PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT (Studi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan manusia
lainnya. Dalam berinteraksi tersebut adakalanya timbul masalah, misalnya terjadi
salah paham lalu berkelahi. Tentunya kita semua berharap masalah tersebut dapat
diselesaikan dengan baik dan akan kembali pada situasi dan kondisi semula,
sehingga akan terwujud suatu keseimbangan sosial. Untuk menciptakan
keseimbangan

sosial

tersebut

diperlukan

upaya-upaya

meminimalisir

penyimpangan-penyimpangan sosial. Upaya-upaya ini dapat dilakukan dengan

berbagai cara, salah satu adalah dengan menciptakan suatu system pengendalaian
sosial (social control). Pengendalaian sosial pada dasarnya memiliki tujuan untuk
mencapai keseimbangan antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam
masyarakat.
Proses pengendalian sosial ini dilaksanakan dengan berbagai cara tapi pada
dasarnya berpokok pada cara-cara tanpa kekerasan ataupun dengan paksaan.
Dalam suatu masyarakat yang secara relatif berada dalam keadaan yang tentram,
maka cara-cara persuasive akan lebih efektif dari pada penggunaan paksaan.
Akan tetapi betapapun tentramnya suatu masyarakat, pasti akan dijumpai wargawarga yang melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang, maka untuk mereka
diperlukan suatu paksaan agar tidak terjadi goncangan-goncangan pada

1

2

ketentraman yang telah ada. Alat-alat yang diperlukan dalam melaksanakan
pengendalian sosial sangatlah beragam. Salah satunya alat tersebut adalah
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Pada dasarnya lembaga-lembaga tersebut
merupakan suatu organisasi dari pola pemikiran, prilaku yang terwujud melalui
aktifitas-aktifitas kemasyarakatan, sehingga lembaga kemasyarakatan terdiri dari

adat-istiadat, tata-kelakuan, kebiasaan, serta unsur-unsur kebudayaan lainnya
yang secara langsung maupun tidak langsung tergabung dalam suatu unit yang
fungsionil.
Dalam perspektif kabupaten Buleleng serta daerah lain di propinsi Bali pada
umumnya terdapat suatu sistem budaya kemasyarakatan bahwa yang mengatur
tentang struktur sosial dan keterkaitan antara kelompok komunitas yang ada yaitu
tokoh-tokoh dalam masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat Toraja memiliki
lembaga dan organisasi sosial yang mengelola kehidupan di lingkungan
perdesaan. Demikian di Kebupaten Buleleng memiliki lembaga social Pecalang
yang memiliki peran penting dalam usaha-usaha membantu memberikan
perumusan kebijakan pembangunan pemerintah Kabupaten Buleleng sehingga
proses pembangunanpun di masyarakat berjalan dengan baik dan berimbang.
Meskipun penanganan terhadap keamanan telah dilakukan sampai ke
tingkat/struktur terkecil pemerintahan akan tetapi di beberapa daerah dibentuk
suatu lembaga keamanan tradisional yang tugas dan wewenangnya hampir sama
dengan Hansip dan Polisi. Salah satunya adalah pecalang yang di bentuk di Bali.

3

Dimana pecalang merupakan satgas (satuan tugas) keamanan tradisional

masyarakat Bali yang mempunyai wewenang untuk menjaga keamanan dan
ketertiban wilayah, baik ditingkat Banjar Pakraman dan atau diwilayah Desa
Pakraman. Sehingga dapat dikatakan pecalang memiliki tugas dan kewajiban
yang sama dengan Polisi dan Hansip, yaitu menjaga keamanan dan ketertiban di
wilayah operasinya.
Pecalang adalah sesuatu yang “tradisional” waluapun mereka sadar tidak
pernah ada yang disebut pecalang di desa mereka sebelumnya mereka mampu
meyakinkan seolah-olah pecalang bagian dari warisan situs kuno yang baru saja
digali. Dengan memakai wacana “Tradisi Bali” pecalang mampu mengapus
dengan sukses kemoderenan meraka. Dengan memakai predikat “penjaga
tradisi.”sekaligus mereka menjadi “penjaga tradisional”
Jadi pecalang merupakan satuan petugas keamanan tradisional di Bali yang
bertugas untuk membantu dan mengamankan berbagai acara ritual umat Hindhu
di bali1. Terlebih lagi pada hari raya nyepi dimana tak ada satupun umat Hindhu
di Bali yang keluar rumah,sehingga mereka harus berpatroli keliling desa untuk
mengamankan desa dari hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka bertugas
membantu jalannya upacara dan ritual Hindhu yang diselenggarakan di desa
mereka. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa telah menjadi perluasan
tugas dan fungsi pecalang untuk mengimbangi peningkatan intensitas dan ragam


1

http://indonesiabicara.com/pecalang-pengemban-misi-keamanan-adat diakses pada tanggal 23
oktober 2011

4

kegiatan sosial, kendati pun peraturan daerah menentukan bahwa pecalang
merupakan satuan tugas tradisional yang bertugas mengamankan kegiatan yang
berkaitan dengan adat dan agama di wilayah desa adat. perubahan sosial juga
berpengaruh pada peningkatan intensitas dan ragam kegiatan sosial juga
berpengaruh pada peningkatan intensitas dan ragam kegiatan sosial yang
berimplikasi pada perubahan tugas dan fungsi pecalang yang ada di desa adat.
Ada beberapa peranan penting yang di urus oleh Pecalang ini sebagai contoh
misalnya, sebagai tokoh keamanan dan ketertiban masyarakat, pemberdaya
masyarakat

dalam

kaitan


ritual-ritual

keagamaan

(Hinduisme),

dan

pengembangan sumber daya alam pariwisata daerah. Peranan sentral Pecalang
terhadap warga masyarakat ini terlegitimisi atau di atur dalam Peraturan Daerah
Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pekraman memberi penegasan eksistensi
pecalang. Dalam Bab 10 pasal 17 Perda tersebut secara khusus diatur perihal
pecalang. Untuk memperkuat eksistensi pecalang berbagai seminar sudah
dilakukan. Perubahan sosial memungkinkan terjadinya peningkatan mobilitas
penduduk, intensitas interaksi sesama manusia dan perekonomian, yang secara
umum berpengaruh pada keteraturan kehidupan masyarakat desa adat di Bali.
Lebih dalam, perubahan sosial juga berpengaruh pada peningkatan intensitas dan
ragam kegiatan sosial yang berimplikasi pada perubahan tugas dan fungsi
pecalang yang ada di desa adat. Perubahan yang terjadi pada tugas dan fungsi


5

pecalang menimbulkan polemik di masyarakat sehingga dipertanyakan eksistensi
pecalang2.
Pecalang bukan hanya menyangkut peranan mereka memperlancar jalan pada
saat upacara adat tetapi pecalang mampu menjaga Bali dari masalah modernisasi.
Orang Bali sering berbicara tentang bagaimana dulu sering terjadi pencurian
sepeda motor, tetapi sejak pecalang berkuasa tak ada orang berani mencuri.
Pecalang sangat dibutuhkan untuk ikut membela wilayahnya mereka. Beberapa
orang yang terlibat pembicaraan menyatakan bahwa Bali yang sudah menjadi
daerah multi-etnis sehingga pecalang dibutuhkan untuk mencegah pencurian dan
kekerasan yang membawa ke Bali oleh orang luar. Ada juga yang menyebut
bahwa pecalang dibutuhkan untuk mengambil alih tugas polisi karena aparat
korup dan tidak mampu lagi mengemban tugas yang seharusnya diembannya.
Bali sudah sangat dikenal di dunia internasional karena ia memiliki kearifan
lokal yang tiada duanya di dunia. Kearifan lokal ini bagaikan rabuk dan tanah
yang amat subur untuk bertumbuh kembangnya nilai-nilai luhur, kesantunan,
kedamaian, kejujuran, keharmonisan, dan kebajikan dalam tatanan kehidupan
masyarakat Bali. Nilai-nilai luhur yang telah tumbuh dengan subur dalam tatanan

kehidupan masyarakat, jadi daya tarik bagi siapapun yang ingin merasakan
kedamaian, keharmonisan, dan ketenteraman dengan keindahan seninya serta
keluhuran nilai budayanya. Dan ini menjadi tanggungjawab moral sebagai bangsa

2

http://indonesiabicara.com/pecalang-pengemban-misi-keamanan-adat/ diakses pada tanggal 23
oktober 2011

6

Indonesia pada umumnya dan putra daerah Bali pada khususnyan untuk selalu
dapat menjaga nilai-nilai luhur tersebut sebagai suatu kearifan lokal bagi
masyarakat Bali yang merupakan bagian utuh dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Sebagai representasi riil dari tanggungjawab tersebut adalah adanya proses
pencarian pemimpin masyarakat di Bali, dengan mengutamakan atau melandasi
pertimbangan kearifan lokal dan nilai-nilai luhur yang dibangun dan dimiliki
masyarakat. Beberapa buah nilai dan bentuk kearifan lokal, termasuk hukum adat,
nilai-nilai budaya dan kepercayaan yang ada sebagian bahkan sangat relevan

untuk diaplikasikan ke dalam proses atau kaidah perencanaan dan pembangunan
wilayah atau kawasan, seperti yang terdapat pada masyarakat Bali. Kaidah-kaidah
tersebut ada yang bersifat anjuran, larangan, maupun persyaratan adat yang
ditetapkan untuk aktivitas tertentu. Selain aspek fisik dan visual, keanekaragaman
budaya sosial kemasyarakatan yang terkandung di dalam kearifan lokal umumnya
bersifat verbal dan tidak sepenuhnya terdokumentasi dan terkelola dengan baik.
Untuk itu, perlu dikembangkan suatu bentuk knowledge management terhadap
berbagai jenis kearifan lokal tersebut agar dapat digunakan sebagai acuan dalam
proses perencanaan dan perancangan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, penulis mengangkat judul tentang PERAN PECALANG
DALAM
TERKAIT

MENDUKUNG
MENJAGA

KEBIJAKAN
KEAMANAN

PEMERINTAH

DAN

DAERAH

KETERTIBAN

7

MASYARAKAT (Studi Di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali). Tulisan ini akan
membahas tentang tipologi kearifan lokal dan kaitannya dengan regulasi serta
peran pecalang, bagaimana upaya mengharmonisasikannya sehingga kearifan
lokal dapat diakomodasikan dengan baik dalam regulasi ataupun perencanaan
kebijakan pembangunan oleh pemerintah daerah di Kabupaten Buleleng.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas peneliti mencoba melakukan penelitian untuk
mengetahui dan memahami tentang peran pecalang dalam mendukung kebijakan
pemerintah dan pembangunan daerah.
1. Bagaimana pola hubungan pecalang dengan dinas kebudayaan dan pariwisata
dalam mendukung kebijakan di Kabupaten Buleleng?

2. Bagiamana peran pecalang dalam mendukung kebijakan pemerintah di
Kabupaten Buleleng?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pola hubungan pecalang dengan dinas kebudayaan dan
pariwisata dalam mendukung kebijakan di Kabupaten Buleleng.
2. Untuk memahami bagiamana peran pecalang dalam mendukung kebijakan
pemerintah di Kabupaten Buleleng.

8

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
keilmuan baik dari aspek Akademis maupun Praktis, diantaranya :
1. Secara Akademis:
Penelitian ini berkaitan dengan penulisan skripsi sehingga penelitian ini dapat
memberi acuan kepada semua pihak yang berkepentingan.
2. Secara Praktis:
Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada organisasi informal (pecalang)

dalam mendukung kebijakan pemabngunan daerah di Kabupaten Buleleng
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

E. Definisi Konseptual
1. Pecalang
Pecalang adalah satuan petugas keamanan tradisional di Bali yang
bertugas untuk membantu dan mengamankan berbagai acara ritual umat
Hindhu di Bali3. Terlebih lagi pada hari raya nyepi dimana tak ada satupun
umat Hindhu di bali yang keluar rumah, sehingga mereka harus berpatroli
keliling desa untuk mengamankan desa dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Hampir setiap kampung di Bali pasti mempunyai minimal 30 pecalang,
mereka bertugas membantu jalanya upacara dan ritual Hindu yang

3

http://indonesiabicara.com/pecalang-pengemban-misi-keamanan-adat/ di unggah pada tanggal 23
oktober 2011

9

diselenggarakan di desa mereka. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa
telah terjadi perluasan tugas dan fungsi pecalang untuk mengimbangi
peningkatan intensitas dan ragam kegiatan sosial, kendatipun peraturan daerah
menentukan bahwa pecalang merupakan satuan tugas tradisional yang
bertugas mengamankan kegiatan yang berkaitan dengan adat dan agama di
wilayah desa adat. Perubahan sosial memungkinkan terjadinya peningkatan
mobilitas penduduk, intensitas interaksi sesama manusia dan perekonomian,
yang secara umum berpengaruh pada keteraturan kehidupan masyarakat desa
adat di Bali. Lebih dalam, perubahan sosial juga berpengaruh pada
peningkatan intensitas dan ragam kegiatan sosial yang berimplikasi pada
perubahan tugas dan fungsi pecalang yang ada di desa adat.
2. Pecalang sebagai Organisasi informal
Didalam sejarah perkembangan umat manusia, orang sudah mengenal
adanya organisasi informal yang turut “memainkan peranan” mereka dalam
proses perkembangan sosial dan yang turut membantu “membentuk sejarah”.
Organisasi informal adalah sekelompok masyarakat (pria atau wanita) yang
berserikat untuk mencapai tujuan, memiliki sejumlah kualitas (objektif
maupun subjektif), yang memungkinkannya mencapai kedudukan sebagai
orang yang dapat mempengaruhi kelakuan serta tindakan suatu kelompok
masyarakat baik dalam arti positif maupun negatif4.

4

Winardi. Pemimpin Dan Kepemimpinan Dalam Management, Alumni, Bandung, 1979, hlm. 11.

10

Organisasi informal yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah

“pecalang” yang merupakan aset kehidupan sosial budaya masyarakat di Bali
dan di Kabupaten Buleleng khususnya. Orientasi peran pecalang sudah
menjadi wacana klasik sebagai organisasi informal yang berperan dalam
mendukung kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Buleleng

F. Definisi Operasional
1. Pola hubungan pecalang :
a. Pola hubungan pecalang dengan Pemerintah Daerah.
b. Pola hubungan pecalang dengan Kelian Adat (Ketua Adat).
c. Pola hubungan pecalang secara langsung dan secara adat.
2. Peran pecalang dalam mendukung kebijakan pemerintah daerah :
a. Peran dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Peran pecalang dalam acara-acara adat.
c. Peran pecalang dalam kebijkan pariwisata.

3. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi

11

tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan,
dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau
dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada
penelitian eksperiman.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali. Alasan
pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan penelitian ini berkaitan dengan
peran Pecalang dalam mendukung kebijakan pemerintah daerah. Sehingga
penelitian diwilayah ini dapat diharapkan peran pecalang bisa membantu
pembuatan kebijakan pemerintah daerah kabupaten Buleleng.
3. Subjek penelitian
Dalam bukunya Suharsimi Arikunto (Manajemen Penelitian) Subjek
penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita
bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang unit
analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti.
Dalam penelitian ini subjek penelitian yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Pecalang di Kabupaten Buleleng
a. Ketua pecalang :
1. I Ketut Sanjaya Ketua Pecalang daerah Kabupaten Buleleng

12

b. Anggota pecalang :
1. Ngurah Satiawa Anggota pecalang Kabupaten buleleng
2. Nyoman Ariadi Anggota Pecalang daerah Kabupaten Buleleng
2. Masyarakat sipil di Kabupaten Buleleng yang terdiri dari:
a. Tokoh adat :
1. kelian adat I Nyoman Dedek Arya Kabupaten Buleleng
b. Masyarakat :
1. Putu Ardika masyarakat Kabupaten Buleleng
2. Rezza Fahlepi masyarakat Kabupaten Buleleng
3. Pemerintah Kabupaten Buleleng :
a. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara dalam memperoleh
data. Teknik pengumpulan data dapat bersumber dari subjek penelitian dan
literatur

perpustakaan

berupa

buku.

Dalam

penelitian

ini

penulis

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut 5:
a. Observasi (pengamatan):
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,
waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk
menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab
5

Iyan Afriani. Jurnal “Metode Penelitian Kualitatif”, 2009

13

pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk
evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan
umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
b. Interview (wawancara):
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara
yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
sosial yang relatif lama.
c. Dokumen:
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk suratsurat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya.
Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi
peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di
waktu silam.Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam,
yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial,

14

klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk,
data tersimpan di website, dan lain-lain.
5. Teknik Analisis Data
Dalam pengelolahan data kualitatif, data yang diolah adalah hal-hal yang
tercantum dan terekam dalam catatan –catatan lapangan hasil wawancara,
pengamatan, ataupun dokumen. Hal ini dikarenakan data kualitatif merupakan
data yang berbentuk kata-kata, kalimat, gambar atau simbol. Analisis data
yang dipakai adalah analisis data kualitatif6. Tahap-tahap analsis data
kualitatif sebagai berikut:
a. Reduksi Data:
Merupakan proses penyederhanaan dan pengkategorian data. Proses
ini pada dasarnya merupakan upaya penemuan tema dan pembentukan
konsep.
b. Displai Data:
Merupakan kegiatan menampilkan data hasil reduksi dan kategorisasi
kedalam materik berdasarkan kriteria tertentu. Proses ini dilakukan untuk
memudahkan peneliti dalam menghubungkan konstruksi data ke dalam
sebuah gambaran sosial yang utuh.

6

Saptono dan Bambang Suteng Sulasmono. Sosiologi, PT. Phibeta Aneka Gama, Jakarta, 200, hlm.
128.

15

c. Penarikan Kesimpulan:
Penarikan kesimpulan aalah upaya mengkonstruksi dan menafsirkan
data dengan motode-metode tertentu untuk menggambarkan secara
mendalam dan utuh mengenai masalah yang akan diteliti.

PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN
PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN
KETERTIBAN MASYARAKAT
(Studi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali)

SKRIPSI

Disusun oleh:
Muhammad Herman
(08230036)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN
PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN
KETERTIBAN MASYARAKAT
(Studi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali)

SKRIPSI
Diajukan sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang

Disusun oleh:
Muhammad Herman
(08230036)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT serta
Sholawat dan Salam kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW yang
telah melimpahruahkan rahmat, kenikmatan serta hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Peran Pecalang Dalam Mendukung
Kebijakan Pemerintah Daerah Terkait Menjaga Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (Studi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali).
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak kiranya dalam
menyelesaikan skripsi ini tidak akan terwujud. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang
2. Dr. Wahyudi, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
3. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
4. Drs. Asep Nurjaman, M.Si Selaku Pembimbing I dan Dra. Tutik
Sulistyowati, M.Si Selaku Pembimbing II daliam penyusunan skripsi ini
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
6. Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng khususnya Pimpinan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata.
7. I Ketut Sanjaya selaku Ketua Pecalang daerah Kabupaten Buleleng
8. Ngurah Satiawa dan Nyoman Ariadi selaku Anggota Pecalang daerah
Kabupaten Buleleng.

9. I Nyoman Dedek Arya selaku Kelian adat (Ketua Adat) Kabupaten
Buleleng
10. Semua masyarakat Kabupaten Buleleng yang sudah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini sebagai informan
11. Teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2008 (A/B) Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, serta semua
pihak yang mendukung baik secaa langsung maupun tidak langsung dalam
proses penyusunan skripsi ini.
Didalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini karena keterbatasan yang ada pada diri
penulis dan untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
yang bersifat membangun dan dengan senang hati penulis terima.
Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
bagi almamater serta para pembaca pada umumnya. Amin

Malang, 2 Mei 2012
Penulis,

Muhammad Herman

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ................................................... v
ABSTRAKSI .................................................................................................vi
ABSTRACT ................................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii
MOTTO ......................................................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
E. Definisi Konseptual ............................................................................ 8
F. Definisi Operasional ......................................................................... 10
G. Metode Penelitian ............................................................................. 10
1. JenisPenelitian ............................................................................ 10
2. Lokasi Penelitian ......................................................................... 11
3. Subjek Penelitian ........................................................................ 11
4. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 12
5. Teknik Analisis Data ................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Pemerintah Daerah .......................................................... 17
1. Pemerintah Daerah ..................................................................... 17
2. Kebijakan Pemerintah ................................................................. 18
B. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat .............................................. 20

C. Organisasi ........................................................................................ 22
D. Perbedaan Organisasi Formal dan Organisasi Informal ..................... 30
E. Kelebihan dan kelemahan Organisasi Informal ................................. 31
F. Model-model Struktur Organisasi ..................................................... 33
G. Fungsi Organisasi ............................................................................. 35
H. Kepemimpinan dalam Organisasi ...................................................... 36
I. Pentingnya Berorganisasi .................................................................. 42
BAB III DESKRIPSI WILAYA H
A. Gambaran Umum Kabupaten Buleleng ............................................. 45
1. Kondisi Geografis ........................................................................ 45
2. Pemerintahan .............................................................................. 47
3. Penduduk .................................................................................... 47
4. Sosial ......................................................................................... 49
5. Agama ....................................................................................... 54
B. Pecalang ........................................................................................... 55
1. Arti Pecalang ................................................................................. 55
2. Macam- macam Pecalang .............................................................. 57
3. Sejarah Pecalang ............................................................................ 60
4. Struktur Pecalang .......................................................................... 63
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
A. Pola Hubungan Antara Pecalang dengan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam Mendukung Kebijakan di
Kabupaten Buleleng ....................................................................... 68
1. Pola Hubungan Pecalang dengan Organisasi Formal (Pemda) ..... 71
2. Hubungan Pecalang dengan Pemimpin In-formal
(Kelian Adat) ............................................................................... 74
a. Hubungan pecalang secara langsung ...................................... 79
b. Hubungan pecalang berdasarkan desa adat ............................. 81
B. Peran Pecalang Dalam Mendukung Kebijakan Pemerintah
Daerah Di Kabupaten Buleleng ....................................................... 83
1. Peran pecalang terkait kebijakan pemerintah daerah

dalam keamanan dan ketertiban di Kabupaten Buleleng ............... 84
2. Peran pecalang terkait kebijakan pemerintah daerah
pada waktu hari raya nyepi dan upacara adat ............................... 89
3. Peran pecalang terkait kebijakan pemerintah daerah
dalam pariwisata di Kabupaten Buleleng ..................................... 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 95
B. Saran ................................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Nama Kecamatan di Kabupaten Buleleng ....................................... 47
Tabel 3.2 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Akhir tahun 2011 .................. 48
Tabel 3.3 Jumlah penduduk akhir tahun dan presentase menurut
jumlah penduduk terbesar 2011 ...................................................... 49
Tabel 3.4 Banyaknya Perguruan Tinggi Negeri, Swasta, Mahasiswa
dan Dosen Tahun 2011 .................................................................... 51
Tabel 3.5 Jumlah Sekolah,Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, SLTP, SLTA
Menurut Kecamatan 2011 ............................................................... 52
Tabel 3.6 Jumlah sarana Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2011 ............ 53
Tabel 3.7 Jumlah Sarana Kesehatan Dirinci Per Kecamatan Tahun 2011........ 54

Daftar Pustaka
Annieeya (2010) dalam buku “desain dan struktur organisasi formal”,Jakarta
Degung Santikarma (2006) dalam buku “Bali Menuju Jagaditha dan

Aneka

Perspektif”,Bali.
H. Imam Suprayoga (2010) dalam buku “Kepemimpinan Pengembangan
Organisasi Team Building dan Perilaku Inovatif”
Iyan Afriani. Jurnal “Metode Penelitian Kualitatif”, 2009
Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Indonesia, FISIPOL UGM,
Jogjakarta, 2003
Ketut Wiana (2004) dalam buku Pecalang desa Pekraman di Bali
Mengutip Ketut Wiana (2004) dalam buku ”Eksistensi Desa Pakraman di Bali”
yang diterbitkan Yayasan Tri Hita Karana
M. Mas’ud Said, MM. (ed.) dalam buku “Kepemimpinan pengembangan
organisasi team building dan perilaku inovatif.
Miftah Thoha, Pempinaan Organisasi Proses Diagnosa dan Intervensi (jakart :
RajaGrafindo Persada, 2002),
Made Rimbawa (2005)

dalam jurnal ilmiah “peranan pecalang dalam

pengamanan dan ketertiban masyarakat”,Bali.
Nyoman Yoga Segara (2010) dalam modul 8 “organisasi Informal”,Bali.
Pelaksanaan pemerintah daerah sehingga membuat pemerintah daerah dalam
menafsirkan pelaksanaan undang-undang tidak secara sistematis dan
menyeluruh.

Saptono dan Bambang Suteng Sulasmono. Sosiologi, PT. Phibeta Aneka Gama,
Jakarta, 2000.
Syawaludin (2011) dalam buku “arti kepemimpinan dalam organisasi”September.
Winardi. Pemimpin Dan Kepemimpinan Dalam Management, Alumni, Bandung,
1979.
Wibowo Edi, 2004. Hukum dan Kebijakan Publik, Yayasan Pembaruan
Administrasi Publik Indonesia, Yogyakarta.
UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Data dari Internet :
http://indonesiabicara.com/pecalang-pengemban-misi-keamanan-adat

diakses

pada tanggal 23 oktober 2011
http://tkampus.blogspot.com/2012/03/organisasi-formal-dan-informal.html
diakses pada tanggal 24 november
http://www.massofa.wordpress.com/kajian

ilmu

kebijakan

dan

pengertian

kebijakan/13 november 2008.antikorupsi diakses pada tanggal 14 Februari
2012