Narasi yang terdapat didalam buku di gunakan font myriad pro, yang tergolong dalam jenis
font sans serif
. Jenis huruf ini memiliki kesan sederhana, dan mudah dibaca pada ukuran kecil.
Pada narasi
font
di gunakan pada skala ukuran 12pt, dengan jarak antar baris 25pt.
3.3.4 Layout
Dalam menata layout sebuah buku perlu adanya akur baca. Prioritas urutan dari buku ini adalah gambar ilustrasi dari buku,
kemudian berlanjut untuk membaca narasi yang mewakili dari gambar tersebut. Di pertimbangkan dari alur baca normal, yang
dimulia dari sisi kiri, dan berakhir pada sisi kanan, buku ini dibuat degan layout dua halaman yang saling berkaitan, halamn
sebelah kiri diisi dengan gambar ilustrasi, sedangkan gambar sebelah kanan diisi dengan narasi yang mewakili gambar.
Sehingga pembaca diarahkan untuk memahami dan menikmati gambar terlebih dahulu, setelah itu pembaca akan melanjutkan
membaca narasi pada haman sebelah kanan, untuk memahami maksud dan arti dari ilustrasi.
3.3.5 Sketsa Perancangan
Setelah konsep dihasilkan, akan mulai divisualisasikan dalam bentuk sketsa, dimana pada proses ini adalah, proses
pengolahan dasar dari konsep yang dihasilkan. Dari proses ini, nantinya akan menjadi acuan dalam proses perancangan
selanjutnya. Berikut ini adalah sketsa dari proses perancangan buku ini.
Gambar 3.4 Desain Buku Batik Plumpungan Salatiga
Dapat dilihat pada Gambar 3.4, merupakan sketsa desain dari Buku Batik Plumpungan Salatiga. Buku akan dibuat dengan
Ukuran B5, yaitu dengan spesifikasi tinggi 25 cm dan lebar 17,6 cm. Buku ini di buat dengan ukuran yang tidak terlalu besar, ini
dimaksutkan agar buku ini mudah dibawa. Jenis ketas yang dipakai adalah jenis kertas yang memiliki dimensi 260gr. Unsur
estetika, menjadi pertimbangan pemilihan sifat kertas yang mengkilat
. Cover
yang akan dipakai adalah jenis
soft cover
, dengan pembedaan pada jenis kertas yang akan dipakai pada
bagian isi.
a. Perancangan Cover Buku
Cover merupakan cerminan dari isi sebuah buku. Gambar, layout, ilustrasi, warna, dan tipografi yang digunakan haruslah
representatif dari isi buku. Dapat dilihat pada Gambar 3.5, sketsa cover buku Batik Plumpungan Salatiga. Ilustrasi yang di buat
adalah, terdapat tangan yang membuat pola dasar batik, dimana pola batik tersebut divisualkan setengah batik. Ilustrasi ini
menyampaikan maksud, bahwa, batik Plumpungan Salatiga berasal dari adaptasi bentuk prasasti yang berupa batu. Dari
ilustrasi ini ditujukan agar tampilan awal dari cover, sudah dapat menimbulkan rasa ingin tahu dari calon pembaca yang melihat.
Ilustrasi pada cover menunjukan tangan sesorang yang sedang membatik sebuah batu, ilustrasi ini merupakan represntasi dari
kalimat yang terdapat pada judul buku, yaitu “Melukis Prasasti Menjadi Motif Batik”.
Gambar 3.5 Sketsa Ilustrasi Cover Buku Batik Plumpungan Salatiga
b. Perancangan Isi Buku
Sesuai konsep dari buku ini adalah menyampaikan
informasi tentang batik plumpungan Salatiga. Pada Gambar 3.6, merupakan sketsa ilustrasi dari bagian bab yang menjelaskan
tentang sejarah, dan motif batik plumpungan Salatiga. Di dalam bab tersebut menjelaskan tentang sejarah terbentuknya pola batik
Plumpungan Salatiga, siapa penemu, dan berbagai motif yang dikembangkan pada batik plumpungan salatiga. Pada bab ini juga
di informasikan tentang inspirasi dari terbentuknya batik
plumpunga Salatiga. Pada bab ini dihadirkan tetap dengan gaya gambar yang sama, tidak merubah esensi yang akan diciptakan
di awal pada konsep. Visualisasi batu Plumpungan di gambarkan dengan semirip mungkin, karena tidak ingin mengurangi esensi
historis pada penggambaran batu tersebut.
Gambar 3.6 Sketsa Ilustrasi bab sejarah Batik Plumpungan.
Pada Gambar 3.7 merupakan sketsa dari bab yang membahas tentang proses pembuatan batik plumpungan. Pada
bagian ini menjelaskan secara runtut dalam proses pembuatan batik Plumpungan Salatiga. Proses awal dari awal pembuatan
batik sampai proses akhir yaitu pengeringan. Proses pembuatan batik Plumpungan sendiri tidak jauh beda dengan batik yang lain,
karena sebuah kain, dikatakan batik apabila dalam proses pembuatan polanya, dilakukan pemberian malam diatas kain lalu
melalui proses pewarnaan dan dihilangkan malam yang menempel sebagai pembentuk pola tadi. Pemberian malam pada
proses batik ini di bedakan menjadi dua jenis, yaitu yang biasa kita kenal dengan batik tulis yaitu, batik yang polanya dibuat oleh
seseorang menggunakan canting, secara manual menggunakan tangan. Batik cap, adalah farian batik yang lain, dengan
pembedaan pada proses pembuatan pola, bukan menggunakan canting, melainkan menggunakan cap yang dibuat dengan motif
yang berulang, dan dibuat dari bahan kuningan. Pada bab ini masih menggunakan gaya gambar yang masih sama.
Gambar 3.7 Sketsa Ilustrasi Bab Proses Pembuatan
Batik Plumpungan Salatiga
Bab terakhir membahas dan memaparkan tentang perkembangan dari batik plumpungan ini sendiri, dari
keberagaman jenis, ditinjau dari segi proses produksinya, seperti yang terlihat pada Gambar 3.8. Perkembangan batik plumpunga
juga bukan hanya pada jenis produksinya, namun juga mulai
merambah dalam hal karnaval, sergam pegawai, maupun seragam sekolah. Pada proses bab perkembangan batik plumpungan ini di
maksutkan agar terlihat perkembangan serta bukti bahwa terdapat respon nyata dan pengakuan masyarakat akan batik plumpungan.
Gaya gambar dari awal hingga akhir, masih menggunakan gaya gambar yang sama, serta tidak terdapat pengulangan gambar pada
setiap halaman yang dibuat.
Gambar 3.8 Sketsa Ilustrasi Bab Perkembangan
Batik Plumpungan Salatiga
Gambar 3.9 Sketsa layout Buku Batik Plumpungan Salatiga
Dari Gambar 3.9 dapat dilihat tentang sketsa
layout
dari isi buku Batik Plumpungna Salatiga, setiap halaman akan secara
tidak langsung seolah-olah seperti terhubung, karena divisualkan dengan kain yang saling menyambung dari satu halaman, ke
halaman yang lainnya.
Layout
yang demikian, di tujukan agar buku ini menjadi satu kesatuan, walaupun beberapa narasi setiap
halaman tidak saling terintegras, tapi secara visual setiap halaman akan terlihat saling menyambung.
3.4 Promosi