Proses Pembentukan Jaringan Bisnis pada PT Tiga Manunggal Synthetic

13 Cina, Hongkong, Singapura. Dalam hal penyaluran hasil produksinya, dari awal produksi sampai tahun 2005 TIMATEX menggunakan saluran distribusi langsung dan tidak langsung, karena melihat pasar yang dituju dalam negeri dan luar negeri. Saluran distribusi langsung digunakan untuk pasar luar negeri yaitu dari kantor pusat di Jakarta yang mencari order dan produksi di pabrik Salatiga, langsung mengirim order ke konsumen perusahaan garmen atau pedagang besar dengan ketentuan yang diatur dari kantor pusat di Jakarta. Sedangkan saluran d istribusi tidak langsung digunakan untuk pasar dalam negeri, yaitu melalui PT SUTRATEX, namun karena pada tahun 2005 PT SUTRATEX tutup, maka saluran distribusi TIMATEX Salatiga seutuhnya menjadi saluran distribusi langsung yaitu dari kantor pusat di Jakarta. PT Tiga Manunggal Synthetic Industries TIMATEX Salatiga hanya merupakan salah satu bagian dari keseluruhan bagian yang ada pada TIMATEX yaitu sebagai pabrik lokasi yang memproses bahan baku ”benang” menjadi kain. Kantor pusat berada di Jakarta, Segala keputusan baik jangka pendek maupun jangka panjang terletak di kantor pusat.

5. Proses Pembentukan Jaringan Bisnis pada PT Tiga Manunggal Synthetic

Industries TIMATEX Salatiga Menghadapi tantangan globalisasi, perusahaan harus diberdayakan agar mampu bersaing dengan pelaku bisnis lainnya baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu upaya penguatan daya saing perusahaan adalah melalui pembentukan 14 jaringan bisnis business networks. Di samping untuk penguatan daya saing, jaringan bisnis juga bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, efisiensi, pengelolaan bisnis yang efisien, dan memperluas pangsa pasar. Menyadari hal tersebut maka TIMATEX juga membangun suatu jaringan bisnis business networks. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan disebutkan bahwa ada beberapa pihak yang terlibat dalam jaringan bisnis TIMATEX. Pihak pertama adalah pemasok bahan baku, hal ini mengingat bahan baku utama TIMATEX adalah benang. Dengan demikian, otomatis pemasok perusahaan adalah perusahaan yang memproduksi benang diantaranya adalah TIFICO, SULINDAFIN, DAMATEX dan perusahaan lainnya yang dapat memberikan penawaran harga benang yang bersaing. Pihak kedua yang terlibat adalah dalam jaringan bisnis TIMATEX adalah pemasok bahan pembantu proses. Pihak ini diperlukan mengingat di TIMATEX terdapat dua proses yaitu size stuff dan dye stuff. Size stuff yaitu kegiatan melapisi benang sehingga benang itu menjadi kuat saat proses penenunan sehingga tidak mudah putus, tidak mudah pecah dan sebagainya. Pemasok bahan pembantu proses size stuff atau penganjian ini tidak begitu banyak, hanya ada dua saja yaitu PT Matsumotoyushi yang memasok bahan-bahan seperti Efcol, Sizing Wax dan PT Poly Union Chemicals yang memasok Polyvinyl Acrliric JP05. Berikutnya Dye stuff merupakan chemical untuk proses finishing, yaitu proses persiapan zat warna yang akan digunakan untuk pencelupan pada kain. Jika zat warna tersebut sesuai maka selanjutnya digunakan untuk pewarnaan kain. Pemasok bahan pembantu proses dye 15 stuff atau pewarna kain diantaranya adalah: PT Dwikarya yang memasok SCWAAT, PT Lasatri yang memasok SUNMORL dan NEOCRYZTAL serta PT Diatron Heris yang memasok zat pewarna seperti Diasperse Rubine SB. Pihak ketiga yang terlibat adalah dalam jaringan bisnis TIMATEX adalah para agen sebagai pembeli atau yang menjualkan produk TIMATEX. Agen-agen yang menjual produk TIMATEX beberapa diantaranya adalah Teijin, Unico, Kewalram, KG, Allarakia. Pihak keempat yang terlibat dalam jaringan bisnis TIMATEX adalah perusahaan jasa pengiriman transportasi. Pihak ini juga mempunyai peran penting bagi TIMATEX karena merekalah yang nantinya akan mengirimkan produk TIMATEX ke tujuannya. Adapun perusahaan jasa pengiriman transportasi yang digunakan oleh TIMATEX diantaranya adalah COBRA, RPE, DHL untuk domestik ke pelabuhan dan EMKL Ekspedisi Muatan Kapal Laut untuk pengiriman ke negara tujuan ekspor. Pihak-pihak yang terlibat dalam jaringan bisnis TIMATEX sebagaimana disebutkan di atas, ternyata beberapa diantaranya sama dengan jaringan bisnis yang terbentuk pada bidang usaha berbeda. Sebagai contoh pada pene litian Faidal 2007 disebutkan bahwa jaringan bisnis pada industri kecil batik di Kabupaten Bangkalan Madura dibentuk melalui komunitas, pemasok, pelanggan, pesaing, kemitraan, intensitas dan peluang pasar. Sehubungan dengan proses pembentukan jaringan bisnis TIMATEX, untuk membangun jaringan bisnis dengan pihak-pihak yang telah disebutkan di atas maka yang pertama dilakukan adalah membangun jaringan bisnis dengan agennya terlebih 16 dahulu. Untuk itu TIMATEX melakukan eksperimen produk yaitu membuat beberapa contoh produk-produk baru dan selanjutnya produk baru tersebut ditawarkan ke agen selaku pembeli atau ya ng menjualkan produk TIMATEX. Apabila contoh produk itu diminati oleh agen tersebut atau mungkin juga oleh customer lain, baru kemudian perusahaan akan mengkontak pemasok bahan baku dan pemasok bahan pembantu untuk mendatangkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melakukan produksi dalam jumlah tertentu produk eksperimen yang telah disetujui oleh agen atau customer lain. Setelah selesai diproduksi, kemudian produk-produk tersebut akan dikirim ke agen atau customer dengan menggunakan jasa pengiriman yang biasa dipergunakan perusahaan. Untuk pengiriman produk dari TIMATEX ke pelabuhan domestik seperti Tanjung Mas atau Tanjung Priuk biasanya menggunakan jasa pengiriman COBRA, RPE dan DHL. Namun terkadang jika pengiriman ke pelabuhan domestik harus mendesak dan jumlahnya tidak banyak maka TIMATEX mengirimkan produk dengan menggunakan jasa transportasi udara pesawat untuk selanjutnya diantarkan ke pelabuhan domestik. Selanjutnya untuk pengiriman produk dari pelabuhan domestik ke pelabuhan negara tujuan ekspor, maka TIMATEX menggunakan jasa transportasi forwarding agent berupa EMKL Ekspedisi Muatan Kapal Laut. EMKL ini tidak saja bertugas mengirimkan produk TIMATEX tersebut ke pelabuhan negara tujuan ekspor, melainkan mulai dari pengepakan layak laut seaworthy packing, pemberian merek sesuai permintaan pembeli agar memudahkan pembeli dalam mencari produk-produk tersebut di pelabuhan tujuan serta mencarikan gudang penyimpanan karena sebelum dikapalkan, 17 produk-produk tersebut biasanya di simpan di dalam gudang pelabuhan atau di terminal peti kemas. Sehubungan dengan pengiriman lewat laut, biasanya produk tersebut setelah dikepak akan dimasukan dalam peti kemas atau container. EMKL menyediakan dua pilihan kepada penggunanya apakah mau menggunakan FCL Full Container Load atau LCL Less than Container Load. FCL umumnya dipilih jika produk yang dikirim dalam jumlah besar sehingga dalam satu container hanya berisikan produk dari satu perusahaan, sementara jika ternyata produk yang dikirim tidak dalam jumlah besar maka dapat memilih LCL dimana dalam satu container berisikan produk dari beberapa perusahaan dengan tujuan pelabuhan ekspor yang sama tentunya. Secara ringkas, pihak-pihak yang terkait dengan proses pembentukan jaringan bisnis TIMATEX dapat disajikan dalam Tabel 1 berikut ini. 18 Tabel 1. Pihak terkait dengan Proses Pembentukan Jaringan Bisnis TIMATEX Pihak Deskripsi Pemasok bahan baku Pemasok bahan baku benang diantaranya adalah TIFICO, SULINDAFIN, DAMATEX dan perusahaan lainnya yang dapat memberikan penawaran harga benang yang bersaing Pemasok bahan pembantu proses Pemasok bahan pembantu proses size stuff atau penganjian yaitu PT Matsumotoyushi yang memasok bahan-bahan seperti Efcol, Sizing Wax dan PT Poly Union Chemicals yang memasok Polyvinyl Acrliric JP05 Pemasok bahan pembantu proses dye stuff atau pewarna kain diantaranya yaitu PT Dwikarya yang memasok SCWAAT, PT Lasatri yang memasok SUNMORL dan NEOCRYZTAL serta PT Diatron Heris yang memasok zat pewarna seperti Diasperse Rubine SB Agen Agen yang menjual produk TIMATEX diantaranya adalah Teijin, Unico, Kewalram, KG, Allarakia Perusahaan jasa pengiriman transportasi Perusahaan jasa pengiriman transportasi yang digunakan adalah COBRA, RPE, DHL untuk domestik ke pelabuhan dan EMKL Ekspedisi Muatan Kapal Laut untuk pengiriman ke negara tujuan ekspor Dalam membangun dan menjalin jaringan bisnis dengan pihak-pihak yang telah disebutkan sebelumnya, tentunya tidak luput dari adanya berbagai kendala yang dihadapi oleh TIMATEX. Kendala yang berhubungan dengan pihak pemasok bahan baku diantaranya adalah: Ketersediaan bahan baku di pemasok yang kadang tidak cukup atau tidak selalu ada saat dibutuhkan perusahaan, padahal ketergantungan TIMATEX akan pasokan benang sangat tinggi mengingat besarnya skala produksi TIMATEX; Keterlambatan pengiriman bahan baku benang. Keterlambatan bahan 19 baku jelas akan menganggu proses produksi perusahaan. TIMATEX sangat bergantung pada pasokan bahan baku karena perusahaan hanya memproduksi kain bukan memproduksi benang sehingga ketersediaan bahan baku sangat penting. Sebenarnya ada dua hal yang menyebabkan bahan baku itu bisa terlambat sampai ke perusahaan. Pertama, ada masalah di pemasok, misalkan ada mesin mati, mesin rusak atau overhool dan sebagainya. Kedua, masalah yang biasa terjadi di bisnis yaitu kadang-kadang keterlambatan pembayaran yang berakibat pemasok menunda pengiriman barangnya; Harga bahan baku yang tergolong tinggi sedangkan perusahaan tentunya menghendaki harga bahan baku yang murah; Terkadang pemasok tidak memiliki bahan baku yang perusahaan kehendaki sebagaimana yang digunakan pada produk eksperimen. Sementara itu dengan pihak pemasok bahan pembantu proses, tampak bahwa TIMATEX tidak menghadapi kendala yang berarti dengan pihak pemasok bahan pembantu proses. Hal ini disebabkan karena bahan pembantu sifatnya hampir umum, tidak spesifik seperti bahan baku. Dengan demikian perusahaan-perusahaan yang menjadi pemasok biasanya selalu memiliki stok bahan-bahan yang diperlukan perusahaan Selain menghadapi kendala dengan pihak pemasok, terdapat juga kendala dengan pihak agen. Beberapa kendala yang dihadapi TIMATEX dengan pihak agen tersebut diantaranya adalah: kadang-kadang hasil eksperimen atau barang yang ditawarkan perusahaan spesifikasinya tidak sesuai dengan keinginan pasar; berkaitan dengan harga produk yang ditawarkan kepada agen yang tidak bisa diterima atau 20 terlalu tinggi; berkaitan dengan waktu pengiriman dimana kadang-kadang agen meminta waktu pengirmannya yang cepat. Ada juga kendala yang dihadapi oleh TIMATEX dengan pihak jasa transportasinya dalam hal ini dengan pihak EMKL. Biasanya EMKL akan menginformasikan jadwal closing kapal batas waktu barang masuk ke kapal agar supaya perusahaan tidak mengirimkan barang dalam waktu yang mepet dengan closing kapal- nya. Hal ini mengingat bahwa EMKL masih harus mengepak dan menata barang-barang tersebut dalam container, dan ini tentunya juga memerlukan waktu yang cukup. Namun, umumnya kendala yang dihadapi adalah terkadang TIMATEX tidak dapat mengirmkan produk sampai tepat waktu yang ditentukan oleh pihak EMKL. Hal ini terjadi karena ada kendala di proses produksinya seperti produk gagal, atau jumlah yang kurang sesuai dengan jumlah pesanan pembeli. Sehingga butuh tambahan waktu di bagian proses produksinya yang tentu akan berdampak pada terlambatnya pengiriman barang ke pelabuhan. Kendala-kendala yang dihadapi TIMATEX dengan pihak-pihak yang terlibat dalam jaringan bisnisnya, sesungguhnya dapat terjadi juga pada pelaku-pelaku bisnis lainnya. Sebagai contoh, berdasarkan penelitian Sulistyawan 2012 diketahui bahwa kendala-kendala yang dihadapi oleh perusahaan Dewangga Furniture Gatak Sukoharjo diantaranya adalah: permasalahan danamodal, kelangkaan bahan baku, persaingan dan proteksi yang diterapkan di negara tujuan. Dalam penelitian ini nampak bahwa kendala selalu muncul dalam setiap aktivitas yang dilakukan dalam 21 jaringan bisnis, hanya saja bentuk kendalanya yang berbeda-beda. Untuk perusahaan dengan skala usaha besar seperti TIMATEX, masalah ketersediaan pasokan adalah hal yang terpenting untuk keberlangsungan proses produksi. Sehingga pemilihan pemasok harus dipilih dengan berbagai pertimbangan matang. Mencermati berbagai kendala yang ada tersebut maka TIMATEX telah berupaya untuk mengatasinya. Adapun upaya- upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dengan pihak pemasok antara lain: terkait dengan ketersediaan bahan baku, maka TIMATEX akan mencari alternatif-alternatif atau bahan baku benang dari pemasok lainnya; terkait dengan keterlambatan pengiriman, maka perwakilan TIMATEX biasanya melakukan kunjungan ke pemasok tersebut. Selain untuk bisa saling kenal dengan pekerja atau orang-orang yang mengurusi hal itu pengiriman barang, disamping itu TIMATEX juga akan melihat mengetahui kapasitas produksi dari pemasok, TIMATEX juga bisa melihat produk-produk spesialis pemasok sehingga dengan demikian TIMATEX akan bisa lebih ta hu dan bisa mengira- ngira jenis apa saja yang bisa dikembangkan atau diorderkan oleh TIMATEX, disamping itu juga TIMATEX dapat memberi masukan- masukan mengenai benang yang sudah dibeli; Berhubungan dengan persoalan pembayaran, TIMATEX berupaya agar pembayaran dapat selalu sesuai dengan kesepakatan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk mengantisipasi keterlambatan, TIMATEX juga dalam melakukan order pembelian bahan baku benang tidak saja untuk satu bulan tapi meminta pengiriman bahan baku benang untuk tiga bulan, jadi misalkan TIMATEX 22 melakukan order pada bulan Juni, order tersebut sudah termasuk order untuk bulan Juli, Agustus, September, sehingga perusahaan pemasok juga bisa menyiapkannya jauh-jauh hari sebelumnya sehingga tidak akan terlambat dikirim. Benang-benang yang diorder dengan cara seperti itu adalah benang-benang yang rutin dipakai untuk proses produksi atau yang kainnya banyak dibeli konsumen; Untuk masalah yang terkait dengan tingginya harga bahan baku benang, maka TIMATEX mencari pemasok lain yang bisa memberikan penawaran harga bahan baku benang yang lebih murah; Sedangkan untuk masalah yang terkait dengan pemasok yang tidak memiliki bahan baku yang dibutuhkan TIMATEX, maka solusinya adalah dengan mencari material pengganti yang sifatnya hampir mirip atau similar dengan yang bahan yang dipakai untuk produk yang dieksperimenkan. Sementara itu, upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dengan pihak agen antara lain: terkait dengan hasil eksperimen barang yang tidak sesuai dengan keinginan pasar, maka solusi yang diambil adalah TIMATEX melakukan eksperimen ulang atau tes ulang kemudian ditawarkan kembali kepada agen yang memasarkan produk TIMATEX; terkait dengan harga produk, TIMATEX mencoba melakukan eksperimen ulang dengan menurunkan beberapa cost produksi misalkan harga benang dicari yang murah sehingga harga produk bisa lebih murah; terkait dengan waktu pengiriman, maka TIMATEX mencoba untuk melakukan negosiasi, misalkan jika agen meminta satu bulan padahal standart TIMATEX adalah 75 hari maka TIMATEX akan memberikan penawaran misalnya diselesaikan dalam tempo 60 hari. 23 Selanjutnya, terkait dengan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dengan pihak jasa transportasi dalam hal ini EMKL adalah menginformasikan sesegera mungkin perihal keterlambatan pengiriman akibat kendala di proses produksinya, dan agar supaya barang tetap bisa dikirim oleh EMKL dengan closing kapal yang mepet tersebut maka TIMATEX akan memberikan fee atau istilah mereka “tembak closing”. Dengan cara ini maka container yang berisi barang TIMATEX bisa masuk kapal untuk selanjutnya dikirim ke pelabuhan negara tujuan. Dalam menjalankan bisnisnya, TIMATEX mempunyai pesaing-pesaing, baik itu pesaing yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Adapun pesaing TIMATEX dari luar negeri berasal dari negara Korea, China, dan Jepang. Sementara pesaing TIMATEX dari dalam negeri diantaranya: DEWA SUTRA, GISTEX, PANASIA, dan DALIATEX yang mana semuanya berlokasi di Bandung. Khusus pesaing yang berada di dalam negeri, memang hanya ada pesaing perusa haan yang beroperasi di Bandung Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena hanya perusahaan tekstil di Bandung saja yang juga memproduksi kain synthetic seperti misalnya jetblack, cordline, dan school uniform yang juga diproduksi oleh TIMATEX. Sedangkan perusahaan-perusahaan tekstil yang ada di Jawa Te ngah umumnya memproduksi kain serat alam seperti cotton dan jeans. TIMATEX tidak menjalin hubungan bisnis dengan para pesaing-pesaing tersebut baik itu yang berada di luar negeri maupun yang ada di dalam negeri. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan besar tidak membutuhkan kerjasama dengan perusahaan lain sejenis terutama untuk pemenuhan produk karena mereka telah memiliki kapasitas produksi yang besar. 24 Selain pihak-pihak terkait sebagaimana yang telah diuraikan di atas, TIMATEX juga menjalin hubungan kerja dengan beberapa instansi pemerintahaan seperti misalnya dengan Departemen Tenaga Kerja Depnaker, Departemen Lingkungan Hidup DLH dan Pemerintahan kota Salatiga Pemkot Salatiga. Hubungan antara TIMATEX dengan Dinas Tenaga Kerja Disnaker adalah terkait dengan hal- hal menyangkut karyawan seperti pendataan karyawan ke Disnaker, pengurusan masalah upah tenaga kerja dan kesejahteraan karyawan hingga terkait dengan pemutusan hubungan kerja. Dengan demikian pihak perusahaan akan selalu berkoordinasi dengan Disnaker setiap ada penambahan karyawan baru untuk di data dan atau jika ada pemutusan hubungan kerja. Hubungan antara TIMATEX dengan Dinas Lingkungan Hidup DLH adalah terkait dengan hal-hal menyangkut surat ijin gangguan dan biasa juga disebut HO Hinderordonnantie yaitu surat keterangan yang menyatakan tidak adanya keberatan dan gangguan atas lokasi usaha yang dijalankan oleh suatu kegiatan usaha di suatu tempat. Surat ijin gangguan wajib di miliki bagi pengusaha atau badan usaha yang akan menjalankan usahanya di suatu daerah dan juga sebagai syarat untuk mendapatkan surat ijin usaha lainnya. Biasanya untuk mendapatkan surat ijin gangguan ini, perusahaan tidak mencemari lingkungan dan atau tidak ada dampak negatif terhadap lingkungan dari usaha yang dilakukan. Untuk perusahaan seperti TIMATEX, dampak terbesar bagi lingkungan adalah adanya limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Oleh karena itu TIMATEX perlu mendapatkan rekomendasi limbah dari Badan Pengendalian Pengelolaan Lingkungan Hidup BPPLH terkait 25 penanganan dan pembuangan limbah yang harus memenuhi standart yang ditentukan. Hal ini mengingat limbah yang dihasilkan dari proses produksi TIMATEX mengandung zat- zat kimia yang jika penangannya tidak tepat dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitar perusahaan berada. Perijinan lainnya yang terkait dengan Dinas Lingkungan Hidup DLH adalah ijin pengeboran air, karena TIMATEX memerlukan dukungan sumber air yang mencukupi untuk kegiatan produksinya. Sedangkan hubungan antara TIMATEX dengan Pemerintahan kota Salatiga Pemkot Salatiga adalah terkait dengan hal- hal menyangkut perijinan seperti ijin mendirikan bangunan dan ijin usaha. Dalam menjalin hubungan kerja dengan ketiga instansi pemerintah tersebut di atas, TIMATEX tidak menghadapi kendala yang berarti. Hal ini disebabkan karena hubungan dengan instansi- instansi tersebut sifatnya ketaatan dalam arti TIMATEX mentaati atau mengikuti semua peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi- instansi terkait tersebut. Namun terkadang yang menjadi kendala adalah terkait dengan manajemen pengelolaan limbah yang tentunya berhubungan dengan Dinas Lingkungan Hidup. TIMATEX tentunya selalu berusaha agar limbah yang dihasilkan dari proses produksi bisa dikelola dengan baik, namun ini tidak berarti bahwa perusahaan tidak pernah mengalami “insiden” yang merugikan warga sekitar perusahaan berada akibat limbah dari perusahaan. Dengan kata lain faktor limbah ini memang naik turun jadi kadang-kadang perusahaan baik dalam pengelolaan limbahnya namun terkadang juga bisa kurang baik dan semuanya ini harus 26 dikomunikasikan ke Dinas Lingkungan Hidup. Namun pada prinsipnya TIMATEX selalu berupaya untuk mengolah limbah itu menjadi lebih baik. Pernah terjadi dimana limbah cair TIMATEX mengeluarkan bau tidak enak akibat adanya kerusakan di proses pengolahan limbah cair. Akibat dari kejadian tersebut membuat banyak warga sekitar TIMATEX melakukan protes. Menyikapi hal itu maka bagian HRD dan UPL TIMATEX melak ukan pendekatan dengan warga, karena sifat bau itu sementara sehingga perusahaan hanya memberikan pewangi atau pengharum ruangan saja kepada warga untuk mengurangi bau itu, serta melakukan perbaikan pada bagian-bagian yang menimbulkan kerusakan di proses pengolahan limbah cair tersebut. Hubungan dengan pihak-pihak terkait dalam menjalankan usaha juga dilakukan oleh TIMATEX dengan lembaga-lembaga keuangan dalam hal ini dengan pihak bank dan pihak koperasi. Sehubungan dengan pihak bank, disini bank berperan dalam hal mengelola pembayaran gaji karyawan. Pembayaran gaji karyawan dilakukan melalui transfer antar rekening dimana bank yang ditunjuk adalah Bank Mandiri. Sementara itu hubungan dengan pihak koperasi, yang dimaksud disini adalah koperasi yang didirikan oleh karyawan TIMATEX itu sendiri. Koperasi yang didirikan oleh para karyawan tersebut berupa koperasi yang menjual berbagai kebutuhan hidup. Karyawan dapat melakukan pembelian dengan cara kredit. Karena pembelian dilakukan dengan cara kredit maka tidak menutup kemungkinan ada karyawan yang kesulitan dalam membayar atau melunasi kredit barang tersebut. 27 Disinilah pihak perusahaan akan menjadi jembatan jika karyawan mempunyai masalah dengan pihak koperasi seperti tunggakan atas pembelian barang secara kredit dari koperasi. Bentuk hubungannya adalah perusahaan akan memotong gaji karyawan untuk selanjutnya dialihkan ke koperasi guna menutupi tunggakan karyawan yang bersangkutan. Untuk menunjang kegiatan bisnis, TIMATEX juga memanfaatkan kemajuan teknologi internet. Oleh karena itu maka TIMATEX memasang jaringan internet di dalam lingkup perusahaan. Penggunaan internet ini lebih ditujukan untuk sarana komunikasi dengan pihak-pihak terkait seperti dengan kantor pusat di Jakarta, para agen dan pemasok bahan baku dan bahan pembantu. Komunikasi yang dilakukan hanya melalui layanan email. Satu hal yang perlu dikemukakan disini adalah bahwa penggunaan internet oleh TIMATEX tidak terkait untuk keperluan promosi, karena promosi dilakukan secara langsung denga n pihak agen yang menjadi patner perusahaan.

6. Strategi Memasarkan Produk pada PT Tiga Manunggal Synthetic Industries