Masalah Penelitian REKONSTRUKSI DASAR-DASAR PEMIKIRAN PENDIDIKAN IPS-SD BERDASARKAN PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME.

11 pengembangan kegiatan belajar mengajar Depdiknas, 2002b, sekalipun rumusan definisi PIPS-SD yang digunakan masih kental dengan orientasi paradigma esensialisme. Suyanto 2003 juga memberikan dukungan atas signifikansi paradigma konstruktivisme dalam konteks pemberlakuan KBK, karena dipandang lebih mampu memberikan pengalaman bermakna kepada siswa selama proses belajar mereka, dan bisa melahirkan unjuk kerja siswa secara bermakna pula. Namun demikian, komitmen untuk menjadikan konstruktivisme sebagai paradigma baru PIPS-SD di Indonesia, belum banyak didukung oleh hasil-hasil penelitian kontekstual. Sejauh yang bisa diakses oleh peneliti, penelitian-penelitian PIPS-SD berdasarkan paradigma konstruktivisme, baru dilakukan di antaranya oleh Farisi 1997, Kamarga 2000 khusus untuk PIPS-Sejarah, Hidayanto 2003, dan Khotiah Kamari 2003. Penelitian-penelitian itu pun, masih sebatas pada aspek pembelajaran, dan belum menjangkau dimensi-dimensi lain dari kurikulum PIPS-SD. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini menjadi sangat signifikan untuk dilakukan, sehingga komitmen yang sudah dibangun tersebut lebih memiliki dasar- dasar kontekstual yang lebih luas dan beragam untuk kondisi Indonesia.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah pokok di dalam PIPS-SD berkaitan dengan masalah kurikulum. Kurikulum PIPS-SD dipandang belum memberikan tempat bagi siswa untuk melakukan aktivitas refleksi, lebih ”content oriented”, sangat berorientasi pada penguasaan struktur keilmuan, dan belum mampu membentuk karakter siswa. Kurikulum PIPS-SD juga dipandang masih rendah tingkat relevansinya dilihat dari kebutuhan anak dan kurang memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk membentuk kompetensi. Sementara itu, kurikulum dipandang sebagai syarat mutlak dalam pendidikan di sekolah dan mempunyai kedudukan sentral di dalam keseluruhan proses pendidikan Syaodih, 1997:4. Kurikulum juga dipandang sebagai variabel yang sangat strategis dan menentukan di dalam menata keseluruhan pengalaman belajar sehingga bermakna bagi siswa Lombok, 2003; dan karenanya harus selalu diubah dan dikembangkan agar sesuai dan relevan dengan dinamika perubahan masyarakat dan harapan siswa Suyanto, 2003 ; mengakomodasi hasil- hasil penelitian terkini, serta ”state of the art practice ” dalam bidangnya NCATE dalam Wardhani, 2003. Masalah-masalah kurikulum tersebut harus segera dicarikan pemecahannya, melalui aktivitas penelitian dan rekonstruksi kurikulum, agar upaya perbaikan proses pendidikan bisa dicapai secara maksimal. Karena hakikat dari suatu aktivitas penelitian 12 dan rekonstruksi kurikulum, khususnya di tingkat mikro sekolah adalah untuk memaksimalkan efektivitas mengajar dan belajar melalui perubahan konten yang direncanakan, kegiatan dan rencana perbaikan proses pendidikan. Melalui aktivitas penelitian dan rekonstruksi kurikulum pula, para pengelola, praktisi, dan peneliti pendidikan dapat melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan dan perbaikan program-program efektivitas sekolah secara seksama. Efektivitas sekolah yang dimaksudkan adalah pengembangan konsep fungsi-fungsi sekolah yang ditetapkan sebagai kapasitas sekolah untuk memaksimalkan pencapaian pelaksanaan fungsi- fungsi sekolah, sehingga lebih mampu menampilkan kinerjanya apabila diberikan sejumlah masukan Tola, 2000. Dalam kaitan ini, masalah-masalah penting yang harus mampu dijawab melalui penelitian dan rekonstruksi kurikulum yang bermutu mencakup: 1 relevansi kurikulum dengan kebutuhan anak dan perubahan yang terjadi di lingkungan strategis pendidikan, 2 proses dan pengalaman belajar yang hendak ditata dalam rangka pembentukan kognisi, afeksi maupun keterampilan psikomotorik, 3 beban muatan kurikulum yang juga terkait erat dengan tuntutan sosio-kultural-ekonomi masyarakat, dan 4 kelayakan kurikulum untuk dapat diimplementasi seperti ketersediaan sarana dan prasarana seperti perpustakaan dan laboratorium yang mendukung implementasi kurikulum Lombok, 2003. Apabila dikategorisasikan, masalah-masalah kurikulum PIPS-SD tersebut mencakup aspek: 1 landasan filosofis, psikologis, sosiologis, dan politis kurikulum Hasan, 1996a; 2 isi lingkup dan sekuensi kurikulum; 3 pembelajaran pendekatan, metode, proses terhadap isi atau muatan kurikulum, termasuk pola penataan lingkungan pembelajaran; dan 4 tujuan atau hasil belajar kurikulum; dan 5 evaluasi proses dan hasil belajar kurikulum Taba, 1962; Nasution, 1972; Lapp, dkk. 1975; Longstreet Shane, 1993; Ibrahim Karyadi, 1994. Sedangkan dilihat dari dimensinya, mencakup dimensi: 1 ide, gagasan, atau konsepsi; 2 dokumen; 3 kegiatan atau proses; dan 4 hasil Hasan, 1988; 1994; 2000. Berdasarkan dimensi dan substansi kajian kurikulum tersebut, serta hasil kajian terhadap persoalan-persoalan PIPS-SD sebagaimana dikemukakan di dalam latar belakang, penelitian ini difokuskan pada kajian terhadap: 1 tujuan; 2 isi; dan 3 pembelajaran; khususnya dilihat dari paradigma konstruktivisme. Dengan demikian, masalah pokok yang akan dikaji di dalam penelitian ini adalah “ tujuan, isi, dan pembelajaran PIPS-SD seperti apa yang harus dikembangkan berdasarkan perspektif konstruktivisme?” 13 Kajian terhadap aspek tujuan difokuskan pada masalah standar kompetensi atau kemampuan-kemampuan dasar yang harus dimiliki dan dikembangkan pada diri siswa melalui PIPS-SD. Standar kompetensi atau kemampuan-kemampuan dasar tersebut mencakup kompetensi personal, sosial, dan intelektual, yang memungkinkan siswa mampu membangun sendiri struktur pengetahuan, nilai, sikap, dan tindakannya di dalam latar kehidupan pribadi, sosial, dan budaya. Kajian terhadap aspek isi difokuskan pada masalah pola pengorganisasian dan struktur isi kurikuler, sebagai bentuk pengalaman-pengalaman belajar pengetahuan, keterampilan, nilai, maupun sikap yang dipandang signifikan atau bermakna bagi siswa. Dalam pengertian memungkinkan siswa mampu melakukan proses assimilasi, akomodasi, adaptasi, ekuilibrasi, dan rekonstruksi terhadap struktur internalnya ; serta memfasilitasi siswa untuk meraih kompetensi atau kemampuan dasar yang dapat digunakan untuk membangun sendiri struktur pengetahuan, nilai, sikap, dan tindakannya dalam latar kehidupan pribadi, sosial, dan budaya. Sedangkan kajian terhadap aspek pembelajaran difokuskan pada masalah pola penataan lingkungan psikologis dan sosio-kultural pembelajaran, yang dapat memfasilitasi dan memediasi siswa menguasai struktur materi ; membangun dan mengembangkan kompetensi atau kemampuan dasar; serta melakukan proses assimilasi, akomodasi, adaptasi, ekuilibrasi, dan rekonstruksi terhadap struktur internalnya.

C. Pertanyaan Penelitian