2.5.2 Fungsi Sitokin
Berdasarkan aktivitas biologik yang utama, sitokin dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok fungsional: Abbas et al, 2007
1. Mediator dan regulator imunitas bawaan. Kelompok sitokin ini terutama diproduksi oleh fagosit mononuklear
sebagai respon terhadap agen infeksi. Sebagian besar sitokin kelompok ini bekerja pada sel endotel dan leukosit untuk merangsang reaksi inflamasi
dini dan sebagian lagi untuk mengontrol respon ini. 2. Mediator dan regulator imunitas didapat.
Diproduksi terutama oleh limfosit T sebagai respon terhadap pengenalan spesifik antigen asing, berfungsi terutama untuk mengatur pertumbuhan
dan diferensiasi berbagai populasi limfosit. Di samping itu juga berfungsi merekrut, mengaktivasi dan mengatur sel – sel efektor spesifik seperti
fagosit mononuklear, neutrophil dan eosinophil untuk mengeliminasi antigen pada fase respon imun didapat.
3. Stimulator hemopoesis. Sitokin ini diproduksi oleh sel – sel stroma dalam sumsum tulang, leukosit
dan sel – sel lain dan merangsang pertumbuhan dan diferensiasi leukosit imatur.
Banyak sitokin yang telah teridentifikasi, baik struktur molekul maupun fungsinya, beberapa di antaranya merupakan mediator utama yang meningkatkan
reaksi imunologik yang melibatkan makrofag, limfosit dan sel-sel lain. Sehingga berfungsi sebagai imunoregulator spesifik maupun non spesifik. Mediator-
mediator tersebut ternyata mempunyai sifat biokimia dan sifat biologik serta fungsi yang serupa dan kemudian diberi nama Interleukin yang berarti adanya
komunikasi antar sel. Sampai saat ini telah ditemukan berbagai jenis interleukin yaitu IL-1 hingga IL-35.
2.5.3 Sitokin IL-6
Interleukin-6 dahulu dikenal dengan sebagai IFN-β2, hepatocyte stimulating factor dan plasmacytoma growth factor merupakan sitokin yang berfungsi pada
imunitas bawaan maupun didapat. Interleukin-6 dibentuk oleh banyak sel dan mempengaruhi banyak sasaran. Sumber utama dari IL-6 adalah makrofag dan
limfosit di daerah inflamasi. Interleukin-6 dapat juga diproduksi oleh sel tulang di bawah pengaruh hormon osteotropik PTH, 1,25-dihidroksi vitamin D3 dan
Interleukin-1 Feyen et al. dalam Mundy, 1995. Selain berperan dalam proses imunologi dan inflamasi, IL-6 juga berperan penting dalam metabolisme tulang
melalui induksi osteoklastogenesis dan merangsang aktifitas osteoklas Keller, 1996. Interleukin-6 meningkatkan pembentukan sel osteoklas, terutama apabila
kadar hormon estrogen menurun Roitt et al., 1998. Interleukin-6 menstimulasi pembentukan prekursor osteoklas dari unit pembentuk koloni granulosit makrofag
dan meningkatkan jumlah osteoklas in vivo, yang menyebabkan peningkatan resorpsi tulang, yang berkontribusi pada perubahan spondiloarthrosis dan
degenerasi diskus intervertebralis Holm et al., 2012. Demikian pula Keller, Harman dan Ershler 2002 menemukan peningkatan IL-6 pada penuaan dan
penderita menopause. Sehingga diduga bahwa IL-6 merupakan salah satu sitokin
yang memegang peranan penting dalam proses penyerapan tulang, melalui pengaruh aktivitas sel osteoklas, termasuk pada tulang subkondral.
2.5.4 Sitokin IL-10