PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEJIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2012/2013)

Oleh Marthina

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2012/2013)

Oleh Marthina

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Desain penelitian ini adalah posttest only control design. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIID dan kelas VIIE yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data penelitian berupa nilai pemahaman konsep matematis yang diperoleh melalui tes. Berdasarkan hasil uji hipotesis, pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disim-pulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

Kata kunci: pengaruh, model pembelajaran koopertif tipe jigsaw, pemahaman konsep matematis


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Pembelajaran Kooperatif ... 8

2. Jigsaw ... 12

3. Pembelajaran Konvensional ... 13

4. Pemahaman Konsep ... 14

B. Kerangka Pikir ... 15

C. Anggapan Dasar ... 16

D. Hipotesis ... 17 Halaman


(6)

vi III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 18

B. Desain Penelitian ... 19

C. Prosedur Penelitian ... 19

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 20

1. Data Penelitian ... 20

2. Teknik Pengumpulan Data ... 20

E. Instrumen Penelitian ... 21

1. Validitas ... 21

2. Reliabilitas ... 22

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 23

1. Uji Normalitas ... 23

2. Uji Homogenitas ... 25

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 27

1. Data Hasil Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 27

2. Uji Hipotesis ... 28

B. Pembahasan ... 29

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 33

B. Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA


(7)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu masyarakat. Keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan proses pembelajaran. semakin tinggi tingkat keberhasilan proses pembelajaran maka mutu masyarakat di negara tersebut semakin baik. Hal ini sesuai dengan Permendiknas No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdas-an, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sedangkan fungsinya untuk mengembangkan kemampuan dan mem-bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka men-cerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembang-kan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(8)

2 Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional disusunlah kurikulum yang mencangkup rencana, tujuan, isi, bahan, dan metode pembelajaran. Dalam kuri-kulum pendidikan dasar dan menengah, matematika merupakan salah satu mata ajar yang wajib dipelajari oleh siswa.

Matematika merupakan ilmu murni yang sangat bermanfaat, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah, dikutip dari Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah agar siswa memiliki kemampuan dalam:

1. Memahami konsep matematis

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat 3. Memecahkan masalah

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

Pada tujuan pembelajaran matematika tersebut di atas dapat terlaksana dengan baik jika siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Sehingga dapat disim-pulkan kita dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika yang lainnya apabila pemahaman konsep matematis telah tercapai dengan baik.

Pencapaian tujuan pembelajaran matematika di sekolah tentunya tidak lepas dari peran guru. Dalam hal ini, guru sebagai fasilitator pembelajaran dituntut kreatif. Berdasarkan hasil wawancara guru matematika kelas VII di SMP Negeri 20 Bandar Lampung, siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung memiliki kemampuan yang masih rendah dalam belajar matematika, sehingga berdampak pada rendahnya pemahaman konsep matematis pada pelajaran matematika. Dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas ujian semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yaitu 46,48 yang masih di bawah KKM. Hal ini seperti hasil survey Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011, yang


(9)

menya-3 takan bahwa kemampuan sains dan matematika Indonesia menempati urutan 38 dari 45 negara.

Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep matematis pada pelajaran matematika adalah guru tidak dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang selama ini digunakan adalah konvensional, yaitu peran guru mendominasi dalam proses pembelajaran. Guru berfokus pada materi yang di-sampaikan, sehingga proses pembelajaran terlaksana dengan tepat sesuai dengan perangkat pembelajaran. Dalam dalam pembelajaran siswa hanya terfokus pada guru yang mengakibatkan siswa cenderung pasif dan kurang aktif berinteraksi untuk memahami, bertukar pendapat serta menjelaskan pemahaman materi antar sesama teman.

Metode pembelajaran yang digunakan pada proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar bagi siswa. Pengalaman belajar yang memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan memberikan siswa kesempatan untuk mempelajari keseluruhan isi tentunya dapat efektif menghasilkan pemahaman konsep matematis siswa yang baik. Pengala-man belajar tersebut dapat diperoleh melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, menurut Lie (2003: 69), guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa dapat berperan aktif pada proses pembelajaan serta dapat belajar bersama teman-temannya secara berkelompok dan saling menghargai pendapat untuk menemu-kan, bertukar pikiran, merancang, serta merepresentasikan materi yang didapat.


(10)

4 Dalam proses pembelajaran setiap anggota kelompok harus benar-benar memahami materi sebab setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan materi sub bab yang diperoleh kepada anggota kelompok asal. Sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa?”

Masalah ini akan dijawab melalui pertanyaan:

“Apakah pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajarankooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?”

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran koopera-tif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:


(11)

5 2. Bagi guru, diharapkan dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan kreativitas dan pemahaman matematis siswa melalui model pembelajaran yang menarik dan diharapkan dapat memperluas wawasan untuk mempertimbangkan faktor pendukung dalam keberhasilan proses belajar mengajar melalui model pembelajaran yang bervariatif.

E.Ruang Lingkup

1. Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang dapat membentuk atau merubah watak. Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikatakan berpe-ngaruh jika pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

2. Model pembelajaram kooperatif merupakan model pembelajaran yang didalamnya siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran atau menyelesaikan masalah. Dalam model pembelajaran ini, saat diberi tugas siswa diarahkan untuk berdiskusi dengan teman satu kelompok. Dengan demi-kian siswa dapat berinteraksi saling mengemukakan pendapat dengan anggota kelompok serta dapat mengembangkan kemampuan individu secara maksimal. Pada akhir pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk menyajikan hasil kelompok masing-masing dan bersama guru menganalisis serta mengevaluasi hasil pembelajaran.


(12)

6 3. Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok kecil.

Pada pembelajaran tipe jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 4-6 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-6. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli. Setiap kelompok ahli ditugaskan mempelajari materi yang berbeda-beda yang nantinya akan diajarkan dengan teman kelompok asal. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai beberapa tagihan individu atau kelompok. Diakhir pembelajaran bebe-rapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

4. Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa disebut metode ceramah. Dalam model pembelajaran ini hanya terjadi satu arah interaksi antara siswa dan guru. Guru bertindak sebagai fasilitator yang aktif menjelaskan materi kepada siswa, sedangkan siswa hanya mendengarkan serta menyimak. Kemudian siswa diberi tugas yang dikerjakan secara individu atau kelompok yang nantinya akan dibahas oleh guru. Pembelajaran diakhiri dengan refleksi, beberapa siswa diminta menyimpulkan materi pembelajaran.

5. Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan dasar siswa dalam mengartikan, menjelaskan, serta menyimpulkan suatu konsep pembelajaran sesuai kemampuan yang dimiliki siswa tersebut. Adapun indikator pemaham-an konsep matematis dalam penelitipemaham-an ini dikutip dari Peraturpemaham-an Dirjen Disdakmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.


(13)

7 c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

e. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.


(14)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Sedangkan Winataputra dalam Sugiyanto (2008: 7) mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupa-kan kerangka konseptual yang melukismerupa-kan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan suatu pengalaman belajar untuk mencapai tujuan dan ber-fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam membuat rencana dan melakukan kegiatan pembelajaran. Hal ini seperti yang diungkapkan Sukamto dan Saripudin dalam Sukarno (2006: 144) bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar, dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Dengan demi-kian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah acuan untuk meren-canakan dan melaksanakan pembelajaran secara sistematis dan terorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(15)

9 Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada pendekatan secara intensif yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa karena mampu memotivasi siswa dalam melakukan berbagai kegiatan yang menantang siswa untuk memahami konsep materi-materi pembelajaran serta menyelesaikan tugas-tugas bersama secara kreatif.

Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 12), cooperatif learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Sedangkan menurut Rusman (2012: 202), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Hal ini seperti yang diungkapkan Sugiyanto (2008: 35) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimal-kan kondisi belajar dalam mencapai tujuan. Dari beberapa pendapat tersebut, da-pat disimpul model pembelajaran kooperatif adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran secara sistematis dan terorganisir untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama, berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen selama proses pembelajaran dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan.


(16)

10 Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Hal ini terlihat selama proses pembelajaran lebih menekankan pada proses bekerja sama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karak-teristik. Rusman (2012: 207) menjelaskan karaketeristik atau ciri-ciri model pem-belajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Pembelajaran secara tim. Tim harus mampu membuat setiap siswa be-lajar dan anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif. Fungsi manajemen sebagai pe-rencanaan pelaksanaan, sebagai organisasi, dan sebagai kontrol.

3. Kemauan untuk bekerja sama. Tanpa kerja sama yang baik, pembe-lajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4. Keterlampilan bekerja sama. Siswa perlu didorong untuk mau dan sang-gup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian karakteristik model pembelajaran kooperatif di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu siswa melakukan pembelajaran secara kelompok sehingga siswa dapat menge-mukakan ide serta saling bertukar pendapat tentang materi yang diberikan. Model pembelajaran ini didasarkan pada manajemen kooperatif sebagai perencanaan pembelajaran yang terorganisasi dan terkontrol dengan kerja sama yang baik dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga siswa dapat mengurutkan materi sesuai pemahaman konsep yang telah diperoleh selama proses pembelajaran dengan baik serta dapat menginterpretasikan dengan baik dan benar.

Menurut Rusman (2012: 211), terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan


(17)

11 bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memeberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Menurut Trianto (2009: 66), terdapat enam langkah atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada nsiswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok kerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.


(18)

12 2. Jigsaw

Huda (2011: 120) menyatakan bahwa metode jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson (1925). Lie (2003: 69) menjelaskan bahwa dalam metode ini, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Sedangkan menurut Rusman (2012: 218) pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan Lie (Rusman 2012: 218), bahwa “pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri”. Rusman (2012: 219) menjelaskan pembelajaran kooperatif jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang beranggota empat sampai enam orang secara heterogen dan tiap anggota kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda tetapi semua kelompok menghadapi permasalahan yang sama.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki langkah-langkah dalam proses pembelajaran. Menurut Trianto (2009: 73) langkah-langkah pembelajaran jigsaw sebagai berikut:


(19)

13 1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6

orang).

2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. 5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas

mengajar teman-temannya.

6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

7. Perwakilan setiap kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi.

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang didominasi oleh guru. Menurut Djamarah (dalam Kholik: 2011), pembelajaran konvensional adalah pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Sedangkan menurut Sukandi (dalam Kholik : 2011) mendefinisikan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional atau disebut juga metode ceramah dalam proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru, siswa terfokus pada materi yang disampaikan oleh guru sehingga materi dapat tersampaikan secara baik. Namun, siswa kurang mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran. Dalam hal


(20)

14 ini guru sebagai petransfer ilmu dan siswa cenderung pasif sebagai menerima ilmu.

4. Pemahaman Konsep

1. Pemahaman memiliki kata dasar paham, dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Yasyin (1997: 346) berarti mengerti, sedangkan konsep berarti rancangan. Soedjadi (2000: 13) menyatakan bahwa matematika ilmu yang mempunyai objek-objek dasar, objek-objek itu merupakan pikiran. Salah satu objek dasar itu adalah konsep. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Konsep berhubungan dengan definisi. Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Jadi dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk benar-benar memahami materi yang diberikan oleh guru dan menyusun kembali urutan pemahaman pembelajaran secara sistematis oleh masing-masing siswa sesuai kemampuan siswa. Adapun indikator pemahaman konsep matematis dalam penelitian ini dikutip dari Peraturan Dirjen Disdakmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

e. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

f. Mengaplikasikan konsep.

2. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan siswa untuk memahami materi pembelajaran, menyusun


(21)

15 kembali materi pembelajaran secara sistematis, dan dapat menjelaskan kembali materi yang telah diperoleh sesuai kemampuan yang dimiliki.

B.Kerangka Pikir

Sebelum dilaksanakan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga hanya terjadi interaksi pembelajaran satu arah saja. Jigsaw merupakan tipe model pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa dibagi atas beberapa kelompok yang nantinya akan dibagi lagi menjadi dua bagian kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Setelah kelompok asal terbentuk, setiap anggota kelompok diberi materi sub bab yang berbeda. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari sub bab yang ditugaskan. Kemudian setiap anggota kelompok yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan materi. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, masing-masing anggota kelompok kembali ke dalam kelompok asal dan tiap-tiap anggota kelompok ahli menjelaskan materi kepada teman kelompok asal. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai beberapa tagihan yang dikerjakan secara individu atau kelompok. Dalam proses pembelajaran jigsaw adanya pengulangan materi pembelajaran yaitu dalam kelompok ahli dan kelompok asal. Pada kelompok ahli, siswa dituntut aktif dalam kelompok, bebas bertanya, mengemukakan pendapat serta mendiskusikan materi antar teman dan guru. Siswa dapat aktif serta kreatif menggunakan kemampuan yang dimiliki. Dan pada kelompok asal, terjadi interaksi timbal balik antara anggota kelompok yaitu


(22)

16 ada saat anggota kelompok mengajarkan materi kepada teman kelompok dan ada saatnya anggota kelompok yang diajar oleh teman kelompok. Interaksi yang terjadi dapat membentuk ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Siswa dapat menyerap materi dengan baik, dapat menyusun pola serta menjabarkan kembali dengan baik. Dalam proses pembelajaran konvensional guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa memperhatikan dan mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru. Proses pembelajaran konvensional hanya terjadi satu arah dan tidak ada pembelajaran berulang. Proses pembelajaran berulang hanya terjadi pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu pada kelompok asal dan kelompok ahli. Diakhir pembelajaran jigsaw, partisipasi, kerja sama, tanggung jawab, dan kreativitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan pada akhirnya pemahaman konsep matematis siswa lebih baik.

C.Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam peneletian ini yaitu:

1. Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 memperoleh materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa selain model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan model pembelajaran konvensional dianggap tidak berpengaruh.


(23)

17 D.Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah “pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran


(24)

18

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang ada dalam enam kelas. Sampel dari penelitian ini diambil melalui teknik purposive sampling dengan mengambil dua kelas dari enam kelas yang nilai rata-rata ujian akhir semester ganjilnya sama atau hampir sama dan di sekitar rata-rata-rata-rata keseluruhan. Satu kelas pada sampel sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VII-D yang memiliki nilai rata-rata 46,74 pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan kelas lainnya yaitu kelas VII-E yang memiliki nilai rata-rata 46,81 sebagai kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen tersebut berada di sekitaran nilai rata-rata keseluruhan yaitu 46,48. Nilai rata-rata matematika kelas VII semester ganjil disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3.1 Distribusi Siswa dan Nilai Rata-rata Semester Ganjil Kelas VII

SMP Negeri 20 Bandar Lampung

No Kelas Jumlah peserta didik Nilai Rata-Rata

1. VII-A 37 47,11

2. VII-B 36 45,41

3. VII-C 36 44,24

4. VII-D 37 46,74

5. VII-E 36 46,81


(25)

19 B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control design. Pada desain ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan kelompok kontrol yang memperoleh perlakuan model pembelajaran konvensional. Di akhir pembelajaran siswa diberi posttest untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa.

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Furchan (1982: 368) desain pelaksanaan penelitian digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan

A1 X1 O1

A2 X2 O2

Keterangan:

A1 = kelompok eksperimen

A2 = kelompok kontrol

O = posttest

X1 = perlakuan (model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw)

X2 = perlakuan (metode pembelajaran konvensional)

C. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Melaksanakan penelitian pendahuluan, yaitu observasi ke sekolah untuk mengetahui keadaan sekolah seperti jumlah kelas, jumlah siswa, cara guru mengajar, dan karakteristik siswa.


(26)

20 2. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), kisi-kisi soal, soal tes, dan kunci jawaban soal tes pemahaman konsep yang merujuk pada pedoman penskoran.

3. Melakukan validasi instrumen. 4. Melakukan uji coba tes.

5. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

6. Melaksanakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 7. Menganalisis hasil posttest.

8. Menyusun Laporan

D.Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis berupa data kuantitatif diperoleh melalui posttest pemahaman konsep matematis siswa pada akhir pembelajaran.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Tes dilaksanakan sesudah pembelajaran (posttest) pada kelas eksperimen dan


(27)

21 kelas kontrol. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematis yang berbentuk uraian.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah perangkat tes pemahaman konsep siswa berupa butir soal berbentuk uraian. Butir soal disusun sesuai dengan materi pembelajaran, RPP, silabus, serta indikator pencapaian materi. Skor jawaban disusun berdasarkan indikator pemahaman konsep. Adapun pedoman penskoran untuk tes pemahaman konsep terlampir.

Penyusunan instrumen penelitian dilakukan dengan membuat kisi-kisi soal, butir soal essay, dan kunci jawaban. Untuk mengetahui apakah butir soal telah memenuhi kualifikasi soal yang layak digunakan untuk pengambilan data, maka harus memenuhi kriteria tes yang baik diantaranya:

1. Validitas Tes

Validitas isi diketahui dengan cara membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran.

Menurut Azwar (1996: 175), pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistika, tetapi menggunakan analisis rasional. Jadi, sebelum digunakan, validitas tes ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 20 Bandar lampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP.


(28)

22 Validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Butir tes yang dinyatakan valid adalah yang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar check list oleh guru.

Hasil penilaian terhadap instrumen pada penelitian ini telah memenuhi validitas isi. (Lampiran B.1)

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas tes digunakan setelah instrumen tes dinyatakan valid. Dalam penelitian ini uji coba tes reliabilitas dilakukan pada kelas VIII F SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Setelah dilakukan uji coba tes reliabilitas, selanjutnya meng-analisis hasil tes untuk mengetahui keterandalannya.

Untuk mengukur reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha dalam Arikunto (2007: 109), yaitu:

� = �

� − − ��

��

keterangan:

11 = koefisien reliabilitas tes

N = banyaknya item tes yang digunakan dalam tes

��2 = jumlah varians skor tiap-tiap item �2

= varians total dimana: 2 2 2                  

N X N X


(29)

23 keterangan:

2 t

S = varians total N = banyaknya data

Xi = jumlah semua data

Xi2 = jumlah kuadrat semua data

Harga r11yang diperoleh diimplementasikan dengan kriteria indeks reliabilitas. Menurut Arikunto (2007: 109) suatu tes dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitasnya ≥ 0,70. Oleh karena itu, kriteria yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang memiliki indeks reliabilitas sama dengan atau lebih besar dari 0,70 (

11

r ≥ 0,70).

Berdasarkan analisis uji coba tes, diperoleh koefisien instrumen tes r11 = 0,73. Maka instrumen tes pemahaman konsep matematis reliabel. Hasil perhitungan uji reliabilitas secara lengkap terlampir. (Lampiran C.1)

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Analisis data pemahaman konsep matematis dan pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Dalam penelitian ini langkah-langkah untuk menganalisis data pemahaman konsep matematis dan pengujian hipotesis melalui beberapa tahapan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat. Menurut Sudjana (2005: 273) rumusannya sebagai berikut:

a) Hipotesis

H0 : data berasal dari populasi berdistribusi normal


(30)

24 b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan � = 5%

c) Statistik Uji

   k i i i i E E O x 1 2 2 dengan : i

O = frekuensi pengamatan

i

E = frekuensi yang diharapkan d) Keputusan Uji

Tolak H0 jika 1  3 2

 

x k

x dengan taraf  = taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0 diterima.

Setelah dilakukan perhitungan uji normalitas terhadap data pemahaman konsep matematis diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 3.3. Hasil perhitungan uji normalitas secara lengkap terlampir. (Lampiran C.4 dan C.5)

Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas x2hitung x

2

tabel Keputusan Uji

Jigsaw 5,02 9,49 Terima H0

Konvensional 1,63 9,49 Terima H0

Berdasarkan Tabel 3.3 rangkuman hasil uji normalitas data pemahaman konsep matematis di atas, dapat diketahui bahwa �ℎ� ��2 kelompok model pembelajaran jigsaw dan konvensional < �2 . Berarti keputusan uji normalitas pada penelitian ini adalah terima H0 yang artinya data sampel berasal dari populasi


(31)

25 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah dua kelompok populasi yang diambil yaitu kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut:

�0 ∶ �1 2 =

�2 2

(kelompok populasi mempunyai varians yang sama)

�1 ∶ �1 2

≠ �2 2

(kelompok populasi mempunyai varians yang tidak sama) Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji F.

Rumus Uji F yaitu : � = � � � �

� � � � �

dan tolak H0 hanya jika F ≥ F1/2 α (v1,v2), dengan F1/2 α (v1,v2) didapat dari daftar

distribusi F dengan peluang 1/2 α, sedangkan derajat kebebasan v1 dan v2

masing-masing sesuai dk pembilang dan penyebut dalam rumus. Dengan α = 0,05 (Sudjana, 2005:250)

Setelah dilakukan perhitungan uji homogenitas terhadap data pemahaman konsep matematis diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 3.4. Hasil perhitungan uji homogenitas secara lengkap terlampir. (Lampiran C.6)

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas Varians F hitung F tabel

Keputusan Uji

Jigsaw 119,78

1,47 1,78 Terima H0


(32)

26 Berdasarkan Tabel 3.4 diketahui bahwa data pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional memiliki �ℎ� �� < � yang berarti terima H0 dan kedua populasi memiliki varians yang sama atau homogen.


(33)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat membantu siswa untuk lebih antusias serta bertanggung jawab dalam belajar sehingga membantu siswa untuk menyerap materi lebih baik. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang diperoleh kesim-pulan bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelaja-ran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh positif terhadap pemaha-man konsep matematis siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitan dan kesimpulan, saran yang dapat dikemukakan antara lain:

1. Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa, khususnya pokok bahasan bangun datar segi empat.

2. Kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disarankan menyampaikan kepada siswa untuk selalu hadir ditiap pembelajaran, fokus ketika belajar, serta


(34)

34 mengondisikan keadaan kelas agar kondusif ketika siswa membentuk kelompok diawal pembelajaran sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia demi terlaksananya proses pembelajaran yang diinginkan.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin. 1996. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP No. 506/Kep?/PP/2004 Tanggal 11 November 2004. [on line]. Tersedia: http://jcblogindah.blogspot.com/2012_05_01_archive.html. (tanggal 22 Maret 2013)

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar Isjoni. 2009. Cooperatif Lerning. Bandung: Alfabeta

Kholik, Muhammad. 2011. Metode Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia: http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/evaluasi pembelajaran/. (tanggal 24 Pebruari 2013)

Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Permendiknas. 2006. Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah. [on line].

Tersedia:http://matematikalujeng.blogspot.com/2013/02/tujuan-pembelajaran-matematika-sekolah.html. (tanggal 24 Pebruari 2013) Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sukarno, Anton. 2006. Pelayanan dan Model Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS Press


(36)

36

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs Untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas


(1)

25 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah dua kelompok populasi yang diambil yaitu kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut:

�0 ∶ �1 2 =

�2 2

(kelompok populasi mempunyai varians yang sama) �1 ∶ �1

2 ≠ �2

2

(kelompok populasi mempunyai varians yang tidak sama) Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji F.

Rumus Uji F yaitu : � = � � � �

� � � � �

dan tolak H0 hanya jika F ≥ F1/2 α (v1,v2), dengan F1/2 α (v1,v2) didapat dari daftar

distribusi F dengan peluang 1/2 α, sedangkan derajat kebebasan v1 dan v2

masing-masing sesuai dk pembilang dan penyebut dalam rumus. Dengan α = 0,05 (Sudjana, 2005:250)

Setelah dilakukan perhitungan uji homogenitas terhadap data pemahaman konsep matematis diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 3.4. Hasil perhitungan uji homogenitas secara lengkap terlampir. (Lampiran C.6)

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas Varians F hitung F tabel

Keputusan Uji

Jigsaw 119,78

1,47 1,78 Terima H0


(2)

26 Berdasarkan Tabel 3.4 diketahui bahwa data pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional memiliki �ℎ� �� < � yang berarti terima H0 dan kedua populasi memiliki varians yang sama atau homogen.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat membantu siswa untuk lebih antusias serta bertanggung jawab dalam belajar sehingga membantu siswa untuk menyerap materi lebih baik. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang diperoleh kesim-pulan bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelaja-ran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh positif terhadap pemaha-man konsep matematis siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitan dan kesimpulan, saran yang dapat dikemukakan antara lain:

1. Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa, khususnya pokok bahasan bangun datar segi empat.

2. Kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disarankan menyampaikan kepada siswa untuk selalu hadir ditiap pembelajaran, fokus ketika belajar, serta


(4)

34 mengondisikan keadaan kelas agar kondusif ketika siswa membentuk kelompok diawal pembelajaran sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia demi terlaksananya proses pembelajaran yang diinginkan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin. 1996. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP No. 506/Kep?/PP/2004 Tanggal 11 November 2004. [on line]. Tersedia: http://jcblogindah.blogspot.com/2012_05_01_archive.html. (tanggal 22 Maret 2013)

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar Isjoni. 2009. Cooperatif Lerning. Bandung: Alfabeta

Kholik, Muhammad. 2011. Metode Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia: http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/evaluasi pembelajaran/. (tanggal 24 Pebruari 2013)

Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Permendiknas. 2006. Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah. [on line].

Tersedia:http://matematikalujeng.blogspot.com/2013/02/tujuan-pembelajaran-matematika-sekolah.html. (tanggal 24 Pebruari 2013) Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sukarno, Anton. 2006. Pelayanan dan Model Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS Press


(6)

36 Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Jakarta: Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs Untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 67

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 18 64

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pekalongan Kab. Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 39

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 29 40

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 38

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 161

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44