Keanekaragaman Arthropoda Dan Peranannya Pada Tegakan Jati Unggul Nusantara (Jun) Umur 45 Bulan Di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DAN PERANANNYA
PADA TEGAKAN JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UMUR
45 BULAN DI KABUPATEN PURWAKARTA JAWA BARAT

EVANGELIA TRIMASNAMI SILAEN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Arthropoda dan Peranannya pada Tegakan Jati Unggul Nusantara (JUN) Umur 45
Bulan di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016

Evangelia Trimasnami Silaen
NIM E44110014

ABSTRAK
EVANGELIA TRIMASNAMI SILAEN. Keanekaragaman Arthropoda dan
Peranannya pada Tegakan Jati Unggul Nusantara (JUN) Umur 45 Bulan di
Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. Dibimbing oleh ISKANDAR ZULKARNAEN
SIREGAR dan NOOR FARIKHAH HANEDA.
Pembangunan hutan jati dengan menggunakan bibit JUN merupakan salah
satu alternatif untuk mendapatkan kualitas kayu yang baik dan cepat
pertumbuhannya. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor biologis
diantaranya kelompok arthropoda. Arthropoda di dalam ekosistem merupakan
salah satu komponen keanekaragaman hayati yang memiliki peranan penting dalam
jaring makanan, yaitu sebagai herbivora, predator, parasitoid, dan detritivora serta
tidak dapat digantikan perannya oleh makhluk hidup lain. Sejauh ini informasi
mengenai keanekaragaman arthropoda pada tegakan jati JUN masih terbatas. Oleh

karena itu pengkajian mengenai keanekaragaman arthropoda dan peranannya pada
tegakan JUN perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga
keanekaragaman arthropoda dan mengklasifikasikan peranannya serta
menganalisis hubungan arthropoda dengan diameter JUN. Teknik pengambilan
sampel arthropoda dengan menggunakan metode malaise trap dan sweep net. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan arthropoda di microsite 4 lebih tinggi
diduga lokasi microsite bersinggungan dengan sawah, permukiman dan tanaman
sela. Microsite 4 merupakan microsite terbaik berdasarkan diameter jati JUN.
Peranan herbivora paling mendominasi di setiap microsite. Famili yang dominan
berdasarkan jumlah individu pada tegakan JUN yaitu Noctuidae, Formicidae,
Cecidomyiidae, Phoridae dan Heleomyzidae. Kelimpahan arthropoda belum
memberikan pengaruh signifikan terhadap diameter jati. Biomassa arthropoda
herbivora pada tegakan JUN lebih tinggi dibandingkan detritivora, predator dan
parasitoid.
Kata kunci: Arthropoda, Jati Unggul Nusantara (JUN), keanekaragaman, peranan

ABSTRACT
EMILIA FATMAWATI. Ethanolic Extract of Eugenia polyantha Leaves and Its
Fraction as -Amylase Inhibitor. Supervised by ELLY SURADIKUSUMAH and
IRMA HERAWATI SUPARTO.

Eugenia polyantha known as s
alam in Indonesia is widely used as herbal medicinal plant to treat various
diseases, including diabetes. The objectives of this research are to obtain the active

ABSTRACT
EVANGELIA TRIMASNAMI SILAEN. Arthropoda Diversity and Its Function in
Jati Unggul Nusantara (JUN) aged 45 month Stand in Purwakarta District, West
Java. Supervised by ISKANDAR ZULKARNAEN SIREGAR and NOOR
FARIKHAH HANEDA.
The establishment of teak plantation forest using JUN clones is an alternative
strategy way to produce fast growing wood. Tree growth is influenced by various
biological factors such as arthropod. In the ecosystem, arthropods is an important
biodiversity element which has important function in food web chain such as
herbivorae, predator, parasitoid, and detritivorae which cannot be alternatively
replaced by other organisms. So far, the available information related to arthropoda
and its function in JUN growth is still limited. Therefore, identification on
arthropod at diversity and its function to JUN growth is still needed. This research
was aimed identifying the diversity of arthropods and classifying them at including
analyzing the correlation between arthropoda and JUN diameter growth. The
method for arthropod collection used malaise trap and sweep net. The results

showed that the abundance of arthropod in microsite 4 was higher because it is close
to farms, housing, and inter cropping. Microsite 4 was the best site based on JUN
diameter growth. The function as herbivorae was the most dominant in each
microsite. The dominant families based on number of individuals inside the JUN
stand were Noctuidae, Formicidae, Cecidomyiidae, Phoridae, and Heleomyzidae.
The arthropod abundance has not given significant impact yet to the growth of teak
diameter. Herbivora arthropods biomass on JUN stands were higher than
detrititvors, predators and parasitoids.
Keywords: Arthropoda, diversity, function, Jati Unggul Nusantara (JUN)

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DAN PERANANNYA
PADA TEGAKAN JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UMUR
45 BULAN DI KABUPATEN PURWAKARTA JAWA BARAT

EVANGELIA TRIMASNAMI SILAEN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada

Departemen Silvikultur

fraction
of
ethanolic
salam
leaves extract, which is inhibitory against -amylase activity, and to identify
phytochemical constituents of the fractions. Crude ethanolic extract fractiona ted
by liquid-liquid extraction gave 3 fractions, namely n-hexane, ethyl acetate, and
water fractions. All fractions showed inhibitory activity against -amylase and
water fraction showed the highest

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2015 ini ialah
Keanekaragaman Arthropoda dan Peranannya pada Tegakan Jati Unggul Nusantara
(JUN) Umur 45 Bulan di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Iskandar Z Siregar
MForSc dan Ibu Dr Ir Noor Farikhah Haneda MS selaku pembimbing yang telah
membantu, membimbing dan memberi saran . Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada saudari Laswi Irmayanti, S Hut, MSi, Merind Mustikaningtya,
Tito Gustien AS, Mufidatul Sholikah, Ria Astuti, Amirah Agharid Nauli Harahap,
yang telah membantu selama pengumpulan data dan penulisan skripsi. Penghargaan
juga penulis sampaikan kepada keluarga besar Laboratorium Entomologi Hutan dan
Laboratorium Pengaruh Hutan, yang telah membantu peminjaman alat dan proses
identifikasi arthropoda. Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar
Departemen Silvikultur, TGC (Tree Grower Community), rekan-rekan mahasiswa
tercinta Silvikultur 48 yang telah memberikan dukungan doa dan semangatnya
kepada penulis.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2016
Evangelia Trimasnami Silaen

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian


2

Alat dan Bahan

2

Prosedur

2

Tahapan Penelitian

3

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN


7

Keanekaragaman famili arthropoda yang ditemukan pada tegakan JUN

7

Peranan arthropoda pada tegakan JUN

9

Hubungan kelimpahan arthropoda terhadap diameter JUN

10

Jaring-jaring makanan pada tegakan JUN

11

SIMPULAN DAN SARAN


12

Simpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

13

RIWAYAT HIDUP

24

DAFTAR TABEL
Kondisi Umum microsite
Keanekaragaman famili arthropoda pada Tegakan JUN
Indeks Kesamaan jenis pada Tegakan JUN
Peranan arthropoda pada setiap microsite
Famili yang dominan berdasarkan jumlah individu dan peranannya pada
tegakan JUN
6 Microsite terbaik pada tegakan JUN

1
2
3
4
5

2
8
9
9
10
11

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Sketsa lokasi penelitian
Diagram alir penelitian
Rancangan pengambilan sampel malaise trap (a) dan sweep net (b)
Perangkap malaise trap
Penangkapan arthropoda dengan metode sweep net
Kelimpahan arthropoda di dalam dan di luar tegakan JUN
Kelimpahan arthropoda dengan diameter pohon
Hipotetik aliran energi pada jaring-jaring makanan (a) dan biomassa (b)
arthropoda pada tegakan JUN

3
3
4
4
5
8
11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Komposisi arthropoda pada tegakan JUN berdasarkan microsite
Komposisi dan peranan arthropoda pada tegakan JUN
Gambar arthropoda yang dominan berdasarkan famili pada tegakan JUN
Sidik ragam microsite
Data panjang-massa famili yang dominan berdasarkan peranannya

15
19
21
22
23

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jati (Tectona grandis L.f) merupakan salah satu pohon tropis yang
mempunyai nilai ekonomis dan mutu yang tinggi. Karakteristik dari kayu jati yang
paling dikenal adalah keawetannya dan daya tahannya terhadap perubahan iklim.
Kebutuhan pasokan produk berbahan kayu jati untuk pasar international saat ini
baru bisa dipenuhi Indonesia hanya 20% dari total kebutuhan yang dapat dipasok
Indonesia karena terbatasnya jaminan pasokan bahan baku jati (Juanda 2007).
Peningkatan kayu berkualitas setingkat kayu jati sekitar 40% per tahunnya atau 10
kali lipat dalam waktu 25 tahun (Bioteak 2011).
Permintaan akan kayu yang tinggi memerlukan inovasi teknologi, khususnya
dalam bidang pemuliaan untuk mempersingkat daur panen jati. Salah satu hasil dari
program pemuliaan jati adalah Jati Plus Perhutani (JPP) dari perbanyakan Jati Plus
Perhutani dari sejumlah klon JPP kini disebut dengan Jati Unggul Nusantara. Jati
Unggul Nusantara (JUN) memiliki keunggulan dibandingkan dengan klon lainnya
yaitu (a) memiliki perakaran tunjang majemuk, (b) menghasilkan tanaman jati yang
cepat tumbuh, kokoh, dan kayu berkualitas, (c) memiliki masa tanam yang pendek
yaitu 15 tahun dan dapat dipanen umur 5 tahun (Anonim 2011).
Pertumbuhan tanamaan dipengaruhi oleh faktor biologis diantaranya
kelompok arthropoda. Arthropoda di dalam ekosistem merupakan salah satu
komponen keanekaragaman hayati yang memiliki peranan penting dalam jaring
makanan, yaitu sebagai herbivora, predator, parasitoid, dan detritivora serta tidak
dapat digantikan perannya oleh makhluk hidup lain. Peran arthropoda dalam
ekosistem dapat bersifat merugikan atau menguntungkan. Peran yang merugikan
diantaranya parasit dan pembawa penyakit sedangkan sifat menguntungkan
diantaranya sebagai predator alami, dekomposer dan polinator. Sejauh ini informasi
mengenai keanekaragaman arthropoda pada tegakan jati JUN masih terbatas. Oleh
karena itu pengkajian mengenai keanekaragaman arthropoda dan peranannya pada
tegakan JUN perlu dilakukan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga keanekaragaman arthropoda
dan mengklasifikasikan peranannya serta menganalisis hubungan arthropoda
terhadap diameter JUN.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau gambaran
mengenai keanekaragaman arthropoda dan peranannya pada tegakan JUN di
Kabupaten Purwakarta

2

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan November 2015
bertempat di lahan kerjasama antara KPWN (Koperasi Perumahan Wanabakti
Nusantara) dengan Fakultas Kehutanan IPB di Desa Sukatani, Kecamatan Sukatani,
Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Kegiatan identifikasi dilakukan di
Laboratorium Entomologi Fakultas Kehutanan IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkap malaise, jaring
arthropoda (sweep net), botol film, mikroskop, optik lab, cawan petri, pinset, bak
plastik, tali rafia, kertas label, pita ukur, patok kayu, kamera, alat tulis, laptop, dan
buku identifikasi arthropoda. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tegakan JUN, arthropoda yang diperoleh pada tegakan JUN dan alkohol 70% untuk
mengawetkan spesimen selama identifikasi.
Prosedur
Penentuan Plot Penelitian
Tahapan penelitian diawali dengan penentuan plot yang disesuaikan dengan
lokasi penelitian. Sktesa lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1. Plot
pengambilan data dibagi menjadi tiga tapak mikro (microsite) yaitu microsite 1+3,
microsite 2 dan microsite 4 dengan kondisi umum microsite disajikan pada Tabel
1.
Tabel 1 Kondisi Umum microsite
Microsite

Luas

Tanaman sela oleh Petani
Penggarap

1+3

1.8 Ha

Jahe, Kunyit, alang-alang

2

1 Ha

4

0.8 Ha

Luar Tegakan JUN

Tegakan sengon dan bekas
lapangan sepak bola
Ubi jalar, Cabai, alang- Tegakan sengon, sawah setelah
alang
panen
Cabe, ubi jalar, alang- Sawah,
tegakan
sengon,
alang
pemukiman

3

Sumber: Yunus 2011

Gambar 1 Sketsa lokasi penelitian

Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan seperti yang tersaji pada
Gambar 2.
Mulai

Pengumpulan
Data Sekunder

Pengumpulan
Data Primer

Literatur

Pengambilan Sampel
Arthopoda
Identifikasi
Arthopoda
Analisis data

Analisis
kuantitatif

Analisis
deskriptif

Hasil dan pembahasan

Selesai

Gambar 2 Diagram alir penelitian

4

Pengambilan Sampel Arthropoda
Pengambilan sampel arthropoda menggunakan dua metode yaitu malaise
trap dan sweep net atau jaring arthropoda pada setiap microsite. Pemasangan
malaise trap dilakukan dengan jarak 15 m dari garis terluar microsite. Metode
sweep net menggunakan jalur transek. Setiap metode dilakukan pengambilan
sampel masing-masing tiga ulangan. Rancangan pengambilan sampel seperti
disajikan Gambar 3.
U
15 m

15 m

Pemasangan malaise trap
Jalur transek

a
b
Gambar 3 Rancangan pengambilan sampel malaise trap (a) dan sweep net (b)
Metode malaise trap (Malaise 1937) merupakan perangkap yang digunakan
untuk menangkap arthropoda yang berada di atas tanah atau berada di bawah kanopi.
Jaring diikatkan pada pohon atau patok kemudian dibentangkan sehingga
menyerupai tenda. Posisi botol yang berisi alkohol diikatkan pada patok paling
tinggi sehingga arthropoda akan masuk ke dalam botol (Gambar 4). Pengambilan
sampel dilakukan setiap 24 jam sekali dengan rentang waktu pemasangan 06.0007.00 WIB.

Botol alkohol

Gambar 4 Perangkap malaise trap
Metode Sweep net (jaring arthropoda) merupakan metode yang
menggunakan jaring ayun berbentuk kerucut dengan tongkat sepanjang 1–2 m.
Jaring digunakan untuk menangkap arthropoda yang aktif pada siang hari yang
berada di atas permukaan tanah atau di bawah kanopi dengan cara mengayunkan
jaring secara zig-zag (Gambar 5). Arthropoda yang tertangkap langsung

5

dimasukkan ke dalam botol kecil yang telah berisi alkohol 70 % dan di bawa ke
laboratorium untuk identifikasi (Grant dan Tingle 2002). Pengambilan sampel
dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-09.00 WIB. Panjang jalur transek masingmasing microsite yaitu microsite 1+3 (± 640.26 m), microsite 2 (± 242.16 m),
microsite 4 (270.48 m).

Gambar 5 Penangkapan arthropoda dengan metode sweep net
Identifikasi arthropoda
Arthropoda yang ditemukan diawetkan dengan dimasukkan ke dalam
alkohol 70%. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo dan
optik lab. Proses identifikasi mengacu pada kunci identifikasi, buku penunjang,
internet, dan bertanya kepada ahlinya. Buku identifikasi arthropoda yang digunakan
yaitu Borror et al. (1996), Plowes dan Patrock (2000), Goulet dan Huber (1993),
Corbert dan Pendelbury (1945).
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software pendukung seperti
Microsoft Office Excel 2016, Microsoft Office Word 2016, Notepad, SAS v9.1.3.
Analisis deskriptif mengenai hubungan antara arthropoda terhadap diameter JUN.
Kelimpahan Famili
Kelimpahan famili digunakan untuk mengetahui banyaknya jumlah famili
yang ditemukan pada setiap microsite yang di amati.
Indeks Kekayaan Famili Margalef (Richness Index)
Indeks kekayaan famili digunakan untuk mengetahui keanekaragaman
famili berdasarkan jumlah famili pada suatu ekosistem. Indeks yang digunakan
adalah Indeks kekayaan famili Margalef:
DMg =

S-1
ln N

Keterangan:
DMg = Indeks Kekayaan Famili Margalef
S
= Jumlah famili yang ditemukan
N
= Jumlah individu seluruh famili

6

Indeks Keragaman Shannon-Wienner (Diversity Index)
Indeks keragaman famili merupakan suatu indeks yang mengkombinasikan
antara kekayaan famili dan kemerataan famili. Indeks yang digunakan adalah
Indeks keragaman Shannon-Wienner:
H' = - ∑ni=0 pi ln pi
pi =

ni
N

Keterangan:
H’ = Indeks Keragaman Shannon-Wienner
ni = Jumlah individu famili ke-i
N = Jumlah individu seluruh famili
Indeks Kemerataan Pielou (Evenness Index)
Indeks kemerataan Pielou menunjukkan derajat kemerataan kelimpahan
setiap famili. Indeks kemerataan Pielou (Evenness Index):
E=

H'
ln S

Keterangan:
E = Indeks Kemerataan Famili Pielou
H’ = Indeks keragaman famili Shannon-Wienner
S = Jumlah famili yang ditemukan
Indeks Kesamaan Famili (Indeks Sorensen)
Indeks kesamaan famili merupakan perbandingan antara jumlah individu yang
sama pada setiap ekosistem dengan total jumlah famili pada masing-masing ekosistem
(Magurran 1998).
IS =

2C
x 100
A+B

Keterangan:
IS = Indeks Sorensen
A = Jumlah famili di lokasi a
B = Jumlah famili di lokasi b
C = Jumlah famili yang sama atau lebih kecil pada dua unit contoh yang
dibandingkan
Kriteria menurut Odum (1971):
IS50% = Tergolong tinggi

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman famili arthropoda yang ditemukan pada tegakan JUN
Keanekaragaman jenis merupakan suatu karakteristik tingkatan komunitas
berdasarkan organisasi biologinya yang dapat digunakan untuk menyatakan
struktur komunitas (Soegianto 1994). Struktur suatu komunitas tidak hanya
dipengaruhi oleh hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap
spesies organisme. Keanekaragaman jenis arthropoda adalah keanekaragaman
arthropoda yang terdapat pada suatu ekosistem. Secara kuantitatif keanekaragaman
famili dapat diukur berdasarkan kelimpahan jenis, indeks kekayaan, indeks
keanekaragaman, dan indeks kesamarataan yang menandakan pembagian individu
yang merata antara jenis (Antoko et al. 2003). Hasil analisis keanekaragaman jenis
arthropoda disajikan pada Tabel 2.
Kelimpahan arthropoda mengacu pada jumlah arthropoda yang ditemukan
pada lokasi penelitian. Semakin tinggi jumlah famili arthropoda maka semakin
tinggi kelimpahannya. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah arthropoda pada
tegakan JUN dengan menggunakan metode malaise trap diperoleh yaitu 830
individu, sedangkan dengan menggunakan metode sweep net diperoleh yaitu 39
individu. Berdasarkan dua metode tersebut, penangkapan arthropoda menggunakan
metode sweep net lebih sedikit dibandingkan dengan metode malaise trap. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Sutherland (2006) bahwa jumlah arthropoda invertebrata
sedikit tertangkap dengan menggunakan metode sweep net. Hal tersebut diduga
karena dengan menggunakan metode sweep net terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi seperti faktor waktu dan faktor manusia sehingga arthropoda di
lapangan banyak yang tidak tertangkap. Sutherland (2006) menyatakan bahwa
penggunaan metode sweep net dapat menyebabkan beberapa arthropoda (Acrididae
dan Diptera) menghindar pada saat mengayunkan sweep net. Kelimpahan
arthropoda pada microsite 4 lebih tinggi dibandingkan microsite lainnya yaitu 373
individu. Hal tersebut diduga karena lokasinya yang bersinggungan dengan sawah
dan perumahan penduduk. Selain itu terdapat tanaman sela di beberapa tempat dan
adanya tumbuhan bawah sebagai sumber makanan arthropoda sehingga
menyebabkan melimpahnya arthropoda di lokasi tersebut.
Indeks kekayaan famili digunakan untuk mengetahui jumlah famili yang
ditemukan pada suatu ekosistem. Jumlah famili yang diperoleh secara keseluruhan
yaitu 64 famili dengan jumlah individu 869 seperti terlampir pada Lampiran 1.
Tabel 2 menunjukkan bahwa kekayaan tertinggi terdapat pada microsite 1+3
dengan menggunakan metode malaise trap (8.24) dan sweep net (2.23). Nilai
kemerataan famili (E) adalah derajat kemerataan kelimpahan famili yang berkisar
antara 0 hingga 1. Nilai E yang mendekati 0 menunjukkan bahwa suatu famili
menjadi dominan dalam ekosistem, sedangkan nilai E mendekati 1 menunjukkan
tidak ada famili yang mendominasi. Nilai indeks kemerataan pada Tabel 2 berkisar
0.65–0.87. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada famili yang dominan namun
belum mendominasi pada setiap microsite. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Ludwig dan Reynold (1988) bahwa semakin mendekati 0 maka satu spesies
menjadi dominan dalam suatu komunitas. Nilai keragaman merupakan suatu indeks
yang mengkombinasikan antara kekayaan famili dan kemerataan famili. Suatu

8

ekosistem dikatakan mempunyai keragaman famili tinggi, jika kelimpahan masingmasing famili tinggi dan sebaliknya keragaman famili rendah jika hanya terdapat
beberapa famili yang melimpah. Hasil analisis pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
keragaman famili tertinggi terdapat pada microsite 1+3 baik dengan menggunakan
metode malaise trap maupun sweep net yaitu 3.24 dan 1.54.
Tabel 2 Keanekaragaman famili arthropoda pada Tegakan JUN
Parameter

microsite 1+3 microsite 2 microsite 4 Tegakan JUN
Malaise trap
41
33
43
64
Jumlah Famili (famili)
128
333
368
830
Kelimpahan jenis (individu)
Indeks Kekayaan (DMG)
8.24
5.51
7.11
9.37
Indeks Keragaman (H')
3.24
2.48
2.85
2.93
Indeks Kemerataan (E)
0.87
0.71
0.75
0.70
Sweep net
8
4
2
8
Jumlah Famili (famili)
23
11
5
39
Kelimpahan jenis (individu)
Indeks Kekayaan (DMG)
2.23
1.25
0.62
1.91
Indeks Keragaman (H')
1.54
1.03
0.50
1.36
Indeks Kemerataan (E)
0.74
0.75
0.72
0.65

Gambar 6 menunjukkan bahwa kelimpahan arthropoda secara keseluruhan
di luar tegakan JUN lebih banyak dibandingkan di dalam tegakan JUN dengan
menggunakan metode malaise trap. Hal tersebut karena ekosistem yang berada di
dalam tegakan JUN mengalami pengelolaan tegakan yang kurang tepat seperti
penyiangan yang intensif sehingga sebagian tumbuhan bawah hampir tidak ada.
Menurut Budiharto (2012) penyemprotan menggunakan pestisida dan penyiangan
vegetasi dapat menyebabkan ketidakstabilan ekosistem dan mempengaruhi
kelimpahan arthropoda. Perbedaan jumlah arthropoda pada microsite 2 di dalam
dan di luar tegakan JUN cukup signifikan dibandingkan microsite lainnya.
Perbedaan kelimpahan arthropoda berhubungan dengan kemampuan
berkembangbiak, sifat mempertahankan diri dan daur hidup arthropoda.

Jumlah Individu

250
197

189

200

180

136

150

Luar JUN
100
60

Dalam JUN

68

50
0
microsite 1 3

microsite 2

microsite 4

Lokasi

Gambar 6 Kelimpahan arthropoda di dalam dan di luar tegakan JUN

9

Menurut Odum (1971) nilai indeks kesamaan famili yang lebih besar dari
50% tergolong kategori tinggi dan sebaliknya jika kurang dari 50% tergolong
kategori rendah. Tabel 3 menunjukkan bahwa indeks kesamaan famili antar
microsite tergolong tinggi maka sebaran kelimpahan individu pada masing-masing
famili hampir merata sehingga tidak ada famili yang jumlah individunya
mendominasi. Hal ini dikarena ketiga microsite tersebut berada pada satu ekosistem.
Tabel 3 Indeks Kesamaan jenis pada Tegakan JUN
Microsite
microsite 1+3 vs microsite 2
microsite 1+3 vs microsite 4
microsite 2 vs microsite 4

Similarity Index
Malaise trap
Sweep net
51%
54%
62%
64%
57%
59%

Peranan arthropoda pada tegakan JUN
Arthropoda sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati yang
memiliki peranan penting dalam jaring makanan, yaitu sebagai herbivora, predator,
parasitoid dan detritivora. Arthropoda herbivora adalah arthropoda yang memakan
tanaman dan ada yang berperan sebagai hama karena merugikan secara ekonomi.
Arthropoda predator adalah organisme yang pada umumnya berukuran lebih besar
dari mangsa, hidup dengan menangkap dan memangsa arthropoda lain (Sembel
2010). Arthropoda parasitoid adalah arthropoda yang hidup di dalam atau pada
tubuh arthropoda lain yang merupakan inangnya, sehingga dapat melemahkan dan
akhirnya membunuh inang secara perlahan. Arthropoda predator dan parasitoid
berguna sebagai musuh alami. Arthropoda detritivora merupakan arthropoda yang
sangat berguna dalam proses jaring makanan sebagai pengurai.
Tabel 4 menunjukkan bahwa arthropoda herbivora memiliki kelimpahan
individu tertinggi dibandingkan dengan arthropoda predator dan parasitoid serta
arthropoda detritivora. Jumlah individu arthropoda herbivora tertinggi hingga
terendah yaitu microsite 2 (222 individu), microsite 4 (211 individu) dan microsite
1+3 (75 individu). Kelimpahan arthropoda herbivora pada microsite 2 dan 4 tidak
jauh berbeda karena berlokasi dekat dengan sawah, permukiman penduduk dan
tegakan sengon sebagai sumber makanan arthropoda. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hadi dan Aminah (2012) bahwa arthropoda herbivora lebih banyak
ditemukan dibandingkan arthropoda predator, parasitoid dan detritivora pada
ekosistem sawah. Komposisi dan peranan arthropoda disajikan pada Lampiran 2.
Tabel 4 Peranan arthropoda pada setiap microsite
microsite 1+3
Famili Individu
Herbivora
16
75
Predator dan Parasitoid
20
70
Detritivora
6
6
Peranan

microsite 2
Famili Individu
14
222
14
99
5
23

microsite 4
Famili Individu
15
211
24
147
3
16

10

Tabel 5 menunjukkan bahwa arthropoda herbivora adalah peranan yang
paling mendominasi dari setiap microsite. Menurut Stiling and Bawdish (2000)
dalam Khasanah (2011), kepadatan fitofag secara nyata dipengaruhi oleh tanaman
dan kondisi lingkungan. Famili Noctuidae (Lepidoptera) merupakan arthropoda
yang aktif di malam hari dan dan hampir semua tertarik pada cahaya. Lepidoptera
merupakan arthropoda yang banyak ditemukan di bawah kanopi (Rinker dan
Lowman 2004). Stadium larva dari Lepidoptera adalah pemakan daun termasuk
daun jati. Famili Formicidae diberdayakan untuk mengendalikan hama pada
stadium telur, pupa dan imago berbagai jenis tanaman kehutanan baik yang aktif di
tanah maupun di tajuk (Susilo 2007).
Famili Cecidomyiidae merupakan anggota ordo Diptera yang bersifat
predator yang memangsa telur arthropoda. Imago Cecidomyiidae berupa lalat kecil
hidup bebas tetapi larvanya adalah pemangsa telur atau nimfa dari kutu daun, kutu
perisai, kutu putih, tirip dan tungau (Susilo 2007). Famili Phoridae memangsa
arthropoda dengan memasuki tubuh arthropoda dari luka dan banyak ditemukan
dari rayap, lebah, jangkrik, ulat lepidoptera dan larva lalat. Famili ini juga dikenal
di dalam pengendalian hayati semut api Selonopsis sp (Formicidae) (Purnomo
2010). Famili Heleomyzidae merupakan anggota diptera ada beberapa spesies yang
merupakan fitofag. Famili yang dominan pada Tabel 5 merupakan musuh alami
untuk arthropoda herbivora namun dapat menjadi musuh alami untuk sesama
arthropoda predator dan parasitoid. Gambar arthropoda yang dominan terlampir
pada Lampiran 3.
Tabel 5 Famili yang dominan berdasarkan jumlah individu dan peranannya pada
tegakan JUN
Lokasi
Microsite 1+3

Microsite 2

Microsite 4

Famili
Noctuidae
Formicidae
Cecidomyiidae
Noctuidae
Cecidomyiidae
Phoridae
Noctuidae
Phoridae
Heleomyzidae

Individu
16
14
12
120
26
24
92
38
31

Peranan
Herbivora
Predator dan parasitoid
Predator dan parasitoid
Herbivora
Predator dan parasitoid
Predator dan parasitoid
Herbivora
Predator dan parasitoid
Herbivora

Hubungan kelimpahan arthropoda terhadap diameter JUN
Perawatan tegakan JUN setiap microsite yang dilakukan oleh petani penggarap
berbeda sehingga tempat tumbuh jati beragam, sedangkan pemeliharaan yang baik
adalah kunci dari pertumbuhan tanaman menjadi baik. Pengoptimalan tempat tumbuh
dan penyerapan unsur hara oleh tanaman yang maksimal dapat terjadi karena adanya
pemeliharaan yang dilakukan oleh petani penggarap. Berdasarkan hasil uji Duncan
pada Tabel 6, microsite 4 berbeda nyata dengan microsite 2. Hasil uji Duncan
menunjukkan bahwa microsite 4 merupakan microsite terbaik pada tegakan JUN
berdasarkan rata-rata diameter. Hasil sidik ragam disajikan pada Lampiran 4.

11

Tabel 6 Microsite terbaik pada tegakan JUN
Microsite
4
1+3
2

Rata-rata diameter
5.5489a
5.3510ab
5.1672b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda
nyata pada selang kepercayaan 95%.

5.6

200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

5.5
5.4
5.3
5.2
5.1

Diameter (cm)

Kelimpahan arthropoda

Interaksi antara tanaman dan arthropoda terjadi secara komplek dan
berlangsung sangat lama dan terus menerus. Tanaman mengembangkan sistem
pertahanan diri terhadap serangan arthropoda sementara arthropoda berupaya untuk
mengembangkan sistem adaptasi untuk mengatasi sistem pertahanan tanaman
(Budiharto 2012). Hubungan antara kelimpahan arthropoda dengan diameter yang
cenderung belum memberikan pengaruh signifikan. Kelimpahan arthropoda dengan
diameter disajikan pada Gambar 7.

5
4.9

microsite 1+3
microsite 2
microsite 4
Kelimpahan
Diamter (cm)

Gambar 7 Kelimpahan arthropoda dengan diameter pohon
Jaring-jaring makanan pada tegakan JUN
Proses makan dan dimakan dalam ekosistem tidak hanya satu jenis makanan
saja, dan juga dapat dimakan oleh beberapa jenis pemangsa. Oleh karena itu terjadi
beberapa rantai makanan yang saling berhubungan. Sekumpulan rantai makanan
yang saling berhubungan ini disebut dengan jaring-jaring makanan. Hipotetik aliran
energi jaring-jaring makanan pada tegakan JUN terdiri dari kelompok organisme
yaitu detritivora, herbivora, predator dan parasitoid (Gambar 8a). Tingkat trofik
yaitu produsen dan konsumen. Tingkat produsen mampu menghasilkan zat
makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau (tegakan JUN). Tingkat konsumen pada
tegakan JUN yaitu herbivora, detritivora dan predator serta parasitoid. Proses
makan dan dimakan diikuti perpindahan energi dari satu organisme ke organisme
lainnya. Selama proses transfer energi, selalu terjadi pengurangan jumlah energi

12

setiap melewati suatu tingkat trofik. Biomassa adalah massa organisme biologis
hidup di suatu area atau ekosistem pada suatu waktu tertentu. Jumlah individu dan
panjang arthropoda dapat menentukan tinggi rendahnya biomassa arthropoda.
Biomassa arthropoda herbivora pada tegakan JUN lebih tinggi dibandingkan
detritivora, predator dan parasitoid (Gambar 8b). Menurut Barnes et al (2014),
biomassa arthropoda herbivora lebih tinggi pada tegakan karet dibandingkan hutan
alam, hutan karet dan kelapa sawit. Data panjang dan berat arthropoda disajikan
pada Lampiran 5.

Tegakan JUN
Detritivora 4%
Predator dan
parasitoid 16%

Detritivora

Herbivora

Herbivora 80%

Predator dan
parasitoid

(a)

(b)

Gambar 8 Hipotetik aliran energi pada jaring-jaring makanan (a) dan biomassa (b)
arthropoda pada tegakan JUN

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan arthropoda pada tegakan
JUN umur 45 bulan tertinggi diperoleh dengan menggunakan metode malaise trap
yaitu 830 individu sedangkan metode sweep net diperoleh yaitu 39 individu.
Kelimpahan arthropoda secara keseluruhan di luar tegakan JUN lebih banyak
dibandingkan di dalam tegakan JUN. Arthropoda herbivora memiliki kelimpahan
individu tertinggi dibandingkan dengan arthropoda predator dan parasitoid serta
arthropoda detritivora. Kelimpahan arthropoda belum memberikan pengaruh
signifikan terhadap diameter jati. Biomassa arthropoda herbivora pada tegakan JUN
lebih tinggi dibandingkan detritivora, predator dan parasitoid.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap arthropoda tanah dan aliran
energi pada tegakan JUN.

13

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Jati Unggul Nusantara (JUN) [internet]. [diunduh 2015 Nov 23].
Tersedia pada: http//www.jatijun.com
Antoko BS, Kwatrina RT, Suryatmojo H. 2003. Keragaman jenis hayati dan
pengelolaan kawasan di resor granit, Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau.
Pematang siantar (ID): Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sumatera
Barnes DA, Jochum M, Mumme S, Haneda NF, Farajallah A, Widarto TH, Brose
U. 2014. Consequences of tropical land use for multitropic biodiversity and
ecosystem functioning. Nature communications doi:10.1038/ncomms6351
Bioteak. 2011. Potensi pasar. [internet]. [diunduh 2015 Okt 5] tersedia pada:
http://www.jatibioteak.com.
Borror DJ, Charles AT, Norman FJ. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga.
Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Terjemahan dari: An Introduction to Study of Insect.
Budiharto IW. 2012. Kontribusi Arthropoda kanopi dalam menjaga stabilitas
ekosistem pada kebun berbasis sengon laut (paraserianthes falcataria (l.)
budidaya porang (Amorphophallus muelleri Blumei) (Schott) di Jember sebagai
sumber belajar biologi. Bioedukasi 3(2).
Corbert AS, Pendelbury HM. 1945.The Butterflies of The Malay Peninsula.
Malaysia (MY): Malayan Nature Society.
Grant IF, Tingle CCD. 2002. Ecological Monitoring Methods for the Assessment
of Pesticide Impact in The Tropics. Chatham (UK): Natural Resources
Institute.
Goulet H, Huber JT. 1993. Hymenoptera of the World. An Identification to
Families. Ottawa (CA): Centre for Land and Biological Resources Research.
Hadi M, Aminah. 2012. Keragaman serangga dan perannya di ekosistem sawah.
Semarang I(D): Jurnal Sains dan matematika 20(3): (54-57)
Juanda HS. 2007. Perancangan arsitektur strategic di Perusahaan Furnitur Panel Wood
PT Cahaya Sakti Furintraco. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Khasanah N. 2011. Struktur komunitas Arthropoda pada ekosistem cabai tanpa
perlakuan insektisida. Media Litbang Sulteng 4(1): 57-62.
Malaise R. 1937. A New Insect-Trap. Stockholm (SE): Entomological Society Of
Sweden. hlm. 148-160.
Odum EP. 1971. Fundamental of Ecology. WB. Saunders, Philadelphia (US).
PERHUTANI. 2011. Jati plus perhutani (JPP). [internet]. [diunduh 2015 Okt 6]
tersedia pada: http://www.perumperhutani.com/produk-layanan/benih-danbibit/jati-plus-perhutani/.
Plowes NJR, Patrock R. 2000. A Field Key to The Ants (Hymenoptera,
Formicidae) found at Brackenridge Field Laboratories, Austin, Travis County,
Texas. Austin (US): Brackenridge Field Laboratories University of Texas.
Purnomo H. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta (ID): Penerbit
Andi.
Rinker HB, Lowman MD. 2004. Forest Canopies second edition. Lowman MD,
Rinker HB, editor. New York (US): Elsevier Academic Pr.
Sembel DT. 2010. Pengendalian Hayati. Andi. Yogyakarta

14

Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas.
Jakarta (ID): Penerbit Usaha Nasional.
Susilo FX. 2007. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Musuh Alami
Hama Tanaman. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Jakarta (ID): Gramedia.
Yunus EP. 2011. Respon pertumbuhan awal klon Jati Unggul Nusantara (JUN) di
Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

15

Lampiran 1 Komposisi arthropoda pada tegakan JUN berdasarkan microsite
Jumlah
individu
1

Lokasi

Ordo

Famili

Genus

microsite 1+3

Araneae

Anyphaenidae

Hibana

Pisauridae

-

1

Blattodea

Blattidae

-

1

Coleoptera

Bostrichidae

Heterobostrychus

1

Coccinellidae

Scymnus

2

Coccinellidae

Micraspis

1

Erotylidae

Cryptophilus

4

Mordellidae

Mordellistena

2

Nitidulidae

Carpophilus

8

Scirtidae

-

3

Staphylinidae

Anotylus

1

Tenebrionidae

-

1

Cecidomyiidae

Aphidoteles

8

Cecidomyiidae

-

4

Ceratopogonidae

Forcipomyia

2

Chironomidae

-

1

Chironomidae

Polypedilum

2

Chironomidae

Cardiocladius

3

Culicidae

Culex

1

Dolichopodidae

Chrysotus

1

Heleomyzidae

-

1

Heleomyzidae

Suillia

2

Limoniidae

Limonia

1

Muscidae

-

1

Phoridae

-

7

psychodidae

Psychoda

1

Sciaridae

Sciara

7

Tephiritidae

Terellia

2

Entomobryomorpha

Entomobryidae

Seira

1

Hemiptera

Aphididae

-

1

Cercopidae

-

3

Cercopidae

Lepyronia

1

Cicadellidae

Balclutha

5

Membracidae

-

1

Apidae

Apis

1

Apidae

-

1

Evaniidae

Evania

2

Formicidae

Solenopsis

3

Formicidae

-

9

Formicidae

Cresmatogaster

1

Formicidae

Odontomachus

1

Diptera

Hymenoptera

16

Lokasi

Famili

Genus

Ichneumonidae

-

Jumlah
individu
1

Pteromalidae

-

1

Attevidae

Atteva

1

Cosmopterigidae

-

1

Cossidae

Prionoxystus

1

Gelechiidae

-

5

Noctuidae

-

14

Oecophoridae

-

1

Odonata

Libellulidae

Erythermis

1

Orthoptera

acrididae

-

1

Psocodea

Psocidae

-

1

Araneae

Eutichuridae

-

1

Salticidae

Anasaitis

1

Blattodea

Blattidae

-

3

Coleoptera

Bostrichidae

-

1

Coccinellidae

-

4

Coccinellidae

Scymnus

2

Coccinelloidae

Harmonia

1

Nitidulidae

Carpophilus

20

Tetratomidae

-

9

Dermaptera

Forficulidae

-

1

Diptera

Cecidomyiidae

Winnertzia

22

Cecidomyiidae

Aphidoteles

4

Chironomidae

Polypedilum

3

Culicidae

Culex

1

Heleomyzidae

-

7

Heleomyzidae

Suillia

4

Muscidae

-

15

Phoridae

-

24

psychodidae

Psychoda

9

Sciaridae

Sciara

15

Syrphidae

-

2

Tipulidae

-

1

Cercopidae

Lepyronia

1

Cercopidae

-

1

Cicadellidae

Balclutha

1

Cicadellidae

-

14

Delphacidae

Javesella

1

Flatidae

Siphanta

1

Libytheana

-

1

Formicidae

Odontomachus

10

Formicidae

-

16

Ichneumonidae

-

1

Ordo

Lepidoptera

microsite 2

Hemiptera

Hymenoptera

17

Lokasi

Ordo

Genus

Scoliidae

-

Cosmopterigidae

Pyroderces

Noctuidae

-

119

Nymphalidae

-

7

Neuroptera

Chrysopidae

Ceraeochrysa

1

Odonata

Libellulidae

Erythemis

1

Orthoptera

Gryllidae

-

2

Acrididae

-

1

Psocodea

Psocidae

-

1

Araneae

Pisauridae

-

2

Blattodea

Blattidae

-

1

Coleoptera

Buprestoidea

Agrilus

2

Carabidae

Clivina

1

Coccinellidae

Scymnus

1

Coccinellidae

Micraspis

1

Coccinelloidae

Harmonia

2

Lepidoptera

microsite 4

Jumlah
individu
3

Famili

Curculionidae

Diptera

Hemiptera

1

2

Erotylidae

Cryptophilus

4

Nitidulidae

Carpophilus

16

Scarabaeidae

Diplotaxis

3

Staphylinidae

Anotylus

1

Tetratomidae

-

1

Cecidomyiidae

Aphidoteles

14

Cecidomyiidae

-

1

Cecidomyiidae

Winnertzia

1

Ceratopogonidae

Forcipomyia

6

Chironomidae

Polypedilum

2

Dolichopodidae

Chrysotus

2

Formicidae

-

1

Heleomyzidae

-

30

Heleomyzidae

Suillia

1

Limoniidae

Limonia

4

Muscidae

-

18

Phoridae

-

38

psychodidae

Psychoda

12

Sciaridae

Sciara

22

Syrphidae

-

3

tephritidae

Euaresta

1

Aphididae

-

1

Berytidae

Jalysus

4

Cercopidae

-

3

Cercopidae

Lepyronia

4

Cicadellidae

Balclutha

9

18

Lokasi

Ordo
Hymenoptera

Lepidoptera

Jumlah
individu
1

Famili

Genus

Flatidae

Siphanta

Apidae

Apis

1

Braconidae

-

1

Crabronidae

Larrini

1

Evaniidae

Evania

3

Formicidae

Odontomachus

23

Ichneumonidae

-

22

Scoliidae

-

2

Noctuidae

-

92

Nymphalidae

Agraulis

2

Orthoptera

Acrididae

-

2

Psocodea

Psoquillidae

Rhyopsocus

1

Psocidae

-

3

19

Lampiran 2 Komposisi dan peranan arthropoda pada tegakan JUN
Peranan

Kelas

Ordo

Famili

Herbivora

Insecta

Coleoptera

Curculionidae
Mordellidae
Nitidulidae
Scirtidae
Chironomidae
Chironomidae
Chironomidae
Culicidae
Heleomyzidae
Heleomyzidae
Lauxaniidae
Limoniidae
Muscidae
Sciaridae
Tephiritidae
Tipulidae
Cicadellidae
Cicadellidae
Flatidae
Attevidae
Noctuidae
Nymphalidae
Nymphalidae
Acrididae
Gryllidae
Psocidae
Forficulidae
Entomobryidae
Blattidae
Bostrichidae
Bostrichidae
Scarabaeidae
Tenebrionidae
Tetratomidae
psychodidae
Oecophoridae
Anyphaenidae
Eutichuridae
Pisauridae
Salticidae
Buprestoidea
Carabidae
Coccinellidae
Coccinellidae
Coccinellidae
Coccinellidae
Erotylidae
Staphylinidae
Cecidomyiidae
Cecidomyiidae
Cecidomyiidae
Ceratopogonidae
Dolichopodidae

Diptera

Hemiptera

Lepidoptera

Orthoptera

Detritivora

Predator
dan
parasitoid

Arachnida
Collembola

Psocodea
Dermaptera
Entomobryomorpha
Blattodea
Coleoptera

Arachnida

Diptera
Lepidoptera
Araneae

Insecta

Coleoptera

Diptera

Genus

Mordellistena
Carpophilus

Polypedilum
Cardiocladius
Culex
suillia
Limonia
Sciara
Terellia
Balclutha
Siphanta
Atteva

Agraulis

seira
Heterobostrychus
Diplotaxis

Psychoda
Hibana

Anasaitis
Agrilus
Clivina
Scymnus
Micraspis
Harmonia
Cryptophilus
Anotylus
Aphidoteles
winnertzia
Forcipomyia
Chrysotus

Malaise Sweep
trap
net
2
2
44
3
1
7
3
2
38
7
1
5
35
44
2
1
15
14
2
1
227
1
7
21
2
4
10
2
5
1
1
5
1
1
3
1
10
22
1
1
1
3
2
1
2
1
5
2
4
3
1
8
2
5
26
23
8
3

20

Peranan

Kelas

Ordo

Hemiptera

Hymenoptera

Lepidoptera
Mantodea
Neuroptera
Odonata
Psocodea

Famili
Phoridae
Syrphidae
Aphididae
Berytidae
Cercopidae
Cercopidae
Delphacidae
Libytheana
Membracidae
Apidae
Braconidae
Crabronidae
Evaniidae
Formicidae
Formicidae
Formicidae
Formicidae
Ichneumonidae
Pteromalidae
Scoliidae
Cossidae
Gelechiidae
Tarachodidae
Chrysopidae
Libellulidae
Psoquillidae

Genus

Jalysus
Lepyronia
Javesella

Apis
Larrini
Evania
Solenopsis
Cresmatogaster
Odontomachus

Prionoxystus
Iris
Ceraeochrysa
Erythemis
Rhyopsocus

Malaise Sweep
trap
net
69
5
2
4
7
6
1
1
1
1
3
1
1
5
3
26
1
34
24
1
5
1
5
1
1
2
2
1

21

Lampiran 3 Gambar arthropoda yang dominan berdasarkan famili pada tegakan
JUN

Noctuidae (6x)

Phoridae (25x)

Formicidae (30x)

Noctuidae (5x)

Phoridae (25x)

Formicidae (25x)

Cecidomyiidae (35x)

Heleomyzidae (15x)

Cecidomyiidae
(35x)

Heleomyzidae (15x)

22

Lampiran 4 Sidik ragam microsite
Sumber keragaman Db
Jumlah kuadrat Kuadrat total F hitung Pr > F
Perlakuan
2
57.26018
28.63009
5.08 0.0063
Galat
3045
17161.95483
5.63611
Total
3047
17219.21501

23

Lampiran 5 Data panjang-massa famili yang dominan berdasarkan peranannya
Peranan
Predator dan
parasitoid

Famili

n

Phoridae
69
Cecidomyiidae 54
Formicidae
64
Herbivora
Heleomyzidae
45
Nitidulidae
44
Noctuidae
225
Detritivora
Blattidae
5
psychodidae
22
Tetratomidae
10
Keterangan: n = Jumlah individu; y =
dimana y=a(x)b (Baners et al 2014)

a
b
Panjang (mm) massa (mg)
0.0153
2.573 2.31 – 4.14
12.62
0.035
2.173 0.59 – 1.68
2.95
-3.996
2.489 2.02 – 12.1
6.09
0.029
1.73
2.84 – 8.53
17.16
-0.043
1.2
2.69 – 3.39
72.82
-5.424
2.845 2.56 – 8.79
11.45
-3.98
2.76
1.67 – 10.01
0.66
0.029
1.73
1.00 – 3.96
3.19
-3.247
2.492 1.97 – 2.87
0.99
berat; x = panjang; a = konstanta; b koefisien x;

24

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 4
Oktober 1993 dari pasangan Dorlen PS Silaen dan Rohani Simatupang. Penulis
merupakan anak ke lima dari enam bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri
Kualuh Hulu pada tahun 2011. Penulis masuk IPB melalui jalur SNMPTN
Undangan IPB dan diterima di Mayor Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB pada
tahun 2011.
Selama masa perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi, yaitu sebagai
koordinator komisi literatur periode 2012-2013 dan anggota LITBANG periode
2014-2015 Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB, sebagai wakil ketua Ikatan
Mahasiswa Siantar dan Sekitarnya (IKANMASS) periode 2012-2013, dan sebagai
anggota Himpunan Profesi Tree Grower Community periode 2012-2014. Selain itu,
Penulis juga aktif dalam kepanitiaan terdiri dari panitia Bina Corps Rimbawan
(BCR) tahun 2013, panitia Orientasi Anak Rimba (BELANTARA) tahun 2013,
panitia TGC In Action (TIA) tahun 2013, anggota Ekspedisi Flora dan Studi Ilmiah
Tree Grower Community tahun 2014.
Penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Eksoistem Hutan (PPEH) 2013 di
Cilacap dan Batu Raden, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) 2014 di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, dan Praktek Kerja Profesi (PKP) 2015 di PT Indominco
Mandiri Tbk, Bontang, Kalimantan Timur pada bulan Maret sampai Mei 2015.
Guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi
dengan judul “Keanekaragaman Arthropoda dan Peranannya pada Tegakan Jati
Unggul Nusantara (JUN) di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat” dibimbing oleh
Bapak Prof Dr Ir Iskandar Z Siregar M FoSc dan Ibu Dr Ir Noor Farikhah Haneda
MS.