5.8. Verifikasi Data
5.8.1. Verifikasi parameter dalam influen Untuk melihat data masukan kedalam sistem secara dinamik sesuai dengan
sebaran data parameter limbah cair yang digunakan selama percobaan dibandingkan dengan uji-t. Dari pengujian terhadap data keluaran simulasi dan
percobaan tersebut dapat dilihat pada Tabel.7. Tabel 7. Hasil perbandingan parameter pada influen
antara percobaan dan simulasi Nilai Rata-rata mgl
Parameter Percobaan
Simulasi Uji -t
COD 4791 4779
0,094 TKN
603 605
0,047 NH
3
1,02 1,02
0,047 NO
3
0,32 0,32
0,047 Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada selang kepercayaan minimal 90
data parameter-parameter tersebut dianggap seragam antara data hasil percobaan dan simulasi. Data keseluruhan pengujian disajikan pada
Lampiran 14. Data input dari simulasi dibangkitkan oleh perangkat lunak program MATLAB
dengan memasukkan data rata-rata dan keragaman varians dari percobaan untuk parameter-parameter yang digunakan, kemudian angka-angka hasil
simulasi yang dibangkitkan tersebut diuji statistik dengan uji-t. Karena hasil uji-t memperlihatkan tidak berbeda nyata diatas 90 maka pembangkit acak dalam
sistem tersebut dapat digunakan untuk simulasi. 5.8.2 Verifikasi hasil simulasi dengan reaktor tunggal
Hasil verifikasi model simulasi dengan reaktor tunggal dilakukan dengan masing-masing reaktor aerobik dan reaktor anoksik. Pada Gambar 41 terlihat
salah satu simulasi yang dilakukan pada reaktor aerobik pada HRT 1 hari, dan Gambar 42 dilakukan pada reaktor anoksik. Pengambilan contoh dilakukan
setelah hari ke 10 untuk mendapatkan kondisi tunak steady state.
COD HRT 1
2000 2250
2500 2750
3000 3250
3500 3750
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
Hari mg
l
percobaan simulasi
TKN HRT 1
30 40
50 60
70 80
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
Hari mg
l
percobaan simulasi
NH
3
HRT 1
100 125
150 175
200 225
250
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Hari mg
l
percobaan simulasi
NO
3
HRT 1
5 7
9 11
13 15
17
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
Hari mg
l
percobaan simulasi
COD HRT 1
2000 2500
3000 3500
4000 4500
10 12
14 16
18 20
22 24
Hari mg
l
percobaan simulasi
TKN HRT 1
20 30
40 50
60 70
10 12
14 16
18 20
22 24
Hari mg
l
percobaan simulasi
NH
3
HRT 1
300 350
400 450
500 550
600 650
700
10 12
14 16
18 20
22 24
Hari mg
l
percobaan simulasi
NO
3
HRT 1
1 2
3 4
5
10 12
14 16
18 20
22 24
Hari mg
l
percobaan simulasi
Gambar 41. Hasil verifikasi model simulasi pada reaktor aerobik
.
Gambar 42. Hasil verifikasi model simulasi pada reaktor anoksik.
Tabel 8. Hasil uji profil antara percobaan dan simulasi Reaktor Aerobik
Nilai
β
t
tabel
Parameter Percobaan simulasi
t
hit
-2,120
≤
t
0,025
≤
2,120 COD -23.697
-21.250 -0.072 tidak
signifikan TKN -0.818 -0.608
-0.217 tidak signifikan NH
3
3.174 0.598 1.467
tidak signifikan NO
3
0.059 -0.024
0.692 tidak signifikan
Reaktor Anoksik Nilai
β
t
tabel
Parameter Percobaan simulasi
t
hit
-2,056
≤
t
0,025
≤
2,056 COD 5.411
-23.821 1.759 tidak signifikan
TKN 0.339 0.078 0.530 tidak signifikan
NH
3
2.478 1.908 0.152
tidak signifikan NO
3
0.039 0.012 1.357
tidak signifikan Pola keluaran hasil simulasi dibandingkan dengan hasil percobaan pada
Gambar 41 dan 42 mempunyai pola yang hampir sama meskipun titik-titik data yang diambil pada waktu yang sama tidak selalu berhimpit. Dari uji profil terlihat
bahwa data tersebut tidak memberikan perbedaan yang signifikan seperti yang terlihat dari uji-t pada Tabel 8 dan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 16
dan Lampiran 17. Dari uji-t tersebut memperlihatkan bahwa data tersebut mempunyai pola hubungan yang sama pada selang kepercayaan 95.
5.8.3. Verifikasi hasil pengolahan dengan reaktor 2 tahap Kunci penyisihan nitrogen terletak pada perubahan nitrat menjadi nitrogen
bebas dan terabsorbsinya nitrogen kedalam sel-sel mikroba baik mikroorganisme autotrof maupun heterotrof. Sedangkan sumber nitrat yang
digunakan mikroba denitrifikasi sangat bergantung pada reaksi pembentukan nitrat dari oksidasi amonia oleh mikroba nitrifikasi.
Efisiensi penyisihan nitrat sangat dipengaruhi oleh rasio CODN-NO
3 -
Penyisihan nitrat menurun menjadi 22,4 dan 60 pada saat rasio CODN-NO
3 -
masing-masing 2 dan 4. Pada saat rasio CODN-NO
3 -
rendah senyawa nitrit terbentuk, menandakan proses denitrifikasi tidak lengkap Zayed,1998.
Resirkulasi dari reaktor aerobik ke reaktor anoksik bertujuan untuk memberikan masukan nitrat pada proses denitrifikasi yang terjadi dalam reaktor
anoksik. Semakin besar resirkulasi yang diberikan diharapkan akan meningkatkan proses penyisihan nitrogen, akan tetapi didalam aliran resirkulasi
VERIFIKASI NILAI COD PADA KONDISI AEROBIK
500 1000
1500 2000
2500 3000
10 20
30 40
Hari CO
D m
g l
percobaan simulasi
Resirkulasi 100
HRT 1,5 HRT 1
HRT 0,5
terkandung juga oksigen terlarut dari reaktor aerobik. Apabila resirkulasi diperbesar maka oksigen terlarut yang terbawa akan semakin besar, dan
mengakibatkan proses denitrifikasi menjadi terhambat.
a Nilai COD Hasil analisa laboratorium terhadap COD reaktor menunjukan penyisihan
sebesar rata-rata 68 untuk HRT sistem 3, 2 dan 1 hari, dengan resirkulasi 50, 75 dan 100 dari laju alir influen. Kisaran COD untuk influen sebesar
4875-5265 mgl, sedangkan kisaran konsentrasi untuk effluen sebesar 1242- 2238 mgl.
Gambar 43 a, Gambar 43 b dan Gambar 43 c dibawah ini menggambarkan nilai COD pada reaktor aerobik dalam berbagai HRT
dengan resirkulasi 100, 75 dan 50.
Gambar 43 a .
Verifikasi nilai COD dalam reaktor aerobik pada
berbagai HRT dengan resirkulasi 100
VERIFIKASI NILAI COD PADA KONDISI AEROBIK
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500
90 100
110 120
130
Hari CO
D m g
l
percobaan simulasi
Resirkulasi 50
HRT 2 HRT 1,3
HRT 0,7
VERIFIKASI NILAI COD PADA KONDISI AEROBIK
500 750
1000 1250
1500 1750
2000
45 55
65 75
85
Hari CO
D m g
l
percobaan simulasi
HRT 1,7 HRT 1,1
HRT 0,6
Resirkulasi 75
Gambar 43 b .
Verifikasi nilai COD dalam reaktor aerobik pada berbagai
HRT dengan resirkulasi 75
Gambar 43 c .
Verifikasi nilai COD dalam reaktor aerobik pada berbagai
HRT dengan resirkulasi 50
VERIFIKASI NILAI COD PADA KONDISI ANOKSIK
2000 2500
3000 3500
15 30
Hari CO
D m
g l
percobaan simulasi
HRT 1,5 HRT 1
HRT 0,5 Resirkulasi 100
VERIFIKASI NILAI COD PADA KONDISI ANOKSIK
2000 2500
3000 3500
4000
45 60
75
Hari CO
D m
g l
percobaan simulasi
Resirkulasi 75 HRT 1,7
HRT 1,1 HRT 0,6
Gambar 44 a, Gambar 44 b dan Gambar 44 c dibawah ini menggambarkan nilai COD pada reaktor anoksik dalam berbagai HRT
dengan resirkulasi 100, 75 dan 50.
Gambar 44 a .
Verifikasi nilai COD dalam reaktor anoksik pada berbagai
HRT dengan resirkulasi 100
Gambar 44 b .
Verifikasi nilai COD dalam reaktor anoksik pada berbagai
HRT dengan resirkulasi 75
VERIFIKASI NILAI COD PADA KONDISI ANOKSIK
2000 2500
3000 3500
4000 4500
5000
91 106
121
Hari CO
D m
g l
percobaan simulasi
HRT 2 HRT 1,3
HRT 0,7 Resirkulasi 50
Gambar 44 c .
Verifikasi nilai COD dalam reaktor anoksik pada berbagai
HRT dengan resirkulasi 50 Dari Gambar 43 dan 44. terlihat bahwa nilai COD yang diperoleh dari
percobaan pada reaktor aerobik HRT 1,3 dan 0,7 dengan resirkulasi 50 memiliki efisiensi terendah yaitu 54,15 - 56,65. Dalam pemanfaatan
COD sebagai media pertumbuhan mikroorganisme masih dipengaruhi oleh kondisi COD. Menurut Hu
et al. 2003 COD dibedakan menjadi dua yaitu SBCOD
slowly biodegradable COD X
s
yang berupa partikel organik dan RBCOD
readily biodegradable COD S
s
yang berupa partikel organik yang terhidrolisis. SBCOD pertama-tama dihidrolisis menjadi RBCOD dalam
influen, yang kemudian oleh bakteri OHO ordinary heterotrophic organisms
digunakan untuk pertumbuhannya. Hidrolisis SBCOD terjadi pada kondisi anoksik dan aerobik, dimana hidrolisis pada kondisi anoksik lebih rendah
dengan faktor reduksi 0,6 terhadap hidrolisis pada aerobik. Selain itu menurut Ekama
et al. 1996 dalam Hu et al. 2003 laju penggunaan RBCOD oleh mikroba OHO pada kondisi anoksik lebih rendah
dibandingkan pada kondisi aerobik. Perbandingan laju penggunaan RBCOD pada kondisi anoksik dibandingkan dengan kondisi aerobik adalah 0,87.
Atau menurut Muller et al. 2005 sebesar 0,81. Tidak semua model simulasi
yang memasukkan faktor reduksi ini kedalam perhitungan, seperti model ASM1 dan UCTOLD, sedangkan model pada ASM2 dan UCTPHO
memasukkan faktor reduksi ini kedalam model. Menurut Argaman 1995 bahwa penguraian partikel organik yang
merupakan SBCOD proporsional terhadap jumlah MLVSS aktif dan SRT Solid Retention Time, sehingga ekspresi modelnya mengikuti model ordo
pertama. Sementara itu didalam MLVSS mengandung komponen yaitu MLVSS aktif dan tidak aktif. Selama percobaan didalam laboratorium hal ini
sulit dibedakan. Uji keragaman antara hasil yang diperoleh dari uji-t seperti pada Lampiran
15 menunjukkan hasil perbedaan yang tidak signifikan dengan perbedaan antara 1,08 sampai 13,6.
b TKN Untuk konsentrasi nitrogen organik TKN pada reaktor menunjukan
penyisihan sebesar 95, dengan kisaran konsentrasi TKN pada influen sebesar 559,72-733,04 mgl dan konsentrasi pada effluen sebesar
24,11-38,18 mgl. Grafik dibawah ini menggambarkan konsentrasi nitrogen organik TKN pada berbagai variasi HRT dan resirkulasi.
Ada perbedaan hasil TKN pada efluen percobaan dan simulasi. Dari perhitungan faktor koreksi TKN pada Lampiran 10, menunjukkan bahwa 87
dari TKN percobaan berasal dari lumpur aktif yang tidak disaring pada saat analisa TKN. Jika diperhitungkan dengan MLVSS, maka TKN yang
terkandung dari MLVSS tersebut merupakan 1,23 dari massa MLVSS. Atau mengandung 0,077 bagian dari porsi MLVSS merupakan senyawa kimia
berprotein. Hal ini ditunjukkan juga oleh Grady and Lim 1980 dan Henze et
al. 1987 bahwa kandungan nitrogen dalam bagian partikel organik diberikan konstanta 0,08.
Gambar 45 a, Gambar 45 b dan Gambar 45 c dibawah ini menggambarkan konsentrasi TKN pada reaktor aerobik dalam berbagai HRT
dengan resirkulasi 100, 75 dan 50.
VERIFIKASI NILAI TKN PADA KONDISI AEROBIK
2 4
6 8
10
5 10
15 20
25 30
35 40
Hari T
KN m
g l
percobaan simulasi
Resirkulasi 100
HRT 1,5 HRT 1
HRT 0,5
VERIFIKASI NILAI TKN PADA KONDISI AEROBIK
2 4
6 8
10
45 50
55 60
65 70
75 80
85
Hari T
KN m
g l
percobaan simulasi
Resirkulasi 75
HRT 1,7 HRT 1,1
HRT 0,6
Gambar 45 a .
Verifikasi konsentrasi TKN dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100.
Gambar 45 b .
Verifikasi konsentrasi TKN dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75.
VERIFIKASI NILAI TKN PADA KONDISI AEROBIK
2 4
6 8
10
90 95
100 105
110 115
120 125
130
Hari TK
N m
g l
percobaan simulasi
Resirkulasi 50 HRT 2
HRT 1,3 HRT 0,7
VERIFIKASI NILAI TKN PADA KONDISI ANOKSIK
20 40
60 80
100
15 30
Hari TK
N m
g l
percobaan simulasi
Resirkulasi 100 HRT1,5
HRT 1 HRT 0,5
Gambar 45 c .
Verifikasi konsentrasi TKN dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50.
Gambar 46 a, Gambar 46 b dan Gambar 46 c dibawah ini menggambarkan konsentrasi TKN pada reaktor aerobik dalam berbagai HRT
dengan resirkulasi 100, 75 dan 50.
VERIFIKASI NILAI TKN PADA KONDISI ANOKSIK
40 60
80 100
45 60
75
Hari TK
N m
g l
percobaan simulasi
Resirkulasi 75 HRT 1,7
HRT 1,1 HRT 0,6
Gambar 46 a .
Verifikasi konsentrasi TKN dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100
Gambar 46 b .
Verifikasi konsentrasi TKN dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75
VERIFIKASI NILAI TKN PADA KONDISI ANOKSIK
40 60
80 100
120
90 105
120
Hari TK
N m
g l
percobaan simulasi
Resirkulasi 50 HRT 2
HRT 1,3 HRT 0,7
Gambar 46 c .
Verifikasi konsentrasi TKN dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50
Senyawa TKN pada umumnya berasal dari MLVSS, baik berasal dari partikel organik tersuspensi maupun MLVSS yang merupakan biomas aktif.
Dalam pemanfaatannya sebagai substrat TKN harus dihidrolisis terlebih dahulu, sehingga menjadi senyawa BOD terlarut yang siap untuk diurai
secara biologis. Seperti disebutkan oleh Hu et al. 2003 bahwa proses
hidrolisis tersebut mempunyai laju yang berbeda antara kondisi anoksik dan aerobik. Sehingga Lishman
et al. 2000 menyebutkan bahwa laju hidrolisis atau pemanfaatan senyawa-senyawa protein dan turunannya menjadi faktor
pembatas laju reaksi, dan kemudian material berprotein akan terakumulasi di dalam flok. Akibatnya senyawa TKN yang teramati dari percobaan lebih
tinggi dibandingkan dengan simulasi. c NH
3
VERIFIKASI NILAI NH
3
PADA KONDISI AEROBIK
10 30
50 70
90 110
130 150
45 50
55 60
65 70
75 80
85
Hari NH
3
m g
l
percobaan simulasi
HRT 1,7 HRT 1,1
HRT 0,6
Resirkulasi 75
VERIFIKASI NILAI NH
3
PADA KONDISI AEROBIK
20 40
60 80
100 120
140
5 10
15 20
25 30
35 40
Hari NH
3
m g
l
percobaan simulasi
HRT 1,5 HRT 1
HRT 0,5 Resirkulasi 100
Sedangkan untuk konsentrasi NH
3
pada reaktor mempunyai kisaran konsentrasi pada influen sebesar 297-859 mgl dan konsentrasi pada effluen
sebesar 39,5-106,8 mgl. Pada Gambar 47 a, Gambar 47 b, Gambar 47c terlihat konsentrasi amonia pada berbagai ragam HRT dan resirkulasi 100,
75 dan 50 selama percobaan. Pada Lampiran terlihat juga bahwa konsentrasi amonia pada percobaan dan simulasi memiliki ketidak
seragaman yang tinggi terutama pada HRT yang rendah.
Gambar 47 a .
Verifikasi konsentrasi NH
3
dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100
VERIFIKASI NILAI NH
3
PADA KONDISI AEROBIK
20 40
60 80
100 120
140
90 105
120
Hari NH
3
m g
l
percobaan simulasi
HRT 2 HRT 1,3
HRT 0,7 Resirkulasi 50
VERIFIKASI NILAI NH
3
PADA KONDISI ANOKSIK
400 450
500 550
600 650
700 750
15 30
Hari
NH
3
m g
l
percobaan simulasi
HRT 1,5
HRT 1
HRT 0,5 Resirkulasi 100
Gambar 47 b .
Verifikasi konsentrasi NH
3
dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75
Gambar 47 c .
Verifikasi konsentrasi NH
3
dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50
Pada Gambar 48 a, Gambar 46 b, Gambar 48 c terlihat konsentrasi amonia pada berbagai ragam HRT dengan resirkulasi 100, 75 dan 50 selama
percobaan.
VERIFIKASI NILAI NH
3
PADA KONDISI ANOKSIK
300 400
500 600
700 800
900 1000
90 105
120
Hari NH
3
mg l
percobaan simulasi
HRT 2 HRT 1,3
HRT 0,7
Resirkulasi 50
VERIFIKASI NILAI NH
3
PADA KONDISI ANOKSIK
400 500
600 700
800 900
1000
45 60
75
Hari NH
3
mg l
percobaan simulasi
HRT 1,7 HRT 1,1
HRT 0,6 Resirkulasi 75
Gambar 48 a .
Verifikasi konsentrasi NH
3
dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100
Gambar 48 b .
Verifikasi konsentrasi NH
3
dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75
Gambar 48 c .
Verifikasi konsentrasi NH
3
dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50
Konsentrasi amonia yang terdapat dalam limbah merupakan hasil hidrolisis dari senyawa-senyawa organik berprotein dan perombakan MLVSS yang
tidak aktif. Didalam limbah cair, selain terdapat protein juga mengandung karbohidrat dan lemak Lishman
et al., 2000. Lemak dalam limbah cair
VERIFIKASI NILAI NO
3 -
PADA KONDISI AEROBIK
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
15 30
Hari NO
3
m g
l
percobaan simulasi
HRT 1,5 HRT 1
HRT 0,5 Resirkulasi 100
perikanan yang digunakan dalam percobaan terlihat cukup tinggi. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan MLVSS aktif karena lemak mudah
menempel pada permukaan flok. Sehingga pemanfaatan amonia untuk pertumbuhan juga menjadi terhambat.
Menurut Hu et al. 2003 konversi dari senyawa organik N menjadi
senyawa amonia bebas dan amonia alkali FSA= free and saline ammonia
ada dua proses, yaitu : a hidrolisis partikel organik N mudah urai secara bio menjadi senyawa organik N terlarut mudah urai secara bio dan
b amonifikasi oleh mikroba heterotrofik sebagai kelanjutan dari perubahan organik N terlarut mudah urai menjadi FSA. Proses ini akan sangat
menentukan konsentrasi TKN dan NH
3
dalam percobaan, karena keduanya saling terkait.
Hasil uji keragaman dengan Uji-t terhadap sebaran hasil percobaan terkoreksi dan simulasi memiliki perbedaan mulai dari 0,85 sampai 29,41
seperti pada Lampiran 15. Menurut Marsili-Libelli dan Tabani 2002 ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidak akuratan model yaitu kestabilan
pH operasi dan pengkondisian lumpur aktif. Keduanya terkait pada perilaku “start up “ reaktor.
d N-NO
3 -
Kisaran konsentrasi nitrat rata-rata pada influen sebesar 3,3 mgl. Sedangkan kisaran nitrat pada effluen reaktor aerobik sebesar 10,8 mgl.
Gambar 49 a, Gambar 49 b, Gambar 49 c menunjukkan konsentrasi nitrat NO
3 -
pada berbagai variasi HRT dengan resirkulasi 100, 75 dan 50, dan perbandingannya antara hasil percobaan dan simulasi.
VERIFIKASI NILAI NO
3 -
PADA KONDISI AEROBIK
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
90 105
120
Hari NO
3
mg l
percobaan simulasi
HRT 2 HRT 1,3
HRT 0,7 Resirkulasi 50
VERIFIKASI NILAI NO
3 -
PADA KONDISI AEROBIK
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
45 60
75
Hari NO
3
m g
l
percobaan simulasi
HRT 1,7 HRT 1,1
HRT 0,6 Resirkulasi 75
Gambar 49 a. Verifikasi
konsentrasi N-NO
3 -
dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100
Gambar 49 b. Verifikasi
konsentrasi N-NO
3 -
dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75
VERIFIKASI NILAI NO
3 -
PADA KONDISI ANOKSIK
5 10
15 20
15 30
Hari NO
3
m g
l
percobaan simulasi
HRT 1,5 HRT 1
HRT 0,5 Resirkulasi 100
VERIFIKASI NILAI NO
3 -
PADA KONDISI ANOKSIK
5 10
15 20
45 60
75
Hari NO
3
m g
l
percobaan sim ulasi
HRT 1,7 HRT 1,1
HRT 0,6 Resirkulasi 75
Gambar 49 c. Verifikasi
konsentrasi N-NO
3 -
dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50
Gambar 50 a, Gambar 50 b, Gambar 50 c menunjukkan konsentrasi nitrat NO
3 -
pada berbagai variasi HRT dengan resirkulasi 100, 75 dan 50, dan perbandingannya antara hasil percobaan dan simulasi.
Gambar 50 a. Verifikasi
konsentrasi N-NO
3 -
dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100
VERIFIKASI NILAI NO
3 -
PADA KONDISI ANOKSIK
5 10
15 20
90 105
120
Hari NO
3
m g
l
percobaan simulasi
HRT 2 HRT 1,3
HRT 0,7 Resirkulasi 50
Gambar 50 b. Verifikasi
konsentrasi N-NO
3 -
dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75
Gambar 50 c. Verifikasi
konsentrasi N-NO
3 -
dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50
Proses penyisihan nitrat yang dilakukan Dalmacija et al. 1991 dalam
Shrimali dan Singh 2001 dengan menggunakan etanol sebagai sumber karbon untuk bakteri denitrifikasi untuk menyisihkan nitrat dari air sungai
dengan konsentrasi nitrat 117 mgl, dapat mencapai efisiensi hampir 100. Juga dengan menggunakan sirup glukosa sebagai sumber karbon untuk
menyisihkan nitrat dengan konsentrasi 400 mgl efisiensinya mencapai 80 Nurizzo dan Mezzanatte, 1992
dalam Shrimali dan Singh, 2001. Menurut Carta-Escobar
et al. 2005 bahwa proses oksidasi amonium dan amonia digambarkan dengan model berordo antara ordo nol zero dan ordo
satu. Proses oksidasi amonia akan mengikuti model berordo nol pada konsentrasi lebih tinggi dari 2 mgl. Dalam hal ini terlihat juga adanya
hambatan pertumbuhan Nitrosomonas oleh amonia bebas gas pada awal proses oksidasi yang digambarkan pada model kinetik ordo nol.
Dalam penelitian ini kebutuhan karbon untuk proses denitrifikasi dipenuhi dari aliran influen limbah. Sehingga lambatnya proses denitrifikasi tersebut
diperkirakan disebabkan juga oleh lambatnya proses hidrolisis senyawa SBCOD yang hasilnya merupakan senyawa-senyawa organik sederhana
yang terlarut dalam hal ini disebut juga sebagai RBCOD.
5.9. Evaluasi Model Simulasi