PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TYPE LEARNING TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN PROSEDUR ADMINISTRASI : Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK W

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TYPE

LEARNING TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PESERTA DIDIK PADA STANDAR KOMPETENSI

MELAKUKAN PROSEDUR ADMINISTRASI

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Wirakarya 2 Ciparay Kabupate n Bandung

Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran, Fakultas Pendidikan

Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh : Astri Maharani

1106258

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

TYPE LEARNING TOGETHER DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA STANDAR

KOMPETENSI MELAKUKAN PROSEDUR ADMINISTRASI

KELAS X SMK WIRAKARYA 2 CIPARAY

Oleh :

Astri Maharani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk salah satu syarat memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis

© Astri Maharani

Universitas Pendidikan Indonesia

November 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan

dicetak ulang, difoto copy atau cara lainnya tanpa ijin penulis.


(3)

ASTRI MAHARANI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

TYPE LEARNING TOGETHER DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA STANDAR

KOMPETENSI MELAKUKAN PROSEDUR ADMINISTRASI

Disahkan dan disetujui oleh :

Pembimbing

Rini Intansari Meilani, S.Pd, M.Pd

NIP. 198008102008012029

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Pend. Manajemen Perkantoran

Dr. Budi Santoso, M.Si

NIP. 19600826187031001


(4)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TYPE

LEARNING TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PESERTA DIDIK PADA STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN PROSEDUR ADMINISTRASI

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Wirakarya 2 Ciparay Kabupaten Bandung

Tahun Ajaran 2015/2016) ASTRI MAHARANI

(1106258)

Skripsi ini dibimbing oleh :

Rini Intansari Meilani, S.Pd, M.Pd

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar peserta didik kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Wirakarya 2 Ciparay pada standar kompetensi melakukan prosedur administrasi. Hal tersebut didasarkan pada hasil ulangan harian peserta didik yang rata-rata nilainya masih di bawah KKM (Kriteria Kelulusan Minimal).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada standar kompetensi melakukan prosedur administrasi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen (quasy experimental design) dengan desain non-equivalent control group design. Penelitian ini menggunakan dua kelas yakni kelas X AP 3 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dan kelas X AP 1 sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional.


(5)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF LEARNING TOGETHER TYPE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL IN IMPROVING STUDENTS’

LEARNING OUTCOMES IN THE COMPETENCY STANDARD OF PERFORMING PROCEDURES OF ADMINISTRATION (A Quasy Experimental Study On Class X of Office Administration Expertise Program In SMK Wirakarya 2 Ciparay, Bandung Regency, Academic

Year 2015/2016) ASTRI MAHARANI

1106258

This undergraduate thesis is supervised by : Rini Intansari Meilani, S.Pd, M.Pd

The problem under research is the low learning outcomes of class X students of Office Administration Expertise Program In SMK Wirakarya 2 Ciparay in the competency standard of performing procedures of administration. The low outcomes are observed from the scores of students’ daily quizzes that are still bellow the Passing Grade Criteria.

The research aims to study the extent to which the implementation of Learning Together Type Of Cooperative Learning Model influences the

improvement of students’ learning outcomes in the competency standard of performing procedures of administration.

The research applied a quasi experimental method with non-equivalent control group design. It divided the subjects into two classes, namely class X AP 3 as the experimental class implementing Learning Together Type Of Cooperative Learning Model and class X AP 1 as the control class employing conventional learning model.

The results show that there was significant difference in the learning outcomes between the experimental class applying Learning Together Type Of Cooperative Learning Model and the control class implementing convetional learning model.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined.

1.4 Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Konsep Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Konsep Pembelajaran... Error! Bookmark not defined.

2.2 Teori Belajar Konstruktivisme ... Error! Bookmark not defined.

2.3 Konsep Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran

Error! Bookmark not defined.

2.3.1 Pendekatan Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2.3.2 Strategi Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2.3.3 Metode dan Teknik Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2.3.4 Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.


(7)

2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... Error! Bookmark not defined.

2.4.2 Tujuan Model Pembelajaran KooperatifError! Bookmark not defined.

2.4.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif... Error! Bookmark not defined.

2.4.4 Teknik Model Pembelajaran KooperatifError! Bookmark not defined.

2.5 Model Pembelajaran Learning Together ... Error! Bookmark not defined.

2.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Learning Together ... Error! Bookmark not defined.

2.5.2 Tujuan Model Pembelajaran Learning Together... Error! Bookmark not defined.

2.5.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Learning Together ... Error! Bookmark not defined.

2.5.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Learning Together

Error! Bookmark not defined.

2.6 Model Pembelajaran Konvensional ... Error! Bookmark not defined.

2.6.1 Pengertian Model Pembelajaran Konvensional .... Error! Bookmark not defined.

2.6.2 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model

Pembelajaran Konvensional... Error! Bookmark not defined.

2.7 Konsep Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2.7.1 Pengertian Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2.7.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil BelajarError! Bookmark not defined.

2.8 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

2.9 Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined.


(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2 Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.4.1 Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.5 Teknik Analisis Data... Error! Bookmark not defined.

3.5.1 Perhitungan Skor Tes Individu ... Error! Bookmark not defined.

3.5.2 Perhitungan N-Gain ... Error! Bookmark not defined.

3.5.3 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

3.6 Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.7 Deskripsi Proses Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .... Error! Bookmark not defined.

4.1 Profil Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Deskripsi Data ... Error! Bookmark not defined.

4.3 Hasil Pengujian Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

4.4 Pembahasan... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.


(9)

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini masih terdapat masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan, salah satu masalah yang menarik untuk dikaji yaitu tentang rendahnya hasil belajar peserta didik khususnya di SMK Wirakarya 2 Ciparay.

Pada SMK Wirakarya 2 Ciparay masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan dua orang peserta didik berprestasi tinggi dan dua orang peserta didik berprestasi rendah yang mengatakan bahwa model pembelajaran yang diterapkan guru di kelas masih menggunakan metode ceramah.

Dalam proses pembelajaran masih bersifat satu arah dimana guru berperan sebagai pembicara atau guru berperan sebagai pentransfer informasi dan siswa sebagai penerima informasi tersebut sehingga siswa tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan siswa menjadi pasif dan proses pembelajaran menjadi membosankan. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya hasil belajar peserta didik.

Sedangkan proses pembelajaran yang baik itu ialah proses pembelajaran yang mengikutsertakan peserta didik di dalam pembelajarannya sehingga terjadi interaksi antara guru sebagai pentransfer dan peserta didik sebagai penerima informasi tersebut. Hal ini dilakukan agar hasil belajar peserta didik meningkat dan tujuan pembelajaran tercapai.


(11)

Selain itu guru harus mampu menyesuaikan model pembelajaran dengan situasi dan kondisi peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh Gora

(2008:156) “Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta karakterisitik dari setiap indikator dan

kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran”.

Penjelasan diatas menunjukan bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih belum efektif. Hal tersebut sesuai dengan hasil belajar yang diperoleh peserta didik kelas X jurusan Administrasi Perkantoran Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian

Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Tahun Pelajaran 2009-2015

No Tahun

Pelajaran Kelas KKM

Jumlah siswa

Nilai Belum

Tuntas (%) Ket. <75 75 >75

1. 2009/2010

X AP 1 70

30 19 6 5 63%

-

X AP 2 27 18 4 5 66%

X AP 3 29 20 3 6 68%

Rata-rata 66%

2. 2010/2011

X AP 1 70

27 16 7 4 59%

Turun 5%

X AP 2 28 17 3 8 60%

X AP 3 29 19 3 7 65%

Rata-rata 61%

3. 2011/2012

X AP 1 75

34 22 4 8 64%

Naik 8%

X AP 2 31 19 5 7 61%

X AP 3 27 22 3 2 81%

Rata-rata 69%

4. 2012/2013

X AP 1 75

28 19 5 4 67%

Naik 3%

X AP 2 30 18 5 7 60%

X AP 3 29 26 2 1 89%


(12)

5. 2013/2014

X AP 1 75

32 25 3 4 78%

Naik 6%

X AP 2 28 20 3 5 71%

X AP 3 28 24 3 1 85%

Rata-rata 78% Rata-rata Keseluruhan 73%

Sumber : Guru Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2009/2010 untuk kelas X AP1 hasil belajar peserta didik yang belum mencapai KKM sebesar 63%. Selanjutnya pada tahun 2010/2011 peserta didik yang belum mencapai KKM mengalami penurunan sebesar 4% yakni menjadi 59% dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2011/2012 peserta didik yang belum mencapai ketuntasan menjadi 61% artinya terjadi peningkatan sebesar 3% dari tahun sebelumnya. Sementara pada tahun 2012/2013 jumlah peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM mengalami penurunan kembali sebesar 1% yakni menjadi 60%. Dan pada tahun 2013/2014 peserta didik yang belum mencapai ketuntasan mengalami peningkatan sebesar 11% yakni menjadi 71% dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 2009/2010 untuk kelas X AP2 hasil belajar peserta didik yang belum mencapai KKM sebesar 66%. Selanjutnya pada tahun 2010/2011 peserta didik yang belum mencapai KKM mengalami penurunan sebesar 6% yakni menjadi 60% dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2011/2012 peserta didik yang belum mencapai ketuntasan sebesar menjadi 64% artinya terdapat peningkatan dari tahun 2011/2012 sampai 2012/2013 sebesar 4%. Sementara pada tahun 2012/2013 jumlah peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM mengalami peningkatan sebesar 3% yakni menjadi 67%. Dan pada tahun


(13)

2013/2014 peserta didik yang belum mencapai ketuntasan mengalami peningkatan kembali sebesar 11% yakni menjadi 78% dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 2009/2010 untuk kelas X AP3 hasil belajar peserta didik yang belum mencapai KKM sebesar 68%. Selanjutnya pada tahun 2010/2011 peserta didik yang belum mencapai KKM mengalami penurunan sebesar 3% yakni menjadi 65% dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2011/2012 terjadi peningkatan peserta didik yang belum mencapai ketuntasan sebesar 16% yakni menjadi 81%. Sementara pada tahun 2012/2013 jumlah peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM mengalami peningkatan kembali sebesar 8% yakni menjadi 89%. Dan pada tahun 2013/2014 peserta didik yang belum mencapai ketuntasan mengalami penurunan sebesar 3% yakni menjadi 85% dari tahun sebelumnya.

Dari hasil analisis data diatas pada tahun 2009/2010 rata-rata peserta didik yang belum mencapai KKM sebesar 66%. Kemudian pada tahun 2010/2011 rata-rata peserta didik yang belum mencapai ketuntasan sebesar 61% artinya terjadi penurunan jumlah peserta didik yang belum mencapai ketuntasan dari tahun 2009/2010 sampai 2010/2011 yakni sebesar 5%. Selanjutnya pada tahun 2011/2012 terjadi peningkatan rata-rata peserta didik yang belum mencapai ketuntasan sebesar 8% yakni menjadi 69%. Sementara pada tahun 2012/2013 rata-rata peserta didik yang belum mencapai KKM sebesar 72% artinya terdapat peningkatan rata-rata peserta didik yang belum mencapai ketuntasan tahun 2011/2012 sampai 2012/2013 yakni sebesar 3%. Dan pada tahun 2013/2014 rata-rata peserta didik yang belum mencapai ketuntasan mengalami peningkatan


(14)

kembali sebesar 6% yakni menjadi 78%. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata keseluruhan peserta didik yang belum mencapai KKM dari tahun 2009 sampai 2014 sebesar 73% sementara peserta didik yang mencapai KKM sebesar 28%.

Berdasarkan penjelasan diatas terlihat bahwa hasil belajar peserta didik mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang membosankan sehingga berpengaruh pada rendahnya hasil belajar peserta didik.

Dilihat dari fenomena tersebut sebagai guru tentunya harus melakukan perubahan dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran menjadi optimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu upaya untuk memecahkan masalah tersebut maka perlu adanya perubahan dalam penerapan model pembelajaran di kelas. Karena dengan pemilihan dan penerapan model yang tepat maka hasil belajar peserta didik akan meningkat. Dalam upaya memahami dan memecahkan permasalahan hasil belajar siswa yang belum optimal maka diperlukan teori tertentu untuk memecahkan masalah tersebut dan berdasarkan permasalahan yang dikaji maka penelitian ini menggunakan teori konstruktivisme.

Menurut Vigotsky (Zakaria, 2007:99) „Teori konstruktivisme sosial lebih menekankan pada interaksi interpersonal yang membantu mengembangkan pengetahuan individu antara rekan sebaya atau orang dewasa yang lebih


(15)

Menurut Slavin (Ratumanan, 2004:49) mengatakan bahwa :

Implikasi utama teori Vigotsky dalam pendidikan yaitu dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan menyusun atau mencari strategi-strategi untuk memecahkan masalah tersebut.

Dari teori tersebut maka peneliti merekomendasikan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran yang membentuk kelompok-kelompok belajar yang menuntut para peserta didik untuk aktif di dalam proses pembelajaran.

Menurut Wicaksono (2014:35) mengemukakan bahwa :

Pembelajaran kooperatif adalah satu bentuk pembelajaran yang didasari paham konstruktivisme. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota bekerja sama saling membantu dalam memahami materi pembelajaran.

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran Cooperative Type Learning Together. Dalam pembelajaran ini peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4-5 orang yang bersifat heterogen kemudian setiap anggota dalam kelompok tersebut membahas materi secara bersama-sama. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil pembahasan dan bagi hasil belajar kelompok terbaik akan diberikan penghargaan.

Salah satu kompetensi dasar dalam mata pelajaran melakukan prosedur administrasi adalah kompetensi dasar dokumen-dokumen kantor yang merupakan kompetensi dasar pertama dan materi dasar pada mata pelajaran melakukan prosedur administrasi kelas X. Oleh karena itu peserta didik harus


(16)

menguasai materi-materi dalam kompetensi dasar tersebut. Selain itu administrasi merupakan aspek yang sangat penting dalam organisasi seperti yang

dikemukakan oleh Parajudi Atmosudirjo (1975:83) “Tanpa administrasi maka setiap organisasi akan mati, dan tanpa administrasi yang sehat, maka organisasi itu pun tidak sehat pula”. Mengingat administrasi sangat penting dalam organisasi sebagai peserta didik yang nantinya akan terjun langsung ke dalam dunia kerja yang tidak lain masuk dalam sebuah organisasi maka peserta didik perlu memahami materi-materi dalam kompetensi dasar dokumen-dokumen kantor guna menunjang kelancaran organisasi. Adapun materi yang dibahas dalam kompetensi dasar tersebut meliputi : Pengertian dan Jenis-Jenis Dokumen, Pengertian dan Fungsi Surat, Kelebihan dan Kelemahan Surat, Macam-Macam Jenis Surat, Bentuk-Bentuk Surat, Bagian-Bagian Surat, dan Macam-Macam Lipatan Surat Serta Syarat-Syarat Surat Yang Baik.

Kompetensi dasar dokumen-dokumen kantor merupakan sebuah kompetensi dasar yang termasuk dalam aspek kognitif. Oleh karena itu peserta didik dituntut untuk memahami materi tersebut. Cara agar peserta didik dapat dengan mudah mengingat dan memahami materi tersebut adalah dengan cara berdiskusi seperti yang dikemukakan oleh Vigotsky (Ruseffendi, 1992:32) yang menyatakan

bahwa „Interaksi sosial yaitu interaksi antara individu dengan orang lain

merupakan faktor terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan

kognitif seseorang‟. Selain itu, dalam proses pembelajaran peserta didik dituntut untuk aktif dan bekerja sama untuk menggali setiap informasi dan mengingat setiap informasi bersama-sama dengan anggota kelompoknya.


(17)

Berdasarkan karakteristik kompetensi dasar yang telah dijelaskan, maka peneliti memilih model pembelajaran Cooperative Type Learning Together (Belajar Bersama), karena model ini memberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk berdiskusi kemudian mempresentasikan kembali hasil diskusinya di depan kelas sehingga pembelajaran akan lebih fokus. Setelah presentasi selanjutnya dilakukan penguatan melalui pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh kelompok lain. Kemudian kelompok yang mempresentasikan akan menjawab dan guru memberikan evaluasi terhadap jawaban tersebut.

Selain itu, peneliti memilih model pembelajaran Cooperative Type Learning Together karena didasarkan pada pendapat ahli sebagai berikut :

Menurut Sulistyo (4:2013) “Model pembelajaran kooperatif tipe learning together bisa membangun pemahaman siswa serta dapat meningkatkan hasil

belajar siswa”.

Melalui belajar kelompok dengan kemampuan peserta didiknya yang berbeda-beda maka peserta didik dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan menyusun atau mencari strategi-strategi untuk memecahkan masalah tersebut. Selain itu model pembelajaran Cooperative Type Learning Together menekankan pada kegiatan-kegiatan untuk pembentukan kebersamaan kelompok sebelum bekerja dan diskusi dalam kelompok tentang seberapa baik mereka bekerja sama dan berkontribusi dalam menyelesaikan tugas.

Kesimpulannya melalui model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi melalui proses diskusi dan presentasi selain itu peserta didik juga belajar bagaimana cara


(18)

meningkatkan kerja sama, menumbuhkan kreativitas sehingga peserta didik dapat memberikan gagasan, ide ataupun pendapat sesuai dengan keinginannya, dan menumbuhkan rasa saling menghargai terhadap pendapat orang lain.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai: “Penerapan Model Pembelajaran

Cooperative Type Learning Together dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Peserta Didik pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi di SMK Wirakarya 2 Ciparay”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah rendahnya hasil belajar peserta didik, khususnya dalam mata pelajaran melakukan prosedur administrasi. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu faktor internal dan eksternal

Menurut Rusman (2012:124) menyatakan bahwa :

Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar yaitu diantaranya perhatian, minat, bakat, motif, motivasi dan daya nalar peserta didik. Sementara faktor eksternal yaitu diantaranya meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Selain faktor internal dan eksternal terdapat satu faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik di sekolah yaitu model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Sebab model pembelajaran yang tepat akan memberikan hasil belajar yang optimal.


(19)

Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini, dirumuskan dalam pernyataan masalah (problem statement) sebagai berikut : “Penggunaan model pembelajaran konvensional kurang efektif sehingga menyebabkan menurunnya

hasil belajar peserta didik” Kondisi ini akan menyebabkan motivasi belajar peserta didik menurun dan hasil belajar menjadi rendah.

Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) diatas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pernyataan penelitian (research question) sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi pada Kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Wirakarya 2 Ciparay ?

2. Bagaimana gambaran peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Konvensional pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi pada Kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Wirakarya 2 Ciparay ?

3. Apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dan penerapan model pembelajaran Konvensional pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi pada Kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Wirakarya 2 Ciparay ?


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah tentang penerapan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dan pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik.

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi pada Kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Wirakarya 2 Ciparay.

2. Mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran konvensional pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi pada Kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Wirakarya 2 Ciparay.

3. Mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dan penerapan model pembelajaran Konvensional pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi pada Kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Wirakarya 2 Ciparay.


(21)

1.4 Kegunaan Penelitian

Jika tujuan penelitian yang dikemukakan diatas dicapai, maka penelitian ini akan memberikan dua macam kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Kegunaan teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru terutama dalam dunia pendidikan mengenai model pembelajaran Cooperative Type Learning Together serta pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik.

Secara praktis, hasil penelitian ini diantaranya berguna : (1) sebagai solusi alternatif bagi para guru untuk memecahkan masalah terkait rendahnya hasil belajar peserta didik dan diharapkan dengan diterapkannya model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik; (2) sebagai referensi bagi guru untuk menambah model pembelajaran; (3) untuk mengetahui implikasi dari penerapan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik; (4) sebagai bahan bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkan informasi dan data yang relevan dari hasil penelitian, khususnya model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan individu atau kelompok sebagai bahan studi. Pada umumnya riset ini menggunakan dua kelompok atau lebih untuk dijadikan sebagai objek studinya. Kelompok pertama yaitu kelompok yang diteliti sedang kelompok kedua sebagai kelompok pembanding (control group)

Penelitian eksperimen diartikan sebagai pendekatan kuantitatif yang paling penuh, artinya memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat.

Sugiyono (2012:107) menjelaskan bahwa :

Metode penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Desain penelitian eksperimen terbagi ke dalam 3 bentuk yakni pre-experimental design, true experimental design, dan quasy experimental design.

Dari ketiga jenis penelitian eksperimen di atas, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi (Quasi Experimental Design), desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Dimana kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan tes awal. Kedua kelompok mendapatkan perlakuan berbeda, dimana kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dan kelompok kontrol


(23)

menggunakan model pembelajaran konvensional dan diakhiri dengan tes akhir untuk masing-masing kelompok.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

E O1 X1 O2

K O3 X2 O4

Keterangan :

E : Kelas Eksperimen K : Kelas Kontrol

O1 : Tes Awal (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen

O2 : Tes Akhir (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen

O3 : Tes Awal (sebelum perlakuan) pada kelompok kontrol

O4 : Tes Akhir (setelah perlakuan) pada kelompok kontrol

X1 : Digunakan perlakuan (treatment) dengan penerapan model

pembelajaran Cooperative Type Learning Together

X2 : Digunakan perlakuan (treatment) dengan penerapan model pembelajaran konvensional

Untuk metode kuasi eksperimen, penulis menggunakan langkah-langkah penelitian seperti terdapat dalam kerangka penelitian dibawah ini.


(24)

Gambar 3.1 Kerangka Eksperimen

Langkah-langkah metode kuasi eksperimen :

1. Mengujikan soal pre-test kepada siswa pada kelas treatment dan juga kelas kontol

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan diantara kelas treatment dan kelas kontrol, maka dilakukan uji beda dengan menggunakan uji-t terhadap hasil pre-test dari kelas treatment dan kelas kontrol.

3. Setelah teruji kelas treatment dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan maka kedua kelas tersebut dapat dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran masing-masing kelas yang dilaksanakan dalam 5x pertemuan.

4. Setelah kelas treatment dan kelas kontrol diberikan perlakuan model pembelajaran. Langkah selanjutnya melakukan uji post test.

A1 (Kelas Eksperimen)

A2 (Kelas Kontrol)

Pre-Test Pre-Test

Proses Pembelajaran Kelas Kontrol Proses

Pembelajaran Kelas Eksperimen

Gain Gain

Post-Test Post-Test


(25)

5. Hasil dari post test kelas treatment dan kelas kontrol diujikan kembali dengan uji beda (uji-t) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan secara signifikan.

6. Langkah terakhir yaitu mengujikan proses pembelajaran dengan menghitung skor gain dan uji beda hasil pretest dan postest

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2009:3) “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan di tarik kesimpulan”.

Menurut Kidder (Sugiyono, 2009:3) „Variabel adalah suatu kualitas dimana

peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya‟.

Dari kedua pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator Skala

Hasil belajar peserta didik pada kelas yang menerapkan model

Cooperative Type Learning Together

Nilai rata-rata pretest sebelum treatment dan

posttest setelah treatment

Interval

Hasil belajar peserta didik pada kelas yang menerapkan model

pembelajaran konvensional

Nilai rata-rata pretest


(26)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Muhidin (2010:1) menyatakan bahwa:

Populasi (population/universe) adalah keseluruhan elemen, atau unit penelitian, atau unit analisis yang memiliki ciri/karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian atau menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan). Dengan demikian populasi tidak terbatas pada sekelompok orang, tetapi apa saja yang menjadi perhatian kita.

Sedangkan menurut Sugiyono (2013:117) menjelaskan bahwa :

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Menurut Sudjana (2005:5) berpendapat bahwa :

Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi.

Maka dalam penelitian ini penulis mengambil populasinya adalah peserta didik kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Wirakarya 2 Ciparay

Sementara menurut Muhidin (2010:2) “Sampel adalah bagian kecil dari

anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat

mewakili populasinya”.

Oleh karena itu yang dijadikan sampel oleh penulis dalam penelitian ini adalah kelas X Administrasi Perkantoran 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X Adminitrasi Perkantoran 1 sebagai kelas kontrol berdasarkan observasi dan


(27)

rata-rata nilai hasil belajar siswa pada kedua kelas tersebut, dan penulis menyimpulkan bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan yang sama.

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data mengacu pada cara apa yang perlu dilakukan dalam penelitian agar dapat memperoleh data. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara kombinasi secara langsung atau tidak langsung. Dalam penelitian ini , data diperoleh melalui teknik tes.

Menurut (Sudjana, 2006: 35) mengemukakan bahwa :

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik untuk mendapat jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).

Dalam penelitian ini bentuk soal tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda, pemilihan soal dengan bentuk pilihan ganda ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat memahami materi mengidentifikasi pengertian dokumen, arti dan fungsi surat, jenis dan bentuk surat, dan bagian-bagian surat. Secara umum tes pilihan ganda ini menuntut peserta didik untuk dapat mengungkapkan pengetahuannya dalam memilih opsi jawaban yang benar pada soal pilihan ganda tersebut.

Instrumen tes ini digunakan pada saat pretest dan posttest dengan karakteristik soal pada masing-masing tes adalah identik. Tes pertama (pretest) diberikan sebelum kedua kelompok dikenai perlakuan (treatment) yang dalam hal ini adalah model pembelajaran Cooperative Type Learning Together untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol.


(28)

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil pretest dan posttest untuk masing-masing kelas, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together pada kelas eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

3.4.1 Instrumen Penelitian

Instrumen tes dibuat dengan mempelajari dahulu standar kompetensi melakukan prosedur administrasi kompetensi dasar dokumen-dokumen kantor. Kemudian instrumen tersebut di uji coba kepada peserta didik SMK kelas X Administrasi Perkantoran, hal ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur seberapa layak instrumen tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data.

Instrumen tes yang diberikan kepada peserta didik adalah tes kemampuan pemahaman konsep peserta didik berupa soal pilihan ganda yang akan dijadikan soal pretest dan posttest. Soal pretest diberikan kepada peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki peserta didik dari tiap kelas. Kemudian soal postest diberikan kembali kepada peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah diberikan perlakuan (treatment). Adapun langkah-langkah untuk menganalisis instrumen sebagai berikut :

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu


(29)

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Oleh karena itu untuk mengetahui instrumen penelitian ini valid atau tidak maka dilakukan analisis validitas empirik untuk mengetahui validitas tiap butir soal.

Nilai validitas dapat ditentukan dengan koefisien produk momen.

(Suharsimi Arikunto, 2011: 72) Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X : Skor tiap item X Y : Skor tiap item Y N : Jumlah responden

Adapun kriteria acuan untuk validitas menggunakan kriteria nilai validitas adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Kriteria Nilai Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 ≤ ≤ 1,00 Sangat Tinggi


(30)

0,40 ≤ ≤ 0,60 Cukup

0,20 ≤ ≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ ≤ 0,20 Sangat Rendah (Arikunto, 2011: 75)

2. Hasil Uji Validitas

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk soal pilihan ganda sejumlah 20 soal yang diujikan pada 32 peserta didik kelas X AP 1 Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Angkasa 2. Pengujian alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah pengujian validitas instrumen. Suatu instrumen pengukuran dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang diukur. Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui tepat atau tidaknya soal yang akan digunakan dalam pengumpulan data yang akan dianalisis lebih lanjut. Uji validitas ini berdasarkan hasil perhitungan data hasil uji coba instrumen dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Alat pengumpul data dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel. Analisis hasil uji validitas instrumen dapat dilihat


(31)

Tabel 3.4

Ringkasan Hasil Uji Validitas Instrumen

No.Soal r

hitung r tabel

Uji Validitas Valid Tidak Valid 1 0,5184 0,3494 v

2 0,4881 0,3494 v 3 0,3717 0,3494 v 4 0,3666 0,3494 v 5 0,4826 0,3494 v 6 0,4091 0,3494 v 7 0,3712 0,3494 v 8 0,4163 0,3494 v 9 0,3609 0,3494 v 10 0,3528 0,3494 v 11 0,4068 0,3494 v 12 0,4029 0,3494 v 13 0,7087 0,3494 v 14 0,5427 0,3494 v 15 0,6093 0,3494 v 16 0,4991 0,3494 v 17 0,4068 0,3494 v 18 0,4578 0,3494 v 19 0,3500 0,3494 v 20 0,4292 0,3494 v

Berdasarkan tabel diatas, uji validitas instrumen dimana pada taraf signifikansi 5% dan taraf kebebasan (dk) = n – 2 maka didapat r tabel = 0,3494 diketahui bahwa 20 item soal dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk tahap selanjutnya.

3. Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Arikunto (2011: 86) bahwa :

Suatu tes tersebut dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali, sebuah tes dikatakan reliabel apabila


(32)

hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Maka suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila tes tersebut dapat terpercaya, konsisten dan produktif. Pengujian reliabilitas tes, peneliti menggunakan software spss 17.0 for windows. Untuk mengukur reliabilitas, pada program SPSS digunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut:

(Arikunto, 2011: 109) Keterangan:

= Reliabilitas Instrumen k = BanyaknyaPernyataan

∑ 2

= Jumlah varian butir 2 = Varian total

Adapun kriteria acuan untuk reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Kriteria Nilai Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 ≤ ≤ 1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi 0,60 ≤ ≤ 0,80 Reliabilitas Tinggi

0,40 ≤ ≤ 0,60 Reliabilitas Cukup 0,20 ≤ ≤ 0,40 Reliabilitas Rendah


(33)

4. Hasil Uji Reliabilitas

Pengujian alat pengumpulan data yang digunakan adalah pengujian reliabilitas instrumen. Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya menunjukan ketetapan atau konsisten. Perhitungan reliabilitas digunakan untuk menguji instrumen. Dimana instrumen yang reliabel merupakan persyaratan agar data yang diteliti dapat dipercaya dan diterima. Hasil uji reliabilitas terhadap instrumen pada 32 peserta didik dengan taraf kebebasan (dk) = n – 2 dan taraf signifikansi 5% maka akan diperoleh r tabel = 0,3494 sedangkan hasil perhitungan dengan rumus Spearmen Brown diperoleh r hitung = 0,7850.

5. Uji Tingkat Kesukaran Instrumen

Menurut Arikunto (2011:207) “Bilangan yang menunjukan sukar dan

mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan peserta didik yang menjawab benar pada

soal tersebut”.

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus :

(Suharsimi Arikunto, 2011 : 100) Keterangan :

P : Indeks Kesukaran

B : Banyak peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar Js : Jumlah seluruh peserta didik peserta tes


(34)

Tabel 3.6

Kriteria Indeks Kesukaran Nilai Indeks

Kesukaran Interpretasi

0,00 Soal terlalu sukar 0,00 - 0,30 Soal sukar 0,30 - 0,70 Soal sedang 0,70 - 1,00 Soal mudah

1,00 Soal terlalu mudah

6. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen

Pengujian alat pengumpulan data selanjutnya adalah uji tingkat kesukaran instrumen. Uji tingkat kesukaran adalah parameter untuk menyatakan item soal mudah, sedang, atau sukar. Ringkasan hasil pengujian tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.7

Ringkasan Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen

Kriteria Keterangan Nomor Soal Jumlah Persentase

0,30 – 0,70 Sedang

4, 5, 6, 7, 8, 13, 15, 16, 18,

19, 20

11 55%

0,70 – 1.00 Mudah 1, 2, 3, 9, 10,

11, 12, 14, 17 9 45% 7.

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui hasil pengujian tingkat kesukaran instrumen kategori sedang terdiri dari nomor soal 4, 5, 6, 7, 8, 13, 15, 16, 18, 19,


(35)

20 dengan persentase sebesar 55%. Kemudian kategori mudah terdiri dari nomor soal 1, 2, 3, 9, 10, 11, 12, 14, 17 dengan persentase 45%. Dengan demikian, tingkat kesukaran instrumen dikatakan baik karena komposisi soal kategori sedang lebih besar dari pada komposisi soal kategori mudah. Hasil ringkasan tersebut secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik untuk tingkat kesukaran instrumen.

7. Daya Pembeda Instrumen

Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut:

DP =

Keterangan :

DP = Daya Pembeda

BA = Jumlah jawaban benar kelompok atas BB = Jumlah jawaban kelompok bawah JA = Jumlah siswa kelompok atas JB = Jumlah siswa kelompok bawah

Kriteria acuan untuk daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.8

Kriteria Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek


(36)

0,20 ≤ ≤ 0,40 Cukup 0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik

0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik

8. Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membuktikan antara peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dengan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah. Hasil perhitungan daya pembeda instrumen dari item soal dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.9

Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen

Rentang Nilai Klasifikasi Nomor Soal Jumlah Persentase

0.00 – 0.20 Jelek 10 1 5% 0.20 – 0.40 Cukup 1, 3, 7, 9, 11,

12, 14, 17, 19 9 45% 0.40 – 0.70 Baik 2, 4, 5, 6, 8,

15, 16, 18, 20 9 45% 0.70 – 1.00 Baik Sekali 13 1 5%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil pengujian daya pembeda instrumen bahwa soal dengan klasifikasi jelek terdiri dari soal nomor 10 dengan persentase sebesar 5 %. Kemudian soal dengan klasifikasi cukup terdiri dari soal nomor 1, 3, 7, 9, 11, 12, 14, 17, 19 dengan persentase sebesar 45%. Selanjutnya soal dengan klasifikasi baik terdiri dari soal nomor 2, 4, 5, 6, 8, 15, 16, 18, 20 dengan persentase sebesar 45%. Dan soal dengan klasifikasi baik sekali terdiri


(37)

dari soal nomor 13 dengan persentase sebesar 5 %. Hasil analisis soal tersebut menunjukkan kemampuan soal cukup baik dalam mengukur tingkat kemampuan peserta didik, sehingga secara keseluruhan soal tersebut layak dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Perhitungan Skor Tes Individu

Data yang telah diperoleh digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Data tersebut diperoleh dari tes awal (pre-test) sebelum pembelajaran dan tes akhir (post-test) setelah pembelajaran dilaksanakan. Hasil pre-test dan post-test peserta didik dinilai dengan menggunakan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan.

3.5.2 Perhitungan N-Gain

Setelah nilai hasil pre-test dan post-test diperoleh dari hasil penskoran, maka selanjutnya akan dihitung rata-rata peningkatan hasil belajar peserta didik yaitu dengan perhitungan N-Gain. Hal ini dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Selanjutnya, perolehan normalisasi N-Gain diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:


(38)

Tabel 3.10

Klasifikasi Nilai N-Gain

3.5.3 Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis menggunakan teknik uji statistik yang sesuai dengan data yang diperoleh. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai pada kemampuan awal (pretest) dengan nilai pada kemampuan akhir (posttest) peserta didik antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Proses pengujian hipotesis akan meliputi uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas sebagai syarat untuk menggunakan statistik parametik, yakni dengan menggunakan uji-t. Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat menentukan persamaan uji-t yang digunakan. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors Test

Rentang Nilai Klasifikasi

g > 0,70 Tinggi 0,30 ≥ (g) < 0,70 Sedang g < 0,30 Rendah


(39)

Menurut Ating dan Sambas (2006:289). Langkah-langkah uji Liliefors Test sebagai berikut :

a. Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada data yang sama.

b. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

c. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifya.

d. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi). e. Hitung nilai z untuk mengetahui Theoretical Proportion pada table z f. Menghitung Theoretical Proportion.

g. Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.

h. Carilah selisih terbesar di luar titik observasi

Di bawah ini adalah tabel distribusi pembantu untuk pengujian normalitas data:

Tabel 3.11

Tabel Distribusi Pembantu Untuk Pengujian Normalitas

X F Fx Z -

-

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Keterangan :

Kolom 1 : Susunan data dari kecil ke besar Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul

Kolom 3 : Frekuensi kumulatif. Formula, fk = f + fk sebelumnya Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi). Formula, ( ) = fk/n Kolom 5 : Nilai Z, formula, ̅

Dimana : ̅ ∑ dan S = √∑ (∑ )


(40)

Kolom 6 : Theoretical Proportion (label z): Proporsi Kumulalif Luas Kurva Normal Baku dengan cara melihat nilai z pada label distribusi normal.

Kolom 7 : Selisih Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6)

Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai selisih mana yang paling besar nilainya. Nilai tersebut Adalah D hitung.

Selanjutnya menghitung D tabel pada α = 0,05 dengan cara

√ . Kemudian

membuat kesimpulan dengan kriteria :

a. D hitung < D tabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal.

a. D hitung≥ D tabel, maka H0 ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor-skor pada penelitian yang dilakukan mempunyai variansi yang homogen atau tidak untuk

taraf signifikansi α. Uji statistika yang akan digunakan adalah Uji Burlett. Kriteria yang digunakannya adalah apabila nilai hitung X2 > nilai tabel X2, maka H0 menyatakan varians skornya homogen ditolak, dalam hal lainnya diterima.

Nilai hitung X2 diperoleh dengan rumus :

(Muhidin, 2010:96) Dimana :


(41)

= n – 1 = Derajat kebebasan tiap kelompok B = Nilai Barlett = (Log

= Varians gabungan = =

(Muhidin, 2010:96)

Muhidin (2010:97), menjelaskan mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian homogenitas varians ini adalah:

a. Menentukan kolompok-kelompok data, dan menghitung varians untuk tiap kelompok tersebut.

b. Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses perhitungan, dengan model tabel sebagai berikut:

Tabel 3.12

Model Tabel Uji Barlett

Sampel db = n-1

1 2 3

… …

c. Menghitung varians gabungan

d. Menghitung log dari varians gabungan e. Menghitung nilai Barlett

f. Menghitung nilai g. Membuat kesimpulan.


(42)

c. Uji T test

Setelah normalitas dan homogenitas data diketahui, digunakan uji-t dengan beberapa kemungkinan sebagai berikut (Sugiyono, 2012: 272-274) :

a) Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 , dan varian homogen (σ12 = σ22)

maka dapat digunakan rumus uji-t baik untuk separated maupun pooled varian, dengan derajat kebebasannya (dk) = n1 + n2 – 2.

b) Bila jumlah anggota sampel n1 ≠ n2 , dan varian homogen (σ12 = σ22)

maka dapat digunakan rumus uji-t pooled varian, dengan derajat kebebasannya

(dk) = n1 + n2 – 2.

c) Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 , dan varian tidak homogen (σ12 ≠ σ22)

maka dapat digunakan rumus uji-t separated maupun pooled varian, dengan derajat kebebasannya (dk) = n1 -1 atau n2 – 1.

d) Bila jumlah anggota sampel n1 ≠ n2 , dan varian tidak homogen (σ12 ≠ σ22)

maka dapat digunakan rumus uji-t separated varian, dengan dk (n1-1) dan

dk (n2-1) dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang

terkecil.

e) Bila sampel berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah perlakuan (treatment), atau membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, maka digunakan t-test sampel related.

Rumus-rumus Uji-t (t-test) :

Rumus Separated Varians

̅̅̅ ̅̅̅

Rumus Pooled Varians

̅̅̅ ̅̅̅


(43)

̅̅̅ ̅̅̅

√ (

√ )( √ )

Keterangan : t = thitung

n1 = jumlah responden kelompok 1

n2 = jumlah responden kelompok 2

S1 = standar deviasi kelompok 1

S2 = standar deviasi kelompok 2 ̅1 = rata-rata kelompok 1 ̅2 = rata-rata kelompok 2

Setelah harga thitung diperoleh, maka selanjutnya thitung dibandingkan dengan

ttabel dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

Apabila nilai thitung < ttabel atau thitung > ttabel l maka H0 ditolak dan H1 diterima.

3.6 Prosedur Penelitian

Sugiyono (2012:80) menyatakan bahwa: “Metode penelitian eksperimen

digunakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Adapun langkah-langkah metode kuasi eksperimen, sebagai berikut :

a) Mengujikan soal Pre-test kepada peserta didik pada kelas treatment dan juga kelas kontrol.

b) Hasil dari Pre-test kelas treatment dan kelas kontrol diujikan dengan uji beda yaitu uji-t untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan.


(44)

c) Setelah teruji kelas treatment dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan maka kelas tersebut dapat dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran masing-masing kelas yang dilaksanakan dalam 5x pertemuan.

d) Setelah kelas treatment dan kelas kontrol diberikan perlakuan model pembelajaran. Langkah selanjutnya melakukan uji Post-test.

e) Hasil dari Post-test kelas treatment dan kelas kontrol diujikan kembali dengan skor Gain untuk melihat peningkatan hasil belajar setelah perlakuan dan dilakukan kembali pengujian uji beda (uji-t) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan.

f) Langkah yang terakhir adalah mengujikan proses pembelajaran dengan menghitung skor Gain dan uji beda Pre-test dan Post-test untuk mengetahui bahwa proses bermakna secara signifikan dapat tidaknya meningkatkan hasil belajar.

Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together sebagai kelas eksperimen dan penerapan model pembelajaran konvensional sebagai kelas kontrol adalah sebagai berikut :


(45)

Tabel 3.13 Skenario Pembelajaran

Model Pembelajaran Cooperative Type Learning Together dalam kelas

eksperimen

Model Pembelajaran Konvensional pada kelas kontrol

1. Tahap Persiapan

a. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Guru mempersiapkan materi yang akan dibahas

c. Guru menyiapkan soal-soal untuk pretest dan posttest

1) Tahap Persiapan

a. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b.Guru mempersiapkan materi yang akan dibahas

c. Guru menyiapkan soal-soal untuk pretest dan posttest

2. Pelaksanaan a. Pendahuluan

1) Guru mengingatkan kepada peserta didik materi

pelajaran yang lalu, kemudian mengemukakan materi yang akan dipelajari. 2) Guru menyatakan tujuan

pembelajaran.

3) Guru menjelaskan langkah-langkah model

pembelajaran cooperative type learning together. b. Kegiatan Inti

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan diiringi dengan memotivasi peserta

2. Pelaksanaan a. Pendahuluan

1)Guru mengingatkan kepada peserta didik materi

pelajaran yang lalu, kemudian mengemukakan materi yang akan dipelajari. 2)Guru menyatakan tujuan

pembelajaran. 3)Peserta didik

memperhatikan tujuan belajar hanya untuk menguasai materi pelajaran.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menjelaskan materi pelajaran.


(46)

didik.

2) Guru menyajikan materi pembelajaran kepada peserta didik.

3) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang.

4) Guru membimbing

kelompok-kelompok belajar pada saat peserta didik mengerjakan tugas. 5) Peserta didik

mempresentasikan hasil belajarnya kemudian guru memberikan evaluasi dari materi yang telah dipelajari. 6) Guru memberikan

penghargaan terhadap hasil belajar peserta didik terbaik.

2) Guru dan peserta didik melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran 3) Peserta didik memahami

materi atau contoh-contoh yang diberikan oleh guru. 4) Peserta didik melakukan

penguatan eksternal terhadap materi.

3. Kegiatan Penutup

a. Guru membimbing peserta didik untuk membuat

kesimpulan mengenai materi pelajaran yang sudah dipelajari. b. Guru menginformasikan pada

peserta didik materi yang akan dipelajari selanjutnya.

c. Guru memberikan tugas untuk peserta didik.

3. Kegiatan Penutup

a. Guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah diberikan. b. Peserta didik memperhatikan

kesimpulan guru dan menjawab pertanyaan serta bertanya hal yang belum jelas. c. Guru memberikan tugas untuk

perbaikan dan pendalaman materi.


(47)

3.7 Deskripsi Proses Pembelajaran 3.7.1 Pelaksanaan Pre-Test

Pre-test diberikan kepada kelas X AP 3 dan X AP 1 dimana X AP 3 sebagai kelas eksperimen yang diterapkan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dan X AP 1 sebagai kelas kontrol yang diterapkan model pembelajaran konvensional. Tujuan diberikannya pre-test ini untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik. Pre-test dilakukan sebelum kedua kelompok diberikan perlakuan (treatment). Tes yang diberikan berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan. Materi yang akan diberikan dalam tes ini adalah materi terkait ruang lingkup dokumen-dokumen kantor.

3.7.2 Pelaksanaan Pembelajaran 1. Pertemuan Pertama

Model Pembelajaran Cooperative

Type Learning Together Dalam Kelas

Eksperimen

Model Pembelajaran Konvensional Dalam Kelas Kontrol

1. Kegiatan Pembuka

a. Peserta didik membaca doa terlebih dahulu.

b. Peneliti mengecek kehadiran peserta didik.

c. Peneliti memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

d. Peneliti menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Type Learning Together.

1. Kegiatan Pembuka

a. Peserta didik membaca doa terlebih dahulu.

b. Peneliti mengecek kehadiran peserta didik.

c. Peneliti memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

a. Menyajikan materi kepada peserta didik.

Peneliti memberikan pengetahuan awal kepada peserta didik

2. Kegiatan Inti

a. Peneliti menjelaskan materi terkait pengertian dokumen, jenis-jenis dokumen, dan ruang lingkup dokumentasi.


(48)

mengenai pengertian dokumen.

b. Membagi peserta didik ke dalam kelompok.

Peserta didik di bagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang bersifat heterogen dimana dalam

kelompok tersebut peserta didik bekerja secara kolaboratif untuk mendiskusikan materi terkait jenis-jenis dokumen dan ruang lingkup dokumentasi.

c. Membimbing kelompok belajar.

Peneliti membimbing kelompok belajar peserta didik pada saat mengerjakan tugas agar diskusi berjalan kondusif.

d. Mengevaluasi hasil belajar.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

e. Memberikan penghargaan.

Peneliti memberikan penghargaan kepada kelompok dengan hasil diskusi terbaik.

b. Kemudian peneliti melakukan tanya jawab dengan peserta didik terkait materi yang telah

dijelaskan.

c. Peneliti memberikan tugas kepada peserta didik untuk pendalaman materi.

3. Kegiatan Penutup

a. Peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

b. Peneliti menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

c. Peneliti menginformasikan pada peserta didik materi yang akan di pelajari selanjutnya.

3. Kegiatan Penutup

a. Peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

b. Peneliti menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

c. Peneliti menginformasikan pada peserta didik materi yang akan di pelajari selanjutnya.


(49)

2. Pertemuan Kedua

Model Pembelajaran Cooperative

Type Learning Together Dalam Kelas

Eksperimen

Model Pembelajaran Konvensional Dalam Kelas Kontrol

1. Kegiatan Pembuka

a. Peserta didik membaca doa terlebih dahulu.

b. Peneliti mengecek kehadiran peserta didik.

c. Peneliti memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

d. Peneliti menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Type Learning Together.

1. Kegiatan Pembuka

a. Peserta didik membaca doa terlebih dahulu.

b. Peneliti mengecek kehadiran peserta didik.

c. Peneliti memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

a. Menyajikan materi kepada peserta didik.

Peneliti memberikan pengetahuan awal kepada peserta didik

mengenai pengertian surat.

b. Membagi peserta didik ke dalam kelompok.

Peserta didik di bagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang bersifat heterogen dimana dalam

kelompok tersebut peserta didik bekerja secara kolaboratif untuk mendiskusikan materi terkait fungsi surat, kelebihan dan

kelemahan surat, dan syarat-syarat surat yang baik.

c. Membimbing kelompok belajar.

Peneliti membimbing kelompok belajar peserta didik pada saat mengerjakan tugas agar diskusi berjalan kondusif.

d. Mengevaluasi hasil belajar.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

e. Memberikan penghargaan.

Peneliti memberikan penghargaan kepada kelompok dengan hasil

2. Kegiatan Inti

a. Peneliti menjelaskan materi terkait pengertian surat, fungsi surat, kelebihan dan kelemahan surat, dan syarat-syarat surat yang baik.

b. Kemudian peneliti melakukan tanya jawab dengan peserta didik terkait materi yang telah

dijelaskan.

c. Peneliti memberikan tugas kepada peserta didik untuk pendalaman materi.


(50)

diskusi terbaik.

3. Kegiatan Penutup

a. Peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

b. Peneliti menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

c. Peneliti menginformasikan pada peserta didik materi yang akan di pelajari selanjutnya.

3. Kegiatan Penutup

a. Peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

b. Peneliti menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

c. Peneliti menginformasikan pada peserta didik materi yang akan di pelajari selanjutnya.

3. Pertemuan Ketiga

Model Pembelajaran Cooperative

Type Learning Together Dalam Kelas

Eksperimen

Model Pembelajaran Konvensional Dalam Kelas Kontrol

1. Kegiatan Pembuka

a. Peserta didik membaca doa terlebih dahulu.

b. Peneliti mengecek kehadiran peserta didik.

c. Peneliti memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

d. Peneliti menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Type Learning Together.

1. Kegiatan Pembuka

a. Peserta didik membaca doa terlebih dahulu.

b. Peneliti mengecek kehadiran peserta didik.

c. Peneliti memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

a. Menyajikan materi kepada peserta didik.

Peneliti memberikan pengetahuan awal kepada peserta didik

mengenai jenis surat menurut wujudnya.

b. Membagi peserta didik ke dalam kelompok.

Peserta didik di bagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang bersifat heterogen dimana dalam

kelompok tersebut peserta didik bekerja secara kolaboratif untuk mendiskusikan materi terkait jenis

2. Kegiatan Inti

a. Peneliti menjelaskan materi terkait jenis surat menurut wujudnya, jenis surat menurut isinya, dan jenis surat menurut keamanannya.

b. Kemudian peneliti melakukan tanya jawab dengan peserta didik terkait materi yang telah

dijelaskan.

c. Peneliti memberikan tugas kepada peserta didik untuk pendalaman materi.


(51)

surat menurut isinya dan jenis surat menurut keamanannya.

c. Membimbing kelompok belajar.

Peneliti membimbing kelompok belajar peserta didik pada saat mengerjakan tugas agar diskusi berjalan kondusif.

d. Mengevaluasi hasil belajar.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

e. Memberikan penghargaan.

Peneliti memberikan penghargaan kepada kelompok dengan hasil diskusi terbaik.

3. Kegiatan Penutup

a. Peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

b. Peneliti menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

c. Peneliti menginformasikan pada peserta didik materi yang akan di pelajari selanjutnya.

3. Kegiatan Penutup

a. Peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

b. Peneliti menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

c. Peneliti menginformasikan pada peserta didik materi yang akan di pelajari selanjutnya.

4. Pertemuan Keempat

Model Pembelajaran Cooperative

Type Learning Together Dalam Kelas

Eksperimen

Model Pembelajaran Konvensional Dalam Kelas Kontrol

1. Kegiatan Pembuka

a. Peserta didik membaca doa terlebih dahulu.

b. Peneliti mengecek kehadiran peserta didik.

c. Peneliti memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

d. Peneliti menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Type Learning Together.

1. Kegiatan Pembuka

a. Peserta didik membaca doa terlebih dahulu.

b. Peneliti mengecek kehadiran peserta didik.

c. Peneliti memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

a. Menyajikan materi kepada

2. Kegiatan Inti


(52)

peserta didik.

Peneliti memberikan pengetahuan awal kepada peserta didik

mengenai jenis surat menurut proses penyelesaiannya.

b. Membagi peserta didik ke dalam kelompok.

Peserta didik di bagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang bersifat heterogen dimana dalam

kelompok tersebut peserta didik bekerja secara kolaboratif untuk mendiskusikan materi terkait jenis surat menurut kegiatannya, jenis surat menurut sasaran yang dituju, dan jenis surat menurut dinas pos.

c. Membimbing kelompok belajar.

Peneliti membimbing kelompok belajar peserta didik pada saat mengerjakan tugas agar diskusi berjalan kondusif.

d. Mengevaluasi hasil belajar.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

e. Memberikan penghargaan.

Peneliti memberikan penghargaan kepada kelompok dengan hasil diskusi terbaik.

terkait jenis surat menurut proses penyelesaiannya, jenis surat menurut kegiatannya, jenis surat menurut sasaran yang dituju, dan jenis surat menurut dinas pos. b. Kemudian peneliti melakukan

tanya jawab dengan peserta didik terkait materi yang telah

dijelaskan.

c. Peneliti memberikan tugas kepada peserta didik untuk pendalaman materi.

3. Kegiatan Penutup

a. Peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

b. Peneliti menyimpulkan materi

yang sudah dipelajari.

c. Peneliti menginformasikan pada

peserta didik materi yang akan di pelajari selanjutnya.

3. Kegiatan Penutup

a. Peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

b. Peneliti menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

c. Peneliti menginformasikan pada peserta didik materi yang akan di pelajari selanjutnya.


(53)

5. Pertemuan Kelima

Model Pembelajaran Cooperative

Type Learning Together Dalam Kelas

Eksperimen

Model Pembelajaran Konvensional Dalam Kelas Kontrol

1. Kegiatan Pembuka

a. Peserta didik membaca doa terlebih dahulu.

b. Peneliti mengecek kehadiran peserta didik.

c. Peneliti memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

d. Peneliti menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Type Learning Together.

1. Kegiatan Pembuka

a. Peserta didik membaca doa terlebih dahulu.

b. Peneliti mengecek kehadiran peserta didik.

c. Peneliti memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

a. Menyajikan materi kepada peserta didik.

Peneliti memberikan pengetahuan awal kepada peserta didik

mengenai bagian-bagian surat.

b. Membagi peserta didik ke dalam kelompok.

Peserta didik di bagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang bersifat heterogen dimana dalam

kelompok tersebut peserta didik bekerja secara kolaboratif untuk mendiskusikan materi terkait bagian-bagian surat, bentuk-bentuk surat, dan lipatan-lipatan surat.

c. Membimbing kelompok belajar.

Peneliti membimbing kelompok belajar peserta didik pada saat mengerjakan tugas agar diskusi berjalan kondusif.

d. Mengevaluasi hasil belajar.

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. e. Memberikan penghargaan.

Peneliti memberikan penghargaan kepada kelompok dengan hasil

2. Kegiatan Inti

a. Peneliti menjelaskan materi terkait bagian-bagian surat, bentuk-bentuk surat, dan lipatan-lipatan surat.

b. Kemudian peneliti melakukan tanya jawab dengan peserta didik terkait materi yang telah

dijelaskan.

c. Peneliti memberikan tugas kepada peserta didik untuk pendalaman materi.


(54)

diskusi terbaik.

3. Kegiatan Penutup

a. Peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

b. Peneliti menyimpulkan materi

yang sudah dipelajari.

c. Peneliti menginformasikan pada

peserta didik materi yang akan di pelajari selanjutnya.

3. Kegiatan Penutup

a. Peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

b. Peneliti menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

c. Peneliti menginformasikan pada peserta didik materi yang akan di pelajari selanjutnya.

3.7.3 Pelaksanaan Post-Test

Setelah kedua kelompok diberikan perlakuan (treatment) langkah selanjutnya yaitu memberikan post-test. Tujuan diberikannya post-test ini untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diberikan perlakuan (treatment). Tes yang diberikan berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan. Materi yang akan diberikan dalam tes ini adalah materi terkait ruang lingkup dokumen-dokumen kantor.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian pada kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik yang signifikan.

2. Hasil penelitian pada kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun lebih kecil dibandingkan dengan kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together.

3. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional.


(56)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti menyarankan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada standar kompetensi melakukan prosedur administrasi pada kelas X program keahlian administrasi perkantoran sebaiknya proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together karena hasil penenelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.


(1)

diskusi terbaik. 3. Kegiatan Penutup

a. Peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

b. Peneliti menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

c. Peneliti menginformasikan pada peserta didik materi yang akan di pelajari selanjutnya.

3. Kegiatan Penutup

a. Peneliti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

b. Peneliti menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

c. Peneliti menginformasikan pada peserta didik materi yang akan di pelajari selanjutnya.

3.7.3 Pelaksanaan Post-Test

Setelah kedua kelompok diberikan perlakuan (treatment) langkah selanjutnya yaitu memberikan post-test. Tujuan diberikannya post-test ini untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diberikan perlakuan (treatment). Tes yang diberikan berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 pertanyaan. Materi yang akan diberikan dalam tes ini adalah materi terkait ruang lingkup dokumen-dokumen kantor.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian pada kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik yang signifikan.

2. Hasil penelitian pada kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun lebih kecil dibandingkan dengan kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together.

3. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti menyarankan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada standar kompetensi melakukan prosedur administrasi pada kelas X program keahlian administrasi perkantoran sebaiknya proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Type Learning Together karena hasil penenelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Cooperative Type Learning Together dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andri Wicaksono. (2007). Menulis Kreatif Sastra: dan Beberapa Model

Pembelajarannya. Jakarta:

Arikunto, Suharsimi. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Baharuddin. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group

Barbara J. Gruendemann, Billie Frensebner. (2006). Buku Ajar Keperawatan

Perioratif. Jakarta: EGC(Penerbit Buku Kedokteran)

Berliana Kartakusumah. (2006). Pemimpin Adiluhung: Genealogi Kepemimpinan

Kontemporer. Jakarta: PT Mizan Publika.

Budiharto. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

Chomsin S.Widodo dan Jasmadi. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar

Berbasis Kompetensi. Jakarta:Elex Media Computindo

Dimyati, Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Effandi Zakaria, Norazah Moch Nordin, Sabri Ahmad. (2007). Trend Pengajaran

dan Pembelajaran Matematik. Malaysia: PRIN-AD SDN

Sulaiman Esah. (2004). Pengenalan Pedagogik. Johor Malaysia: Universiti Teknologi Malaysia.

Huda, Miftahul. (2012). Cooperative Learning Metode, Teknik Struktur Dan

Model Penerapan. Yogyakarta:Pustaka Belajar

Imroatus Solichah. (2014). Alat Peraga Untuk Pelajar Tunarungu. Johor Malaysia: Media Guru

Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Isjoni. (2011). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok . Bandung: ALFABETA

Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama


(5)

Lie, Anita. (2008). Cooperatif Learning. Jakarta:Gramedia.

Mudjiono dan Dimyati . (2009). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhidin, Sambas A. (2010). Statistika 2. Bandung: Karya Adhika Utama

NS. Roymond, H. Simamora (2009). Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Paul Suparno. (2007). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Prayitno. (2004). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Erlangga. R.Jeyagobi, S.Subramaniam. (2007). Bestari. Malaysia: Mahir Holdings.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media. Slameto. (2010). Belajar & Faktor-fakror yang Mempengaruhinya. Jakarta :Bina

Aksara

Slavin, Robert. E. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, Nana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2013). Metode peneltiian pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukartini, Sri Patmah (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI). (2007). Ilmu

dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC(Penerbit Buku Kedokteran)

Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.Yogyakarta:Pustaka Belajar

Supriyadi, Didi dan Darmawan, Deni. (2012). Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rodaskarya Bandung

Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana

Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep


(6)

Suyanto, Asep Jihad (2011). Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga. Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan. Bandung: PT IMTIMA

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritik Praktis dan Implementasinya.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Winastman Gora, Sunarto. (2008). Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif

Berbasis TIK. Jakarta: Elex Media Computindo

Yesmil Anwar. (2008). Pengantar Sosiologi Hukum. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Sangkuriang 1 Cimahi Tahun

0 2 51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENDESKRIPSIKAN KEARSIPAN : Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran

1 3 61

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI PROSEDUR ADMINISTRASI :Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Bina Warga Lemahabang Cireb

0 3 36

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI PROSEDUR ADMINISTRASI : Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Bina Warga Lemahabang Cire

0 0 48

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Bina Wisata Lembang Tahun Ajaran 201

0 1 53

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MNEMONIC TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Bina Wisata Lembang Tahun Ajaran 201

1 3 44

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI di SMK Pasundan 1 Bandung Tahun A

0 2 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN KEARSIPAN: Studi Eksperimen Kuasi pada Peserta Didik Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK N

0 6 37

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK BINA WARGA BANDUNG: Studi Kuasi Eksperimen Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Dan T

0 0 37

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN PROSEDUR ADMINISTRASI KELAS X PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN.

0 0 180