terpagar dari jalan agar anak lebih aman dan terjaga keselamatannya.
3. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat erat kaitannya dengan letak sekolah, WC dan kamar mandi, serta persediaan air. Gangguan
yang sangat mencolok biasanya ditimbulkan dari sampah. Untuk itu setiap ruangan yang ada di sekolah disediakan tempat
sampah termasuk di kantin dan di beberapa titik halaman sekolah. Semua lingkungan sekolah harus dibersihkan termasuk
saluran limbah air. Setiap warga sekolah harus memiliki kesadaran dalam kebersihan sekolahnya karena sekolah yang
bersih akan menimbulkan kenyamanan dan kesehatan bagi warga sekolahnya.
2.2.10. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekan sebagai hasil pembelajaran untuk
membentuk seseorang yang mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat Kementrian Kesehatan RI, 2011: 7. PHBS merupakan berbagai perilaku yang sering dilakukan dan diharapkan menjadi
sebuah kebiasaan positif untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan yang dimulai dari diri sendiri hingga lingkungan sekitar.
Kegiatan PHBS dilakukan di berbagai lingkungan yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat sekitar, lingkungan sekolah, dan lingkungan tempat kerja. Kegiatan PHBS di
lingkungan sekolah masuk ke dalam kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah. PHBS di lingkungan sekolah dapat terlaksana apabila
sasaran primer nya mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Institusi Pendidikan ber-PHBS.
Kementrian Kesehatan RI 2011: 69 mengatakan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat di sebuah institusi
pendidikan sekolah dengan tercapainya indikator sebagai berikut. 1.
Tersedianya sarana untuk mencuci tangan menggunakan sabun Perilaku mencuci tangan sangat penting bagi kesehatan
tubuh karena mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran, debu, dan telur cacing yang
menempel dipermukaan tangan serta kuku. Siswanto
2010: 112 menyatakan bahwa “mencuci tangan pakai sabun dapat mengurangi resiko diare di antara
anak-anak lima tahun kebawah hingga 45 dan mengurangi kejadian pneumonia hingga 50.”
Menurut Soenarjo 2008: 41 mencuci tangan dengan sabun dilakukan sebelum dan sesudah makan, sesudah ke kamar
kecil, serta setelah bermain atau bekerja. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun akan lebih efektif bila diterapkan sejak
anak usia dini.
Mencuci tangan dengan sabun salah satunya dilakukan sebelum dan sesudah makan. Gerakan mencuci tangan dengan
sabun perlu dilakukan sejak anak usia dini. Urutan cuci tangan dengan sabun Siswanto, 2010: 112:
a. Membasuh tangan dengan air bersih, jika ada dengan
memakai air mengalir. b.
Menuangkan sabun secukupnya pada telapak tangan. c.
Meratakan sabun pada kedua telapak tangan. d.
Menggosok punggung tangan sela-sela jari tangan kari dengan tangan kanan dan sebaliknya sambil basuh dengan
air bersih dan mengalir. e.
Menggosok kedua telapak dan sela-sela jari. f.
Jari-jari sisi dalam ari keduanya saling mengunci. g.
Menggosok ibu jari kiri berputar dan genggaman tangan dan lakukan sebaliknya.
h. Gosokkan memutar ujung jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya. i.
Keringkan dengan handuk sekali pakai sampai benar-benar kering.
j. Gunakan handuk tersebut untuk menutup kran.
k. Dan kini tangan sudah aman.
Hasil penelitian Zaidina Umar 2008 menyebutkan bahwa responden yang tidak mencuci tangan sebelum makan
memakai air dan sabun pada kelompok kecacingan positif sebesar 47,7 sedangkan pada kelompok kecacingan negatif
sebesar 28. Perilaku mencuci tangan setelah BAB dan sebelum makan memakai air dan sabun merupakan kegiatan
penting dalam upaya mencegah masuknya telur cacing kedalam tubuh melalui tangan.
Untuk itu sekolah sebaiknya memiliki sarana untuk mencuci tangan menggunakan sebun agar anak terbiasa mencuci
tangan dengan sabun sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Dalam pendidikan anak usia dini sebaiknya diberikan juga
poster cara mencuci tangan dengan baik dan benar atau cara mencuci tangan dapat di buat lagu sehingga anak lebih mudah
menghafal. 2.
Tersedianya sarana untuk mengonsumsi makanan dan minuman sehat
Makanan sangat dibutuhkan tubuh untuk pembentukan energi tenaga dan pembentukan sel-sel baru yang dibutuhakan
dalam pertumbuhan. Sedangkan air mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Air yang diperlukan manusia adalah air
yang jernih, bersih, dan bebas dari bibit penyakit Soenarjo, 2008: 50. Manusia sangat membutuhkan makanan dan
minuman yang sehat untuk kehidupannya.
Anak-anak membutuhkan makanan dan minuman sehat bukan hanya di rumah, namun di sekolah mereka juga
membutuhkannya. Untuk itu sekolah harus menyediakan makanan dan minuman sehat, hal tersebut dapat diberikan ketika
kegiatan makan bersama maupun meyediakan di kantin atau warung sekolah.
Soenarjo 2008: 64 mengatakan bahwa warung sekolah adalah warung yang menjual makanan kecil dan minuman
kepada anak-anak sekolah atau bahkan ditambah dengan kebutuhan sehari-hari anak sekolah. Warung sekolah tidak
seperti warung pada umumnya walaupun yang dijual adalah sama, karena penyelenggaraan warung sekolah harus dapat
dipertanggungjawabkan dari
berbagai segi
yaitu segi
pendidikan, kebersihan, dan yang paling penting adalah segi kesehatan.
3. Tersedianya jamban sehat
Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat salah satunya dengan menyediakan jamban yang sehat di lingkungan sekolah.
Menurut Soenarjo 2008: 29 jamban yang sehat memiliki ciri- ciri sebagai berikut.
a. Kamar mandiWC murid putra dan putri harus terpisah
b. Kloset untuk murid putri disediakan kloset duduk atau
jongkok dengan perbandingan 1 urinoar untuk 30 anak, ditambah masing-masing kloset untuk guru pria dan wanita
c. WC harus berbentuk leher angsa, untuk menahan keluarnya
bau dari dalam WC dan masuknya serangga dari luar. d.
Bila tidak ada saluran pembuangan air setempat, maka harus digunakan septic tank.
e. WC dan kamar mandi harus beratap dan pintunya dapat
dikunci dari dalam. f.
Kebersihan WC dan kamar mandi senantiasa dijaga tiap 3 jam. Oleh karena itu harus cukup air penyiraman dan karbol.
g. Lantai tidak licin, mudah dibersihkan dikeringkan.
h. Dinding sampai 1,5 m dari lantai dibuat yang kedap air.
i. Penerangan dan ventilasinya harus baik.
j. Disediakan kamar mandi khusus untuk anak-anak sehabis
berolahraga agar mereka masuk kelas kembali dalam keadaan segar.
4. Tersedianya tempat sampah
Sampah merupakan masalah yang sering dijumpai. Setiap hari, setiap orang pasti mengeluarkan sampah. Sampah
yang dibuang di sembarang tempat seperti di pinggir-pinggir jalan, selokan, maupun sungai dapat menimbulkan berbagai
masalah seperti banjir dan berkembangbiaknya lalat. Dari kedua
masalah tersebut akan menimbulkan masalah-masalah lain seperti timbulnya berbagai penyakit. Oleh karena itu,
penyediaan tempat sampah sangat diperlukan. Siswanto 2010: 181 mengatakan anak dilatih
membuang sampah pada tempatnya sejak dini. Perlunya menjaga kebersihan tempat sampah supaya sampah tidak
berserakan dan tidak menimbulkan bau sehingga tidak menjadi tempat berkembang biaknya serangga.
Kebersihan lingkungan sekolah sangat diperlukan. Halaman sekolah dan kelas-kelas harus selalu bersih. Setiap
kelas disediakan tempat sampah untuk menampung sampah dari anak-anak. Serta sediakan bak sampah besar yang berfungsi
sebagai bak penampungan sementara atau pembakaran dan sebaiknya diletakkan dekat dengan jalan raya untuk
memudahkan pengangkutan oleh petugas kebersihan. Soenarjo, 2008: 38
5. Terdapat larangan untuk tidak merokok
Merokok dapat merusak kesehatan lingkungan karena asap rokok yang menempel di baju, sofa, maupun tempat-tempat
lain yang ada di lingkungan sekolah akan meninggalkan residu racun yang tidak baik apabila dihirup.
Menurut Siswanto 2010: 183 merokok merupakan kebiasaan yang merugikan dan membahayakan orang lain baik
itu bayi, anak-anak, dan orang-orang yang ada disekitarnya. Kerena orang-orang yang berada dekat dengan perokok, secara
langsung dia akan menghirup asap rokok. Anak usia dini merupakan individu yang mudah meniru
perbuatan yang mereka lihat. Untuk itu di lingkungan sekolah diberikan tanda larangan merokok, larangan tersebut berlaku
untuk semua yang berada di lingkungan sekolah mulai dari kepala sekolah, satpam, maupun tamu sekolah. Karena
kebiasaan merokok dapat merusak kesehatan baik bagi perokok itu sendiri perokok aktif maupun perokok pasif. Larangan dan
bahaya rokok akan lebih baik bila anak mengetahui sejak dini. 6.
Terdapat larangan untuk tidak mengonsumsi NAPZA NAPZA merupakan bahan terlarang yang berupa obat
maupun minuman dan dapat membahayakan jiwa manusia. Bahan-bahan yang tergolong dalam NAPZA adalah narkotika,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. PHBS salah satunya dilakukan di lingkungan pendidikan, mengonsumsi
NAPZA termasuk tindakan yang membahayakan kesehatan seseorang bahkan dapat membahayakan keselamatan nyawa.
Untuk itu dalam sebuah institusi pendidikan harus terdapat larangan mengonsumsi NAPZA.
7. Terdapat larangan untuk tidak meludah di sembarang tempat
Meludah di sembarang tempat mengakibatkan mudahnya bekteri berkembang sehingga dapat mengganggu kesehatan.
Selain itu, meludah di sembarang tempat juga bukan merupakan norma yang baik. Sekolah sebaiknya menyediakan tempat
khusus untuk meludah. jika sekolah tidak memiliki tempat khusus untuk meludah, biasakan anak untuk meludah di kamar
mandi atau washtafel dan di siram dengan air yang cukup. 8.
Terdapat kegiatan memberantas jentik nyamuk secara rutin Siswanto 2010: 87 mengatakan demam berdarah
dengue DBD adalah penyakit yang disebakan oleh virus dengue. Dahulu DBD merupakan penyakit yang hanya
menyerang anak-anak, namun sekarang DBD juga menyerang orang dewasa. Gejala-gejala DBD yang harus diwaspadai
adalah: a.
Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari. b.
Dapat diikuti dengan timbulnya bintik-bintik merah pada kulit.
c. Kadang-kadang desertai perdarahan pada hidung mimisan.
d. Mungkin terjadi muntah dan berak darah.
e. Sering rasa nyeri di hulu hati.
f. Bila sudah menjadi parah, penderita gelisah, tangan dan kaki
dingin dan berkeringat.
Penyakit demam berdarah dengue DBD merupakan masalah utama yang ada di Indonesia. Penyebaran jentik
nyamuk dapat ditekan salah satunya dengan mendorong kegiatan pemberantasan sarang nyamuk PSN oleh anak
sekolah dan pramuka Kementrian Kesehatan RI, 2014: 5. Pemahaman PSN bagi anak sekolah berperan untuk
menanamkan perilaku PSN sebagai salah satu upaya pembinaan PHBS pada usia sedini mungkin karena dapat sebagai dasar
pemikiran dan perilaku di masa mendatang. Selain untuk menekan masalah DBD, PSN dilakukan juga untuk menekan
penularan cikungunya dan penyakit lainnya yang disebarkan oleh nyamuk.
Menurut Kementerian RI 2014: 12 kegiatan PSN pemberantasan
sarang nyamuk
di sekolah
meliputi pengamatan jentik dan kegiatan 3M menutup, menguras,
memanfaatkan barang-barang bekas yang masih bernilai ekonomis. Anak-anak yang melaksanaan PSN di sekolah
dibimbing oleh guru yang sudah dilatih mengajarkan jumantik anak sekolah. Setiap minggunya anak-anak melakukan
pemantauan jentik dan PSN di sekolah maupun rumah. Pelaksanaan PSN dalam pendidikan anak usia dini
dengan cara anak yang mencatat hari dan tanggal pelaksanaan, jenis tempat perkembangbiakan nyamuk, ada tidaknya jentik
dan kegiatan PSN 3M yang dilakukan dibantu oleh guru pembimbing. Selain itu, sekolah juga mengadakan kegiatan
fogging dalam kurun waktu tertentu namun saat anak-anak tidak berada di sekolah. Karena apabila kegiatan fogging dilakuakan
saat anak-anak di sekolah dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi anak.
2.3. Kerangka Berpikir