BAB II KAJIAN PUSTAKA
2. Kelompok Sosial Dan Subkultur
Secara sosiologis, sebuah subkultur adalah sekelompok orang yang memiliki perilaku dan kepercayaan yang berbeda dengan kebudayaan induk mereka. subkultur
dapat terjadi karena perbedaan usia anggotanya, ras, etnisitas, kelas sosial, danatau gender, dan dapat pula terjadi karena perbedaan aesthetik, religi, politik, dan seksual; atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Anggota dari suatu subkultur biasanya menunjukan keanggotaan mereka dengan gaya hidup atau simbol-simbol tertentu. Karenanya, studi subkultur seringkali
memasukan studi tentang simbolisme pakaian, musik dan perilaku anggota sub kebudayaan dan bagaimana simbol tersebut diinterpretasikan oleh kebudayaan induknya
dalam pembelajarannya.
Secara harfiah, subkultur terdiri dari dua kata. Sub yang berarti bagian, sebagian dan kultur kebiasaan dan pembiasaan Tapi secara konseptual, subkultur adalah sebuah
gerakan atau kegiatan atau kelakuan kolektif atau bagian dari kultur yang besar. Yang biasanya digunakan sebagai bentuk perlawanan akan kultur mainstream tersebut. Bisa
berupa perlawanan akan apa saja; agama, negara, institusi, musik, gaya hidup dan segala yang dianggap mainstream. Secara kasar itu bisa diartikan juga sebagai budaya yang
menyimpang
Universitas Sumatera Utara
Kebanyakan kita menganggap dan mengidentikkan subkultur dengan suatu kegiatan yang sifatnya negatif. Geng motor, musik underground, anak jalanan dan
perilaku amoral lainnya. Padahal, kalaulah kita tahu dan sadar akan arti dan tujuan kata tersebut dialamatkan, maka kita akan sadar dengan sendirinya bahwa subkultur tidak
selalu ditujukan untuk hal yang negatif. Pesantren barangkali salah satu subkultur yang nyata dan jelas juga berkesan positif. Pesantren yang dimaksud adalah pesantren yang
kiai dan sistem pendidikannya tidak mengacu pada sistem pendidikan nasional. Contoh lain selain pesantren adalah klubkomunitas pecinta sepedamotor yang mewadahi para
pecinta atau pengendara sepeda motor ke arah yang lebih positif.
Konsep subkultur merupakan hal yang berdaya mobilitas mengkonstitusi obyeknya dari studi. Hal ini merupakan suatu istilah klasifikatori yang mencoba
memetakan dunia sosial didalam suatu tindakan terhadap representasi. Keakuratan sub kultur bukan pada sejauh mana mampu berfungsi dalam pemakaiannya. Kata Sub
bermakna sebagaI istilah dan menunjukan pembedaan dengan jelas arus utama budaya dominan dalam masyarakat. Dengan kata lain, sub kultur dimaksudkan agar bagian
masyarakat tertentu mampu memaknai hidup secara baru sehingga dapat menikmati kesadaran menjadi yang lain dalam perbedaan terhadap budaya dominan masyarakat.
Chicago School mengidentifikasi bahwa reaksi subkultur lahir bukan
sebagai fenomena reaksi individual tetapi reaksi kelompok terhadap problem kelas, the
haves and the haves not. Penolakan terjadi pada kaum kelas pekerja terhadap kelompok kelas menengah. Dalam bahasa kategori Charles Wright, kelas dalam struktur kelas
masyarakat dibagi 3tiga bagian yaitu kolaborasi pejabat tinggi pemerintahan,
Universitas Sumatera Utara
pengusaha dan pimpinan militer, Kerah Putih para eksekutif berupah tinggi, dan Kerah Biru pekerja biasa.
Dalam model pembagian seperti ini, keadaan kesejahteraan sosial dan ekonomi dinilai sangat tidak adil. Kelompok yang merasa dirugikan, karena kondisi struktur
cipataan sangat berperan menyebabkan kondisi ini, berusaha dengan keterbatasan yang ada tetap ingin dapat menikmati hidup dengan cara melakukan redefinisi budaya atau
menjadi subkultur agar terasa lebih nyaman. Apalagi di Indonesia. Problem diatas terasa lebih menyolok. Perbedaan kaya yang
minoritas dan miskin hingga yang miskin mayoritas. Hal ini disebabkan oleh rendahnya
nasionalisme, terutama para pemimpinkaum pejabat yang mengakibatkan terjadinya
politik yang kurang sehat, kebobrokan hukum, tingkat pemberdayaan edukasi bangsa yang lemah, kemelaratan, dan lain sebagainya. Solusi terhadap masalah perbedaan kelas
ekonomi social yang tidak adil,hingga kini belum dapat mengambil manfaat variable-
variabel kepribadian bangsa, jati diri dan budaya bangsa, karena individu-individu
berkepribadian terbelakang, maka terjadilah dominasi konsumsi gaya hidup yang mengimpor dari bangsa-bangsa maju.
Barker, mengidentifikasi tugas penyelamatan yang dapat dilakukan sub kultur terdiri 5 lima fungsi ;
1. Fungsi solusi magis mujarab terhadap problem struktur sosio-ekonomi. 2. Fungsi menawarkan identitas kolektif yang berbeda dari yang tercipta disekolah dan
tempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
3. Fungsi memenangkan ruang bagi pengalaman dan naskah alternative terhadap realitas
social.
4. Fungsi memberikan sejumlah aktivitas waktu luang bermakna, bertolak belakang dari
sekolah dan tempat kerja.
5. Fungsi melengkapi solusi terhadap masalah dilema eksistensial identitas.
Subkultur merupakan sikap terhadap pemaknaan ulang, sedang suatu proses
redefinisi tersebut disebut bricolage, dan homology yang merupakan relasi sinkronik
yang tercipta antara kelompok particular terhadap dunia baru mereka yang telah di redefiniskan.Hebdige, menyatakan bahwa penolakan budaya particular tersebut,
bermakna simbolik atau penolakan terhadap ritualitas. Telaah terhadap sub kultur, menunjukan bahwa hal ini terjadi karena peta social yang tidak berimbang antara kelas
pekerja dewasa beserta kaum muda dan anak-anak mereka dengan kelas berkuasa yang mengatur the rulling class.
Tentu saja kaum muda lebih berani dan progresif dibanding kaum tua mereka yang berasal dari kelas pekerja biasa, maka munculah kaum muda dengan ritualitas
simboliknya. Clarke, berprasangka negative adanya reduksionisme pada sub
kultur tersebut. Seperti misalnya gaya hidup Punk pada orang muda yang merupakan
reaksi yang didramatisasi atau didramatisir , bukan sikap protes terhadap pengangguran dan kemiskinan. Barker, C, 2003, hal.374-409.
Jika kita menganalisa permasalah yang ada dari sudut kajian subkultur diatas, maka kita dapat menarik asumsi bahwasanya para remaja atau individu memandang
komunitas motor yang mereka bentuk merupakan penolakan atau lebih pada ketidak
Universitas Sumatera Utara
puasan mereka terhadap komunitas motor atau club motor yang telah ada, secara tidak langsung terbentuknya komunitas motor piranha merupakan subkultur atau sebuah
gerakan atau kegiatan atau kelakuan kolektif atau bagian dari kultur yang besar. Yang biasanya digunakan sebagai bentuk perlawanan akan kultur mainstream atau komunitas
yang telah ada yang lebih besar, Anggota dari suatu subkultur biasanya menunjukan keanggotaan mereka dengan gaya hidup atau simbol-simbol tertentu. Karenanya, studi
subkultur seringkali memasukan studi tentang simbolisme pakaian, jenis sepeda motor dan perilaku anggota sub kebudayaan dan bagaimana simbol tersebut diinterpretasikan
oleh kebudayaan induknya dalam pembelajarannya.
Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan kelompok sosial ? sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyadari kalau manusia merupakan mahluk
hidup yang tidak bisa hidup sendirian. Manusia selalu membentuk suatu himpunan atau kesatuan manusia yang hidup secara bersama-sama dan saling berhubungan antara satu
manusia dengan manusia lainnya. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan- kaitan timbul balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling
tolong menolong. Akan tetapi, apakah setiap himpunan manusia dapat dinamakan dengan kelompok sosial ?
Untuk itu diperlukan beberapa tertentu, antara lain : 1.
Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbale-balik antara anggota yang satu dengan anggota yang
lainnya
Universitas Sumatera Utara
3. Ada suatu factor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka
bertambah erat. Factor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideology politik yang sama lain-lain.
Tentunya factor mempunyai musuh yang sama, misalnya dapat pula menjadi factor pengikatpemersatu.
4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola prilaku.
5. Bersistem dan berproses Soekanto, 1994:126
Jika persyaratan tersebut telah dipenuhi, maka suatu himpunan manusia sudah dapat disebut dengan kelompok sosial. Bagaimanakah dengan komunitas motor yang
dibentuk oleh para remaja atau individu untuk menyalurkan hobi mereka ? Secara konseptual, kelompok tersebut memang telah bisa dikatakan sebagai
sebuah kelompok sosial, namun kita harus melihat bahwa dari segi sosiologis, kelompok komunitas motor tersebut, yang berdasarkan konsep Robert K. Merton sebagai suatu
membership group. Membership group merupakan kelompok dimana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Batas-batas apa yang dipakai untuk
menentukan keanggotaan seseorang pada suatu kelompok secara fisik, tidak dapat dilakukan secara mutlak.
Situasi yang tidak tetap akan mempengaruhi derajat interaksi dalam kelompok tadi, sehingga ada kalanya seorang anggota tidak begitu sering berkumpul dengan
kelompok tersebut, walaupun secara resmi dia belum keluar dari kelompok yang bersangkutan Soekanto, 1994:152.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan yang demikian bisa dijumpai pada komunitas motor sebagai sebuah informal group, dimana setiap remaja atau individu bebas memilih untuk menjadi
anggota suatu komunitas motor, dan keanggotaannya bersifat luwes dan tidak mengikat.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN