Perancangan Fasilitas Kerja Standard Nordic Questionaire SNQ

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Perancangan Fasilitas Kerja

Wignjosoebroto 2000 dalam bukunya mengatakan bahwa dahulu manusia harus menyesuaikan diri dengan mesin yang digunakannya the man fits to the design karena perancangan mesin semata-mata ditekankan pada kemampuannya untuk berproduksi dan sedikit sekali memperhatikan hal - hal yang berkaitan dengan manusia. Maka zaman modern ini mesin yang dirancang atau didesain harus disesuaikan terhadap manusia dengan memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia tersebut the design fits to the man. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas- batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras atau hardware mesin, peralatan kerja dan perangkat lunak atau software metode kerja, sistem dan prosedur, dll . Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun design ataupun rancang ulang redesign. Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses perancangan suatu barang atau produk adalah agar didapatkan kepuasan, baik kepuasan bagi perancang designer dan kepuasan bagi pemakai user. Kepuasan bagi pemakai Universitas Sumatera Utara tersebut dapat berupa kenyamanan maupun kesehatan ditinjau dari sudut pandang anatomi, fisiologi, psikologi kesehatan, keselamatan kerja dan lain-lain.

3.2. Musculoskeletal Disorders MSDs

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders MSDs atau cidera pada sistem musculoskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Keluhan sementara reversible, yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan. 2. Keluhan menetap prersistent, yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang low back pain. Universitas Sumatera Utara Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya keluhan kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20 dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20 maka peredaran darah ke otot akan berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya keluhan musculoskeletal antara lain : 1. Peregangan Otot yang Berlebihan Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan pada pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar saperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan yang diperlukan melampaui kebutuhan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya otot skeletal. 2. Aktivitas Berulang Aktivitas otot berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus- menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkat dan Universitas Sumatera Utara lain-lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. 3. Sikap Kerja Tidak Alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. 4. Faktor Penyebab Sekunder a. Tekanan Terjadinya tekanan langsung pada otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap. b. Getaran Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi otot statis ini menyebabkan peredaran darah menjadi tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot. c. Mikrolimat Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak Universitas Sumatera Utara yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.

3.2.1. Maximum Permissible Limit MPL

Merupakan batas besarnya gaya tekan pada segmen L5S1 dari kegiatan pengangkatan dalam satuan Newton yang distandarkan oleh NIOSH National Instiute of Occupational Safety and Health tahun 1981. Besar gaya tekannya adalah di bawah 6500 N pada L5S1. Sedangkan batasan gaya angkatan normal the Action Limit sebesar 3500 pada L5S1. Sehingga, apabila Fc AL aman, AL Fc MPL perlu hati-hati dan apabila Fc MPL berbahaya. Batasan gaya angkat maksimum yang diijinkan , yang direkomendasikan NIOSH 1991 adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 N pd L5S1 , namun hanya 1 wanita dan 25 pria yang diperkirakan mampu melewati batasan angkat ini. Perlu diperhatikan bahwa nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktifitas kerja, ukuran beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan adalah berdasar pada beban tekan compression Universitas Sumatera Utara load pada intebral disk antara Lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu L5S1. Untuk mengetahui lebih jelas lagi L5S1 dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Klasifikasi dan Kodifikasi Pada Vertebrae Nurmianto, 1996 Analisis dari berbagai macam pekerjaan yang menunjukkan rasa nyeri ngilu berhubungan erat dengan beban kompresi tekan yang terjadi pada L5S1, demikian kata Chaffin and Park 1973. Telah ditemukan pula bahwa 85- 95 dari penyakit hernia pada disk terjadi dengan relative frekuensi pada L4L5 dan L5S1. Kebanyakan penyakitpenyakit tulang belakang adalah merupakan hernia pada intervertebral disk yaitu keluarnya inti intervertebral pulpy nucleus yang disebabkan oleh rusaknya lapisan pembungkus intervertebral disk. Evan dan Lissner 1962 dan Sonoda 1962 melakukan penelitian dengan uji tekan pada spine tulang belakang. Mereka menemukan bahwa tulang belakang yang sehat tidak mudah terkena hernia, akan tetapi lebih mudah rusakretak jika disebabkan oleh beban yang ditanggung oleh segmen tulang belakang spinal dan yang Universitas Sumatera Utara terjadi dengan diawali oleh rusaknya bagian atas bawah segmen tulang belakang the castilage end-plates in the vertebrae. Retak kecil yang terjadi pada vertebral akan menyebabkan keluarnya cairan dari dalam vertebrae menuju kedalam intervetrebae disc dan selanjutnya mengakibatkan degenerasi kerusakan pada disk. Dari kejadian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa degenerasi adalah merupakan prasyarat untuk terjadinya hernia pada intervertebral disc yang pada gilirannya akan menjadi penyebab umum timbulnya rasa nyeri pada bagian punggung bawah low-back pain. Dalam gerakan pada sistem kerangka otot, otot bereaksi terhadap tulang untuk mengendalikan gerak rotasi di sekitar sambungan tulang.

3.3. Postur Kerja

Di dunia industri khususnya industri manufaktur yang banyak menggunakan tenaga manusia manual work, produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh performansi tenaga kerja. Performansi tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah postur dan sikapgerakan pada saat melakukan aktivitas kerja. Sikapgerakan yang salah atau kurang ergonomis selanjutnya dapat mempercepat kelelahan yang berujung pada turunnya produktivitas kerja atau perubahan fisik pada operator sebagai akibat jangka panjang. Universitas Sumatera Utara

3.3.1. REBA Rapid Entire Body Assessment

REBA Rapid Entire Body Assessment merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor risiko gangguan tubuh keseluruhan. Untuk masing- masing tugas, kita menilai faktor postur tubuh dengan penilaian pada masing- masing grup yang terdiri atas 2 grup yaitu: 1. Grup A yang terdiri dari postur tubuh kiri dan kanan dari batang tubuh trunk, leher neck, dan kaki legs. 2. Grup B yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas upper arm, lengan bawah lower arm, dan pergelangan tangan wrist. Pada masing-masing grup diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor bebankekuatan dan coupling. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA. Postur Batang Tubuh REBA dapat dilihat pada Gambar 3.2. Grup A: a. Batang tubuh trunk Gambar 3.2. Postur Batang Tubuh REBA Sedangkan skor batang tubuh REBA disajikan dalam Tabel 3.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1. Skor Batang Tubuh REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1 +1 jika batang tubuh berputarbengkokbungkuk 0-20 ke depan dan belakang 2 -20 atau 20-60 3 60 4 b. Leher neck Postur leher REBA dapat dilihat pada Gambar 3.3. Gambar 3.3. Postur Leher REBA Sedangkan skor leher REBA dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Skor Leher REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan 0-20 1 +1 jika leher berputarbengkok 20 -ekstensi 2 Universitas Sumatera Utara c. Kaki legs Postur kaki REBA dapat dilihat pada Gambar 3.3. Gambar 3.4. Postur Kaki REBA Sedangkan skor leher REBA dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Skor Kaki REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normalseimbang berjalanduduk 1 +1 jika lutut antara 30-60 +2 jika lutut 60 Bertumpu pada satu kaki lurus 2 d. Beban load Skor Beban REBA disajikan dalam Tabel 3.4. Tabel 3.4. Skor Beban REBA Pergerakan Skor Skor Pergerakan 5 kg +1 jika kekuatan cepat 5-10 kg 1 10 kg 2 Universitas Sumatera Utara Grup B: a. Lengan atas upper arm Postur lengan atas REBA dapat dilihat pada Gambar 3.5. Gambar 3.5. Postur Lengan Atas REBA Sedangkan skor lengan atas REBA dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Skor Lengan Atas REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan 20 ke depan dan belakang 1 +1 jika bahu naik +1 jika lengan berputarbengkok -1 miring, menyangga berat lengan 20 ke belakang atau 20-45 2 45-90 3 90 4 b. Lengan bawah lower arm Postur lengan bawah REBA dapat dilihat pada Gambar 3.6. Gambar 3.6. Postur Lengan Bawah REBA Universitas Sumatera Utara Sedangkan skor lengan bawah REBA dapat dilihat pada Tabel 3.6 Tabel 3.6. Skor Lengan Bawah REBA Pergerakan Skor 60-100 1 60 atau 100 2 c. Pergelangan tangan wrist Postur pergelangan tangan REBA dapat dilihat pada Gambar 3.7. Gambar 3.7. Postur Pergelangan Tangan REBA Sedangkan skor pergelangan tangan REBA dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Skor Pergelangan Tangan REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan 0-15 ke atas dan bawah 1 +1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah 15 ke atas dan bawah 2 d. Coupling Penilaian skor coupling dapat dilihat pada Tabel 3.8. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.8. Coupling Coupling Skor Keterangan Baik Kekuatan pegangan baik Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin Tidak dapat diterima 3 Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian tubuh Sedangkan skor aktivitas dapat dilihat pada Tabel 3.9. Tabel 3.9. Skor Aktivitas Aktivitas Skor Keterangan Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statisdiam Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang Ketidakstabilan +1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur tidak stabil Untuk menentukan level tindakan REBA, kita membutuhkan tambahan data apakah akan menggunakan tubuh bagian kiri atau kanan. Berikut ini nilai level tindakan REBA yang disajikan dalam Tabel 3.10. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.10. Nilai Level Tindakan REBA Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan 1 Dapat diabaikan Tidak diperlukan 2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan 4-7 Sedang 2 Perlu 8-10 Tinggi 3 Segera 11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga Penilaian skor akhir postur kerja dapat dilihat pada work sheet REBA pada Gambar 3.8. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.8. REBA Assessments Worksheet

3.4. Standard Nordic Questionaire SNQ

Standard Nordic Quesionaire SNQ merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk mengetahui keluhan akibat kerja. Dalam penggunaan kuisioner ini harus hati-hati karena sangat subjektif, artinya sangat dipengaruhi oleh responden. SNQ ini dalam penilaian dapat menggunakan “4 skala likert” dengan skala 1 sampai 4, atau dapat menggunakan ‘YA’ dan ‘TIDAK’. Apabila menggunakan skala likert yang terpenting adalah penjelasan definisi operasional dari setiap skala. Standard Nordic Quesionaire dapat dilihat pada Tabel 3.11. Tabel 3.11. Standard Nordic Questionaire NO JENIS KELUHAN TINGKAT KELUHAN Tidak sakit Agak sakit Sakit Sangat sakit Sakit kaku di leher bagian atas 1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri 3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 16 Sakit pada tangan kiri Universitas Sumatera Utara 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan Universitas Sumatera Utara Tabel 3.11. Standard Nordic Questionaire Lanjutan Sumber: Tarwaka 2004: 111

3.5. Antropometri