Gambaran Aktivitas Sehari-Hari pada Anak Prasekolah Usia (4-5) Tahun di Kampong Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

(1)

GAMBARAN AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA ANAK

PRASEKOLAH USIA (4-5) TAHUN DI KAMPUNG

UMAH OPAT KECAMATAN BEBESEN

KABUPATEN ACEH TENGAH

SKRIPSI

Oleh

FEBY SYARA MUNTE 101101017

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan berkat-Nya yang selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini dengan judul “Gambaran aktivitas sehari hari pada anak usia prasekolah di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah” untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Faklutas Universitas Sumatera utara.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam Skripsi ini, oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan ilmu dan praktik keperawatan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Wardiyah Daulay, S.Kp,Ns.M.Kep, selaku dosen pembimbing akademik.

2. Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed, CWCCA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Mula Tarigan, S.Kp, Ns. M.Kes. selaku penguji I dan Wardiyah Daulay, S.Kp, Ns. M.Kep, selaku penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan juga kepada seluruh staf pengajar beserta staf administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Kepala Desa Kampung Umah Opat yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.


(4)

6. Kepada, Yuni Syara Munte, Tengku Amin Putra, Elliya Gustina, Meilida Rizki, yenikha Gea Arafa, Pandi, Lia Fitri, Fachgrul Rozi Munte yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Ir. Abnu Amin Munthe dan ibunda Erni Dalila Ama. Pd. yang menjadi tempat untuk berbagi keluh kesah, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dan segala yang terbaik untuk penulis.

8. Teman-teman senasib seperjuangan stambuk 2010 Reguler A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan kasih dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis skripsi bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Juli 2012


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBARAN PENGESAHAN ... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ...xi

BAB 1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1 Anak Usia Prasekolah ... 8

2.1.1 Defenisi Anak Usia Prasekolah ... 8

2.1.2 Ciri–ciri Anak Prasekolah ... 8

2.1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah. ... 10

2.1.4 Tingkat Perkembangan Anak Prasekolah ... 11

2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia Prasekolah ... 14

2.1.6 Tugas Perkembangan Anak Asia Prasekolah ... 18

2.2 Aktivitas Sehari-hari ... 22

2.2.1 Pengertian Aktivitas Sehari-hari ... 22

2.2.2 Macam–macam Aktivitas Sehari-hari ... 24

2.2.3 Faktor–faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Sehari–hari.. 25

2.2.4 Faktor–faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Melakukan Aktivitas Sehari–hari ... 28

BAB 3 Kerangka Konsep ... 31

3.1 Kerangka Konsep ... 31

3.2 Definisi Operasional ... 32

BAB 4 Metodologi Penelitian ... 34

4.1 Desain Penelitian ... 34

4.2 Populasi dan Sampel ... 34

4.2.1 Populasi Penelitian ... 34

4.2.2 Sampel Penelitian ... 34

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

4.3.1 Lokasi Penelitian ... 35

4.3.2 Waktu Penelitian ... 35


(6)

4.5 Instrumen Penelitian ... 36

4.6 Uji Validitas ... 38

4.6.1 Uji Reliabilitas ... 38

4.7 Rencana Pengumpulan Data ... 39

4.8 Analisa Data ... 39

BAB 5 Hasil dan Pembahasan ... 41

5.1 Hasil Penelitian ... 41

5.1.1 Data Demografi ... 41

5.1.2 Gambaran Aktivitas Sehari-hari Bedasarkan Jawaban Pertanyaan Pada Anak Usia Prasekolah (4-5) Tahun di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah ... 42

5.1.3 Gambaran Kemandirian Anak Prasekolah Usia (4-5) Tahun di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah ... 44

5.2 Pembahasan ... 44

BAB 6 Kesimpulam dan Saran ... 49

6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran-saran ... 50

Daftar Pustaka ... 51


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1Definisi Operasional……… …….………....32 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden (n=51)

……….……… …….……….……...42 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Responden Bedasarkan Pertanyaan Aktibitas Sehari-hari (n=51)…...……….….43 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Presentase Responden Bedasarkan Katagori

Tingkat Kemampuan Anak Dalam Melakukan Aktivitas Dasar Sehari-hari……....………...……..44


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka penelitian gambaran aktivitas sehari–hari pada anak usia prasekolah... 31


(9)

Judul : Gambaran Aktivitas Sehari-hari Pada Anak Prasekolah Usia (4-5) Tahun di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

Nama : Feby Syara Munte NIM : 101101017

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

ABSTRAK

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun. Pada usia prasekolah anak memiliki tugas perkembangan, salah satunya adalah perkembangan motorik. Tugas perkembangan motorik di antaranya adalah melakukan aktivitas dasar sehari-hari seperti makan dan minum, eliminasi, ke toilet, berpindah tempat, mandi dan berpakaian. Akan tetapi dalam melaksanakan tugas perkembangan ini kemampuannya berbeda-beda pada tiap anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran aktivitas sehari-hari pada anak prasekolah usia 4-5 tahun di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan jumlah responden 51 orang dengan tehnik random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan koesioner yang meliputi data demografi dan koesioner gambaran aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar responden dalam melakukan aktivitas sehari-hari pada ketergantungan ringan (43,1%), sebagain lagi mandiri (21,6%), ketergantungan sedang (31,3%), ketergantungan berat (4%) dan ketergantungan total (0%). Oleh karena itu diharapkan untuk para ibu agar memberikan pola asuh yang sesuai pada anak untuk meningkatkan kemandirian anak.


(10)

(11)

Judul : Gambaran Aktivitas Sehari-hari Pada Anak Prasekolah Usia (4-5) Tahun di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

Nama : Feby Syara Munte NIM : 101101017

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

ABSTRAK

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun. Pada usia prasekolah anak memiliki tugas perkembangan, salah satunya adalah perkembangan motorik. Tugas perkembangan motorik di antaranya adalah melakukan aktivitas dasar sehari-hari seperti makan dan minum, eliminasi, ke toilet, berpindah tempat, mandi dan berpakaian. Akan tetapi dalam melaksanakan tugas perkembangan ini kemampuannya berbeda-beda pada tiap anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran aktivitas sehari-hari pada anak prasekolah usia 4-5 tahun di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan jumlah responden 51 orang dengan tehnik random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan koesioner yang meliputi data demografi dan koesioner gambaran aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar responden dalam melakukan aktivitas sehari-hari pada ketergantungan ringan (43,1%), sebagain lagi mandiri (21,6%), ketergantungan sedang (31,3%), ketergantungan berat (4%) dan ketergantungan total (0%). Oleh karena itu diharapkan untuk para ibu agar memberikan pola asuh yang sesuai pada anak untuk meningkatkan kemandirian anak.


(12)

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur dan terus–menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau ukuran dari hal–hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur– unsur yang baru (Soetjiningsih, 2002). Anak sebagai generasi unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Suatu perjalanan yang harus dilalui seorang anak adalah tumbuh kembang. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap dampak fisik, sedangkan perkembangan merupakan segala perubahan yang terjadi pada anak baik secara fisik, kognitif emosi maupun psikososial. Untuk dapat berkembang dengan optimal anak memerlukan dukungan yang kondusif dari orang tua (Haraningrumi, 2007).

Anak diartikan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psokologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2005 ). Anak prasekolah adalah mereka yang berusia 3–6 tahun, mereka bisa mengikuti program praekolah anak mengikuti prasekolah ini untuk persiapan awal sebelum masuk ke sekolah umum (Gupte, 2004 ). Tugas orang tua dari anak prasekolah yang berusia 3–6 tahun untuk membantu anak mengenal peraturan dan mengatur perilaku, menstimulasi permainan dan aktifitas, memberi bimbingan dan membina kedekatan dengan anak (Chairinisa, 2008).


(14)

Tujuan utama prasekolah adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar (Hidayat, 2005). Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia prasekolah merupakan masa yang sangat menentukan bagi perkembangan anak pada tahapan perkembangan selanjutnya. Pada masa ini, anak berada dalam situasi yang peka untuk menerima rangsangan dari luar (Nursalam, 2005). Menurut Suryani (2002) bila pada masa usia pra-sekolah anak memperoleh rangsangan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, kemampuan anak akan berkembang dengan optimal.

Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak lahir sampai mencapai usia dewasa, Perhatian yang di berikan pada masa balita sangat menentukan kualitas hidup manusia ke masa depan. Salah satu tugas perkembangan adalah membentuk kemandirian, kedisiplinan, dan kepekaan emosi pada anak (Hidayat, 2005). Untuk melakukan tugas tersebut dalam melatih kemandirian pada anak salah satunya dengan mengajarkan anak melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri yang meliputi kegiatan ke toilet, makan dan minum, berpakaian, mandi, berdandan dan berpindah tempat (Harjaningrum, 2007).

Aktivitas sehari – hari adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan


(15)

dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Hardywinoto & Setiabudi, 2005). Sedangkan menurut Fricke (2012), aktivitas sehari – hari adalah aktivitas sehari – hari yang biasa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari - hari

Kemandirian anak dalam melatih kegiatan ke toilet biasanya sudah di lakukan pada anak usia 18–24 bulan yang bertujuan untuk mengontrol buang air besar dan buang air kecil secara mandiri (Hidayat, 2005). Kemandirian anak untuk makan dan minum biasanya sudah di dapat dimulai sejak usia 6 bulan ketika bayi dapat duduk tanpa di sokong. Anak sudah bisa di ajarkan mandi sendiri pada usia 1–2 tahun tetapi dalam pengawasan orang tuanya ,anak sudah bisa di ajarkan cara mencuci rambut, cara memakai sabun dan cara memengang gayung yang berisi air, usia 4 tahun anak sudah bisa mandi sendiri. Pada usia 12-18 tahun berikan anak kesempatan untuk berpakaian sendiri, Pada usia 2–3 tahun kemampuan motorik dan kognitif anak sudah mulai berkembang anak juga sudah di ajarkan untuk berpakaian sendiri secara sederhana (Suherman, 2000). Kegiatan toileting sudah di lakukan pada usia 18–22 bulan bertujuan untuk mengontrol anak untuk buang air besar dan buang air kecil secara mandiri (Hidayat, 2005).

Bedasarkan survey awal peneliti di TK Ciding Ayu salah satu TK yang ada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, di temukan data jumlah anak prasekolah di tahun 2010 sebanyak 28 anak, tahun 2011 sebanyak 35 anak, tahun 2012 sebanyak 37 anak, tahun 2013 sebanyak 37 anak. Selain itu di dapatkan data dari para guru dan kepala sekolah TK Ciding Ayu bahwa sebagian anak pra sekolah belum bisa mandiri sesuai dengan perkembangannya usia (3–5) tahun.


(16)

Hal ini di buktikan dengan sebagaian besar anak pra sekolah belum bisa mengikat sepatu sebanyak 5 anak, masih di antar sampai ke depan pintu ruangan sebanyak 3 anak, masih di bawakan semua perlengkapan sekolah seperti tas dan tempat makan sebanyak 5 anak, minta di temani ke toilet sebanyak 2 anak bahkan tidak bisa membersihkan area genitalnya, masih di temani orang tua dari mulai sekolah sampai pulang sebanyak 3 anak bahkan sampai setahun, masih minta di suap pada saat makan sebanyak 2 orang.

Selain TK Ciding Ayu juga terdapat TK Pembina yang terletak di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen dengan jumlah anak pada tahun 2013 sebanyak 70 anak hasil penelitian awal dapat terlihat banyak anak yang masih belum bisa mengikat sepatu sendiri, ada yang mengompol karena takut pergi ke toilet sendiri, dan ada sekitar 4 orang anak yang belum mau di tinggal orang tuanya pulang sehinngga duduk di samping anak tersebut sampai waktunya pulang. Ada juga terdapat TK Al-Fitrah TK ini juga terletak di Kecamatan Bebesen, dengan jumlah anak pada tahun 2013 sebanyak 45 anak, sebagai penelitian awal hasil wawancara dengan kepala TK, di dapatkan data bahwa ada sebagian anak yang harus ditemani orang tuanya saat belajar, tetapi karena peraturan TK tersebut orang tua tidak di bolehkan masuk sehingga banyak anak yang menangis dan tidak mau makan, minum, dan bermain dengan teman – temanya.

Orang tua harus mendorong anak untuk berani mencoba mengemukakan pendapat, gagasan, atau mengambil suatu keputusan, dan melatih anak untuk melakukan aktivitas secara mandiri. Orang tua terkadang terlalu memanjakan


(17)

anak dan memberikan fasilitas pelayanan yang penuh dari orang tua atau pengasuh, sehingga anak tidak diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas secara mandiri. Akibatnya ada sebagian anak dalam memenuhi aktivitas sehari – hari sangat bergantung pada orang lain, dan ada sebagain anak yang tidak sepenuhnya bergantung pada orang lain, tetapi pada anak yang sudah terbiasa di ajarkan untuk melakukan aktifitas sendirian, maka anak tersebut terbiasa melakukanya secara mandiri. Orang tua harus mendorong kemandirian anak untuk melakukan sesuatu, menghargai usaha mereka, dan memberi pujian terhadap usaha mereka. Cara – cara ini merupakan salah satu cara untuk pengembangan kreatifitas anak (Wahyuni, 2009).

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang gambaran aktivitas sehari–hari pada anak usia pra sekolah di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kebupaten Aceh Tengah.

1.2Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalah yang akan di teliti adalah bagaimana gambaran aktivitas sehari–hari pada anak pra sekolah di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

1.3Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana gambaran aktivitas sehari–hari pada anak prasekolah usia 4-5 tahun di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.


(18)

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui bagaimana gambaran aktivitas makan dan minum, eliminasi (BAB/BAK), ketoilet, berpindah tempat, mandi dan berpakaian pada anak prasekolah usia 4-5 tahun di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu, pengetahuan, dan wawasan tentang aktifitas sehari hari pada anak usia prasekolah terkait dengan kemandirian anak.

1.3.2 Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini di harapkan bisa menjadi masukan bagi orang tua dalam mengasuh dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri.

1.3.3 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai gambaran tentang aktivitas sehari– hari pada anak usia prasekolah.

1.3.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini di harapkan menjadi sumber informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang terkait dengan anak prasekolah


(19)

1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Usia Prasekolah

2.1.1 Definisi Anak Usia Prasekolah

Anak diartikan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psokologis, sosial, dan spiriual (Hidayat, 2005). Anak adalah antara usia 0–14 tahun karena diusia inilah risiko cenderung menjadi besar (WHO, 2003 dalam Nursalam, 2007).

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu di rangsang dan di kembangkan agar pribadi anak tesebut berkembang secara optimal (Supartini, 2004).

2.1.2 Ciri-ciri Anak Prasekolah

Kartono (2007), mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.

1. Ciri Fisik

Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah di bedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya. Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dapay di lakukan sendiri. Berikan kesempatan pada anak untuk lari, memanjat, dan melompat. Usahakan kegiatan tersebut


(20)

sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan. Walaupun anak laki-laki lebih besar, namun anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat pratis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengeritik anak laki-laki apabila tidak terampil.

Ciri fisik pada anak usia 4-6 tahun tinggi badan bertambah rata-rata 6,25-7,5 cm pertahun, tinggi rata-rata anak usia 4 tahun adalah 2,3 kg per tahun. Berat badan anak usi 4-6 tahun rata-rata 2-3 kh pertahun, berat badan rata-rata anak usia 4 tahun adalah16,8 kg (Muscari, 2005).

2. Ciri Sosial

Anak prasekolah biasanya juga mudah bersosialisasi dengan orang sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang biasa di pilih yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin berbeda.

Pada usia 4-6 tahun anak sudah memiliki keterikan selain dengan orang tua, termasuk kakek nenek, saudara kandung, dan guru sekolah, anak memerlukan interaksi yang yang teratur untuk membantu mengembangkan keterampilan sosialnya (Muscari, 2005).

3. Ciri Emosional

Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak prasekolah sering terjadi. Mereka sering kali memperebutkan perhatian guru dan orang sekitar.


(21)

4. Ciri Kognitif

Anak prasekolah umumya sudah terampil berbahasa, sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya. Sebaiknya anak di beri kesempatan untuk menjadi pendengar yang baik.

Pada usia 2-4 tahun anak sudah dapat menghubungkan satu kejadian dengan kejadian yang simultan dan anak mampu menampilkan pemikirn yang egosentrik, pada usia 4-7 tahun anak mampu membuat klasifikasi, menjumlahkan, dan menghubungkan objek-objek anak mulai menunjukkan proses berfikir intuifif (anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar tetapi dia tidak dapat mengatakan alasanya ), anak menggunakan banyak kata yang sesuai tetapi kurang memahami makna sebenarnya serta anak tidak mampu untuk melihat sudut pandang orang lain ( Muscari, 2005 ).

2.1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Perkembangan

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan sel dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (Whally dan Wong, 1998).

Perkembangan pada anak terjadi mulai pertumbuhan dan perkembangan secara fisi, intelektual, maupun emosional. Peristiwa pertumbuhan secara fisik dapat terjadi dalam perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan secara intelektual dapat di lihat dari kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain,


(22)

berhitung, dan membaca, sedangkan perkembangan secara emosional dapat di lihat dari perilaku sosial di lingkungan anak (Suryani, 2005).

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan (Hidayat, 2005).

2.1.4 Tingkat Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Menurut Whalley dan Wong (2008), perembangan anak prasekolah di bagi atas perkembangan kepribadian dan perkembangan fungsi mental.

1. Perkembangan kepribadian

Perkembangan kepribadian terdiri dari perkembangan psikososial, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan mental.

a. Perkembangan Psikososial

Menurut Nursalam (2005), masalah psikososial, mengatakan krisis yang dihadapi anak pada usia 3 dan 6 tahun di sebut “inisiatif versus rasa bersalah”. Dimana orang terdekat anak usia prasekolah adalah keluarga, anak normal telah menguasai perasaan otonomi, anak mengembangan rasa bersalah ketika orang tua


(23)

membuat anak merasa bahwa imajinasinya dan aktivitasnya tida dapat menoleransi penindaan kepuasan dalam periode pertama.

Rasa takut pada anak usia 4-6 tahun biasanya lebih menakutkan dibandingkan usia lainya, rasa takut yang umunya terjadi seperti takut kegelapan, ditinggal sendiri terutama pada saat menjelang tidur, perasaan takut anak prasekolah muncul dan berasal dari tindakan dan penilaian orang tua. Menghadapkan anak dengan objek yang membuatnya takut dalam lingkungan yang terkendali, dan memberikan anak kesempatan untuk menurunkan rasa takutnya ( Muscari, 2005).

Komponen yang paling utama untuk berkembang pada seorang anak adalah rasa percaya. Rasa percaya pada anak di bangun pada tahun pertama kehidupan anak. Rasa tidak percaya pada anak akan timbul bila pengalaman untuk meningkatkan rasa percaya kurang yaitu kurangnya pemenuhan aktivitas fisik, psikologi dan social. Pada usia 3 tahun alat gerak dan rasa telah matang dan rasa percaya diri telah timbul, perkembangan periode ini berfokus untuk meningkatkan kemampuan anak mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Selain itu anak akan menggunakan kekuatan mentalnya untuk menolak dan mengamnil sebuah keputusan (Riyadi dan Sukarmin, 2009).

b. Perkembanngan Psikoseksual

Pada tahap ini anak prasekolah termasuk pada tahap falik, dimana masa ini genita menjadi area tubuh yang menarik dan sensitive (Hidayat, 2005).

Tahap falik berlangsung dari usia 3-5 tahun kepuasan anak berpusat pada genitalia dan masturbasi banyak usia anak prasekolah melakukan masturbasi


(24)

untuk kesenangan fisiologis. Anak usia prasekolah berhubungan dekat dengan orang tua lain jenis tetapi mengidentifikasi orang tua sejenis, ketika identitas seksual berkembang kesopanan mungkin menjadi perhatian demikian hal nya dengan ketakutan dengan kastrasi (Muscari, 2005).

c. perkembangan mental

Menurut Whalley dan Wong (1998), pada perkembangan kognitif salah satu tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan untuk sekolah dan pelajaran sekolah. Disini terdapat fase praoperasional (piegat) pada anak usia 3–5 tahun. Fase ini termasuk perkambangan prakonseptual pada usia 2-4 tahun, dan fase pikiran intuitif pada usia 2-4–7 tahun. Salah satu transisi utama selama kedua fase adalah pemindahan dari pikiran egosentris menjadi total menjadi kesadaran sosial dan kemampun untuk mempertimbangkan sudut pndang orang lain.

2.1.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Menurut Nursalam (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan yaitu: keturunan, nutrisi, hubungan interpersonal, tingkat sosial ekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stres pada masa kanak–kanak dan pengaruh media, pola asuh orang tua.

1. Keturunan

Dalam semua budaya, sikap dan harapan dalam semua jenis budaya berbeda sesuai dengan jenis kelamin anak. Jenis kelamin dan determinan keturunan sangat kuat, mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju


(25)

perkembangan untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Pada deminsi kepribadian dapat kita lihat saat temperamen, tingkat aktivitas, koresponsifan, dan ecendrungan ke arah rasa malu, diyakini dapat diturunkan. Anak yang mengalami gangguan mental dan fisik yang diturunkan akan mengubah atau menggangu pertumbuhan emosi, fisik dan interaksi anak dengan lingkungan sekitar (Nursalam, 2005).

2. Nutrisi

Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan. Selama periode pertumbuhan pranatal yang cepat, nutrisi buruk dapat mempengaruhi perkembangan dari waktu invlantasi ovum sampai kelahiran. Selama bayi dan anak–anak, kebutuhan kalori dan protein lebih tinggi dibandingkan pada saat periode perkembangan pascanatal. Nafsu makan anak akan berfluktuasi sebgai respon terhadap keberagaman samapai pertumbuhan turbulen dimasa remja (Soetjiningsih, 2002).

3. Hubungan Interpersonal

Pada masa anak – anak, hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan keperibadian. Anak yang melakukan kontal dengan orang lain dapat memberikan pengaruh pada anak yang sedang berkembang. Tetapi dengan luasnya rentang kontak dapat menjadi pelajaran dalam perkembangan kepribadian sehat (Whalley dan Wong, 1998).


(26)

4. Tingkat Sosial Ekonomi

Keluarga dengan tingkat perekonomian yang rendah mungkin akan kurang memiliki pengatahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya nutrisi untuk membantu perkembangan optimal anak. Pada anak yang sosial ekonominya rendah tidak mampu memenuhi nutrisi yang lengkap untuk anaknya sehingga dapat mempengaruhi proses perkembangan anak baik perkembangan psikososial dan perkembangan kognitif anak karena gizi yang masuk tidak memenuhi kebutuhan anak (Whalley dan Wong, 1998).

5. Penyakit

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu manifestasi klinis dan sejumlah gangguan herediter, gangguan pertumbuhan pada anak – anak terlihat pada gangguan skeletal, seperti berbagai bentuk dwarfisme dan sedikitnya satu anomaly kromosom, gangguan pada pencernaan dan gangguan absropsi nutrisi tubuh pada anak akan menyebabkan efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan anak (Hidayat, 2005).

6. Bahaya Lingkungan.

Agen berbahaya yang paling sering dikaitan dengan resiko kesehatan adalah bahan kimia dan radiasi. Air dan udara serta makanan yang terkontaminasi dari berbagai sumber telah didokumentasikan dengan baik. Inhabilasi asap rokok


(27)

secara pasif oleh ana sangat berbahaya pada proses perkembangan anak (Riyadi dan Sukarmin, 2009).

7. Stres Pada Masa Kanak – Kanak

Dari sudut pandang fsikologis dan emosi pada intinya stres adalah ketidak seimbangan anatara tuntutan lingungan dan sumber koping individu yang mengandung ekulibrium individu tersebut. Pada anak tampak lebih rentang mengalami stres bila dibandingkan dengan yang lain. Respon terhadap stresor dapat berupa prilaku, psikologis, atau fisiologis. Dengan adanya stres tersebut maka akan terbentuknya strategi koping yang dapat melindungi dirinya menghadapi stress (Harjaningrum, 2007).

8. Pengaruh Media Masa

Media dapat memperluas pengetahuan anak tentang dunia tempat mereka hidup dan berkonstribusi untuk mempersempit perbedaan antar kelas. Namun media juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak, karena anak masa kini terpikat seperti pada beberapa dekade lalu. Anak–anak masa ini lebih cendrung memilih media dan figur olah raga sebagai model peran ideal mereka, sedangkan di masa lalu anak lebih suka meniru orang tua atau walinya.

Menurut Chairinniza (2008), faktor penghambat penyelesaian tugas perkembangan yaitu tingkat perkembangan anak yang mudur, tidak mendapatkan kesempatan yang cukup, dan tidak mendapat bimbingan dan arahan yang tepat, tidak ada motivasi, kesehatan buru, cacat tubuh, dan tingat kecerdasan yang rendah.


(28)

9. Pola Asuh Orang Tua

Untuk membantu anak berhasil dalam kehidupanya kelak, orang tua perlu mencermati hal-hal yang mendasar yang dibutuhkan anak sebagai pondasi keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak bukan hanya pondasi. Tetapi, hal yang mendasar juga harus diperhatikan seperti konsep diri anak, sikap, rasa tanggung jawab, dan motivasi dalam diri yang tinggi (Chairnniza, 2008).

2.1.6 Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah 1. Perkembangan Fisik

Pada pertumbuhan masa prasekolah pada anak pertumbuhan fisiknya khususnya berat badan mengalami kenaikan pertahunya rata-rata 2 kg, kelihatan kurus akan tetapi aktivitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan seperti berjalan, melompat, dan lai-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75-7,5 centi meter setiap tahunnya (Hidayat, 2005).

2. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan halus. Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot - otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering menumbuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemamfaatan menggunakan alat-alat untuk menggunakan suatu objek. Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan oordinasi antar


(29)

anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri (Nursalam, 2007).

Keterampilan motorik kasar pada anak usia 3-6 tahun sudah dapat melompat dengan satu kaki, melompat dan berlari lebih lancar, mengembangkan kekmampuan olah raga seperti meluncur dan berenang anak usia prasekolah dapat mengendarai sepeda roda 3, menaiki tangga dengan kaki bergantian berdiri satu kaki selama beberapa menit, melompat dengan satu kaki, menuruni tangga dengan kaki bergantian pada usia 4 tahun melompati tali, dan berdiri seimbang dengan satu kaki dan mata tertututp pada usia 5 tahun. Keterampilan motorik halus dapat merekatkan sepatu, dapat membuat jembatan dengan 3 balok, menggambar tanda silang, mengancingkan baju sendiri, makan sendiri, dapat makan dengan menggunakan sendok dan garpu, mengoleskan selai ke roti dengan menggunakan pisau, menuangkan air minum ke dalam gelas, mandi sendiri, menggunakan gayung saat mandi, dan dapat ke toilet sendiri, (Muscari, 2005).

Sedangkan menurut Hidayat (2005), perkembangan motorik kasar pada anak usia 3-4 tahun yaitu, anak dapat melompat, berjalan mundur, menendang bola. Sedangkan motorik halus anak sudah daot mencoret-coret dengan satu tangan, mengambil pinsil, belajar menghitung, dapat ke toilet sendiri, dapat mengontrol buang air besar dan buang air kecil, meletakan gelas di atas meja, memasukkan kaki ke dalam sepatu. Pada usia 4-5 tahun perkembangan motorik kasar yang di capai adalah dapat menuruni tangga dengan cepat, seimbang


(30)

berjalan saat mundur, melempar dan menangkap bola, melambungkan bola. Sedangkan untuk perkembangan motorik halus anak sudah dapat mengikat sepatu sendiri, mengguting dengan cukup baik, mencuci tangan sendiri, dapat membersihkan area genital setelah buang air besar dan buang air kecil, dapat makan sendiri, membawakan gelas tanpa tumpah, mandi sendiri, memakai baju sendiri, mandi sendiri, membuka pakaian sendiri..

Anak dapat menggosok gigi pada usia 2 tahun hal ini dapat diajarkan sejak usia hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kerusakan pada gigi, radang gusi, dan penyakit lainya. Dengan cara selalu mengajarkan menggosok gigi ingatkan untuk anak menggosok minimal 2 kali dalam sehari terutama setelah makan dan sebelum tidur (Roper, 2002).

Anak sudah dapat ke toilet sendiri pada usia 2-3 tahun, anak mulai terbiasa pada usia 3-4 tahun untuk membersihkan kotoran setelah buang air besar dan buang air kecil dan tidak lupa untuk mencuci tangan setelah buang air besar dan buang air kecil (Iwang, 2008).

Usia 4-5 tahun anak mulai memegang peralatan makan dengan benar inilah saatnya belajar makan dengan memberikan sendok dan garpu yang tidak mudah pecah, anak mampu memasukan makanan dalam mulut meskipun masih berantakan. Anak usia 5 tahun mengikuti kebiasaan makan orang lain antara lain percakapan di meja makan, sikap di meja makan dan kemauan untuk mencoba makanan baru, mengambil makanan sendiri dari tempat saji ke tempat makannya, serta membantu menyiapkan dan membersihkan makanan (Muscari, 2005).


(31)

Menurut penelitian Gustina (2011), tentang pengaruh permainan modifikasi terhadap perkembangan motorik kasar dan motorik halus di di TK Kartika. Dengan masing-masing responden sebanyak 20 orang, dengan cara peneliti memberikan permainan modifikasi. Maka, hasil dari penelitian didapatkan peningkatan perkembangan motorik kasar dan halus pada anak TK Kartika terhadap pemberikan pembelajaran dengan menggunakan tehnik permainan modifikasi.

Penelitian yang dilakukan Sundari (2009), yang meneliti hubungan status gizi mengenai perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada ank usia 1–5 tahun di Play Group Traju Mas Purworejo. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan anatara status gizi dengan perkembangan motorik kasar dan halus pada anak usia 1–5 yahun di Play Group Traju Mas Purworejo

3. Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah

Perkembangan bahasa mampu menyebutkan hingga empat gambar, hingga empat warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, menggunakan bunyi untuk mengidentifiasi objek, orang dan aktivitas, meniru berbagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespon terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga terdekat (Hidayat, 2005).

Rata-rata anak usia 3 tahun mengucapkan 900 kata, berbicara kalimat denga 3-4 kata dan berbicara terus menerus. Rata-rata usia anak 4 tahun mengucapkan 1500 kata, mengatakan cerita yang berlebih lebihan, dan bernyanyi yang sederhana. Rata-rata usia 5 tahun dapat mengucapkan 2100, mengetahui 4


(32)

warna atau lebihdan dapat menamakan hari-hari dalam 1 minggu dan bulan (Muscari, 2005).

4. Perkembangan Adaptasi Sosial

Perkembangan adaptasi sosial dapat bermain dengan permainan sederhana. Menangis jika di marahi, membuat permainan sederhana, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga (Hidayat, 2005).

2.1 Aktivitas Sehari-hari

2.2.1 Pengertian Aktivitas Sehari–hari

Menurut Fricke (2012), aktivitas sehari – hari adalah aktivitas sehari – hari yang biasa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari – hari. Aktivitas sehari–hari adalah melakukan kegiatan pekerjaan rutin sehari– hari. Aktivitas dasar sehari–hari merupaka aktivitas pokok bagi perawatan diri meliputi kegiatan ke toilet, makan, berpakaian, berdandan, mandi, dan berpindah tempat (Hardiywinoto dan Setiabudi, 2005).

Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth (2000), Aktivitas sehari–hari adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang terhadap dirinya dengan tujuan untuk memenuhi atau berhubungan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat. Istilah Aktifitas sehari–hari mencakup perawatan diri seperti (berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi berhias, juga menyiapkan makanan, mengelola uang) dan mobilitas seperti berguling ketempat tidur, bangun


(33)

dan duduk, tranfer atau bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain.

Aktivitas sehari–hari adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang terhadap dirinya dengan tujuan untuk memenuhi atau berhubungan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat. Istilah Aktifitas sehari–hari mencakup perawatan diri seperti (berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi berhias, juga menyiapkan makanan, mengelola uang) dan mobilitas seperti berguling ketempat tidur, bangun dan duduk, tranfer atau bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain (Sugiarto, 2005).

Aktifitas sehari- hari pada anak usia prasekolah umur 4-5 tahun dalam melakukan personal dalam melakukan kebersihan diri seperti mandi, berpakaian, bersisir, dan membersihkan area premium umunya kulit dibersihkan dengan cara mandi agar kulit tidak kering pada saat mandi hendaknya memilih sabun dan shampo dengan produk yang tidak menimbulkan rasa perih, membiasakan anak untuk mandi 2 kali sehari setelah berktifitas pada usia 3-4 tahun anak sudah dapat diajari memakai sabun dan shampo keseluruh area tubuh seperti lipatan kulit dan sela-sela jari ketiak dan telinga tetapi dalam pengawasan orang tua, untuk kebersihan rambut cuci 1-2 kali seminggu dengan memakai shampo yang cocok sambil pijat-pijat kulit kepala pada saat mencuci rambut, anak usia 4-5 tahun ini biasanya akan mengikuti kebiasaan oarng tua pada saat sehabis mandi menggunakan sisir untuk merapikan rambut walaupun belum sempurna untuk kebersihan perineum ajarkan anak untuk


(34)

mebersihkan area genital dan mencuci tangan, setiap selesai buang air besar dan buang air kecil dan ajarkan anak untuk mencuci tangan (Roper, 2002).

Keterampilan makan sendiri mulai dipelajari anak sejak usia 6-9 bulan, yaitu dengan memegang atau menggenggam makanan padat yang jika dimakan akan menjadi lunak di mulut (finger food). Finger food menjadi tonggak berkembangnya keterampilan makan sendiri bagi anak. Makan sendiri bisa diajarkan dengan cara yang menyenangkan. Aktivitas ini cukup mudah bagi anak, terutama untuk mengeksplorasi indera dari pengalamannya dalam merasakan sifat makanan yang mudah hancur, tekstur yang kasar, basah, atau licin dengan mengajarikan anak terbiasa untuk makan sendiri maka usia 4-5 tahun anak sudah dapat melakukannya sendiri (Tarwono, 2006).

Psikologi anak pada hari pertama masuk sekolah biasanya tidak menyenangkan psikologi anak takut dengan sekolahnya bukan hanya dirasakan pada anak yang baru masuk sekolah saja, secara umum anak usia 5-6 tahun sudah bisa diajarkan pergi sekolah secara mandiri (Chairinniza, 2008).

2.2.2 Macam–macam Aktivitas

Aktivitas dasar sehari–hari perawatan dasar yang berhubungan dengan kemampuan yang biasa di lakukan individu mulai dari masa kanak–kanak awal (Kernisan, 2012).

1. Aktivitas Dasar Sehari–Hari

Aktivitas dasar sehari–hari sering disebut juha aktivitas sehari–hari saja, yaitu keterampilan dasar yang harus di miliki seseorang untu merawat dirinya meliputi


(35)

kegiatan berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi dan berhias. Ada juga yang melakukan kontinensi buang air besar dan buang air kecil. Dalam katagori kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas.

2. Aktivitas Sehari–hari Instrumental

Aktivitas sehari–hari instrumental yaitu aktivitas yang berhubungan dengan penggunaan alat bantu atau benda penunjang kehidupan sehari–hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas, berbelanja, managemen penataan rumah.

2.2.3.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Sehari–Hari

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari pada adalah sebagai berikut (Potter dan Perry, 2006):

1. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri a. Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam aktifitas sehari-hari, sebagai contoh sistem nervous mengumpulkan dan menghantarkan, dan mengelola informasi dari lingkungan. Sistem muskuluskoletal mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga seseorang dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan. b. Fungsi kognitif

Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Tingkat fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas


(36)

sehari-hari. Fungi kognitif menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpestasikan sensor stimulus untuk berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif yang meliputi perhatian memori, dan kecerdasan. Gangguan pada aspek-aspek dari fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berfikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari (Hidayat, 2005).

d. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang komplek antara perilaku interpersonal dan interpersonal. Kebutuhan psikologis berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang. Meskipun seseorang sudah terpenuhi kebutuhan materialnya, tetapi bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, maka dapat mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengan kehidupanya, sehingga kebutuhan psikologi harus terpenuhi agar kehidupan emosionalnya menjadi stabil (Hidayat, 2005).

e. Tingkat stres

Stres merupakan respon fisik non spesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stres disebut stressor, dapat timbul dari tubuh atau lingkungan dan dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stres dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Stres dapat mempunyai efek negatif atau positif pada kemampuan seseorang memenuhi aktifitas sehari-hari (Potter dan Perry, 2006).


(37)

2. Faktor-faktor dari luar meliputi : a. Lingkungan keluarga

Sifat dari perubahan sosial yang mengikuti kehilangan orang yang dicintai tergantung pada jenis hubungan dan definisi peran sosial dalam suatu hubungan keluarga. Selain rasa sakit psikologi mendalam, seseorang yang berduka harus sering belajar keterampilan dan peran baru untuk mengelola tugas hidup yang baru, dengan perubahan sosial ini terjadi pada saat penarikan, kurangnya minat kegiatan, tindakan yang sangat sulit. Sosialisasi dan pola interaksi juga berubah. Tetapi bagi orang lain yang memiliki dukungan keluarga yang kuat dan mapan, pola interaksi independent maka proses perasaan kehilangan atau kesepian akan terjadi lebih cepat, sehingga seseorang tersebut lebih mudah untuk mengurangi rasa kehilangan dan kesepian (Lueckenotte, 2000).

b. Ritme biologi

Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologi membantu mahluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama sakardia diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap. Serta cuaca yang mempengaruhi aktifitas sehar-hari.


(38)

2.2.4 Faktor–faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Melakukan Aktivitas Sehari-hari

1. Pola Asuh Orang tua

Menurut Chairinniza Graha (2008), kemandirian anak prasekolah dalam melakukan aktivitas sehari–harinya dapat di lihat dari pola asuh orang tua terhadap anak. Keteraturan dalam diri anak terbentuk dari adanya kebiasaan yang dilakukan sehari–hari. Pada awalnya anak–anak belum tau bagaimana kegiatan rutin yang harus mereka lakukan sehari–hari. Dengan bantuan orang tua selalu mengarahkan anak dan mengotrol kebiasaan anak, maka anak terbiasa melakukan aktivitas sehari – hari yang di contohkan orang tua.

Salah satu kegiatan rutin yang biasa di lakukan anak adalah aktivitas belajar, bermain, serta memperkenalkan aktivitas rutin yang mereka lakukan, seperti setelah belajar membersihkan alat–alat tulis, atau buku-buku, menjelaskan agar merawat dan menjaganya agar tidak rusak, mengajarkan agar tidak buang air kecil dan air besar sembarangan, menjaga kebersihan,gosok gigi sebelum tidur, mengajarkan cara berpakaian, tata cara makan dan minum, serta mengajarkan anak kapan saatnya bermain dan istirahat. Dengan mengembangkan keteraturan pada anak, anak akan terbiasa dengan kebiasaan yang di terapkan orang tua, sehingga anak memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya dan sadar akan manfaatnya (Chairinniza, 2008).

Bedasarkan hasil penelitian Nurfiana (2012), yang dilakukan di TK Aisyiyah untuk melihat hubungan pola asuh dengan kemandirian anak usia prasekolah dengan sampel penelitian 50 ibu yang mmpunyai anak prasekolah di


(39)

dapatkan orang tua yang menetapkan pola asuh otoriter sebanyak 19 sampel, 12 sampel tidak memiliki kemandirian. Dan 7 sampel yang memiliki orang tua demokratis, 7 sampel tidak memiliki kemandiriaan dalam kebersihan perorangan, 24 dampel memiliki kemandirian. Hasil uji Chi Square (x2) pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan adanya hubungan pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak. Pola asuh orang tua secara demokratis ternyata mampu meningkatkan kemandirian pada anak.

2. Ibu Yang Bekerja

Ibu yang bekerja merupakan peran sebagai akibat pergeseran nilai. Dahulu ibu hanya berperan fokus pada anak, sedikiti sekali ibu yang bekerja tapi sekarang ibu mempunyai peran ganda sebagai pengasuh dan pendidik anak. Baik di desa maupun di kota makin banyak wanita yang bekerja sehinggha keluarga yang bersangkutan mermbutuhkan ibu pengganti bagi anaknya. Seringkali nenek atau keluarga dekat lain dapat menggantikan peran ibu mengasuh anak, tetapi bila tidak ada keluarga tersebut maka biasanya anak dipercayakan pada pembantu. Peran pembantu sebagai pengganti ibu cukup penting, mereka ikut mendidik anak dengan cara mereka sendiri sehingga dapat terjadi hal yang negative karena pembantu pada umunya tidak berpendidikan tinggi dan mengasuh anak dengan pola asuh yang pernah mereka terima dari orang tuanya sendiri, akibat dari pola asuh orang tua digantikan dengan pengasuh terkadang anak menjadi lebih manja dalam melakukan segala aktivitasnya dan kurang rasa tanggung jawab pada diri anak tersebut (Supartini, 2004).


(40)

Pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap gaya pengasuhan yang diterapkan seperti yang diungkapkan oleh Wong dalam Supartini (2004), menunjukan bahwa dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, pengalaman orang tua mengenai pengasuhan anak semakin bertambah, sehingga menjalani mempengaruhi kesiapan orang tua dalam mengasuh anak, dengan adanya kesiapan orang tua nantinya anak akan memiliki moral yang baik, sikap sosial yang lebih tinggi, kemadirian yang baik, serta tanggung jawab yang tinggi (Supartini, 2004).


(41)

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah gambaran aktivitas sehari – hari pada anak usia prasekolah di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah (Notoajmodjo, 2005).

Skema 3.1: Kerangka konseptual penelitian gambaran aktivitas sehari–hari pada anak usia prasekolah

Aktivitas sehari – hari pada anak usia prasekolah meliputi:

1. Makan dan minum 2. Eliminasi (BAB dan

BAK) 3. Ke toilet

4. Berpindah tempat 5. Mandi

6. Berpakaian

 Mandiri  Ketergantungan

Ringan

 Ketergantungan Sedang

 Ketergantungan Berat

 Ketergantungan Total


(42)

3.2Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasioal gambaran aktivitas sehari–hari pada anak usia prasekolah

Variabel Penelitian

Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Aktivitas sehari – hari pada anak usia prasekolah .

Aktivitas sehari-hari yang dilakukan anak prasekolah setiap hari meliputi: aktivitas eliminasi (mengendalikan

rangsang buang air besar, mengendalikan rangsang buang air kecil). membersihkan diri (membuka baju, menyabuni tubuh, mencuci rambut, memakai gayung saat mandi, menyikat gigi), penggunaan jamban/toilet

(kemampuan untuk pergi ke toilet sendiri, melepas celana sendiri, memakai celana,

membersihkan area genital, menyiram kotoran, dan mencuci tangan). Aktivitas makan, (mengambil makanan ke dalam piring, menyuapkan makanan ke dalam mulut, menggunakan alat makanan seperti piring dan gelas, menaruh kembali peralatan makanan ke dapur, manaruh ai r ke dalam gelas, menbawa gelas yg

Koesioner dengan 25 pertanyaan ( dengan 7 pertanyaan untuk aktivitas makan, 2 untuk eliminasi, 5 pertanyaan untuk aktivitas ke toilet, 1 pertanyaan untuk aktivitas berpindah tempat, 5 pertanyaan untuk aktivitas mandi, dan 5 pertanyaan untuk aktivitas berpakaian) . 1.Mandiri: 125 2.Ketergantungan Ringan: 101-124 3.Ketergantungan Sedang: 76-100 4.Ketergantungan Berat 51-57 5.Ketergantungan Total 25-50 Ordinal


(43)

berisi air, mangunakan sendok

dan garpu), berpindah posisi (berpindah tempat dari satu tempt ke tempat yang lain). Berpakaian (memakai pakaian sendiri, mengancing baju sendiri,bersisir, dan mengikat sepatu sendiri).


(44)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran aktivitas sehari–hari ada anak usia prasekolah di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak prasekolah di Kampug Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupten Aceh Tengah, sehingga populasi dalam penelitian ini berjumlah 205 anak usia prasekolah secara keseluruhan.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau dari populasi yang di teliti, penentuan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan berdasarkan jumlah subjeknya dapat diambil 25% dari 205 sehingga di dapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 51 orang. Pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu tehnik pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri bedasarkan ciri, atau sifat-sifat populasi yang sudah


(45)

diketahui sebelumnya sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Notoatmodjo, 2010).

4. 3 Lokasi dan waktu Penelitian 4.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Dengan alasan belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran aktivitas dasar sehari-hari pada anak usia prasekolah di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

4.3.2 Waktu Penelitian

Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan April 2014 4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi Fakultas Keperawatan, selanjutnya mengirim surat permohonan penelitian untuk mendapatkan izin dari Kepala Desa Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.Dalam penelitian ini peneliti akan menyampaikan beberapa informasi penting yang akan dilakukan, antara lain tujuan serta manfaat penelitian dan prosedur penelitian, kegiatan yang akandilakukan selama penelitian dan hak-hak responden dalam penelitian ini. Calon responden yang bersedia akan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Apabila calon responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak – haknya. Perlu menjaga kerahasiaan responden sehingga peneliti tidak mencantumkan nama, hanya membuat nomor responden dan memberi kode tertentu pada lembar kuesioner (Anonimity). Peneliti juga memberikan jaminan kerahasiaan hasil


(46)

penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya (Confidentiality) oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2009). Data-data yang telah diperoleh dari calon responden juga hanya untuk kepentingan penelitian (Nursalam, 2008).

4.5 Instrument Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan kepustakaan. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu data demografi, dan gambaran aktivitassehari-hari pada anak usia prasekolah. Data demografi responden meliputi inisial nama, jeniskelamin, usia, pendidikanterahir orang tuadanpekerjaan orang tua.

Kuesioner ini berisikan gambaran aktivitas sehari-hari pada anak prasekolah usia. Untuk mengetahui gambaran peneliti membuat pertanyaan sendiri sebanyak 25 pertanyaan. Koesioner dengan 25 pertanyaan dengan 7 pertanyaan untuk aktivitas makan (pertanyaan no 1–7) , 2 untuk eliminasi (pertanyaan no 8–9), 5 pertanyaan untuk aktivitas ke toilet (pertanyaan no 10-14, 1 pertanyaan untuk aktivitas berpindah tempat(pertanyaan no 15), 5 pertanyaan untuk aktivitas mandi (pertanyaan no 16–20), dan 5 pertanyaan untuk aktivitas berpakaian (pertanyaan no 21–25). Koesioner ini di susun dengan bentuk pertayaan tertutup dengan pilihan jawaban terdiri dari : a (skor 5), b (skor 4), c (skor 3), d (skor 2), e (skor 1). Semakin tinggi skor semakin baik tingkat kemandirian anak prasekolah di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.


(47)

Bedasarkan rumuss tatistika I = ( t – r) / k (Wahyuni, 2007), dimana I interval, t adalah nilai data tertinggi (125), r adalah nilai data terendah (25), dan k adalah kelas (5). Maka,

I = ( t – r )/ k I = (125 – 25)/4 I = 25

Aktivitas sehari-hari dengan menggunakan I = (25), nilai terendah (25) sebagai batas interval pertama. Dikatagorikan dengan kelas interval sebagai berikut:

Mandiri dengan skor 125

Ketergantungan Ringan denganskor 101-124 Ketergantungan Sedang dengan skor 76-100 Ketergantungan Berat dengan skor 51-75 Ketergantungan Total dengan skor 25-50

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Uji Validitas

validitas adalah sejauh mana ketepatan alat ukur dalam mengukur suatu datar. Validitas instrument dapat mengukur dengan baik apa yang seharusnya diukur (Brockopp, 2000).

Koesioner ini akan divalidasi dengan menggunakan validitasisi (content

validity). Validitas isi adalah derajat kesesuaian isi butir–butir sampel dari suatu


(48)

subjek dalam menghadapisituasi actual tertentu (Reksoatmodjo, 2007). Uji validitas dilakukan oleh ahli dari Departemen Keperawatan Anak USU, yaitu ibu Reni Asmara Ariga., Skp.,MARS. Dan oleh Departemen Keperawatn Anak USU yaitu ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep.,Ns. Pertanyaan yang tidak vailid langsung diganti oleh peneliti bedasarkan saran dari penguji validitas.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrument merupakan suatu indek yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dikendalikan sehingga hasil pengukurannya tetap konsisten bila dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya atau lebih terhadap konstruk yang sama (Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas akan dilakukan pada 30 orang sesuai dengan Riwidikdo (2008). Pada anak usia prasekolah. Uji reliabilitas instrument dilakukan dengan analisis Cronbach Alpha (α) menggunakan system komputerisasi. Hasil uji reliabilitas adalah 0,88.

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan permohonan izin kepada Kepala DesaKampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ketempat penelitian (Kampung Umah Opat). Setelah mendapatkan izin dari Kepala Desa,maka peneliti melakukan pengumpulan data penelitian. Menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan cara pengisian kuesioner. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Setelah memperoleh persetujuan dari responden peneliti memberikan lembaran koesioner pada responden dan memberikan waktu ukuran lebih sekitar 15 menit


(49)

dan diberikan kesempatan bertanya apabila pertanyaan yang kurang jelas, kemudian akan dilakukan analisa data setelah semua data terkumpul dimulai dari pengelolaan data dengan memeriksa kelengkapan identitas dan data dari responden, serta memastikan semua pertanyaan telah diisi. Data yang telah terkumpul dianalisa dan dikatagorikan kedalam 5 katagori yaitu mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat dan ketergantungan total.

4.8 Analisa data

Setelah semua data terkumpul, data segera dianalisa melalui beberapa tahapan. Pertama peneliti melakukan editing atau memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Selanjutnya diberikan kode (coding) memberi kode tertentu untuk mempermudah tabulasi dan analisa data yang telah dikumpul. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan analisis deskriptif dengan komputerisasi (entri). Setelah data dilakukan kedalam komputer lakukan pemeriksaan terhadap semua data guna untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning data). Tahap terakhir dilakukan untuk melakukan penyimpanan data untuk siap dianalisis (saving). Kemudian data disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan presentase untuk mendeskripsikan aktivitas sahari-hari pada anak usia pra sekolah di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah analisa data dengan menggunakan tabel distribusi frekuesi dan presentase.


(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian mengenai gambaran aktivitas sehari-hari pada anak usia prasekolah usia (4-5) tahun di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Acah Tengah, melalui pengumpulan data terhadap 51 responden yaitu anak usia 4-5 tahun. Penyajian data meliputi karakteristik responden, dan gambaran kemandirian anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari di Kampung Umah Opat.

5.1.1 Data Demografi

Data demografi pada penelitian ini mencakup karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

Dari hasil penelitian di dilakukan pada 51 responden, dapat dijelaskan bahwa hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan 26 responden (51,0%). berdasarkan tingkat umur sebagian besar responden berumur 5 tahun 26 responden (51,0%), berdasarkan pendidikan terakhir orang tua sebagian besar sarjana sebanyak 28 responden (54,9%), dan berdasarkan pekerjaan orang tua sebagian besar nak memiliki ibu yang bekerja sebanyak 28 responden (54,9%) sedangkan ibu yang tidak bekerja 23 responden (45,1%) dapat dilihat pada table 5.1.


(51)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden (n =

51).

5.1.2 Gambaran Aktivitas Sehari-hari Bedasarkan Jawaban Pertanyaan Pada Anak Usia Prasekolah (4-5) Tahun Di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

Gambaran aktivitas sehari-hari pada anak usia prasekolah berbeda-beda pada setiap individu. Dari table 5.2 dapat dilihat anak dapat secara mandiri dalam aktivitas makan dan minum 23 responden (45%), eliminasi secara mandiri sebanyak 27 responden (52,9%), ke toilet secara mandiri sebanyak 20 responden (39,2%), berpindah tempat secara mandiri sebanyak 38 responden (74,5%), mandi secara mandiri sebanyak 20 responden (39,2%), sedangkan untuk aktivitas berpakian anak paling banyak pada ketergantungan sedang sebanyak 17 responden (33,3%).

Data Demografi Frekuensi (f) Persentasi (%) Jenis Kelamin:

Laki-laki 25 49,0 Perempuan 26 51,0 Umur:

4 Tahun 25 49,0 5 Tahun 26 51,0 Pendidikan Terakhir Orang Tua:

SD 2 3,9 SMP 6 11,8 SMA 15 29,4 SARJANA 28 54,9 Pekerjaan Orang Tua:

Ibu Bekerja 28 45,1 Ibu Rumah Tangga 23 54,9


(52)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Pertanyaan Aktivitas Sehari-hari (n=51)

Pertanyaan Frekuensi (n)

Presentase (%)

Makan dan minum

Mandiri 23 45

Ketergantungan ringan 16

31

Ketergantungan sedang 11

22

Ketergantungan berat 1 2

Ketergantungan total 0 0

Eliminasi (BAB dan BAK)

Mandiri 27 52,9

Ketergantungan ringan 14

27,4

Ketergantungan sedang 3 5,8

Ketergantungan berat 7 13,7

Ketergantungan total 0 0

Ke toilet

Mandiri 20 39,2

Ketergantungan ringan 18

35,2

Ketergantungan sedang 9

17,6

Ketergantungan berat 4 8

Ketergantungan total 0 0

Berpindah tempat

Mandiri 38 74,5

Ketergantungan ringan 6

11,7

Ketergantungan sedang 2

4

Ketergantungan berat 4 7,8

Ketergantungan total 1 2

Mandi

Mandiri 20 39,2

Ketergantungan ringan 8

15,5

Ketergantungan sedang 19


(53)

Ketergantungan berat 4 8

Ketergantungan total 0 0

Berpakaian

Mandiri 11 21,5

Ketergantungan ringan 10

19,6

Ketergantungan sedang 17

33,3

Ketergantungan berat 10 19,6

Ketergantungan total 3 6

5.1.3 Gambaran Kemandirian Anak Usia Prasekolah (4-5) Tahun Di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tangah

Bedasarkan hasil penelitian dapat menujukkan sebagaian besar kemandirian responden dalam melakukan akitivitas sehari-hari tergolong pada kategori Ketergantungan Ringan sebanyak 22 responden (43,1%), sedangkan untuk ketergantungan total 0 (0,%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Kemampuan Anak Dalam Melakukan Aktivitas Dasar Sehari-hari (n=51)

Karakteristik Frekuensi (f) Presentase (%)

Mandiri Ketergantungan Ringan Ketergantungan Sedang Ketergantungan Berat Ketergantungan Total 11 22 16 2 0 21, 6 43,1 31,3 4 0 5.2 Pembahasan

Hasil analisa data yang diperoleh peneliti menunjukan bahwa jumlah mayoritas responden berjenis kelamin lai-laki dan perempuan hampir sama besar.


(54)

Akan tetapi menurut teori yang dipaparkan oleh Yusuf (2001), jenis kelamin dapat menentukan faktor kemandirian anak, karena anak laki-laki lebih aktif dan cepat dibandingkan anak perempuan. Pernyataan diatas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan peneliti, bahwa dalam penelitian ini lebih banyak anak berjenis kelamin laki-laki lebih mandiri di bandingkan anak perempuan.

Hasil analisa data yang diperoleh peneliti menunjukan bahwa umur responden pada penelitian ini hampir sama besar antara umur 4 tahun dan umur 5 tahun. Menurut Muscari (2005), anak usia 4-5 tahun sudah dapat melakukan aktivitas dasar seperti makan, mengancing baju, menggunakan sendok dan garpu, mandi sendiri, pergi ketoilet sendiri. Begitu juga menurut Hidayat (2005), anak usia 4-5 tahun sudah dapat membersihkan area genitalnya stelah BAB/BAK, memakai dan membuka baju sendiri.

Hasil analisa data yang diperoleh peneliti menunjukan bahwa mayoritas pendidikan terakhir orang tua anak adalah tingkat sarjana. Bedasarkan teori yang dipaparkan oleh Wong dalam Supartini (2004), pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap gaya pengasuh yang diterapkan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat penddikan semakin tinggi, pengetahuan orang tua dalam mengasuh anak semakin bertambah, sehingga mempengaruhi kesiapan orang tua, dengan adanya kesiapan orang tua nantinya anak akan memiliki moral yang baik, kemandirian, dan tanggung jawab yang tinggi.

Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh peneliti didapatkan bahwa mayoritas anak memiliki ibu yang bekerja. Menurut Jhon dan Santroc (2002), mengatakan bahwa anak dari ibu-ibu yang bekerja lebih tanggap dan mandiri


(55)

dibandingkan ibu yang tidak bekerja hal itu dikarenakan ibu akan membebankan tanggung jawab anak untuk dapat menyelesaikan tugasnya sendiri, sehingga hal itu menjadi suatu kebiasaan. Akan tetapi bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewanggi, dkk (2008) bahwa kemandirian anak bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal (jenis kelamin, kecerdasan, perkembangan) dan faktor eksternal (lingkungan,social dan budaya) akan tetapi sangat dipengaruhi terhadap pola asuh yang diberikan oleh orang tua terhadap anak. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulida (2012), bahwa ada hubungan yang kuat antara orangtua yang memberikan pola asuh demokrasi dengan kemandirian anak usia prasekolah. Akan tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2010), bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak usia prasekolah.

Setelah dilakukan analisa data dapat dilihat dari masing-masing aktivitas, makan dan minum, eliminasi (BAB/BAK), dan berpindah tempat berada pada kategori mandiri. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Roper (2002), yang menyatakan bawha anak usia prasekolah sudah dapat makan dan minum, berpindah tempat, dan eliminasi secara madiri. Dan jika dilihat dari aktivitas ketoilet, mandi dan berpakain responden hampir sama besar berada pada katagori mandiri dan ketergantungan, hal ini dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor dianataranya adalah kebiasan orang tua memanjakan anaknya setiap hari dalam melakukan aktivitasnya, orang tua yang tidak menunggu terlalu lama untuk membiarkan anaknya mengerjakan sendiri, orang tua yang tidak mau memberikan


(56)

pendidikan dan pengertian tentang pentingnya kemandirian dalam melakukan tugasnya sendiri (Dewi, 2005).

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas anak dengan ketergantungan ringan 22 responden melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan dan minum, kontrol eliminasi, buang air besar dan buang air kecil, mandi, dan berpakaian. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua, seperti teori yang diungkapkan oleh Meri (2005), menunjukan bahwa dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, pengalaman orang tua mengenai pengasuhan anak semakin bertambah, sehingga menjalani mempengaruhi kesiapan orang tua dalam mengasuh. dan orang tua yang bekerja akan memeberikan pengertian pada anaknya untuk dapat meneyelesaikan tugasnya sendiri, selain itu pola asuh orang tua juga sangat mempengaruhi kemandirian anak, hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Chairinniza (2008), yang mengatakan pola asuh orang tua juga sangat berperan dalam kemandirian anak. Akan tetapi menurut teori yang dipaparkan oleh Muscari (2005), bahwa anak prasekolah usia 4-6 tahun sudah dapat melakukan aktivitas dasarnya secara mandiri.

Dalam penelitian ini juga didapakan bahwa terdapat 2 responden pada ketergantungan berat dalam melakukan aktivitas dasar sehari-hari, menurut Sumantri (2005), anak yang mengalami keterlambatan dalam melakukan keterampilan dasarnya merupakan ciri anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motoriknya. Akan tetapi menurut teori yang dipaparkan oleh Akbar (2011), bahwa anak yang terlalu dimanjakan juga dapat mengakibatkan


(57)

anak menggantungkan diri pada orang lain, oleh karena itu anak yang dimanjakan biasanya bersikap egois, kepribadian lemah, pemarah, mengharap bantuan orang dewasa, berharap selalu diawasi dan semua tugasnya dibebankan pada orang lain. Dalam penelitian ini tidak didapatkan anak yang mengalami ketergantungan total 0 responden, bedasarkan teori yang dipaparkan oleh Sugiarto (2005), seseorang yang membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan adalah orang dalam keadaan koma, stroke, cacat, gangguan keseimbangan, sedangkan pada penelitian ini mengambil responden pada anak yang normal dan mengikuti pendidikan prasekolah.


(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian pada 51 responden dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai gambaran aktivitas sehari-hari pada anak usia prasekolah 4-5 tahun di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

1. Anak usia prasekolah di Kampung Umah Opat memiliki jenis kelamin dan umur hampir sama, laki-laki 25 responden (49,0%), perempuan 26 responden (51,0%), umur 4 tahun 25 (49,0%), umur 5 tahun (51,0%), sebagian besar tingkat pendidikan orang tua anak sarjana, dan sebagian pekerjaan orang tua sebagai ibu rumah tangga.

2. Gambaran aktivitas sehari-hari pada 51 responden didapatkan data anak lebih banyak mandiri pada saat makan dan minum sebanyak 23 responden (45%), mandiri untuk eliminasi (BAB/BAK) sebanyak 27 reponden (52,9%), mandiri ketoilet sebanyak 20 responden (39,2%), mandiri berpindah tempat sebanyak 38 responden (74,5%), mandiri untuk mandi sebanyak 20 responden (39,2%), sedangkan untuk berpakaian banyak pada ketergantungan sedang sebanyak 17 responden (33,3%).

3. Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan bawha mayoritas anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari pada ketergantungan ringan sebanyak 22 responden (43,1%), dan sebagian melakukan aktivitas dengan mandiri 11 responden (21,6%), ketergantungan sedang 16 responden (31,3%), ketergantungan berat 2


(59)

responden (4%), dan tidak ditemukan responden yang melakukan aktivitas dengan ketergantungan total.

6.2 Saran-saran

6.2.1 Ibu Yang Memiliki Anak Usia Prasekolah 4-5 Tahun Di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

Ibu mengajarkan sejak kecil bagaimana cara melakukan aktivitas dasar dari kecil agar terbiasa dan mandiri melakukannya dan tidak terlalu memanjakan serta over protektif dalam menjaga anak.

6.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya agar bisa mencari apakah ada hubungan kemandirian anak dengan pendidikan, pekerjaan, dan cara asuh orang tua terhadap anak.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

Akbar Hawadi, Reni. (2001). Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal Sifat,

Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT. Grasindo

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 1. Jakarta:EGC

Broccop, D. Y., tolsma, M.T.H (2000). Dasar-dasar Riset Keperawatan, edisi 2. Jakarta : EGC

Chairinniza. (2008). Keberhasilan Anak Ditangan Orang Tua. Jakarta:PT Alex Media Komputindo

Dewanggi, Hastuti, Hermawati. Hubungan Pengasuhan Orang tua Dan Kemandirian Anak Usia 3-5 Tahun Bedasarkan Gender di Kampung

Adat Urung. Diperoleh Tanggal 30 Juni Dari

http://respository.unijkt.ac.id

Dewi Rosmala. (2005). Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Dirjen Dikti

Frickle, J. (2012). Activity of Daily Living. International Encyclopedia of

Rehabilitation. Diperoleh tanggal 04 November 2013, dari

http://cirrie.buffalo.edu/.

Gustina. (2011). Pengaruh Permainan Modifikasi Dan Motorik Kasar Dan

Motorik Halus Di TK Kartika Dan TK LabSchool. Diperoleh tanggal 05

November 2013, dari http://ejournal.unesa.ac.id

Gupte. (2004). Panduan Perawatan Anak. Edisi Pertama. Jakarta:Pusaka Populer CBOA

Haraningrumi. (2007). Peran Orang Tua Dan Praktis Dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pengamatan Teori Dan Trend

Pendidikan. Jakarta:Prenanda Media Group

Hardiywinoto & Setiabudi. (2005). Panduan Gerontologi. Jakarta:Gramedia

Hidayat, A. Aziz, A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan 1. Buku 1. Jakarta:Selemba Medika

Hidayat, A. Aziz (2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Selemba Medika

Iwang, Dian. (2008). Stress Pada Anak. Jakarta: Gramedia

Jhon W. Santroc. (2002). Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup.

Edisi kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Kernisan, Leslie. (2012). Activity of Daily Living. What Are ADLs and IADLs

Diperoleh Tanggal 20 November 2012, dari http://www.caring.com/. Lueckenotte, Annette G. (1998). Pengkajian Gerontologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. Muscari, Mary. E. (2005). Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC


(61)

Maulida. (2008). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak Usia Prasekolah di TK Kamaliah Kuta Baro Aceh Besar. Diambil Tanggal 1 juli 2014 dari http://www.repository.unsyiah.ac.id

Nurfiana. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Kebersihan Perorangan Pada Anak Prasekolah Di TK Kartika

Manado. Diperoleh tanggal 10 November 2013. Dari

http://ejournal.unsart.ac.id/index.php/eners/article/view/1782

Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Edisi Pertama. Jakarta:Selemba Medika

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Selemba Medika

Notoadmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Reksoatmodjo, Handoko. (2008). Statistik Kesehatan (pp. 152). Jogjakarta : Mitra Cenikia.

Riyadi, S & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak.

Yogyakarta:Graha Ilmu

Roper, Nancy. (2002). Perawatan Personal Hygiene. Edisi 2. Jakarta: EGC

Setiawati. (2010). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prilaku Kemandirian Anak Usia Prasekolah Usia (4-6) Tahun di TK Rodhatul Banat Cihami.

Diunduh tanggal 29 Juni Dari http://www.stikesayani.ac.id

Soetjiningsih. (2002). Tumbuh Kembang Anak Bab Penilian Pertumbuhan Dan

Perkembangan. FK Universitas Udayana. Bali:EGC

Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia Dip Anti Werdha Pelkris Elim Semarang

Dengan Menggunakan Berg Balance Scale Dan Indeks Barthel.

Semarang : UNDIP.

Suherman. (2000). Buku Saku Perkembangan Anak. Cetakan 1. Jakarta:EGC Sundari. (2009). Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar

Dan Motorik Halus Pada Anak Usia 1-5 Tahun Di TK Play Group

Traju Mas Purworejo. Diperoleh tanggal 5 November 2013. Dari

http://respository.unijkt.ac.id

Supartini. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran ECG

Suryani. (2004). Gizi Kesehatan Ibu Dan Anak. Edisi Pertama. Jakarta: Strering

Publishers

Tarwono. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Rineka Cipta

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 2. Jakarta:EGC

Wahyuni, (2009). Cara Praktis Mengasuh Dan Membimbing Anak. Yogyakarta:PT Pioner Jaya

Wahyuni, Arlinda, Sari. (2007). Statistika Kedokteran. Jakarta Timur: Bamboedoe Communocation


(62)

Whally, L. F & Wong, D. L., (1998). Essential of Pediatric Nursing. Edisi:4. CV.Mosby Co.USA

Yusuf. (2001). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda


(63)

Lampiran 1

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

No. Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret April 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mengajukan judul 2 Menetapkan judul penelitian 3 Menyusun proposal penelitian 4 Mengajukan sidang proposal 5 Sidang proposal penelitian 6 Revisi proposal penelitian 7 Mengajukan izin penelitian 8 Pengumpulan data 9 Analisa data 10 Penyusunan laporan skripsi 11 Pengajuan sidang skripsi 12 Sidang skripsi 13 Revisi skripsi 14 Mengumpulkan skripsi


(64)

LAMPIRAN 2

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Gambaran Aktivitas Sehari – Hari Pada Anak Usia Prasekolah Di Kampung

Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Oleh

Feby Syara Munte

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelasaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran aktivitas sehari – hari pada anak usia prasekolah di Kampung Umah Opat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Manfaat penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kemandirian anak Ibu dalam melakukan aktivitas sehari – hari. Penelitian ini akan di lakukan dengan cara memberikan lembaran koesioner sebanyak 4 lembar, lembaran pertama untuk data demogarafi yang berisikan nama, jenis kelamin anak, umur anak, pendidikan terakhir orang tua dan perkerjaan orang tua, dan lembaran ke 2-4 berisikan pertanyaan tentang aktivitas sehari-hari sebanyak 25 pertanyaan, pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan tertutup. Cara menjawab pertanyaan dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang sesuai.


(65)

Saya mengharapkan kesediaan ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud- maksud lain.

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Ibu bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan Ibu menandatangani formulir persetujuan ini. Terima kasih atas partisipasi Ibu dalam penelitian ini.

Medan, Maret 2014

Peneliti Responden


(66)

Lampiran 3

DATA DEMOGRAFI

Kode : Tanggal/Waktu : PETUNJUK

1. Membacakan pertanyaan yang ada pada Instrumen dengan jelas kepada responden

2. Memberikan tanda check list (√) pada jawaban yang telah diberi kotak pilihan sesuai jawaban responden.

A. Data Demografi

1. Nama (Inisial) anak :

2. Jenis kelamin anak : Laki-laki Perempuan

3. Umur anak : ...tahun

4. Pendidikan Terakhir Orang Tua :1. ( ) Tidak Sekolah 2. ( ) SD

3. ( ) SMP 4. ( ) SMA 5. ( ) SARJANA 5. Pekerjaan orang tua

1. ( ) Ibu Bekerja


(67)

Lampiran 4

Kode :

Tanggal/Waktu : B. Kuesioner aktivitas sehari-hari

Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan anak anda

Pertanyaan:

1. Bagaimana kemampuan anak Ibu dalam mengambil makanan dari tempat saji dan di pindahkan ke dalam piring ?

a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam

pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 2. Bagaimana kemampuan anak Ibu dalam menyuapkan

makannya sendiri kedalam mulut ? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain

e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 3. Bagaimana kemampuan anak ibu mengembalikan alat

makan seperti piring dan gelas kedapur? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 4. bagaimana kemapuan anak ibu dalam menggunakan

sendok dan garpu pada saat makan? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 5. Bagaimana kemampuan anak Ibu dalam mencuci tangan

dan mengelapnya setelah makan? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan


(68)

e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 6. Bagaimana kemampuan anak Ibu dalam menuangkan air

minum kedalam gelas? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 7. Bagaimana kemampuan anak bapak dan ibu dalam

membawa gelas yang berisi air? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 8. Bagaimana kemampuan anak Ibu dalam menahan buang

air besar ? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi malas untuk ke toilet

c. Ya, mampu mengontrol tetapi harus segera ketoilet d. Kotoran kadang – kadang sudah keluar sebelum ke toilet

e. Tidak dapat mengontrol buang air besar

9. Bagaimana kemampuan anak Ibu menahan buang air kecil ?

a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi malas untuk ke toilet

c. Ya, mampu mengontrol tetapi harus segera ke toilet d. Kotorankadang – kadang sudahkeluar sebelum ke toilet e. Tidak dapat mengontrol buang air besar

10. Bagaimana kemampuan anak Ibu melepaskan celana ? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 11. Bagaimana kemampuan anak Ibu saat mengenakan

celana setelah buang air besar dan buang air kecil dan pada saat ganti baju/celana ?

a. Ya, mampu memakai celana dengan baik

b. Ya, dapat memakai celana tapi masih lambat dan canggung

c. Ya, memakai celana lambat dan dengan keadaan terbalik

d. Memakai celana terbalik dan terkadang masih di bantu e. Selalu dibantu untuk memakai celana


(69)

12. Bagaimana kemampuan anak Ibu dalam membersihkan area kemaluannya sesudah buang air besar dan air kecil ? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 13. Bagaimana kemampuan anak Ibu dalam menyiram kotoran

sesudah buang air besar dan air kecil ? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 14. Bagaimana kemampuan anak Ibu dalam mencuci tangan

setelah buang air besar dan buang air kecil ? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan

15. Bagaimana kemampuan anak Ibu pergi ketoilet? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 16. Bagaimana kemampuan anak Ibu membuka pakaian saat

hendak mandi? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 17. Bagaimana kemampuan anak Ibu saat menyabuni

tubuhnya ? a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 18. Bagaimana kemampuan anak Ibu menggunakan gayung


(70)

a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 19. Bagaimana kemampuan anak Ibu saat mencuci rambutnya

?

a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 20. Bagaimana kemampuan anak ibu dalam menyikat gigi ?

a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 21. bagaimana kemampuan anak ibu dalam mengambil

pakaian?

a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung

c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 22. Bagaimana kemampuan anak ibu dalam mengenakan

pakaian ?

a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 23. Bagaimana kemampuan anak Ibu dalam mengancing baju

?

a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 24. Bagaimana kemampuan anak ibu dalam menyisir rambut ?

a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan


(71)

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan 25. Bagaimana kemampuan anak ibu mengikat tali sepatunya ?

a. Ya, mampu

b. Ya, mampu tetapi masih lambat dan canggung c. Ya, masih lambat dan canggung serta dalam pengawasan

d. Kadang – kadang membutuhkan bantuan orang lain e. Membutuhkan bantuan orang lain secara keseluruhan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)