KEADAAN SOSIAL EKONOMI PENGRAJIN KERAWANG DI DESA BEBESEN KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH (ANALISIS SEJARAH PEREKONOMIAN).

(1)

KEADAAN SOSIAL EKONOMI PENGRAJIN KERAWANG DI DESA BEBESEN KECAMATAN BEBESEN

KABUPATEN ACEH TENGAH ( Analisis Sejarah Perekonomian )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH : SANDI PUTRA NIM : 308321068

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

i ABSTRAK

SANDI PUTRA, NIM : 308321068, “ Keadaan Sosial Ekonomi Pengrajin Kerawang Di Desa Bebesen Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, ( Analisis Sejarah Perekonomian ).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) sejarah lahirnya Kerawang, (2) keadaan ekonomi (pendapatan dan prasarana) pengrajin Kerawang (3) keadaan sosial (pendidikan anak dan kondisi pemukiman) pengrajin Kerawang di Desa Bebesen Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data mengunakan observasi, wawancara, angket dan studi dokumen. Populasi dalam penelitian ini adalah pengrajin Kerawang yang berasal dari Desa Bebesen yang berjumlah 15 orang yang sekaligus dijadikan sebagai sampel penelitian.

Adapun hasil dari penelitian ini Kerawang Gayo merupakan salah satu hasil kebudayaan masyarakat Suku Gayo yang berbentuk ukiran mempunyai makna dan filosofi dan digunakan masyarakat Suku Gayo sebagai pakaian adat. Selain itu ukiran Kerawang memiliki corak yang khas baik itu pengunaan warna kain dan motif. Warna Kerawang Gayo yang khas yaitu Using (Kuning), Ilang (Merah), Putih, Ijo (Hijau) dan Item (Hitam). Motif pada Kerawang Gayo terdiri dari beberapa jenis motif yaitu motif Matalo (matahari), motif Sarak Opat, motif

Rante (rantai), motif Emun Beriring (awan berbaris), motif Pucuk Rebung (tunas

bambu), motif Tekukur (pengukuran), motif Emun Berkune (awan tetap), motif

Puter Tali (putaran tali), motif Emun Berangkat (awan berarak), motif Peger

(pagar), motif Tali Muskite (tali mustika) dan motif Tapak Seleman (jejak Nabi Sulaiman).

Tingkat pendapatan pengrajin Kerawang Gayo dapat dikatakan sudah baik karena pendapatan pengrajin Kerawang rata-rata diatas Rp. 1.500.000. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh responden dapat dilihat bahwa rata-rata responden sudah memiliki sarana dan prasarana baik keperluan informasi, transportasi, keperluan rumah tangga dan lainnya sudah memadai.

Tingkat pendidikan anak pengrajin Kerawang Gayo sudah dikatakan baik karena semua anak responden memiliki jenjang pendidikan yang cukup tinggi. Kondisi perumahan yang ditempati pengrajin Kerawang Gayo di Desa Bebesen dapat dikatakan baik artinya adalah bahwa rumah mereka sudah terbuat dari yang permanen, semi permanen dan tidak permanen.


(5)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-nya yang tidak terhingga berupa kesehatan serta keselamatan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

Keadaan Sosial Ekonomi Pengrajin Kerawang Di Desa Bebesen Kecamatan

Bebesen Kabupaten Aceh Tengah ( Analisis Sejarah Perekonomian ) “. Dan

tidak lupa penulis sampaikan sholawat dan beriringkan salam keharibaan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang seperti sekarang ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan. Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, baik dari segi isi maupun dalam hal penyajian data, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis sendiri. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran serta sumbangan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini penulis tentu tidak sendiri. Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil. Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :


(6)

ii

1. Yang sangat saya cintai dan saya sayangi Ama saya M. Dahlan dan Ine saya Fatimah AR, yang telah mendoakan, memberikan dukungan dan mengajarkan saya berbagai arti dan makna kehidupan, dan telah memberikan kasih sayang serta moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

2. Keluarga besar saya kakanda Diana Fitri beserta suami Zulfikar, abangda Syukuria S.Pd, abangda Syukurdi S.Pd.I beserta istri Fitriana S.Pd.I, yang telah

memberikan dorongan dan semangat serta do’a dari keberhasilan penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

3. Khusus buat keponakan saya Ruhamah, Syahdan Aramiko, Fauzul Hadi dan Syakira Faizah yang menjadi penyemangat dalam hidup saya.

4. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. Selaku Rektor UNIMED. 5. Bapak Drs. Restu, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNIMED.

6. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan sebagai Dosen pembimbing akademik sekaligus dosen penguji.

7. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku seketaris Jurusan Pendidikan Sejarah sekaligus Dosen pembimbing skripsi yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Ibu Dra. Samsidar Tanjung, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

9. Bapak Pristi Suhendro, S.Hum, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan saran kepada penulis.


(7)

iii

10.Seluruh bapak dan ibu dosen jurusan pendidikan Sejarah yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya selama penulis menjadi mahasiswa.

11.Kepada para nara sumber yang telah memberikan informasi demi kelancaran penulisan skripsi ini.

12.Kepada sepupu saya kak Evi Gustina, kak Rahmani, dek Salvina Zuhra, dek Lia dan dek Marhamah yang telah membantu penulisan skripsi ini dan yang telah memberi dorongan kepada penulis.

13.Kepada kawan kos saya Rudhi, Heri, bang Sarman, Ikel, Rian, Wahyu, Tama dan Nova.

14.Kepada Muslim Anshari, kak Dina, Alm kak Lisa, kak Rina, kak Istiana, kak Uswa, kak Yanti, kak Desi, kak Nola yang telah membantu penulisan skripsi ini dan yang telah memberikan dorongan kepada penulis.

15.Kepada dek Jelita, Elia, Eli, Amey, Aiga, Sam dan Linda.

16.Sahabat saya Ela, Firsa, Isma, Irma, Rina, Nina, Hera, Eno, Inur, Puji, Kiki, Prima, Sanny, Posma, Eninta, Hendrik, Ari, Rahmat, Haposan, Khaidir, Mardiah, Ulfa, Erwin, Muller, Fikri, Arlan, Umar, Armiya, Imanuel dan yang lainnya yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 17.Dan kepada seluruh rekan - rekan seperjuangan angkatan 2008 yang tidak bisa


(8)

iv

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya dan dapat menjadi bahan masukan bagi yang memerlukannya.

Medan, Juni 2012 Penulis

Sandi Putra NIM : 308321068


(9)

i DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Pengertian Sosial Ekonomi. ... 7

2. Tingkat Pendapatan ... 8

3. Tingkat Pendidikan Anak ... 10

4. Pemukiman / Tempat Tinggal ... 13

B. Kajian Konseptual ... 14

1. Konsep Kerawang ... 14

2. Konsep Kerajinan ... 16

3. Fungsi Kerawang ... 17


(10)

ii

BAB III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Metode Penelitian... 20

B. Lokasi Penelitian ... 20

C. Populasi dan Sampel ... 20

1. Populasi ... 20

2. Sampel ... 21

D. Variabel Penelitian dan Defenisi Oprasional ... 21

E. TeknikPengumpulan Data ... 22

F. Teknik Analisa Data ... 23

BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 24

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24

1. Keadaan Alam dan Geografis Desa Bebesen ... 24

2. Keadaan Penduduk ... 26

B. Sejarah Kerawang dan Fungsi Kerawang Gayo... 32

1. Sejarah Kerawang Gayo ... 32

2. Fungsi Kerawang Gayo ... 36

3. Jenis dan Makna Warna Kerawang Gayo ... 38

4. Jenis dan Makna Motif Kerawang Gayo ... 41

C. Proses Pengolahan Kerawang Gayo... 52

1. Bahan-Bahan Dalam Pembuatan Kerawang Gayo ... 52


(11)

iii

D. Keadaan Sosial Ekonomi Pengrajin Kerawang... 53

1. Tingkat Pendapatan ... 53

2. Sarana dan Prasarana Yang Dimiliki Responden... 59

3. Tingkat Pendidikan Responden dan Anak Responden ... 60

4. Kondisi Tempat Tinggal ... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1. PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN 11. PEDOMAN ANGKET PENELITIAN LAMPIRAN III. DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN IV. GAMBAR KERAWANG GAYO LAMPIRAN V. DOKUMENTASI PENELITIAN LAMPIRAN SURAT-SURAT


(12)

i

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Luas Pengunaan Lahan Di Desa Bebesen ... 25

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 27

Tabel 4. Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 28

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 29

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 30

Tabel 7. Kondisi Rumah ... 31

Tabel 8. Jenis dan Makna Warna Kerawang Gayo ... 40

Tabel 9. Jenis dan Makna Motif Kerawang Gayo ... 49

Tabel 10. Pendapatan Responden Perbulan ... 54

Tabel 11.PendapatanResponden Perbulan Dari Usaha Sampingan ... 56

Tabel 12. Lamanya Menjalankan Usaha Menjahit Kerawang ... 57

Tabel 13. Pembuatan Kerawang Hanya Dikerjakan Oleh Keluarga ... 57

Tabel 14. Rata-Rata Kerawang Yang Diproduksi Per-Bulan ... 58

Tabel 15. Sarana dan Prasarana Yang Dimiliki Responden ... 59

Tabel 16. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ... 61

Tabel 17. Tingkat pendidikan Terakhir Anak Responden ... 62


(13)

ii

Tabel 19. Jenis Bangunan Rumah Responden ... 64

Tabel 20. Sumber Air Bersih Responden ... 64

Tabel 21. Tempat Pembuangan Sampah Responden ... 65


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia saat ini masih berada pada tingkat yang rendah, hal ini salah satunya disebabkan masih rendahnya pendapatan perekonomian masyarakat. Selain itu juga dikarenakan pertumbuhan tenaga kerja lebih banyak bila dibandingkan dengan tingkat produktifitas lapangan kerja. Dengan lapangan kerja yang terbatas, maka sebagian masyarakat Indonesia berusaha menciptakan lapangan kerja sendiri (berwiraswasta).

Salah satu lapangan pekerjaan yang dapat diciptakan sendiri adalah kerajinan tradisional. Hal ini disebabkan kerajinan tradisional merupakan salah satu warisan setiap suku bangsa yang ada di Indonesia. Artinya kerajinan tradisional adalah proses pembuatan berbagai macam barang dengan mengandalkan tangan serta alat sederhana dalam lingkungan rumah tangga, dan orang yang pekerjaannya membuat barang kerajinan itu disebut pengrajin.

Di Indonesia kerajinan tradisional sudah dikenal sejak abad ke-17, kerajinan tradisional sebagai suatu industri kecil meliputi : kegiatan membatik, menganyam, membuat tembikar, menenun dan menjahit. Adapun jenis kerajinan tradisional yang akan dibicarakan oleh peneliti adalah menjahit Kerawang Gayo. Kerajinan menjahit Kerawang Gayo yang dimaksud adalah kerajinan Kerawang yang dilakukan oleh masyarakat Suku Gayo di Propinsi Aceh.


(15)

Kerawang Gayo merupakan salah satu hasil kebudayaan masyarakat Suku Gayo yang berbentuk ukiran. Kerawang Gayo menurut Ibrahim (2003:233) Kerawang adalah alam hewani (fauna) dan alam tumbuh-tumbuhan (flora) menunjukan dirinya kepada manusia Gayo untuk menemukan motif-motif ukir. Motif-motif itu di ukir pada bahan-bahan yang ada disekitar mereka yaitu salah satunya tenunan kain.

Di Propinsi Aceh terdapat beberapa daerah kabupaten yang menghasilkan Kerawang. Daerah-daerah tersebut adalah Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Aceh Tenggara. Masing-masing hasil jahitan Kerawang daerah tersebut mempunyai corak dan gaya seni tersendiri, sebagai gambaran dan ciri khas masing-masing daerah. Diwilayah Kabupaten Aceh Tengah sendiri terdapat 28 unit usaha yang mulai berdiri sejak tahun 1980. Kerajinan Kerawang tersebar dibeberapa kecamatan yakni Kecamatan Bebesen (19 unit usaha), Kecamatan Pegasing (1 unit usaha), Kecamatan Bintang (1 unit usaha), Kecamatan Ketol (1 unit usaha), dan Kecamatan Laut Tawar (6 unit usaha), (Sumber Dinas Industri dan Pertambangan Kab. Aceh Tengah 2010).

Daerah yang diteliti oleh penulis adalah Desa Bebesen yang terdapat di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Penulis memilih desa tersebut karena desa ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Aceh Tengah yang dikenal sebagai sentral kerajinan Kerawang Gayo sebab terdapat 15 unit usaha yang berdiri di desa ini, (Sumber Dinas Industri dan Pertambangan Kab. Aceh Tengah 2010).


(16)

Industri rumah tangga kerajinan Kerawang Gayo yang ada di Desa Bebesen kini jumlahnya semakin bertambah. Hal ini dikarenakan kehidupan yang tertumpu pada pertanian tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu pembuatan kerajinan Kerawang Gayo tidak memerlukan pendidikan formal seperti SD, SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi, tetapi membutuhkan keterampilan dan kemauan keras. Pada umumnya keterampilan ini mereka peroleh secara turun temurun dan melalui kursus. Selain itu masyarakat ( konsumen ) sudah banyak menyukai kerajinan Kerawang Gayo. Bahkan juga banyak para wisatawan lokal dan mancanegara yang datang untuk melihat dan membeli kerajinan Kerawang Gayo tersebut. Dengan keterampilan menjahit Kerawang inilah tingkat pendapatan mereka bisa bertambah walaupun belum dapat memenuhi kebutuhan yang sehari - hari.

Kesadaran masyarakat Desa Bebesen terhadap pentingnya peningkatan taraf kehidupan, sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain. Tingkat pendidikan di Desa Bebesen dapat dikatakan sudah berkembang dengan baik pada saat sekarang ini semua orang tua menyekolahkan anaknya dari jenjang taman kanak-kanak, sekolah dasar bahkan sampai ketingkat perguruan tinggi. Demikian halnya dengan pemukimannya secara umum bisa dikatakan sudah mulai memadai. Dengan fasilitas-fasilitas yang tersedia di dalam rumah penduduk Desa Bebesen seperti lampu (penerangan), sofa, mesin cuci, kulkas dan lain-lain sudah banyak yang memilikinya. Namun semua fasilitas tersebut tentu masih belum bisa dinikmati oleh seluruh penduduk Desa Bebesen. Masih ada penduduk yang belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut, dan


(17)

bahkan jika dilihat dari bangunan rumah, masih terdapat bangunan yang belum permanen dan bahkan masih berlantai tanah.

Kerajinan Kerawang Gayo bisa menjadi suatu usaha yang besar apabila didukung oleh pemerintah yaitu dengan cara memberikan bantuan dana, berupa kridit bersyarat lunak untuk mengairahkan pengrajin Kerawang, maupun memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada para pengrajin tersebut. Berdasarkan masalah diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “ Keadaan

Sosial Ekonomi Pengrajin Kerawang Di Desa Bebesen Kecamatan Bebesen

Kabupaten Aceh Tengah “.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana sejarah lahirnya Kerawang.

b. Bagaimana keadaan ekonomi meliputi (pendapatan, sarana dan prasarana) pengrajin Kerawang di Desa Bebesen Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah ?

c. Bagaimana keadaan sosial meliputi (pendidikan anak dan kondisi pemukiman) pengrajin Kerawang di Desa Bebesen Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah ?


(18)

C. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimanakah sejarah lahirnya Kerawang ?

b. Bagaimanakah keadaan ekonomi (pendapatan, sarana dan prasarana) pengrajin Kerawang di Desa Bebesen Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah ?

c. Bagaimanakah keadaan sosial (pendidikan anak dan kondisi pemukiman) pengrajin Kerawang di Desa Bebesen Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya Kerawang dan fungsinya bagi kehidupan sehari-hari khususnya bagi masyarakat Suku Gayo. b. Untuk mengetahui keadaan ekonomi (pendapatan, sarana dan

prasarana) pengrajin Kerawang di Desa Bebesen Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah ?

c. Untuk mengetahui keadaan sosial (pendidikan anak dan kondisi pemukiman) pengrajin Kerawang di Desa Bebesen Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah ?


(19)

E. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini jika tujuan diatas tercapai adalah untuk :

a. Memberi gambaran dan informasi kepada penulis dan semua pihak tentang kondisi sosial ekonomi pengrajin Kerawang.

b. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat setempat dan pemerintah dalam upaya meningkatkan ekonomi pengrajin Kerawang.

c. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti masalah yang sama di daerah lain.

d. Memberi pengetahuan bagi peneliti tentang makna dan fungsi Kerawang.

e. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam menyusun sebuah karya ilmiah.


(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Sebelum adanya kerajinan Kerawang Gayo, masyarakat yang ada di Desa Bebesen hanya memiliki mata pencaharian dari sektor pertanian, namun setelah ada kerajinan Kerawang Gayo maka masyarakat Desa Bebesen mulai memiliki mata pencaharian yang lain salah satunya sebagai pengrajin Kerawang Gayo.

Kerawang Gayo merupakan salah satu hasil kebudayaan masyarakat Suku Gayo yang berbentuk ukiran. Ukiran-ukiran itu di ukir pada bahan-bahan yang ada disekitar mereka yaitu yaitu salah satunya tenunan kain. Ada dua cara untuk membuat Kerawang Gayo pertama dengan menggunakan alat yaitu mesin jahit yang dioprasikan oleh manusia. Yang kedua adalah dengan cara manual mengunakan sulaman tangan, tetapi cara ini sudah lama tidak digunakan lagi.

Berdasarkan dari serangkaian penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data yang diproses di lapangan, dapatlah dinyatakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kerawang Gayo adalah kain yang disulam atau diukir dengan benang yang diberi motif-motif hewani, tumbuh-tumbuhan dan alam, mempunyai makna dan filosofi yang dalam digunakan masyarakat Suku Gayo sebagai pakaian adat. Selain itu ukiran Kerawang memiliki corak yang khas baik itu pengunaan warna benang, dan warna kain.


(21)

2. Warna pada Kerawang Gayo mempunyai 5 (lima) warna khas yaitu Using (Kuning), Ilang (Merah), Putih, Ijo (Hijau) dan Item (Hitam) antara lain sebagai berikut :

Warna Using atau Kuning mengandung makna Raja (Reje) atau pemimpin. Warna Kuning merupakan warna kebanggaan dan digemari oleh masyarakat Gayo pada umumnya atas dasar itulah masyarakat Gayo memberikan warna Kuning sebagai lambang pemimpin.

Warna Ilang atau Merah mengandung makna keberanian.

 Warna Putih mengandung makna sebagai kesucian.

Warna Ijo (Hijau) mengandung makna dari alam yang subur ditumbuhi dengan berbagai macam tumbuh – tumbuhan serta kaya akan flora dan

fauna.

Warna Item (Hitam) mengandung makna sebagai dasar kehidupan manusia yakni tanah.

3. Motif pada Kerawang Gayo terdiri dari beberapa jenis motif yaitu motif

Matalo (matahari), motif Sarak Opat, motif Rante (rantai), motif Emun Beriring (awan berbaris), motif Pucuk Rebung (tunas bambu), motif Tekukur

(pengukuran), motif Emun Berkune (awan tetap), motif Puter Tali (putaran tali), motif Emun Berangkat (awan berarak), motif Peger (pagar), motif Tali

Muskite (tali mustika) dan motif Tapak Seleman (jejak Nabi Sulaiman).

4. Motif Kerawang Gayo masing – masing motif mempunyai dan mengandung makna tersendiri, makna tersebut erat kaitannya dengan ciri dalam kehidupan


(22)

masyarakat Gayo sehari-hari baik makna sosial, makna agama, makna budaya dan yang lainnya.

5. Fungsi Kerawang Gayo secara umum dapat diklasifikasikan kedalam beberapa bagian yaitu :

a. Sebagai Pakaian Adat

b. Sebagai penghormatan kepada seseorang (tamu) c. Sebagai alat Munginte (peminangan)

d. Sebagai alat pada upacara kesenian 6. Keadaan ekonomi pengrajin Kerawang Gayo :

a. Tingkat pendapatan pengrajin Kerawang Gayo dikata sudah baik karena sebanyak 10 responden (66,66 %) memperoleh penghasilan sebesar antara Rp. 1.500.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,- perbulan, 4 responden (26,67 %) yang memperoleh penghasilan rata-rata Rp. 2.100.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,- perbulan dan 1 responden (6,67 %) yang memperoleh pendapatan rata-rata di atas Rp. 3.100.000,- perbulan. Pendapatan pengrajin Kerawang lebih besar dibandingkan dengan pendapatan pengrajin Anyaman Tikar, dimana pendapatan pengrajin Kerawang perbulannya diantara Rp. 1.500.000 keatas, sedangkan pendapatan pengrajin Anyama Tikar perbulannya hanya di bawah Rp. 1.000.000. Sesuai juga dengan pendapatan didasarkan pada Upah Minimum Resional (UMR) Kabupaten Aceh Tengah yang berlaku saat sekarang ini adalah Rp. 1.500.000 maka dapat dikatakan bahwa keadaan sosial ekonomi


(23)

pengrajin Kerawang Gayo di Desa Bebesen ditinjau dari tingkat pendapatan sudah tergolong baik.

b. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh responden yaitu responden yang memiliki mobil 6 responden, sepeda motor 13 responden, sepeda 10 responden, handpon 15 responden, kulkas 9 responden, TV 15 responden, radio/tape 11 responden dan mesin cuci 10 responden. Dari data tesebut dapat dilihat bahwa rata-rata responden sudah memiliki sarana dan prasarana baik keperluan informasi, transportasi, keperluan rumah tangga dan lainnya sudah memadai.

7. Keadaan sosial pengrajin Kerawang Gayo :

a. Tingkat pendidikan anak pengrajin Kerawang Gayo sudah dikatakan baik yaitu bahwa dari 53 orang jumlah keseluruhan anak responden yang terbanyak masih duduk di bangku SMA yaitu sebanyak 14 orang (26,42 %), selanjutnya tingkat SD sebanyak 13 orang (24,53 %), kemudian tingkat Perguruan Tinggi sebanyak 11 orang (20,75 %), selanjutnya tingkat SMP sebanyak 9 orang (16,98 %) dan yang belum sekolah sebanyak 6 orang (11,32 %).

b. Keadaan pemukiman dan tempat tinggal pengrajin Kerawang Gayo status kepamilikan rumah atau tempat tinggal responden adalah milik sendiri, mengontrak dan milik famili. Responden yang rumah milik sendiri sebanyak 11 responden (73,33 %), kemudian yang mengontarak 3 responden (20 %) dan yang rumah milik famili 1 responden (6,67 %). Kondisi rumah atau tempat tinggal responden dapat digolongkan kedalam


(24)

tiga jenis yaitu permanen, semi permanen dan tidak permanen. Jenis bangunan rumah responden yang permanen adalah 3 responden (20 %), semi permanen 11 responden (73,33 %) dan tidak permanen 1 responden ( 6,67 %). Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden yang memiliki jenis bangunan rumah semi permanen yaitu 11 responden (73,33 %).

B.SARAN

1. Diharapkan kepada pemerintah daerah dan seluruh masyarakat Suku Gayo agar memperhatikan dan melestarikan kebudayaan yaitu salah satunya melestarikan Kerawang Gayo.

2. Diharapkan kepada pemerintah daerah agar memperhatikan kehidupan pengrajin Kerawang Gayo, membantu baik berupa penambahan alat, modal dan yang lainnya untuk menigkatkan kerajinan Kerawang Gayo tersebut. 3. Kepada pemerintah maupun tokoh adat, disarankan agar lebih produktif

memasyarakatkan pemakaian Kerawang Gayo, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan pelatihan khusus untuk memperdalam tentang pembuatan Kerawang Gayo dan mengadakan pegelaran seni budaya yang bertujuan mengenalkan Kerawang Gayo kepada masyarakat luas. 4. Bagi Departemen Pariwisata agar memperhatikan pengrajin Kerawang

Gayo, sehingga Kerawang Gayo dapat dijadikan sebuah sarana untuk memperindah dan memperlengkap suatu daerah wisata Aceh Tengah, karena Kerawang Gayo adalah pakaian adat atau pakaian khas bagi orang Gayo. Dan memberi semangat kepada pengrajin yang berhasil dan kreatif.


(25)

5. Bagi pengrajin Kerawang Gayo agar lebih meningkatkan kualitas dari Kerawang Gayo tersebut dan tetap menjaga ke khasan Kerawang Gayo yang asli dari Suku Gayo sehingga banyak diminati masyarakat dunia, terutama bagi wisataan.

6. Hendaknya generasi muda, khususnya generasi muda Suku Gayo agar dapat menjaga, melestarikan dan menanamkan rasa cinta terhadap warisan nenek moyang dan sebagai nilai budaya yang tinggi.

7. Perlu kiranya diadakan penelitian lanjutan untuk mendapatkan gambaran tentang Kerawang Gayo, sehingga ditemukan secara utuh tentang Kerawang Gayo di Kabupaten Aceh Tengah.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Atmajaya, Hussein. 1985. Pengembangan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Rajawali. Bintarto. 1997. Penduduk Dalam Data dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fakultas Ilmu Sosial. 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal

Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah. Medan: FIS

Unimed.

Hakim, A.R. 2003. Pesona Tanoh Gayo. Aceh Tengah: Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah.

Hartanto, T. 1998. Agribisnis Perikanan. Jakarta: Universitas.

Hasan, M Affan, DKK. 1980. Kesenian Gayo dan Perkembangannya. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Hasbullah. 1976. Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap

Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jafar, AS. 1983. Upacara Adat Pengantin Gayo. Takengon.

Ibrahim, Mahmud. 2003. Syariat dan Adat Istiadat. Takengon: Yayasan Magaman Mahmuda Takengon.

Kadarsih, Masrih. 1984. Tangan – Tangan Terampil. Jakarta: Djambatan.

Melly, Margaret. 1989. Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Gajah Mada.

Moekidjat. 1993. Kamus Istilah Pendidikan dan Umum. Bandung: Mandar Maju. Nadiroh, Soedjito. 1992. Dinamika Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi. 1983. Pengantar Metode Penelitian. Jogyakarta: Gajah Mada University.


(27)

Sudirman, N. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Todaro, Michael P. 1983. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Y.S, Amran. 1996. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sumber Internet :

(http://www.tanohaceh.com/?=1098 diakses pada tanggal 25-01-2012 jam 22:05) (http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajinan diakases pada tanggal 23-02-2012 jam


(1)

masyarakat Gayo sehari-hari baik makna sosial, makna agama, makna budaya dan yang lainnya.

5. Fungsi Kerawang Gayo secara umum dapat diklasifikasikan kedalam beberapa bagian yaitu :

a. Sebagai Pakaian Adat

b. Sebagai penghormatan kepada seseorang (tamu) c. Sebagai alat Munginte (peminangan)

d. Sebagai alat pada upacara kesenian 6. Keadaan ekonomi pengrajin Kerawang Gayo :

a. Tingkat pendapatan pengrajin Kerawang Gayo dikata sudah baik karena sebanyak 10 responden (66,66 %) memperoleh penghasilan sebesar antara Rp. 1.500.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,- perbulan, 4 responden (26,67 %) yang memperoleh penghasilan rata-rata Rp. 2.100.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,- perbulan dan 1 responden (6,67 %) yang memperoleh pendapatan rata-rata di atas Rp. 3.100.000,- perbulan. Pendapatan pengrajin Kerawang lebih besar dibandingkan dengan pendapatan pengrajin Anyaman Tikar, dimana pendapatan pengrajin Kerawang perbulannya diantara Rp. 1.500.000 keatas, sedangkan pendapatan pengrajin Anyama Tikar perbulannya hanya di bawah Rp. 1.000.000. Sesuai juga dengan pendapatan didasarkan pada Upah Minimum Resional (UMR) Kabupaten Aceh Tengah yang berlaku saat sekarang ini adalah Rp. 1.500.000 maka dapat dikatakan bahwa keadaan sosial ekonomi


(2)

pengrajin Kerawang Gayo di Desa Bebesen ditinjau dari tingkat pendapatan sudah tergolong baik.

b. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh responden yaitu responden yang memiliki mobil 6 responden, sepeda motor 13 responden, sepeda 10 responden, handpon 15 responden, kulkas 9 responden, TV 15 responden, radio/tape 11 responden dan mesin cuci 10 responden. Dari data tesebut dapat dilihat bahwa rata-rata responden sudah memiliki sarana dan prasarana baik keperluan informasi, transportasi, keperluan rumah tangga dan lainnya sudah memadai.

7. Keadaan sosial pengrajin Kerawang Gayo :

a. Tingkat pendidikan anak pengrajin Kerawang Gayo sudah dikatakan baik yaitu bahwa dari 53 orang jumlah keseluruhan anak responden yang terbanyak masih duduk di bangku SMA yaitu sebanyak 14 orang (26,42 %), selanjutnya tingkat SD sebanyak 13 orang (24,53 %), kemudian tingkat Perguruan Tinggi sebanyak 11 orang (20,75 %), selanjutnya tingkat SMP sebanyak 9 orang (16,98 %) dan yang belum sekolah sebanyak 6 orang (11,32 %).

b. Keadaan pemukiman dan tempat tinggal pengrajin Kerawang Gayo status kepamilikan rumah atau tempat tinggal responden adalah milik sendiri, mengontrak dan milik famili. Responden yang rumah milik sendiri sebanyak 11 responden (73,33 %), kemudian yang mengontarak 3 responden (20 %) dan yang rumah milik famili 1 responden (6,67 %). Kondisi rumah atau tempat tinggal responden dapat digolongkan kedalam


(3)

tiga jenis yaitu permanen, semi permanen dan tidak permanen. Jenis bangunan rumah responden yang permanen adalah 3 responden (20 %), semi permanen 11 responden (73,33 %) dan tidak permanen 1 responden ( 6,67 %). Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden yang memiliki jenis bangunan rumah semi permanen yaitu 11 responden (73,33 %).

B.SARAN

1. Diharapkan kepada pemerintah daerah dan seluruh masyarakat Suku Gayo agar memperhatikan dan melestarikan kebudayaan yaitu salah satunya melestarikan Kerawang Gayo.

2. Diharapkan kepada pemerintah daerah agar memperhatikan kehidupan pengrajin Kerawang Gayo, membantu baik berupa penambahan alat, modal dan yang lainnya untuk menigkatkan kerajinan Kerawang Gayo tersebut. 3. Kepada pemerintah maupun tokoh adat, disarankan agar lebih produktif

memasyarakatkan pemakaian Kerawang Gayo, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan pelatihan khusus untuk memperdalam tentang pembuatan Kerawang Gayo dan mengadakan pegelaran seni budaya yang bertujuan mengenalkan Kerawang Gayo kepada masyarakat luas. 4. Bagi Departemen Pariwisata agar memperhatikan pengrajin Kerawang

Gayo, sehingga Kerawang Gayo dapat dijadikan sebuah sarana untuk memperindah dan memperlengkap suatu daerah wisata Aceh Tengah, karena Kerawang Gayo adalah pakaian adat atau pakaian khas bagi orang Gayo. Dan memberi semangat kepada pengrajin yang berhasil dan kreatif.


(4)

5. Bagi pengrajin Kerawang Gayo agar lebih meningkatkan kualitas dari Kerawang Gayo tersebut dan tetap menjaga ke khasan Kerawang Gayo yang asli dari Suku Gayo sehingga banyak diminati masyarakat dunia, terutama bagi wisataan.

6. Hendaknya generasi muda, khususnya generasi muda Suku Gayo agar dapat menjaga, melestarikan dan menanamkan rasa cinta terhadap warisan nenek moyang dan sebagai nilai budaya yang tinggi.

7. Perlu kiranya diadakan penelitian lanjutan untuk mendapatkan gambaran tentang Kerawang Gayo, sehingga ditemukan secara utuh tentang Kerawang Gayo di Kabupaten Aceh Tengah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Atmajaya, Hussein. 1985. Pengembangan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Rajawali. Bintarto. 1997. Penduduk Dalam Data dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fakultas Ilmu Sosial. 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah. Medan: FIS Unimed.

Hakim, A.R. 2003. Pesona Tanoh Gayo. Aceh Tengah: Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah.

Hartanto, T. 1998. Agribisnis Perikanan. Jakarta: Universitas.

Hasan, M Affan, DKK. 1980. Kesenian Gayo dan Perkembangannya. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Hasbullah. 1976. Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jafar, AS. 1983. Upacara Adat Pengantin Gayo. Takengon.

Ibrahim, Mahmud. 2003. Syariat dan Adat Istiadat. Takengon: Yayasan Magaman Mahmuda Takengon.

Kadarsih, Masrih. 1984. Tangan – Tangan Terampil. Jakarta: Djambatan.

Melly, Margaret. 1989. Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Gajah Mada.

Moekidjat. 1993. Kamus Istilah Pendidikan dan Umum. Bandung: Mandar Maju. Nadiroh, Soedjito. 1992. Dinamika Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi. 1983. Pengantar Metode Penelitian. Jogyakarta: Gajah Mada University.


(6)

Sudirman, N. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Todaro, Michael P. 1983. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Y.S, Amran. 1996. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sumber Internet :

(http://www.tanohaceh.com/?=1098 diakses pada tanggal 25-01-2012 jam 22:05) (http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajinan diakases pada tanggal 23-02-2012 jam