digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Berdasarkan beberapa pandangan diatas, maka dapat dipahami peneliti bahwa Teknik Biblioterapi yaitu teknik yang digunakan untuk
membantu klien dengan cara memberi buku bacaan tentang cerita atau kisah orang lain yang mengalami masalah yang sama atau pun hampir
sama dengan klien yang dapat meningkatkan cara berpikir klien agar lebih rasional sehingga dapat mengatasi masalahnya.
3. Frustrasi
Menurut Musthofa Fahmi dalam bukunya Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat mendefinisikan frustrasi ialah suatu
proses yang mengandung pengenalan seseorang akan hambatan yang menghalanginya dari memenuhi kebutuhannya, atau ia memperkirakan
bahwa hambatan akan terjadi di kemudian hari.
13
Menurut Supartono Widyo Siswoyo dalam bukunya Ilmu Budaya Dasar, menyatakan kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustrasi,
yang artinya dapat disebutkan bahwa seseorang akan mengalami frustrasi apabila apa yang diinginkannya tidak tercapai. Adapun ciri-ciri frustrasi
antara lain: 1. Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak nafas, dan sering
nyeri pada lambung, dll.
13
Musthofa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat,jilid II, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, hal. 10.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
2. Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, sering diam membisu, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah, dll.
14
Berdasarkan beberapa pandangan diatas, maka dapat dipahami bahwa frustrasi merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami
kegagalan karena suatu halangan atau hambatan dalam mencapai tujuannya atau keinginannya yang mengakibatkan individu itu merasakan
kekecewaan mendalam. Seperti kenyataannya, apabila terjadi suatu masalah tentu pasti ada
sebab yang menjadi latar belakang terjadi masalah itu. Begitu juga frustrasi, tidak timbul dengan sendirinya tanpa ada sebab awalnya.
Woodworth sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa rintangan-rintangan
penyebab frustrasi itu dapat dibagi menjadi 4 golongan besar: 1. Rintangan-rintangan penyebab yang timbul bukan dari manusia
selain manusia. Kecewaan yang mungkin dialami itu timbulnya bukan karena hubungan dengan manusia saja, tapi mungkin timbul
dari adanya hubungan dengan hewan, tumbuhan, benda dan lain-lain yang berinteraksi dengan kita.
2. Rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia. 3. Pertentangan antara motif-motif positif yang terdapat dalam diri
seseorang. Frustrasi juga akan timbul akibat dihadapkan kepada dua
14
Supartono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992, hal. 141-142.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
pilihan atau lebih yang keduanya bersifat positif dan akhirnya menimbulkan banyak pertimbangan.
4. Pertentangan antara motif positif dan motif negatif yang terdapat dalam diri orang itu. Motif-motif negatif biasanya menimbulkan
pertentangan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan motif positif, diantara motif negatif.
15
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang valid dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam bukunya Lexy yang berjudul
Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi bahwa: Menurut Botgar dan Tailor dalam bukunya Lexy J. Moleong,
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang dapat diamati.
16
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam penelitian ini, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara
mendalam. Peneliti akan mendapatkan informasi hasil data secara utuh, sebab sumber data yang diharapkan berasal dari sumber yang berkaitan
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Karya, 1985, hal. 121- 122.
16
Lexy J. Moleog, Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, hal. 4.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
dengan sasaran penelitian. Sehingga menghasilkan data deskriptif yang berupa kata- kata atau teks bukan berupa angka.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau penelitian kasus. Menurut Sudarwan, Penelitian kasus merupakan studi
mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu.
17
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena dalam penelitian ini obyek yang diamati adalah suatu kasus yang hanya
melibatkan satu orang pemuda sehingga harus dilakukan penelitian secara intensif, menyeluruh dan terperinci untuk menangani seorang pemuda
yang frustrasi.
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Adapun sasaran dalam penelitian ini yaitu seorang pemuda bernama Airul nama samaran yang mengalami frustrasi karena putus
cinta. Yang kemudian disebut dengan klien. Lokasi penelitian ini terletak di Desa Badang Rt 03 Rw 03,
Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.
17
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV Pustaka Setia, 2002, hal. 55.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam
bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :
1 Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di
lapangan. Hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang dan masalah klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir
pelaksanaan proses konseling. 2
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder.
18
Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan klien, perilaku keseharian klien, dll.
b. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.
19
1 Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh
peneliti dilapangan yaitu informasi dari klien yang diberikan saat proses konseling dan konselor yang memberikan konseling.
2 Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari
orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis
18
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif Surabaya: Universitas Airlangga, 2001, hal. 129.
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, hal. 129.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
peroleh dari data primer. Sumber ini bisa diperoleh dari keluarga klien, kerabat klien, tetangga klien, teman-teman klien dan lain-
lain. Dalam penelitian ini data diambil dari orang tua klien terutama ibu klien yaitu Umi Salamah nama samaran, teman
klien yaitu Yulianto nama samaran, dan Andra nama samaran.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahapan dari penelitian yakni:
a. Tahap Pra Lapangan Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti
dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan
tersebut diuraikan berikut ini.
20
1 Pada tahap ini digunakan untuk menyusun rencana penelitian Dalam hal ini peneliti membuat susunan rencana penelitian
apa yang akan peneliti hendak teliti ketika sudah terjun kelapangan.
2 Memilih lapangan penelitian Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang akan
diteliti.
20
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.., hal. 127.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
3 Mengurus perizinan Dalam hal ini peneliti mengurus surat-surat perizinan
sebagai bentuk administrasi dalam penelitian sehingga dapat mempermudah kelancaran peneliti dalam melakukan penelitian.
4 Menjajaki dan penilaian lapangan Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan
baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari keputusan atau mengetahui melalui orang dalam situasi atau
kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.
21
Dalam hal ini peneliti akan menjajaki lapangan dengan mencari informasi dari
masyarakat tempat peneliti melakukan penelitian. 5 Memilih dan memanfaatkan informan
Dalam hal ini peneliti memilih dan memanfaatkan informan guna mendapatkan informasi tentang situasi dan kondisi lapangan.
6 Menyiapkan perlengkapan Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan
penelitian seperti alat-alat tulis, tape recorder, kamera, dan lain- lain.
7 Persoalan Etika Penelitian Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak
menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai
21
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.., hal. 130.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
masyarakat dan pribadi tersebut.
22
Dalam hal ini peneliti harus dapat menyesuaikan norma-norma dan nilai-nilai yang ada di latar
penelitian. b. Tahap Persiapan Lapangan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang
mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan.
c. Tahap Pekerjaan Lapangan Dalam tahap pekerjaan lapangan ini, yang akan dilakukan
peneliti adalah memahami latar penelitian terlebih dahulu serta mempersiapkan diri baik fisik maupun mental. Selanjutnya yakni
memasuki lapangan untuk menjalin keakraban dengan subyek atau informan lainnya agar memperoleh banyak informasi. Dan ini
dilakukan selama proses penelitian. Selanjutnya yakni berperan sambil mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi,
foto, rekaman, dan lain-lain.
23
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data secara valid, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
a. Observasi
22
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.., hal. 134.
23
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.., hal.137.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Observasi merupakan pengamatan terhadap peristiwa yang diamati secara langsung oleh peneliti. Observasi yaitu pengamatan
dan penelitian yang sistematis terhadap gejala yang di teliti.
24
Observasi ini dilakukan untuk mengamati di lapangan mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan. Observasi bertujuan untuk mengoptimalkan dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Observasi memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan
dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.
25
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati klien meliputi: kondisi klien baik kondisi sebelum, saat proses
konseling maupun sesudah mendapatkan konseling. Selain itu untuk mengetahui deskripsi lokasi penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk percakapan dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi dengan cara memberikan beberapa
pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
26
Wawancara
24
Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, Bandung, Alfabeta, 2012, hal.145.
25
Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi.., hal. 175.
26
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 180.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
dilakukan untuk menggali data lebih mendalam dari data yang diperoleh dari observasi.
27
Dalam penelitian ini peneliti sekaligus konselor sebagai pewawancara dan klien sebagai terwawancara. Adapun yang akan
peneliti gali yakni segala informasi pada diri klien yakni: Identitas diri klien, deskripsi permasalahan yang dialami klien, serta hal-hal yang
lainnya yang belum dapat peneliti utarakan karena biasanya teknik interview ini tidak terstruktur karena wawancaranya bersifat
mendalam. Saat wawancara tidak menyusun pertanyaan dan jawaban tertulis, hanya membuat pedoman wawancara sehingga informan
merasa leluasa dan terbuka dalam memberikan jawaban dan keterangan yang diingikan peneliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan fakta dan data yang tersimpan dalam berbagai macam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar
data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, laporan, peraturan, catatatan harian, biografi, simbol, dan data lain yang tersimpan.
28
Dari data dokumentasi peneliti dapat melihat kembali sumber data yang
ada seperti catatan pribadi, hasil wawancara dan lain sebagainya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik pengumpulan
data dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:
27
Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metode Penelitian, Bandung: Refika Aditama, 2014, hal. 136.
28
Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metode Penelitian.., hal. 139.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Tabel 1.1 Teknik Pengumpulan Data
NO. JENIS DATA
SUMBER DATA
TPD
1 a.
Identitas Klien b.
Tempat tanggal lahir klien c.
Usia klien d.
Pendidikan klien e.
Masalah yang dihadapi klien Klien
W + O
2 a.
Identitas Konselor b.
Pendidikan konselor c.
Usia konselor d.
Pengalaman dan proses konseling yang dilakukan
Konselor W+O
3 a.
Kebiasaan klien b.
Kondisi keluarga dan lingkungan sekitar klien
Informan keluarga atau
teman klien W+O
4 a.
Luas wilayah penelitian b.
Batas wilayah Gambaran
lokasi penelitian O+W+D
Keterangan : TPD
: Teknik Pengumpulan Data O
: Observasi W
: Wawancara D
: Dokumentasi
6. Teknik Analisis Data
Dalam proses analisis data peneliti melakukan klasifikasi data dengan cara memilah-milah data sesuai dengan kategori yang disepakati
oleh peneliti. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif-komparatif, yakni Deskriptif Komparatif digunakan
untuk menganalisa proses konseling antara teori dan kenyataan dengan cara membandingkan di dalam pelaksanaan Teknik Biblioterapi yang
dilakukan oleh konselor, apakah terdapat perbedaan pada klien antara sebelum dan sesudah mendapatkan konseling dengan Teknik Biblioterapi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
7. Teknik pemeriksaan Keabsahan data
Dalam suatu penelitian diperlukan teknik untuk mengecek atau mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini,
langkah yang dilakukan peneliti adalah mengecek kembali keterangan- keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan
keterangan yang dilakukan. a. Fokus dan ketekunan
Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data yang dipilih benar-benar bersentuhan. Ketekunan pengamatan
bermaksud mencari dan menemukan ciri-ciri serta situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Peneliti juga tetap menjaga fokus pada sasaran objek yang diteliti. Hal ini diperlukan agar
data yang digali tidak melenceng dari rumusan masalah yang dibahas. b.
Triangulasi Sugiyono menjelaskan bahwa, “triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada.”
29
Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mencari pemahaman terhadap apa yang telah
ditemukan di lapangan. Peneliti menggunakan teknik ini dengan alasan agar data yang diperoleh akan lebih konsisten dan pasti.
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, hal. 241.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
G. Sistematika Pembahasan
Agar penulisan skripsi ini tersusun secara rapi dan jelas sehingga mudah dipahami, maka penulis susun sistematika pembahasan sebagai
berikut: BAB I Pendahuluan yaitu: gambaran umum yang membuat pola dasar
dan kerangka pembahasan skripsi. Bab ini meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep,
Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka: dalam bab ini peneliti menyajikan tentang
kajian teori yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek kajian yang dikaji, dalam skripsi ini akan membahas tentang Bimbingan
Konseling Islam yang meliputi: Pengertian Bimbingan Konseling Islam, Tujuan Bimbingan Konseling Islam, Fungsi Bimbingan Konseling Islam,
Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam dan Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam. Selanjutnya yakni Teknik Biblioterapi yang meliputi:
Pengertian Biblioterapi, Dasar dan Tujuan Biblioterapi, Tahapan Biblioterapi, Manfaat Biblioterapi. Kemudian Frustrasi meliputi: Pengertian Frustrasi
,
Faktor – Faktor Penyebab Frustrasi
,
Ciri – Ciri Frustrasi
,
Jenis-Jenis Frustrasi
, serta
Bentuk- Bentuk Frustrasi. Dan terakhir beberapa penelitian terdahulu yang relevan.
BAB III Penyajian Data: Menjelaskan tentang setting penelitian yang meliputi, deskripsi umum objek penelitian, deskripsi konselor, deskripsi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
klien, dan membahas deskripsi hasil penelitian yakni mengenai deskripsi proses pelaksanan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi
dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang serta deskripsi hasil akhir pelaksanan Bimbingan Konseling
Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.
BAB IV Analisis Data: Menjelaskan tentang
analisis proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam
Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang dan analisis hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik
Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.
BAB V Bab ini berisi tentang kesimpulan dari kajian ini dan saran- saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
BAB II BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TEKNIK BIBLIOTERAPI,
FRUSTRASI A. Bimbingan Konseling Islam
1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky bimbingan konseling Islam adalah suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman
kepada individu yang meminta bimbingan klien dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya,
kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara
mandiri yang berparadigma kepada Al-Quran dan As-Sunnah Rasulullah SAW.
30
Menurut Samsul Munir Amin bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, continue dan sistematis kepada setiap
individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-
nilai yang terkandung di dalam Al- Qur’an dan Hadits Rasulullah ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan
Al-Qur’an dan Hadits.
31
30
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, hal. 137
31
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, hal. 23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
Sedangkan menurut Aunur Rahim Faqih bimbingan konseling Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari
kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan
petunjuk dari Allah sehingga, dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
32
Berdasarkan beberapa
pendapat diatas,
penulis dapat
menyimpulkan bahwa bimbingan dan konseling Islam adalah suatu pemberian bantuan oleh seorang ahli kepada individu, yang berupa
nasehat, dukungan, dan saran, untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi agar individu dapat mengoptimalkan potensi akal
pikirannya yang sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah, agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam
Menurut Drs. Yuhana Wijaya dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Bimbingan” memberikan batasan bahwa tujuan bimbingan
adalah membantu individu agar klien dapat mengenal dan memahami dirinya sendiri, termasuk kekuatan dan kelemahan-kelemahannya,
mengenal dan memahami lingkungannya, mengambil keputusan untuk melangkah maju seoptimal mungkin, berusaha sendiri memecahkan
32
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, hal. 63
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
masalahnya atau menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya dan mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.
33
Menurut Hallen dalam bukunya Bimbingan dan Konseling, merumuskan tujuan dari pelayanan Bimbingan dan Konseling Islami
yakni untuk meningkatkan dan menumbuh suburkan kesadaran manusia tentang eksistensinya sebagai makhluk dan khalifah Allah swt. dimuka
bumi ini, sehingga setiap aktivitas dan tingkah lakunya tidak keluar dari tujuan hidupnya yakni untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah.
34
3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam
Menurut Ainur Rahim Faqih fungsi bimbingan dan Konseling Islam sebagai berikut:
a. Fungsi preventif pencegahan yaitu membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami
masalah kejiwaan, upaya ini meliputi: pengembangan strategi dan program yang dapat digunakan mengantisipasi resiko hidup yang tidak
perlu terjadi. b. Fungsi kuratif dan koretif yaitu membantu individu memecahkan
masalah yang dihadapi atau dialami. c. Fungsi preserfativ yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik dan kebaikan itu bertahan lama. d. Fungsi Development atau pengembangan, yaitu membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik
33
Yuhana Wijaya, Psikologi Bimbingan Bandung: PT. Eresco, 1988, hal 94
34
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching, 2005, h, 14.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
atau menjaga lebih baik sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya.
35
4. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam
a. Konselor Konselor merupakan orang bersedia dengan sepenuh hati
membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.
36
Adapun syarat yang harus dimiliki oleh konselor adalah sebagai berikut:
1 Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT 2 Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab, sabar,
kreatif, dan ramah. 3 Mempunyai kemmapuan, keterampilan dan keahlian profesional
serta berwawasan luas dalam bidang konseling.
37
b. Konseli Individu yang diberi bantuan oleh seorang konselor atas
permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain dinamakan klien.
38
Menurut kartini kartono, konseli hendaknya memiliki sikap dan sifat sebagai berikut:
35
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, hal. 37
36
Latipun, Psikologi konseling, Malang: UMM PRESS, 2008, hal. 55
37
Syamsu Yusuf, juntika nurhisan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Alfabeta, 2010, hal. 80
38
Sofyan S willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2010, hal. 111
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
1 Terbuka Keterbukaan konseli akan sangat membantu jalannya
proses konseling. Artinya konseli bersedia mengungkap segala sesuatu yang diperlukan demi kesuksesannya proses konseling.
2 Sikap Percaya Agar konseling berlangsung secara efektif, maka konseli
harus percaya bahwa konselor benar-benar bersedia menolongnya, percaya bahwa konselor tidak akan membocorkan rahasianya
kepada siapa-pun. 3 Bersikap Jujur
Seorang konseli yang bermasalah, agar masalahnya dapat teratasi, harus bersikap jujur. Artinya konseli harus jujur
mengemukakan data-data yang benar, jujur mengakui bahwa masalah itu yang sebenarnya ia alami.
4 Bertanggung Jawab Tanggung jawab konseli untuk mengatasi masalahnya
sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling.
39
c. Masalah Menurut HM. Arifin dalam bukunya Aswadi menerangkan
bahwa beberapa jenis masalah yang dihadapi seseorang atau masyarakat yang memerlukan bimbingan konseling islam, yaitu:
39
Imam Sayuti Farid, pokok-pokok bahasan tentang bimbingan penyuluhan Agama sebagai teknik dakwa, Surabaya: bagian penerbitan Fakultas dakwah IAIN Sunan Ampel, 1997,
hal. 14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
1 Masalah perkawinan
2 Problem karena ketegangan jiwa atau syaraf
3 Problem tingkah laku sosial
4 Problem karena masalah alkoholisme
5 Dirasakan problem tapi tidak dinyatakan dengan jelas secara
khusus memerlukan bantuan.
40
5. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam
Ada beberapa langkah-langkah dalam Bimbingan Konseling Islam yaitu:
a. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yaitu menentukan masalah apa yang
terjadi pada diri klien atau mengidentifikasi kasus-kasus yang dialami oleh klien.
b. Diagnosa Diagnosis
merupakan usaha
pembimbing konselor
menetapkan latar belakang masalah atau faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa klien.
c. Prognosa Setelah di ketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah
pada siswa atau klien, selanjutnya pembimbing atau konselor menetapkan langkah-langkah bantuan yang akan di ambil.
40
Aswadi, Iyadah dan Takziyah Prespektif Bimbingan dan Konseling Islam, Surabaya: Dakwah Digital Press, 2006 hal. 27-28.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
d. Treatment atau terapi Setelah di tetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian
bantuan selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah di tetapkan.
e. Evaluasi atau Follow Up Evaluasi di lakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang
telah di berikan memperoleh hasil atau tidak.
41
B. Teknik Biblioterapi
Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami gangguan mental, seperti gangguan kecemasan, trauma, stres, frustrasi dan depresi.
Apabila tidak segera ditangani akan membebani konseli sehingga memiliki beban pikiran yang dapat mengganggu aktifitas konseli. Seiring dengan
perkembangan zaman yang begitu pesat dan banyaknya masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, para ahli membuat model-model terapi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli seperti teknik biblioterapi.
1. Pengertian Biblioterapi
Biblioterapi berasal dari kata biblion dan therapeia. Biblion berarti buku atau bahan bacaan, sementara
therapeia artinya
penyembuhaan. Jadi, biblioterapi
dapat dimaknai sebagai upaya penyembuhan lewat buku. Bahan bacaan berfungsi untuk mengalihkan
41
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008 hal 304-305
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
orientasi dan memberikan pandangan- pandangan yang positif sehingga menggugah kesadaran penderita untuk bangkit menata hidupnya.
42
Menurut Ellis dalam bukunya Namora Lumongga Lubis menjelaskan
pengertian biblioterapi
bibliografi yaitu
dengan memberikan bahan bacaan tentang orang-orang yang mengalami masalah
yang hampir sama dengan klien dan akhirnya dapat mengatasi masalahnya. Atau bahan bacaan yang dapat meningkatkan cara berpikir
klien agar lebih rasional.
43
Menurut Jachma dalam bukunya Kushariyadi, biblioterapi adalah dukungan psikoterapi melalui bahan bacaan untuk membantu seseorang
yang mengalami permasalahan personal.
44
Berdasarkan beberapa pandangan di atas, maka dapat peneliti pahami bahwa teknik biblioterapi yaitu dengan cara memberikan buku
bacaan tentang cerita atau kisah orang lain yang mengalami masalah yang sama atau pun hampir sama dengan klien yang dapat meningkatkan
cara berpikir klien agar lebih rasional sehingga dapat mengatasi masalahnya baik dengan cara klien sendiri dalam memaknai cerita yang
sama atau bahkan sama dengan masalahnya tersebut atau pun dengan bantuan konselor.
42
Anita Apriliawati, Pengaruh Biblioterapi terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi Rumah Sakit Islam Jakarta, 2011, hal. 30.
43
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik.., hal. 182.
44
Kushariyadi, Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatik Jakarta: SALEMBA, 2011, hal. 49
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
2. Dasar dan Tujuan Biblioterapi
Nabi Muhammad SAW pertama kali mendapatkan wahyu:
Artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Maha pemurah. yang mengajar
manusia dengan perantaran kalam Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
45
Allah yang mengutus Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama namun Nabi Muhammad menjawab dengan jawaban: “saya
tidak dapat membaca”. Hal demikian diulangi sampai ketiga kalinya dengan jawaban yang sama dari Nabi. Malaikat Jibril kemudian
menuntun Nabi Muhammad dengan membaca lima ayat pertama dari Al- Alaq. Secara tidak langsung turunnya wahyu yang pertama kali ini
sebenarnya menyuruh kita membaca, dengan membaca ilmu kita akan bertambah, wawasan kita akan luas.
46
Sebenarnya Kita sudah lama telah menerapkan terapi membaca, tetapi sampai saat ini kita tidak menyadari bahwa itu adalah suatu alat
atau bahan untuk mengurangi permasalahan yang kita hadapi di kala itu. Biblioterapi sering kita gunakan untuk pencarian jati diri melalui dunia
yang ada dalam halaman-halaman buku yang baik. Kita merasa terlibat
45
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf , Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahannya, hal.597.
46
Shonhaji Sholeh Dkk, Pengantar Studi Islam Surabaya: IAIN Ampel Press 2005, hal. 18.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
dalam karakter tokoh utama yang ada di sana. Acapkali kita sering menutup sampul sembari tersenyum setelah mendapatkan inspirasi dan
ide baru dari buku yang kita baca tersebut. Bibliotherapy merupakan sebuah terapi atau penyembuhan bagi
seseorang yang memiliki masalah yang bertujuan untuk mengarahkan lebih spesifik. Dari membaca seseorang dapat mencatat katarsis dalam
diri seseorang itu sendiri, sehingga memiliki wawasan baru, serta dapat menjadi sumber emosional dan respon empati dari pembaca.
47
Maka dapat peneliti pahami, teknik ini bertujuan untuk mendampingi seseorang yang tengah mengalami emosional yang
berkecamuk karena permasalahan yang dihadapi dengan menyediakan bahan-bahan bacaan dengan topik yang tepat. Kisah dalam buku akan
membantu untuk menyelami hidupnya sehingga mampu memutuskan jalan keluar yang paling mungkin bisa diambil.
3. Tahapan Biblioterapi
Tahap-tahap dalam bibliotherapy adalah terapis menentukan buku yang akan di berikan kepada klien yang berupa buku psikologi dan
konseling, aotubiografi, buku bacaan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi klien itu sendiri. Adapun tahapan biblioterapi yaitu mengawali
dengan motivasi, memberikan waktu yang cukup, memberikan masa inkubasi, kemudian tindak lanjut, sebaiknya tindak lanjut dilakukan
47
Wayne A. Weigand, Donal G. Davis, JR, Encyclopedia of Library History America Serikat: Taylor Francis, 1994 hal.79
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
dengan metode diskusi, lalu evaluasi. Sebaiknya evaluasi dilakukan
secara mandiri oleh klien. Hal ini memancing klien untuk memperoleh kesimpulan yang tuntas dan memahami arti pengalaman yang dialami.
48
4. Manfaat Biblioterapi
Menurut Novitawati dalam bukunya Kushariyadi “intervensi biblioterapi
dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan, yaitu
intelektual, sosial, perilaku, dan emosional”. a.
Pada tingkat intelektual individu memperoleh pengetahuan tentang perilaku yang dapat memecahkan masalah, dan juga mendapatkan
wawasan intelektual. Selanjutnya, individu dapat menyadari ada banyak pilihan dalam menangai masalah.
b. Pada tingkat sosial, melalui membaca kisah atau cerita orang lain
individu dapat mengasah kepekaan sosialnya. c.
Pada tingkat perilaku, individu akan mendapatkan dan meningkatkan kepercayaan diri untuk membicarakan masalah-masalah yang sulit
didiskusikan akibat perasaan takut, malu, dan bersalah. Lewat membaca, individu didorong untuk diskusi tanpa rasa malu akibat
rahasia pribadinya terbongkar. d.
Pada tingkat emosional, individu dapat terbawa perasaannya dan mengembangkan kesadaran menyangkut wawasan emosional.
Teknik ini dapat menyediakan solusi - solusi terbaik dari rujukan masalah sejenis yang dialami klien dengan yang telah dialami orang
48
Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy
Australia:Cengage Learning, 2004 hal. 355
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
lain sehingga merangsang kemauan yang kuat pada individu untuk memecahkan masalahnya.
49
C. Frustrasi 1.
Pengertian Frustrasi
Begitu banyak pendapat para ahli mengenai arti dan pemahaman tentang kata frustrasi. Sebelum menjelaskan pengertian frustrasi, perlu
diketahui bahwa yang mula-mula mengemukakan pendapat betapa pentingnya frustrasi itu diselidiki ialah Sigmund Freud, yaitu seorang
psikonalisis, beserta sarjana-sarjana modern lainnya. Menurut aliran ilmu jiwa modern dinyatakan bahwa di dalam diri manusia itu terdapat
dorongan-dorongan batin yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan kehidupan manusia.
50
Bahkan para psikolog ahli ilmu jiwa sendiri bersilang pendapat tentang arti frustrasi; ada yang menyebutnya
pembatas eksternal yang menyebabkan seseorang tidak dapat mencapai tujuan, sementara ada pula yang menganggap frustrasi sebagai reaksi
emosional internal yang disebabkan adanya suatu penghalang. Secara etimologi bahasa frustrasi berasal dari bahasa Yunani,
frustratio yang berarti perasaan kecewa atau jengkel akibat terhalang dalam mencapai tujuan. Dan dalam bahasa Inggris frustration yang
berarti kekecewaan.
51
49
Kushariyadi, Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatik Jakarta: Salemba, 2011, hal. 51
50
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan.., hal. 120.
51
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan.., hal. 120.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Dalam kamus ilmiah populer lengkap, dijelaskan “frustrasi ialah kekecewaan berat lantaran kegagalan; patah semangat akibat kegagalan;
rasa kecewa berat akibat ketidak sampaian tujuan”.
52
Dalam bukunya Kartini Kartono dengan judul Patologi Sosial jilid II menjelaskan pengertian frustrasi yaitu suatu keadaan, dimana
suatu keadaan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan tidak bisa tercapai.
53
Seperti permasalah di atas bahwa frustrasi ada yang mengatakan sebagai pembatas eksternal dan ada juga yang berpendapat sebagai reaksi
emosional internal. Hal tersebut telah diungkapkan oleh ahli psikologi bahwa frustrasi adalah kondisi eksternal yang membuat seseorang tidak
memperoleh kesenangan yang diharapkan. Disamping itu, frustrasi juga ada yang mengartikan sebagai keadaan seseorang yang sedang kalut
karena terlalu banyak masalah, tekanan atau yang lainnya sehingga tidak dapat menyelesaikannya. Dan ada juga ahli psikolog yang mengartikan
frustrasi itu adalah keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat atau dorongan yang tidak
dapat terpenuhi. Dari berbagai macam pendapat para ahli tentang frustrasi, namun
kalau kita menelaah dari keseluran pendapat-pendapat itu intinya sama, yaitu suatu hasrat dalam batin yang tidak diberi kepuasan atau tidak
dipenuhi karena suatu rintangan dan kita merasa kecewa karenanya. Atau dengan kata lain, keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam
52
Tim Pustaka Agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Surabaya: Pustaka Agung Harapan, TT, hal. 109
53
Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid II, Jakarta: CV. Rajawali, 1983, hal. 295.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat dorongan yang tidak dapat terpenuhi.
2. Faktor – Faktor Penyebab Frustrasi
Seperti kenyataannya, apabila terjadi suatu masalah tentu pasti ada sebab yang menjadi latar belakang terjadi masalah itu. Begitu juga
frustrasi, tidak timbul dengan sendirinya tanpa ada sebab yang mengawalinya. Zakiah Daradjat dalam bukunya kesehatan mental
menjelaskan frustrasi itu disebabkan oleh tanggapan terhadap situasi.
54
Woodworth sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa rintangan-
rintangan penyebab frustrasi itu dapat dibagi menjadi 4empat golongan besar:
5. Rintangan-rintangan penyebab yang timbul bukan dari manusia selain manusia. Kecewaan yang mungkin dialami itu timbulnya
bukan karena hubungan dengan manusia saja, tapi mungkin timbul dari adanya hubungan dengan hewan, tumbuhan, benda dan lain-lain
yang berinteraksi dengan kita. Seperti contoh : Seorang kusir sais ingin cepat-cepat mengemudikan delmannya menuju ke station kereta
api untuk mengambil penumpang yang turun dari kereta api yang sebentar lagi datang. Namun, tiba-tiba saja kudanya mogok tidak mau
berjalan karena kelelahan dan lapar. Lama sang sais berusaha dan mencambuki kudanya dengan maksud kudanya kembali berjalan dan
54
Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1983, hal. 25.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
lekas lari, namun hal itu sia-sia belaka kudanya tidak mau berjalan apalagi berlari. Sementara itu kereta api telah tiba di station dan tidak
lama kemudian beragkat lagi. Dan sang sais tidak mendapatkan penumpang satu orang pun.
6. Rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia. Frustrasi yang disebabkan oleh seseorang umumya lebih mengganggu
atau lebih terasa dari pada yang disebabkan oleh sesuatu yang bukan manusia seperti permasalahan yang pertama. Hal itu mungkin karena
manusia itu lebih mudah mengeluarkan pendapatnya, dan lebih dapat merasakan daripada hewan, tumbuhan atau benda yang tidak
mempunyai pemikiran atau mungkin tidak bernyawa. Seperti contoh : Seorang pemain bola dengan asiknya membawa bola menuju ke
daerah pertahan lawan yang sebentar lagi sampai ke daerah finalti, dengan dibarengi keinginan hasrat memasukan bola ke gawang
lawan. Namun, tidak disangka tiba-tiba datang lawan yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan akhirnya berhasil merebut
bola yang padahal tinggal beberapa langkah lagi bersarang di gawang lawan.
7. Pertentangan antara motif-motif positif yang terdapat dalam diri seseorang. Frustrasi juga akan timbul akibat dihadapkan kepada dua
pilihan atau lebih yang keduanya bersifat positif dan akhirnya menimbulkan banyak pertimbangan. Frustrasi juga akan timbul akibat
dihadapkan kepada dua pilihan atau lebih yang keduanya bersifat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
positif dan akhirnya menimbulkan banyak pertimbangan. Seperti contoh: Seorang anak perempuan mempunyai keinginan untuk pergi
ke acara concert salah satu band favoritnya. Tetapi malam itu juga ia berhasrat untuk menyenangakan ibunya yang ia sayangi, yang
sebenarnya tidak menyukai kepergiannya ke acara concert itu. Jika kedua motif itu sangat kuat dan seimbang, sukarlah bagi si anak
perempuan itu memilih mana yang akan dilaksanakan. Kedua motif itu sama baiknya. Apabila pergi ke acara concert berarti ia akan
mengecewakan ibunya, kalau tidak, berarti tidak melihat group band favoritnya. Betulah pertimbangan yang akan dipikirkannya. Demikian
pula di dalam diri ibunya terjadi suatu perasaan yang tidak enak karena sudah melarang anaknya. Sebagai seorang ibu yang baik ia
harus menyenangkan anaknya, tapi disisi lain ia juga harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, karena ia
menganggap membiarkan anaknya pergi ke acara itu tidak baik bagi anaknya. Pertentangan antara keinginan untuk menyenangkan ibunya
kalau si anak dan menyenangkan anaknya kalau si ibu akan menimbulkan pemikiran dan akhirnya akan menimbulkan frustrasi
dalam diri si anak dan si ibu. 8. Pertentangan antara motif positif dan motif negatif yang terdapat
dalam diri orang itu. Motif-motif negatif biasanya menimbulkan pertentangan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan motif
positif, diantara motif negatif. Sebagai contoh : pada suatu malam,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
sebut saja si Amir ingin sekali menonton pergelaran wayang golek di suatu hajatan yang tidak jauh dari rumahnya. Tetapi karena malam itu
bukan malam minggu jadi harus belajar sebagaimana biasanya. Akan tetapi keinginan untuk menonton itu tetap kuat. Mau minta ijin kepada
ayahnya tidak berani takut, karena sudah tentu ayahnya tidak mengijinkan. Kalau pergi secara sembunyi-sembunyi takut ketahuan.
Akhirnya dengan hati gelisah ia tetap belajar di rumahnya.
55
Dengan demikian, penyebab frustrasi itu timbul bukan hanya dari dalam dirinya saja internal, tetapi bisa juga timbul dari luar dirinya
eksternal yang berinteraksi dengan dirinya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan dirinya sendiri, seperti kurangnya rasa
percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari
frustrasi saat seseorang mempunyai tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain. Sedangkan penyebab eksternalnya mencakup kondisi-
kondisi di luar dirinya, seperti jalan macet, tidak punya uang, cinta ditolak, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh, dll.
Dalam penelitian ini, objek penelitian mengalami frustrasi yang berasal dari luar dirinyafaktor eksternal, yaitu dikarenakan oleh
rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia. Objek penelitian mengalami
frustrasi akibat putus cinta yang dimana
keinginannya untuk menjadikan kekasihnya sebagai isteri tidak tercapai.
55
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan..,hal. 121-122.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
3. Ciri – Ciri Frustrasi
Menurut Supartono Widyosiswoyo dalam bukunya Ilmu Budaya Dasar, menyatakan kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustrasi,
yang artinya dapat disebutkan bahwa seseorang akan mengalami frustrasi apabila apa yang diinginkannya tidak tercapai. Adapun ciri-ciri frustrasi
antara lain: a.
Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak nafas, dan sering nyeri pada lambung, dll.
b. Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, sering diam membisu,
ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah, dll.
56
Dari ciri-ciri diatas, beberapa peneliti menjabarkan ciri-ciri frustrasi dengan lebih rinci yakni:
a. Nampak adanya perubahan dari kebiasaan cara hidupnya.
b. Kelelahan, cemas, dan tumbuh rasa bersalah dalam hidupnya.
c. Orang yang mengalami frustrasi merasa kehilangan gairah hidup.
d. Sering diam dan membisu.
e. Terkadang menangis.
f. Tidak bersemangat mengadakan kontak sosial dalam hidupnya.
g. Malas makan.
56
Supartono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar.., hal. 141-142.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
h. Sering murung
i. Mudah marah.
j. Sering menangis.
k. Perubahan ritme tidur.
l. Bertindak sewenang-wenang.
Mengetahui ciri-ciri frustrasi diatas maka peneliti dapat menyebut klien telah mengalami frustrasi. Yang dimana klien merasa sangat
kecewa akibat keinginannya yang tidak tercapai. Dalam penelitian ini, objek penelitian mengalami frustrasi dengan ciri-ciri yaitu klien tidak
mempunyai semangat lagi, ia lebih sering berdiam diri; berhenti memotret dan mengedit foto; saat bersama dengan teman-temanya ia
sering kali tiba-tiba diam membisu saat bercanda; sering murung; malas makan; mudah marah; sering mengeluhkan pusing pada kepalanya; dan
juga terlihat cemas serta tidak jarang juga menyalahkan dirinya seperti menganggap bahwa dirinya bodoh karena tidak meminang sejak awal
agar tidak terlalu kecewa; bahkan sering menangis.
4. Jenis-Jenis Frustrasi
Rozenvig dalam bukunya Mustofa Fahmi yang berjudul kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat membagi
frustrasi menjadi beberapa macam yakni: a. Frustrasi Luar
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
1 Kebutuhan Luar
Menyangkut kekurangan pada kebutuhan luar. Contohnya: kemiskinan yang diderita oleh sementara orang, sudah barang
tentu dalam keadaan seperti itu kemiskinan menjadi sebab dari tidak terpenuhinya berbagai kebutuhan.
2 Kehilangan Luar
Menyangkut kehilangan sesuatu hal yang sifatnya luar yang tadinya dimiliki, baik kehilangan tersebut kehilangan rumah,
pekerjaan, teman, kekasih ataupun yang lainnya baik karena mati atau pun berpisah. Karena kehilangan secara tiba-tiba dapat
menyebabkan seseorang mengalami frustrasi. 3
Hambatan Luar Disamping kedua macam frustrasi luar diatas, ada pula
hambatan-hambatan yang menghalangi individu dari pencapaian tujuan yang diusahakannya untuk dapat terlaksana misalnya pintu
terkunci, jalan tertutup, jarak yang jauh atau pun akibat dihalangi oleh orang lain dalam pencapaian tujuan.
b. Frustrasi Dalam 1
Kebutuhan Dalam Hal-hal yang berhubungan dengan cacat atau kelainan
yang dibawa sejak lahir. Misalnya tidak dapat mendengar, lemah ingatan, tidak bisa melihat, dll. Semua kenyataan itu merupakan
faktor frustrasi yang mempengaruhi pada derajat pemuasan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
kebutuhan orang yang menderitanya, tapi lain halnya dengan orang-orang biasa.
2 Kehilangan Dalam
Termasuk dalam hal itu kehilangan tiba-tiba pada penglihatan, pendengaran, atau salah satu anggota badannya yang
tadinya dimilikinya. Misalnya kehilangan jari tangan pada seorang pemain piano terkenal, menyebabkan sangat cemas, hal
itu jauh lebih berat daripada apa yang dirasakan oleh seseorang yang sejak lahir memang telah tidak ada jarinya.
3 Hambatan Dalam
Misalnya keinginan untuk menghadiri dua buah pertemuan pada satu waktu, yang berarti jika ia hadir pada
pertemuan yang satu, menyebabkan tidak dapat menghadiri yang lain, macam hambatan seperti itu kadang-kadang dinamakan juga
dengan konflik.
57
Dalam penelitian ini, klien mengalami jenis frustrasi luar yang dimana mencakup pada kehilangan luar dan hambatan luar. Kehilangan
luar, klien mengalami kehilangan yaitu kehilangan kekasihnya yang sangat ia sayang secara tiba-tiba, sehingga ia mengalami frustrasi. Klien
juga mengalami hambatan dalam mencapai tujuannya untuk menjadikan kekasihnya sebagai istri. Ia mengalami hambatan luar yakni ia terhalang
57
Musthofa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Jilid II.., hal. 14-17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
oleh tidak adanya restu orang tua dari kekasihnya sehingga ia mengalami kekecewaan yang sangat dalam sehingga klien mengalami frustrasi.
5. Bentuk- Bentuk Frustrasi
Dalam kamus lengkap psikologi, bentuk-bentuk dari frustrasi yaitu:
a. Frustration
Suatu keadaan ketegangan yang tidak menyenangkan ditandai dengan kecemasan disebabkan oleh rintangan dan hambatan dalam
pencapaian keinginan. b.
Frustation Aggresion hypothesis Asumsi ini menyatakan bahwa frustrasi selalu mengarah pada
suatu jenis tingkah laku agresi, baik secara implisit maupun eksplisit. c.
Frustation response Suatu sikap kepribadian faktorial yang memperlihatkan ujung
kutub positifnya berupa kemarahan dan depresi. d.
Frustation tolerence Kemampuan untuk menderita karena gagal dan dihalang-
halangi, namun mengalami kerusakan psikologis yang tidak semestinya.
58
Objek penelitian mengalami frustrasi pada bentuk yang pertama yaitu frustation dimana klien mengalami suatu keadaan ketegangan yang
58
Chaplin, J. P, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Rajawali Perpustakaan, 1992, hal. 200-201.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
tidak menyenangkan ditandai dengan kecemasan disebabkan oleh rintangan dan hambatan dalam pencapaian keinginan.
D. Frustrasi Sebagai Masalah Bimbingan Konseling Islam
Hidup di dunia sangat berwarna, penuh dengan ujian dan cobaan. Allah suatu saat pasti menguji salah satu umatnya. Dalam kehidupan di dunia
ini manusia senantiasa dihadapkan pada tantangan-tantangan yang sangat kompleks. Dari sini timbul berbagai masalah yang membutuhkan
penyelesaian, sedangkan permasalahan yang dihadapi terkadang dirasa sangat berat sehingga banyak yang menemui kesulitan untuk menyelesaikannya dan
juga untuk mendapatkan jalan keluar terkadang individu membutuhkan bantuan dari individu yang lain.
Hal tersebut dialami oleh klien, masalah yang dihadapi ternyata dirasa sangat membebaninya sehingga mengakibatkan kekecewaan berat yang
berujung frustrasi. Frustrasi merupakan masalah yang harus ditangani karena frustrasi akan berdampak buruk pada kesehatan fisik dan juga psikis individu
yang mengalaminya serta dapat mengakibatkan buruk pula pada lingkungannya. Untuk itu dibutuhkan Bimbingan dan Konseling Islam
dengan tekniknya, salah satunya yaitu dengan teknik biblioterapi agar frustrasi dapat terminimalisir dan tidak sampai mengakibatkan hal-hal yang
tidak diinginkan terjadi, lebih lagi frustrasi dapat teratasi dengan baik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam penelitian ini, peneliti beracuan pada penelitian terdahulu yang dijadikan relevansi. Adapun hasil penelitian terdahulu yang dijadikan
relevansi antara lain: 1. BIMBINGAN PENYULUHAN AGAMA DENGAN TERAPI REALITAS
DALAM MENGATASI FRUSTRASI studi Kasus Seorang Gadis yang Mengalami Frustrasi akibat Ditinggal Mati Ibunya di Desa Sedengan Mijen
Krian Sidoarjo Oleh
: Aini Nadifah Tahun
: 2001 Prodi
: Bimbingan Penyuluhan Islam Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya
Kata Kunci : BPA, Terapi Realitas, Frustrasi
Persamaan :
Penelitian tersebut, membahas mengenai frustrasi seorang gadis yang ditinggal mati oleh ibunya. Dalam penelitian itu digunakan Terapi
Realitas untuk menangani masalah sang gadis. Persamaannya yaitu masalah yang diangkat yakni frustrasi.
Perbedaan :
Yang membedakan yaitu objeknya, dalam penelitian itu objeknya adalah seorang gadis yang frustrasi akibat ditinggal mati oleh ibunya
sedangkan yang akan saya teliti adalah seorang pemuda yang frustrasi karena putus cinta. Selain itu perbedaannya juga terletak pada terapi yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
digunakan, penelitian itu menggunakan Terapi Realitas sedangkan dalam penelitian yang akan saya lakukan, menggunakan Teknik Biblioterapi.
2. BIMBINGAN KONSELING AGAMA DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI FRUSTRASI SEORANG ISTRI KARENA
DITINGGAL SUAMINYA MENIKAH LAGI DI KELURAHAN SUDOTOPO KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA
Oleh : Farida
Prodi : Bimbingan Penyuluhan Islam
Kata kunci : Terapi Realitas, Frustrasi
Persamaan :
Adapun persamaan dalam penelitian yang peneliti lakukan yaitu masalah yang diangkat yakni frustrasi.
Perbedaan :
Sedangkan membedakan adalah pada objek penelitian, dalam penelitian tersebut objek yang dijadikan penelitian yakni istri karena
ditinggal suaminya menikah lagi sedangkan objek yang akan saya teliti yaitu seorang pemuda yang frustrasi karena putus cinta. Kemudian yang
membedakan lagi yaitu terapi yang digunakan, peneliti terdahulu menggunakan terapi Realitas sedangkan penelitian yang akan saya lakukan
menggunakan Teknik Biblioterapi. 3. BIMBINGAN
KONSELING ISLAM
DENGAN TEKNIK
BIBLIOTERAPI DALAM MENGATASI DEKADENSI KE-IMANAN SEORANG
MAHASISWA DI
SURABAYA: STUDI
KASUS;
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
SEORANG SISWA YANG MENYELESAIKAN MASALAH DENGAN MINUMAN KERAS
Oleh : Ahmad Zainuri
Tahun : 2013
Prodi : Bimbingan Konseling Islam
Kata kunci : Bimbingan Konseling Islam, Biblioterapi
Persamaan :
Penelitian tersebut membahas mengenai bimbingan konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam menangani dekadensi ke-imanan
seorang mahasiswa. Persamaannya yaitu Bimbingan konseling Islam dengan Teknik yang digunakan yakni biblioterapi.
Perbedaan :
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian kali ini yakni objek yang dikaji. Dalam penelitian tersebut teknik tersebut digunakan dalam
mengatasi masalah dekadensi keimanan pada seorang mahasiswa yang menyelesaikan masalah dengan minuman keras namun dalam penelitian
kali ini teknik tersebut digunakan dalam menangani frustrasi seorang pemuda yang putus cinta.
4. PENGARUH BIBLIOTERAPI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG MENJALANI HOSPITALISASI DI
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA Oleh
: Anita Apriliawati Tahun
: 2011
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
Prodi : Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Kata kunci : Biblioterapi, Hospitalisasi, Tingkat kecemasan
Persamaan :
Persamaannya yaitu teknik yang digunakan yakni biblioterapi. Perbedaan
: Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian kali ini
yakni pada objeknya yang dimana penelitian tersebut mengurai pengaruh teknik tersebut terhadap tingkat kecemasan anak usia sekolah sedangkan
dalam penelitian kali ini teknik digunakan dalam menangani frustrasi seorang pemuda karena putus cinta.
5. BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENANGANI RASA FRUSTRASI SEORANG PENDERITA GAGAL GINJAL DI
KELURAHAN KARANG PILANG SURABAYA Oleh
: Bagus Firmansyah Tahun
: 2013 Prodi
: Bimbingan dan Konseling Islam Kata kunci
: Bimbingan dan Konseling, Frustrasi Persamaan
: Persamaannya yaitu pada masalah yang diangkat yakni Frustrasi.
Perbedaan :
perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitian kali ini yakni objek yang diteliti, selain itu dalam penelitian tersebut untuk menangani
frustrasi seorang penderita gagal ginjal di Kelurahan Karang Pilang