Maharani Ratih, 2014 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Sinektik Terhadap Hasil Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
observasi.  Sebelum  instrumen  digunakan  hendaknya  dianalisis  terlebih dahulu.  Dua  karakteristik  penting  dalam  menganalisis  instrumen  adalah
validitas dan reliabilitasnya. Instrumen  yang  valid  apabila  instrumen  digunakan  untuk  mengukur
apa  yang  seharusnya  diukur.  Seperti  Aspek  kesesuaian  indikator  dengan butir soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku,
kaidah-kaidah dalam penulisan butir soal dan sebagainya. Siswa akan diberikan instrument tes yaitu tes kemampuan pemahaman
konsep berupa pretest sebelum proses dan posttest setelah proses. Pretest tersebut dapat mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan posttesuntuk
mengetahui  kemampuan  siswa  setelah  diberikan  perlakuan  terhadap eksperimen dan kelas kontrol.
Instrumen Evaluasi  yang baik  memiliki  ciri-ciri  dan harus memenuhi beberapa kaidah  antara lain: Validitas,  Reliabilitas,  Taraf Kesukaran, Daya
Pembeda.
3.5.1. Uji Validitas Instrumen
Sebuah  instrument  dikatakan  apabila  mampu  mengukur  apa yang  diinginkan  dan  dapat  menggungkapkan  data  dari  variabel  yang
diteliti secara tepat  menggunakan uji validitas  yang merupakan  suatu ukuran  yang  menunjukkan  tingkat  kevalidan  atau  kesahihan  suatu
instrument.  Nilai  validitas  dapat  ditentukan  dengan  kofisien  produk momen dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Maharani Ratih, 2014 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Sinektik Terhadap Hasil Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
∑       ∑    ∑ √   ∑
∑ ∑
∑
Suharsimi  arikunto,2009:72
Keterangan : r
xy :
Koofesien  korelasi  antara  variabel  X  dan  variabel  Y  dan variabel yang dikorelasikan.
x : Skors tiap items x
y : Skors tiap items y
N : Jumah responden uji coba
Peneliti  ingin  mengetahui  valid  atau  tidaknya  butir  soal,  maka nilai  r
xy
dibandingkan  dengan  nilai  r
tabel.
suatu  butir  soal  dikatakan valid jika  r
xy
r
tabel
Nilair
tabel.z .
3.5.2. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji selanjutnya untuk mengetahui suatu instrument reliable atau tidak  maka  harus  diketahui  koefesien  reliabilitasnya.  reliable  tes
berhubungan dengan ketetapan masalah hasil tes atau seandainya hasil tes  berubah-ubah,  perubahan  yang  terjadi  dapat  dikatakan  tidak
berarti,  sesuai  dengan  yang  dikemukakan  oleh  Arikunto  2008:60 suatu  tes  tersebut  dikatakan  dapat  dipercaya  jika  memberikan  hasil
yang tetap apabila diteskan berkali-kali, sebuah tes dikatakan reliable apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Maka pengujian
Maharani Ratih, 2014 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Sinektik Terhadap Hasil Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
reliabilitas  uji  coba  instrument  ini  dengan  menggunakan  koefisien alpha
sebagai berikut:
r
11
=
∑
Ating  Somantri  dan  Sambas  Ali  M., 2006:48
Keterangan :
r
11
:  Reliabilitas tes secara keseluruhan k
: Jumlah butir instrument
Tabel 2 Interpretasi derajat reliabilitas
Rentang Nilai Klasifikasi
0,000-0,200 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,201-0,400 Derajat reliabilitas rendah
0,401-0,600 Derajat reliabilitas cukup
0,601-0,800 Derajat reliabilitas tinggi
0,801-1,000 Derajat reliabilitas sangat tinggi
Suharsimi Arikunto,2006:223
3.5.3. Uji Tingkat Kesukaran Instrumen
Tingkat  kesukaran  suatu  butir  soal  adalah  proporsi  dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada soal tersebut. Suharsimi
Arikunto 2008:207 bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Bilangan yang menunjukan sukar
Maharani Ratih, 2014 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Sinektik Terhadap Hasil Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
atau  mudahnya  suatu  soal  disebut  indeks  kesukaran.  Tingkatan  dapat
dihitung dengan rumus:
P = Suharsimi Arikunto, 2008:207
Keterangan : P
: Indeks Kesukaran B
: Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar Js
: Jumlah seluruh siswa peserta tes Ada kriteria untuk menentukan soal tersebut dikatakan baik atau
tidak baik, sebagai berikut :
Tabel 3 Tingkat Kesukaran
No Rentang Nilai tingkat kesukaran
Klasifikasi
1 0,70-1,00
Mudah 2
0,30-0,70 Sedang
3 0,00-0,30
Sukar Suharsimi arikunto,2006:100
3.5.4. Daya Pembeda Instrumen
Uji  selanjutnya  peneliti  menghitung  pula  daya  pembeda instrument.  Menurut  Suharsimi  Arikunto  2008:211  mengemukakan
bahwa  daya  pembeda  adalah  kemampuan  suatu  soal  untuk membuktikan  antara  siswa  yang  pandai  berkemampuan  tinggi  dan
siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya
Maharani Ratih, 2014 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Sinektik Terhadap Hasil Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
daya  pembeda  disebut  indeks  deskriminasi  D,  indeks  diskriminasi berkisar  antara  0,00  sampai  dengan  1,00.  Mengetahui  indeks
diskriminasi dapat menggunakan perumusan:
Keterangan : D
: Indeks diskriminasi daya pembeda B
A
: Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar B
B
: Banyaknya peserta kelompok bawah J
B
: Banyaknya peserta kelompok bawah P
A
: Proposal kelompok atas yang menjawab benar
Tabel 4 Klasifikasi Daya Pembeda
No Rentang Nilai D
Klasifikasi
1 0,00-0,19
Jelek 2
0,20-0,39 Cukup
3 0,40-0,69
Baik 4
0,70-1,00 Baik Sekali
5 Negatif
Tidak Baik Suharsimi  arikunto,2001  :
218
3.6. Prosedur Penelitian
Setelah  semua  instrumen  di  uji  dan  layak  untuk  diberikan  kepada objek  penelitian,  maka  selanjutnya  penelitian  dilanjutkan  dengan  prosedur
yang sudah peneliti buat diantaranya ada tiga tahapan, yaitu sebagai berikut: 1.
Tahap pretest
Maharani Ratih, 2014 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Sinektik Terhadap Hasil Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Pada  tahap  pertama  ini  peneliti  memberikan  prestest  pada masing-masing  kelas  eksperimen  dan  kelas  kontrol.  Hasil  dari  tahap
ini akan diketahui kemampuan dan keadaan awal kedua kelas tersebut sebelum diberi perlakuan treatment.
2. Tahap Proses
Pada tahap kedua ini peneliti memberikan perlakuan pada kelas eksperimen  dan  kelas  kontrol.  Kelas  eksperimen  diberi  penerapan
Model  Pembelajaran  Kooperatif  Tipe  Sinektik,  sedangkan  kelas kontrol menggunakan pembelajaran tipe Berpikir Induktif.
3. Tahap Post test
Pada  tahap  terakhir  ini  peneliti  memberikan  kembali  soal  yang sama  persis  seperti  di  tahap  pertama  yaitu  melakukan  post  test  pada
kelas  eksperimen  dan  kelas  kontrol.  Setelah  ituakandiperoleh  data hasil  akhir  pembelajaran  setelah  penerapan  model  pembelajaran
Sinektikdan Berpikir Induktif.
3.7. Teknik Analisis Data
3.7.1. Uji Normalitas
Uji  normalitas  ini  dimaksudkan  untuk  mengetahui  apakah  data tersebut berdistribusi normal atau tidak, Menurut Arikunto 2006:314
“Jika  berdistribusi  normal  maka  proses  selanjutnya  dalam  pengujian hipotesis  dapat  menggunakan  perhitungan  statistik  parametrik.  Jika
tidak  berdistribusi  normal  maka  dapat  menggunakan  perhitungan statistik non parametrik”.