BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOSLEEP UNTUK MENANGANI PERILAKU NEGATIF SEORANG ANAK DI DESA GADUNG KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK.

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOSLEEP UNTUK MENANGANI PERILAKU NEGATIF SEORANG ANAK DI DESA GADUNG

KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Arum Murliani NIM. B03212031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAKSI

Arum Murliani (B03212031), 2016 Bimbingan dan Konseling Islam dengan

Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Seorang Anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik.

Dalam skripsi ini, ada dua permasalahan yang dikaji, yaitu (1) Bagaimana

proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani

Perilaku Negatif Seorang Anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik?, (2) Bagaimana hasil dari Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Seorang Anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik?.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis deskriptif yang menggambarkan fenomena yang terjadi di lapangan dan untuk mengetahui data

mengenai proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk

Menangani Perilaku Negatif Seorang Anak beserta hasil dari proses konseling

tersebut. Analisa menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu

membandingkan proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep

sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) proses Bimbingan dan

Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk menangani perilaku negatif seorang

anak dilakukan konselor dengan langkah-langkah identifikasi masalah, diagnosa,

prognosis, treatment atau terapi dengan hypnosleep yaitu sugesti yang diberikan

kepada klien melalui kata-kata, materi cerita dongeng maupun kisah-kisah tauladan saat klien tertidur atau mendekati tidur yakni dalam tingkat kesadaran theta terkait dengan perilaku negatif klien sehingga dapat terbentuk perilaku baru yang positif dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan

langkah-langkah pre-induction, induction, deepening, sugestion dan termination dengan

menerapkan adab tidur dan follow up/evaluasi. (2) Hasil Bimbingan dan

Konseling Islam dengan hypnosleep untuk menangani perilaku negatif seorang

anak mengalami perubahan perilaku yang lebih baik sebelum diadakannya pelaksanaan bimbingan konseling. Klien tidak lagi memukul temannya, sudah tidak berbicara dengan nada tinggi dan mengucapkan kata kotor, tidak memaksa dan berkata jujur.


(7)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI. ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I: PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan ... 8

D.Manfaat ... 9

E. Definisi Konsep. ... 9

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 14

2. Subyek dan Tempat Penelitian ... 15

3. Jenis dan Sumber Data ... 16

4. Tahap-tahap Penelitian ... 18

5. Teknik Pengumpulan Data ... 21

6. Teknik Analisis Data.. ... 24

7. Teknik Keabsahan Data. ... 26

G.Sistematika Penulisan.. ... 28

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritik ... 30

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 30

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 30

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam ... 35

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ... 37

d. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam. ... 38

2. Hypnosleep ... 39

a. Pengertian Hypnosleep ... 40

b. Langkah-langkah Hypnosleep ... 45


(8)

d. Hypnosleep dalam Perspektif Islam.. ... 53

3. Perilaku Negatif Anak ... 55

a. Pengertian Perilaku Negatif Anak. ... 55

b. Bentuk-bentuk Perilaku Negatif Anak. ... 56

c. Penyebab Perilaku Negatif Anak. ... 60

d. Dampak Perilaku Negatif Anak. ... 64

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 65

BAB III : PENYAJIAN DATA A.Perilaku Negatif di Desa Gadung Driyorejo Gresik... 71

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 71

2. Deskripsi Konselor ... 73

3. Deskripsi Ko-Konselor. ... 76

4. Deskripsi Konseli ... 77

5. Deskripsi Masalah... ... 81

B.Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep... 82

1. Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Anak ... 82

2. Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilak Negatif Anak. ... 105

BAB IV: ANALISA DATA A.Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Anak ... 109

B.Analisis Hasil Akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Anak. ... 115

C.Pembahasan. ... 119

BAB V: PENUTUP A.Kesimpulan... 122

B.Saran. ... 123 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Anak merupakan amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dengan sebaik mungkin. Anak dalam keluarga merupakan pembawa bahagia karena anak memberikan arti bagi orang tuanya. Arti disini mengandung maksud memberikan isi, nilai, kepuasaan, kebanggaan, dan rasa penyempurnaan diri yang disebabkan oleh keberhasilan orang tuanya yang memiliki keturunan, yang akan melanjutkan semua cita-cita harapan dan eksistensi hidupnya. Maka dari itu sebagai orangtua patut memiliki rasa syukur karena telah dianugerahi seorang anak, salah satunya dengan cara mendidiknya dengan baik. Menjadikan seorang anak yang memiliki perilaku yang baik, karena anak yang

sholeh dan sholehah akan mengurangi dosa orang tua di akhirat kelak.1

Secara umum, orang tua menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan membanggakan. Orang tua menginginkan anak yang tidak membantah ketika diberi nasihat orang tuanya, hormat kepada orang tuanya, bersikap sopan santun, peduli dengan lingkungan sekitar, suka mengasihi terhadap sesama, dan membanggakan kedua orang tuanya. Akan tetapi terdapat juga anak yang membutuhkan arahan seperti anak yang memiliki hubungan tidak baik dengan sesamanya, suka berkelahi dengan teman di sekolah atau lingkungan sekitar rumah, suka membantah saat diberi

1 Zulaehah Hidayati, ‘’Anak Saya Tidak Nakal, Kok’’

(Yogyakarta; PT Bentang Pustaka, 2010), hal.26


(10)

2

nasihat orang tuanya, tidak mempunyai sikap yang sopan dan santun sehingga para orang tua berlomba untuk mendidik anaknya untuk bisa seperti yang diinginkannya, tetapi kerap banyak orang tua yang salah dalam mendidik anaknya alhasil pribadi anak malah tidak menjadi lebih baik tetapi sebaliknya.

Sejak dini hendaknya anak diberi pengetahuan tentang perilaku yang baik sehingga anak mudah untuk diarahkan. Pengetahuan perilaku pada anak bisa diberikan melalui orang tua sebagai lembaga pendidikan pertama sebagai modal pertama perkembangan perilaku anak kedepannya dan orang tua hendaknya juga memiliki kedekatan kepada anaknya agar anak juga lebih mudah untuk diarahkan, selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan kedua yang formal berfungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak dan mengembangkan potensi yang ada pada anak. Serta masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah yang mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya yang tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat.

Jika anak tidak diperhatikan, maka anak akan merasa dirinya tidak dianggap dan dia akan melakukan berbagai cara untuk mencari perhatian supaya keberadaannya diakui. Cara anak mencari perhatian bermacam-macam mulai dari membuat onar dengan temanya agar dirinya menjadi pusat perhatian, menangis dan ngambek agar diperhatikan orang tuannya dan lain sebagainya. Dengan begitu, anak yang tidak diperhatikan dapat membentuk


(11)

3

kepribadian yang tidak baik pada diri anak tersebut sehingga dapat menjadikan anak tersebut memiliki perilaku-perilaku negatif karena kurangnya perhatian dari kedua orang tuanya maupun lingkungan sekitarnya.

Seperti halnya konseli (NA) yang merupakan anak perempuan yang berusia 7 tahun dan sekarang duduk dibangku SD kelas 1 disalah satu sekolah dasar negeri di Desa Gadung Driyorejo Gresik. NA kerap diberi label sebagai anak yang nakal, bandel oleh orang tua, kerabat, tetangga, dan teman-temannya sendiri. Walaupun NA seorang anak perempuan, namun dalam kesehariannya NA dapat dikatakan sebagai anak yang memiliki keberanian lebih dibandingkan dengan teman sekelasnya di sekolah dan teman-teman sepermainannya dirumah.

Selain itu, NA kerap terlihat berani dan berperilaku tidak sopan kepada orang tuanya maupun orang lain. NA memiliki sifat yang selalu ingin diperhatikan dan dipenuhi setiap keinginannya kepada orang tuanya. Tidak jarang NA berontak, berteriak-teriak, dan merengek jika orang tuanya tidak menuruti apapun keinginan dari anak tersebut. NA hanya memiliki rasa takut kepada ayahnya saja ditandai dengan pada saat NA mulai berulah seperti bertengkar dengan kawan dan lain sebagainya, kemudian ayahnya memarahinya dan saat itulah NA dapat menghentikan ulahnya walaupun dengan merengek ketakutan. Perilaku negatif NA tidak lain akibat dari pola asuh orang tua konseli yang selalu memanjakan dengan menuruti semua


(12)

4

keinginan NA dan kurangnya orang tua dalam memberikan waktu dan kasih

sayang kepada NA karena kesibukannya dalam bekerja.2

Di sekolah NA sering sekali membuat ulah dan bertengkar dengan teman-teman sebayanya. Selain memukul, merebut barang milik temannya dengan paksa, mencubit, NA juga suka berteriak-teriak dan mengeluarkan kata-kata kotor ketika NA sedang dalam keadaan marah. Dibalik sikapnya yang keras dan berani NA juga memiliki kemampuan akademik yang cukup baik, NA termasuk anak yang kreatif. Namun, NA tetap masih butuh arahan agar perilaku positifnya dapat dipertahankan dengan menghilangkan perilaku negatifnya.3

Hal ini jika dibiarkan begitu saja akan membuat orang tua merasa kusulitan dalam mendidik anak (konseli) karena perilaku anak yang kurang baik bahkan tak jarang orang tua mengalami gejala stress karena menghadapi perilaku anak yang kurang baik dan mengganggu lingkungan sekitar. Untuk dampak panjangnya jika hal ini tidak diperhatikan, maka perilaku negatif pada anak akan tertanam pada diri anak dan dibawa sampai ia besar nanti.

Berbagai cara pun dilakukan orang tua untuk menangani perilaku negatif anaknya. Tetapi, terkadang cara orang tua dalam menangani perilaku negatif anaknya itu tidak malah membuat perilaku anaknya lebih baik melainkan memperburuk perilaku negatifnya karena penanganan yang salah.

Melihat permasalahan tersebut, peneliti melakukan konseling

menggunakan hypnosleep yang bertujuan untuk merubah perilaku negatif

2

Hasil wawancara dengan Informan

3


(13)

5

konseli menjadi perilaku yang positif melalui kata-kata, cerita atau dongeng

untuk mensugesti anak. Hypnosleep merupakan sebuah cara dalam

memberikan sugesti kepada anak dengan kata-kata, materi cerita atau dongeng yang mampu membangun karakter anak sesuai dengan karakter yang ingin

ditanamkan pada diri anak.4 Dengan menggunakan metode hypnosleep,

perilaku negatif anak dapat dirubah dengan cara yang mudah diterima oleh anak serta dapat menambah kedekatan antara orang tua dan anak.

Selain itu, dalam penerapan hypnosleep tersebut juga memperhatikan

modalitas berupa visualisasi, auditorial dan kinestetik. Visualisasi adalah

tindakan memanfaatkan imajinasi atau pikiran untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kegiatan ini berguna dan bekerja untuk mewujudkan impian,

karena; pertama, visualisasi dapat mempengaruhi keyakinan dan keyakinan

membentuk realitas. Keyakinan terbentuk dalam sejumlah cara yang berbeda, bisa melalui pendidikan, keluarga, media, semua yang dibaca, semua yang dilihat, semua yang didengar, semua yang dirasakan dan lingkungan pada

umumnya. Kedua, visualisasi kreatif berguna untuk perubahan adalah bahwa

visualisasi dapat menjadi alat yang ampuh untuk memerlakukan hukum tarik

menarik.5 Auditorial adalah cara atau gaya seseorang dalam menyerap atau

memahami dan mengingat informasi yang disampaikan dengan mengandalkan

indra pendengaran.6 Perhatian di dalam auditorial ini meliputi seseorang saat

4

Bunda Lucy, 5 Menit menguasai Hypnoparenting, (Jakarta: Penebar Swadaya Grup, 2012), hal.100

5

Subiyono, dkk, Hypnometafisika, (Yogyakarta: CV. Budi Utami, 2012), hal.29

6

Boyzer Tamba, Pengertian dan Ciri-ciri Orang dengan Modalitas Auditorial (Auditory Learners), http://boyzeru.blogspot.co.id/2014/07/ciri-ciri-orang-dengan-modalitas.html (diakses, Senin 28 Maret 2016)


(14)

6

berbicara, intonasi, dan volume suara serta kecepatan berbicara dalam penyampaian kata-kata. Bila memungkinkan, pada saat menyampaikan perkataan menggunakan efek-efek suara seperti lagu, ketukan atau suara-suara

yang disukai lawan bicara. Sedangkan kinestetik merupakan proses menerima,

memahami dan mengingat informasi dengan cara melibatkan gerakan anggota

tubuh.7

Dongeng yang disampaikan pada saat proses hypnosleep harus

memperhatikan efek visualisasi, auditorial dan kinestetiknya. Materi dongeng yang diberikan disesuaikan dengan masalah yang ada pada diri anak yaitu perilaku negatif. Seperti kisah-kisah tauladan yang disampaikan dengan sangat menarik baik menggunakan gambar-gambar, alat peraga, dan lain sebagainya.

Dengan melakukan hypnosleep ini, anak akan diarahkan agar anak tidak lagi

berperilaku negatif.

Perilaku negatif pada anak sebenarnya merupakan bagian dari proses

perkembangannya. Hypnosleep digunakan untuk menyelarasan perilaku anak

dalam masa perkembangan tersebut supaya terarah. Hypnosleep menggunakan

alam bawah sadar untuk mengubah perilaku negatif anak. Alam bawah sadar kerap menjadi pengontrol perilaku sehari-hari. Dari alam bawah sadar pula,

dilakukan penanaman perilaku positif pada anak. Hypnosleep ini juga sejalan

dengan tujuan Bimbingan dan Konseling Islam yang memberikan bantuan dengan cara yang hikmah (baik), seperti QS. An-Nahl ayat 125, yaitu:

7

Ghaza Karyana, Cara Menerima Informasi,

http://www.coreshypnosiscenter.com/2014/10/cara-menerima-informasi.html, (diakses Senin 28 Maret 2016)


(15)

7

Artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. an-Nahl, ayat 125)8

Didalam ayat QS. an-Nahl ayat 125 dijelaskan bahwa menyerukan

kebaikan dengan cara yang baik sama halnya dengan hypnosleep yang akan

diterapkan untuk menangani anak berperilaku negatif ini menggunakan cara yang sangat lembut dan baik. Selain menggunakan cara yang lembut dan baik, hypnosleep juga menggunakan cerita dongeng atau kisah-kisah tauladan yang mengandung pesan moral yang baik untuk menanamkan perilaku yang positif

terkait dengan permasalahan konseli yakni perilaku negatif. Oleh sebab itu

peneliti menyusun penelitian ini dengan judul "Bimbingan dan Konseling Islam

dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Seorang Anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik"

8

Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemahan, (Jakarta: Al-Huda Kelompok Gema Insani, 2002), hal.282


(16)

8

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, penulis dapat mengambil rumusan masalah, yaitu;

1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling Islam dengan hypnosleep

untuk menangani perilaku negatif seorang anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik?

2. Bagaimana hasil dari bimbingan dan konseling Islam dengan hypnosleep

untuk menangani perilaku negatif seorang anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik?

C.Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu;

1. Mendiskripsikan proses bimbingan dan konseling Islam dengan hypnosleep

dalam menangani perilaku negatif seorang anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik.

2. Untuk mengetahui hasil dari bimbingan dan konseling Islam dengan

hypnosleep dalam menangani perilaku negatif seorang anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Sebagaimana mestinya suatu penelitian tentu mempunyai kegunaan. Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya, sebagai berikut:


(17)

9

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya pemanfaatan dari hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para pembacanya. Diantara manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis dapat peneliti uraikan sebagai berikut:

1. Segi Teoritis

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam

bidang hypnosleep untuk menangani perilaku negatif anak.

b. Untuk memperkuat teori-teori bahwa metode ilmu bimbingan dan

konseling Islam melalui hypnosleep mempunyai peranan dalam

menangani masalah atau persoalan seseorang.

2. Segi Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu anak melalui orang tua

untuk menangani perilaku negatif anak.

b. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam menangani perilaku negatif anak

E.Definisi Konsep

Untuk mengindari kesalahan pemahaman terhadap judul, serta memudahkan pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan penegasan dalam judul tersebut. Adapun judul skripsi ini adalah bimbingan dan


(18)

10

anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Adapun rincian definisinya adalah:

1. Bimbingan Konseling Islam

Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.9

Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs. Syamsul Munir Amin, M.A menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada setiap individu agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah

beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara

menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Al Qur’an dan

Al Hadits Rasulullah Saw kedalam dirinya, sehingga dapat hidup selaras

dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits.10

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat

mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta

9

Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam , (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 15

10

Drs. Syamsul Munir Amin M.A, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : AMZAH, 2010), hal.23


(19)

11

dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar

secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam

hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT. 2. Hypnosleep

Hypnosleep berasal dari gabungan antara dua term, yakni hipnosis dan sleep. Hipnosis adalah fenomena yang mirip tidur, dimana alam bawah sadar lebih mengambil peranan, dan peran alam sadar berkurang. Pada kondisi semacam ini, seseorang menjadi sangat sugestif (mudah dipengaruhi) karena alam bawah sadar yang seharusnya menjadi filter

logik, sudah tidak lagi mengambil peranan.11 Sedangkan sleep berasal dari

bahasa Inggris yang artinya tidur. Jadi, dapat diartikan sebagai sugesti yang disampaikan pada saat seseorang berada dikondisi alam bawah sadar yang seperti sedang tertidur atau mendekati tidur yang ditandai dengan rapid eyemovement, otot wajah yang sudah relaks dan tarikan nafas anak sekitar 6-8 tarikan per menitnya.

Hypnosleep merupakan sebuah cara dalam memberikan sugesti kepada anak dengan kata-kata, materi cerita atau dongeng yang mampu membangun karakter anak sesuai dengan karakter yang ingin ditanamkan

pada diri anak.12 Dengan menggunakan metode hypnosleep, perilaku

negatif anak dapat dirubah dengan cara yang mudah diterima oleh anak

serta dapat menambah kedekatan antara orang tua dan anak. Hypnosleep

11

Muhammad Noer, Hypnoteaching for Success Learning, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), hal.17

12

Bunda Lucy, 5 Menit menguasai Hypnoparenting, (Jakarta: Penebar Swadaya Grup, 2012), hal.100


(20)

12

harus dilakukan pada saat anak sedang dalam keadaan tingkat kesadaran theta (<4-8Hz). Theta adalah sebuah tingkat kesadaran yang mendekati

tidur, tetapi masih bisa merespon (hanya sedikit). Sedangkan beta (<14Hz)

adalah tingkat kesadaran yang lebih tinggi dibanding dengan theta

sehingga akan terasa lebih sulit dalam memberikan sugesti.13 Hypnosleep

merupakan cara yang mudah diterima anak untuk menangani perilaku anak yang negatif yakni dengan menanamkan sugesti-sugesti positif pada anak.

Didalam proses hypnosleep terdapat lima tahapan yaitu,

pre-induction, induction, deepening, sugestion dan termination. Pre-induction

adalah proses awal sebelum sesi hypnosleep dilakukan. Pada umumnya,

pre-induction bertujuan menjalin keakraban. Dalam hal ini keakraban yang dimaksud adalah keakraban orang tua dan anak dalam

menyampaikan materi dongeng atau cerita. Selanjutnya adalah Induction,

yaitu sugesti untuk membawa klien dari kondisi normal ke kondisi

hipnosis, atau dengan kata lain induction akan membuat kondisi kesadaran

klien menjadi rileks atau bahkan tertidur dalam keadaan hipnosis.14 Tahap

selanjutnya adalah Deepening, yaitu kelanjutan dari tahap induction untuk

memperdalam level kesadaran klien. Deepening dibutuhkan untuk

menurunkan tingkat kesadaran klien kedalam kondisi hipnosis sesuai yang dibutuhkan agar sugesti yang disampaikan dapat masuk ke pikiran bawah

13

Saeful Zaman, Audriani Libertina, Membuat Anak Rajin Belajar Itu Gampang, (Jakarta: Transmedia Pustaka:2012), hal.111

14

Yan Yurinda, Hypnotherapy Fundamental, Modul disajikan dalam workshop sertifikasi Hypnotherapy Fundamental di Surabaya (Jakarta:Yan Nurindra School of Hypnotism, 2009), hal.19


(21)

13

sadar klien.15 Setelah itu masuk ke proses Sugestion, yakni hal terpenting

dalam proses hypnosleep. Saat melakukan sugesti harus menggunakan

aturan, yaitu positive, repetition, present tense, pribadi, sentuhan

emosional dan imajinasi.16 Sugesti akan ditanamkan kepada klien sesuai

dengan tujuan awal yang ditentukan. Tahapan terakhir ialah termination

atau membangunkan klien dalam keadaan tidur hipnotis. Pada proses termination didalam hypnosleep dilakukan pengulangan kata-kata yang disugestikan lalu dibangunkan dengan perlahan atau lembut saat bangun tidur dipagi hari.

3. Perilaku Negatif

Perilaku adalah perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang bersifat dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku merupakan penghayatan yang utuh dan reaksi seseorang akibat adanya rangsangan baik internal maupun

eksternal yang diproses melalui kognitif, afektif dan psikomotorik.17

Beberapa pengertian mengenai perilaku yang dikemukakan oleh para ahli menurut Herri ZP dan Nomora LL meliputi:

a. Perilaku adalah reaksi insting bawaan dari berbagai stimulus yang

direseptor dalam otak dan akibat pengalaman belajar.

b. Perilaku adalah interelasi stimulus eksternal dengan stimulus internal

yang memberikan respon eksternal. Stimulus internal adalah

15

Bunda Lucy, 5 Menit menguasai Hypnoparenting, (Jakarta: Penebar Swadaya Grup, 2012), hal.48

16

Coach Rey, Modul Ahli Neuro Linguistic Programming Practioner, tt, hal.20

17

Siti Aisyah, Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015), hal.01


(22)

14

stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan fisik dan psikologis. Adapun stimulus eksternal segala macam reaksi seseorang akibat faktor luar diri atau dari lingkungan.

Sedangkan kata negatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna kurang baik, menyimpang dari ukuran umum. Jadi, Perilaku negatif adalah perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang kurang baik pada diri seseorang. Perilaku negatif anak merupakan suatu proses perkembangan dimana anak dapat meluapkan emosinya. Perilaku negatif yang terjadi pada anak berawal dari sifat pemarah, keras kepal, egois dan malas yang menimbulkan anak melalaikan kewajiban, berbohong, dan membantah perintah. Meskipun perilaku ini tidak atau belum dapat dijadikan tolak ukur namun dapat mengganggu sosial mereka. Anak memang tidak sama dengan orang dewasa, jalan pemikiran anak masih sering dikuasai oleh emosinya yang mengarah pada

keinginan-keinginan bermain.18

F. METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang digunakan sebagai berikut :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian,

18

Rini Utami Aziz, Jangan Biarkan anak kita berperilaku Menyimpang, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2006), hal.06


(23)

15

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya.

Secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah.19 Jadi pendekatan

yang penulis gunakan pada penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena yang dihadapi oleh konseli secara menyeluruh yang dideskripsikan melalui kata-kata, bahasa, konsep, teori dan definisi secara umum.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan studi kasus (case study),

yaitu penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan

dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.20

Jadi, pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian studi kasus. Karena peneliti ingin melakukan penelitian secara rinci dan menelaah dalam kurun waktu tertentu untuk membantu konseli mengubah perilaku positif serta mampu menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

2. Subyek dan Tempat Penelitian

a. Konseli

Konseli yang bernama NA (samaran) adalah seorang anak perempuan usia 7 tahun yang duduk dibangku Sekolah Dasar kelas 1 di SDN Gadung Driyorejo Gresik yang sedang membutuhkan arahan agar perilaku negatifnya yang suka mengganggu temannya, bertengkar, membantah jika disuruh orang tua, suka membrontak, ngambek dan menangis ketika keinginannya tidak dipenuhi,

19

Haris Heriansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hal.09

20


(24)

16

berkata kotor dan kurang memiliki sopan santun dapat dirubah menjadi perilaku yang positif.

b. Konselor

Konselor adalah Arum Murliani seorang mahasiswa Bimbingan Konseling Islam di UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

c. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Gadung RT 03 / RW 01 Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik

3. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian kualitatif adalah:

a. Jenis data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka.

Adapun jenis data pada penelitian ini adalah:

1. Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di

lapangan, dan data utama bagi keberhasilan penelitian. Dalam data primer ini dapat diperoleh keterangan kegiatan keseharian, tingkah laku, latar belakang dan masalah konseli, proses serta hasil dengan adanya terapi.


(25)

17

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua

atau berbagai sumber guna melengkapi data primer.21

Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan konseli, riwayat pendidikan konseli, dan perilaku keseharian konseli. Sumber ini bisa diperoleh dari keluarga konseli, kerabat konseli, tetangga konseli, teman konseli dan guru konseli.

b. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh penulis dilapangan yaitu informasi dari konseli (NA) yang diberikan konseling dan konselor yang memberikan konseling.

Sumber data yang langsung diperoleh peneliti di lapangan yaitu informasi dari konseli (NA).

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis peroleh dari data primer. Dalam penelitian ini data

21

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif (Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal. 128.


(26)

18

diambil dari orang tua konseli, teman konseli, kerabat konseli, dan guru konseli.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah :

a. Tahap Pra – Lapangan

1. Menyusun Rancangan Penelitian.

Peneliti memahami mengenai Bimbingan dan

Konseling Islam dengan hypnosleep untuk menangani

perilaku negatif seorang anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Konseli adalah puteri dari Ibu Wiwik dan Bapak Kurniawan yang lokasi rumahnya tidak jauh dari rumah konselor yakni di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik tapi beda dusun. Setelah mengetahui hal tersebut maka peneliti membuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konsep dan membuat rancangan data-data yang diperlukan.

2. Memilih Lapangan Penelitian

Dalam hal ini peneliti memilih lapangan penelitian di kediaman konseli di Desa Gadung Rt.03 / Rw.01 Kecamatan


(27)

19

Driyorejo Kabupaten Gresik yang mana tidak jauh jaraknya dengan rumah peneliti.

3. Mengurus Perizinan

Peneliti meminta izin kepada orang tua NA bahwa peneliti akan melakukan proses konseling terhadap NA. Dengan adanya izin dan persetujuan dari pihak orang tua NA mempermudah peneliti dalam melakukan proses konseling, karena dalam proses terapi tersebut peran orang tua sangat dibutuhkan. Kemudian peneliti juga membuat surat izin secara tertulis dan ditujukan kepada kepala desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik sebagai bentuk bahwa tidak ada unsur keterpaksaan dalam menjalankan proses konseling.

4. Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan

Peneliti melakukan observasi dan mengenali keadaan yang sesuai dengan kondisi di lapangan serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, kemudian peneliti mulai mengumpulkan data-data yang ada di lapangan.

5. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi serta latar belakang kasus tersebut. Informan dalam penelitian ini adalah


(28)

20

konseli itu sendiri, orang tua konseli, kerabat konseli, guru atau wali kelas konseli.

6. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Peneliti menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, pedoman wawancara, alat tulis, map, buku, perekam suara, kamera, perlengkapan fisik, izin penelitian, dan semua yang berhubungan dengan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan deskripsi data lapangan.

7. Persoalan Etika Penelitian

Etika penelitian pada dasarnya yang menyangkut hubungan baik antara peneliti dengan subjek penelitian, baik secara perorangan maupun kelompok. Maka peneliti harus mampu memahami kebudayaan, adat istiadat ataupun bahasa

yang digunakan, kemudian ”untuk sementara” peneliti

menerima seluruh nilai dan norma yang ada didalam

masyarakat.22

Dalam penelitian ini, peneliti akan selalu bersikap sopan santun pada saat melakukan kegiatan penelitian, menjaga silaturrahmi dengan baik, serta melakukan komunikasi yang baik terhadap para informan, terutama di lingkungan rumah konseli.

22

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda karya, 1988), h a l . 85-92.


(29)

21

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

1. Memahami Latar Penelitian

Sebelum peneliti memasuki lingkungan konseli, peneliti perlu memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri baik fisik maupun mental.

2. Memasuki Lapangan

Peneliti akan lebih menjalin hubungan baik dengan konseli. Seperti halnya tetap menjalin silaturahmi dengan konseli. Karena, hubungan akrab antara subyek dan peneliti yang dibina dengan baik maka akan dapat bekerjasama dengan saling bertukar informasi.

3. Berperan Serta dalam Mengumpulkan Data

Dalam tahap ini peneliti harus berperan aktif di lapangan tersebut, kemudian pengarahan batas studi serta memulai memperhitungkan batas waktu, tenaga ataupun biaya. Selain itu, untuk mendapatkan data konselor akan

memberikan pelatihan hypnosleep kepada orang tua konseli

yang nanti akan menjadi ko-konselor dalam proses hypnosleep. Disamping itu juga mencatat data yang telah didapat di lapangan yang kemudian analisis di lapangan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Hal yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum mengadakan penelitian adalah menentukan teknik yang digunakan dalam


(30)

22

mengumpulkan data, harus diperlihatkan cara dan hakekat pemakaian metode pengumpulan datanya. Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam penelitian, tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan.23 Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan

melalui 3 (tiga) cara yaitu, melalui observasi, wawancara dan dokumetansi yang dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Observasi.

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gelaja psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Dalam hal ini peneliti mulai melakukan pengamatan mulai dari pengamatan ke lingkungan rumah dan pengamatan di lingkungan sekolah konseli.

b. Wawancara.

Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan. Dalam pelaksanaannya wawancara dapat dilakukan dengan berhadapan langsung dengan responden atau dengan alat bantu seperti telepon, internet dan lain-lain. Peneliti melakukan pengamatan dan mengajukan pertanyaan yang ditujukan kepada orangtua konseli. Dalam hal ini memaparkan secara jelas

23

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal 224.


(31)

23

hasil penelitian mengenai Bimbingan dan Konseling Islam dengan hypnosleep untuk menangani perilaku negatif seorang anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik.

c. Dokumentasi.

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Studi dokumentasi ada yang berupa tulisan, gambar dan karya yang berupa tulisan biasanya berupa catatan harian, dan otobiografi atau biografi yang

berupa gambar biasanya mengenai foto-foto pribadi.24 Data seperti

ini berhubungan dengan aktivitas keseharian konseli data biografi

konseli dan lain sebagainya.

Tabel 1.1

Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

No Jenis data Sumber data TPD

1. Deskripsi tentang

biografi konseli

Konseli, Orang tua Konseli, Dokumentasi

dari guru atau wali kelas

W+ D

2. Perilaku konseli

dengan orang tua, teman, tetangga dan

guru

Konseli, Orang tua konseli, Teman, kerabat

dan guru

O + W

3. Proses Konseling Konselor, Orang tua

dan Konseli

O + W+D

4. Gambaran tentang

lokasi penelitian

Kepala Desa, Kerabat Konseli

O +W

5. Hasil dari proses

konseling

Konselor, Konseli, Orang tua

O + W

24


(32)

24

Keterangan :

TPD : Teknik Pengumpulan Data

O : Observasi

W : Wawancara

D : Dokumentasi

6. Teknik Analisis Data

Setelah data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi maka dapat ditarik kesimpulan mengenai permasalahan konseli. dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:

a.) Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keleluasaan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam hal ini data yang sudah diperoleh dan dikelompokkan sesuai tema dan memilah mana data yang diperlukan dan tidak diperlukan.

b.) Penyajian Data

Data display atau penyajian data. Setelah data direduksi maka


(33)

25

kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.

Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif, maksudnya untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang dipahami.25 Dalam penelitian ini, setelah data direduksi

maka selanjutnya data tersebut diolah dalam bentuk narasi sehingga mudah untuk dilakukan analisis terkait dengan permasalahan yang di lapangan.

c.) Verifikasi

Langkah terakhir yaitu verifikasi atau penarikan kesimpulan. kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

25

Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi Interdisipliner untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/ Ekonomi Islam, Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hal. 258


(34)

26

7. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan tingkat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Data yang valid adalah data yang tidak terdapat perbedaan antara data yang dilaporkan peneliti dengan kenyataan yang terjadi pada obyek di lapangan. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi

bersifat jamak dan tergantung pada konstruksi manusia.26

Dalam hal ini peneliti sebagai instrumennya yang menganalisa data-data langsung di lapangan untuk menghindari kesalahan pada data-data tersebut, maka dari itu untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penelitian ini, peneliti harus mengetahui cara-cara memperoleh tingkat keabsahan data antara lain:

a. Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tidak dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan pada latar penelitian. Peneliti tinggal di

lapangan penelitian sampai kejenuhan penelitian teracapai.27

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan diharapkan sebagai upaya untuk memahami pokok perilaku, situasi, kondisi serta proses tertentu

26

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2014), hal 119.

27

Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hal. 72


(35)

27

sebagai pokok penelitian. Dengan kata lain, jika perpanjangan penelitian menyediakan data yang lengkap, maka ketekunan pengamatan menyediakan pendalaman data. Oleh karena itu ketekunan pengamatan merupakan bagian penting dalam pemeriksaan keabsahan data.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data. Dengan adanya teknik ini bisa diketahui adanya alasan terjadinya perbedaan penulis, memanfaatkan pengamatan lain untuk pengecekan kembali data yang diperoleh. Triangulasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan data yang diperoleh dari informan pada waktu didepan umum dengan pribadi, membandingkan perkataan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan kondisi sepanjang waktu, kemudian penulis juga melakukan perbandingan wawancara dengan isi dokumen yang terkait.


(36)

28

G. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini dapat dipahami secara utuh dan

berkesinambungan, maka perlu adanya penyusunan sistematika

pembahasan yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN yaitu: gambaran umum yang membuat

pola dasar dan kerangka pembahasan skripsi. Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Membahas kajian pustaka sebagai

landasan teori dalam penelitian dan penulisan skripsi. Pada bab ini berisi pembahasan yang berkaitan dengan pengertian Bimbingan dan Konseling Islam, tujuan Bimbingan dan Konseling Islam, fungsi Bimbingan dan Konseling Islam, prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Islam, pengertian hypnosleep, langkah-langkah hypnosleep,

tujuan hypnosleep, hypnosleep dalam perspektif islam,

kemudian juga dibahas tentang pengertian perilaku negatif anak, bentuk-bentuk perilaku negatif, penyebab perilaku negatif anak dan dampak perilaku negatif anak.

BAB III PENYAJIAN DATA: Bab ini berisi pembahasan tentang

deskripsi umum obyek penelitian yang berisi deskripsi lokasi penelitian, deskripsi obyek penelitian yang meliputi:


(37)

29

deskripsi konselor, deskripsi ko-konselor, deskripsi konseli dan deskripsi masalah. Selanjutnya pembahasan tentang deskripsi hasil penelitian yang berisi: proses bimbingan dan

konseling Islam dengan hypnosleep dalam menangani

perilaku negatif anak, serta deskripsi hasil proses

bimbingan dan konseling Islam hypnosleep dalam

menangani perilaku negatif anak.

BAB IV ANALISA DATA: dalam bab ini berisi laporan hasil

penelitian yang berupa analisis proses pelaksanaan terapi yang meliputi identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment, dan follow up.

BAB V PENUTUP: yang berisi tentang kesimpulan dari kajian ini


(38)

BAB II

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM, HYPNOSLEEP DAN PERILAKU NEGATIF ANAK

A. KAJIAN TEORITIK

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Secara etimologis, Bimbingan dan Konseling terdiri atas dua

kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata guidance) dan

“konseling” (diadopsi dari kata counseling). Secara harfiah istilah

“guidance” dari akar kata “guide” berati mengarahkan (to direct),

membantu (to pilot), mengelola (to manage), dan menyetir (to

steer).28

Dari segi pengertian bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya, agar individu atau sekumpulan individu-individu

itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.29

Untuk menjelaskan pengertian bimbingan, maka berikut ini adalah penjelasan dari berbagai pakar diantaranya adalah sebagai berikut:

28

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, Cet.ke 3,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 5

29

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah III, (Yogyakarta: Andi Offset,


(39)

31

Menurut Bimo Walgito bimbingan adalah tuntunan, bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau menyatakan kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya agar supaya individu tersebut dapat mencapai

kebahagiaan.30

Menurut Sunaryo Kartadinata, dalam bukunya Syamsu Yusuf LN dan Juntika Nurihsan mengartikan bahwa bimbingan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan

optimal.31

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para pakar bimbingan dan konseling tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan seorang pembimbing kepada seorang individu maupun kelompok agar individu maupun kelompok yang dibimbing tersebut dapat mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasehat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku sehingga akan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya.

Sedangkan pengertian konseling adalah dalam bahasa

Inggris, Counseling dikaitkan dengan kata Counsel yang diartikan

sebagai berikut: nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give

30

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah III, (Yogyakarta: Adi Offset, 1995), hal. 4

31

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, Cet.ke 3,


(40)

32

counsel), pembicaraan (totake counsel). Dengan demikian counseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.

Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung untuk mengatasi masalah yang timbul pada

diri seseorang.32

Mohammad Surya menyatakan bahwa konseling adalah suatu proses berorientasi belajar, dilakukan dalam suatu lingkungan sosial, antara seseorang dengan seseorang, dimana seorang konselor yang memiliki kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan psikologis, berusaha membantu klien dengan metode yang cocok dengan kebutuhan klien tersebut, dalam hubungaannya dengan keseluruhan program ketenagaan, supaya dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri, belajar bagaimana memanfaatkan pemahamkan tentang dirinya untuk realistik, sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang

berbahagia dan lebih produktif.33

Dari berbagai pemaparan pengertian konseling dari para tokoh konseling tersebut, dalam pemaparannya tidak jauh beda, yang intinya bahwa konseling itu merupakan suatu proses bantuan

32

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, Cet.ke 3,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 21

33

Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, (Yogyakarta : eLSAQ Press, 2007),hal. 38


(41)

33

yang dilakukan antar pribadi dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan suatu pemahaman dan kecakapan dalam menemukan suatu masalah yang dihadapi dan menghasilkan sebuah solusi.

Setelah diketahui arti dari bimbingan dan konseling, maka kemudian dalam hal ini perlu diketahui juga maksud dari penulis dalam mendefinisikan Bimbingan Konseling Islam itu sendiri, adalah sebagai berikut:

Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat.34

Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya konseling agama teori dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam

menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan

pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran

34

Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 15


(42)

34

batin didalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang

dihadapinya.35

Maka dari itu makna secara keseluruhan maksud dari Bimbingan dan Konseling Islam itu adalah suatu aktivitas pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor

dan konseli atau klien.36 Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd

dalam bukunya Drs. Syamsul Munir Amin, M.A. menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada setiap individu agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan

nilai-nilai yang terkandung didalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah

Saw kedalam dirinya, sehingga dapat hidup selaras dan sesuai

dengan tuntunan Al Qur’an, dan Al Hadits.37

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan

35

Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana

Pariwara, 2002), hal. 4-5

36

Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Konseling & Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Baru Pustaka, 2006 ), hal. 180-181

37

Syamsul Munir Amin M.A, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hal. 28


(43)

35

kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan

Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Secara garis besar tujuan Bimbingan dan Konseling Islam dapat dirumuskan untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat. Sedangkan tujuan dari bimbingan dan konseling dalam Islam yang lebih terperinci adalah sebagai berikut:

1. Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan,

dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai, bersikap lapang dada dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya.

2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan

kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu

sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi,

kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang.

4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu


(44)

36

berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya

5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi

itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.

6. Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan konseli yang

sesuai dengan Islam (bersumber pada Al-Quran dan paradigma

kenabian.38

Sedangkan dalam bukunya Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Ainur Rahim Faqih membagi tujuan Bimbingan dan Konseling Islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan

dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.

2. Tujuan khususnya adalah:

a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.

b. Membantu individu untuk mengatasi masalah yang

dihadapinya.

38

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, Cet.ke 3,


(45)

37

c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan

situasi dan kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan

menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.39

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Dilihat dari beragamnya klien maka fungsi Bimbingan dan Konseling Islam secara tradisional dibagi menjadi:

1. Fungsi Preventif (pencegahan) yaitu membantu individu agar

dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum

mengalami masalah kejiwaan, upaya ini meliputi:

pengembangan strategi dan program yang dapat digunakan mengantisipasi resiko hidup yang tidak perlu terjadi.

2. Fungsi Remedial atau Rehabilitatif yaitu konseling banyak

memberikan penekanan pada fungsi remedial karena sangat dipengaruhi psikologi klinik dan psikiatri. Fokus peranan remedial adalah: penyesuaian diri, menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi dan mengembalikan kesehatan mental serta mengatasi gangguan emosional.

3. Fungsi Edukatif (pengembangan atau developmental) yaitu

berfokus pada membantu meningkatkan keterampilan dalam kehidupan, mengidentifikasi dan memecahkan masalah hidup

39

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: UII press, 2001), hal. 35-36


(46)

38

serta meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam

kehidupan.40

Sedangkan secara umum, fungsi Bimbingan dan Konseling meliputi beberapa aspek, diantaranya sebagai berikut:

1. Fungsi pencegahan, yaitu merupakan usaha pencegahan

terhadap timbulnya masalah.

2. Fungsi penyaluran, bimbingan konseling membantu

mendapatkan kesempatan penyaluran pribadi masing-masing.

3. Fungsi penyesuaian, bahwa bimbingan konseling membantu

tercapainya penyesuaian dengan lingkungannya.

4. Fungsi perbaikan, yaitu Bimbingan dan Konseling berusaha

untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

5. Fungsi pengembangan, pelayanan yang diberikan dapat

membantu dalam mengembangkan keseluruhan potensi dan keterampilan yang ada dalam diri individu secara lebih terarah.

d. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam bukunya Tohari Musnamar menyebutkan prinsip bimbingan dan konseling islam antara lain:

40

Hamdan Bakran Adz-dzaky, Konseling Dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Baru Pustaka, 2006 ), hal. 217


(47)

39

1. Membantu individu untuk mengetahui, mengenal dan

memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya (mengingatkan kembali akan fitrahnya).

2. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana

adanya, baik dan buruknya, kekuatan dan kelemahannya, sebagai sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah, namun manusia hendaknya menyadari bahwa diperlukan ikhtiar sehingga dirinya mampu bertawakal kepada Allah SWT.

3. Membantu individu memahami keadaan (situasi dan kondisi)

yang dihadapinya.

4. Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah.

5. Membantu individu dalam mengembangkan kemampuan

mengantisipasi masa depan, sehingga mampu memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan keadaan sekarang dan memperkirakan akibat yang akan terjadi, sehingga membantu mengingat individu untuk lebih berhati-hati dalam

melakukan perbuatan dan bertindak.41

2. Hypnosleep

a. Pengertian Hypnosleep

Hypnosleep berasal dari dua gabungan kata, yaitu hypnosis dan sleep yang artinya, sebagai berikut:

41

Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 35-40


(48)

40

1. Pengertian Hipnosis

Hipnosis berasal dari kata hypnos yang berarti tidur.

Namun hipnosis itu sendiri bukanlah tidur. Secara sederhana, hipnosis adalah fenomena yang mirip tidur, dimana alam bawah sadar lebih mengambil peranan, dan peran alam sadar berkurang. Pada kondisi semacam ini, seseorang menjadi sangat sugestif (mudah dipengaruhi). Menurut Milton H Erikson, hipnosis adalah permainan imajinasi otak manusia melalui teknik komunikasi persuasif dan sugestif. Imajinasi suyet (orang

yang terhipnosis) dikembangkan mengembara, bebas

berkeliaran. 42

Hipnosis adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk menjangkau pikiran bawah sadar dengan cepat dan mudah. Proses komunikasi yang dilakukan sehari-hari dengan anak merupakan suatu proses hipnosis. Melalui proses komunikasi tersebut seseorang dapat menanamkan sugesti atau ide baru

dalam diri seseorang.43

Sedangkan pemanfaatan hipnosis dalam pembinaan anak dibidang fisik, mental, dan spiritual dengan memperhatikan

42

Muhammad Noer, Hypnoteaching for Success Learning, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), hal.17

43

Bunda Lucky, 5 Menit Menguasai Hipnoparenting, (Jakarta: Penebar ), hal.04


(49)

41

pengaruh hipnosis untuk selalu menanamkan sugesti positif pada

jiwa bawah sadar anak disebut dengan istilah hypnoparenting.44

Dalam kondisi hipnosis alam bawah sadar lebih mengambil peranan. Didalam diri manusia terdapat dua bentuk

pemikiran, yakni pemikiran sadar (conscious mind) dan

pemikiran bawah sadar (subconscious mind). Pemikiran sadar

bekerja dengan sangat nyata. Artinya, orang yang bekerja dengan pemikiran sadar akan bekerja dengan sadar diri, mengerti betul dengan apa yang dikerjakan atau apa yang sedang dipikirkan, seperti kegiatan manusia pada umumnya. Ketika sedang makan, minum, duduk, berjalan, berlari, membaca buku, menulis, belajar atau apapun itu yang dilakukan benar-benar menyadari apa yang dikerjakan.

Saat dilahirkan, manusia hanya mempunyai satu pikiran yaitu pikiran bawah sadar. Pikiran sadar baru terbentuk saat usia 3 tahun. Pikiran sadar akan semakin berkembang dan bekerja optimal sekitar usia 13 tahun. Pengaruh pikiran sadar terhadap hidup seseorang adalah 12%, sedangkan pikiran bawah sadar 88%. Dengan kata lain pengaruh kekuatan pikiran sadar dan

44

Bunda Lucky, 5 Menit Menguasai Hipnoparenting, (Jakarta: Penebar ), hal.14


(50)

42

bawah sadar dalam menentukan perilaku, pola pikir, sikap

kebiasaan, dan hidup seseorang adalah 1:9.45

Adapun pikiran bawah sadar jarang sekali dikenali, kecuali orang-orang yang mengerti dan memahami. Pikiran bawah sadar bekerja dengan sangat sadar, walaupun tidak disadari oleh pemiliknya. Pikiran bawah sadar bereaksi dengan sangat halus, namun jelas dan pasti. Pikiran bawah sadar bekerja sangat efektif tergantung dari program pemiliknya. Pikiran bawah sadar tidak akan memedulikan program yang diberikan, positif atau negatif, baik atau buruk, mendukung atau mengurung, membawa kemajuan atau kemunduran. Semua program akan diterima dengan senang hati dan dikerjakan dengan sangat efektif.

Dengan bantuan hipnosis, seorang hipnotis atau hipnoterapis dapat dengan mudah masuk ke pikiran bawah sadar suyet (orang yang dihipnotis) dan melakukan otak-atik

„’program’’. Akibatnya bisa bermacam-macam dan mungkin saja bermanfaat atau tidak bermanfaat. Program yang bermanfaat jika sugesti yang diberikan berupa sugesti yang positif. Adapun program yang tidak bermanfaat adalah sugesti yang diberikan berupa sugesti negatif. Sugesti yang diberikan ketika seseorang dalam keadaan hipnosis akan mempengaruhi

45

Adi W. Gunawan, Hypnotherapy for Children: Cara Mudah dan Efektif Menerapi Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal.26


(51)

43

perilaku seseorang dan sebagai hasil akhir sudah tentu hidup

orang juga akan berubah.46 Orang-orang yang mudah terkena

sugestif disebut dengan sugestibel. Anak-anak pada umumnya

sangat sugestibel.47 Adapun lima cara untuk masuk pikiran

bawah sadar, yaitu melalui proses afirmasi, repetisi atau

pengulangan, intensitas emosi, kondisi hipnosis, dan

disampaikan figur yang berpengaruh. 2. Sleep

Sleep berasal dari bahasa Inggris yang artinya tidur. Sleep atau tidur juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan

pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsangan lainnya.48

Berdasarkan electroencephalograph (EEG) atau perekam

gelombang otak, kodisi tidur terbagi menjadi beberapa tingkatan yang berbeda-beda, yang dimulai sekitar satu jam dari keadaan

mengantuk, lalu tidur dan akhirnya tidur nyenyak.49

3. Hypnosleep

Hypnosleep adalah sebuah cara dalam memberikan sugesti kepada anak dengan kata-kata, materi cerita atau dongeng yang mengandung kisah-kisah tauladan sehingga mampu membangun

46

Bunda Lucky, Bunda Lucky, 5 Menit Menguasai Hipnoparenting, (Jakarta: Penebar

), hal.84

47

Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Mandar Maju, 1996), hal.116

48

Pengertian Tidur Menurut Para Ahli, (http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-tidur-menurut-para-ahli.html?m=1, diakses 24 April 2016 pukul 10:46 wib)

49

James B. Maas, Power Sleep: Kiat-kiat Tidur Sehat untuk Mencapai Kondisi dan Prestasi Puncak, (Bandung: Kaifa, 2002), hal.53


(52)

44

karakter anak sesuai karakter yang ingin ditanamkan pada diri anak yang disampaikan saat anak berada dalam kondisi alam bawah sadar yang seperti sedang tidur atau mendekati tidur. Dengan begitu perilaku negatif pada anak dapat dirubah dengan cara yang mudah dan dapat menambah kedekatan anak dengan

orangtua melalui hypnosleep. Hypnosleep dilakukan ketika anak

mau tidur malam dilanjut pada saat anak bangun pagi dan

dilakukan secara rutin atau bertahap. Dalam hypnosleep, orang

tua berperan sebagai hipnotis, sementara anak selaku suyet atau orang yang dihipnosis.

Gelombang otak manusia dibagi menjadi empat kategori yaitu, beta (<12-25Hz), alpha (<8-12Hz), theta (<4-8Hz) dan

delta (<0.5-4Hz). Gelombang otak dapat diukur dengan alat

electroencephalograph (EEG). Gambar 2.1 Gelombang Otak Manusia

Otak manusia memancarkan frekuensi tertentu untuk setiap kondisi. Gelombang otak paling rendah adalah gelombang


(53)

45

delta yang mempunyai kisaran frekuensi (<0.5-4Hz) gelombang

ini dialami seseorang saat tidur nyenyak. Hypnosleep dilakukan

pada saat anak dalam tingkat kesadaran theta (<4-8Hz). Kondisi

theta merupakan kondisi meditatif yang sangat mendalam, ide-ide kreatif sering muncul pada kondisi ini. Informasi yang diterima anak saat otak dalam kondisi ini akan langsung menjangkau bawah sadar dan tersimpan dalam memori jangka panjang. Karena itu kondisi ini disebut kondisi yang sangat sugestif dan pada kondisi theta biasa ditandai dengan rapid eyemovement(REM) atau pergerakan mata.50

Selain itu dalam proses hypnosleep cerita atau dongeng

yang disampaikan harus sesuai dengan permasalahan yang dialami klien dan disampaikan dengan menarik dengan

memperhatikan efek visualisasi, auditorial dan kinestekniknya.

b. Langkah-langkah Hypnosleep

Langkah-langkah pada hypnosleep ini masih menggunakan

langkah yang tidak jauh berbeda dengan hipnoterapi pada umumnya,

yaitu tahapan yang ada di struktur dasar hipnoterapi, yaitu

pre-induction, induction, deepening, sugestion dan termination. Akan tetapi, tidur bagi seorang muslim adalah ibadah, maka sebelum tidur hendaklah didahului dengan adab-adab tidur yang dicontohkan

50

Adi W. Gunawan, Hypnosis: The Art of Subconscious Communication – Meraih Sukses dengan Kekuatan Pikiran, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal.57


(54)

46

Rasulullah Saw agar tidur menjadi tenang, nyaman dan tidak

diganggu setan dan dapat bangun di pagi hari.51 Adapun adab tidur

Rasulullah Saw sebagai berikut:

a) Berwudhu sebelum tidur

Tidur dalam keadaan berwudhu termasuk sebuah keutamaan. Rasulullah Saw terbiasa melakukan wudhu sebelum tidur. Bahkan ketika tengah malam beliau terbangun karena ingin membuang hajat, kemudian setelah selesai membuang hajat, beliau berwudhu kembali sebelum melanjutkan tidur. Oleh karena itu berwudhu sebelum tidur sangat dianjurkan seperti

yang tertera dalam hadits dibawah ini:52

ةاَصلل كءْوضو ْأَضوتف كعجْضم تْيتأ اذإ

.

Artinya: Rasulullah SAW menerangkan, "Apabila kamu

mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana wudhu akan sholat". (HR. Bukhari)

Di jelaskan juga bersuci ketika tidur itu ada dua macam: bersuci secara zhahir yaitu bersuci sebagaimana yang orang

ketahui dan bersuci secara batin yaitu bertaubat.53 Jadi,

membiasakan wudhu sebelum tidur akan menjadi pembersih diri seseorang dari dosa-dosa yang dilakukannya pada hari itu.

51

Abu Ihsan, Penuntun Lengkap Bergambar : Do’a Yuk! – Beserta Tata Caranya, (Mizan Publishing, 2005), hal.48

52Muhammad Syafi’ie el

-Bantanie, Dahsyatnya Terapi Wudhu, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), hal. 158

53

Muhammad Hasan Yusuf, Etika Tidur Nabi SAW: Agar Tidur Kita Benar dan Berpahala, (Surakarta: Media Zikir, 2008), hal.39-41


(55)

47

Dengan demikian andai ajal datang memanggil, maka orang yang dipanggil itu menghadap Allah dalam keadaan suci. Rasulullah menerangkan bahwa orang yang tidur di malam hari dalam keadaan memiliki wudhu, kemudian ditakdirkan ajal

menjemput, maka akan memperoleh pahala syuhada.

Sebagaimana yang di jelaskan dalam hadits dibawah ini:

Artinya: Rasulullah SAW menerangkan, "Barangsiapa

yang tidur dalam keadaan suci (dari hadas), kemudian meninggal dalam tidurnya, maka ia termasuk orang yang syahid di sisi Allah."(HR. Bukhari)

Selain itu, wudhu juga bisa menjadi terapi relaksasi untuk menumbuhkan rasa tenang dalam diri seseorang. Basuhan air wudhu pada bagian tubuh yang menjadi anggota wudhu akan memberikan efek sejuk, nyaman, dan tenang. Perasaan nyaman ini yang akan dialirkan keseluruh tubuh sampai otak. Dengan demikian otak akan menjadi rileks, sehingga memudahkan

seseorang untuk tidur.54

b) Membersihkan tempat tidur

Mengibaskan seprai atau membersihkan tempat tidur adalah salah satu adab Rasulullah Saw yang dilakukan sebelum dan sesudah tidur. Hal demikian itu dilakukan untuk membersihkan tempat tidur dari kemungkinan kotor, najis.

54Muhammad Syafi’ie el

-Bantanie, Dahsyatnya Terapi Wudhu, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), hal. 159


(56)

48

Dengan demikian tempat menjadi bersih dan membuat tidur menjadi lebih nyaman dan rileks. Hal ini berdasarkan hadits

berikut:55

Artinya: "Jika salah seorang dari kalian hendak berbaring

di tempat tidurnya, hendaklah dia mengambil kainnya dan mengibaskan tempat tidurnya dengan membaca basmalah". (HR. Bukhari dan Muslim)

c) Membaca doa

Rasulullah Saw mengajarkan untuk membaca doa sebelum dan sesudah tidur karena secara psikologis doa memberikan efek yang meyakinkan bagi pembacanya. Jika seseorang itu membaca doa dengan penuh penghayatan akan memberikan efek rileksasi yang menajubkan sehingga tidur menjadi nyenyak

dan dijauhkan dari gangguan setan.56

Doa sebelum tidur:

Artinya: "Dengan nama-Mu, ya Allah , aku hidup dan aku

mati." (HR. Bukhari). Doa bangun tidur:

55

Muhammad Safrodin, Sunah-sunah Kecil Berpahala Besar, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2014),

56

Mohammad Ali Toha Assegaf, Sehat Ala Nabi, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2015), hal.123


(57)

49

Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan

kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya kami kembali." (HR. Al-Bukhari).

d) Tidur miring ke kanan

Rasulullah Saw menganjurkan tidur miring ke kanan sebagaimana manfaat tidur miring ke kanan bagi kesehatan diantaranya adalah dapat mengistiratkan otak sebelah kiri dan

lambung, mengurangi beban jantung, meningkatkan

pengosongan kandung empedu dan pankreas, meningkatkan waktu penyerap zat gizi. Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadist sebagai berikut:

Artinya: ... Kemudian berbaringlah diatas lambung

kanan (menghadap ke kanan)... (HR. Bukhari)

Berikut langkah-langkah dalam proses hypnosleep diantaranya

sebagai berikut: 1. Pre-induction

Pre-induction merupakan tahap awal sebelum proses

hipnosis. Tahap pre-induction adalah proses pengakraban antara

orang tua (penerapis atau hipnotist) dengan anak (klien). Agar

proses pre-induction berjalan dengan baik maka sebelumnya

orang tua harus dapat mengenali aspek-aspek psikologis anaknya, seperti hal yang diminati dan tidak diminati anaknya. Pre-induction dapat berupa percakapan ringan antara oang tua


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peneliti mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian yang dilaksanakan di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik yang dipaparkan sebagai berikut:

1. Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Hypnosleep terdiri dari lima langkah, yaitu Identifikasi Masalah, Diagnosis, Prognosis, Terapi atau

Treatment dan Evaluasi atau Follow Up. Untuk membangun perilaku

positif pada konseli, maka terapis memberikan sugesti-sugesti positif melalui kata-kata atau materi cerita. Sedangkan langkah untuk terapi atau treatment dengan hypnosleep, diantaranya: Pre-Induction dan Induction, Deepening and trance level test, Sugestion dan Termination.

2. Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Hypnosleep

Berdasarkan hasil bimbingan konseling Islam dengan hypnosleep bisa dikatakan berhasil dengan adanya perubahan perilaku konseli yang lebih positif dari perilaku sebelumnya. Hal tersebut menggambarkan bahwa bimbingan konseling Islam dengan hypnosleep ini cukup memiliki potensi untuk memberikan pengaruh positif terkait menangani perilaku negatif anak.

Konseli sekarang sudah jarang berbuat gaduh didalam kelas dengan memukul dan mencubit lagi walaupun sesekali masih suka jail. Biasanya


(2)

123

sering sekali konseli berbuat gaduh dengan memukul, mencubit dan menyembunyikan barang temannya. Sekarang konseli lebih sibuk dengan kegiatannya menggambar dan bermain dengan teman-temannya. Ketika berbicarapun konseli tidak dengan nada bicara yang tinggi (nyentak) dan berkata kotor. Sekarang konseli emosinya lebih terkontrol dan hubungan sosial konseli dengan teman-teman sebayanya pun sudah baik.

Orang tua konseli pun sekarang merasakan perubahan dari anaknya yang biasanya konseli selalu merengek dan teriak-teriak jika keinginannya tidak segera dipenuhi sekarang sudah tidak merengek lagi. Konseli juga lebih suka berbagi mainan atau makanan sama teman-temannya dengan tidak memaksa merebut mainan milik teman-temannya lagi.

B. Saran-saran

Setelah penulis menganalisa data yang sudah terkumpul dan menarik kesimpulan sebagaimana yang tercantum diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi orang tua hendaknya lebih meluangkan waktu bersama anaknya dan tidak selalu memanjakan anak dengan selalu menuruti semua keinginan anaknya. Selain itu, metode hypnosleep dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan peran sebagai orang tua dalam mendidik anak dengan cara kata-kata yang baik.

2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan penelitian Research and Development (R&D) atau eksperimen dengan menggunakan modul.


(3)

DAFTAR PUSTAKA Refrensi Buku:

Adz-Dzaky, Hamdan Bakran. 2006. Konseling dan Psikoterapi Islam. (Yogyakarta: Fajar Baru Pustaka)

Agama RI, Departemen. 2002. Mushaf Al-Qur’an Terjemaha. (Jakarta: Al-Huda Kelompok Gema Insani)

Agama RI, Departemen. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahannya. (Bandung: MQS Publishing)

Aisyah, Siti. 2015. Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar. (Yogyakarta: CV Budi Utama)

Amin M.A, Syamsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. (Jakarta: AMZAH)

Awwad, Jaudah Muhammad. 2012. Mendidik Anak Secara Islam. (Jakarta: Gramedia Pustaka)

Aziz, Rini Utami. 2006. Jangan Biarkan Anak Kita Berperilaku Menyimpang. (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Azzet, A. Muhaimin. 2010. Buku Pintar Mengatasi Anak Nakal. (Jogjakarta: Kata Hati)

Azwar, Saifudin. 2007. Metode Penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Belajar)

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. (Surabaya: Universitas Airlangga)

el-Bantanie, Muhammad Syafi’ie. 2010. Dahsyatnya Terapi Wudhu. (Jakarta: PT Elex Media Komputindo)

Faqih, Ainur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. (Jakarta: UII press)

Gichara, Jenny. 2011. Mengatasi Perilaku Buruk Anak. (Jakarta: Kawan Pustaka) Graha, Chairinniza. 2007. Keberhasilan Anak di Tangan Orang Tua – Panduan

Bagi Orang Tua untuk Memahami Perannya dalam Membantu Keberhasilan Pendidikan Anak. (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo) Gunawan, Adi W. 2005. Hypnosis: The Art of Subconscious Communication –

Meraih Sukses dengan Kekuatan Pikiran. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama)


(4)

Gunawan, Adi W. 2010. Hypnotherapy for Children: Cara Mudah dan Efektif Menerapi Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)

Hidayati, Zulaehah. 2010. Anak Saya Tidak Nakal, Kok. (Yogyakarta; PT Bentang Pustaka)

Hunter MS, C. Roy Seni. 2011. Hipnosis: Penguasaan Teknik-teknik Dasar. (Jakarta: PT.Indeks)

Heriansyah, Haris. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Salemba Humanika)

Ihsan, Abu. 2005. Penuntun Lengkap Bergambar: Do’a Yuk!–Beserta Tata Caranya. (Mizan Publishing)

Komalasari, Gantika. 2011. Teori dan Teknik Konseling. (Jakarta: Indeks) Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum, (Bandung: Mandar Maju)

Lesmana, Jeanette Murad. 2006. Dasar-dasar Konseling. (Jakarta: Universitas Indonesia Press)

Lubis, Saiful Akhyar. 2007. Konseling Islami Kyai dan Pesantren. (Yogyakarta : eLSAQ Press)

Lucy, Bunda, 2012. 5 Menit menguasai Hypnoparenting. (Jakarta: Penebar

)

Maas, James B. 2002. Power Sleep:Kiat-kiat Tidur Sehat untuk Mencapai Kondisi dan Prestasi Puncak. (Bandung: Kaifa)

Mubarok, Ahmad. 2002. Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1. (Jakarta: Bina Rencana Pariwara)

Mustofa, Agus. 2011. Energi Dzikir Alam Bawah Sadar. (Surabaya: PADMA Press)

Musnamar, Tohari. 1992. Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam. (Yogyakarta: UII Press)

Moleong, Lexy J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosda karya)

Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia)

Nawawi, Ismail. 2012. Metoda Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi Interdisipliner untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/Ekonomi Islam, Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya)


(5)

Noer, Muhammad. 2010. Hypnoteaching for Success Learning. (Yogyakarta: Pedagogia)

Novia, Rina. 2008. Abu Bakar ash-Shidiq–Pemimpin Lembut Hati dan Bijaksana, (Jakarta: Lini Zikrul Kids)

Novia, Rina & Hemdi, Yoli. 2012. Nabi Ishaq as – Lahir dari Ibu yang sudah tua,(Jakarta: Lini Zikrul Kids)

Rahimsyah, M. 2012. Kumpulan Dongeng Si Kancil. (Dua Media)

Safrodin, Muhammad. 2014. Sunah-sunah Kecil Berpahala Besar. (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka)

Subiyono dkk. 2012. Hypnometafisika. (Yogyakarta: CV. Budi Utami)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta)

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: CV. Alfabeta) Sugara, Gian Sugiana. 2013. Terapi Self-Hypnosis: Seni Memprogram Ulang

Pikiran Bawah Sadar. (Jakarta: PT Indeks)

Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rajawali Press, 2013)

Toha Assegaf, Mohammad Ali. 2015. Sehat Ala Nabi. (Jakarta: PT Mizan Publika)

Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah III. (Yogyakarta: Andi Offset)

Yetti Zein Asmar, & Suryani, Eko. 2005. Psikologi Ibu dan Anak. (Yogyakarta: Fitramaya)

Yurinda, Yan. 2009. Hypnotherapy Fundamental, Modul disajikan dalam workshop sertifikasi Hypnotherapy Fundamental di Surabaya. (Jakarta:Yan Nurindra School of Hypnotism)

Yusuf, Muhammad Hasan. 2008. Etika Tidur Nabi SAW: Agar Tidur Kita Benar dan Berpahala. (Surakarta: Media Zikir)

Yusuf, Syamsu & Nurihsan , Juntika. 2008. Landasan Bimbingan Dan Konseling, Cet. ke 3, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Zaman, Saeful & Libertina, Audriani. 2012. Membuat Anak Rajin Belajar Itu Gampang. (Jakarta: Transmedia Pustaka)


(6)

Refrensi Lainnya:

Aeni, Ani Nur. Pendidikan Karakter untuk Siswa SD dalam Perspektif Islam, Mimbar Sekolah Dasar, 1 April 2014)

Ardianti, Ike. 2015. Hypnoparenting dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter Anak., (Skripsi, Fakultas Tarbiyah STAIN Ponorogo)

Izzaty, Rita Eka. 2007. Strategi Penanganan Tingkah Laku Bermasalah Eksternalisasi melalui Teknik Pembiasaan Komunikasi Verbal sebagai

Bentuk Penghindaran Perlakuan Kekerasan pada Anak Prasekolah, (Staf

Pengajar Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, April)

Karyana, Ghaza. Cara Menerima Informasi, diakses di (http://www.coreshypnosiscenter.com/2014/10/cara-menerima

informasi.html)

Marpuah. 2009. Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak Phobia di Tranzcare Mampang Prapatan Jakarta Selatan. (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah)

Pengertian Tidur Menurut Para Ahli, diakses di

(http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-tidur-menurut-para-ahli.html?m=1)

Prasetyo, Susilo Adi. Pegaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Anak. diakses di (http://pandek29.blogspot.co.id/2013/02/pengaruh-lingkungan-terhadap-perilaku.html?m=1)

Pratiwi, Nanda Rizky. Kenakalan Pada Anak Sekolah Dasar Disertai Penyebab

Dan Penanganannya diakses di

(http://nourharizky.blogspot.co.id/2015/03/kenakalan-pada-anak-sekolah-dasar.html)

Rey, Coach. Modul Ahli Neuro Linguistic Programming Practioner

Tamba, Boyzer. Pengertian dan Ciri-ciri Orang dengan Modalitas Auditorial (Auditory Learners), diakses di (http://boyzeru.blogspot.co.id/2014/07/ciri-ciri-orang-dengan-modalitas.html)

Tentama , Fatwa. Perilaku Agresif Anak: Asesmen dan Intervensinya, KES MAS, Juni 2012


Dokumen yang terkait

Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Shalat Tahajud untuk mengatasi stres seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik.

3 22 135

Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior untuk menangani kenakalan remaja seorang pelaku balap motor liar di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk.

0 0 108

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK TIMING OF EVENT MODELS UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL SEORANG ANAK DI DESA GROGOL KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO.

0 0 109

PENGARUH BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK RELAKSASI DALAM MENANGANI STRES PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN : DESA BABAK BAWO DAN DESA BARON KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK.

0 3 120

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SEORANG ANAK DI DESA GUMENG BUNGAH GRESIK.

6 42 114

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENUNTASKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SEORANG SISWA DI MTS MA’ARIF RANDEGANSARI DRIYOREJO GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI SIKAP FEMINISME PADA SEORANG PEMUDA DI DESA BALONGMASIN KECAMATAN PUNGGINNG MOJOKERTO.

0 0 110

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING MELALUI SIKAP PEDULI DALAM MENANGANI PERILAKU AGRESIF ANAK DI DESA KETEGAN TANGGULANGIN - SIDOARJO.

0 0 146

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF UNTUK MENANGANI DEPRESI SEORANG ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA DI TLASIH TULANGAN SIDOARJO.

0 0 97

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG.

0 0 118