7
Pendeta Perempuan dalam Kepemimpinan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP.
2. Rumusan Masalah
1. Dalam usia HKBP 150 tahun, bagaimanakah pandangan para pemimpin HKBP
khususnya di aras sinode tentang posisikedudukan pendeta perempuan dalam
kepemimpinan gereja?
2.
Faktor-faktor apa yang memengaruhi pandangan tersebut ? 3.
Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan pandangan para pemimpin HKBP khususnya di aras sinode tentang
posisi pendeta perempuan dalam kepemimpinan di Gereja HKBP dalam usianya yang sudah 150 tahun.
2. Mengidentifikasi berbagai faktor-faktor yang memengaruhi pandangan tersebut.
4. Manfaat Penelitian
1. Dalam tataran akademik, diharapkan penelitian akan memberikan sumbangan
teoritik yang dapat membantu akademisi untuk melakukan studi jender di Indonesia. 2.
Dalam tataran praksis, penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan paradigma baru bagi masyarakat tentang perempuan dan eksistensinya ditengah-
tengah kehidupan bersama. Selain itu bagi gereja untuk lebih memberikan peluang dalam kepemimpinan perempuan.
5. Signifikansi
Pembahasan tentang kedudukan dan peran perempuan dalam wawasan jender khususnya tentang eksistensi, identitas dan peran perempuan mengalami ketidakadilan
8 dan marjinalisasi dalam kehidupan sehari-hari, bukanlah hal yang baru ditulis.
Permasalahan ketidakadilan dan ketidaksetaraan jender terhadap perempuan telah ada dan banyak dihasilkan sejak lama.
Masyarakat Batak adalah masyarakat patriarkhat yang mempunyai rujukan sistem berdasarkan
kesepakatan laki-laki
sehingga kondisi
perempuan sangat
termarginalisasikan dan dipinggirkan melalui kerja-kerja domestik. Dari sisi pola pembagian kerja, laki-laki mendominasi ranah publik dalam hal ini di HKBP sedangkan
perempuan pada sektor domestik.
11
Dalam pekerjaan laki-laki lebih dihargai dibandingkan dengan perempuan. Dalam hal penggajian, masih ada yang
memberlakukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dimana gaji laki-laki lebih tinggi dari perempuan walau jenis pekerjaan yang dilakukan sama.
12
Selain itu persentasi perempuan sebagai pemimpin dibandingkan dengan populasi perempuan secara keseluruhan, jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentasi laki-
laki sebagai pemimpin.
13
Keadaan ini memunculkan pertanyaan apakah hal tersebut diakibatkan keraguan banyak orang tentang kepemimpinan perempuan karena adanya
pemahaman peran perempuan di ranah domestik dan bukan publik ataukah kurangnya peluang yang diberikan kepada perempuan?
14
11
Nurlian Harmona Daulay, Kesetaraan Gender dalam Pembagian Kerja pada Keluarga Petani Ladang, www. Jurnal usu Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2008, Vol. II, No. 2 diunduh 2 April 2011.
12
Endress Megan Lee, Gender Effect on Bias in Complex Financial Decisions, www. the free library, diunduh 3 April 2011.
13
Frieda Mangunsong, Faktor Intrapersonal, Interpersonal dan Kultural Pendukung Efektifitas Kepemimpinan Perempuan Pengusaha dari Empat Kelompok Etnis di Indonesia, www.jurnal uiMakara Sosial, Humaniora, Vol.
13, No. 1, Juli 2009, 19 diunduh 3 April 2011.
14
Dien Sumiyatiningsih, Kepemimpinan Kristen dengan Perspektif Perempuan, Universitas Kristen Satya Wacana, Jurnal Studi Pembangunan Interdisplin, Vol. XX, No. 1 April - Juli, 2008, 15.
9 Meskipun dalam gaya kepemimpinan menurut penelitian, perempuan pemimpin
memiliki efektifitas kepemimpinan yang tinggi dan dalam berkomunikasi lebih memiliki tingkat positif dibandingkan dengan pemimpin laki-laki.
15
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan perempuan sangat memprihatinkan dan membutuhkan penyelesaian yang adil. Menurut Okin,
16
jender merupakan masalah keadilan dan terdapat tiga alasan utama mengenai hal tersebut.
Pertama, pentingnya bahwa perempuan harus merasakan adanya keadilan. Kedua, saat ini kesetaraan secara serius dirusak oleh ketidakadilan jender yang dikonstruksi oleh
masyarakat. Yang terakhir, keluarga harus pertama-tama menciptakan masyarakat yang adil, karena dalam keluarga merupakan akar perkembangan moral. Keluarga yang
gagal melakukan kesetaraan laki-laki dan perempuan adalah keluarga yang gagal melakukan keadilan.
Ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang menimpa kaum perempuan banyak terjadi karena dikonstruksi budaya dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan
pemahaman yang baru tentang eksistensi dan identitas perempuan ditengah Gereja harus ada untuk menghasilkan kesetaraan dan keadilan jender antara laki-laki dan
perempuan. Itulah yang menyebabkan penulis tertarik untuk meneliti pendeta perempuan yang belum pernah dilakukan khususnya dalam kepemimpinan di Gereja
HKBP sekaligus merepresentasikan bagaimana pendeta perempuan memandang
15
Sharon Shocklay Kelly Mc Kerrow, Advancing Women in Leadership, www.advancing women.com, Vol. 31, 49
– 50diunduh 3 April 2011.
16
Susan Moller Okin, Justice Gender and the Family, USA, Basic Books, 1989, 26 – 40.
10 eksistensi mereka sendiri dan bagaimana Gereja dengan diwakilkan Pendeta laki-laki
dan jemaat memandang sebagai pemimpin Gereja.
6. Metode Penelitian