Verifikasi Data HASIL DAN PEMBAHASAN

5.8. Verifikasi Data

5.8.1. Verifikasi parameter dalam influen Untuk melihat data masukan kedalam sistem secara dinamik sesuai dengan sebaran data parameter limbah cair yang digunakan selama percobaan dibandingkan dengan uji-t. Dari pengujian terhadap data keluaran simulasi dan percobaan tersebut dapat dilihat pada Tabel.7. Tabel 7. Hasil perbandingan parameter pada influen antara percobaan dan simulasi Nilai Rata-rata mgl Parameter Percobaan Simulasi Uji -t COD 4791 4779 0,094 TKN 603 605 0,047 NH 3 1,02 1,02 0,047 NO 3 0,32 0,32 0,047 Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada selang kepercayaan minimal 90 data parameter-parameter tersebut dianggap seragam antara data hasil percobaan dan simulasi. Data keseluruhan pengujian disajikan pada Lampiran 14. Data input dari simulasi dibangkitkan oleh perangkat lunak program MATLAB dengan memasukkan data rata-rata dan keragaman varians dari percobaan untuk parameter-parameter yang digunakan, kemudian angka-angka hasil simulasi yang dibangkitkan tersebut diuji statistik dengan uji-t. Karena hasil uji-t memperlihatkan tidak berbeda nyata diatas 90 maka pembangkit acak dalam sistem tersebut dapat digunakan untuk simulasi. 5.8.2 Verifikasi hasil simulasi dengan reaktor tunggal Hasil verifikasi model simulasi dengan reaktor tunggal dilakukan dengan masing-masing reaktor aerobik dan reaktor anoksik. Pada Gambar 41 terlihat salah satu simulasi yang dilakukan pada reaktor aerobik pada HRT 1 hari, dan Gambar 42 dilakukan pada reaktor anoksik. Pengambilan contoh dilakukan setelah hari ke 10 untuk mendapatkan kondisi tunak steady state. COD HRT 1 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Hari mg l percobaan simulasi TKN HRT 1 30 40 50 60 70 80 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Hari mg l percobaan simulasi NH 3 HRT 1 100 125 150 175 200 225 250 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Hari mg l percobaan simulasi NO 3 HRT 1 5 7 9 11 13 15 17 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Hari mg l percobaan simulasi COD HRT 1 2000 2500 3000 3500 4000 4500 10 12 14 16 18 20 22 24 Hari mg l percobaan simulasi TKN HRT 1 20 30 40 50 60 70 10 12 14 16 18 20 22 24 Hari mg l percobaan simulasi NH 3 HRT 1 300 350 400 450 500 550 600 650 700 10 12 14 16 18 20 22 24 Hari mg l percobaan simulasi NO 3 HRT 1 1 2 3 4 5 10 12 14 16 18 20 22 24 Hari mg l percobaan simulasi Gambar 41. Hasil verifikasi model simulasi pada reaktor aerobik . Gambar 42. Hasil verifikasi model simulasi pada reaktor anoksik. Tabel 8. Hasil uji profil antara percobaan dan simulasi Reaktor Aerobik Nilai β t tabel Parameter Percobaan simulasi t hit -2,120 ≤ t 0,025 ≤ 2,120 COD -23.697 -21.250 -0.072 tidak signifikan TKN -0.818 -0.608 -0.217 tidak signifikan NH 3 3.174 0.598 1.467 tidak signifikan NO 3 0.059 -0.024 0.692 tidak signifikan Reaktor Anoksik Nilai β t tabel Parameter Percobaan simulasi t hit -2,056 ≤ t 0,025 ≤ 2,056 COD 5.411 -23.821 1.759 tidak signifikan TKN 0.339 0.078 0.530 tidak signifikan NH 3 2.478 1.908 0.152 tidak signifikan NO 3 0.039 0.012 1.357 tidak signifikan Pola keluaran hasil simulasi dibandingkan dengan hasil percobaan pada Gambar 41 dan 42 mempunyai pola yang hampir sama meskipun titik-titik data yang diambil pada waktu yang sama tidak selalu berhimpit. Dari uji profil terlihat bahwa data tersebut tidak memberikan perbedaan yang signifikan seperti yang terlihat dari uji-t pada Tabel 8 dan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 16 dan Lampiran 17. Dari uji-t tersebut memperlihatkan bahwa data tersebut mempunyai pola hubungan yang sama pada selang kepercayaan 95. 5.8.3. Verifikasi hasil pengolahan dengan reaktor 2 tahap Kunci penyisihan nitrogen terletak pada perubahan nitrat menjadi nitrogen bebas dan terabsorbsinya nitrogen kedalam sel-sel mikroba baik mikroorganisme autotrof maupun heterotrof. Sedangkan sumber nitrat yang digunakan mikroba denitrifikasi sangat bergantung pada reaksi pembentukan nitrat dari oksidasi amonia oleh mikroba nitrifikasi. Efisiensi penyisihan nitrat sangat dipengaruhi oleh rasio CODN-NO 3 - Penyisihan nitrat menurun menjadi 22,4 dan 60 pada saat rasio CODN-NO 3 - masing-masing 2 dan 4. Pada saat rasio CODN-NO 3 - rendah senyawa nitrit terbentuk, menandakan proses denitrifikasi tidak lengkap Zayed,1998. Resirkulasi dari reaktor aerobik ke reaktor anoksik bertujuan untuk memberikan masukan nitrat pada proses denitrifikasi yang terjadi dalam reaktor anoksik. Semakin besar resirkulasi yang diberikan diharapkan akan meningkatkan proses penyisihan nitrogen, akan tetapi didalam aliran resirkulasi VERIFIKASI NILAI COD PADA KONDISI AEROBIK 500 1000 1500 2000 2500 3000 10 20 30 40 Hari CO D m g l percobaan simulasi Resirkulasi 100 HRT 1,5 HRT 1 HRT 0,5 terkandung juga oksigen terlarut dari reaktor aerobik. Apabila resirkulasi diperbesar maka oksigen terlarut yang terbawa akan semakin besar, dan mengakibatkan proses denitrifikasi menjadi terhambat. a Nilai COD Hasil analisa laboratorium terhadap COD reaktor menunjukan penyisihan sebesar rata-rata 68 untuk HRT sistem 3, 2 dan 1 hari, dengan resirkulasi 50, 75 dan 100 dari laju alir influen. Kisaran COD untuk influen sebesar 4875-5265 mgl, sedangkan kisaran konsentrasi untuk effluen sebesar 1242- 2238 mgl. Gambar 43 a, Gambar 43 b dan Gambar 43 c dibawah ini menggambarkan nilai COD pada reaktor aerobik dalam berbagai HRT dengan resirkulasi 100, 75 dan 50. Gambar 43 a . Verifikasi nilai COD dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100 VERIFIKASI NILAI COD PADA KONDISI AEROBIK 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 90 100 110 120 130 Hari CO D m g l percobaan simulasi Resirkulasi 50 HRT 2 HRT 1,3 HRT 0,7 VERIFIKASI NILAI COD PADA KONDISI AEROBIK 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 45 55 65 75 85 Hari CO D m g l percobaan simulasi HRT 1,7 HRT 1,1 HRT 0,6 Resirkulasi 75 Gambar 43 b . Verifikasi nilai COD dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75 Gambar 43 c . Verifikasi nilai COD dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50 VERIFIKASI NILAI COD PADA KONDISI ANOKSIK 2000 2500 3000 3500 15 30 Hari CO D m g l percobaan simulasi HRT 1,5 HRT 1 HRT 0,5 Resirkulasi 100 VERIFIKASI NILAI COD PADA KONDISI ANOKSIK 2000 2500 3000 3500 4000 45 60 75 Hari CO D m g l percobaan simulasi Resirkulasi 75 HRT 1,7 HRT 1,1 HRT 0,6 Gambar 44 a, Gambar 44 b dan Gambar 44 c dibawah ini menggambarkan nilai COD pada reaktor anoksik dalam berbagai HRT dengan resirkulasi 100, 75 dan 50. Gambar 44 a . Verifikasi nilai COD dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100 Gambar 44 b . Verifikasi nilai COD dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75 VERIFIKASI NILAI COD PADA KONDISI ANOKSIK 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 91 106 121 Hari CO D m g l percobaan simulasi HRT 2 HRT 1,3 HRT 0,7 Resirkulasi 50 Gambar 44 c . Verifikasi nilai COD dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50 Dari Gambar 43 dan 44. terlihat bahwa nilai COD yang diperoleh dari percobaan pada reaktor aerobik HRT 1,3 dan 0,7 dengan resirkulasi 50 memiliki efisiensi terendah yaitu 54,15 - 56,65. Dalam pemanfaatan COD sebagai media pertumbuhan mikroorganisme masih dipengaruhi oleh kondisi COD. Menurut Hu et al. 2003 COD dibedakan menjadi dua yaitu SBCOD slowly biodegradable COD X s yang berupa partikel organik dan RBCOD readily biodegradable COD S s yang berupa partikel organik yang terhidrolisis. SBCOD pertama-tama dihidrolisis menjadi RBCOD dalam influen, yang kemudian oleh bakteri OHO ordinary heterotrophic organisms digunakan untuk pertumbuhannya. Hidrolisis SBCOD terjadi pada kondisi anoksik dan aerobik, dimana hidrolisis pada kondisi anoksik lebih rendah dengan faktor reduksi 0,6 terhadap hidrolisis pada aerobik. Selain itu menurut Ekama et al. 1996 dalam Hu et al. 2003 laju penggunaan RBCOD oleh mikroba OHO pada kondisi anoksik lebih rendah dibandingkan pada kondisi aerobik. Perbandingan laju penggunaan RBCOD pada kondisi anoksik dibandingkan dengan kondisi aerobik adalah 0,87. Atau menurut Muller et al. 2005 sebesar 0,81. Tidak semua model simulasi yang memasukkan faktor reduksi ini kedalam perhitungan, seperti model ASM1 dan UCTOLD, sedangkan model pada ASM2 dan UCTPHO memasukkan faktor reduksi ini kedalam model. Menurut Argaman 1995 bahwa penguraian partikel organik yang merupakan SBCOD proporsional terhadap jumlah MLVSS aktif dan SRT Solid Retention Time, sehingga ekspresi modelnya mengikuti model ordo pertama. Sementara itu didalam MLVSS mengandung komponen yaitu MLVSS aktif dan tidak aktif. Selama percobaan didalam laboratorium hal ini sulit dibedakan. Uji keragaman antara hasil yang diperoleh dari uji-t seperti pada Lampiran 15 menunjukkan hasil perbedaan yang tidak signifikan dengan perbedaan antara 1,08 sampai 13,6. b TKN Untuk konsentrasi nitrogen organik TKN pada reaktor menunjukan penyisihan sebesar 95, dengan kisaran konsentrasi TKN pada influen sebesar 559,72-733,04 mgl dan konsentrasi pada effluen sebesar 24,11-38,18 mgl. Grafik dibawah ini menggambarkan konsentrasi nitrogen organik TKN pada berbagai variasi HRT dan resirkulasi. Ada perbedaan hasil TKN pada efluen percobaan dan simulasi. Dari perhitungan faktor koreksi TKN pada Lampiran 10, menunjukkan bahwa 87 dari TKN percobaan berasal dari lumpur aktif yang tidak disaring pada saat analisa TKN. Jika diperhitungkan dengan MLVSS, maka TKN yang terkandung dari MLVSS tersebut merupakan 1,23 dari massa MLVSS. Atau mengandung 0,077 bagian dari porsi MLVSS merupakan senyawa kimia berprotein. Hal ini ditunjukkan juga oleh Grady and Lim 1980 dan Henze et al. 1987 bahwa kandungan nitrogen dalam bagian partikel organik diberikan konstanta 0,08. Gambar 45 a, Gambar 45 b dan Gambar 45 c dibawah ini menggambarkan konsentrasi TKN pada reaktor aerobik dalam berbagai HRT dengan resirkulasi 100, 75 dan 50. VERIFIKASI NILAI TKN PADA KONDISI AEROBIK 2 4 6 8 10 5 10 15 20 25 30 35 40 Hari T KN m g l percobaan simulasi Resirkulasi 100 HRT 1,5 HRT 1 HRT 0,5 VERIFIKASI NILAI TKN PADA KONDISI AEROBIK 2 4 6 8 10 45 50 55 60 65 70 75 80 85 Hari T KN m g l percobaan simulasi Resirkulasi 75 HRT 1,7 HRT 1,1 HRT 0,6 Gambar 45 a . Verifikasi konsentrasi TKN dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100. Gambar 45 b . Verifikasi konsentrasi TKN dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75. VERIFIKASI NILAI TKN PADA KONDISI AEROBIK 2 4 6 8 10 90 95 100 105 110 115 120 125 130 Hari TK N m g l percobaan simulasi Resirkulasi 50 HRT 2 HRT 1,3 HRT 0,7 VERIFIKASI NILAI TKN PADA KONDISI ANOKSIK 20 40 60 80 100 15 30 Hari TK N m g l percobaan simulasi Resirkulasi 100 HRT1,5 HRT 1 HRT 0,5 Gambar 45 c . Verifikasi konsentrasi TKN dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50. Gambar 46 a, Gambar 46 b dan Gambar 46 c dibawah ini menggambarkan konsentrasi TKN pada reaktor aerobik dalam berbagai HRT dengan resirkulasi 100, 75 dan 50. VERIFIKASI NILAI TKN PADA KONDISI ANOKSIK 40 60 80 100 45 60 75 Hari TK N m g l percobaan simulasi Resirkulasi 75 HRT 1,7 HRT 1,1 HRT 0,6 Gambar 46 a . Verifikasi konsentrasi TKN dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100 Gambar 46 b . Verifikasi konsentrasi TKN dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75 VERIFIKASI NILAI TKN PADA KONDISI ANOKSIK 40 60 80 100 120 90 105 120 Hari TK N m g l percobaan simulasi Resirkulasi 50 HRT 2 HRT 1,3 HRT 0,7 Gambar 46 c . Verifikasi konsentrasi TKN dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50 Senyawa TKN pada umumnya berasal dari MLVSS, baik berasal dari partikel organik tersuspensi maupun MLVSS yang merupakan biomas aktif. Dalam pemanfaatannya sebagai substrat TKN harus dihidrolisis terlebih dahulu, sehingga menjadi senyawa BOD terlarut yang siap untuk diurai secara biologis. Seperti disebutkan oleh Hu et al. 2003 bahwa proses hidrolisis tersebut mempunyai laju yang berbeda antara kondisi anoksik dan aerobik. Sehingga Lishman et al. 2000 menyebutkan bahwa laju hidrolisis atau pemanfaatan senyawa-senyawa protein dan turunannya menjadi faktor pembatas laju reaksi, dan kemudian material berprotein akan terakumulasi di dalam flok. Akibatnya senyawa TKN yang teramati dari percobaan lebih tinggi dibandingkan dengan simulasi. c NH 3 VERIFIKASI NILAI NH 3 PADA KONDISI AEROBIK 10 30 50 70 90 110 130 150 45 50 55 60 65 70 75 80 85 Hari NH 3 m g l percobaan simulasi HRT 1,7 HRT 1,1 HRT 0,6 Resirkulasi 75 VERIFIKASI NILAI NH 3 PADA KONDISI AEROBIK 20 40 60 80 100 120 140 5 10 15 20 25 30 35 40 Hari NH 3 m g l percobaan simulasi HRT 1,5 HRT 1 HRT 0,5 Resirkulasi 100 Sedangkan untuk konsentrasi NH 3 pada reaktor mempunyai kisaran konsentrasi pada influen sebesar 297-859 mgl dan konsentrasi pada effluen sebesar 39,5-106,8 mgl. Pada Gambar 47 a, Gambar 47 b, Gambar 47c terlihat konsentrasi amonia pada berbagai ragam HRT dan resirkulasi 100, 75 dan 50 selama percobaan. Pada Lampiran terlihat juga bahwa konsentrasi amonia pada percobaan dan simulasi memiliki ketidak seragaman yang tinggi terutama pada HRT yang rendah. Gambar 47 a . Verifikasi konsentrasi NH 3 dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100 VERIFIKASI NILAI NH 3 PADA KONDISI AEROBIK 20 40 60 80 100 120 140 90 105 120 Hari NH 3 m g l percobaan simulasi HRT 2 HRT 1,3 HRT 0,7 Resirkulasi 50 VERIFIKASI NILAI NH 3 PADA KONDISI ANOKSIK 400 450 500 550 600 650 700 750 15 30 Hari NH 3 m g l percobaan simulasi HRT 1,5 HRT 1 HRT 0,5 Resirkulasi 100 Gambar 47 b . Verifikasi konsentrasi NH 3 dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75 Gambar 47 c . Verifikasi konsentrasi NH 3 dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50 Pada Gambar 48 a, Gambar 46 b, Gambar 48 c terlihat konsentrasi amonia pada berbagai ragam HRT dengan resirkulasi 100, 75 dan 50 selama percobaan. VERIFIKASI NILAI NH 3 PADA KONDISI ANOKSIK 300 400 500 600 700 800 900 1000 90 105 120 Hari NH 3 mg l percobaan simulasi HRT 2 HRT 1,3 HRT 0,7 Resirkulasi 50 VERIFIKASI NILAI NH 3 PADA KONDISI ANOKSIK 400 500 600 700 800 900 1000 45 60 75 Hari NH 3 mg l percobaan simulasi HRT 1,7 HRT 1,1 HRT 0,6 Resirkulasi 75 Gambar 48 a . Verifikasi konsentrasi NH 3 dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100 Gambar 48 b . Verifikasi konsentrasi NH 3 dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75 Gambar 48 c . Verifikasi konsentrasi NH 3 dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50 Konsentrasi amonia yang terdapat dalam limbah merupakan hasil hidrolisis dari senyawa-senyawa organik berprotein dan perombakan MLVSS yang tidak aktif. Didalam limbah cair, selain terdapat protein juga mengandung karbohidrat dan lemak Lishman et al., 2000. Lemak dalam limbah cair VERIFIKASI NILAI NO 3 - PADA KONDISI AEROBIK 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 15 30 Hari NO 3 m g l percobaan simulasi HRT 1,5 HRT 1 HRT 0,5 Resirkulasi 100 perikanan yang digunakan dalam percobaan terlihat cukup tinggi. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan MLVSS aktif karena lemak mudah menempel pada permukaan flok. Sehingga pemanfaatan amonia untuk pertumbuhan juga menjadi terhambat. Menurut Hu et al. 2003 konversi dari senyawa organik N menjadi senyawa amonia bebas dan amonia alkali FSA= free and saline ammonia ada dua proses, yaitu : a hidrolisis partikel organik N mudah urai secara bio menjadi senyawa organik N terlarut mudah urai secara bio dan b amonifikasi oleh mikroba heterotrofik sebagai kelanjutan dari perubahan organik N terlarut mudah urai menjadi FSA. Proses ini akan sangat menentukan konsentrasi TKN dan NH 3 dalam percobaan, karena keduanya saling terkait. Hasil uji keragaman dengan Uji-t terhadap sebaran hasil percobaan terkoreksi dan simulasi memiliki perbedaan mulai dari 0,85 sampai 29,41 seperti pada Lampiran 15. Menurut Marsili-Libelli dan Tabani 2002 ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidak akuratan model yaitu kestabilan pH operasi dan pengkondisian lumpur aktif. Keduanya terkait pada perilaku “start up “ reaktor. d N-NO 3 - Kisaran konsentrasi nitrat rata-rata pada influen sebesar 3,3 mgl. Sedangkan kisaran nitrat pada effluen reaktor aerobik sebesar 10,8 mgl. Gambar 49 a, Gambar 49 b, Gambar 49 c menunjukkan konsentrasi nitrat NO 3 - pada berbagai variasi HRT dengan resirkulasi 100, 75 dan 50, dan perbandingannya antara hasil percobaan dan simulasi. VERIFIKASI NILAI NO 3 - PADA KONDISI AEROBIK 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 90 105 120 Hari NO 3 mg l percobaan simulasi HRT 2 HRT 1,3 HRT 0,7 Resirkulasi 50 VERIFIKASI NILAI NO 3 - PADA KONDISI AEROBIK 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 45 60 75 Hari NO 3 m g l percobaan simulasi HRT 1,7 HRT 1,1 HRT 0,6 Resirkulasi 75 Gambar 49 a. Verifikasi konsentrasi N-NO 3 - dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100 Gambar 49 b. Verifikasi konsentrasi N-NO 3 - dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75 VERIFIKASI NILAI NO 3 - PADA KONDISI ANOKSIK 5 10 15 20 15 30 Hari NO 3 m g l percobaan simulasi HRT 1,5 HRT 1 HRT 0,5 Resirkulasi 100 VERIFIKASI NILAI NO 3 - PADA KONDISI ANOKSIK 5 10 15 20 45 60 75 Hari NO 3 m g l percobaan sim ulasi HRT 1,7 HRT 1,1 HRT 0,6 Resirkulasi 75 Gambar 49 c. Verifikasi konsentrasi N-NO 3 - dalam reaktor aerobik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50 Gambar 50 a, Gambar 50 b, Gambar 50 c menunjukkan konsentrasi nitrat NO 3 - pada berbagai variasi HRT dengan resirkulasi 100, 75 dan 50, dan perbandingannya antara hasil percobaan dan simulasi. Gambar 50 a. Verifikasi konsentrasi N-NO 3 - dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 100 VERIFIKASI NILAI NO 3 - PADA KONDISI ANOKSIK 5 10 15 20 90 105 120 Hari NO 3 m g l percobaan simulasi HRT 2 HRT 1,3 HRT 0,7 Resirkulasi 50 Gambar 50 b. Verifikasi konsentrasi N-NO 3 - dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 75 Gambar 50 c. Verifikasi konsentrasi N-NO 3 - dalam reaktor anoksik pada berbagai HRT dengan resirkulasi 50 Proses penyisihan nitrat yang dilakukan Dalmacija et al. 1991 dalam Shrimali dan Singh 2001 dengan menggunakan etanol sebagai sumber karbon untuk bakteri denitrifikasi untuk menyisihkan nitrat dari air sungai dengan konsentrasi nitrat 117 mgl, dapat mencapai efisiensi hampir 100. Juga dengan menggunakan sirup glukosa sebagai sumber karbon untuk menyisihkan nitrat dengan konsentrasi 400 mgl efisiensinya mencapai 80 Nurizzo dan Mezzanatte, 1992 dalam Shrimali dan Singh, 2001. Menurut Carta-Escobar et al. 2005 bahwa proses oksidasi amonium dan amonia digambarkan dengan model berordo antara ordo nol zero dan ordo satu. Proses oksidasi amonia akan mengikuti model berordo nol pada konsentrasi lebih tinggi dari 2 mgl. Dalam hal ini terlihat juga adanya hambatan pertumbuhan Nitrosomonas oleh amonia bebas gas pada awal proses oksidasi yang digambarkan pada model kinetik ordo nol. Dalam penelitian ini kebutuhan karbon untuk proses denitrifikasi dipenuhi dari aliran influen limbah. Sehingga lambatnya proses denitrifikasi tersebut diperkirakan disebabkan juga oleh lambatnya proses hidrolisis senyawa SBCOD yang hasilnya merupakan senyawa-senyawa organik sederhana yang terlarut dalam hal ini disebut juga sebagai RBCOD.

5.9. Evaluasi Model Simulasi