digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
11
Berdasarkan  beberapa pandangan  diatas,  maka  dapat  dipahami peneliti bahwa Teknik Biblioterapi yaitu  teknik  yang  digunakan  untuk
membantu  klien  dengan  cara  memberi  buku  bacaan  tentang  cerita  atau kisah  orang  lain  yang  mengalami  masalah  yang  sama  atau  pun  hampir
sama dengan klien yang dapat meningkatkan cara berpikir klien agar lebih rasional sehingga dapat mengatasi masalahnya.
3. Frustrasi
Menurut  Musthofa  Fahmi  dalam  bukunya  Kesehatan  Jiwa  dalam Keluarga,  Sekolah,  dan  Masyarakat  mendefinisikan  frustrasi  ialah  suatu
proses  yang  mengandung  pengenalan  seseorang  akan  hambatan  yang menghalanginya  dari  memenuhi  kebutuhannya,  atau  ia  memperkirakan
bahwa hambatan akan terjadi di kemudian hari.
13
Menurut Supartono Widyo Siswoyo dalam bukunya Ilmu Budaya Dasar,  menyatakan  kegelisahan  berkaitan  juga  dengan  masalah frustrasi,
yang artinya dapat disebutkan bahwa seseorang akan mengalami frustrasi apabila  apa  yang  diinginkannya  tidak  tercapai. Adapun  ciri-ciri frustrasi
antara lain: 1. Jasmaninya  sering  merasakan  pusing-pusing,  sesak  nafas,  dan  sering
nyeri pada lambung, dll.
13
Musthofa  Fahmi, Kesehatan  Jiwa  dalam Keluarga,  Sekolah  dan  Masyarakat,jilid  II, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, hal. 10.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
12
2. Jiwanya  sering  menunjukkan  rasa  cemas,  sering  diam  membisu, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah, dll.
14
Berdasarkan  beberapa  pandangan  diatas,  maka  dapat  dipahami bahwa frustrasi merupakan  suatu  keadaan  dimana  individu  mengalami
kegagalan  karena  suatu  halangan  atau  hambatan  dalam  mencapai tujuannya atau keinginannya yang mengakibatkan individu itu merasakan
kekecewaan mendalam. Seperti kenyataannya, apabila terjadi suatu masalah tentu pasti ada
sebab  yang  menjadi  latar  belakang  terjadi  masalah  itu.  Begitu  juga frustrasi,  tidak  timbul  dengan  sendirinya  tanpa  ada  sebab  awalnya.
Woodworth sebagaimana  dikutip  Ngalim  Purwanto  dalam  bukunya Psikologi  Pendidikan,  mengemukakan  bahwa  rintangan-rintangan
penyebab frustrasi itu dapat dibagi menjadi 4 golongan besar: 1. Rintangan-rintangan  penyebab  yang  timbul  bukan  dari  manusia
selain  manusia. Kecewaan  yang  mungkin  dialami itu  timbulnya bukan  karena  hubungan  dengan  manusia  saja,  tapi  mungkin  timbul
dari  adanya  hubungan  dengan  hewan,  tumbuhan,  benda  dan  lain-lain yang berinteraksi dengan kita.
2. Rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia. 3. Pertentangan  antara motif-motif  positif  yang  terdapat  dalam  diri
seseorang.  Frustrasi juga  akan  timbul  akibat  dihadapkan  kepada  dua
14
Supartono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992, hal. 141-142.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
13
pilihan  atau  lebih  yang  keduanya  bersifat  positif  dan  akhirnya menimbulkan banyak pertimbangan.
4. Pertentangan  antara  motif  positif  dan  motif  negatif  yang  terdapat dalam  diri  orang  itu.  Motif-motif  negatif  biasanya  menimbulkan
pertentangan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan motif positif, diantara motif negatif.
15
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Untuk  mendapatkan hasil  yang  valid  dalam  penelitian  ini,  peneliti menggunakan  pendekatan kualitatif. Dalam bukunya Lexy  yang berjudul
Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi bahwa: Menurut  Botgar  dan  Tailor dalam  bukunya  Lexy  J.  Moleong,
penelitian  kualitatif  adalah  prosedur  penelitian  yang  menghasilkan  data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang dapat diamati.
16
Peneliti  menggunakan  pendekatan  kualitatif  karena  dalam penelitian  ini,  peneliti  bermaksud  memahami  situasi  sosial  secara
mendalam.  Peneliti  akan  mendapatkan  informasi  hasil  data  secara  utuh, sebab  sumber  data  yang  diharapkan  berasal  dari  sumber  yang  berkaitan
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Karya, 1985,  hal. 121- 122.
16
Lexy  J.  Moleog, Metode  Penelitian  Kualitatif  edisi  revisi,  Bandung:  Remaja Rosdakarya, 2009, hal. 4.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
14
dengan  sasaran  penelitian.  Sehingga  menghasilkan  data  deskriptif  yang berupa kata- kata atau teks bukan berupa angka.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau penelitian  kasus.  Menurut  Sudarwan,  Penelitian  kasus  merupakan  studi
mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu.
17
Alasan  peneliti  menggunakan  jenis  penelitian  studi  kasus  karena dalam  penelitian  ini  obyek  yang  diamati  adalah  suatu  kasus  yang  hanya
melibatkan satu orang pemuda sehingga harus dilakukan penelitian secara intensif,  menyeluruh  dan  terperinci  untuk  menangani  seorang  pemuda
yang frustrasi.
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Adapun  sasaran  dalam  penelitian  ini  yaitu  seorang  pemuda bernama  Airul  nama  samaran  yang  mengalami frustrasi karena putus
cinta. Yang kemudian disebut dengan klien. Lokasi  penelitian  ini  terletak  di Desa  Badang  Rt  03  Rw  03,
Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.
17
Sudarwan  Danim, Menjadi  Peneliti  Kualitatif, Bandung  :  CV  Pustaka  Setia,  2002, hal. 55.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
15
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat  non  statistik,  dimana  data  yang  diperoleh  nantinya  dalam
bentuk  verbal  atau  deskriptif    bukan  dalam  bentuk  angka.  Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :
1 Data  Primer  yaitu  data  yang  diambil  dari  sumber  pertama  di
lapangan.  Hal  ini  diperoleh  dari  deskripsi  tentang  latar  belakang dan masalah klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir
pelaksanaan proses konseling. 2
Data Sekunder  yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber  sekunder.
18
Diperoleh  dari  gambaran  lokasi  penelitian, keadaan lingkungan klien, perilaku keseharian klien, dll.
b. Sumber Data
Yang  dimaksud  sumber  data  adalah  subyek  dari  mana  data diperoleh.
19
1 Sumber  Data  Primer  yaitu  sumber  data  yang  langsung  diperoleh
peneliti dilapangan yaitu informasi dari klien yang diberikan saat proses konseling dan konselor yang memberikan konseling.
2 Sumber  Data  Sekunder  yaitu  sumber  data  yang  diperoleh  dari
orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis
18
Burhan  Bungin, Metode  Penelitian  Sosial:  Format-format  Kuantitatif  Dan  Kualitatif Surabaya: Universitas Airlangga, 2001, hal. 129.
19
Suharsimi  Arikunto, Prosedur  Penelitian  Suatu  Pendekatan  Praktek Jakarta:  PT. Rineka Cipta, 2006,  hal. 129.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
16
peroleh dari data primer. Sumber ini bisa diperoleh dari keluarga klien,  kerabat  klien,  tetangga  klien,  teman-teman  klien  dan  lain-
lain.  Dalam  penelitian  ini  data  diambil  dari  orang  tua  klien terutama  ibu  klien  yaitu  Umi  Salamah  nama  samaran,  teman
klien yaitu Yulianto nama samaran, dan Andra nama samaran.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam  penelitian  ini  peneliti  menggunakan  3  tahapan dari penelitian yakni:
a. Tahap Pra Lapangan Ada  enam  tahap  kegiatan  yang  harus  dilakukan  oleh  peneliti
dalam  tahapan  ini  ditambah  dengan  satu  pertimbangan  yang  perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan
tersebut diuraikan berikut ini.
20
1 Pada tahap ini digunakan untuk menyusun rencana penelitian Dalam hal ini peneliti membuat susunan rencana penelitian
apa  yang  akan  peneliti  hendak  teliti  ketika  sudah  terjun kelapangan.
2 Memilih lapangan penelitian Dalam  hal  ini  peneliti  mulai memilih  lapangan  yang  akan
diteliti.
20
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.., hal. 127.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
17
3 Mengurus perizinan Dalam  hal  ini  peneliti  mengurus  surat-surat  perizinan
sebagai  bentuk  administrasi  dalam  penelitian  sehingga  dapat mempermudah kelancaran peneliti dalam melakukan penelitian.
4 Menjajaki dan penilaian lapangan Penjajakan  dan  penilaian  lapangan  akan  terlaksana  dengan
baik  apabila  peneliti  sudah  membaca  terlebih  dahulu  dari keputusan  atau  mengetahui  melalui  orang  dalam  situasi  atau
kondisi  daerah  tempat  penelitian  dilakukan.
21
Dalam  hal  ini peneliti  akan  menjajaki  lapangan  dengan  mencari  informasi  dari
masyarakat tempat peneliti melakukan penelitian. 5 Memilih dan memanfaatkan informan
Dalam hal ini peneliti memilih dan memanfaatkan informan guna mendapatkan informasi tentang situasi dan kondisi lapangan.
6 Menyiapkan perlengkapan Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan
penelitian  seperti  alat-alat  tulis,  tape  recorder,  kamera,  dan  lain- lain.
7 Persoalan Etika Penelitian Persoalan  etika  akan  timbul  apabila  peneliti  tidak
menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai
21
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.., hal. 130.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
18
masyarakat  dan  pribadi  tersebut.
22
Dalam  hal  ini  peneliti  harus dapat menyesuaikan norma-norma dan nilai-nilai yang ada di latar
penelitian. b. Tahap Persiapan Lapangan
Pada  tahap  ini  peneliti  melakukan  persiapan  untuk memasuki lapangan    dan  persiapan  yang  harus  dipersiapkan  adalah  jadwal  yang
mencakup  waktu,  kegiatan  yang  dijabarkan  secara  rinci.  Kemudian ikut berperan serta sambil  mengumpulkan data yang ada di lapangan.
c. Tahap Pekerjaan Lapangan Dalam  tahap  pekerjaan lapangan  ini,  yang  akan  dilakukan
peneliti  adalah  memahami  latar  penelitian  terlebih  dahulu  serta mempersiapkan  diri  baik  fisik  maupun  mental.  Selanjutnya  yakni
memasuki  lapangan  untuk  menjalin  keakraban  dengan  subyek  atau informan  lainnya  agar  memperoleh banyak  informasi.  Dan  ini
dilakukan selama proses penelitian. Selanjutnya yakni berperan sambil mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi,
foto, rekaman, dan lain-lain.
23
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk  mendapatkan  data  secara  valid,  maka  teknik  pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
a. Observasi
22
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.., hal. 134.
23
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.., hal.137.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
19
Observasi  merupakan  pengamatan  terhadap  peristiwa  yang diamati  secara  langsung  oleh  peneliti.  Observasi  yaitu  pengamatan
dan  penelitian  yang  sistematis  terhadap  gejala  yang  di teliti.
24
Observasi  ini  dilakukan  untuk  mengamati  di  lapangan  mengenai fenomena  sosial  dengan  gejala-gejala  psikis  untuk  kemudian
dilakukan pencatatan. Observasi  bertujuan  untuk  mengoptimalkan  dari  segi  motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Observasi memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan
dihayati  oleh  subyek  sehingga  memungkinkan  pula  peneliti  menjadi sumber data.
25
Dalam  penelitian  ini,  observasi  dilakukan  untuk  mengamati klien  meliputi:  kondisi klien  baik  kondisi  sebelum,  saat  proses
konseling  maupun  sesudah  mendapatkan  konseling.  Selain  itu  untuk mengetahui deskripsi lokasi penelitian.
b. Wawancara
Wawancara  adalah  bentuk  percakapan  dua  orang  atau  lebih untuk  mendapatkan  informasi  dengan  cara  memberikan  beberapa
pertanyaan  yang  sesuai  dengan  tujuan  penelitian.
26
Wawancara
24
Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, Bandung, Alfabeta, 2012, hal.145.
25
Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.., hal. 175.
26
Deddy  Mulyana, Metode  Penelitian  Kualitatif, Bandung:  PT.  Remaja  Rosdakarya, 2005, hal. 180.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
20
dilakukan  untuk  menggali  data  lebih  mendalam  dari  data  yang diperoleh dari observasi.
27
Dalam  penelitian  ini  peneliti  sekaligus  konselor  sebagai pewawancara  dan  klien  sebagai terwawancara.  Adapun  yang  akan
peneliti gali yakni segala informasi pada diri klien yakni: Identitas diri klien,  deskripsi  permasalahan  yang  dialami  klien,  serta  hal-hal  yang
lainnya  yang  belum  dapat  peneliti  utarakan  karena  biasanya  teknik interview  ini  tidak  terstruktur  karena  wawancaranya  bersifat
mendalam.  Saat  wawancara  tidak  menyusun  pertanyaan  dan  jawaban tertulis,  hanya  membuat  pedoman  wawancara  sehingga  informan
merasa  leluasa  dan  terbuka  dalam  memberikan  jawaban  dan keterangan yang diingikan peneliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan fakta dan data yang tersimpan dalam berbagai  macam  bahan  yang  berbentuk  dokumentasi.  Sebagian  besar
data  yang  tersedia  adalah  berbentuk  surat-surat,  laporan,  peraturan, catatatan harian, biografi, simbol, dan data lain yang tersimpan.
28
Dari data  dokumentasi  peneliti  dapat  melihat  kembali  sumber  data  yang
ada seperti catatan pribadi, hasil wawancara dan lain sebagainya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik pengumpulan
data dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:
27
Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metode Penelitian, Bandung: Refika Aditama, 2014, hal. 136.
28
Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metode Penelitian.., hal. 139.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
21
Tabel 1.1 Teknik Pengumpulan Data
NO. JENIS DATA
SUMBER DATA
TPD
1 a.
Identitas Klien b.
Tempat tanggal lahir klien c.
Usia klien d.
Pendidikan klien e.
Masalah yang dihadapi klien Klien
W + O
2 a.
Identitas Konselor b.
Pendidikan konselor c.
Usia konselor d.
Pengalaman dan proses konseling yang dilakukan
Konselor W+O
3 a.
Kebiasaan klien b.
Kondisi keluarga dan lingkungan sekitar klien
Informan keluarga atau
teman klien W+O
4 a.
Luas wilayah penelitian b.
Batas wilayah Gambaran
lokasi penelitian O+W+D
Keterangan : TPD
: Teknik Pengumpulan Data O
: Observasi W
: Wawancara D
: Dokumentasi
6. Teknik Analisis Data
Dalam  proses  analisis  data  peneliti  melakukan  klasifikasi  data dengan  cara  memilah-milah  data  sesuai  dengan  kategori  yang  disepakati
oleh  peneliti. Dalam  melakukan  analisis  data,  peneliti  menggunakan analisis  deskriptif-komparatif,  yakni Deskriptif  Komparatif  digunakan
untuk  menganalisa  proses  konseling  antara  teori  dan  kenyataan  dengan cara  membandingkan  di  dalam  pelaksanaan Teknik Biblioterapi yang
dilakukan  oleh  konselor,  apakah  terdapat  perbedaan  pada  klien  antara sebelum dan sesudah mendapatkan konseling dengan Teknik Biblioterapi.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
22
7. Teknik pemeriksaan Keabsahan data
Dalam  suatu  penelitian diperlukan teknik  untuk  mengecek  atau mengevaluasi  tentang  keabsahan  data  yang  diperoleh.  Pada  tahap  ini,
langkah  yang  dilakukan  peneliti  adalah  mengecek  kembali  keterangan- keterangan  yang  diberi  informan  dan  memastikan  informan  dengan
keterangan yang dilakukan. a. Fokus dan ketekunan
Ketekunan  diperlukan  untuk  memastikan  agar  sumber  data yang  dipilih  benar-benar  bersentuhan.  Ketekunan  pengamatan
bermaksud mencari dan menemukan ciri-ciri serta situasi  yang sangat relevan  dengan  persoalan  atau  isu  yang  sedang  dicari  dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Peneliti juga tetap menjaga fokus pada sasaran objek yang diteliti. Hal ini diperlukan agar
data yang digali tidak melenceng dari rumusan masalah yang dibahas. b.
Triangulasi Sugiyono  menjelaskan  bahwa,  “triangulasi  diartikan  sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik  pengumpulan  data  yang  telah  ada.”
29
Dalam  penelitian  ini peneliti bertujuan untuk mencari pemahaman terhadap apa yang telah
ditemukan  di  lapangan.  Peneliti  menggunakan  teknik  ini  dengan alasan agar data yang diperoleh akan lebih konsisten dan pasti.
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, hal. 241.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
23
G. Sistematika Pembahasan
Agar  penulisan  skripsi  ini  tersusun  secara  rapi  dan  jelas  sehingga mudah  dipahami,  maka  penulis  susun  sistematika  pembahasan sebagai
berikut: BAB I Pendahuluan yaitu: gambaran umum yang membuat pola dasar
dan  kerangka  pembahasan  skripsi.  Bab  ini  meliputi  Latar  Belakang, Rumusan  Masalah,  Tujuan  Penelitian,  Manfaat  Penelitian,  Definisi  Konsep,
Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB  II Tinjauan Pustaka: dalam bab ini peneliti menyajikan tentang
kajian  teori  yang  dijelaskan  dari  beberapa  referensi  untuk  menelaah  objek kajian  yang  dikaji,  dalam  skripsi  ini  akan  membahas  tentang  Bimbingan
Konseling  Islam  yang  meliputi: Pengertian  Bimbingan  Konseling  Islam, Tujuan  Bimbingan  Konseling  Islam, Fungsi  Bimbingan  Konseling  Islam,
Unsur-unsur  Bimbingan  Konseling  Islam  dan  Langkah-langkah  Bimbingan Konseling  Islam.  Selanjutnya  yakni Teknik Biblioterapi yang  meliputi:
Pengertian Biblioterapi, Dasar dan Tujuan Biblioterapi, Tahapan Biblioterapi, Manfaat Biblioterapi. Kemudian  Frustrasi  meliputi:  Pengertian  Frustrasi
,
Faktor – Faktor Penyebab Frustrasi
,
Ciri – Ciri Frustrasi
,
Jenis-Jenis Frustrasi
, serta
Bentuk- Bentuk  Frustrasi.  Dan terakhir  beberapa  penelitian  terdahulu yang relevan.
BAB III Penyajian Data: Menjelaskan tentang setting penelitian yang meliputi,  deskripsi  umum  objek  penelitian,  deskripsi  konselor, deskripsi
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
24
klien,  dan  membahas  deskripsi  hasil  penelitian yakni  mengenai deskripsi proses  pelaksanan  Bimbingan  Konseling  Islam  dengan  Teknik Biblioterapi
dalam  Menangani  Frustrasi  Seorang  Pemuda  Putus  Cinta  di  Desa  Badang Ngoro Jombang serta deskripsi hasil akhir pelaksanan Bimbingan Konseling
Islam  dengan  Teknik Biblioterapi dalam  Menangani  Frustrasi  Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.
BAB IV Analisis Data:  Menjelaskan  tentang
analisis  proses pelaksanaan Bimbingan  Konseling  Islam  dengan  Teknik Biblioterapi dalam
Menangani  Frustrasi  Seorang  Pemuda  Putus  Cinta  di  Desa  Badang  Ngoro Jombang dan analisis hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik
Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.
BAB  V Bab  ini  berisi  tentang  kesimpulan  dari  kajian  ini  dan  saran- saran.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
25
BAB II BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TEKNIK BIBLIOTERAPI,
FRUSTRASI A. Bimbingan Konseling Islam
1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky bimbingan konseling Islam adalah  suatu  aktivitas  memberikan  bimbingan,  pelajaran  dan  pedoman
kepada  individu  yang  meminta  bimbingan  klien  dalam  hal  bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya,
kejiwaannya,  keimanan  dan  keyakinan  serta  dapat  menanggulangi problematika  hidup  dan  kehidupannya  dengan  baik  dan  benar  secara
mandiri yang berparadigma kepada Al-Quran dan As-Sunnah Rasulullah SAW.
30
Menurut Samsul Munir Amin bimbingan konseling  Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, continue dan sistematis kepada setiap
individu  agar  ia  dapat  mengembangkan  potensi  atau  fitrah  beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-
nilai  yang  terkandung  di  dalam  Al- Qur’an  dan  Hadits  Rasulullah  ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan
Al-Qur’an dan Hadits.
31
30
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, hal. 137
31
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, hal. 23
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
26
Sedangkan  menurut  Aunur  Rahim  Faqih  bimbingan  konseling Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari
kembali  eksistensinya  sebagai  makhluk  Allah  yang  seharusnya  dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan
petunjuk  dari  Allah  sehingga,  dapat  mencapai  kebahagiaan  hidup  di dunia dan akhirat.
32
Berdasarkan beberapa
pendapat diatas,
penulis dapat
menyimpulkan  bahwa  bimbingan  dan  konseling  Islam  adalah  suatu pemberian  bantuan  oleh  seorang  ahli  kepada  individu,  yang  berupa
nasehat,  dukungan,  dan  saran,  untuk  membantu  memecahkan  masalah yang  dihadapi  agar  individu  dapat  mengoptimalkan potensi  akal
pikirannya  yang  sesuai  dengan  Al-Quran  dan  As-Sunnah,  agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam
Menurut  Drs.  Yuhana Wijaya  dalam  bukunya  yang  berjudul “Psikologi  Bimbingan”  memberikan  batasan  bahwa  tujuan  bimbingan
adalah  membantu  individu  agar  klien  dapat  mengenal  dan  memahami dirinya  sendiri,  termasuk  kekuatan  dan  kelemahan-kelemahannya,
mengenal  dan  memahami  lingkungannya,  mengambil  keputusan  untuk melangkah  maju  seoptimal  mungkin,  berusaha  sendiri  memecahkan
32
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, hal. 63
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
27
masalahnya atau menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya dan mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.
33
Menurut  Hallen  dalam  bukunya  Bimbingan  dan  Konseling, merumuskan  tujuan  dari  pelayanan  Bimbingan  dan  Konseling  Islami
yakni  untuk  meningkatkan  dan  menumbuh  suburkan  kesadaran  manusia tentang  eksistensinya  sebagai  makhluk  dan  khalifah  Allah  swt.  dimuka
bumi ini, sehingga setiap aktivitas dan tingkah lakunya tidak keluar dari tujuan hidupnya yakni untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah.
34
3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam
Menurut  Ainur  Rahim  Faqih  fungsi  bimbingan  dan  Konseling Islam sebagai berikut:
a. Fungsi  preventif  pencegahan  yaitu  membantu  individu  agar  dapat berupaya  aktif  untuk  melakukan  pencegahan  sebelum  mengalami
masalah  kejiwaan,  upaya  ini  meliputi:  pengembangan  strategi  dan program yang dapat digunakan mengantisipasi resiko hidup yang tidak
perlu terjadi. b. Fungsi  kuratif  dan  koretif  yaitu  membantu  individu  memecahkan
masalah yang dihadapi atau dialami. c. Fungsi preserfativ  yaitu  membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik dan kebaikan itu bertahan lama. d. Fungsi  Development  atau  pengembangan,  yaitu  membantu  individu
memelihara  dan  mengembangkan  situasi  dan  kondisi  yang  telah  baik
33
Yuhana Wijaya, Psikologi Bimbingan Bandung: PT. Eresco, 1988, hal 94
34
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching, 2005, h, 14.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
28
atau menjaga lebih baik sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya.
35
4. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam
a. Konselor Konselor  merupakan  orang  bersedia  dengan  sepenuh  hati
membantu  klien  dalam  menyelesaikan  masalahnya  berdasarkan  pada keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.
36
Adapun  syarat  yang  harus  dimiliki  oleh  konselor  adalah sebagai berikut:
1 Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT 2 Sifat  kepribadian  yang  baik,  jujur,  bertanggung  jawab,  sabar,
kreatif, dan ramah. 3 Mempunyai kemmapuan, keterampilan dan keahlian profesional
serta berwawasan luas dalam bidang konseling.
37
b. Konseli Individu  yang  diberi  bantuan  oleh  seorang  konselor  atas
permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain dinamakan klien.
38
Menurut  kartini  kartono,  konseli  hendaknya  memiliki  sikap dan sifat sebagai berikut:
35
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, hal. 37
36
Latipun, Psikologi konseling, Malang: UMM PRESS, 2008, hal. 55
37
Syamsu  Yusuf,  juntika  nurhisan, Landasan  Bimbingan  dan  Konseling, Bandung: Alfabeta, 2010, hal. 80
38
Sofyan  S  willis, Konseling  Individual  Teori  dan  Praktek, Bandung:  Alfabeta,  2010, hal. 111
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
29
1 Terbuka Keterbukaan  konseli  akan  sangat  membantu  jalannya
proses  konseling.  Artinya  konseli  bersedia  mengungkap  segala sesuatu yang diperlukan demi kesuksesannya proses konseling.
2 Sikap Percaya Agar  konseling  berlangsung  secara  efektif,  maka  konseli
harus percaya bahwa konselor benar-benar bersedia menolongnya, percaya  bahwa  konselor  tidak  akan  membocorkan  rahasianya
kepada siapa-pun. 3 Bersikap Jujur
Seorang  konseli  yang  bermasalah,  agar  masalahnya  dapat teratasi,  harus  bersikap  jujur.  Artinya  konseli  harus  jujur
mengemukakan  data-data  yang  benar,  jujur  mengakui  bahwa masalah itu yang sebenarnya ia alami.
4 Bertanggung Jawab Tanggung  jawab  konseli  untuk  mengatasi  masalahnya
sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling.
39
c. Masalah Menurut  HM.  Arifin  dalam  bukunya  Aswadi  menerangkan
bahwa  beberapa  jenis  masalah  yang  dihadapi  seseorang  atau masyarakat yang memerlukan bimbingan konseling islam, yaitu:
39
Imam  Sayuti  Farid, pokok-pokok  bahasan  tentang  bimbingan  penyuluhan  Agama sebagai teknik dakwa, Surabaya: bagian penerbitan Fakultas dakwah IAIN Sunan Ampel, 1997,
hal. 14
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
30
1 Masalah perkawinan
2 Problem karena ketegangan jiwa atau syaraf
3 Problem tingkah laku sosial
4 Problem karena masalah alkoholisme
5 Dirasakan  problem  tapi  tidak  dinyatakan  dengan  jelas  secara
khusus memerlukan bantuan.
40
5. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam
Ada  beberapa  langkah-langkah  dalam Bimbingan  Konseling Islam yaitu:
a. Identifikasi Masalah Identifikasi  masalah  yaitu  menentukan  masalah  apa  yang
terjadi pada diri klien atau mengidentifikasi kasus-kasus yang dialami oleh klien.
b. Diagnosa Diagnosis
merupakan usaha
pembimbing konselor
menetapkan  latar  belakang  masalah  atau  faktor-faktor  penyebab timbulnya masalah pada siswa klien.
c. Prognosa Setelah  di  ketahui  faktor-faktor  penyebab  timbulnya  masalah
pada  siswa atau  klien, selanjutnya  pembimbing  atau  konselor menetapkan langkah-langkah bantuan yang akan di ambil.
40
Aswadi, Iyadah  dan  Takziyah  Prespektif  Bimbingan  dan Konseling  Islam,  Surabaya: Dakwah Digital Press, 2006 hal. 27-28.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
31
d. Treatment atau terapi Setelah  di  tetapkan  jenis  atau  langkah-langkah  pemberian
bantuan selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah di tetapkan.
e. Evaluasi atau Follow Up Evaluasi di lakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang
telah di berikan memperoleh hasil atau tidak.
41
B. Teknik Biblioterapi
Pada  zaman  modern  ini,  banyak  manusia  yang  mengalami  gangguan mental,  seperti  gangguan  kecemasan,  trauma,  stres,  frustrasi  dan  depresi.
Apabila  tidak  segera  ditangani  akan  membebani  konseli  sehingga  memiliki beban  pikiran  yang  dapat  mengganggu  aktifitas  konseli.  Seiring  dengan
perkembangan  zaman  yang  begitu  pesat  dan  banyaknya  masalah-masalah yang  terjadi  di  masyarakat,  para  ahli  membuat  model-model  terapi  untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli seperti teknik biblioterapi.
1. Pengertian Biblioterapi
Biblioterapi berasal  dari  kata biblion dan therapeia. Biblion berarti  buku  atau  bahan  bacaan,  sementara
therapeia artinya
penyembuhaan.  Jadi, biblioterapi
dapat  dimaknai  sebagai  upaya penyembuhan  lewat  buku.  Bahan  bacaan  berfungsi  untuk  mengalihkan
41
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008 hal 304-305
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
32
orientasi  dan  memberikan  pandangan- pandangan  yang  positif  sehingga menggugah kesadaran penderita untuk bangkit menata hidupnya.
42
Menurut  Ellis  dalam  bukunya  Namora  Lumongga  Lubis menjelaskan
pengertian biblioterapi
bibliografi yaitu
dengan memberikan bahan bacaan tentang orang-orang yang mengalami masalah
yang  hampir  sama  dengan  klien  dan  akhirnya  dapat  mengatasi masalahnya.  Atau  bahan  bacaan  yang  dapat  meningkatkan  cara  berpikir
klien agar lebih rasional.
43
Menurut Jachma dalam bukunya Kushariyadi, biblioterapi adalah dukungan  psikoterapi  melalui  bahan  bacaan  untuk  membantu  seseorang
yang mengalami permasalahan personal.
44
Berdasarkan  beberapa  pandangan  di atas,  maka  dapat peneliti pahami  bahwa  teknik biblioterapi yaitu dengan cara memberikan buku
bacaan  tentang  cerita  atau  kisah  orang  lain  yang  mengalami  masalah yang sama atau pun hampir sama dengan klien yang dapat meningkatkan
cara  berpikir  klien  agar  lebih  rasional  sehingga  dapat  mengatasi masalahnya baik dengan cara klien sendiri dalam memaknai cerita  yang
sama  atau  bahkan  sama  dengan  masalahnya  tersebut  atau  pun  dengan bantuan konselor.
42
Anita  Apriliawati, Pengaruh  Biblioterapi  terhadap  Tingkat  Kecemasan  Anak  Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi Rumah Sakit Islam Jakarta, 2011, hal. 30.
43
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik.., hal. 182.
44
Kushariyadi, Terapi Modalitas  Keperawatan  Pada  Klien  Psikogeriatik Jakarta: SALEMBA, 2011, hal. 49
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
33
2. Dasar dan Tujuan Biblioterapi
Nabi Muhammad SAW pertama kali mendapatkan wahyu: 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Artinya:  Bacalah  dengan  menyebut  nama  Tuhanmu  yang
Menciptakan.  Dia  telah  menciptakan  manusia  dari  segumpal  darah. Bacalah,  dan  Tuhanmu  lah  yang Maha  pemurah.  yang  mengajar
manusia  dengan  perantaran  kalam  Allah  mengajar  manusia  dengan perantaraan  tulis  baca.  Dia  mengajar  kepada  manusia  apa  yang  tidak
diketahuinya.
45
Allah yang  mengutus  Jibril  untuk  menyampaikan  wahyu  yang pertama  namun  Nabi  Muhammad  menjawab  dengan  jawaban:  “saya
tidak  dapat  membaca”.  Hal  demikian  diulangi  sampai  ketiga  kalinya dengan  jawaban  yang  sama  dari  Nabi.  Malaikat  Jibril  kemudian
menuntun Nabi Muhammad dengan membaca lima ayat pertama dari Al- Alaq.  Secara  tidak  langsung  turunnya  wahyu  yang  pertama  kali  ini
sebenarnya  menyuruh kita  membaca,  dengan  membaca  ilmu  kita  akan bertambah, wawasan kita akan luas.
46
Sebenarnya  Kita  sudah  lama  telah  menerapkan  terapi  membaca, tetapi  sampai  saat  ini  kita  tidak  menyadari  bahwa  itu  adalah  suatu  alat
atau bahan untuk mengurangi permasalahan yang kita hadapi di kala itu. Biblioterapi sering  kita  gunakan  untuk  pencarian  jati diri  melalui  dunia
yang  ada  dalam  halaman-halaman  buku  yang  baik.  Kita  merasa  terlibat
45
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf , Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahannya, hal.597.
46
Shonhaji Sholeh Dkk, Pengantar Studi Islam Surabaya: IAIN Ampel Press 2005, hal. 18.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
34
dalam  karakter  tokoh  utama  yang  ada  di sana.  Acapkali  kita  sering menutup  sampul  sembari  tersenyum  setelah  mendapatkan  inspirasi  dan
ide baru dari buku yang kita baca tersebut. Bibliotherapy merupakan sebuah  terapi  atau  penyembuhan  bagi
seseorang  yang  memiliki  masalah  yang  bertujuan  untuk  mengarahkan lebih  spesifik. Dari  membaca  seseorang  dapat  mencatat  katarsis  dalam
diri  seseorang  itu  sendiri,  sehingga  memiliki  wawasan  baru,  serta  dapat menjadi sumber emosional dan respon empati dari pembaca.
47
Maka  dapat  peneliti  pahami,  teknik  ini  bertujuan  untuk mendampingi  seseorang  yang  tengah  mengalami  emosional  yang
berkecamuk  karena  permasalahan  yang  dihadapi  dengan  menyediakan bahan-bahan  bacaan  dengan  topik  yang  tepat.  Kisah  dalam  buku  akan
membantu  untuk  menyelami  hidupnya  sehingga  mampu  memutuskan jalan keluar yang paling mungkin bisa diambil.
3. Tahapan Biblioterapi
Tahap-tahap dalam bibliotherapy adalah terapis menentukan buku yang  akan  di  berikan  kepada  klien  yang  berupa  buku  psikologi dan
konseling,  aotubiografi,  buku  bacaan  yang  sesuai  dengan  masalah  yang dihadapi  klien itu  sendiri. Adapun  tahapan  biblioterapi  yaitu  mengawali
dengan  motivasi,  memberikan  waktu  yang  cukup,  memberikan  masa inkubasi,  kemudian  tindak  lanjut,  sebaiknya  tindak  lanjut  dilakukan
47
Wayne  A.  Weigand,  Donal  G.  Davis,  JR, Encyclopedia  of  Library  History America Serikat: Taylor  Francis, 1994 hal.79
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
35
dengan metode diskusi, lalu evaluasi. Sebaiknya  evaluasi  dilakukan
secara  mandiri  oleh  klien.  Hal  ini  memancing  klien  untuk  memperoleh kesimpulan yang tuntas dan memahami arti pengalaman yang dialami.
48
4. Manfaat Biblioterapi
Menurut  Novitawati  dalam bukunya  Kushariyadi “intervensi biblioterapi
dapat  dikelompokkan  dalam  empat tingkatan,  yaitu
intelektual, sosial, perilaku, dan emosional”. a.
Pada  tingkat  intelektual  individu  memperoleh  pengetahuan  tentang perilaku  yang  dapat  memecahkan  masalah,  dan  juga  mendapatkan
wawasan  intelektual.  Selanjutnya,  individu  dapat  menyadari  ada banyak pilihan dalam menangai masalah.
b. Pada  tingkat  sosial,  melalui  membaca  kisah  atau  cerita  orang  lain
individu dapat mengasah kepekaan sosialnya. c.
Pada tingkat perilaku, individu akan mendapatkan dan meningkatkan kepercayaan  diri  untuk  membicarakan  masalah-masalah  yang  sulit
didiskusikan  akibat  perasaan  takut,  malu,  dan  bersalah.  Lewat membaca,  individu  didorong  untuk  diskusi  tanpa  rasa  malu  akibat
rahasia pribadinya terbongkar. d.
Pada  tingkat  emosional,  individu  dapat  terbawa  perasaannya  dan mengembangkan  kesadaran  menyangkut  wawasan  emosional.
Teknik  ini  dapat  menyediakan  solusi - solusi  terbaik  dari  rujukan masalah sejenis yang dialami klien dengan yang telah dialami orang
48
Gerald  Corey, Theory  and  Practice  of  Counseling  and  Psychoterapy
Australia:Cengage Learning, 2004 hal. 355
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
36
lain  sehingga  merangsang  kemauan  yang  kuat  pada  individu  untuk memecahkan masalahnya.
49
C. Frustrasi 1.
Pengertian Frustrasi
Begitu banyak pendapat para ahli mengenai arti dan pemahaman tentang  kata frustrasi.  Sebelum  menjelaskan  pengertian frustrasi,  perlu
diketahui  bahwa  yang  mula-mula  mengemukakan  pendapat  betapa pentingnya frustrasi itu  diselidiki  ialah  Sigmund  Freud,  yaitu  seorang
psikonalisis, beserta sarjana-sarjana modern lainnya. Menurut aliran ilmu jiwa  modern  dinyatakan  bahwa  di  dalam  diri  manusia  itu  terdapat
dorongan-dorongan  batin  yang  dapat  mempengaruhi  tingkah  laku  dan kehidupan  manusia.
50
Bahkan  para  psikolog  ahli  ilmu  jiwa  sendiri bersilang  pendapat  tentang  arti frustrasi;  ada  yang  menyebutnya
pembatas  eksternal  yang  menyebabkan  seseorang  tidak  dapat  mencapai tujuan,  sementara  ada  pula  yang  menganggap frustrasi sebagai reaksi
emosional internal yang disebabkan adanya suatu penghalang. Secara  etimologi  bahasa frustrasi berasal  dari  bahasa  Yunani,
frustratio yang  berarti  perasaan  kecewa  atau  jengkel  akibat  terhalang dalam  mencapai  tujuan.  Dan  dalam  bahasa  Inggris frustration yang
berarti kekecewaan.
51
49
Kushariyadi, Terapi  Modalitas  Keperawatan  Pada  Klien  Psikogeriatik   Jakarta: Salemba, 2011, hal. 51
50
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan.., hal. 120.
51
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan.., hal. 120.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
37
Dalam  kamus  ilmiah  populer  lengkap,  dijelaskan  “frustrasi ialah kekecewaan berat lantaran kegagalan; patah semangat akibat kegagalan;
rasa kecewa berat akibat ketidak sampaian tujuan”.
52
Dalam  bukunya  Kartini  Kartono  dengan  judul  Patologi  Sosial jilid  II  menjelaskan  pengertian frustrasi yaitu  suatu  keadaan,  dimana
suatu keadaan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan tidak bisa tercapai.
53
Seperti permasalah di atas bahwa frustrasi ada  yang mengatakan sebagai pembatas eksternal dan ada juga yang berpendapat sebagai reaksi
emosional  internal.  Hal  tersebut  telah  diungkapkan  oleh  ahli  psikologi bahwa frustrasi adalah  kondisi  eksternal  yang  membuat  seseorang  tidak
memperoleh  kesenangan  yang  diharapkan.  Disamping  itu, frustrasi juga ada  yang  mengartikan  sebagai  keadaan  seseorang  yang  sedang  kalut
karena terlalu banyak masalah, tekanan atau yang lainnya sehingga tidak dapat  menyelesaikannya.  Dan  ada  juga  ahli  psikolog  yang  mengartikan
frustrasi itu  adalah  keadaan  batin  seseorang,  ketidak  seimbangan  dalam jiwa,  suatu  perasaan  tidak  puas  karena  hasrat  atau  dorongan  yang  tidak
dapat terpenuhi. Dari berbagai macam pendapat para ahli tentang frustrasi, namun
kalau  kita  menelaah  dari  keseluran  pendapat-pendapat  itu  intinya  sama, yaitu  suatu  hasrat  dalam  batin  yang  tidak  diberi  kepuasan  atau  tidak
dipenuhi karena suatu rintangan dan kita merasa kecewa karenanya. Atau dengan  kata  lain,  keadaan  batin  seseorang,  ketidak  seimbangan  dalam
52
Tim  Pustaka  Agung  Harapan, Kamus  Ilmiah  Populer  Lengkap, Surabaya:  Pustaka Agung Harapan, TT, hal. 109
53
Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid II, Jakarta: CV. Rajawali, 1983, hal. 295.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
38
jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat dorongan yang tidak dapat terpenuhi.
2. Faktor – Faktor Penyebab Frustrasi
Seperti  kenyataannya,  apabila  terjadi  suatu  masalah  tentu  pasti ada  sebab  yang  menjadi  latar  belakang  terjadi  masalah  itu.  Begitu  juga
frustrasi,  tidak  timbul  dengan  sendirinya  tanpa  ada  sebab  yang mengawalinya. Zakiah  Daradjat  dalam  bukunya  kesehatan  mental
menjelaskan frustrasi itu disebabkan oleh tanggapan terhadap situasi.
54
Woodworth  sebagaimana  dikutip  Ngalim  Purwanto  dalam bukunya  Psikologi  Pendidikan,  mengemukakan  bahwa  rintangan-
rintangan  penyebab frustrasi itu  dapat  dibagi  menjadi  4empat golongan besar:
5. Rintangan-rintangan  penyebab  yang  timbul  bukan  dari  manusia selain  manusia.  Kecewaan  yang  mungkin  dialami  itu  timbulnya
bukan  karena  hubungan  dengan  manusia  saja,  tapi  mungkin  timbul dari  adanya  hubungan  dengan  hewan,  tumbuhan,  benda  dan  lain-lain
yang  berinteraksi  dengan  kita.  Seperti  contoh  : Seorang  kusir  sais ingin cepat-cepat mengemudikan delmannya menuju ke station kereta
api  untuk  mengambil  penumpang  yang  turun  dari  kereta  api  yang sebentar lagi datang. Namun, tiba-tiba saja kudanya mogok tidak mau
berjalan  karena  kelelahan  dan  lapar.  Lama  sang  sais  berusaha  dan mencambuki  kudanya  dengan  maksud  kudanya  kembali  berjalan  dan
54
Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1983, hal. 25.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
39
lekas  lari,  namun  hal  itu  sia-sia  belaka  kudanya  tidak  mau  berjalan apalagi berlari. Sementara itu kereta api telah tiba di station dan tidak
lama  kemudian  beragkat  lagi.  Dan  sang  sais  tidak  mendapatkan penumpang satu orang pun.
6. Rintangan-rintangan  yang  disebabkan  orang  lain  sesama  manusia. Frustrasi yang disebabkan oleh seseorang umumya lebih mengganggu
atau lebih terasa dari pada  yang disebabkan oleh sesuatu  yang bukan manusia seperti permasalahan  yang pertama. Hal itu mungkin karena
manusia itu lebih mudah mengeluarkan pendapatnya, dan lebih dapat merasakan  daripada  hewan,  tumbuhan  atau  benda  yang  tidak
mempunyai pemikiran atau mungkin tidak bernyawa. Seperti contoh : Seorang  pemain  bola dengan  asiknya  membawa  bola  menuju  ke
daerah  pertahan  lawan  yang  sebentar  lagi  sampai  ke  daerah  finalti, dengan  dibarengi  keinginan hasrat  memasukan  bola  ke  gawang
lawan.  Namun,  tidak  disangka  tiba-tiba  datang  lawan  yang  tidak diketahui  dari  arah  mana  datangnya  dan  akhirnya  berhasil  merebut
bola yang padahal tinggal beberapa langkah lagi bersarang di gawang lawan.
7. Pertentangan  antara  motif-motif  positif  yang  terdapat  dalam  diri seseorang. Frustrasi juga  akan  timbul  akibat  dihadapkan  kepada  dua
pilihan  atau lebih  yang  keduanya  bersifat  positif  dan  akhirnya menimbulkan banyak pertimbangan. Frustrasi juga akan timbul akibat
dihadapkan  kepada  dua  pilihan  atau  lebih  yang  keduanya  bersifat
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
40
positif  dan  akhirnya  menimbulkan  banyak  pertimbangan.  Seperti contoh:  Seorang  anak  perempuan  mempunyai  keinginan  untuk  pergi
ke acara concert salah satu band favoritnya. Tetapi malam itu juga ia berhasrat  untuk  menyenangakan  ibunya  yang  ia  sayangi,  yang
sebenarnya  tidak  menyukai  kepergiannya  ke  acara  concert  itu.  Jika kedua  motif  itu  sangat  kuat  dan  seimbang,  sukarlah  bagi  si  anak
perempuan  itu  memilih  mana  yang  akan  dilaksanakan.  Kedua  motif itu  sama  baiknya.  Apabila  pergi  ke  acara  concert  berarti  ia  akan
mengecewakan  ibunya,  kalau  tidak,  berarti  tidak  melihat  group band favoritnya. Betulah pertimbangan yang akan dipikirkannya. Demikian
pula  di  dalam  diri  ibunya  terjadi  suatu  perasaan  yang  tidak  enak karena  sudah  melarang  anaknya.  Sebagai  seorang  ibu  yang  baik  ia
harus  menyenangkan  anaknya,  tapi  disisi  lain  ia  juga  harus bertanggung  jawab  terhadap  pendidikan  anaknya,  karena  ia
menganggap  membiarkan  anaknya  pergi  ke  acara  itu  tidak  baik  bagi anaknya.  Pertentangan  antara  keinginan  untuk  menyenangkan  ibunya
kalau  si  anak  dan  menyenangkan  anaknya  kalau  si  ibu  akan menimbulkan  pemikiran  dan  akhirnya  akan  menimbulkan frustrasi
dalam diri si anak dan si ibu. 8. Pertentangan  antara  motif  positif  dan  motif  negatif  yang  terdapat
dalam  diri  orang  itu.  Motif-motif  negatif  biasanya  menimbulkan pertentangan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan motif
positif,  diantara  motif  negatif.  Sebagai  contoh  :  pada  suatu  malam,
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
41
sebut saja si Amir ingin sekali menonton pergelaran wayang golek di suatu hajatan yang tidak jauh dari rumahnya. Tetapi karena malam itu
bukan malam minggu jadi harus belajar sebagaimana biasanya. Akan tetapi keinginan untuk menonton itu tetap kuat. Mau minta ijin kepada
ayahnya  tidak  berani  takut,  karena  sudah  tentu  ayahnya  tidak mengijinkan.  Kalau  pergi  secara  sembunyi-sembunyi  takut  ketahuan.
Akhirnya dengan hati gelisah ia tetap belajar di rumahnya.
55
Dengan demikian, penyebab frustrasi itu timbul bukan hanya dari dalam  dirinya  saja  internal,  tetapi  bisa  juga  timbul  dari  luar  dirinya
eksternal  yang  berinteraksi  dengan  dirinya.  Sumber  yang  berasal  dari dalam  termasuk  kekurangan  dirinya  sendiri,  seperti  kurangnya  rasa
percaya  diri  atau ketakutan  pada  situasi  sosial  yang  menghalangi pencapaian  tujuan.  Konflik  juga  dapat  menjadi  sumber  internal  dari
frustrasi saat  seseorang  mempunyai  tujuan  yang  saling  berinterferensi satu  sama  lain.  Sedangkan  penyebab  eksternalnya  mencakup  kondisi-
kondisi  di  luar  dirinya,  seperti  jalan  macet,  tidak  punya  uang,  cinta ditolak, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh, dll.
Dalam  penelitian  ini,  objek  penelitian  mengalami frustrasi yang berasal  dari  luar  dirinyafaktor  eksternal,  yaitu  dikarenakan  oleh
rintangan-rintangan  yang  disebabkan  orang  lain  sesama  manusia.  Objek penelitian  mengalami
frustrasi akibat  putus  cinta  yang  dimana
keinginannya untuk menjadikan kekasihnya sebagai isteri tidak tercapai.
55
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan..,hal. 121-122.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
42
3. Ciri – Ciri Frustrasi
Menurut  Supartono  Widyosiswoyo  dalam  bukunya  Ilmu  Budaya Dasar, menyatakan kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustrasi,
yang artinya dapat disebutkan bahwa seseorang akan mengalami frustrasi apabila apa  yang diinginkannya tidak tercapai. Adapun ciri-ciri frustrasi
antara lain: a.
Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak nafas, dan sering nyeri pada lambung, dll.
b. Jiwanya  sering  menunjukkan  rasa  cemas,  sering  diam  membisu,
ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah, dll.
56
Dari  ciri-ciri  diatas,  beberapa  peneliti  menjabarkan  ciri-ciri frustrasi dengan lebih rinci yakni:
a. Nampak adanya perubahan dari kebiasaan cara hidupnya.
b. Kelelahan, cemas, dan tumbuh rasa bersalah dalam hidupnya.
c. Orang yang mengalami frustrasi merasa kehilangan gairah hidup.
d. Sering diam dan membisu.
e. Terkadang menangis.
f. Tidak bersemangat mengadakan kontak sosial dalam hidupnya.
g. Malas makan.
56
Supartono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar.., hal. 141-142.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
43
h. Sering murung
i. Mudah marah.
j. Sering menangis.
k. Perubahan ritme tidur.
l. Bertindak sewenang-wenang.
Mengetahui ciri-ciri frustrasi diatas maka peneliti dapat menyebut klien  telah  mengalami frustrasi.  Yang  dimana  klien  merasa  sangat
kecewa  akibat  keinginannya  yang  tidak  tercapai.  Dalam  penelitian  ini, objek  penelitian  mengalami frustrasi dengan  ciri-ciri  yaitu  klien  tidak
mempunyai  semangat  lagi,  ia  lebih  sering  berdiam  diri;  berhenti memotret  dan  mengedit  foto;  saat  bersama  dengan  teman-temanya  ia
sering kali tiba-tiba diam membisu saat bercanda; sering murung; malas makan;  mudah  marah;  sering  mengeluhkan  pusing  pada  kepalanya;  dan
juga  terlihat  cemas  serta  tidak  jarang  juga  menyalahkan  dirinya  seperti menganggap  bahwa  dirinya  bodoh  karena  tidak  meminang  sejak  awal
agar tidak terlalu kecewa; bahkan sering menangis.
4. Jenis-Jenis Frustrasi
Rozenvig  dalam  bukunya  Mustofa  Fahmi  yang  berjudul kesehatan  jiwa  dalam  keluarga,  sekolah,  dan  masyarakat  membagi
frustrasi menjadi beberapa macam yakni: a. Frustrasi Luar
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
44
1 Kebutuhan Luar
Menyangkut kekurangan pada kebutuhan luar. Contohnya: kemiskinan  yang  diderita  oleh  sementara  orang,  sudah  barang
tentu  dalam  keadaan  seperti  itu  kemiskinan  menjadi  sebab  dari tidak terpenuhinya berbagai kebutuhan.
2 Kehilangan Luar
Menyangkut  kehilangan  sesuatu  hal  yang  sifatnya  luar yang tadinya dimiliki, baik kehilangan tersebut kehilangan rumah,
pekerjaan, teman, kekasih ataupun yang lainnya baik karena mati atau  pun  berpisah.  Karena  kehilangan  secara  tiba-tiba  dapat
menyebabkan seseorang mengalami frustrasi. 3
Hambatan Luar Disamping  kedua  macam frustrasi luar  diatas,  ada  pula
hambatan-hambatan  yang  menghalangi  individu  dari  pencapaian tujuan yang diusahakannya untuk dapat terlaksana misalnya pintu
terkunci, jalan tertutup, jarak yang jauh atau pun akibat dihalangi oleh orang lain dalam pencapaian tujuan.
b. Frustrasi Dalam 1
Kebutuhan Dalam Hal-hal  yang  berhubungan  dengan  cacat  atau  kelainan
yang dibawa sejak lahir. Misalnya tidak dapat mendengar, lemah ingatan,  tidak  bisa  melihat,  dll.  Semua  kenyataan  itu  merupakan
faktor frustrasi yang  mempengaruhi  pada  derajat  pemuasan
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
45
kebutuhan orang  yang  menderitanya,  tapi  lain  halnya  dengan orang-orang biasa.
2 Kehilangan Dalam
Termasuk  dalam  hal  itu  kehilangan  tiba-tiba  pada penglihatan, pendengaran, atau salah satu anggota badannya yang
tadinya  dimilikinya.  Misalnya  kehilangan  jari  tangan  pada seorang  pemain  piano  terkenal,  menyebabkan  sangat  cemas,  hal
itu  jauh  lebih  berat  daripada  apa  yang  dirasakan  oleh  seseorang yang sejak lahir memang telah tidak ada jarinya.
3 Hambatan Dalam
Misalnya  keinginan  untuk  menghadiri  dua  buah pertemuan  pada  satu  waktu,  yang  berarti  jika  ia  hadir  pada
pertemuan  yang satu, menyebabkan tidak dapat menghadiri  yang lain, macam hambatan seperti itu kadang-kadang dinamakan juga
dengan konflik.
57
Dalam  penelitian  ini,  klien  mengalami  jenis frustrasi luar  yang dimana  mencakup pada  kehilangan  luar  dan  hambatan  luar.  Kehilangan
luar,  klien  mengalami  kehilangan  yaitu  kehilangan  kekasihnya  yang sangat ia sayang secara tiba-tiba, sehingga ia mengalami frustrasi. Klien
juga mengalami hambatan dalam mencapai tujuannya untuk menjadikan kekasihnya sebagai istri. Ia mengalami hambatan luar yakni ia terhalang
57
Musthofa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Jilid II.., hal. 14-17.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
46
oleh tidak adanya restu orang tua dari kekasihnya sehingga ia mengalami kekecewaan yang sangat dalam sehingga klien mengalami frustrasi.
5. Bentuk- Bentuk Frustrasi
Dalam  kamus  lengkap  psikologi,  bentuk-bentuk  dari frustrasi yaitu:
a. Frustration
Suatu keadaan ketegangan  yang tidak menyenangkan ditandai dengan  kecemasan  disebabkan  oleh  rintangan  dan  hambatan  dalam
pencapaian keinginan. b.
Frustation Aggresion hypothesis Asumsi ini menyatakan bahwa frustrasi selalu mengarah pada
suatu jenis tingkah laku agresi, baik secara implisit maupun eksplisit. c.
Frustation response Suatu  sikap  kepribadian  faktorial  yang  memperlihatkan  ujung
kutub positifnya berupa kemarahan dan depresi. d.
Frustation tolerence Kemampuan  untuk  menderita  karena  gagal  dan  dihalang-
halangi,  namun  mengalami  kerusakan  psikologis  yang  tidak semestinya.
58
Objek  penelitian  mengalami frustrasi pada  bentuk  yang  pertama yaitu frustation dimana klien mengalami suatu keadaan ketegangan yang
58
Chaplin, J. P, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Rajawali Perpustakaan, 1992, hal. 200-201.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
47
tidak  menyenangkan  ditandai  dengan  kecemasan  disebabkan  oleh rintangan dan hambatan dalam pencapaian keinginan.
D. Frustrasi Sebagai Masalah Bimbingan Konseling Islam
Hidup  di  dunia  sangat  berwarna,  penuh dengan  ujian  dan  cobaan. Allah suatu saat pasti menguji salah satu umatnya. Dalam kehidupan di dunia
ini  manusia  senantiasa  dihadapkan  pada  tantangan-tantangan  yang  sangat kompleks.  Dari  sini  timbul  berbagai  masalah  yang  membutuhkan
penyelesaian, sedangkan permasalahan yang dihadapi terkadang dirasa sangat berat sehingga banyak yang menemui kesulitan untuk menyelesaikannya dan
juga  untuk  mendapatkan  jalan  keluar  terkadang  individu  membutuhkan bantuan dari individu yang lain.
Hal tersebut dialami oleh klien, masalah yang dihadapi ternyata dirasa sangat  membebaninya  sehingga  mengakibatkan  kekecewaan  berat  yang
berujung frustrasi. Frustrasi merupakan masalah yang harus ditangani karena frustrasi akan berdampak buruk pada kesehatan fisik dan juga psikis individu
yang  mengalaminya  serta  dapat  mengakibatkan  buruk  pula  pada lingkungannya.  Untuk  itu  dibutuhkan  Bimbingan  dan  Konseling  Islam
dengan  tekniknya,  salah  satunya  yaitu  dengan  teknik biblioterapi agar frustrasi  dapat  terminimalisir  dan  tidak  sampai  mengakibatkan  hal-hal  yang
tidak diinginkan terjadi, lebih lagi frustrasi dapat teratasi dengan baik.
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
48
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam penelitian ini, peneliti beracuan pada penelitian terdahulu yang dijadikan  relevansi. Adapun  hasil  penelitian  terdahulu  yang  dijadikan
relevansi antara lain: 1. BIMBINGAN PENYULUHAN AGAMA DENGAN TERAPI REALITAS
DALAM  MENGATASI FRUSTRASI studi  Kasus  Seorang  Gadis  yang Mengalami Frustrasi akibat Ditinggal Mati Ibunya di Desa Sedengan Mijen
Krian Sidoarjo Oleh
: Aini Nadifah Tahun
: 2001 Prodi
: Bimbingan Penyuluhan Islam Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya
Kata Kunci : BPA, Terapi Realitas, Frustrasi
Persamaan :
Penelitian  tersebut,  membahas  mengenai frustrasi seorang  gadis yang  ditinggal  mati  oleh  ibunya.  Dalam  penelitian  itu  digunakan  Terapi
Realitas  untuk  menangani  masalah  sang  gadis. Persamaannya  yaitu masalah yang diangkat yakni frustrasi.
Perbedaan :
Yang  membedakan  yaitu  objeknya,  dalam  penelitian  itu  objeknya adalah  seorang  gadis  yang frustrasi akibat  ditinggal  mati  oleh  ibunya
sedangkan  yang  akan  saya  teliti  adalah  seorang  pemuda  yang frustrasi karena putus cinta. Selain itu perbedaannya juga terletak pada terapi yang
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
49
digunakan,  penelitian  itu  menggunakan  Terapi  Realitas  sedangkan  dalam penelitian yang akan saya lakukan, menggunakan Teknik Biblioterapi.
2. BIMBINGAN  KONSELING  AGAMA  DENGAN  TERAPI  REALITAS DALAM  MENGATASI FRUSTRASI SEORANG  ISTRI  KARENA
DITINGGAL  SUAMINYA  MENIKAH  LAGI  DI  KELURAHAN SUDOTOPO KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA
Oleh : Farida
Prodi : Bimbingan Penyuluhan Islam
Kata kunci : Terapi Realitas, Frustrasi
Persamaan :
Adapun  persamaan  dalam  penelitian  yang  peneliti lakukan yaitu masalah yang diangkat yakni frustrasi.
Perbedaan :
Sedangkan membedakan  adalah  pada  objek  penelitian,  dalam penelitian  tersebut  objek  yang  dijadikan  penelitian  yakni  istri  karena
ditinggal  suaminya  menikah  lagi  sedangkan  objek  yang  akan  saya  teliti yaitu  seorang  pemuda  yang frustrasi karena  putus  cinta.  Kemudian  yang
membedakan  lagi  yaitu  terapi  yang  digunakan,  peneliti  terdahulu menggunakan terapi Realitas sedangkan penelitian yang akan saya lakukan
menggunakan Teknik Biblioterapi. 3. BIMBINGAN
KONSELING ISLAM
DENGAN TEKNIK
BIBLIOTERAPI DALAM  MENGATASI  DEKADENSI  KE-IMANAN SEORANG
MAHASISWA DI
SURABAYA: STUDI
KASUS;
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
50
SEORANG  SISWA  YANG  MENYELESAIKAN  MASALAH  DENGAN MINUMAN KERAS
Oleh : Ahmad Zainuri
Tahun : 2013
Prodi : Bimbingan Konseling Islam
Kata kunci : Bimbingan Konseling Islam, Biblioterapi
Persamaan :
Penelitian tersebut membahas mengenai bimbingan konseling Islam dengan  Teknik Biblioterapi dalam  menangani  dekadensi  ke-imanan
seorang  mahasiswa. Persamaannya yaitu Bimbingan  konseling  Islam dengan Teknik yang digunakan yakni biblioterapi.
Perbedaan :
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian kali ini yakni objek yang  dikaji.  Dalam  penelitian  tersebut  teknik  tersebut  digunakan  dalam
mengatasi  masalah  dekadensi  keimanan  pada  seorang  mahasiswa  yang menyelesaikan  masalah  dengan  minuman  keras  namun  dalam  penelitian
kali  ini  teknik  tersebut  digunakan  dalam  menangani frustrasi seorang pemuda yang putus cinta.
4. PENGARUH BIBLIOTERAPI TERHADAP  TINGKAT  KECEMASAN ANAK  USIA  SEKOLAH  YANG  MENJALANI  HOSPITALISASI  DI
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA Oleh
: Anita Apriliawati Tahun
: 2011
digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id  digilib.uinsby.ac.id
51
Prodi : Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Kata kunci : Biblioterapi, Hospitalisasi, Tingkat kecemasan
Persamaan :
Persamaannya yaitu teknik yang digunakan yakni biblioterapi. Perbedaan
: Perbedaan  antara  penelitian  tersebut  dengan  penelitian  kali  ini
yakni  pada  objeknya  yang  dimana  penelitian  tersebut  mengurai  pengaruh teknik  tersebut  terhadap  tingkat  kecemasan  anak  usia  sekolah  sedangkan
dalam  penelitian  kali  ini  teknik  digunakan  dalam  menangani frustrasi seorang pemuda karena putus cinta.
5. BIMBINGAN  DAN  KONSELING  ISLAM  DALAM  MENANGANI RASA FRUSTRASI SEORANG  PENDERITA  GAGAL  GINJAL  DI
KELURAHAN KARANG PILANG SURABAYA Oleh
: Bagus Firmansyah Tahun
: 2013 Prodi
: Bimbingan dan Konseling Islam Kata kunci
: Bimbingan dan Konseling, Frustrasi Persamaan
: Persamaannya yaitu pada masalah yang diangkat yakni Frustrasi.
Perbedaan :
perbedaan dari  penelitian  tersebut  dengan  penelitian  kali  ini  yakni objek  yang  diteliti,  selain  itu  dalam  penelitian  tersebut  untuk  menangani
frustrasi seorang  penderita  gagal  ginjal  di  Kelurahan  Karang  Pilang