarah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jember pada semester gasal tahun pembelajaran 2005/2006, dengan tingkat efektivitas 6,88%. (Prilinda,


(20)

2006). Hasil penelitian Koseoglu dari Hacettepe University mengungkapkan bahwa Jigsaw dapat berefek positif terhadap hasil test siswa, sikap dan

kepercayaan diri siswa.

Namun penelitian-penelitian terdahulu belum mengungkapakan hubungan antara kontribusi tim ahli terhadap hasil belajar, serta besarnya kontribusi tim ahli terhadap hasil belajar. Sehingga perlu adanya suatu penelitian mengenai hubungan antara kontribus tim ahli terhadap keberhasilan belajar dan

besarnya kontribusi tersebut terhadap hasil belajar.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah hubungan antara kontribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajar tim asal dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas XI IPA 1

SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Adakah hubungan aktivitas anggota tim ahli terhadap hasil belajarnya dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas XI IPA 1 SMA

Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014?

C. Tujuan Peneletian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Hubungan kontribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajar tim asal dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari aktivitas siswa pada

kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.


(21)

4

2. Hubungan aktivitas anggota tim ahli terhadap hasil belajarnya dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat diantaranya: 1. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar yang

menarik bagi siswa. Dengan pengalaman tersebut siswa mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan mengetahui kontribusi tim ahli, maka guru dapat menentukan waktu yang teapat dalam penggunaan model Jigsaw yang sesuai dengan materi

pembelajaran.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengalaman dalam bidang penelitian pendidikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup:

1. Kontribusi yang dimaskud dalam penelitian ini adalah aktivitas tim ahli yang dianggap berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Aktivitas tim ahli dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw. Aktivitas tersebut

diantaranya: 1) Kegiatan-kegiatan lisan yaitu menyampaikan hasil diskusi tim ahli ke kelompok asal. 2) kegiatan-kegiatan visual yaitu


(22)

menyampaikan materi menggunakan gambar, diagram, ataupun grafik. 3) menyampaikan materi secara sistematis. 4) menyampaikan materi dengan bahasa yang jelas.

2. Anggota tim ahli dalam Jigsaw merupakan anggota pada tim yang

masing-masing anggotanya mewakili tim asal. Dalam tim ini membahas satu pokok materi, hasil diskusi dalam kelompok ini akan disampaikan oleh setiap anggota kelompok ahli kepada kelompok asal masing-masing. 3. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini merupakan hasil post-test siswa

setelah pembelajaran berlangsung

4. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada materi sistem ekskresi.

5. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Sampel adalah siswa keals XI IPA 1.

F. Kerangka Pikir

Dalam proses pembelajaran banyak model yang dapat digunakan. Model pembelajaran digunakan untuk mempermudah tercapainya hasil belajar yang diinginkan. Model pembelajan yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Berbagai hasil

penelitian mengungkapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.

Peningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa tidak terlepas dari kontribusi komponen dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Salah


(23)

6

satu komponen penting dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah tim

ahli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kontribusi aktivitas tim ahli tersebut dalam hasil belajar siswa. Kontribusi tim ahli dilihat dari akivitas tim ahli dan hasil belajar tim asal. Kontribusi tim ahli tersebut

diantaranya adalah menyampaikan setiap poin hasil diskusi,menjelaskan hasil diskusi pada tim asal, penggunaan gambar/bagan/tabel dalam proses diskusi, serta dapat menyampaikan materi secara sitematis. Kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

X : Kontribusi tim ahli

Y1 : Hasil belajar anggota tim asal

Y2 : Hasil belajar ahli itu sendiri

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Sebagai variabel bebas adalah kontribusi tim ahli sedangkan sebagai variabel terikat adalah hasil belajar anggota tim asal dan hasil belajar ahli itu sendiri. Dalam bagan di atas digambarkan kontribusi tim ahli, yaitu aktivitas tim ahli dalam tim asal saat proses pembelajaran Jigsaw akan dikorelasikan dengan

hasil belajar. Hal ini untuk mengetahui besar kontribusi anggota tim ahli dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

X

Y1


(24)

G. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kontribusi tim

ahli terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara kontribusi tim ahli

terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran model

kooperatif tipe Jigsaw pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. H0 :Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas ahli

terhadap hasil belajarnya dalam pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2013/2014.

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas ahli terhadap

hasil belajar nya dalam pembelajaran model kooperatif tipe

Jigsaw pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Bandar Lampung


(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajarn koopratif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan

partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar kooperatif siswa belajar bekerja sama dengan anggota

lainya.Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar dengan dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2012: 218).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar

kooeperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Pembelajaran kooepartif tipe Jigsaw merupakan model

belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama dan saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri (Puce, 2013).

Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam mengusai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Untuk


(26)

seyogyanya heterogen, baik segi kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Jumlah siswa yang bekerja sama dalam masing-masing kelompok harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerjasama secara eektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktivitasnya (Isjoni, 2013: 55).

Jumlah anggota dalam satu kelompok apabila makin besar, dapat

mengakibatkan makin kurang efektif kerja sama antara para anggotanya. Beberapa siswa dihimpun dalam satu kelompok dapat terdiri 4-6 orang siswa. Jumlah paling tepat menurut penilitian Slavin adalah hal itu dikarenakan kelompok yang beranggotakan 4-6 orang lebih sepaham dalam menyelesaikan sebuah masalah dibandingkan dengan kelompok yang beranggotakan 2-4 orang (Sudjana, 1989 dalam Isjoni, 2013).

Dalam Jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari

materi tertentu. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota dan kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan mempelajari serta memahami suatu masalah yang dijumpai sehingga

perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut (Isjoni, 2013: 56).

Tahap selanjutnya setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat

menguasai materi yang ditugaskannya, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok masing-masing atau kelompok asalnya.


(27)

10

Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru. Pada tahap ini siswa akan banyak menemui

permasalahan yang tahap kesukarannya bervariasi. Pengalaman seperti ini sangat penting terdapat perkembangan mental anak. Piaget menyatakan “bila menginginkan perkembangan mental maka lebih cepat dapat masuk kepada tahap yang lebih tinggi supaya anak diperkaya dengan banyak pengalaman.” Pada tahap selanjutnya siswa diberi tes/kuis, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi. Dengan demikian, secara umum penyelenggaran model belajar Jigsaw dalam proses

belajar mengajar dapat menumbuhkan tanggung jawab siswa sehingga terlibat langsung secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan

menyelesaikannya secara kelompok (Isjoni, 2013: 56).

Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mendiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab. Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai pembimbing. Dalam model pembelajaran biasa atau tradisional guru menjadi pusat semua kegiatan kelas. Sebaliknya, di dalam model belajar tipe Jigsaw meskipun

guru tetap mengandalikan aturan. Ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas, tetapi siswalah yang menjadi pusat kegiatan kelas (Isjoni, 2013: 57).


(28)

Menurut Trianto (2011: 56) pembelajaran tipe Jigsaw dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap anggota kelompok 5-6 orang). 2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah

dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan

bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai sistem ekskresi, maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitu pun siswa lain mempelajari tentang kulit dan lainnya lagi mempelajari hati.

4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. 5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas

mengajar teman-temannya.

6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.

Dalam model Jigsaw versi Aronson, kelas dibagi menjadi suatu kelompok

kecil yang heterogen yang diberi nama tim Jigsaw dan materi dibagi sebanyak

kelompok menurut anggota timnya. Tiap-tiap tim diberikan satu set materi lengkap dan masing-masing individual ditugaskan untuk memilih topik mereka. Kemudian siswa dipisah menjadi kelompok “ahli” atau “rekan” yang terdiri dari selutuh siswa di kelas yang mempunyai bagian informasi yang sama (Isjoni, 2013: 58).


(29)

12

Di grup ahli, siswa saling membantu mempelajari materi dan mempersiapkan diri untuk tim Jigsaw. Setelah siswa mempelajari materi di grup ahli,

kemudian mereka kembali ke tim Jigsaw untuk mengajarkan materi tersebut

kepada teman setim dan berusaha untuk mempelajari sisa materi. Teknik ini sama dengan teka-teki yang disebut pendekatan Jigsaw. Sebagai kesimpulan

dari pelajaran tersebut siswa dengan bebas memilih kuis dan diberikan nilai individu. (Suprijono, 2012: 89).

Pembelajaran dengan model Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang

akan dibahasa oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari di papan tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Guru

menanyakan pada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksud untuk mengaktifkan struktur dan skema kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran baru (Suprijono, 2012: 89).

Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok tergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Kelompok-kelompok ini disebut home teams (kelompok asal).

Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab materi tekstual yang diterimanya dari guru. (Isjoni, 2013: 58).

Sesi berikutnya membentuk expert teams (kelompok ahli). Setelah

membentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Melalui diskusi di kelompok ahli diharapkan mereka memahami


(30)

topik yang diberikan. Setelah selesei mereka akan kembali ke kelomopk asal. Berikan kesempatan mereka untuk berdiskusi. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari berdiskusi di kelompok ahli (Isjoni, 2013: 58).

Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari. Model Jigsaw dapat digunakan secara efektif di

tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari

pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama (Isjoni, 2013: 58).

Pembelajaran kooperatife tipe Jigsaw memiliki berbagai keunggulan

diantaranya sebagai berikut: 1)Interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi. Artinya, para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling membutuhkan; 2) Memacu siswa untuk berpikir kritis; 3) Memaksa siswa untuk membuat kata-kata ynag tepat agar dapat menjelaskan kepada teman yang lain. Hal ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan sosialnya; 4) Diskusi yang terjadi tidak

didominasi oleh siswa-siswa tertentu tapi semua siswa dituntut menjadi aktif; 5) Jigsaw dapat digunakan bersama strategi belajar yang lain; 6) Jigsaw

mudah dilakukan (Kusharyati, 2009: 19).

Kelebihan dari belajar Jigsaw yaitu dapat mengembangkan tingkah laku dan


(31)

14

akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar dari pada dari guru (Ibrahim, 2003:120-121 dalam Puce, 2013).

Kelebihan Jigsaw bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar Jigsaw dapat

memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Di dalam model Jigsaw ini terdapat kelebihan maupun kelemahan dalam

penggunaan model pembelajaran ini diantaranya sebagai berikut: 1. Kelebihan Model Jigsaw:

a) Meningkatkan kerja sama untuk mempelajari materi yang ditugaskan. b) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya

sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

c) Guru berperan sebagai pendamping, penolong dan mengarahkan siswa dalam mempelajari materi pada kelompok ahli yang bertugas

menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.

d) Melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. e) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih

singkat.

2. Kelemahan Model Jigsaw:

a) Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan anggotanya lemah semua.

b) Penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli sering tidak sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajarinya. c) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung


(32)

d) Siswa memilki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan

mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi ketika sebagai tenaga ahli sehingga dimungkinkan terjadi kesalahan.

e) Awal pengguanaan model ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang (Ratumanan (2002:63) dalam Puce, 2013).

B. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil dari rangkaian proses pembelajaran yang dilakukan oleh individu. Menurut Amri dan Ahmadi (2010: 15) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar dan tersirat dalam bentuk nilai. Ditambahkan oleh Dimyati dan Mudjiono (1999: 4) kemampuan yang diperoleh setelah belajar adalah siswa akan memiliki kemampuan seperti pengetahuan, sikap, dan nilai. Sementara itu Amri dan Ahmadi (2010: 4) menyebutkan bahwa “Hasil belajar adalah hasil yang

dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan hasil belajar siswa”.

Hasil belajar siswa merupakan cermin dari kuantitas dan kualitas proses pembelajaran. Slameto (2003: 51) mengemukakan bahwa, hasil belajar merupakan salah satu yang digunakan untuk memperoleh laporan tentang hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar yang biasa diukur melalui tes adalah bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Hesti (2008: 9) menyebutkan bahwa ”Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi


(33)

16

pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.

Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain (2006: 17) tingkat keberhasilan suatu pembelajaran dapat digolongkan sebagai berikut.

a. Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (70%-90%) bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.

c. Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya

60% sd 75% saja yang dikuasai oleh siswa.

d. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang

dari 60% dikuasai oleh siswa.

Agar belajar dapat berhasil, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar individu, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal

Faktor internal meliputi dimensi siswa, masalah belajar yang dapat muncul sebelum kegiatan belajar dapat berhubungan dengan karakteristik siswa, baik berkenaan dengan minat, kecakapan, maupun

pengalaman-pengalaman. Dalam proses belajar, masalah belajar seringkali berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, pengolahan pesan


(34)

pembelajaran, menyimpan pesan, menggali kembali pesan yang telah tersimpan, unjuk hasil belajar.

b. Faktor eksternal

Keberhasilan belajar siswa selain ditentukan oleh faktor-faktor internal juga turut dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Faktor eksternal adalah segala faktor yang ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain faktor guru, lingkungan sosial (teman sebaya), kurikulum sekolah, sarana dan

prasarana. Dari penjelasan di atas, untuk meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan faktor-faktor di atas maka peneliti akan menerapkan beberapa model pembelajaran dan akan peneliti pilih yang sesuai dan efektif untuk diterapkan (Aunurrahman, 2011 dalam Puce, 2013:4-6).

Evaluasi pendidikan bertujuan melakukan penilaian total terhadap

pelaksanaan kurikulum pada suatu lembaga kependidikan, sehingga dengan demikian dapat dilakukan usaha perbaikan, mencari faktor penghambat dan pendukung terhadap pelaksanaan kurikulum (Thoha, 1994: 9). Menurut Muchtar Buchori dalam Thoha (1994: 6), mengemukakan bahwa tujuan khusus evaluasi pendidikan ada dua, yaitu:

1. untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah ia menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu, dan

2. untuk mengetahui tingkat efisien model-model pendidikan yang dipergunakan pendidikan selama jangka waktu tertentu tadi.


(35)

18

Evaluasi memiliki dua kepentingan, yakni untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai dengan baik, dan kedua untuk memperbaiaki serta mengarahkan pelaksanaan proses belajar mengajar (Thoha, 1994: 5).

Thorndike dan Hagen (dalam Thoha, 1994: 8) merinci tujuan evaluasi pendidikan dalam delapan bidang, kedelapan bidang tersebut adalah (a) bidang pengajaran, (b) hasil belajar, (c) diagnosis dan usaha perbaikan, (d) fungsi penempatan, (e) fungsi seleksi, (f) bimbingan dan penyuluhan, (g) kurikulum dan (h) penilaian kelembagaan.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar (Dimyati, 2006: 3). Dalam bidang hasilbelajar, evaluasi bertujuan

untuk mengetahui perbedaan kemampuan peserta didik dan mengukur keberhasilan mereka baik secara individual maupun kelompok.

Menurut Wand dan Brown (dalam Dimyati, 2006: 191) evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Menurut Thoha (1994: 8), tujuan evaluasi pendidikan salah satunya adalah dalam bidang hasil belajar. Dalam bidang hasil belajar, evaluasi bertujuan:

1. Untuk mengatahui perbedaan kemampuan peserta didik

2. Untuk mengukur keberhasilan mereka baik secara individual maupun

kelompok.

Dari pengertian evaluasi kita dapat mengetahui bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar. Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar, kita dapat menengarai tujuan utamanya adalah untuk


(36)

mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegaitan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagai keperluan (Dimyati, 2006: 200).

Menurut Uno (2011: 92-93) membuat soal ujian atau evaluasi hasil belajar, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Memberikan ukuran yang dipakai; seperti bagaimana mengukur, menilai

dan mengevaluasi sebagai kata-kata kunci yang sering digunakan dalam diskusi materi evaluasi hasil belajar.

2. Mendiskusikan tentang fungsi penilaian untuk memperoleh pemahaman

tentang hal-hal apa saja yang dapat dinilai melalui pelaksanaan suatu ujian, apakah sekedar memberi nilai untuk menentukan lulus tidaknya siswa dari ujian tersebut ataukah ada tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai melalui ujian tersebut.

3. Melaksanakan standar penilaian ujian. Ini berarti untuk melakukan penelitian yang baik, dibutuhkan mutu ujian yang baik pula. Dalam praktik pengajaran ujian dilaksanakan dengan memberikan serangkaian soal. Ujian akan sangat tergantung pada mutu ujian. Semakin bermutu soal yang diberikan, semakin terandalkan pula nilai yang diperoleh. 4. Merancang soal-soal ujian dalam struktur soal sedemikian rupa sehingga

jumlah maupun derajat kesukaran soal tetap relevan dengan pencapaian sasaran belajar yang telah ditetapkan dalam rancangan kegiatan belajar.


(37)

20

5. Mengingat derajat kesukaran soal dapat berbeda satu dengan lainnya, tiap-tiap soal perlu mendapat bobot soal menurut relevansinya dengan sasaran belajar.

6. Sesudah proses membuat, menstrukturkan, dan menentukan bobot soal,

soal-soal tersebut dapatlah disajikan melalui ujian. Setelah itu dilakukan pengukuran dan penilaian hasil ujian.

7. Langkah terakhir sudah barang tentu adalah pengambilan keputusan atas hasil evaluasi ujian.

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia, dapat

diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan psikologis. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain usia, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia, dapat

diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor nonmanusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik (Slameto, 2003: 56).

C. Aktivitas Belajar Siswa

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Kalau dalam pengajaran tradisional asas aktivitas juga dilaksanakan namun aktivitas tersebut bersifat


(38)

semu (aktivitas semu). Pengajaran modern tidak menolak seluruh pendapat tersebut namun lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati. Anak (siswa) belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh kepengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan bermakna untuk hidup di masyarakat (Hamalik, 2001: 172).

Aktivitas belajar bermacam-macam, maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Beberapa di antaranya adalah:

Dierich (Hamalik, 2001: 174) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yaitu:

a. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat,

wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.


(39)

22

e. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melakukan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, mengalisis faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatn-kegitan kelompok ini terdapat dalam jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.


(40)

III. MODEL PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2014. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Sebagai populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 20013/2014. Sebagai sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Bandar Lampung diambil dengan model purposive sampling.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain deskriptif korelasional. Pada penelitian ini fokus yang menjadi perhatian adalah

pengukuran terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu kontribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar anggota tim asal serta

kontribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajarnya. Dalam pelaksanaannya desain ini menggunakan teknik analisis statistik korelasi.


(41)

24

D. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Memohon izin penelitian kepada pihak SMA Negeri 5 Bandar

Lampung untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

b. Menetapkan subjek penelitian, yaitu siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Bandar Lampung.

c. Mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian

yaitu: Lembar observasi untuk pengamatan aktivitas siswa, LKS tim asal, LKK tim ahli, silabus, RPP, rubrik penilaian LKK, kisi-kisi soal

pre-post-test, soal pre test, soal post test, rubrik penilaian pre-post-test.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di kelas XI IPA 1 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan

dalam dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut:

A.Pertemuan ke-1 a. Kegiatan Awal

Apersepsi. Memberikan dan gambaran pengenai pentingnya materi yang akan dipelajari, yaitu dengan mengetahui struktur, fungsi, proses dan penyakit maka kita dapat terhindar dari penyakit-penyakit

berbahaya yang menyerang sistem ekskresi. b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan kegiatan dengan menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut:


(42)

1. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan anggota masing-masing 6 orang. Kelompok yang dibentuk berdasarkan hasil pre-test sebelumnya. Kelompok ini merupakan tim asal.

2. Setiap anggota kelompok mendapatkan kartu berwarna yang

berbeda untuk meajadi tim ahli. Setiap anggota berkumpul sesuai dengan warna yang dimiliki, bergabung menjadi tim ahli.

3. Setiap siswa dengan warna yang sama bergabung menjadi tim ahli. Selanjutnya membahas submateri yang sudah dibagikan untuk masing-masing tim ahli.

4. Tiap siswa bergabung dengan tim asalnya. Dengan membawa

materi yang berbeda-beda dalam satu kelompok asal. 5. Setiap anggota tim asal bergantian mempresentasikan dan

menjelaskan materi yang diperoleh dari tim ahli. Observer mengamati setiap aktivitas pada ahli. Setiap 1 tim asal diamati oleh satu observer dan 1 kamera.

6. Saat salah satu anggota menjelaskan, anggota yang lain mencatat setiap bagian-bagian yang penting, menanggapi dan bertanya.

7. Siswa bekerja sama dalam satu kelompok asal untuk mengerjakan

LKS yang diberikan. c. Kegiatan Penutup

1. Siswa menarik kesimpulan dari poin-poin diskusi yang telah disampaikan dan kembali merefleksi materi yang tealah dipelajari


(43)

26

2. Siswa menerima motivasi dari guru serta perintah untuk tiap anggota tim ahli memperdalam materi yang diberikan di rumah dengan literatur yang ada di perpustakaan maupun di internet.

2.2 Pertemuan ke-2 a. Kegiatan Awal

1. Apersepsi mengenai kegiatan pada petemuan sebelumnya dan

kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini.

2. Siswa mendapatkan motivasi dari guru mengenai pentingnya

materi sistem ekskresi, yaitu dengan mengetahui struktur, fungsi, proses dan penyakit maka kita dapat terhindar dari penyakit-penyakit berbahaya yang menyerang sistem ekskresi.

b. Kegiatan Inti

1. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan anggota

masing-masing 6 orang. Kelompok yang dibentuk berdasarkan hasil pre-test sebelumnya. Kelompok ini merupakan tim asal.

2. Setiap anggota kelompok mendapatkan kartu berwarna yang

berbeda untuk meajadi tim ahli. Setiap anggota berkumpul sesuai dengan warna yang dimiliki, bergabung menjadi tim ahli.

3. Setiap siswa dengan warna yang sama bergabung menjadi tim ahli. Selanjutnya membahas submateri yang sudah dibagikan untuk masing-masing tim ahli.

4. Tiap siswa bergabung dengan tim asalnya. Dengan membawa


(44)

5. Setiap anggota tim asal bergantian mempresentasikan dan menjelaskan materi yang diperoleh dari tim ahli. Observer

mengamati setiap aktivitas pada ahli. Setiap 1 tim asal diamati oleh satu observer dan 1 kamera.

6. Saat salah satu anggota menjelaskan, anggota yang lain mencatat setiap bagian-bagian yang penting, menanggapi dan bertanya.

7. Siswa bekerja sama dalam satu kelompok asal untuk mengerjakan

LKS yang diberikan. c. Kegiatan Penutup

1) Siswa membuat simpulan materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

2) Siswa mengerjakan post-test.

3) Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai rencana

pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut. 1. Jenis Data.

a) Data kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah deskripsi aktivitas ahli di tim asal setelah berada di tim ahli dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yakni 1) kesesuaian menyampaikan hasil

diskusi tim ahli ke tim asal 2) kemampuan menyampaikan materi dengan kombinasi menggunakan gambar/diagram/grafik 3)


(45)

28

kemampuan siswa dalam menjelaskan materi menggunakan

sistematika yang tepat, dan 4) kemampuan siswa dalam menjelaskan materi menggunakan bahasa yang jelas.

b) Data kuantitatif

Data kuantitatif berupa nilai dari pre-test dan post-test. Hasil nilai

dari kegiatan pre-test digunakan untuk membantu guru dalam

membentuk tim ahli serta digunakan dalam perhitungan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Sedangkan hasil dari kegiatan post-test digunakan sebagai untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar siswa serta sebagai bahan untuk menjawab hipotesis. Selain nilai pre-test dan post-test data kuantitatif juga diperoleh

melalui hasil pengamatan aktivitas siswa, selanjutnya data ini dihubungkan dengan hasil belajar siswa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Lembar Observasi Aktivitas Ahli

Lembar observasi aktivitas ahli berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat ahli kembali ke tim asal. Setiap siswa merupakan ahli dan diamati poin kegiatan yang dilakukan.

Pengisian lembar observasi aktivitas ahli dibantu oleh enam orang observer. Observer – observer tersebut melakukan perekaman kegiatan diskusi di tim ahli dan tim asal dan memberikan nilai sementara kepada tiap ahli dengan cara memberi nilai pada lembar


(46)

observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Setelah itu, guru membandingkan nilai aktivitas siswa sementara yang telah diberikan oleh observer dengan rekaman kegiatan yang ada dan memberikan nilai akhir aktivitas ahli pada lembar observasi.

Tabel 1. Lembar observasi aktivitas ahli.

No Nama Skor Aspek Aktivitas Belajar

Siswa

Jumlah Skor

A B C D

1 2 3 4 5 dst.

Jumlah skor Skor maksimum


(47)

30

Tabel 2. Keterangan Aspek Aktivitas Belajar Siswa.

Keterangan Skor

A. Menyampaik

an dengan lisan dan benar poin hasil diskusi

Menyampaikan dengan lisan dan benar satu dari tiga poin hasil diskusi tim ahli yakni, 1) keterkaitan antara struktur dan fungsi organ, 2) keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses pada organ, 3) keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/ penyakit yang terjadi pada organ.

1

Menyampaikan dengan lisan dan benar dua dari tiga poin hasil diskusi tim ahli yakni, 1) keterkaitan antara struktur dan fungsi organ, 2) keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses pada organ, 3) keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/ penyakit yang terjadi pada organ.

2

Menyampaikan dengan lisan dan benar tiga poin hasil diskusi tim ahli yakni, 1) keterkaitan antara struktur dan fungsi organ, 2) keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses pada organ, 3)

keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/ penyakit yang terjadi pada organ.

3

B. Menjelaskan hasil diskusi secara jelas (intonasi, pelafalan, dan volume suara ketika menjelaskan)

Menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa yang kurang jelas.

1 Menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa

yang cukup jelas.

2 Menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa

yang jelas. 3 C. Menggunakan gambar atau bagan, ketika menjelaskan.

Tidak menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi

1 Menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu

lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi tetapi penjelasan sulit dimengerti

2

Menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi dan penjelasan mudah dimengerti

3 D. Menjelaskan materi menggunakan sistematika yang tepat

Menjelaskan materi tidak menggunakan sistematika yang tepat

1 Menjelaskan materi tetapi kurang menggunakan

sistematika tepat

2 Menjelaskan materi menggunakan sistematika yang tepat


(48)

b) Pre-test dan Post-test

Nilai pre-test diambil pada akhir pertemuan materi sebelumnya, yakni

pada materi sistem pernapasan. Nilai post-test di ambil di akhir pertemuan

pada materi sistem ekskresi. Teknik penskoran nilai pre-test dan pos-test

yaitu :

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari);

R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut

Purwanto (2008,dalam Suwandi,2012: 31).

c) Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKK dan LKS digunakan untuk mengetahui kesesuaian dan kelengkapan poin hasil diskusi antara tim ahli dan tim asal. LKK diberikan kepada tim ahli sedangkan LKS diberikan kepada tim asal.

F. Tekhnik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis a. Tekhnik Analisis Data

Berdasarkan model penelitian dan jenis data yang dikumpulkan, maka analisis data yang dilakukan terdiri dari dua tahap, yaitu deskripsi data dan pengujian hipotesis yang sebelumnya dilakukan uji prasarat analisis yaitu uji linieritas. Teknik pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan

uji analisis korelasi.

R N


(49)

32

1. Deskripsi Data

Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar observasi, sedangkan data hasil belajar diperoleh dari nilai postes siswa. Selanjutnya

menggolongkan tingkatan aktivitas dan hasil belajar menurut kategori interval. Adapun langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1) Menghitung jumlah skor aktivitas siswa tim ahli dengan menggunakan rumus:

Skor =

2) Menafsirkan atau menentukan skor aktivitas belajar siswa tim ahli sesuai kriteria pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria aktivitas belajar siswa Kategori aktivitas belajar

siswa Kriteria 81-100 61-80 41-60 21-40 0-20 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

(dimodifikasi dari Arikunto, 2007: 214)

3) Menganalisis hasil post-test tim asal berdasarkan

Jumlah skor tim ahli merupakan gambaran dari kemampuan tiap tim ahli dalam menjelaskan hasil diskusi kepada tim asal. Skor tim ahli diperoleh dari banyaknya anggota tim asal (selain ahli) yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang terdapat dalam postes.

Skor perolehan Skor maksimum


(50)

Pertanyaan tersebut berkaitan dengan materi yang menjadi tanggung jawab tiap tim ahli.

4) Menghitung skor hasil belajar dengan menggunakan rumus:

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).

4) Perhitungan N-gain

N-gain diperoleh dengan dari nilai pretes, postes dan skor maksimum pada penilaian, dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

N-gain=

2. Pengujian Hipotesis a) Uji Linieritas

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji linieritas yang bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan untuk prasarat dalam analisis korelasi atau regresi

linier. Uji ini menggunaan SPSS 17. Dua variabel dinyatakan linier jika

signifikansi lebih dari 0.05. R

N

Nilai postes-nilai pretes Nilai maksimum-nilai pretes


(51)

34

a. Hipotesis

H0 = Kedua variabel berhubungan linier

H1 = Kedua variabel tidak berhubungan linier

b. Kriteria Pengujian

Jika nilai signifikansi> 0,05 maka H0 diterima, jika nilai signifikansi <

0,05 maka H0 ditolak (Rusman, 2011: 74).

b) Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji korelasi sederhana (bivariate correlation) menggunakan program SPSS 17. Uji

ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara dua variabel, yang dalam penelitian ini adalah kontribusi tim ahli dan hasil belajar siswa. Uji ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Person

(Product Moment).

a. Hipotesis

H0 = Tidak ada hubungan antara kontribusi tim ahli dengan hasil

belajar siswa

H1 = Ada hubungan antara kontribusi tim ahli dengan hasil belajar

siswa b.Kriteria Pengujian

Jika probabilitasnya> 0,05 maka H0 diterima, jika probabilitasnya <

0,05 maka H0 ditolak (Rusman, 2011: 67).

Teknik ini akan menghasilkan nilai koefisien korelasi yang dapat memberikan deskripsi tentang derajat kekuatan dari dua variabel yang tersebut. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 4.


(52)

Tabel 4. Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi sederhana

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

( Sugiyono, 2010: 257)

Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi:

c. Positif (+), terjadi jika penyebaran nilai pada satu variabel diikuti secara konsisten oleh penyebaran nilai pada variabel lain dengan arah yang sama, artinya semakin tinggi nilai satu variabel maka semakin tinggi pula nilai variabel lainnya.

d. Negatif (-), terjadi jika arah penyebaran nilai kedua variabel

berlawanan, artinya semakin tinggi nilai satu variabel maka semakin rendah nilai variabel lainnya (Hasnunidah, 2008: 33).


(53)

60

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Tidak ada hubungan antara kontribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajar tim asal dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari

aktivitas siswa pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Terdapat hubungan yang sedang antara aktivitas ahli terhadap hasil

belajarnya dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas XI IPA 1

SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

B.Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan dalam untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Peneliti sebaiknya dapat mengatur waktu dengan baik, sehingga semua kegiatan pembelajaran dapat terlaksana secara efektif dan efisien. 2. Peneliti sebaiknya memastikan anggota tim ahli mendapatkan informasi


(54)

3. Peneliti sebaiknya memastikan anggota tim ahli menyampaikan materi secara tepat dan lengkap kepada tim asal.

4. Peneliti sebaiknya teliti dalam memilih materi untuk menerapkan di kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu materi yang

dapat dipelajari sendiri oleh anggota tim asal.

5. Peneliti melakukan pretest pada pertemuan sebelumnya untuk memudahkan pembagian kelompok.

6. Peneliti dapat menggunakan video untuk melakukan pengamatan aktivitas

siswa, dengan menggunkan video pengamatan aktivitas siswa dapat lebih akurat, efektif dan efisien.


(55)

62

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Rina. 2012. Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw pada Konse Penampakan Alam dalam pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peseta Didik. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Aprilia, Dian Ika, Kriswandani, Novisita Ratu. 2012. Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalaui Pembelajaran

Kooperatif Pada Pokok Bahasan Segitiga Kelas VII C Semester 2 SMP Negeri 7 SalatigaTahun Ajaran 2011/2012. Satya Wacana. Salatiga.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penilaian Program Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Dollard, Mar W. dan Mahoney, Kate. 2010. How effective is the jigsaw mothod when used to introduce new science curricula in middle school science?. State University of New York (SUNY). Fredonia.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasnunidah, Neni. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Harfaz, Rully Arfan. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Memahami Kandang Ternak di SMK Negeri 2 Cilaku. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Hesti. 2008. Perencanaan Model Pembelajaran TipeSTAD. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(56)

Huda, Rika Samrotul. 2013.Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tentang

Persiapan Kemerdekaan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Isjoni. 2013. Cooperative Learning, Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Koseoglu, Pinar.2010. The Influence of Jigsaw Technique-Based

Teaching on Academic Achievement, Self-Efficacy and Attitude in Biology Education.Hacettepe University. Turkey.

Kusharyati, Indah. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dalam Pembelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI IS 5 SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. (Skripsi). Surakarta

Prilinda, Cincin Sinjuamah. 2006. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas VII Semester Gasal SMP Negeri 1 Jember Tahun Pembelajaran 2005/2006. (Skripsi). Jember.

Puce, Dewi Megawati. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X/A SMA Negeri 1 Pagimana Kab.Banggai. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Penerbit Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rohmania, Liza. 2014. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw untuk Meingkatkan Hasil Bealajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Tentang Pokok Bahasan Panca Indra. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta.

Rusman, Tedi. 2011. AplikasiStatistik Penelitian dengan SPSS. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Slavin, Robert E. Cooperative Learning: Teori Riset dan Praktik. 2005. Nusa Media. Bandung.


(57)

64

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta.Bandung.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suryadi. 2013. Peningkatan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPA SD Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Suwandi, Tri. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-

Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Oleh Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Thoha, M. Chabib. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Uno, Hamzah B. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta

Widiastini, Made, dkk. 2014. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas


(1)

35

Tabel 4. Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi sederhana Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

( Sugiyono, 2010: 257)

Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi:

c. Positif (+), terjadi jika penyebaran nilai pada satu variabel diikuti secara konsisten oleh penyebaran nilai pada variabel lain dengan arah yang sama, artinya semakin tinggi nilai satu variabel maka semakin tinggi pula nilai variabel lainnya.

d. Negatif (-), terjadi jika arah penyebaran nilai kedua variabel

berlawanan, artinya semakin tinggi nilai satu variabel maka semakin rendah nilai variabel lainnya (Hasnunidah, 2008: 33).


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Tidak ada hubungan antara kontribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajar tim asal dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari aktivitas siswa pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Terdapat hubungan yang sedang antara aktivitas ahli terhadap hasil

belajarnya dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

B.Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan dalam untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Peneliti sebaiknya dapat mengatur waktu dengan baik, sehingga semua kegiatan pembelajaran dapat terlaksana secara efektif dan efisien. 2. Peneliti sebaiknya memastikan anggota tim ahli mendapatkan informasi


(3)

3. Peneliti sebaiknya memastikan anggota tim ahli menyampaikan materi secara tepat dan lengkap kepada tim asal.

4. Peneliti sebaiknya teliti dalam memilih materi untuk menerapkan di kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu materi yang dapat dipelajari sendiri oleh anggota tim asal.

5. Peneliti melakukan pretest pada pertemuan sebelumnya untuk memudahkan pembagian kelompok.

6. Peneliti dapat menggunakan video untuk melakukan pengamatan aktivitas siswa, dengan menggunkan video pengamatan aktivitas siswa dapat lebih akurat, efektif dan efisien.


(4)

62

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Rina. 2012. Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw pada Konse Penampakan Alam dalam pembelajaran IPS

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peseta Didik. Universitas

Pendidikan Indonesia. Bandung.

Aprilia, Dian Ika, Kriswandani, Novisita Ratu. 2012. Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalaui Pembelajaran

Kooperatif Pada Pokok Bahasan Segitiga Kelas VII C Semester 2

SMP Negeri 7 SalatigaTahun Ajaran 2011/2012. Satya Wacana.

Salatiga.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penilaian Program Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Dollard, Mar W. dan Mahoney, Kate. 2010. How effective is the jigsaw mothod when used to introduce new science curricula in

middle school science?. State University of New York (SUNY).

Fredonia.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hasnunidah, Neni. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Harfaz, Rully Arfan. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Memahami Kandang Ternak di SMK Negeri

2 Cilaku. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Hesti. 2008. Perencanaan Model Pembelajaran TipeSTAD. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(5)

63

Huda, Rika Samrotul. 2013.Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tentang

Persiapan Kemerdekaan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandung.

Isjoni. 2013. Cooperative Learning, Efektivitas Pembelajaran

Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Koseoglu, Pinar.2010. The Influence of Jigsaw Technique-Based

Teaching on Academic Achievement, Self-Efficacy and Attitude in

Biology Education.Hacettepe University. Turkey.

Kusharyati, Indah. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dalam Pembelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI IS 5 SMA Negeri 8

Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. (Skripsi). Surakarta

Prilinda, Cincin Sinjuamah. 2006. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif

Model Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas VII

Semester Gasal SMP Negeri 1 Jember Tahun Pembelajaran

2005/2006. (Skripsi). Jember.

Puce, Dewi Megawati. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X/A SMA Negeri 1 Pagimana

Kab.Banggai. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Penerbit Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rohmania, Liza. 2014. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw untuk Meingkatkan Hasil Bealajar Siswa Pada

Pembelajaran IPA Tentang Pokok Bahasan Panca Indra.

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta. Rusman, Tedi. 2011. AplikasiStatistik Penelitian dengan SPSS. Bandar

Lampung. Universitas Lampung.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Slavin, Robert E. Cooperative Learning: Teori Riset dan Praktik. 2005. Nusa Media. Bandung.


(6)

64

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Alfabeta.Bandung.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi

PAIKEM.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suryadi. 2013. Peningkatan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPA SD

Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Suwandi, Tri. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open- Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Oleh Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Thoha, M. Chabib. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Uno, Hamzah B. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta Widiastini, Made, dkk. 2014. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATIONS (TAI) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Kuasi Eksperimen Kelas XI IPA SMA Negeri 07 Bandar Lampung Tahun Pela

1 12 64

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 16 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 7 57

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN PEMETAAN KONSEP (Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI di SMA Perintis 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 51 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

KONTRIBUSI ANGGOTA TIM AHLI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

0 8 57

KONTRIBUSI ANGGOTA TIM AHLI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPA2 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 8 58

KONSTRIBUSI ANGGOTA TIM AHLI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPA4 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 63

KONSTRIBUSI ANGGOTA TIM AHLI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPA4 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 6 63

KONTRIBUSI ANGGOTA TIM AHLI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI(Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPA I SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 4 57

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA (Studi Ekperimen Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 15 203