BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG.

(1)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS

CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Disusun Oleh: SITI INDARWATI

B03211031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

vii

ABSTRAKSI

Siti Indarwati (B03211031), Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang?, (2)Bagaimana hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang?

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif komparatif. Analisis yang digunakan tersebut untuk mengetahui proses serta keberhasilan pelaksanaan bimbingan konseling Islam dengan teknik biblioterapi dalam menangani frustrasi seorang pemuda putus cinta di Desa Badang Ngoro Jombang serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah mendapatkan konseling dengan teknik tersebut. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dokumen hasil observasi dan wawancara dari objek serta informan.

Adapun proses pelaksanaan bimbingan konseling Islam dengan teknik biblioterapi dalam menangani frustrasi yang dialami seorang pemuda putus cinta ini yakni dengan langkah-langkah bimbingan konseling Islam yaitu identifikasi masalah, diagnosa, prognosa,treatment/ terapi dan follow up yang kemudian pada treatment/ terapi dilakukan tahap-tahap pada teknik biblioterapi yaitu dengan memberikan motivasi terlebih dahulu kepada klien, kemudian klien diberikan waktu yang cukup untuk membaca bukunya selanjutnya memberikan waktu kepada klien untuk inkubasi yakni merenungkan isi buku, kemudian diadakan tindak lanjut yang berupa diskusi antara konselor dan klien dan diakhiri dengan evaluasi. Berdasarkan proses tersebut, dalam penelitian ini objek penelitian mengalami frustrasi dikarenakan adanya masalah dalam percintaan yang berakhir tidak bahagia karena tidak adanya restu dari orang tua kekasihnya serta tidak adanya respon dari mantan kekasihnya untuk tetap menjadi teman. Setelah mendapatkan terapi, klien telah dapat melakukan perubahan pada dirinya namun tidak semua perilaku klien dapat dirubah dalam waktu yang singkat. Penelitian ini cukup berhasil yang mana hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku klien, salah satunya yaitu berhenti memotret hingga mulai memotret kembali.


(6)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Definisi Konsep... 8

F. Metode Penelitian... 13

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 13

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 14

3. Jenis dan Sumber Data ... 15

4. Tahap-Tahap Penelitian... 16

5. Teknik Pengumpulan Data ... 18

6. Teknik Analisis Data ... 21

7. Teknik pemeriksaan Keabsahan data ... 22

G. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II: BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TEKNIK BIBLIOTERAPI, FRUSTRASI A. Bimbingan Konseling Islam... 25

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam... 25

2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 26

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam... 27

4. Unsur–Unsur Bimbingan Konseling Islam ... 28

5. Langkah–Langkah Bimbingan Konseling Islam... 30

B. TeknikBiblioterapi ... 31

a. PengertianBiblioterapi ... 31

b. Dasar dan TujuanBiblioterapi ... 33

c. TahapanBiblioterapi... 34


(7)

xi

C. Frustrasi ... 36

a. Pengertian Frustrasi... 36

b. Faktor–Faktor Penyebab Frustrasi ... 38

c. Ciri–Ciri Frustrasi ... 42

d. Jenis-Jenis Frustrasi ... 43

e. Bentuk- Bentuk Frustrasi ... 46

D. Frustrasi Sebagai Masalah Bimbingan Konseling Islam... 47

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 48

BAB III: BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG A. Frustrasi pada Seorang Pemuda Putus Cinta Di Desa Badang Ngoro Jombang ... 53

1. Desa Badang... 53

2. Deskripsi Konselor... 54

3. Deskripsi Klien / Konseli ... 56

4. Deskripsi Masalah ... 59

B. Bimbingan Konseling Islam dengan TeknikBiblioterapi ... 60

1. Deskripsi Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang ... 60

a. Identifikasi Masalah ... 61

b. Diagnosa... 70

c. Prognosa... 70

d. Treatment(Terapi) ... 73

e. Evaluasi (Follow Up) ... 90

2. Deskripsi Hasil Akhir Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang... 92

BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang ... 95


(8)

xii

B. Analisis Hasil Akhir Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa

Badang Ngoro Jombang ... 101 BAB V: PENUTUP

A. KESIMPULAN ... 105 B. SARAN ... 106 DAFTAR PUSTAKA


(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bukunya Bimo Walgito yang berjudul Bimbingan dan Konseling Perkawinan, Menurut UUD Perkawinan, yang dikenal dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1974, yang dimaksud perkawinan yaitu:

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2 Sejak dahulu hingga saat ini, warga negara Indonesia termasuk daerah Jawa Timur, ketika akan menjalin ikatan perkawinan mereka akan mengadakan lamaran atau yang disebut juga dengan peminangan.

Dalam bukunya Kamal Muchtar yang berjudul Asas-Asas Hukum tentang Perkawinan, Lamaran atau Peminangan dalam ilmu Fiqih disebut “Khitbah” artinya “Permintaan”. Sedangkan menurut istilah adalah pernyataan atau permintaan seorang laki-laki kepada pihak perempuan untuk mengawininya, baik langsung atau melalui pihak lain yang dipercaya sesuai dengan ketentuan agama.3 Berdasarkan pengertian diatas peminangan atau lamaran ini dilakukan oleh seorang pria. Yang pada umumnya, lamaran atau

2

Bimo Walgito,Bimbingan dan Konseling Perkawinan (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hal. 11.

3


(10)

2 peminangan dilakukan dengan cara mendatangi orang tua dari seorang wanita yang akan dilamar, baik sendirian atau diantar oleh kedua orang tuanya atau pun bersama pihak lain yang dipercaya dengan tujuan untuk meminta izin meminang atau melamar anak perempuan dari orang tua tersebut yang nantinya akan dijadikan sebagai isteri oleh seorang pria.

Kegiatan meminta izin untuk meminang atau melamar ini akan memberikan hasil yang membahagiakan bagi pihak pria bahkan juga bagi pihak perempuan apabila dari pihak perempuan yang dilamar dapat menerima lamaran. Namun sebaliknya akan mengecewakan, yang dapat membuat seorang pria menjadi frustrasi apabila permintaan tersebut tidak di indahkan, dengan kata lain permintaan lamaran tidak diterima baik dengan alasan-alasan yang jelas atau pun tidak. Menurut Kartini Kartono dan Jeny Andary dalam bukunya yang berjudul Hygiene Mental dan Kesehatan mental mengungkapkan bahwa:

Frustrasi adalah suatu keadaan dimana suatu kebutuhan tidak terpenuhi dan tujuan tidak bisa tercapai, sehingga orang kecewa dan mengalami suatu halangan dalam mencapai satu tujuan.4

Di Desa Badang kecamatan Ngoro kabupaten Jombang terdapat seorang pria muda berusia dua puluh tiga (23) tahun, seorang lulusan teknik informatika dan telah menjadi pegawai pabrik tidak jauh dari rumahnya, sekaligus photographer dikala ada acara pernikahan atau pun dalam kegiatan

4

Kartini Kartono dan Jeny Andary,Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam


(11)

3 lain serta editor photo ini, telah merasakan kekecewaan akibat lamarannya ditolak oleh pihak keluarga wanita yang dipinangnya. Dia merasa sangat kecewa karena cintanya dengan pacarnya kandas begitu saja, padahal sebelumnya ia telah sangat yakin lamarannya akan diterima oleh keluarga kekasihnya.

Dari informasi yang saya dapatkan, Airul (nama samaran) mulanya berniat untuk meminang kekasihnya sejak awal dia diangkat menjadi pegawai di tempat kerjanya. Namun, ia berpikir kembali sehingga ia memutuskan untuk melamar kekasihnya setelah kekasihnya lulus dari pendidikan sarjananya, hal itu dilakukan karena dia tidak ingin mengganggu pendidikan kekasihnya. Sebelumnya Airul dan kekasihnya telah menjalin kedekatan atau yang biasa disebut oleh anak muda dengan berpacaran. Mereka telah mengenal satu sama lain dan menjalin kedekatan selama lima tahun lebih ulasnya, sejak jenjang Sekolah Menengah Atas(SMA), tepatnya saat duduk di kelas sebelas atau kelas 2 (dua) SMA.

Hubungan mereka selama ini baik-baik saja, kedua orang tua mereka juga telah mengetahui bahwa mereka telah lama saling mengenal dan tidak jarang mereka pergi jalan-jalan keluar rumah juga dengan izin orang tua dari wanita. Airul sangat menyayangi kekasihnya, setiap kali kekasihnya membutuhkan dia, dia selalu membantunya jika tidak ada halangan.

Kemudian, saat kekasihnya telah lulus dari pendidikan sarjananya ditahun 2014 ini. Airul menghadap kepada orang tua kekasihnya, ia berniat


(12)

4 untuk meminta anak perempuannya itu untuk ia jadikan sebagai isterinya. Kemudian orang tuanya pun meminta waktu untuk berpikir terlebih dahulu. Setelah beberapa hari Airul menunggu jawabannya, orang tua kekasihnya menjawab lamaran tersebut bahwa orang tua kekasihnya tidak dapat menerima, karena setelah meminta pendapat kepada orang yang dianggap kedua orang tua kekasihnya itu pendapatnya sering benar, dan katanya orang yang dimintai pendapat ini telah melakukan sholat istikhoroh, orang tersebut mengungkapkan bahwa hasil sholat istikhorohnya memberi petunjuk bahwa hubungan anaknya dengan Airul akan tidak baik apabila dilanjutkan kejenjang pernikahan.

Saat itu Airul merasa bahwa hal itu bukanlah kenyataan, dia berharap itu cobaan awal saja. Kekasihnya hanya diam menerima keputusan orang tuanya. Tidak berputus asa, untuk kedua kalinya ia datang lagi bersama dengan kedua orang tuanya ke rumah kekasihnya, namun jawaban yang diterima oleh dia tetap sama seperti yang pertama. Kemudian Airul mencoba meminta bantuan kepada kekasihnya agar dapat membantu untuk meyakinkan kedua orang tuanya. Tetapi kekasihnya hanya meminta maaf kepadanya, karena kekasihnya telah bertekad untuk menerima keputusan kedua orang tuanya. Awalnya dia memaksa kekasihnya untuk membantunya. Namun dia sadar, bahwa dia tidak bisa memaksa kekasihnya karena dia tahu keputusan kekasihnya itu baik dengan mematuhi orang tua. Walau demikian, Airul pun semakin kecewa, dia merasa tidak ada yang mendukungnya. Padahal dia ingin tetap bisa berteman dengan wanita tersebut meskipun tak dapat


(13)

5 menjadikannya isteri namun wanita itu malah menghilang, telepon Airul tak pernah diangkatnya lagi, pesan singkat Airul yang hanya sekedar menanyakan kabar dan ingin menyambung tali silaturahmmi tidak dihiraukan.5 Sejak peristiwa putus cinta dan menghilangnya wanita itu lah Airul menjadi seorang pria yang tidak mempunyai semangat lagi, ia lebih sering berdiam diri, berhenti memotret dan mengedit foto, serta dari informasi yang saya dapatkan, saat bersama dengan teman-temanya ia sering kali tiba-tiba diam membisu saat bercanda, sering murung, malas makan, mudah marah, sering mengeluhkan pusing pada kepalanya, dan juga terlihat cemas serta tidak jarang juga menyalahkan dirinya, bahkan sering menangis.6

Dari kasus diatas menjelaskan bahwa Airul merasa kecewa karena keinginannya tidak terpenuhi sehingga ia tidak bersemangat lagi, dll. Oleh sebab itu, maka dapat dikatakan bahwa ia telah berpikir irrasional. Dalam bukunya Latipun dalam bukunya Namora Lumongga Lubis yang berjudul Memahami Dasar-Dasar Konseling: dalam Teori dan Praktik, pandangan Ellis terhadap konsep manusia pada terapi rasional emotif yang ia kenalkan dijelaskan bahwa:

Peristiwa yang terjadi pada individu akan direaksi sesuai dengan cara berpikir atau sistem kepercayaan. Jadi, konsekuensi reaksi yang dimunculkan seperti senang, sedih, frustrasi, dan sebagainya bukanlah akibat peristiwa

5

Hasil wawancara dengan klien : Airul (nama samaran), Jombang: Minggu, 14 Desember 2014.

6

Hasil wawancara dengan teman klien: Yulianto(nama samaran), Jombang: Minggu, 20 Desember 2014.


(14)

6 yang dialami individu melainkan disebabkan karena cara berpikirnya.7 Berdasarkan pandangan tersebut, pemuda pada kasus diatas telah berpikir irasional disebabkan oleh pemikirannya menanggapi peristiwa yang ia alami. Untuk dapat meminimalisir pikirannya yang irasional dibutuhkan bantuan dari seorang konselor atau orang lain sebagai pemberi semangat. Konselor dapat membantu klien untuk dengan memberikan konseling yang di dalamnya konselor dapat menggunakan teknik salah satunya yaitu dengan memberikan motivasi-motivasi baik secara lisan dari konselor atau dengan cara memberikan buku bacaan mengenai cerita atau kisah-kisah orang lain yang pernah mengalami peristiwa yang sama atau bahkan hampir sama dengan klien yang pada akhir cerita atau kisah-kisah yang digunakan dapat memotivasi klien untuk tetap tegar dalam menjalani hidupnya. Teknik seperti itu disebut juga dengan teknik Biblioterapi.

Sebagaimana pendapat Ellis dalam bukunya Namora Lumongga Lubis menjelaskan pengertian Biblioterapi/ bibliografi yaitu dengan memberikan bahan bacaan tentang orang-orang yang mengalami masalah yang hampir sama dengan klien dan akhirnya dapat mengatasi masalahnya. Atau bahan bacaan yang dapat meningkatkan cara berpikir klien agar lebih rasional.8

Oleh sebab permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Bimbingan Konseling Islam dengan

7

Namora Lumongga Lubis,Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 177.

8

Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik.., hal. 182.


(15)

7 Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian ini, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang?

2. Bagaimana hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.

2. Mengetahui hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.


(16)

8 D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca maupun peneliti sendiri, antara lain sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam bidang pengembangan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan bimbingan konseling Islam mengenai Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.

2. Secara Praktis

a. Peneliti diharapkan membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta melalui konseling dengan Teknik Biblioterapi.

b. Menjadi bahan pertimbangan dalam melaksanakan tugas penelitian.

E. Definisi Konsep

Sesuai dengan judul penelitian yaitu Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda


(17)

9 Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang, maka perlu adanya pembatasan konsep berdasarkan judul yang telah ada. Hal itu diperlukan agar pembahasan konsep dalam penelitian ini tidak melebar dan kabur. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan yakni sebagai berikut:

1. Bimbingan Konseling Islam

Samsul Munir dalam bukunya yang berjudul bimbingan dan Konseling Islam mendefinisikan, Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadits.9

Kemudian Hamdan Bakran Adz-Dzaky, dalam bukunya yang berjudul Konseling & Psikoterapi Islam menjelaskan Bimbingan Konseling Islam ialah:

“Suatu aktivitas pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan konseli atau klien”.10

9

Samsul Munir,Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 23

10

Hamdan Bakran Adz-Dzaky,Konseling & Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar Baru Pustaka, 2006 ), hal. 18


(18)

10 Sedangkan menurut Ainur Rahim Faqih Bimbingan dan Konseling Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.11

Dari beberapa definisi para ahli diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa bimbingan konseling Islam merupakan pemberian bantuan yang diberikan kepada klien oleh konselor dengan tujuan agar klien dapat berpikir lebih rasional terhadap dirinya ataupun lingkungannya serta mendapatkan pencerahan batin sesuai dengan Islam, agar tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Teknik Biblioterapi

Menurut Ellis dalam bukunya Namora Lumongga Lubis menjelaskan pengertian Biblioterapi/ bibliografi yaitu dengan memberikan bahan bacaan tentang orang-orang yang mengalami masalah yang hampir sama dengan klien dan akhirnya dapat mengatasi masalahnya. Atau bahan bacaan yang dapat meningkatkan cara berpikir klien agar lebih rasional.12

11

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII PRESS, 2004), hal. 4

12

Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik..,hal. 182.


(19)

11 Berdasarkan beberapa pandangan diatas, maka dapat dipahami peneliti bahwa Teknik Biblioterapi yaitu teknik yang digunakan untuk membantu klien dengan cara memberi buku bacaan tentang cerita atau kisah orang lain yang mengalami masalah yang sama atau pun hampir sama dengan klien yang dapat meningkatkan cara berpikir klien agar lebih rasional sehingga dapat mengatasi masalahnya.

3. Frustrasi

Menurut Musthofa Fahmi dalam bukunya Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat mendefinisikan frustrasi ialah suatu proses yang mengandung pengenalan seseorang akan hambatan yang menghalanginya dari memenuhi kebutuhannya, atau ia memperkirakan bahwa hambatan akan terjadi di kemudian hari.13

Menurut Supartono Widyo Siswoyo dalam bukunya Ilmu Budaya Dasar, menyatakan kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustrasi, yang artinya dapat disebutkan bahwa seseorang akan mengalami frustrasi apabila apa yang diinginkannya tidak tercapai. Adapun ciri-ciri frustrasi antara lain:

1. Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak nafas, dan sering nyeri pada lambung, dll.

13

Musthofa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat,jilid II,


(20)

12 2. Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, sering diam membisu,

ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah, dll.14

Berdasarkan beberapa pandangan diatas, maka dapat dipahami bahwa frustrasi merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami kegagalan karena suatu halangan atau hambatan dalam mencapai tujuannya atau keinginannya yang mengakibatkan individu itu merasakan kekecewaan mendalam.

Seperti kenyataannya, apabila terjadi suatu masalah tentu pasti ada sebab yang menjadi latar belakang terjadi masalah itu. Begitu juga frustrasi, tidak timbul dengan sendirinya tanpa ada sebab awalnya. Woodworth sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa rintangan-rintangan (penyebab) frustrasi itu dapat dibagi menjadi 4 golongan besar:

1. Rintangan-rintangan (penyebab) yang timbul bukan dari manusia (selain manusia). Kecewaan yang mungkin dialami itu timbulnya bukan karena hubungan dengan manusia saja, tapi mungkin timbul dari adanya hubungan dengan hewan, tumbuhan, benda dan lain-lain yang berinteraksi dengan kita.

2. Rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia. 3. Pertentangan antara motif-motif positif yang terdapat dalam diri

seseorang. Frustrasi juga akan timbul akibat dihadapkan kepada dua

14

Supartono Widyosiswoyo,Ilmu Budaya Dasar,(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992), hal. 141-142.


(21)

13 pilihan atau lebih yang keduanya bersifat positif dan akhirnya menimbulkan banyak pertimbangan.

4. Pertentangan antara motif positif dan motif negatif yang terdapat dalam diri orang itu. Motif-motif negatif biasanya menimbulkan pertentangan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan (motif positif), diantara motif negatif.15

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang valid dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam bukunya Lexy yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi) bahwa:

Menurut Botgar dan Tailor dalam bukunya Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.16

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam penelitian ini, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam. Peneliti akan mendapatkan informasi hasil data secara utuh, sebab sumber data yang diharapkan berasal dari sumber yang berkaitan

15

Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan,(Bandung: Remaja Karya, 1985), hal. 121-122.

16

Lexy J. Moleog, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 4.


(22)

14 dengan sasaran penelitian. Sehingga menghasilkan data deskriptif yang berupa kata- kata atau teks bukan berupa angka.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau penelitian kasus. Menurut Sudarwan, Penelitian kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu.17

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena dalam penelitian ini obyek yang diamati adalah suatu kasus yang hanya melibatkan satu orang pemuda sehingga harus dilakukan penelitian secara intensif, menyeluruh dan terperinci untuk menangani seorang pemuda yang frustrasi.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Adapun sasaran dalam penelitian ini yaitu seorang pemuda bernama Airul (nama samaran) yang mengalami frustrasi karena putus cinta. Yang kemudian disebut dengan klien.

Lokasi penelitian ini terletak di Desa Badang Rt 03 Rw 03, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.

17

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2002), hal. 55.


(23)

15 3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :

1) Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di lapangan. Hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang dan masalah klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir pelaksanaan proses konseling.

2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder.18 Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan klien, perilaku keseharian klien, dll.

b. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.19

1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh peneliti dilapangan yaitu informasi dari klien yang diberikan saat proses konseling dan konselor yang memberikan konseling. 2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari

orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis

18

Burhan Bungin,Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif

(Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal. 129.

19

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 129.


(24)

16 peroleh dari data primer. Sumber ini bisa diperoleh dari keluarga klien, kerabat klien, tetangga klien, teman-teman klien dan lain-lain. Dalam penelitian ini data diambil dari orang tua klien terutama ibu klien yaitu Umi Salamah (nama samaran), teman klien yaitu Yulianto (nama samaran), dan Andra (nama samaran). 4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahapan dari penelitian yakni:

a. Tahap Pra Lapangan

Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini.20

1) Pada tahap ini digunakan untuk menyusun rencana penelitian Dalam hal ini peneliti membuat susunan rencana penelitian apa yang akan peneliti hendak teliti ketika sudah terjun kelapangan.

2) Memilih lapangan penelitian

Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang akan diteliti.

20


(25)

17 3) Mengurus perizinan

Dalam hal ini peneliti mengurus surat-surat perizinan sebagai bentuk administrasi dalam penelitian sehingga dapat mempermudah kelancaran peneliti dalam melakukan penelitian. 4) Menjajaki dan penilaian lapangan

Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari keputusan atau mengetahui melalui orang dalam situasi atau kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.21 Dalam hal ini peneliti akan menjajaki lapangan dengan mencari informasi dari masyarakat tempat peneliti melakukan penelitian.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Dalam hal ini peneliti memilih dan memanfaatkan informan guna mendapatkan informasi tentang situasi dan kondisi lapangan. 6) Menyiapkan perlengkapan

Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan penelitian seperti alat-alat tulis, tape recorder, kamera, dan lain-lain.

7) Persoalan Etika Penelitian

Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai

21


(26)

18 masyarakat dan pribadi tersebut.22 Dalam hal ini peneliti harus dapat menyesuaikan norma-norma dan nilai-nilai yang ada di latar penelitian.

b. Tahap Persiapan Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan. c. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap pekerjaan lapangan ini, yang akan dilakukan peneliti adalah memahami latar penelitian terlebih dahulu serta mempersiapkan diri baik fisik maupun mental. Selanjutnya yakni memasuki lapangan untuk menjalin keakraban dengan subyek atau informan lainnya agar memperoleh banyak informasi. Dan ini dilakukan selama proses penelitian. Selanjutnya yakni berperan sambil mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi, foto, rekaman, dan lain-lain.23

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data secara valid, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :

a. Observasi

22

Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi)..,hal. 134.

23


(27)

19 Observasi merupakan pengamatan terhadap peristiwa yang diamati secara langsung oleh peneliti. Observasi yaitu pengamatan dan penelitian yang sistematis terhadap gejala yang di teliti.24 Observasi ini dilakukan untuk mengamati di lapangan mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.

Observasi bertujuan untuk mengoptimalkan dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Observasi memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.25

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati klien meliputi: kondisi klien baik kondisi sebelum, saat proses konseling maupun sesudah mendapatkan konseling. Selain itu untuk mengetahui deskripsi lokasi penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk percakapan dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi dengan cara memberikan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian.26 Wawancara

24

Dr. Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung, Alfabeta, 2012), hal.145.

25

Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi).., hal. 175.

26

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 180.


(28)

20 dilakukan untuk menggali data lebih mendalam dari data yang diperoleh dari observasi.27

Dalam penelitian ini peneliti sekaligus konselor sebagai pewawancara dan klien sebagai terwawancara. Adapun yang akan peneliti gali yakni segala informasi pada diri klien yakni: Identitas diri klien, deskripsi permasalahan yang dialami klien, serta hal-hal yang lainnya yang belum dapat peneliti utarakan karena biasanya teknik interview ini tidak terstruktur karena wawancaranya bersifat mendalam. Saat wawancara tidak menyusun pertanyaan dan jawaban tertulis, hanya membuat pedoman wawancara sehingga informan merasa leluasa dan terbuka dalam memberikan jawaban dan keterangan yang diingikan peneliti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan fakta dan data yang tersimpan dalam berbagai macam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, laporan, peraturan, catatatan harian, biografi, simbol, dan data lain yang tersimpan.28Dari data dokumentasi peneliti dapat melihat kembali sumber data yang ada seperti catatan pribadi, hasil wawancara dan lain sebagainya.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik pengumpulan data dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

27

Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati,Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2014), hal. 136.

28


(29)

21 Tabel 1.1

Teknik Pengumpulan Data

NO. JENIS DATA SUMBER

DATA TPD

1

a. Identitas Klien

b. Tempat tanggal lahir klien c. Usia klien

d. Pendidikan klien

e. Masalah yang dihadapi klien

Klien

W + O

2

a. Identitas Konselor b. Pendidikan konselor c. Usia konselor

d. Pengalaman dan proses konseling yang dilakukan

Konselor W+O

3

a. Kebiasaan klien

b. Kondisi keluarga dan lingkungan sekitar klien

Informan (keluarga atau

teman klien)

W+O 4 a. Luas wilayah penelitian

b. Batas wilayah

Gambaran

lokasi penelitian O+W+D Keterangan :

TPD : Teknik Pengumpulan Data O : Observasi

W : Wawancara D : Dokumentasi

6. Teknik Analisis Data

Dalam proses analisis data peneliti melakukan klasifikasi data dengan cara memilah-milah data sesuai dengan kategori yang disepakati oleh peneliti. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif-komparatif, yakni Deskriptif Komparatif digunakan untuk menganalisa proses konseling antara teori dan kenyataan dengan cara membandingkan di dalam pelaksanaan Teknik Biblioterapi yang dilakukan oleh konselor, apakah terdapat perbedaan pada klien antara sebelum dan sesudah mendapatkan konseling dengan Teknik Biblioterapi.


(30)

22 7. Teknik pemeriksaan Keabsahan data

Dalam suatu penelitian diperlukan teknik untuk mengecek atau mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini, langkah yang dilakukan peneliti adalah mengecek kembali keterangan-keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan keterangan yang dilakukan.

a. Fokus dan ketekunan

Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data yang dipilih benar-benar bersentuhan. Ketekunan pengamatan bermaksud mencari dan menemukan ciri-ciri serta situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Peneliti juga tetap menjaga fokus pada sasaran objek yang diteliti. Hal ini diperlukan agar data yang digali tidak melenceng dari rumusan masalah yang dibahas.

b. Triangulasi

Sugiyono menjelaskan bahwa, “triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada.”29 Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mencari pemahaman terhadap apa yang telah ditemukan di lapangan. Peneliti menggunakan teknik ini dengan alasan agar data yang diperoleh akan lebih konsisten dan pasti.

29


(31)

23 G. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan skripsi ini tersusun secara rapi dan jelas sehingga mudah dipahami, maka penulis susun sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yaitu: gambaran umum yang membuat pola dasar dan kerangka pembahasan skripsi. Bab ini meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka: dalam bab ini peneliti menyajikan tentang kajian teori yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek kajian yang dikaji, dalam skripsi ini akan membahas tentang Bimbingan Konseling Islam yang meliputi: Pengertian Bimbingan Konseling Islam, Tujuan Bimbingan Konseling Islam, Fungsi Bimbingan Konseling Islam, Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam dan Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam. Selanjutnya yakni Teknik Biblioterapi yang meliputi: Pengertian Biblioterapi, Dasar dan Tujuan Biblioterapi, Tahapan Biblioterapi, Manfaat Biblioterapi. Kemudian Frustrasi meliputi: Pengertian Frustrasi, Faktor–Faktor Penyebab Frustrasi,Ciri–Ciri Frustrasi,Jenis-Jenis Frustrasi, serta Bentuk- Bentuk Frustrasi. Dan terakhir beberapa penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III Penyajian Data: Menjelaskan tentang setting penelitian yang meliputi, deskripsi umum objek penelitian, deskripsi konselor, deskripsi


(32)

24 klien, dan membahas deskripsi hasil penelitian yakni mengenai deskripsi proses pelaksanan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang serta deskripsi hasil akhir pelaksanan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.

BAB IV Analisis Data: Menjelaskan tentang analisis proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang dan analisis hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.

BAB V Bab ini berisi tentang kesimpulan dari kajian ini dan saran-saran.


(33)

25 BAB II

BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TEKNIK BIBLIOTERAPI, FRUSTRASI

A. Bimbingan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky bimbingan konseling Islam adalah suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.30

Menurut Samsul Munir Amin bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, continue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al- Qur’an dan Hadits Rasulullah ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadits.31

30

Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, hal. 137

31


(34)

26 Sedangkan menurut Aunur Rahim Faqih bimbingan konseling Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah sehingga, dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.32

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa bimbingan dan konseling Islam adalah suatu pemberian bantuan oleh seorang ahli kepada individu, yang berupa nasehat, dukungan, dan saran, untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi agar individu dapat mengoptimalkan potensi akal pikirannya yang sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam

Menurut Drs. Yuhana Wijaya dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Bimbingan” memberikan batasan bahwa tujuan bimbingan adalah membantu individu agar klien dapat mengenal dan memahami dirinya sendiri, termasuk kekuatan dan kelemahan-kelemahannya, mengenal dan memahami lingkungannya, mengambil keputusan untuk melangkah maju seoptimal mungkin, berusaha sendiri memecahkan

32


(35)

27 masalahnya atau menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya dan mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.33

Menurut Hallen dalam bukunya Bimbingan dan Konseling, merumuskan tujuan dari pelayanan Bimbingan dan Konseling Islami yakni untuk meningkatkan dan menumbuh suburkan kesadaran manusia tentang eksistensinya sebagai makhluk dan khalifah Allah swt. dimuka bumi ini, sehingga setiap aktivitas dan tingkah lakunya tidak keluar dari tujuan hidupnya yakni untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah.34 3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Menurut Ainur Rahim Faqih fungsi bimbingan dan Konseling Islam sebagai berikut:

a. Fungsi preventif (pencegahan) yaitu membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah kejiwaan, upaya ini meliputi: pengembangan strategi dan program yang dapat digunakan mengantisipasi resiko hidup yang tidak perlu terjadi.

b. Fungsi kuratif dan koretif yaitu membantu individu memecahkan masalah yang dihadapi atau dialami.

c. Fungsi preserfativ yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik dan kebaikan itu bertahan lama.

d. Fungsi Development atau pengembangan, yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik

33

Yuhana Wijaya,Psikologi Bimbingan(Bandung: PT. Eresco, 1988), hal 94

34


(36)

28 atau menjaga lebih baik sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya.35

4. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam a. Konselor

Konselor merupakan orang bersedia dengan sepenuh hati membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.36

Adapun syarat yang harus dimiliki oleh konselor adalah sebagai berikut:

1) Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

2) Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab, sabar, kreatif, dan ramah.

3) Mempunyai kemmapuan, keterampilan dan keahlian (profesional) serta berwawasan luas dalam bidang konseling.37

b. Konseli

Individu yang diberi bantuan oleh seorang konselor atas permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain dinamakan klien.38

Menurut kartini kartono, konseli hendaknya memiliki sikap dan sifat sebagai berikut:

35

Ainur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konseling dalam Islam,hal. 37

36

Latipun,Psikologi konseling,(Malang: UMM PRESS, 2008), hal. 55

37

Syamsu Yusuf, juntika nurhisan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 80

38

Sofyan S willis, Konseling Individual Teori dan Praktek,(Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 111


(37)

29 1) Terbuka

Keterbukaan konseli akan sangat membantu jalannya proses konseling. Artinya konseli bersedia mengungkap segala sesuatu yang diperlukan demi kesuksesannya proses konseling. 2) Sikap Percaya

Agar konseling berlangsung secara efektif, maka konseli harus percaya bahwa konselor benar-benar bersedia menolongnya, percaya bahwa konselor tidak akan membocorkan rahasianya kepada siapa-pun.

3) Bersikap Jujur

Seorang konseli yang bermasalah, agar masalahnya dapat teratasi, harus bersikap jujur. Artinya konseli harus jujur mengemukakan data-data yang benar, jujur mengakui bahwa masalah itu yang sebenarnya ia alami.

4) Bertanggung Jawab

Tanggung jawab konseli untuk mengatasi masalahnya sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling.39

c. Masalah

Menurut HM. Arifin dalam bukunya Aswadi menerangkan bahwa beberapa jenis masalah yang dihadapi seseorang atau masyarakat yang memerlukan bimbingan konseling islam, yaitu:

39

Imam Sayuti Farid, pokok-pokok bahasan tentang bimbingan penyuluhan Agama sebagai teknik dakwa,(Surabaya: bagian penerbitan Fakultas dakwah IAIN Sunan Ampel, 1997), hal. 14


(38)

30 1) Masalah perkawinan

2) Problem karena ketegangan jiwa atau syaraf 3) Problem tingkah laku sosial

4) Problem karena masalah alkoholisme

5) Dirasakan problem tapi tidak dinyatakan dengan jelas secara khusus memerlukan bantuan.40

5. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam

Ada beberapa langkah-langkah dalam Bimbingan Konseling Islam yaitu:

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yaitu menentukan masalah apa yang terjadi pada diri klien atau mengidentifikasi kasus-kasus yang dialami oleh klien.

b. Diagnosa

Diagnosis merupakan usaha pembimbing (konselor) menetapkan latar belakang masalah atau faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa (klien).

c. Prognosa

Setelah di ketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa atau klien, selanjutnya pembimbing atau konselor menetapkan langkah-langkah bantuan yang akan di ambil.

40

Aswadi, Iyadah dan Takziyah Prespektif Bimbingan dan Konseling Islam, (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2006) hal. 27-28.


(39)

31 d. Treatmentatau terapi

Setelah di tetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah di tetapkan.

e. Evaluasi atauFollow Up

Evaluasi di lakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah di berikan memperoleh hasil atau tidak.41

B. Teknik Biblioterapi

Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami gangguan mental, seperti gangguan kecemasan, trauma, stres, frustrasi dan depresi. Apabila tidak segera ditangani akan membebani konseli sehingga memiliki beban pikiran yang dapat mengganggu aktifitas konseli. Seiring dengan perkembangan zaman yang begitu pesat dan banyaknya masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, para ahli membuat model-model terapi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli seperti teknik biblioterapi.

1. Pengertian Biblioterapi

Biblioterapi berasal dari kata biblion dan therapeia. Biblion berarti buku atau bahan bacaan, sementara therapeia artinya penyembuhaan. Jadi, biblioterapi dapat dimaknai sebagai upaya penyembuhan lewat buku. Bahan bacaan berfungsi untuk mengalihkan

41

Tohirin,Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008) hal 304-305


(40)

32 orientasi dan memberikan pandangan- pandangan yang positif sehingga menggugah kesadaran penderita untuk bangkit menata hidupnya.42

Menurut Ellis dalam bukunya Namora Lumongga Lubis menjelaskan pengertian biblioterapi/ bibliografi yaitu dengan memberikan bahan bacaan tentang orang-orang yang mengalami masalah yang hampir sama dengan klien dan akhirnya dapat mengatasi masalahnya. Atau bahan bacaan yang dapat meningkatkan cara berpikir klien agar lebih rasional.43

Menurut Jachma dalam bukunya Kushariyadi, biblioterapi adalah dukungan psikoterapi melalui bahan bacaan untuk membantu seseorang yang mengalami permasalahan personal.44

Berdasarkan beberapa pandangan di atas, maka dapat peneliti pahami bahwa teknik biblioterapi yaitu dengan cara memberikan buku bacaan tentang cerita atau kisah orang lain yang mengalami masalah yang sama atau pun hampir sama dengan klien yang dapat meningkatkan cara berpikir klien agar lebih rasional sehingga dapat mengatasi masalahnya baik dengan cara klien sendiri dalam memaknai cerita yang sama atau bahkan sama dengan masalahnya tersebut atau pun dengan bantuan konselor.

42

Anita Apriliawati, Pengaruh Biblioterapi terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi Rumah Sakit Islam Jakarta, (2011), hal. 30.

43

Namora Lumongga Lubis,Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik..,

hal. 182.

44

Kushariyadi, Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatik (Jakarta: SALEMBA, 2011), hal. 49


(41)

33 2. Dasar dan Tujuan Biblioterapi

Nabi Muhammad SAW pertama kali mendapatkan wahyu:

                                 

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Maha pemurah. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.45

Allah yang mengutus Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama namun Nabi Muhammad menjawab dengan jawaban: “saya tidak dapat membaca”. Hal demikian diulangi sampai ketiga kalinya dengan jawaban yang sama dari Nabi. Malaikat Jibril kemudian menuntun Nabi Muhammad dengan membaca lima ayat pertama dari Al-Alaq. Secara tidak langsung turunnya wahyu yang pertama kali ini sebenarnya menyuruh kita membaca, dengan membaca ilmu kita akan bertambah, wawasan kita akan luas.46

Sebenarnya Kita sudah lama telah menerapkan terapi membaca, tetapi sampai saat ini kita tidak menyadari bahwa itu adalah suatu alat atau bahan untuk mengurangi permasalahan yang kita hadapi di kala itu. Biblioterapi sering kita gunakan untuk pencarian jati diri melalui dunia yang ada dalam halaman-halaman buku yang baik. Kita merasa terlibat

45

Tim Lajnah Pentashihan Mushaf ,Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahannya, hal.597.

46

Shonhaji Sholeh Dkk,Pengantar Studi Islam(Surabaya: IAIN Ampel Press 2005), hal. 18.


(42)

34 dalam karakter tokoh utama yang ada di sana. Acapkali kita sering menutup sampul sembari tersenyum setelah mendapatkan inspirasi dan ide baru dari buku yang kita baca tersebut.

Bibliotherapy merupakan sebuah terapi atau penyembuhan bagi seseorang yang memiliki masalah yang bertujuan untuk mengarahkan lebih spesifik. Dari membaca seseorang dapat mencatat katarsis dalam diri seseorang itu sendiri, sehingga memiliki wawasan baru, serta dapat menjadi sumber emosional dan respon empati dari pembaca.47

Maka dapat peneliti pahami, teknik ini bertujuan untuk mendampingi seseorang yang tengah mengalami emosional yang berkecamuk karena permasalahan yang dihadapi dengan menyediakan bahan-bahan bacaan dengan topik yang tepat. Kisah dalam buku akan membantu untuk menyelami hidupnya sehingga mampu memutuskan jalan keluar yang paling mungkin bisa diambil.

3. Tahapan Biblioterapi

Tahap-tahap dalambibliotherapyadalah terapis menentukan buku yang akan di berikan kepada klien yang berupa buku psikologi dan konseling, aotubiografi, buku bacaan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi klien itu sendiri. Adapun tahapan biblioterapi yaitu mengawali dengan motivasi, memberikan waktu yang cukup, memberikan masa inkubasi, kemudian tindak lanjut, sebaiknya tindak lanjut dilakukan

47

Wayne A. Weigand, Donal G. Davis, JR, Encyclopedia of Library History (America Serikat: Taylor & Francis, 1994) hal.79


(43)

35 dengan metode diskusi, lalu evaluasi. Sebaiknya evaluasi dilakukan secara mandiri oleh klien. Hal ini memancing klien untuk memperoleh kesimpulan yang tuntas dan memahami arti pengalaman yang dialami.48

4. Manfaat Biblioterapi

Menurut Novitawati dalam bukunya Kushariyadi “intervensi biblioterapi dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan, yaitu intelektual, sosial, perilaku, dan emosional”.

a. Pada tingkat intelektual individu memperoleh pengetahuan tentang perilaku yang dapat memecahkan masalah, dan juga mendapatkan wawasan intelektual. Selanjutnya, individu dapat menyadari ada banyak pilihan dalam menangai masalah.

b. Pada tingkat sosial, melalui membaca kisah atau cerita orang lain individu dapat mengasah kepekaan sosialnya.

c. Pada tingkat perilaku, individu akan mendapatkan dan meningkatkan kepercayaan diri untuk membicarakan masalah-masalah yang sulit didiskusikan akibat perasaan takut, malu, dan bersalah. Lewat membaca, individu didorong untuk diskusi tanpa rasa malu akibat rahasia pribadinya terbongkar.

d. Pada tingkat emosional, individu dapat terbawa perasaannya dan mengembangkan kesadaran menyangkut wawasan emosional. Teknik ini dapat menyediakan solusi - solusi terbaik dari rujukan masalah sejenis yang dialami klien dengan yang telah dialami orang

48

Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy ( Australia:Cengage Learning, 2004) hal. 355


(44)

36 lain sehingga merangsang kemauan yang kuat pada individu untuk memecahkan masalahnya.49

C. Frustrasi

1. Pengertian Frustrasi

Begitu banyak pendapat para ahli mengenai arti dan pemahaman tentang kata frustrasi. Sebelum menjelaskan pengertian frustrasi, perlu diketahui bahwa yang mula-mula mengemukakan pendapat betapa pentingnya frustrasi itu diselidiki ialah Sigmund Freud, yaitu seorang psikonalisis, beserta sarjana-sarjana modern lainnya. Menurut aliran ilmu jiwa modern dinyatakan bahwa di dalam diri manusia itu terdapat dorongan-dorongan batin yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan kehidupan manusia.50 Bahkan para psikolog (ahli ilmu jiwa) sendiri bersilang pendapat tentang arti frustrasi; ada yang menyebutnya pembatas eksternal yang menyebabkan seseorang tidak dapat mencapai tujuan, sementara ada pula yang menganggap frustrasi sebagai reaksi emosional internal yang disebabkan adanya suatu penghalang.

Secara etimologi (bahasa) frustrasi berasal dari bahasa Yunani, frustratio yang berarti perasaan kecewa atau jengkel akibat terhalang dalam mencapai tujuan. Dan dalam bahasa Inggris frustration yang berarti kekecewaan.51

49

Kushariyadi, Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatik ( Jakarta: Salemba, 2011), hal. 51

50

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan..,hal. 120.

51


(45)

37 Dalam kamus ilmiah populer lengkap, dijelaskan “frustrasi ialah kekecewaan berat lantaran kegagalan; patah semangat akibat kegagalan; rasa kecewa berat akibat ketidak sampaian tujuan”.52

Dalam bukunya Kartini Kartono dengan judul Patologi Sosial jilid II menjelaskan pengertian frustrasi yaitu suatu keadaan, dimana suatu keadaan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan tidak bisa tercapai.53

Seperti permasalah di atas bahwa frustrasi ada yang mengatakan sebagai pembatas eksternal dan ada juga yang berpendapat sebagai reaksi emosional internal. Hal tersebut telah diungkapkan oleh ahli psikologi bahwa frustrasi adalah kondisi eksternal yang membuat seseorang tidak memperoleh kesenangan yang diharapkan. Disamping itu, frustrasi juga ada yang mengartikan sebagai keadaan seseorang yang sedang kalut karena terlalu banyak masalah, tekanan atau yang lainnya sehingga tidak dapat menyelesaikannya. Dan ada juga ahli psikolog yang mengartikan frustrasi itu adalah keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat atau dorongan yang tidak dapat terpenuhi.

Dari berbagai macam pendapat para ahli tentang frustrasi, namun kalau kita menelaah dari keseluran pendapat-pendapat itu intinya sama, yaitu suatu hasrat dalam batin yang tidak diberi kepuasan atau tidak dipenuhi karena suatu rintangan dan kita merasa kecewa karenanya. Atau dengan kata lain, keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam

52

Tim Pustaka Agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, TT), hal. 109

53


(46)

38 jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat/ dorongan yang tidak dapat terpenuhi.

2. FaktorFaktor Penyebab Frustrasi

Seperti kenyataannya, apabila terjadi suatu masalah tentu pasti ada sebab yang menjadi latar belakang terjadi masalah itu. Begitu juga frustrasi, tidak timbul dengan sendirinya tanpa ada sebab yang mengawalinya. Zakiah Daradjat dalam bukunya kesehatan mental menjelaskan frustrasi itu disebabkan oleh tanggapan terhadap situasi.54

Woodworth sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa rintangan-rintangan (penyebab) frustrasi itu dapat dibagi menjadi 4(empat) golongan besar:

5. Rintangan-rintangan (penyebab) yang timbul bukan dari manusia (selain manusia). Kecewaan yang mungkin dialami itu timbulnya bukan karena hubungan dengan manusia saja, tapi mungkin timbul dari adanya hubungan dengan hewan, tumbuhan, benda dan lain-lain yang berinteraksi dengan kita. Seperti contoh : Seorang kusir (sais) ingin cepat-cepat mengemudikan delmannya menuju ke station kereta api untuk mengambil penumpang yang turun dari kereta api yang sebentar lagi datang. Namun, tiba-tiba saja kudanya mogok tidak mau berjalan karena kelelahan dan lapar. Lama sang sais berusaha dan mencambuki kudanya dengan maksud kudanya kembali berjalan dan

54


(47)

39 lekas lari, namun hal itu sia-sia belaka kudanya tidak mau berjalan apalagi berlari. Sementara itu kereta api telah tiba di station dan tidak lama kemudian beragkat lagi. Dan sang sais tidak mendapatkan penumpang satu orang pun.

6. Rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia. Frustrasi yang disebabkan oleh seseorang umumya lebih mengganggu atau lebih terasa dari pada yang disebabkan oleh sesuatu yang bukan manusia seperti permasalahan yang pertama. Hal itu mungkin karena manusia itu lebih mudah mengeluarkan pendapatnya, dan lebih dapat merasakan daripada hewan, tumbuhan atau benda yang tidak mempunyai pemikiran atau mungkin tidak bernyawa. Seperti contoh : Seorang pemain bola dengan asiknya membawa bola menuju ke daerah pertahan lawan yang sebentar lagi sampai ke daerah finalti, dengan dibarengi keinginan/ hasrat memasukan bola ke gawang lawan. Namun, tidak disangka tiba-tiba datang lawan yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan akhirnya berhasil merebut bola yang padahal tinggal beberapa langkah lagi bersarang di gawang lawan.

7. Pertentangan antara motif-motif positif yang terdapat dalam diri seseorang. Frustrasi juga akan timbul akibat dihadapkan kepada dua pilihan atau lebih yang keduanya bersifat positif dan akhirnya menimbulkan banyak pertimbangan. Frustrasi juga akan timbul akibat dihadapkan kepada dua pilihan atau lebih yang keduanya bersifat


(48)

40 positif dan akhirnya menimbulkan banyak pertimbangan. Seperti contoh: Seorang anak perempuan mempunyai keinginan untuk pergi ke acara concert salah satu band favoritnya. Tetapi malam itu juga ia berhasrat untuk menyenangakan ibunya yang ia sayangi, yang sebenarnya tidak menyukai kepergiannya ke acara concert itu. Jika kedua motif itu sangat kuat dan seimbang, sukarlah bagi si anak perempuan itu memilih mana yang akan dilaksanakan. Kedua motif itu sama baiknya. Apabila pergi ke acara concert berarti ia akan mengecewakan ibunya, kalau tidak, berarti tidak melihat group band favoritnya. Betulah pertimbangan yang akan dipikirkannya. Demikian pula di dalam diri ibunya terjadi suatu perasaan yang tidak enak karena sudah melarang anaknya. Sebagai seorang ibu yang baik ia harus menyenangkan anaknya, tapi disisi lain ia juga harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, karena ia menganggap membiarkan anaknya pergi ke acara itu tidak baik bagi anaknya. Pertentangan antara keinginan untuk menyenangkan ibunya kalau si anak dan menyenangkan anaknya kalau si ibu akan menimbulkan pemikiran dan akhirnya akan menimbulkan frustrasi dalam diri si anak dan si ibu.

8. Pertentangan antara motif positif dan motif negatif yang terdapat dalam diri orang itu. Motif-motif negatif biasanya menimbulkan pertentangan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan (motif positif), diantara motif negatif. Sebagai contoh : pada suatu malam,


(49)

41 sebut saja si Amir ingin sekali menonton pergelaran wayang golek di suatu hajatan yang tidak jauh dari rumahnya. Tetapi karena malam itu bukan malam minggu jadi harus belajar sebagaimana biasanya. Akan tetapi keinginan untuk menonton itu tetap kuat. Mau minta ijin kepada ayahnya tidak berani (takut), karena sudah tentu ayahnya tidak mengijinkan. Kalau pergi secara sembunyi-sembunyi takut ketahuan. Akhirnya dengan hati gelisah ia tetap belajar di rumahnya.55

Dengan demikian, penyebab frustrasi itu timbul bukan hanya dari dalam dirinya saja (internal), tetapi bisa juga timbul dari luar dirinya (eksternal) yang berinteraksi dengan dirinya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan dirinya sendiri, seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari frustrasi saat seseorang mempunyai tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain. Sedangkan penyebab eksternalnya mencakup kondisi-kondisi di luar dirinya, seperti jalan macet, tidak punya uang, cinta ditolak, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh, dll.

Dalam penelitian ini, objek penelitian mengalami frustrasi yang berasal dari luar dirinya(faktor eksternal), yaitu dikarenakan oleh rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia. Objek penelitian mengalami frustrasi akibat putus cinta yang dimana keinginannya untuk menjadikan kekasihnya sebagai isteri tidak tercapai.

55


(50)

42 3. CiriCiri Frustrasi

Menurut Supartono Widyosiswoyo dalam bukunya Ilmu Budaya Dasar, menyatakan kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustrasi, yang artinya dapat disebutkan bahwa seseorang akan mengalami frustrasi apabila apa yang diinginkannya tidak tercapai. Adapun ciri-ciri frustrasi antara lain:

a. Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak nafas, dan sering nyeri pada lambung, dll.

b. Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, sering diam membisu, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah, dll.56

Dari ciri-ciri diatas, beberapa peneliti menjabarkan ciri-ciri frustrasi dengan lebih rinci yakni:

a. Nampak adanya perubahan dari kebiasaan cara hidupnya.

b. Kelelahan, cemas, dan tumbuh rasa bersalah dalam hidupnya.

c. Orang yang mengalami frustrasi merasa kehilangan gairah hidup.

d. Sering diam dan membisu.

e. Terkadang menangis.

f. Tidak bersemangat mengadakan kontak sosial dalam hidupnya.

g. Malas makan.

56


(51)

43 h. Sering murung

i. Mudah marah.

j. Sering menangis.

k. Perubahan ritme tidur.

l. Bertindak sewenang-wenang.

Mengetahui ciri-ciri frustrasi diatas maka peneliti dapat menyebut klien telah mengalami frustrasi. Yang dimana klien merasa sangat kecewa akibat keinginannya yang tidak tercapai. Dalam penelitian ini, objek penelitian mengalami frustrasi dengan ciri-ciri yaitu klien tidak mempunyai semangat lagi, ia lebih sering berdiam diri; berhenti memotret dan mengedit foto; saat bersama dengan teman-temanya ia sering kali tiba-tiba diam membisu saat bercanda; sering murung; malas makan; mudah marah; sering mengeluhkan pusing pada kepalanya; dan juga terlihat cemas serta tidak jarang juga menyalahkan dirinya seperti menganggap bahwa dirinya bodoh karena tidak meminang sejak awal agar tidak terlalu kecewa; bahkan sering menangis.

4. Jenis-Jenis Frustrasi

Rozenvig dalam bukunya Mustofa Fahmi yang berjudul kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat membagi frustrasi menjadi beberapa macam yakni:


(52)

44 1) Kebutuhan Luar

Menyangkut kekurangan pada kebutuhan luar. Contohnya: kemiskinan yang diderita oleh sementara orang, sudah barang tentu dalam keadaan seperti itu kemiskinan menjadi sebab dari tidak terpenuhinya berbagai kebutuhan.

2) Kehilangan Luar

Menyangkut kehilangan sesuatu hal yang sifatnya luar yang tadinya dimiliki, baik kehilangan tersebut kehilangan rumah, pekerjaan, teman, kekasih ataupun yang lainnya baik karena mati atau pun berpisah. Karena kehilangan secara tiba-tiba dapat menyebabkan seseorang mengalami frustrasi.

3) Hambatan Luar

Disamping kedua macam frustrasi luar diatas, ada pula hambatan-hambatan yang menghalangi individu dari pencapaian tujuan yang diusahakannya untuk dapat terlaksana misalnya pintu terkunci, jalan tertutup, jarak yang jauh atau pun akibat dihalangi oleh orang lain dalam pencapaian tujuan.

b. Frustrasi Dalam 1) Kebutuhan Dalam

Hal-hal yang berhubungan dengan cacat atau kelainan yang dibawa sejak lahir. Misalnya tidak dapat mendengar, lemah ingatan, tidak bisa melihat, dll. Semua kenyataan itu merupakan faktor frustrasi yang mempengaruhi pada derajat pemuasan


(53)

45 kebutuhan orang yang menderitanya, tapi lain halnya dengan orang-orang biasa.

2) Kehilangan Dalam

Termasuk dalam hal itu kehilangan tiba-tiba pada penglihatan, pendengaran, atau salah satu anggota badannya yang tadinya dimilikinya. Misalnya kehilangan jari tangan pada seorang pemain piano terkenal, menyebabkan sangat cemas, hal itu jauh lebih berat daripada apa yang dirasakan oleh seseorang yang sejak lahir memang telah tidak ada jarinya.

3) Hambatan Dalam

Misalnya keinginan untuk menghadiri dua buah pertemuan pada satu waktu, yang berarti jika ia hadir pada pertemuan yang satu, menyebabkan tidak dapat menghadiri yang lain, macam hambatan seperti itu kadang-kadang dinamakan juga dengan konflik.57

Dalam penelitian ini, klien mengalami jenis frustrasi luar yang dimana mencakup pada kehilangan luar dan hambatan luar. Kehilangan luar, klien mengalami kehilangan yaitu kehilangan kekasihnya yang sangat ia sayang secara tiba-tiba, sehingga ia mengalami frustrasi. Klien juga mengalami hambatan dalam mencapai tujuannya untuk menjadikan kekasihnya sebagai istri. Ia mengalami hambatan luar yakni ia terhalang

57

Musthofa Fahmi,Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Jilid II..,


(54)

46 oleh tidak adanya restu orang tua dari kekasihnya sehingga ia mengalami kekecewaan yang sangat dalam sehingga klien mengalami frustrasi. 5. Bentuk- Bentuk Frustrasi

Dalam kamus lengkap psikologi, bentuk-bentuk dari frustrasi yaitu:

a. Frustration

Suatu keadaan ketegangan yang tidak menyenangkan ditandai dengan kecemasan disebabkan oleh rintangan dan hambatan dalam pencapaian keinginan.

b. Frustation Aggresion hypothesis

Asumsi ini menyatakan bahwa frustrasi selalu mengarah pada suatu jenis tingkah laku agresi, baik secara implisit maupun eksplisit. c. Frustation response

Suatu sikap kepribadian faktorial yang memperlihatkan ujung kutub positifnya berupa kemarahan dan depresi.

d. Frustation tolerence

Kemampuan untuk menderita karena gagal dan dihalang-halangi, namun mengalami kerusakan psikologis yang tidak semestinya.58

Objek penelitian mengalami frustrasi pada bentuk yang pertama yaitufrustation dimana klien mengalami suatu keadaan ketegangan yang

58

Chaplin, J. P,Kamus Lengkap Psikologi,(Jakarta: Rajawali Perpustakaan, 1992), hal. 200-201.


(55)

47 tidak menyenangkan ditandai dengan kecemasan disebabkan oleh rintangan dan hambatan dalam pencapaian keinginan.

D. Frustrasi Sebagai Masalah Bimbingan Konseling Islam

Hidup di dunia sangat berwarna, penuh dengan ujian dan cobaan. Allah suatu saat pasti menguji salah satu umatnya. Dalam kehidupan di dunia ini manusia senantiasa dihadapkan pada tantangan-tantangan yang sangat kompleks. Dari sini timbul berbagai masalah yang membutuhkan penyelesaian, sedangkan permasalahan yang dihadapi terkadang dirasa sangat berat sehingga banyak yang menemui kesulitan untuk menyelesaikannya dan juga untuk mendapatkan jalan keluar terkadang individu membutuhkan bantuan dari individu yang lain.

Hal tersebut dialami oleh klien, masalah yang dihadapi ternyata dirasa sangat membebaninya sehingga mengakibatkan kekecewaan berat yang berujung frustrasi. Frustrasi merupakan masalah yang harus ditangani karena frustrasi akan berdampak buruk pada kesehatan fisik dan juga psikis individu yang mengalaminya serta dapat mengakibatkan buruk pula pada lingkungannya. Untuk itu dibutuhkan Bimbingan dan Konseling Islam dengan tekniknya, salah satunya yaitu dengan teknik biblioterapi agar frustrasi dapat terminimalisir dan tidak sampai mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, lebih lagi frustrasi dapat teratasi dengan baik.


(56)

48 E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti beracuan pada penelitian terdahulu yang dijadikan relevansi. Adapun hasil penelitian terdahulu yang dijadikan relevansi antara lain:

1. BIMBINGAN PENYULUHAN AGAMA DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI FRUSTRASI (studi Kasus Seorang Gadis yang Mengalami Frustrasi akibat Ditinggal Mati Ibunya di Desa Sedengan Mijen Krian Sidoarjo)

Oleh : Aini Nadifah

Tahun : 2001

Prodi : Bimbingan Penyuluhan Islam Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya

Kata Kunci : BPA, Terapi Realitas, Frustrasi Persamaan :

Penelitian tersebut, membahas mengenai frustrasi seorang gadis yang ditinggal mati oleh ibunya. Dalam penelitian itu digunakan Terapi Realitas untuk menangani masalah sang gadis. Persamaannya yaitu masalah yang diangkat yakni frustrasi.

Perbedaan :

Yang membedakan yaitu objeknya, dalam penelitian itu objeknya adalah seorang gadis yang frustrasi akibat ditinggal mati oleh ibunya sedangkan yang akan saya teliti adalah seorang pemuda yang frustrasi karena putus cinta. Selain itu perbedaannya juga terletak pada terapi yang


(57)

49 digunakan, penelitian itu menggunakan Terapi Realitas sedangkan dalam penelitian yang akan saya lakukan, menggunakan Teknik Biblioterapi. 2. BIMBINGAN KONSELING AGAMA DENGAN TERAPI REALITAS

DALAM MENGATASI FRUSTRASI SEORANG ISTRI KARENA DITINGGAL SUAMINYA MENIKAH LAGI DI KELURAHAN SUDOTOPO KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA

Oleh : Farida

Prodi : Bimbingan Penyuluhan Islam Kata kunci : Terapi Realitas, Frustrasi Persamaan :

Adapun persamaan dalam penelitian yang peneliti lakukan yaitu masalah yang diangkat yakni frustrasi.

Perbedaan :

Sedangkan membedakan adalah pada objek penelitian, dalam penelitian tersebut objek yang dijadikan penelitian yakni istri karena ditinggal suaminya menikah lagi sedangkan objek yang akan saya teliti yaitu seorang pemuda yang frustrasi karena putus cinta. Kemudian yang membedakan lagi yaitu terapi yang digunakan, peneliti terdahulu menggunakan terapi Realitas sedangkan penelitian yang akan saya lakukan menggunakan Teknik Biblioterapi.

3. BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK

BIBLIOTERAPI DALAM MENGATASI DEKADENSI KE-IMANAN SEORANG MAHASISWA DI SURABAYA: STUDI KASUS;


(58)

50 SEORANG SISWA YANG MENYELESAIKAN MASALAH DENGAN MINUMAN KERAS

Oleh : Ahmad Zainuri

Tahun : 2013

Prodi : Bimbingan Konseling Islam

Kata kunci : Bimbingan Konseling Islam, Biblioterapi Persamaan :

Penelitian tersebut membahas mengenai bimbingan konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam menangani dekadensi ke-imanan seorang mahasiswa. Persamaannya yaitu Bimbingan konseling Islam dengan Teknik yang digunakan yakni biblioterapi.

Perbedaan :

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian kali ini yakni objek yang dikaji. Dalam penelitian tersebut teknik tersebut digunakan dalam mengatasi masalah dekadensi keimanan pada seorang mahasiswa yang menyelesaikan masalah dengan minuman keras namun dalam penelitian kali ini teknik tersebut digunakan dalam menangani frustrasi seorang pemuda yang putus cinta.

4. PENGARUH BIBLIOTERAPI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG MENJALANI HOSPITALISASI DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA

Oleh : Anita Apriliawati


(59)

51 Prodi : Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Kata kunci : Biblioterapi,Hospitalisasi, Tingkat kecemasan Persamaan :

Persamaannya yaitu teknik yang digunakan yakni biblioterapi. Perbedaan :

Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian kali ini yakni pada objeknya yang dimana penelitian tersebut mengurai pengaruh teknik tersebut terhadap tingkat kecemasan anak usia sekolah sedangkan dalam penelitian kali ini teknik digunakan dalam menangani frustrasi seorang pemuda karena putus cinta.

5. BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENANGANI RASA FRUSTRASI SEORANG PENDERITA GAGAL GINJAL DI KELURAHAN KARANG PILANG SURABAYA

Oleh : Bagus Firmansyah

Tahun : 2013

Prodi : Bimbingan dan Konseling Islam Kata kunci : Bimbingan dan Konseling, Frustrasi Persamaan :

Persamaannya yaitu pada masalah yang diangkat yakni Frustrasi. Perbedaan :

perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitian kali ini yakni objek yang diteliti, selain itu dalam penelitian tersebut untuk menangani frustrasi seorang penderita gagal ginjal di Kelurahan Karang Pilang


(60)

52 Surabaya peneliti menerapkan teknik meditasi sedangkan dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan teknik biblioterapi dalam menangani frustrasi seorang pemuda karena putus cinta.

6. BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI FRUSTRASI: STUDI KASUS REMAJA YANG GAGAL BERTUNANGAN DI DESA GUMENG KEC. BUNGAH KAB. GRESIK

Oleh : Nazilatur Rohmah

Tahun : 1999

Prodi : Bimbingan Penyuluhan Islam Kata kunci : Terapi Realitas, Frustrasi Persamaan :

Persamaannya yaitu sama-sama mengangkat masalah frustrasi Perbedaan :

Perbedaannya yaitu dalam penelitian tersebut menggunakan terapi realitas sehingga berbeda dengan penelitian kali ini yang menggunakan teknik biblioterapi.


(61)

53 BAB III

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS

CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG

A. Frustrasi pada Seorang Pemuda Putus Cinta Di Desa Badang Ngoro Jombang

1. Desa Badang

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di sebuah desa, desa tersebut bernama Desa Badang. Desa Badang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang. Desa Badang merupakan desa yang terletak ± 4 Km dari pusat Pemerintahan Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang. Secara administrative batas -batas Desa Badang adalah sebagai berikut :

a) Sebelah Utara : Desa Gajah Kecamatan Ngoro b) Sebelah Selatan : Desa Genukwatu Kecamatan Ngoro c) Sebelah Barat : Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro d) Sebelah Timur : Desa Kauman Kecamatan Ngoro59

Desa Badang terdiri dari 6 dusun 13 RW (Rukun Warga) dan 36 RT (Rukun Tetangga). Perincian 1 dusun tersebut adalah sebagai berikut:

a) Dusun Badang : 13 RT dan 4 RW

59


(62)

54 b) Dusun Wates : 4 RT dan 2 RW

c) Dusun Wonoasri : 4 RT dan 2 RW d) Dusun Sukotirto : 7 RT dan 2 RW e) Dusun Watulintang : 4 RT dan 1 RW f) Dusun Wedani : 4 RT dan 2 RW60

Keadaan sosial budaya di Desa ini, masih menjunjung tinggi asas gotong royong. Hal ini dapat dilihat ketika ada orang yang meninggal dunia, masyarakat desa akan nyelawat (ta’ziah), dan ketika ada orang yang akan mendirikan rumah, maka tetangga sekitar akan siap membantu meskipun tidak dimintai pertolongan, hal ini terjadi atas kesadarannya sendiri. Selain sikap kegotong-royongan, Sikap kerukunan juga tercermin dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Ketegan. Misalnya, antara tetangga yang satu dengan tetangga yang lain sama-sama saling menghormati, menghargai pendapat dan selalu menyelesaikan masalah bersama secara musyawarah.

2. Deskripsi Konselor

Konselor merupakan orang bersedia dengan sepenuh hati membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.61 Konselor dalam hal ini yakni seorang mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya jurusan BKI (Bimbingan Konseling Islam), dalam pengertian peneliti juga sebagai konselor yang ingin membantu untuk menangani

60

Sumber data: Dokumen desa Badang kecamatan Ngoro-Jombang, tahun 2014

61


(63)

55 frustrasi yang dialami seorang pemuda akibat putus cinta tepatnya dikarenakan tidak ada restu orang tua dari kekasihnya.

Adapun biodata konselor yakni sebagai berikut:

Nama : Siti Indarwati

Tempat, Tanggal lahir : Sidoarjo, 21 Maret 1993

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Ds. Seduri Rt 06/ Rw. 02 Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo

Agama : Islam

Status : Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Semester : VIII (delapan)

Riwayat Pendidikan

a. TK Dharma Wanita 10 Balongbendo Lulus tahun 1999

b. SD Negeri Seduri 01 Lulus tahun 2005

c. SMP Negeri 1 Balongbendo Lulus tahun 2008


(1)

105

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peneliti mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian yang

dilaksanakan di Desa Badang Ngoro Jombang yang dipaparkan sebagai

berikut:

c. Proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik

Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di

Desa Badang Ngoro Jombang dengan menggunakan langkah-langkah

konseling yaitu Identifikasi Masalah, Diagnosa, Prognosa, Treatment/

terapi, dan Evaluasi/ follow up, yang dimana dalam langkah Treatment/

terapi klien diberikan buku bacaan yang berupa novel dengan judul

“Tuhan Maha Romantis” serta buku motivasi “La Tahzan” dengan tahapan yakni memulai dengan motivasi, memberi waktu yang cukup untuk

membaca buku yang digunakan sebagai terapi, memberikan waktu masa

inkubasi atau perenungan kemudian berdiskusi dan mengevaluasi hasil

pemahaman klien mengenai isi buku sebagai langkah untuk menemukan

jalan keluar dari masalah klien.

d. Hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam

Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro

Jombang” dikategorikan cukup berhasil, yaitu 60% dari gejala yang tidak nampak. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya perubahan pada klien


(2)

106 yang semula berhenti memotret dan mengedit foto, tiba-tiba diam

membisu ketika bercanda, malas makan, mudah marah, menyalahkan

dirinya dan sering menangis sudah berkurang bahkan tidak lagi nampak

atau pun dirasakan oleh klien. Walaupun klien juga kadang-kadang masih

tidak bersemangat, kadang masih murung, cemas dan juga

kadang-kadang mengeluhkan pusing pada kepalanya.

B. SARAN

1. Kepada klien

Jangan bersedih lagi, ikhlas menjalani kehidupan dengan sabar,

berpandangan bahwa setiap manusia tidak akan pernah luput dari cobaan,

karena cobaan diberikan oleh Allah untuk menjadikan kita agar lebih kuat,

selain itu dibalik cobaan pasti ada hikmah dan nikmatnya dikemudian hari.

serta tidak lupa untuk tetap semangat.

2. Kepada ibu klien

Untuk tetap mendekati klien, mengajak berbincang-bincang dengan

tenang apabila klien sedang terlihat murung, atau pun cemas, tetap selalu

mendo’akan klien agar klien dapat lebih bersemangat lagi dan segera menemukan pengganti kekasihnya yang dahulu.

3. Kepada teman klien

Untuk selalu menemani klien dikala klien terlihat cemas, murung

atau tidak bersemangat, mengajak klien bercanda agar klien tidak bersedih


(3)

107 bantuan. Dan memberi klien semangat agar klien semakin terdorong untuk

dapat lebih bangkit kembali.

4. Bagi konselor

Dapat memantau serta memberikan motivasi agar klien lebih

semangat dalam menghadapi masa depan dan konselor diharapkan untuk

menambah pengetahuan dan wawasannya terutama dalam bidang

konseling, agar dalam memberikan bantuan terhadap klien baik remaja

atau pun dewasa dapat terlaksana dengan lebih baik lagi.

5. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada para pembaca yang budiman, untuk

mengembangkan proses pelaksanaan konseling dengan terapi yang sesuai,

tepat, dan spesifik dalam menangani frustrasi atau pun masalah yang lain..

Dan untuk para pembaca pada umumnya jangan biarkan sebuah masalah

menjadi sebuah beban yang merugikan diri sendiri atau pun orang lain,

cobalah untuk mengkomunikasikan beban anda kepada orang yang ada

disekitar anda, yang anda kira sanggup untuk berbagi dengan anda. Dan

sebaliknya jangan menjadikan masalah orang lain sebagai sebuah beban

untuk kita. Karena sesungguhnya berbagi adalah hal yang indah dan dapat


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Apriliawati, Anita. 2011. Pengaruh Biblioterapi terhadap Tingkat Kecemasan

Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi Rumah Sakit Islam Jakarta.

Adz-Dzaky, Hamdan Bakran. 2006.Konseling & Psikoterapi Islam. Yogyakarta:

Fajar Baru Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aswadi. 2009.Iyadah dan Takziyah Prespektif Bimbingan dan Konseling Islam.

Surabaya: Dakwah digital press.

Bungin, Burhan. 2001.Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan

Kualitatif.Surabaya: Universitas Airlangga.

Chaplin, J. P. 1992.Kamus Lengkap Psikologi.Jakarta: Rajawali Perpustakaan.

Corey, Gerald. 2004. Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy.

Australia:Cengage Learning.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV Pustaka

Setia.

Darajat, Zakiah. 1983.Kesehatan Mental.Jakarta: Gunung Agung.

Fahmi, Musthofa. 1977. Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan

Masyarakat,jilid II.Jakarta: Bulan Bintang.

Faqih, Ainur Rahim. 2004. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta:

UII PRESS.

Farid, Imam Sayuti. 1997.Pokok-Pokok Bahasan tentang Bimbingan Penyuluhan

Agama Sebagai Teknik Dakwah.Surabaya: bagian penerbitan Fakultas dakwah IAIN Sunan Ampel.

Hallen A. 2005.Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.

Indrawan, Rully dan Poppy Yaniawati. 2014.Metode Penelitian. Bandung: Refika

Aditama.


(5)

Kartono, Kartini dan Jeny Andary. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan mental

dalam Islam.Bandung: Mandar Maju.

Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatik.

Jakarta: Salemba.

Latipun. 2008.Psikologi konseling.Malang: UMM PRESS.

Lubis, Namora Lumongga. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam

Teori dan Praktik.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Moleog, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Muchtar, Kamal. 1974. Asas-Asas Hukum tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan

Bintang.

Mulyana, Deddy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Munir, Samsul. 2010.Bimbingan Dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.

Purwanto, Ngalim. 1985.Psikologi Pendidikan.Bandung: Remaja Karya.

Sholeh, Shonhaji Dkk. 2005. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Ampel

Press.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung,

Alfabeta.

Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. 2007.Al-Qur’an dan terjemahannya.

Bogor: PT Hati Emas.

Tim Pustaka Agung Harapan. TT. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Surabaya:

Pustaka Agung Harapan.

Tohirin. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Walgito, Bimo. 2002. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi

Offset.

Weigand, Wayne A., Donal G. Davis, JR. 1994.Encyclopedia of Library History.

America Serikat: Taylor & Francis.


(6)

Wijaya, Yuhana. 1988.Psikologi Bimbingan. Bandung: PT. Eresco.

Willis, Sofyan S. 2010. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung:

Alfabeta.

Winkel, W.s. 1889. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan di Sekolah

Menengah. jakarta: gramedia.

Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurhisan. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling.

Bandung: Alfabeta.


Dokumen yang terkait

Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior untuk menangani kenakalan remaja seorang pelaku balap motor liar di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk.

0 0 108

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) SEORANG PEMUDA GAGAL BERCINTA DI DESA BALONGDOWO CANDI SIDOARJO.

0 2 77

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOSLEEP UNTUK MENANGANI PERILAKU NEGATIF SEORANG ANAK DI DESA GADUNG KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI GESTALT DALAM MENANGANI POST POWER SYNDROM SEORANG PENSIUNAN TENTARA DI KELURAHAN KEMASAN KRIAN SIDOARJO.

0 1 122

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI KETERASINGAN SEORANG LESBI DI SEMOLOWARU SURABAYA.

0 4 112

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENANGANI SIKAP FEMINISME PADA SEORANG PEMUDA DI DESA BALONGMASIN KECAMATAN PUNGGINNG MOJOKERTO.

0 0 110

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING MELALUI SIKAP PEDULI DALAM MENANGANI PERILAKU AGRESIF ANAK DI DESA KETEGAN TANGGULANGIN - SIDOARJO.

0 0 146

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI KECEMASAN PADA PEMUDA YANG GAGAL TES TNI-AL DI DESA SAMBIBULU TAMAN SIDOARJO.

0 0 104

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENANGANI RASA FRUSTASI SEORANG PENDERITA GAGAL GINJAL DI KELURAHAN KARANG PILANG SURABAYA

0 0 16

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENGATASI DEKADENSI KEIMANAN MAHASISWA DI SURABAYA

0 0 21