Gambaran Tingkat Depresi pada Lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

(1)

F

UNI

SKRIPSI

Oleh

Rahmayani

111101006

FAKULTAS KEPERAWATAN

NIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

(3)

(4)

serta shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Gambaran tingkat depresi pada lansia di Desa Ulunuwih

Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah”. Skirpsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang dihadapi penulis, namun dengan berkat dan karunia dari Allah SWT, disertai usaha dan kemauan penulis, serta bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, sehingga kesulitan dapat diatasi.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapakan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada berbagai pihak, yaitu:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati SKp, MNS selaku pembantu Dekan I

3. Ibu Evi Karota Bukit, SKp, MNS selaku pembantu Dekan II, dosen pembimbing akademik penulis, dan sebagai dosen penguji II yang telah membantu mengarahkan dalam penulisan skripsi

4. Bapak Ihksanuddin Harahap, S.Kp, MNS selaku pembantu Dekan III. 5. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing yang telah


(5)

dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan proposal

8. Penghargaan dan terimakasih yang sangat mendalam kepada ayahanda (M.Nur) dan ibunda (Salian) tercinta yang telah memberikan dukungan

moril maupun materi, do’a dan senyumannya yang tiada henti selama

penulis menjalani pendidikan

9. Kakanda (Supiati dan Syukurdi) yang telah memberikan dukungan, do’a dan moril serta membantu dalam hal materi kepada penulis.

10.Adinda (M. Husaini dan Ruhama) yang telah memberikan dukungan, do’a dan moril kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan di HTI yang telah memberikan dukungan,

do’a dan moril kepada penulis.

12. Teman-teman S1 Keperawatan Reguler Stambuk 2011 yang tidak tersebut satu persatu terimakasih atas dukungannya.

Medan , 30 Juni 2015 Penulis


(6)

Halaman Pernyataan Orisinalitas ...ii

Halaman Pengesahan...iii

Kata Pengantar

...

iv

Daftar Isi

...

vi

Daftar Tabel

...

viii

Daftar Skema

...

ix

A

bstrak

...

x

Abstract

...

xi

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat penelitian... 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka ...7

2.1 Konsep Lansia... 7

2.1.1 Defenisi Lansia ... 7

2.1.2 Batasan-Batasan Lansia ... 8

2.1.3 Teori-Teori Proses Menua... 8

2.1.4 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia ... 10

2.1.5 Program Kesehatan Pada Lansia ... 15

2.2 Konsep Depresi ... 17

2.2.1 Definisi Depresi ... 17

2.2.2 Gejala-Gejala Depresi ... 18

2.2.3 Penyebab Depresi... 19

2.2.4 Tingkatan Depresi ... 22

2.2.5 Dampak Depresi... 23

2.2.6 Penatalaksanaan Depresi pada Lansia... 24

2.2.7Geriatric depression Scale... 26

Bab 3. Kerangka Penelitian... 30

3.1 Kerangka Konseptual ... 30

3.2 Defenisi Konseptual dan Operasional ... 31

Bab 4. Metodotologi Penelitian ...32

4.1 Desain Penelitian... 32

4.2 Populasi, Sampel, dan Tehnik Sampel ... 32

4.2.1 Populasi ... 32

4.2.2 Sampel dan tehnik sampel... 32

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33


(7)

4.7 Pengolahan Data dan analisis Data ... 37

4.7.1 Pengolahan data ... 37

4.7.2 Analisis data ... 37

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 39

5.1 Hasil Penelitian... 39.

5.1.1 Data Demografi Responden... 39

5.1.2 Distribusi Tingkat Depresi pada Lansia ... 41

5.2 Pembahasan ... 42

5.2.1 Tingkat Depresi pada Lansia ... 42

Bab 6. Kesimpulan... 47

6.1 Kesimpulan ... 47

6.1.1 Data Demografi Responden... 47

6.1.2 Tingkat Depresi Pada Lansia ... 47

6.2 Saran ... 48

Daftar Pustaka ... 50 Lampiran-lampiran:

Lampiran 1. Penjelasan Penelitian

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3. Instrumen Penelitian

Lampiran 4. Hasil Penelitian Lampiran 5 Master Tabel Lampiran 6. Jadwal Tentativ

Lampiran 7. Surat Izin Survei Awal Penelitian Lampiran 8. Komisi Etik Penelitian

Lampiran 9. Surat Izin Pengambilan Data Lampiran 10. Surat Selesai Penelitian Lampiran 11. Taksasi Dana

Lampiran 12. Bukti Bimbingan Lampiran 13. Riwayat Hidup


(8)

(9)

(10)

Tahun Akademik : 2015

ABSTRAK

Lanjut usia (lansia) sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia sering menimbulkan permasalahan yang dapat memicu terjadinya depresi. Depresi adalah gangguan kejiwaan yang paling umum dan prevalensinya cukup tinggi pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen kabupaten Aceh Tengah.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 77 orang lansia yang berusia 55 tahun keatas. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, dimulai dari tanggal 7 sampai 28 Februari 2015. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah Geriatric Depression Scale (GDS) 30-item. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa angka kejadian depresi pada lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah adalah 45 (58%) dari 77 responden mengalami depresi dalam kategori ringan, karena pada penelitian ini lansianya kebanyakan masih tergolong dalam keadaan sehat dan masih mempunyai pasangan hidup. Adapun yang mengalami depresi dalam penelitian ini kebanyakan disebabkan oleh faktor penyakit, pendidikan dan kehilangan pasangan yang sebagian dialami oleh lansia di Desa Ulunuwih tersebut. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan terutama tingkat depresi pada lansia dengan penyakit tertentu. Kata kunci: Depresi, Lanjut usia


(11)

Department : S1 (Undergraduate) Nursing

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Old people as the last stage of human life cycle usually get problems which cause depression. Depression is the most general mental disorder, and its prevalence is high in old people. The objective of the research was to find out the description of the level of depression in old people at Ulunuwih village, Bebesan Subdistrict, Aceh Tengah District. The research used descriptive method. The samples were 77 old people who were above 55 years old, taken by using total sampling technique. The research was conducted at Ulunuwih village, Bebesan Subdistrict, Aceh Tengah District from February 7 to February 28, 2015.The instrument of the research was 30 items of Geriatric Depression Scale (GDS). The result of the research showed that 45 respondents (58%) underwent mild depression since most of them were still healthy and has spouses. In this research, it was found that depression was mostly caused by diseases, education, and loss of spouses at Ulunuwuh village. It is recommended that the next researches carry on the same topic with more levels of depression in old people with different illnesses.


(12)

Penduduk lansia diseluruh dunia tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya, hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia mencapai 9,77% dari total penduduk pada tahun 2010 dan akan menjadi 11,34% pada tahun 2020 (BPS, 2007). Di negara maju, pertambahan populasi/penduduk lanjut usia telah di antisipasi sejak awal abad ke-20. Tidak heran bila masyarakat di negara maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangannya. Namun saat ini, negara berkembang pun mulai menghadapi masalah yang sama. Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degeneratif. Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia (Nugroho, 2008).

Berdasarkan data yang ada menunjukkan jumlah penduduk lansia (usia 60 tahun keatas) tahun 2003 sebanyak 16,1 juta jiwa dan pada tahun 2004 sebanyak 17,7 juta dan diestimasikan pada 2020 jumlah lansia Indonesia sekitar 35 juta jiwa. Dari 17,7 juta jiwa penduduk lansia saat ini, sekitar 3 juta orang diantaranya terlantar ditandai mereka tergolong miskin dan tidak memiliki anggota keluarga


(13)

masih memiliki keluarga (Darmojo, 2006). Badan Pusat Statistik (BPS) juga memperkirakan, tahun 2020 lanjut usia di Indonesia akan berjumlah 28,8 juta atau 11,34% dari jumlah penduduk Indonesia (Kemensos, 2012).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi di mulainya sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis (Nugroho, 2008). Proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan seperti sedih, cemas, kesepian, dan mudah tersinggung. Perasaan tersebut merupakan masalah gangguan kesehatan jiwa mulai dialami oleh golongan lansia pada saat mereka mulai merasakan adanya tanda-tanda terjadinya proses penuaan pada dirinya. Ada beberapa faktor resiko yang mendukung terjadinya masalah kesehatan jiwa pada lansia yaitu keadaan fisik yang buruk, perpisahan dengan pasangan, pemahaman dan transportasi yang tidak memadai, sumber finansi berkurang, dukungan sosial berkurang dan lain sebagainya (Maryam, 2008).

Perubahan-perubahan secara fisik maupun mental banyak terjadi saat seseorang memasuki usia senja. Hal ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Penyakit-penyakit mental akibat penuaan seperti depresi, demensia, delirium, ansietas, paranoid dan sebagainya. Pada lansia depresi merupakan salah satu problem yang sering ditemukan


(14)

(Wirakusumah, 2000). Prevalensi kejadian depresi cukup tinggi hampir lebih dari 350 juta penduduk dunia mengalami depresi dan merupakan penyakit dengan peringkatke-4 di dunia (WHO, 2013 ). Data berbagai penelitian ahli psikiatri di luar negeri menunjukkan, prevalensi umum yang mencakup semua kelompok depresi baik ringan maupun berat adalah 24% pada wanita dan 15% pada pria (Pranowo, 2004). Umumnya angka depresi terjadi dua kali lebih tinggi di kalangan lansia daripada orang dewasa (Alexopoulus, Bruce Hull, Sirey & Kakuma, 1998). Penelitian menunjukkan bahwa tingkat depresi meningkat pada usia lanjut, 15% orang-orang di atas usia 60 tahun menderita depresi. Ada hubungan antara depresi pada orang-orang yang lebih tua dan orang-orang yang tinggal sendirian. Dalam Gallo dan Gonzales (2001) disebutkan bahwa angka depresi pada pasien lansia dengan penyakit medis serius adalah lebih tinggi. Depresi dialami oleh sekitar 40% pasien dengan stroke, 35% pasien dengan kanker, 25% pasien dengan penyakit Parkinson, 20% pasien dengan penyakit kardiovaskular, dan 10% pasien dengan diabetes.

Depresi merupakan suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaaan tidak ada harapan lagi. Depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh, mulai dari perasaan murung sampai pada keadaan tak berdaya (Pranowo, 2004). Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini. Hal ini amat penting karena orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun dan ini amat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat, bangsa dan negara yang sedang membangun. Orang yang mengalami depresi adalah orang yang amat menderita. Depresi adalah


(15)

penyebab utama tindakan bunuh diri, dan tindakan ini menduduki urutan ke-6 dari penyebab kematian utama di Amerika Serikat (Hawari, 2013).

Pada lansia yang mengalami depresi yang berkelanjutan akan mengalami krisis mental, bilamana tidak teratasi maka individu yang bersangkutan akan jatuh dalam keadaan yang lebih buruk lagi (bunuh diri) (Maramis, 2004). Oleh karena itu, kesehatan manusia usia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (UU kesehatan No. 23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1), (Fatimah, 2010).

Berdasarkan survei awal yang diperoleh penulis bahwa di desa Ulunuwih jumlah penduduk yang lanjut usia berjumlah 77 orang dari 419 jiwa penduduk. Penduduk lansia tersebut banyak mengalami perubahan disebabkan karena faktor psikososial seperti kehilangan peran sosial akibat pensiun, kehilangan mata pencaharian, kehilangan teman-teman dan orang-orang yang dicintai seperti kehilangan anak, atau yang lebih sering kehilangan pasangan, ketidakmampuan fisik akibat penyakit kronis yang dapat menyebabkan keterbatasan untuk melakukan aktivitas sosial atau aktivitas di waktu luang (leisure activities) yang bermakna, isolasi, dan berkurangnya kualitas dukungan sosial. Dengan keadaan yang demikian, akan dapat menimbulkan tanda-tanda depresi pada lansia di Desa Ulunuwih tersebut. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kepada para lansia yang tinggal di Desa Ulunuwih


(16)

Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada lansia tersebut.

1.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran tingkat depresi pada lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran tingkat depresi pada lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya tentang tingkat depresi pada lansia

1.4.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tenaga perawat professional sebagai salah satu wacana dalam memberikan konseling tentang perawatan gerontik, khususnya tentang tingkat depresi pada lansia yang ada di keluarga maupun lansia yang ada di panti


(17)

1.4.3 Penelitian Keperawatan

Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan yang berhubungan dengan depresi pada lansia

1.4.4 Lanjut Usia

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan menambah pengetahuan kepada lansia sebagai pencegahan timbulnya depresi


(18)

2.1.1 Definisi Lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi di mulainya sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis (Nugroho, 2008). Sedangkan menurut Hurlock (1999), lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah ”beranjak

jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu

yang penuh manfaat.

Menurut UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1 “Manusia lanjut usia (Growing old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya” (Fatimah,

2010).

Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.


(19)

Pada usia lanjut proses penuaan terjadi secara alamiah seiiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan dan keadaan fungsional yang efektif (Maryam, 2008).

2.1.2 Batasan-Batasan Lansia

Umur yang di jadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60 sampai 65 tahun. Menurut WHO ada empat tahap batasan umur yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45 sampai 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60 sampai 74 tahun, dan usia lanjut usia (old) antara 75 sampai 90 tahun, serta usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Nugroho, 2008).

Di indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Hal ini di pertegas dalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2008).

Menurut pendapat Nugroho (2008), dinyatakan bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang lanjut usia atau jompo setelah yang bersangkutan umur 55 tahun. Depkes RI (2003, dalam Pangastuti, 2008) menggolongkan lansia dalam tiga kategori, yaitu: lansia dini (55-64 tahun), lansia (65-70 tahun), dan lansia resiko tinggi (lebih dari 70 tahun).

2.1.3 Teori-Teori Proses Menua 2.1.3.1 Teori“Genetic clock”

Menurut teori ini menua telah terprogram secara spesifik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies-spesies mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi


(20)

menurut konsep ini bila jam kita itu berhenti akan meningagl dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal (Darmojo, 2006).

Konsep “genetic clock” didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.

2.1.3.2 Mutasi somatik (teoriError Catastrople)

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari terkenanya radiasi atau terkena zat kimia yang bersifat karsinogenik atau toksik, dapat memperpanjang umur.

Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. 2.1.3.3 Rusaknya sistem imun tubuh

Mutasi yang berulang atau berubahnya protein pascatranslasi, dapat menyebabnya bekurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein, 1989).


(21)

Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen/antibodi yang luas mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi histoinkontabilitas pada banyak jaringan.

2.1.3.4 Teori menua akibat metabolisme

Pengurangan ”intake” kalori pada rodentia mud akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena penururan jumlah kalori tersebut, antara lain disebabkan karena penurunan jumlah kalori tersebut, antara lain disebabakan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang merangsang proliferasi sel, misalnya insulin, dan hormon pertumbuhan.

2.1.3.5 Kerusakan akibat radikal bebas

Radikal bebas (RB) dapat terbentuk di alam bebas, dan didalam tubuh jika fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan didalam rantai pernafasan didalam mitokondria (Oen, 1993). Tidak stabilnya radikal bebas atau kelompok atom mengakibatkan oksidasi oksigen bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak bisa regenerasi.

2.1.4 Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lansia

Contantinides (1994), mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008).


(22)

2.1.4.1 Perubahan perubahan fisik 1. Perubahan sel

Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10% (Nugroho, 2008).

2. Sistem persarafan

Terjadi penurunan berat otak sebesar 10-20%, cepatnya menurun hubungan persarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya stres, mengecilnya saraf panca indera, serta kurang sensitifnya tehadap sentuhan. Pada sistem pendengran terjadi presbiakusis (gangguan dalam pendengaran) hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi-bunyi atau nada-nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, otoklerosisakibat atrofi membran timpani, serta biasanya pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres (Nugroho, 2008).

3. Sistem penglihatan

Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengalaman sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi,


(23)

menurunnya lapangan pandang, serta menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

4. Sistem kardiovaskuler

Terjadi penurunan elastisitas aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, kurangnya elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak, serta meningginya tekanan darah akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah dan perifer.

5. Sistem pengaturan

Temperatur tubuh terjadi hipotermi secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan reflex menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun.

6. Sistem respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, kemampuan untuk batuk berkurang, serta kemampuan kekuatan otot pernafasan menurun.

7. Sistem gastrointestinal

Terjadi kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, atau pahit, esophagus melebar,


(24)

rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, serta melemahnya daya absorbs.

8. Sistem reproduksi

Terjadi penciutan ovary dan uterus, penurunan lendir vagina, serta atrofi payudara, sedangkan pada laki-laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur, kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik.

9. Sistem perkemihan

Terjadiatrofi nefrondan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

10. Sistem endokrin

Terjadi semua penurunan produksi hormon, mencakup penurunan aktivitas tiroid, BMR, daya pertukaran zat, produksi aldosteron, progesterone, estrogen, dantestosteron.

11. Sistem integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses kreatinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis, rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya, serta kelenjar keringat yang berkurang jumlah dan fungsinya.


(25)

12. Sistem muskuluskeletal

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis, pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalamisclerosis, sertaatrofiserabut otot.

2.1.4.2. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu, pertama-tama perubahan fisik khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas dan lingkungan).

2.1.4.3 Perubahan psikososial

1) Pensiun nilai seseorang sering di ukur oleh produktivitasnya, dikaitkan dengan peran dalam pekerjaanya, 2) Merasakan atau sadar akan kematian, 3) Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit, 4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, 5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan, 6) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial sehingga timbul depresi, 7) Gangguan saraf panca indera timbul kebutaan dan ketulian, 8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan, 9) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga.


(26)

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya, dan lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.

2.1.5 Program Kesehatan Pada Lansia

Pada umunya para lanjut usia (lansia) yang berumur 71 ke atas mudah terkena depresi. Oleh karena itu, program pembinaan kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan pengembangan dapat dilakukan dengan berbagai cara (Pujiyono, 2007), sebagai berikut:

a. Upaya Promotif

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas masyarakat lanjut usia.

1) Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Menurut Winslow (2010), PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena bidang garapanya adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam bidang kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visi Promosi Kesehatan dan dapat di praktekan pada


(27)

masing-masing tatanan. Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok, melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan lingkungan seperti rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.

2) Gizi untuk Lanjut Usia

Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi, yang seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar tercapai kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.

b. Upaya Preventif

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia (posyandu lansia) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lanjut usia.

c. Upaya Kuratif

Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinkan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa. Bila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat.


(28)

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.

2.2 Konsep Depresi 2.2.1 Definisi Depresi

Depresi merupakan suatu gangguanmood. Mood adalah suasana perasaan yang meresap dan menetap yang dialami secara internal dan yang mempengaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunia (Sadock & Sadock, 2007). Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif), mood yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa (Yosep, 2007).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi. DR Jonatan Trisna menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tak berdaya (Pranowo, 2004).

Depresi juga merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan yang tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain, dan tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat


(29)

seksual tidak ada, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Jhon Wiley, 2004).

2.2.2 Gejala-Gejala Depresi

Gejala-gejala depresi dalam buku David (2004), adalah sebagai berikut: a). Gambaran emosi berupa: Mood depresi, sedih atau murung, iritabilitas, ansietas, anhedonia, kehilangan minat, kehilangan semangat, ikatan emosi berkurang, menarik diri dari hubungan interpersonal, preokupulasi dengan kematian.

b). Gambaran kognitif berupa: Mengkritik diri sendiri, perasaan tidak berharga, rasa bersalah, pesimis, tidak ada harapan, putus asa, perhatiannya mudah teralih, konsentrasi buruk, tidak pasti dan ragu-ragu berbagai obsesi, keluhan somatik (terutama pada orang tua), gangguan memori, waham dan halusinasi.

c). Gambaran vegetatif berupa: Lesu, tidak ada tenaga, insomnia atau hipersomnia, anoreksia atau hipereksia, penurunan berat badan atau penambahan berat badan, retardasi psikomotor, agitasi psikomotor, libido terganggu, variasi durnal yang sering.

Adapun gejala klinis depresi dalam buku Hawari (2013), disebutkan bahwa:

1) Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa tidak berdaya, perasaan bersalah, berdosa menyesalan, 2) Nafsu makan menurun, 3) Berat badan menurun, 4) Konsentrasi dan daya ingat menurun, 5) Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaiknya hipersomnia (telalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan


(30)

mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnuya mimpi orang yang telah meninggal, 6) Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh, gelisah, atau lemah tak berdaya), 7) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun, 8) Gangguan seksual (libido menurun), 9) Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri.

2.2.3 Penyebab Depresi

Untuk menemukan penyebab depresi kadang-kadang sulit sekali karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab dapatlah dirangkumkan sebagai berikut:

a. Karena kehilangan

Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Archibald menyebut empat macam kehilangan: pertama, kehilangan abstrak: kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi. Kedua, kehilangan sesuatu yang kongkrit: rumah, mobil, protet, orang atau bahkan binatang kesayangan. Ketiga, kehilangan hal yang bersifat khayal: tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang. Keempat, kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang: menunggu hasil tes kesehatan, menunggu hasil ujian,dll

b. Reaksi terhadap stres

Delapan puluh lima persen depresi ditimbulkaan oleh stres dalam hidup. c. Terlalu lelah atau capek


(31)

d. Gangguan atau serangan dari kuasa kegelapan. e. Reaksi terhadap obat

Beberapa ahli juga memberikan penjelasan mengenai penyebab depresi. Faktor-faktor penyebabnya terdiri dari faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Tarigan, 2009).

a. Faktor Biologi

Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus.

b. Faktor Genetik

Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 50 %, sedangkan dizigot 1–25%.

c. Faktor Psikososial

Mungkin faktor inilah yang banyak diteliti oleh ahli psikologi. Faktor psikososial yang menyebabkan terjadinya depresi antara lain: 1) Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan: suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan mood. 2) Faktor kepribadian Premorbid: Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi


(32)

terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipe-tipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya.

3) Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik: Freud menyatakan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkan kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang. Depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa.

4) Ketidakberdayaan yang dipelajari: Di dalam percobaan, di mana binatang secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang tersebut akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak berdaya.

5) Teori Kognitif: Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi Asikal H.S. dalam Tarigan (2008) Dia mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu: a) Pandangan negatif terhadap masa depan, b) Pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga, c) Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup.


(33)

2.2.4 Tingkatan Depresi

Ada beberapa tingkatan depresi menurut Kusumanto (2010), diantaranya: a. Depresi Ringan

Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses fikir komunikasi sosial dan rasa tidak nyaman.

b. Depresi Sedang

1) Afek: murung, cemas, kesal, marah, menangis. 2) Proses fikir: perasaan sempit, berfikir lambat, kurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat. 3) Pola komunikasi: bicara lambat, kurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat. 4) Partisipasi sosial: menarik diri tidak mau melakukan kegiatan, mudah tersinggung.

c. Depresi Berat

1) Gangguan afek: pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang, 2) Gangguan proses fikir, 3) Sensasi somatik dan aktivitas motorik: diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tidak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan.

Pada umumnya, yang rentang terkena depresi adalah orang cacat dan lanjut usia (lansia), dengan tingkat depresi rata-rata depresi berat. Hal ini disebabkan karena mereka menganggap bahwa perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas (Tarigan, 2009).


(34)

2.2.5 Dampak Depresi

Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh karena bila tidak diobati dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis.

Pada depresi dapat dijumpai hal-hal seperti di bawah ini (Mudjaddid, 2003): a. Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit

kardiovaskuler

b. Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk penyakit kardiovaskular. (Misal: peningkatan hormon adrenokortikotropin akan meningkatkan kadar kortisol).

c. Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan menimbulkan efek trombogenesis.

d. Perubahan suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan respons imunitas termasuk perubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.

e. Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas selnatural killer.

f. Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program pengobatan maupun rehabilitasi.

Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun-tahun dan dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi


(35)

morbiditas dan mortalitas akibat bunuh diri dan penyebab lainnya (Unutzer, 2007). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi pada lansia menyebabkan peningkatan penggunaan rumah sakit dan outpatient medical services (Blazer, 2003).

Depresi mayor pada lansia setelah masa follow-up yang lebih lama menunjukkan perjalanan yang kronik pada beberapa penelitian (Blazer, 2003). Penelitian-penelitan menunjukkan bahwa orang-orang yang pernah memiliki suatu episode depresi mayor cenderung memiliki episode tambahan. Lansia mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih dari depresi dan memiliki waktu untukrelapseyang lebih singkat daripada orang-orang yang lebih muda (Gallo & Gonzales, 2001).

2.2.6 Penatalaksanaan Depresi Pada Lansia

Penatalaksanaan yang adekuat menggunakan kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai pendekatan multidisiplin yang menyeluruh. Terapi diberikan dengan memperhatikan aspek individual harapan-harapan pasien, martabat (dignity) dan otonomi/kemandirian pasien. Problem fisik yang ada bersama-sama dengan penyakit mental harus diobati.

1) Terapi fisik

a. Obat (Farmakologis)

Secara umum semua jenis obat antidepresan sama efektivitasnya. Pengobatan dimulai dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala. Beberapa kelompok anti depresan adalah


(36)

Trisiklik, SSRI'S (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitors), MAOI's (Monoamine Oxidase Inhibitors) dan Lithium.

b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT) 2) Terapi Psikologik

a. Psikoterapi: Psikoterapi Individu dan kelompok paling efektif dilakukan bersama-sama dengan pemberian anti depresan. Perlu diperhatikan teknik psikoterapi dan Kecocokan antara pasien dengan terapis sehingga pasien merasa lebih nyaman, lebih percaya diri dan lebih mampu mengatasi persoalannya sendiri.

b. Terapi Kognitif: bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mapu, dsb) ke arah pola pikir yang netral atau yang positif.

c. Terapi Keluarga: problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga dukungan/supportterhadap pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominasi menjadi dependen pada orang usia lanjut. Tujuan dari terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan frustrasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki sikap/struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien.

d. Penanganan ansietas: teknik yang umum dipakai adalah program relaksasi progresif baik secara langsung dengan infra struktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari.


(37)

3) Komorbiditas

Komorbiditas didefinisikan sebagai adanya dua atau lebih gangguan psikiatrik atau gangguan psikiatrik dengan penyakit fisik lain pada seorang pasien pada waktu yang sama. Komorbiditas mempunyai implikasi terhadap diagnosis, terapi, dan prognosis. Contoh sakit kepala, putus asa, retardasi psikomotor agak sulit untuk dikaitkan apakah ini suatu problem organik atau mungkin suatu keadaan depresi? Kapan dan bagaimana memulai terapi antidepresan pada pasien dengan penyakit fisik berat? Jelas bahwa kondisi komorbiditas akan memperburuk kualitas hidup dan menghambat penyembuhan pasien. Menurut Katona dalam Depkes RI (2001), menyatakan kejadian depresi berat meningkat pada pasien dengan penyakit medik/fisik. Sementara depresi akan memperkuat gejala fisik. Kemorbiditas juga meningkatkan hendaya fungsional/disabilitas.

Kondisi-kondisi Kemorbiditas yang sering dijumpai Menurut Depkes RI (2009), adalah: a) Gangguan depresi dan stroke, b) Gangguan depresi dan diabetes mellitus, c) Gangguan depresi dan infark miokard/penyakit jantung koroner, d) Gangguan depresi dan penyakit parkinson, e) Gangguan depresi dan penyakit lain (Alzheimer, Huntington, dll).

2.2.7 Geriatric Deprssion Scale(GDS)

Pentingnya mendeteksi depresi semakin disadari apalagi depresi yang terjadi pada lansia sulit diketahui. Untuk itu, alat pendeteksi depresi dibuat untuk memudahkan professional kesehatan mendeteksi gejala depresi. Nama instrument pendeteksi ini adalah Geriatri Depresion Scale (GDS). Alat skrining ini terdiri dari 30 pertanyaan yang akan dijawab oleh klien. Para klien hanya


(38)

menjawab dengan jawaban Ya atau Tidak pada setiap pertanyaan yang diajukan yang terdiri dari pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Kemudian digunakan untuk mengetahui tingkat depresi yang dibedakan menjadi: depresi ringan dengan jumlah total skornya adalah 1-10, depresi menengah atau sedang dengan jumlah total skor 11-20, dan depresi berat dengan jumlah total skor 21-30. Namun apabila tidak terdapat satu gejala depresi pun maka dikatakan normal atau tidak ada gejala depresi. GDS ini dibuat oleh Brink dan Yesavage pada tahun 1982 dan telah diadopsi dan dibakukan oleh Dep.Kes.RI (2000) dan sudah dilakukan uji reliabilitas di beberapa tempat di Indonesia. Dalam penelitian Christine 2010, reliabiitas untuk koesioner depresi pada lansia yang telah dilakukan pada lansia di Kelurahan Padang Budan Kecamatan Medan Baru adalah (r=0,819). Dalam penelitian Ericha 2013, uji reliabilitas tingkat depresi pada lansia di komunitas masyarakat di JEMBER didapatkan hasil (r=0,746). Instrumen ini telah diuji reliabilitasnya dengan hasil yang tinggi, baik antar psikiater dengan psikiater (r = 0,95) maupun antar psikiater dan dokter non psikiater di indonesia (r = 0,94). Uji sensitifitas alat ukur ini cukup tinggi yaitu 97,4% dan spesifitas sebesar 87,5% (Iskandar & Setyonegoro dalam Marchira, 2004). GDS juga bisa digunakan untuk mengkaji tingkat depresi lansia yang berada di institusi. Hal ini sudah diuji oleh Parmelee et al, 1989 pada lansia di panti dan kompleks rumah khusus lansia yang berjumlah 806 bahwa nilai pada tiap pernyataan yang jumlahnya 30, semuanya valid dan reliabel.

Geriatri Depresion Scale (GDS) dapat digunakan pada lansia dengan gangguan kognitif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


(39)

Lopez, Quan dan Carvazal tahun 2010 bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan bagi penderita gangguan kognitif ataupun tidak dalam penggunaan GDS ini. Pada penelitian Cornett tahun 2009 GDS dipakai untuk membedakan tingkat kerusakan kognitif pada lansia mulai dari lansia dengan tanpa gangguan kognitif, lansia dengan perubahan kognitif sedang, demensia tipe alzeimer dan demensia vascular. Walaupun hasilnya menyatakan bahwa GDS baik yang terdiri dari 30 pertanyaan maupun 15 pertanyaan secara umum tidak dapat membedakan jenis demensia, namun peneliti ini menggunakan GDS pada responden lansia dengan berbagai tingkat demensia. Hal ini membuktikan bahwa GDS dapat digunakan untuk lansia tanpa gangguan kognitif dan dengan gangguan kognitif.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Adam et al tahun 2004, mereka mengelompokkan setiap pernyataan di GDS menjadi 5 klasifikasi besar. Klasifikasinya yaitu perasaan depresi (dysporia), cemas, gangguan kognitif/memori, agitasi (gejolak emosi), dan tiga serangkai (dimensi) menarik diri, apatis dan semangat (MAS). Klasifikasi dysporia punya subklasifikasi lagi yang dikelompokkan ke dalam putus asa. Pengelompokan ini dibuat agar pengukuran lebih akurat dan jelas. Hal ini memudahkan para peneliti dalam menggali gejala mana yang lebih dominan (Adam, et al 2004) sehingga bisa memilih pengobatan yang sesuai dengan gejala yang ada.

Pernyataan yang termasuk kedalam klasifikasi dysporiaadalah pernyataan nomor 1, 3, 4, 5, 16, 21, 23, 25 dan 29, klasifikasi dysporia secara umum menggambarkan perasaan sedih, tertekan (depresi), putus asa, dan kosong. Sedangkan subklasifikasi dysporia yaitu putus asa ada pada pernyataan nomor 2,


(40)

10, 17, dan 22. Secara umum klasifikasi ini menggambarkan keputusasaan, ketidakberdayaan, dan perasaan tidak berharga. Ide untuk bunuh diri merupakan tujuan akhir setelah menjalani hidup yang tidak bergairah dan tidak bersemangat dari orang depresi dengan keputusasaan dan ketidakberdayaan (Adam, et al, 2004). Sehingga orang depresi yang berusaha untuk bunuh diri memiliki gejala-gejala yang dominan pada klasifikasi ini. Lalu pernyataan nomor 13, 18 dan 27 termasuk ke dalam klasifikasi cemas. Selanjutnya yang termasuk klasifikasi gangguan kognitif memori adalah nomor 9, 14, 19, 26 dan 30. Lalu klasifikasi yang termasuk dalam gejala agitasi yaitu nomor 8, 11 dan 24. Dan yang termasuk klasifikasi terakhir yaitu MAS adalah nomor 7, 6, 12, 15, 20, dan 28. Di dalam MAS ini secara umum digambarkan pengalaman dan prilaku yang dipengaruhi oleh umur, kelemahan fisik dan masalah kesehatan.


(41)

Kerangka konseptual adalah merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya (Hidayat, 2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kategori tingkat depresi yang dihasilkan dalam mengidentifikasi hasil depresi pada lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, dengan hasil ukur yang didapatkan yaitu tidak ada tanda dan gejala depresi, tingkat depresi ringan, depresi sedang, dan depresi berat.

Berdasarkan uraian pada bab 2, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Skema 1. Gambaran tingkat deresi pada lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

Kategori tingkat depresi:  Tidak ada tanda dan

gejala depresi  Ringan  Sedang  Berat Depresi pada lansia di Desa


(42)

3.2 Definisi Konseptual dan Operasional 3.2.1. Definisi Konseptual

Salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif), mood yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa.

3.2.2 Definisi Operasional

Depresi merupakan permasalahan pada gangguan perasaan berupa kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang dialami oleh para lansia yang berumur 55 tahun keatas yang berdomisili atau tinggal di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh tengah.

Tingkat depresi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner tingkat depresi pada lansia yaitu GDS (Geriatric Depression Scale) dalam bentuk Skala Guttman dengan menggunakan skala ukur interval dengan hasil tidak ada tanda dan gejala depresi, depresi ringan, depresi sedang, dan depresi berat.


(43)

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Notoatmodjo (2012) memaparkan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan yang terjadi di dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada lansia yang tinggal di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

4.2 Popolasi, Sampel dan Tehnik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua lanjut usia yang berusia 55 tahun keatas yang berdomisili di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen kabupaten Aceh tengah dengan jumlah populasi sebanyak 77 orang.

4.2.2 Sampel dan Tehnik Sampling

Menurut Arikunto (2010), untuk pengambilan sampel jika subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua populasi. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 77 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah secara total sampling, yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel.


(44)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah dengan pertimbangan bahwa di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah tersebut terdapat lanjut usia dengan usia 55 tahun keatas, selain itu belum pernah dilakukan penelitian tentang tingkat depresi pada lansia. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2015.

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian (Hidayat, 2007) meliputi: a.Anonimity(Tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. b.Beneficience(Asas kemanfaatan)

Penelitian sangat mempertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada resiko maka penelitian boleh dilaksanakan. Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh membahayakan dan harus menjaga kesejahteraan manusia.


(45)

c.Informed consent

Subjek dalam penelitian ini harus menyatakan kesediaannya mengikuti penelitian dengan mengisi informed consent. Hal ini juga merupakan bentuk kesukarelaan dari subjek penelitian untuk ikut serta dalam penelitian.

d.Confidentiality(Aspek kerahasiaan)

Data yang diperoleh dari responden akan dijamin kerahasiaannya, dan penggunaan data tersebut hanya untuk kepentingan bagi penelitian saja.

e.Otonomy

Penelitian memberikan kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian.

f.Veracity

Penelitian yang dilakukan harus dijelaskan secara jujur tentang manfaat, efek dan apa yang didapatkan jika responden terlibat dalam penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah (Saryono, 2011). Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket berupa kuesioner yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu kuesioner berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data demografi responden yang meliputi: usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, status pernikahan, sumber keuangan, dan kondisi kesehatan saat ini. Bagian kedua yaitu


(46)

kuesioner tingkat depresi pada lansia. Pengukuran tingkat depresi pada lanjut usia digunakan instrument skala Geriatri Depresion Scale (GDS) yang dikemukakan oleh Brink dan Yesavage (1982) dan telah diadopsi dan dibakukan oleh Dep.Kes.RI (2000).

Geriatri Depresion Scale (GDS) yang telah diadopsi ini terdiri dari 30

pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” atau “tidak”, yang terdiri dari pertanyaan

positif dan pertanyaan negatif dan untuk setiap pertanyaan positif apabila pilihan

jawabannya “tidak” dan pertanyaan negatif apabila pilihan jawabannya “iya”

maka diberi skor 1, sedangkan setiap pertanyaan positif apabila pilihan

jawabannya “iya” dan pertanyaan negatif pilihan jawabannya “tidak” maka

skornya 0, untuk kemudian setiap skor yang terkumpul dijumlahkan untuk mengetahui adanya depresi pada lanjut usia. Skor yang didapatkan kemudian digunakan untuk mengetahui tingkat depresi yang dibedakan menjadi: Tidak ada tanda dan gejala depresi dengan skor 0, yang kedua depresi ringan dengan jumlah total skornya adalah 1-10, yang ketiga depresi menengah atau sedang dengan jumlah total skor 11-20, dan yang keempat yaitu depresi berat dengan jumlah total skor 21-30. Adapun skala ukur yang digunakan yaitu skala ukur interval.

4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

4.6.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas


(47)

kuesioner dalam instrument penelitian ini telah dilakukan oleh ahli dalam penelitian ini yaitu divalidasi oleh Brink dan Yesavage (1982) dan telah diadopsi dan dibakukan oleh Dep.Kes.RI (2000).

4.6.2 Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan memiliki suatu kesamaan, apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Pada beberapa penelitian telah dilakukan uji reliabilitas, diantaranya oleh Dep.Kes.RI (2000), Christine 2010, Ericha 2013, semua hasilnya reliable (r=0,819).

4.7 Pengumpulan Data

Setelah proposal penelitian disetujui, peneliti mengajukan surat ke bagian komisi etik keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan ethical clearance. Kemudian mendapatkan permohonan izin pelaksanaan penelitian diajukan kepada institusi penelitian perogram Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Selanjutnya peneliti mendatangi kantor Kepala Desa Ulunuwih untuk mendapatkan data atau jumlah populasi lansia yang ada di Desa tersebut, serta untuk mendapatkan izin mengumpulkan data. Setelah mendapatkan izin selanjutnya peneliti akan mendatangi responden untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, apabila respoden tidak bersedia untuk diteliti tidak akan dipaksakan. Tetapi bagi reponden yang bersedia akan diberikan


(48)

lembar informed consent untuk dibaca dan ditandatangani. Responden yang bersedia untuk diteliti dan sudah mendandatangani informed consent akan diberikan kuesioner oleh peneliti untuk diisi oleh responden tersebut.

4.8 Pengolahan dan Analisis Data 4.8.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan pengolahan data yang terdiri dari beberapa tahap yaitu Editing dilakukan untuk memeriksa atau mengoreksi data yang telah dikumpulkan, dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori, biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Data yang sudah dilakukan coding mempermudah peneliti dalam melakukan analisa data dan mempercepat pemasukan data penelitian. Selanjutnya dilakukan kegiatan pengolahan data dengan menggunakan program komputer. Setelah melalui proses editing dan coding, data hasil editing dimasukkan ke komputer dengan program windows Statistik Program for Social Sciences (SPSS) 16,0. Setelah data hasil penelitian yang sudah melalui proses editing, coding dan telah ddimasukkan ke komputer (processing), maka peneliti harus mengecek kembali kelengkapan data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer.

4.8.2 Analisis Data

Setelah dilakukan pengolahan data, untuk menganalisa data digunakan analisa univariat yaitu analisa statistik deskriptif untuk menyajikan


(49)

karakteristik responden dari kuesioner data demografi (usia, jenis kelamin, agama, suku, tingkat pendidikan, status pernikahan, sumber keuangan dan kondisi kesehatan) dan tingkat depresi pada lansia yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah tingkat depresi pada lansia, sampel yang digunankan dalam penelitian ini adalah lansia yang berumur 55 tahun keatas dengan jumlah 77 orang.


(50)

5.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai tingkat depresi pada lanjut usia yang tinggal di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah melalui proses pengumpulan data yang telah dilakukan dari tanggal 7 Februari sampai 28 Februari 2015 terhadap 77 lanjut usia. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskriptif karakteristik responden dan kategori tingkat depresi pada lanjut usia yang terdiri dari tidak ada tanda dan gejala depresi, ringan, sedang dan berat.

5.1.1 Data Demografi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah lanjut usia dengan umur 55 tahun keatas, dan tinggal di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah 77 orang lanjut usia. Adapun distribusi responden pada penelitian ini mencakup usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, status pernikahan, sumber keuangan, dan kondisi kesehatan.

Dari tabel 5.1 penelitian menujukkan mayoritas responden berada pada kelompok umur 55-70 tahun sebanyak 67 orang (87%), mean umur lansia di Desa Ulunuwih yaitu 64 dan SD 8,159, dengan umur terendah 55 tahun serta umur tertinggi 87 tahun. Responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 40


(51)

orang (52%) berjenis kelamin perempuan. Secara keseluruhan agama yang dianut responden adalah islam yaitu 77 orang (100%), responden lebih banyak bersuku Gayo 51 orang (66%), untuk tingkat pendidikan lebih banyak SD sebanyak 22 orang (26%), Lansia lebih banyak masih mempunyai pasangan hidup yaitu 47 orang (61%). Berdasarkan sumber keuangan para lansia, sebagian besar lansia masih bekerja sendiri untuk mendapatkan sumber keuangan yaitu sebanyak 44 orang (57%), dan dari 77 orang lansia sebanyak 41 (53%) orang masih tergolong dalam keadaan sehat , dan 36 orang (47%) tergolong sakit.

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden pada Lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, Februari 2015 (n=77)

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia

Usia 55-64 46 60

Usia 65-70 21 27

Usia >70 10 13

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 48

Perempuan 40 51

Agama

Islam 77 100

Suku

Aceh 9 12

Jawa 12 16

Gayo 51 66

Melayu 1 1

Minang 4 5

Tingkat Pendidikan

Tidak sekolah 20 26

SD 22 29

SMP 16 21

SLTA/SMA 10 13

Sarjana 5 6


(52)

Lanjutan Tabel 5.1 Status

Pernikahan

Menikah 47 61

Tidak Nikah 1 1

Duda 6 8

Janda 23 30

Sumber Keuangan

Pensiunan 10 13

Anak/Saudara 22 29

Hasil kerja 44 57

Lainnya 1 1

Kondisi Kesehatan

Sehat 41 53

Arthritis 5 6

Hipertensi 3 4

Paru Paru 2 3

Jantung 4 5

DM 2 3

Stroke 5 6

Penyakit kulit 2 3

Insomnia 3 4

Fraktur 1 1

Ginjal 1 1

Gastristis 4 5

Lainnya 4 5

5.1.2 Distribusi Tingkat Depresi pada Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah lansia di Desa Ulunuwih mengalami depresi ringan sebanyak 45 orang (58%), depresi sedang 26 orang (34%), depresi berat 3 orang (4%), sementara lansia yang tidak ada tanda dan gejala depresi sedikit pun berjumlah 3 orang (4%).


(53)

Tabel 5.2. Distribusi Tingkat Depresi pada Lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, Februari 2015 (n=77)

Tingkat Depresi Frekuensi n) Persentase (%) Tidak ada tanda dan

gejala depresi (0) 3 4

Ringan (1-10) 45 58

Sedang (11-20) 26 34

Berat (21-30) 3 4

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang tingkat depresi pada lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

5.2.1 Tingkat Depresi pada Lansia

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat depresi yang dialami lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah berada pada kategori tingkat ringan (58%). Berdasarkan hasil dari data demografi yang didapatkan lebih dari setengah lansia masih mempunyai pasangan hidup yaitu 47 orang (61%), disamping itu kebanyakan lansia masih bekerja sendiri 44 orang (57%) 0untuk mendapatkan sumber keuangan untuk kebutuhan sehari harinya. Begitu juga terdapat 53% lansia tergolong dalam kategori sehat, hanya beberapa lansia dengan penyakit kronis. Dengan demikian hal ini bukan menjadi faktor penyebab timbulnya depresi. Oleh karena itu lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah masih tergolong dalam kategori tingkat depresi ringan.


(54)

Lansia rentan untuk mengalami depresi karena pada tahap ini terjadi berbagai kemunduran pada fisik, mental dan psikososial. Lansia dengan penyakit fisik yang serius dan kronis dapat menyebabkan depresi (Fiske, 2009). Mohd dkk (2005) dalam penelitiannya pada lansia di Malaysia menunjukkan adanya hubungan signifikan antara penyakit kronis yang diderita lansia dengan kejadian depresi.

Depresi pada lansia dapat dipengaruhi oleh penurunan status kesehatan. Banyak penelitian yang menunjjukkan bahwa masalah kesehatan pada lansia bisa menimbulkan depresi (Miller, 2004). Penyakit fisik bisa mengakibatkan menurunnya kemampuan fungsional seseorang, menghambat seseorang untuk bisa melakukan kegiatan yang menyenangkan dari keterbatasan ini mendorong terjadinya depresi (Kathryn, 2009). Pada penelitian ini hanya sebagian lansia yaitu 36 orang (47%) di Desa Ulunuwih memiliki penyakit kronik yang memang sering diderita oleh usia lansia. Hal ini terjadi akibat kemunduran-kemunduran fisik yang dialami oleh setiap orang yang memasuki usia lansia. Penyakit yang bersifat kronik dan bersifat nyeri sangat berpotensi menjadi stressor. Begitu juga dengan ketidakmampuan fisik yang menimbulkan ketergantungan pada orang lain dan menjadi tidak berdaya. Hai ini lebih memperbesar resiko depresi pada lansia.

Dari segi usia, paling banyak tingkat depresi terjadi pada usia 55-70 tahun. Rata rata usia lansia di Desa Ulunuwih juga berkisar antara 55-70 tahun. Usia ini adalah usia awal dari lansia dimana lansia secara umum mulai mengalami kemunduran dari berbagai segi, yaitu fisik, psikologis, ekonomi, dan sosial. Masa ini merupakan masa awal lansia beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut.


(55)

Lansia mulai menghadapi berbagai perubahan yang tidak bisa dihindari, progresif, dan tidak bisa diubah (Miller, 2004). Salah satu dampak negatif pada psikologis lansia tersebut adalah depresi.

Proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan seperti sedih, cemas, kesepian, dan mudah tersinggung. Perasaan tersebut merupakan masalah gangguan kesehatan jiwa mulai dialami oleh golongan lansia pada saat mereka mulai merasakan adanya tanda-tanda terjadinya proses penuaan pada dirinya (Maryam, 2004).

Penelitian oleh Fitri (2011) di Panti Werdha Pucang Gading Semarang menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan dengan kejadian depresi pada lansia. Pada penelitian ini didapatkan hasil yang menyatakan bahwa kejadian depresi lebih banyak ditemukan pada lansia dengan rentang usia 55-70 tahun dapat disebabkan oleh distribusi kelompok rentang usia yang tidak merata di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen. Jumlah lansia yang menjadi subyek penelitian ini pada rentang usia 55-70 tahun sebanyak 67 orang, sedangkan lansia dengan rentang usia lebih dari 70 tahun hanya berjumlah 10 orang.

Angka kejadian depresi pada lansia yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi yaitu sebesar 49% dibandingkan dengan lansia yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 47%. Hal ini bisa karena jumlah lansia pada penelitian ini perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

Angka kejadian depresi yang lebih tinggi pada lansia yang berjenis kelamin perempuan dapat dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain faktor biologis, psikologis dan sosial ekonomi (Donna, 2008). Faktor biologis yang


(56)

berperan adalah perubahan hormonal, dimana pada tahap ini lansia perempuan sudah mengalami menopause dan terjadi penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron. Penurunan produksi kedua hormon ini dapat menimbulkan berbagai keluhan, contohnya perubahan mood, hot flashes, turunnya gairah seksual dan lain sebagainya, keluhan-keluhan ini dapat membuat lansia perempuan merasa tidak menarik, tidak produktif dan kurang percaya diri sehingga hal-hal ini yang dapat memicu terjadinya depresi (Donna , 2008).

Data berbagai penelitian ahli psikiatri di luar negeri menunjukkan, prevalensi umum yang mencakup semua kelompok depresi baik ringan maupun berat adalah 24% pada wanita dan 15% pada pria (Pranowo, 2004).

Salah satu stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan (Sadock, 2007). Reza dkk (2011) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa angka kejadian depresi tiga kali lebih sering pada lansia yang tidak memiliki pasangan hidup dibandingkan dengan lansia yang memliki pasangan hidup.

Faktor psikologis dan sosial ekonomi dipengaruhi oleh berbagai peristiwa dalam kehidupan antara lain lansia perempuan lebih sering kehilangan pasangan hidup dimasa tuanya, kehilangan sumber penghasilan dan mengalami perubahan lingkungan hidup setelah menjadi janda. Seperti halnya pada penelitian ini sebagian lansia sudah janda yaitu 23 orang (30%). Mereka sudah tidak punya pasangan hidupnya lagi baik karena kematian pasangan maupun berpisah karena perceraian. Menjadi sendiri lagi setelah kematian pasangan di usia senja akan berdampak besar pada psikologis lansia karena kehilangan dukungan baik


(57)

emosional, penghargaan, informasi dan instrumen. Hal ini juga diperberat jika tidak ada dukungan keluarga maupun status ekonomi yang menengah kebawah. Kompleksitas dari situasi di atas membuat lansia menjadi tidak berdaya yang dapat menimbulkan gejala depresi. Hal ini dapat mengakibatkan lansia kehilangan dukungan secara psikologis, sosial maupun ekonomi dan merasa kesepian (Puryear, 2007).

Selain itu Pendidikan bisa mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi, kemampuan mendengar, gaya hidup, prilaku, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Pada data di atas, sebagian besar berpendidikan SD dan tidak mengenyam pendidikan baik laki laki maupun perempuan sebanyak 42 orang (55%). Lansia yang tinggal di Desa Ulunuwih sebagian besar berpendidikan rendah. Dengan pendidikan rendah, kemampuan lansia mendengar, menerima dan memahami informasi, gaya hidup (kebiasaan), serta cara menyelesaikan masalah terkait kesehatan juga rendah. Masalah kesehatan kerap terjadi pada lansia. Lansia yang tidak tahu dan paham terhadap perubahan tersebut akan kesulitan beradaptasi dan hal ini bisa menjadi stressor yang memicu depresi pada lansia.


(58)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai deskriptif dari karakteristik responden dan kategori tingkat depresi pada lanjut usia yang tinggal di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Data Demografi Responden

Penelitian yang dilakukan terhadap 77 orang responden lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 55-70 tahun sebanyak 67 orang (87%), mean umur lansia di Desa Ulunuwih yaitu 64 dan SD 8,159, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (52%) dan semua lansia di Desa Ulunuwih beragama Islam. Rata-rata lansia suku gayo (66%), pendidikan responden 29% adalah SD. Kebanyakan lansia masih menikah atau mempunyai pasangan hidup (61%). Berdasarkan sumber keuangan lansia berasal dari hasil kerja sendiri (57%), serta dari 77 orang lansia sebanyak 41 (53%) orang masih tergolong dalam keadaan sehat 36 orang (47%) tergolong sakit.

6.1.2 Tingkat Depesi pada Lansia

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah lansia yang mengalami depresi ringan sebanyak 45 orang (58%), depresi sedang 26 orang (34%), depresi berat 3 orang (4%),


(59)

sementara lansia yang tidak ada tanda dan gejala depresi sedikit pun berjumlah 3 orang (4%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah mengalami depresi masih pada kategori tingkat depresi ringan (58%), karena pada penelitian ini lansianya kebanyakan masih tergolong dalam keadaan sehat dan masih mempunyai pasangan hidup. Adapun yang mengalami depresi dalam penelitian ini kebanyakan disebabkan oleh faktor penyakit, pendidikan dan kehilangan pasangan yang sebagian dialami oleh lansia di Desa Ulunuwih tersebut.

6.2 Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan gerontik khususnya tentang tingkat depresi pada lansia.

6.2.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tenaga perawat professional sebagai salah satu wacana dalam memberikan konseling tentang perawatan gerontik, khususnya tentang tingkat depresi pada lansia yang ada di keluarga maupun lansia yang ada di panti

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan terutama tingkat depresi pada lansia dengan penyakit tertentu.


(60)

6.2.4 Lanjut Usia

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan menambah pengetahuan kepada lansia sebagai pencegahan timbulnya depresi.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010).Metodelogi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2013).Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Alexopoulus, G. (2005). Depression in the elderly. The Lancet,365,1961-70 Azizah. L. M. (2011).Keperawatan Lanjut Usia.(………..)

Badan Pembangunan Statistik SUSENAS. (2009). Penduduk Lanjut Usia. Diakses 1 November 2014. Darihttp://susenas.bps.go.id

David A. Tomb. (2004).Buku saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Davison, Gerald C, dkk. (2006).Psikologi Abnormal.Jakarta: PT. RajaGrapindo Persada

Darmojo, dkk. (2006).Geriatri Ilmu Usia Lanjut. Jakarta: FKUI

Donna E, Steward MD, Enza G, Sherry L. ( 2008). Depression: differences between men and women. University of Toronto

Fatimah. (2008).Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses keperawatan gerontik. Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA

Fiske A, Julie LW, Margaret G.(2009).Depression in older adults. Annu Rev Clin Psycology; 5:363-389

Fitri A. (2011).Kejadian dan tingkat depresi pada lanjut usia: studi

perbandingan di panti wreda dan komunitas. Semarang: Universitas Diponegoro; Skripsi

Gautam R, Saito T, Kai I. (2007).Leisure and religious activity participation and mental health: geneder analysis of older adults in Nepal. BMC Public Health; 10:7-229

Gao S, Yinlong J, Frederick WU, Chaoke L, Kathleen S, et al.( 2009). Correlates of depressive symptoms in rural elderly chinese. Int J Geriatric Psychiatry. 24(12):1358-1366

Hawari, D. (2013).Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI Hidayat, A. A. (2007).Metode Penelitian Keperawatan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika


(62)

Hadi, P. (2004).Depresi & Solusinya. Jakarta: Tugu Publisher

Lopez, M.N, Nancy M.Q, & Perla, M.C. (2010). A Psychometric Study of the Geriatric Depression Scale. Clinton: Hogrefe Publishing

Montorio I, Izal M.(996). The Geriatric Depression Scale: A review of its development and utility. Internat. Psychogeriatrics; 8 (1):103-12.

Maryam, Siti, R, dkk. (2008).Mengenal Usia Lanjut dan Permasalahannya. Jakarta: Salemba Medika

Miller, C.A. (2004) Nursing for wellness in older adults: theory and practice.philadelphia.lippincott William & wilkin

Mohd S, Sidik RL, Aini M, Mohd N. (2005)The prevalence of depression among elderly in an urban area of Selangor, Malaysia. The International Medical Journal.4(2):57-63

Mohd W, Wijerathne SA, Wijesekara SG, Wijesingha I. (2009).Prevalence of depression among institutionalized elders in the Colombo district. Faculty of Medicine Colombo University

Nugroho, W. (2008).Gerontik & Geriatric,Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Nursalam. (2008).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2005).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2012).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta Parmele, Patrecia A, Lawton, M. Powell, Katz, Ira R. (1989). Psychometric

properties of the Geriatric Depression Scale among theinstitutionalized aged. Psycological Assessment: A Journal of Consulting ang Clinical Psycology. 4, 332-338.

Potter & Perry. (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC.

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Buku 1. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Puryear G. (2007). Psychosocial andcultural contributions to depression in women: considerations for women midlife and beyond. J Manag Care Pharm. 13(9):12-15


(63)

Reza M, Majid GM, Maliheh S, Mohamad T, Naghmeh M. (2011).

Prevalence of depression in an elderly population: a populationbased study Iran. Iranian Journal of Psychiatry and Behavioral

Sciences ;5(1):17-21

Sadock, B.J (2010).Kaplan & Sadock’sconcise textbook of clinical psychiatry, Ed 2. Jakarta: EGC

Sadock, B.J & Sadock, V.A. (2007).Kaplan & Sadock’s concise textbook of clinical psychiatry. Jakarta: EGC

Sadock BJ, Sadock VA. (2007).Kaplan & sadock’ssynopsis of psychiatry: behavioral science/clinical psychiatry.10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Soejono CH, Probosuseno, Sari N.K. Depresi pada pasien usia lanjut. Dalam: Sudoyo AW,dkk. (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi V. Jakarta: Interna Publ. pp.845-850.

Soejono, H.C. (2002). Belum Memadai fasilitas bagi warga usia lanjut. Diakses darihttp://www.kompas.com/kompas cetak/0203/25/iptek/pert.10.htm Supardi, S. R. (2013).Metodologi Riset Keperawatan.Jakarta: TRANS INFO

MEDIA

Stanley, M & Baere, P. (2006).Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Tarwoto & Wartonah, (2008).Kebutuhan dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Townsend, M. (2010).Diagnosis Keperawatan psikiatri: Rencana Asuhan & Medikasi Psikotropik .Jakarta: EGC

Yosep, I. (2007).Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC

Yesavage JA, dkk.Development and validation of geriatric depression screening scale:a preliminary report. J Psychiatr Res 1982-1983;17(1):37-49.


(64)

Judul : Gambaran tingkat depresi pada lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

Peneliti : Rahmayani

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Bapak/Ibu akan diberikan lembar yang berisikan pertanyaan terkait dengan perasaan yang dialami saat ini, dan memilih salah satu jawaban yang benar menurut Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka Bapak/Ibu diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Bapak/Ibu bebas menolak maupun mengakhiri keterlibatan dalam penelitian ini tanpa ada sanksi apapun, kerahasiaan informasi yang disampaikan akan dijaga dan tidak akan digunakan untuk hal diluar kepentingan penelitian ini.

Medan, 28 Januari 2015

Peneliti,


(65)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama inisial :

Jenis kelamin : (LK) (P)

Setelah mendapat penjelasan yang cukup, dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh:

Nama : Rahmayani

NIM : 111101006

Judul : Gambaran tingkat depresi pada lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

Saya akan memberi jawaban sesuai dengan keyakinan saya untuk membantu penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa ada unsur paksaan dari pihak apapun.

Medan, Januari 2015

Responden


(66)

A. Petunjuk Pengisian Lembar Kuesioner :

1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti sebelum menjawab

2. Isilah lembar kuesioner ini dengan jujur, sesuai dengan keadaan dan perasaan anda yang sebenarnya

3. Jawablah dengan memberi tanda (√) pada pilihan yang anda anggap tepat

4. Apabila ada pertanyaan yang kurang jelas atau tidak di mengerti, mintalah petunjuk dari peneliti.

B. Data Demografi/Identitas Responden

No. Responden:

Usia : ( ) tahun (Di isi oleh peneliti)

Jenis Kelamin : ( ) 1. Laki laki ( ) 2. Perempuan

Agama : ( ) 1. Islam ( ) 4. Hindu

( ) 2. Protestan ( ) 5. Budha ( ) 3 . Katolik

Suku Bangsa : ( ) 1. Aceh ( ) 4. Melayu ( ) 2. Jawa ( ) 5. Minang

( ) 3. Gayo ( ) 6.Lainnya………

Tingkat Pendidikan : ( ) 1. Tidak sekolah ( ) 4. SLTA/SMA

( ) 2. SD ( ) 5. Sarjana


(67)

( ) 2. Anak/Saudara ( )4. Lainnya……

Kondisi kesehatan : ( ) 1. Sehat


(68)

2 Apakah anda memiliki harapan pada masa depan? 3 Apakah anda bersemangat setiap waktu?

4 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu anda?

5 Apakah anda berfikir bahwa luar biasa anda diberikan kehidupan sampai sekarang?

6 Apakah anda merasakan bahwa kehidupan ini sangat menyenangkan /menarik?

7 Apakah anda memiliki energi maksimal (penuh semangat)?

8 Apakah anda senang bangun di pagi hari? 9 Apakah anda mudah untuk membuat keputusan? 10 Apakah anda merasa tidak berdaya?

11 Apakah anda merasa resah dan gelisah?

12 Apakah anda lebih memilih didalam rumah daripada berjalan-jalan ke luar dan melakukan sesuatu yang baru? 13 Apakah anda sering kali khawatir akan masa depan

anda?

14 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?

15 Apakah anda mengurangi banyak aktivitas dan hobi anda?

16 Apakah anda merasa murung dan sedih?

17 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat kini?


(69)

20 Apakan anda memiliki kesulitan atau merasa berat untuk memulai hal yang baru?

21 Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa? 22 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada

harapan?

23 Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik keadaanya dari pada anda?

24 Apakah anda sering kali kesal pada hal-hal sepele? 25 Apakah anda sering kali merasa ingin menangis? 26 Apakah anda memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi? 27 Apakah anda takut tentang sesuatu yang buruk yang

akan menimpa anda?

28 Apakah anda lebih memilih untuk menghindari perkumpulan sosial?

29 Apakah anda senantiasa bosan?


(70)

Usia Lansia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Usia 55-64 46 59.7 59.7 59.7

Usia 65-70 21 27.3 27.3 87.0

Usia >70 10 13.0 13.0 100.0

Total 77 100.0 100.0

Jenis Kelamin Lansia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 37 48.1 48.1 48.1

Perempuan 40 51.9 51.9 100.0

Total 77 100.0 100.0

Suku Lansia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid aceh 9 11.7 11.7 11.7

jawa 12 15.6 15.6 27.3

gayo 51 66.2 66.2 93.5

melayu 1 1.3 1.3 94.8

minang 4 5.2 5.2 100.0


(71)

Valid tidak sekolah 20 26.0 26.0 26.0

SD 22 28.6 28.6 54.5

SMP 16 20.8 20.8 75.3

SLTA/SMA 10 13.0 13.0 88.3

sarjana 5 6.5 6.5 94.8

Lainnya 4 5.2 5.2 100.0

Total 77 100.0 100.0

Status Pernikahan Lansia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid menikah 47 61.0 61.0 61.0

Tidak menikah 1 1.3 1.3 62.3

duda 6 7.8 7.8 70.1

Janda 23 29.9 29.9 100.0

Total 77 100.0 100.0

Sumber Keuangan Lansia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pensiunan 10 13.0 13.0 13.0

anak/Saudara 22 28.6 28.6 41.6

Hasil kerja 44 57.1 57.1 98.7


(72)

Arthritis 5 6.5 6.5 59.7

Hipertensi 3 3.9 3.9 63.6

Paru Paru 2 2.6 2.6 66.2

Jantung 4 5.2 5.2 71.4

DM 2 2.6 2.6 74.0

Stroke 5 6.5 6.5 80.5

Penyakit kulit 2 2.6 2.6 83.1

Insomnia 3 3.9 3.9 87.0

Fraktur 1 1.3 1.3 88.3

Ginjal 1 1.3 1.3 89.6

Gastristis 4 5.2 5.2 94.8

Lainnya 4 5.2 5.2 100.0

Total 77 100.0 100.0

Tingkat Depresi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada tanda dan gejala

depresi (0) 3 3.9 3.9 3.9

Ringan (1-10) 45 58.4 58.4 62.3

Sedang (11-20) 26 33.8 33.8 96.1

Berat (21-30) 3 3.9 3.9 100.0


(1)

(2)

(3)

Lampiran 11

ANGGARAN DANA PENELITIAN

No Kegiatan Biaya

1 PROPOSAL

 Biaya rental dan print penyelesaian proposal  Biaya internet

 Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka  Fotocopy memperbanyak proposal

 Biaya membeli buku referensi  Sidang proposal

Rp Rp 100.000,-Rp 200.000,-Rp 40.000,-Rp 80.000,-Rp 200.000,-2. PENGUMPULAN DATA

 Transportasi

 Fotocopy kuesioner

Rp 400.000,-Rp 80.000,-3 ANALISA DATA DAN PENGUMPULAN

LAPORAN

 Biaya Rental dan print  Penjilidan

 Fotocopy laporan dan penelitian  Sidang Skripsi

 Komisi Etik

Rp 100.000,-Rp 200.000,-Rp 100.000,-Rp 200.000,-Rp

100.000,-BIAYA TAK TERDUGA Rp

200.000,-TOTAL Rp


(4)

(5)

(6)

Lampiran 13

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rahmayani

Tempat/Tanggal Lahir : Takengon, 6 Maret 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Prof. Dr. Picauly No.4 Medan Email : [email protected]

No. Hp : 085296907430 Pendidikan :

1. MIN Berkemas Ulunuwih (Tahun 1999-2005) 2. MTsN 1 Takengon (Tahun 2005-2008) 3. MAN 1 Takengon (Tahun 2008-2011) 4. S1 Keperawatan USU Medan (Tahun 2011-2015)