Keanekaragaman Arthropoda Pada Perkebunan Kopi Rakyat Di Kabupaten Pakpak Bharat

(1)

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERKEBUNAN

KOPI RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

OLEH

VIKTOR HASUDUNGAN SINAMO

087030028

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERKEBUNAN

KOPI RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Biologi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

OLEH

VIKTOR HASUDUNGAN SINAMO

087030028

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Penelitian : KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DI

KABUPATEN PAKPAK BHARAT Nama : VIKTOR HASUDUNGAN SINAMO

NIM : 087030028

Program Studi : BIOLOGI

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS Prof. Dr. Retna Astuti Kuswardani, MS Ketua Anggota

Disetujui oleh :

Ketua Program Studi Dekan

Tanggal lulus : 21 September 2010


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 21 September 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS

Anggota : Prof. Dr. Retna Astuti Kuswardani, MS : Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc


(5)

PERNYATAAN

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERKEBUNAN

KOPI RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2010 Penulis

Viktor Hasudungan Sinamo NIM : 087030028


(6)

ABSTRACT

Arthropod Biodiversity Research at the Coffee Plantation in the District People's Pakpak Bharat had been conducted in March 2010-April 2010. Research in the form of this survey sampled at five heights, namely: A ≤ 700, 700 <B ≤ 800, 800 <C ≤ 900, 900 <D ≤1000, E>1000 meters above sea level. This study aims to determine the diversity of arthropods in the agroecosystem coffee plantations and to investigate the correlation between the diversit arthropods with chemical physical environmental factors.

Results were obtained with two classes with 10 arthropods and 49 famili. Density order highest individual arthropods have amounted to 62.890 to the family Gryllidae individu/ha an altitude 900-1000 m above sea level, and lowest in the family Cerambycidae, Gryllotalpidae, Oechantidae, Tenebrionidae, Pentatomidae, Tabanidae Acrididae, Coccinellidae and Flatidae, Asilidae, Pieridae and Sarcophagidae 220 respectively individu/ha. Level diversity ranged from 1.8 to 2.7 (medium diversity). Results of correlation analysis between the diversity index of environmental chemistry with the physical factors was found that the intensity of light and humidity and rainfall is correlated with the direction of the current diurnal Arthropod diversity index, and light intensity, air temperature in the afternoon, the humidity index correlated with the direction of the current diversity of nocturnal Arthropod. Soil temperature, air temperature in the morning, afternoon temperatures negatively correlated to the diversity of nocturnal arthropods. Soil temperature, air temperature in the morning, afternoon air temperature, air temperature is negatively correlated to diurnal arthropod diversity. Based on the correlation coefficient is obtained that correlates the light intensity is very strong and significantat 0.05 level.


(7)

ABSTRAK

Penelitian Keanekaragaman Arthropoda pada Perkebunan Kopi Rakyat di Kabupaten Pakpak Bharat telah dilaksanakan pada bulan Maret 2010-April 2010. Penelitian yang berupa survei ini mengambil sampel di lima ketinggian, yaitu: A ≤ 700, 700<B≤800, 800<C≤900, 900<D≤1000, dan E>1000 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman Arthropoda di agroekosistem perkebunan kopi rakyat serta untuk mengetahui korelasi antara keanekaragaman Arthropoda dengan faktor fisik kimia linkungan.

Hasil penelitian diperoleh 2 kelas Arthropoda dengan 10 Ordo serta 49 Famili. Kepadatan individu Arthropoda tertinggi terdapat pada famili Gryllidae sebesar 62.890 individu/hayaitu pada ketinggian 900-1000 m dpl, dan terendah pada famili Cerambycidae, Gryllotalpidae, Oechantidae, Tenebrionidae, Pentatomidae, Tabanidae Acrididae, Coccinellidae dan Flatidae, Asilidae, Pieridae dan Sarcophagidae masing-masing sebesar 220 individu/ha.Tingkat keanekaragaman berkisar antara 1,8-2,7 (keanekaragaman sedang). Hasil analisis korelasi antara indeks keanekaragaman dengan faktor fisik kimia lingkungan diperoleh bahwa intensitas cahaya, kelembaban, dan curah hujan berkorelasi searah dengan indeks keanekaragaman Arthropoda yang aktif siang hari.Intensitas cahaya, suhu udara sore, kelembaban berkorelasi searah dengan indeks keanekaragaman Arthropoda yang aktif malam hari. Suhu tanah, suhu udara pagi, suhu udara siang berkorelasi negatif terhadap keanekaragaman arthropoda yang aktif malam hari. Suhu tanah, suhu udara pagi, suhu udara siang, suhu udara sore berkorelasi negatif terhadap keanekaragaman arthropoda yang aktif siang hari. Berdasarkan koefisien korelasi diperoleh bahwa intensitas cahaya berkorelasi sangat kuat dan signifikan pada level 0,05.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis tentang “Keanekaragaman Arthropoda pada Perkebunan Kopi Rakyat di Kabupaten Pakpak Bharat”. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS sebagai Dosen Pembimbing I dan Prof. Dr. Retna Astuti Kuswardani, MS sebagai Dosen Pembimbing II atas arahan dan bimbingannya.

2. Prof. Dr. Dwi Suryanto, MSc, dan Dr. Budi Utomo, SP, MP sebagai penguji atas masukan dalam penyempurnaan penyusunan hasil penelitian ini.

3. Gubernur Provinsi Sumatera Utara dan Kepala Bappeda Sumatera Utara yang telah memberikan beasiswa S-2 kepada penulis.

4. Bupati Pakpak Bharat yang telah memberikan ijin belajar kepada penulis.

5. Istri, Normauli Manurung dan anak-anak kami Prana, Eko Cipako, Daniel, Callista dan Timothy yang memberikan semangat dan dukungan doa, bahkan membantu dalam pengetikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata semoga Tuhan memberikan berkat-Nya kepada kita dalam mengejar ilmu dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih.

Medan, Agustus 2010


(9)

RIWAYAT HIDUP

VIKTOR HASUDUNGAN SINAMO dilahirkan pada tanggal 08 Desember 1961 di Jambu, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Dairi (sekarang Pakpak Bharat) Sumatera Utara. Anak dari pasangan ayahanda Alm. Salomo Sinamo dan ibunda Alm. Omas Tumangger, sebagai anak kedua dari enam bersaudara.

Tahun 1974 penulis lulus SD Negeri Pardomuan Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Dairi, tahun 1977 lulus dari SMP Sekata Bersubsidi Sukaramai Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Dairi dan tahun 1981 lulus dari SMA Methodist 2 Medan. Pada tahun 1981 memasuki Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Medan Fakultas MIPA dengan Program Studi Pendidikan Biologi lulus pada tahun 1987. Tahun 1987-1989 honor di Yayasan Perguruan Methodist 8 Medan. Pada tahun 1989 lulus PNS dan ditempatkan di SMA Negeri 2 Sidikalang. Tahun 1998 mutasi ke SMA Negeri 18 Medan. Tahun 2006 menjadi staf di Dinas Pendidikan Kabupaten Pakpak Bharat. Tahun 2007 menjadi guru di SMA Negeri 1 Salak, Kabupaten Pakpak Bharat.

Tahun 2008 mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan Program Magister (S2) di Program studi Biologi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT………... i

ABSTRAK……….… ii

KATA PENGANTAR………... iii

RIWAYAT HIDUP………... iv

DAFTAR ISI………. . v

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR GAMBAR……… viii

DAFTAR LAMPIRAN………. xi

I. PENDAHULUAN1 1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Perumusan Masalah……… 2

1.3 Tujuan Penelitian……… 2

1.4 Hipotesis………. 3

1.5 Manfaat Penelitian3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Agroekosistem Perkebunan Kopi... 4

2.2 Arthropoda... 7

2.3 Peran Serangga Dalam Agroekosistem... 10

III. BAHAN DAN METODE……… 14

3.1 Deskripsi Area... 14

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian………... 15

3.3 Bahan dan Alat……… 15

3.4 Prosedur Pelaksanaan Penelitian……….. 15

3.5 Pengukuran Faktor Fisik Kimia Lingkungan... 20

3.6 Analisis Data………..….. 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………..…... 24

4.1 Keragaman Arthropoda di Kabupaten Pakpak Bharat………..……. 24

4.2 Nilai Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan Frekuensi Relatif (FR) Individu pada Masing-Masing Ketinggiandi Kabupaten Pakpak Bharat………... 47


(11)

4.3 Rata-Rata Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan Pada

Lokasi Pengamatan……… 56

4.4 Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dan Indeks Keseragaman (E) Arthropoda pada Perkebunan Kopi Masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat ……… 59

4.5 Hasil Uji Korelasi Pearson Antara Indeks Keanekaragaman dengan Faktor Fisik Kimia…………...… 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN……….... 65

5.1 Kesimpulan………... 65

5.2 Saran……… 66

DAFTAR PUSTAKA………. 67

LAMPIRAN………... 70


(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman 1. Beberapa Contoh Serangga Yang Menguntungkan... 13 2. Lokasi Penelitian Di Kabupaten Pakpak Bharat……… 14 3 Keragaman Arthropoda Yang Ditemukan di Kabupaten

Pakpak Bharat Selama Penelitian……….. 24 4 Nilai Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan

Frekuensi Relatif (FR) Arthropoda Nocturnal pada

Masing-Masing Ketinggian di Kabupaten Pakpak Bharat……….. 48 5 Nilai Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan

Frekuensi Relatif (FR) Arthropoda Diurnal pada Masing-Masing

Ketinggian di Kabupaten Pakpak Bharat……… 53 6 Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan……… 55 7 Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Kemerataan (E)

Arthropoda pada Perkebunan Kopi Masyarakat di

Kabupaten Pakpak Bharat……….. 60 8 Hasil Uji Korelasi antara Indeks Keanekaragaman Arthropoda


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Jaring-Jaring Makanan pada Ekosistem Perkebunan... Plot pengambilan sampel pada metode Sweep net...

Perangkap Lubang (Pitfall Trap)... Plot pengambilan sampel pada metode baki pemukul... Perangkap Cahaya (Light Trap)... Famili Salticidae... Famili Thomisidae... Famili Byrrhidae... Famili Cerambycidae... Famili Chrysomelidae... Famili Coccinelidae... Famili Erotylidae... Famili Lampyridae... Famili Scarabaeidae... Famili Tenebrionidae... Famili Forficulidae... Famili Labiduridae... Famili Asilidae... Famili Sarcophagidae... Famili Tabanidae... Famili Tipulidae... Famili Alydidae... Famili Coreidae... 7 16 17 18 19 27 27 28 28 29 29 29 30 30 30 31 31 31 32 32 32 33 33


(14)

24 25 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. Famili Pentatomidae... Famili Pyrochroidae ………. Famili Reduviidae... Famili Cercopidae... Famili Cicadellidae... Membracidae... Famili Apidae... Famili Colletidae... Famili Formicidae... Famili Pompilidae... Famili Sphecidae... Famili Tiphiidae... Famili Trigonalidae... Famili Arctiidae... Famili Danaidae... Famili Flatidae... Famili Heliconidae... Famili Lymantriidae... Famili Noctuidae... Famili Pieridae... Famili Pyralidae... Famili Satyridae... Famili Sphingidae... Famili Aeshnidae... Famili Mantidae... Famili Acrididae... Famili Blattidae... Famili Gryllidae... 34 34 34 35 35 36 36 37 37 38 38 39 39 39 40 40 41 41 41 42 42 43 43 44 44 45 45 45


(15)

52. 53. 54.

Famili Gryllotalpidae... Famili Oechanthidae... Famili Tettigoniidae...

46 46 46


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Peta Kabupaten Pakpak Bharat………...

70 2. Data Mentah Kelompok Arthropoda Yang Ditemukan

Pada Daerah Penelitian ……….. 71 3. Hasil Pengukuran Faktor Fisik kimia Lingkungan

Pengambilan Sampel I (9-14 Maret 2010)……….. 73 4. Data Curah Hujan/mm………

75 5. Data Hasil Analisis Korelasi Dengan SPSS Korelasi

Keanekaragaman Serangga Nocturnal Dengan Faktor

Lingkungan………. 76 6. Data Hasil Analisis Korelasi Dengan SPSS Korelasi

Keanekaragaman Serangga Diurnal Dengan Faktor

Lingkungan………. 78 7. Contoh Perhitungan………

80 8. Data Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan Frekuensi (F)


(17)

ABSTRACT

Arthropod Biodiversity Research at the Coffee Plantation in the District People's Pakpak Bharat had been conducted in March 2010-April 2010. Research in the form of this survey sampled at five heights, namely: A ≤ 700, 700 <B ≤ 800, 800 <C ≤ 900, 900 <D ≤1000, E>1000 meters above sea level. This study aims to determine the diversity of arthropods in the agroecosystem coffee plantations and to investigate the correlation between the diversit arthropods with chemical physical environmental factors.

Results were obtained with two classes with 10 arthropods and 49 famili. Density order highest individual arthropods have amounted to 62.890 to the family Gryllidae individu/ha an altitude 900-1000 m above sea level, and lowest in the family Cerambycidae, Gryllotalpidae, Oechantidae, Tenebrionidae, Pentatomidae, Tabanidae Acrididae, Coccinellidae and Flatidae, Asilidae, Pieridae and Sarcophagidae 220 respectively individu/ha. Level diversity ranged from 1.8 to 2.7 (medium diversity). Results of correlation analysis between the diversity index of environmental chemistry with the physical factors was found that the intensity of light and humidity and rainfall is correlated with the direction of the current diurnal Arthropod diversity index, and light intensity, air temperature in the afternoon, the humidity index correlated with the direction of the current diversity of nocturnal Arthropod. Soil temperature, air temperature in the morning, afternoon temperatures negatively correlated to the diversity of nocturnal arthropods. Soil temperature, air temperature in the morning, afternoon air temperature, air temperature is negatively correlated to diurnal arthropod diversity. Based on the correlation coefficient is obtained that correlates the light intensity is very strong and significantat 0.05 level.


(18)

ABSTRAK

Penelitian Keanekaragaman Arthropoda pada Perkebunan Kopi Rakyat di Kabupaten Pakpak Bharat telah dilaksanakan pada bulan Maret 2010-April 2010. Penelitian yang berupa survei ini mengambil sampel di lima ketinggian, yaitu: A ≤ 700, 700<B≤800, 800<C≤900, 900<D≤1000, dan E>1000 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman Arthropoda di agroekosistem perkebunan kopi rakyat serta untuk mengetahui korelasi antara keanekaragaman Arthropoda dengan faktor fisik kimia linkungan.

Hasil penelitian diperoleh 2 kelas Arthropoda dengan 10 Ordo serta 49 Famili. Kepadatan individu Arthropoda tertinggi terdapat pada famili Gryllidae sebesar 62.890 individu/hayaitu pada ketinggian 900-1000 m dpl, dan terendah pada famili Cerambycidae, Gryllotalpidae, Oechantidae, Tenebrionidae, Pentatomidae, Tabanidae Acrididae, Coccinellidae dan Flatidae, Asilidae, Pieridae dan Sarcophagidae masing-masing sebesar 220 individu/ha.Tingkat keanekaragaman berkisar antara 1,8-2,7 (keanekaragaman sedang). Hasil analisis korelasi antara indeks keanekaragaman dengan faktor fisik kimia lingkungan diperoleh bahwa intensitas cahaya, kelembaban, dan curah hujan berkorelasi searah dengan indeks keanekaragaman Arthropoda yang aktif siang hari.Intensitas cahaya, suhu udara sore, kelembaban berkorelasi searah dengan indeks keanekaragaman Arthropoda yang aktif malam hari. Suhu tanah, suhu udara pagi, suhu udara siang berkorelasi negatif terhadap keanekaragaman arthropoda yang aktif malam hari. Suhu tanah, suhu udara pagi, suhu udara siang, suhu udara sore berkorelasi negatif terhadap keanekaragaman arthropoda yang aktif siang hari. Berdasarkan koefisien korelasi diperoleh bahwa intensitas cahaya berkorelasi sangat kuat dan signifikan pada level 0,05.


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kabupaten Pakpak Bharat secara geografis terletak pada 02015’00”- 03032’00” LU dan 98000’ – 98031’00” BT, dengan luas keseluruhan 121.830, Ha yang terdiri dari 8 kecamatan yakni Tinada, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng Getteng Sengkut, dan Kecamatan Pagindar. Luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kawasan budidaya seluas 77.893,39 ha, dan kawasan hutan lindung seluas 43.936,61 Ha (Badan Pusat Statistik Pakpak Bharat, 2008).

Ekosistem perkebunan termasuk agroekosistem yakni ekosistem yang banyak dimanipulasi untuk mendapatkan hasil yang lebih besar, yang menerima masukan energi, bahan pupuk, dan biosida dari para petani untuk memperoleh hasil yang tinggi dari tanaman yang dibudidayakan. Perkebunan menggantikan ekosistem alami dengan ekosistem buatan yang lebih sederhana sehingga agroekosistem menjadi penyebab timbulnya peningkatan populasi serangga hama (MacKinnon etal., 2000).

Kopi arabika (Coffea arabica) merupakan salah satu kopi varietas unggul yang dibudidayakan pada ketinggian antara 500 m – 2000 m dpl. Pada umumnya tanaman kopi selalu didampingi oleh jenis tanaman penaung (polikultur). Tanaman kopi ini sering dikunjungi oleh berbagai jenis serangga termasuk kupu-kupu sehingga melalui serangga ini proses penyerbukan dapat berlangsung. Tanamaan kopi dikenal sebagai salah satu tanaman yang disukai oleh banyak jenis serangga hama. Sampai


(20)

saat ini tercatat lebih dari 900 jenis serangga hama pada tanaman kopi yang terbesar di seluruh dunia (Kadir et al., 2003). Sejauh ini belum ada informasi mengenai keanekaragaman Arthropoda dan peranannya pada perkebunan kopi rakyat di Kabupaten Pakpak Bharat sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai “Keanekaragaman Arthropoda pada Perkebunan Kopi Arabika Rakyat di Kabupaten Pakpak Bharat”.

1.2 Perumusan Masalah

Perkebunan kopi merupakan salah satu ekosistem buatan yang kondisinya selalu berubah sesuai dengan kebutuhan manusia. Perkebunan kopi juga merupakan habitat dari berbagai jenis hewan termasuk dari filum Arthropoda. Jenis jenis hewan dari filum Artthropoda tersebut ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan bagi perkebunan kopi rakyat. Berdasarkan hal tersebut permasalahan dalam penelitian ini bagaimanakah korelasi faktor fisik kimia terhadap keragaman Arthropoda di Perkebunan kopi rakyat Pakpak Bharat.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keanekaragaman Arthropoda pada perkebunan kopi yang terdapat di Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Untuk mengetahui korelasi antara faktor kimia-fisika dengan keanekaragaman Arthropoda di Kabupatean Pakpak Bharat.


(21)

1.4 Hipotesis

1. Di perkebunan kopi rakyat Kabupaten Pakpak Bharat terdapat beberapa Kelas, Ordo, dan Famili dari Phylum Arthropoda.

2. Terdapat famili Arthropoda yang mempunyai kepadatan tertinggi di perkebunan kopi rakyat Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Faktor fisik kimia lingkungan berkorelasi dengan keanekaragaman Arthropoda di perkebunan kopi rakyat Pakpak Bharat

1.5 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi kepada pihak terkait dan masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat mengenai keanekaragaman dan korelasi antara faktor lingkungan dengan keanekaragaman Arthropoda di Kabupatean Pakpak Bharat.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroekosistem Perkebunan Kopi

Agroekosistem perkebunan merupakan ekosistem binaan yang proses pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga campur tangan atau tindakan manusia menjadi unsur yang sangat dominan. Dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, manusia melakukan upaya peningkatan produktivitas ekosistem. Usaha yang dilakukan manusia untuk mencapai produktivitas tersebut maka manusia memberikan masukan yang sangat tinggi ke dalam ekosistem. Masukan tersebut antara lain : benih dan bibit unggul hasil pemuliaan, pupuk sintetis dan pestisida sintetis atau bahan kimia lainnya, dan pengairan (Hidayat, 2001).

Karakteristik dari agroekosistem terdiri atas empat sifat utama yaitu: produktifitas (productivity), kestabilan (stability), keberlanjutan (suitainability), dan kemerataan (equitability) (Edwards, 1990). Kriteria yang digunakan untuk menentukan karakteristik agroekosistem meliputi faktor-faktor: ekosistem, ekonomi, sosial dan teknologi konservasi yang sesuai dengan daerah setempat (Winata & Agus, 2001).

Menurut Hidayat (2001), ciri-ciri dari agroekosistem adalah sebagai berikut: 1) Agroekosistem sering mengalami perubahan iklim mikro yang mendadak sebagai


(23)

benih/bibit tanaman yang memerlukan input yang tinggi, pengairan, penyiangan, pembakaran, pemangkasan, penggunaan bahan-bahan kimia, dan lain-lain.

2) Struktur agroekosistem yang didominasi oleh jenis tanaman tertentu yang dipilih oleh manusia, beberapa di antaranya merupakan tanaman dengan materi genetik yang berasal dari luar (gen asing). Tanaman lain yang tidak mengandung gen asing biasanya diberi perlakuan pemeliharaan untuk perlindungan dari serangan hama sehingga tanaman tersebut sangat menyerupai induknya.

3) Hampir semua agroekosistem mempunyai diversitas biotik dan spesies tanaman mempunyai diversitas intraspesifik yang rendah karena manusia lebih menyenangi pembudidayaan tanaman/varietas tanaman tertentu. Dengan perkataan lain, secara genetik tanaman cenderung seragam. Biasanya ekosistem hanya didominasi oleh satu spesies tunggal dan pembersihan spesies gulma secara kontiniu mengakibatkan kondisi lingkungan menjadi lebih sederhana.

4) Fenologi tanaman seragam, karena untuk memudahkan pengelolaan manusia menggunakan tanaman yang mempunyai tipe dan umur yang seragam. Contohnya: waktu pembungaan atau pembentukan polong pada semua tanaman terjadi pada waktu yang hampir bersamaan.

5) Pemasukan unsur hara yang sangat tinggi mengakibatkan menjadi lebih disukai herbivora karena jaringan tanaman kaya unsur hara dan air.

Ekosistem perkebunan merupakan salah satu contoh agroekosistem yang banyak dimanipulasi untuk mendapatkan produk pertanian, yang menerima masukan energi bahan pupuk, dan biosida dari para petani untuk memperoleh hasil yang tinggi


(24)

dari tanaman yang dibudidayakan. Perkebunan tersebut menggantikan ekosistem alami dengan ekosistem buatan yang lebih sederhana sehingga lebih mudah terguncang oleh serangan hama (MacKinnon et al., 2000).

Kopi arabika (Coffea arabica) merupakan salah satu kopi varietas unggul yang dibudidayakan pada ketinggian antara 500 m – 2000 m dpl. Pada umumnya tanaman kopi selalu didampingi oleh jenis tanaman penaung (polikultur). Tanaman kopi ini sering dikunjungi oleh berbagai jenis serangga termasuk semut dan kupu-kupu sehingga melalui serangga ini proses penyerbukan dapat berlangsung (Monk et al., 2000).

Di dalam agroekosistem perkebunan kopi, setiap organisme mempunyai suatu peranan, ada yang berperan sebagai produsen, konsumen ataupun dekomposer. Produsen adalah penghasil makanan untuk makhluk hidup sedangkan konsumen adalah pemakan produsen. Produsen terdiri dari organisme-organisme berklorofil (autotrof) yang mampu memproduksi zat-zat organik dari zat-zat anorganik (melalui fotosintesis). Zat-zat organik ini kemudian dimanfaatkan oleh organisme-organisme heterotrof yang berperan sebagai konsumen. Peranan makan dan dimakan di dalam ekosistem akan membentuk rantai makanan bahkan jaring-jaring makanan. Serangga herbivora didominasi oleh ordo Orthoptera, Homoptera, Hemiptera, Lepidoptera, Coleoptera dan Diptera yang merupakan konsumen tingkat I (pertama). Serangga herbivora ini selanjutnya menjadi mangsa bagi kelompok serangga lain yang disebut predator.Serangga predator ini terdiri dari ordo Hymenoptera,dan beberapa anggota


(25)

 

Ordo Diptera (Rizali et al., 2002). Secara umum proses makan dan dimakan (jaring-jaring makanan) dalam ekosistem perkebunan kopi dapat dilihat pada Gambar 1.

2.2 Arthropoda

Arthropoda merupakan filum besar yang anggotanya meliputi 4/5 dari jumlah hewan yang ada. Arthropoda (Yunani: Arthros = sendi / ruas; podos = kaki/tungkai). Tubuh bersegmen, mempunyai kulit keras terbuat dari zat kitin yang berfungsi sebagai eksoskelet. Kulit akan mengalami pengelupasan (eksdisis) dalam interval waktu tertentu, bernafas dengan insang atau trakea. Hidup pada habitat aquatik dan terestrial (Oemarjati & Wisnuwardhana, 1990).

Gambar 1. Jaring-jaring makanan pada agroekosistem perkebunan kopi

Tanaman kopi

Herbivora 1 Herbivora 2 Herbivora 3 Hiperparasitoid

Parasitoid 2 Predator 1 Predator 2 Parasitoid 1


(26)

Filum Arthropoda terdiri dari sepuluh kelas, lima kelas di antaranya merupakan kelas utama yang peranannya besar bagi kehidupan manusia yaitu: Crustacea, Diplopoda, Chilopoda, Insecta, dan Arachnida, sedangkan lima kelas lainnya yaitu Trilobita, Merostoma, Pyenogonida, Pauropoda, dan Symphyla merupakan kelas yang kurang penting dalam kehidupan manusia. Di antara kelas Crustacea, Diplopoda, Chilopoda, Insecta, dan Arachnida, hanya kelas Crustacea yang habitatnya aquatik, sedangkan empat kelas lainnya pada umumnya merupakan organisme terestrial terutama di habitat khusus dalam ekosistem perkebunan (Brotowidjoyo, 1990).

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian beberapa di antaranya berperan sebagai hama dan yang lain bersifat predator, parasitoid, atau musuh alami. Sebanyak 413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi. Jumlah spesies yang sangat banyak ini merupakan bukti bahwa serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya (Siregar, 2000).

Anggota Kelas Diplopoda merupakan hewan terestrial, bergerak lambat, dan umumnya pemakan tumbuhan. Tubuhnya silindris dengan segmentasi yang tampak jelas. Pada setiap segmentasi terdapat sepasang kaki yang letaknya ventral. Antena


(27)

sepasang dan pendek. Memiliki dua buah mata dan setiap mata terdiri dari sekumpulan ocelli. Respirasi kelompok ini dengan trakea (Brotowidjoyo, 1990).

Diplopoda biasanya ditemukan di tempat-tempat lembab di bawah daun-daun, pada tumbuhan, di bawah batu-batuan, pada kayu yang membusuk atau di dalam tanah. Beberapa jenisnya mampu mengeluarkan cairan yang berbau tidak enak melalui lubang-lubang di sisi tubuhnya. Cairan ini kadang-kadang cukup keras untuk membunuh serangga lain. Kelompok hewan ini mampu membuat rongga dalam tanah sebagai tempat meletakkan telurnya. Telur tersebut biasanya berwarna putih dan menetas dalam waktu beberapa minggu. Telur yang baru menetas hanya mempunyai tiga pasang kaki dan kaki selanjutnya akan bertambah pada pergantian kulit selanjutnya (Borror etal, 1996).

Chilopoda merupakan hewan terestrial, karnivora, aktif memakan hewan lain (predator). Tubuhnya pipih dorsoventral segmentasi sangat jelas. Pada tiap segmen terdapat sepasang kaki yang terletak lateral. Memiliki sepasang antena panjang dan sepasang mata yang masing-masing terdiri dari banyak ocelli. Pada segmen tubuh pertama terdapat gigi beracun (Brotowidjoyo, 1990). Kelompok Chilopoda bisa ditemukan pada berbagai tempat, tetapi biasanya terdapat di tempat yang terlindung seperti tanah, di bawah kulit kayu yang membusuk. Chilopoda merupakan hewan yang sangat aktif, cepat larinya dan sebagai pemangsa. Hewan ini memakan kelompok serangga, laba-laba dan hewan-hewan kecil lainnya. Semua kelompok Chilopoda memiliki geraham yang beracun untuk membunuh mangsanya (Borror et al., 1996).


(28)

Arachnida pada umumnya merupakan hewan terestrial namun beberapa ada yang hidup di dalam air, berukuran mikroskopis hingga beberapa centimeter panjangnya. Tubuhnya dibagi menjadi sefalothoraks (kepala dan dada bersatu) dan abdomen (perut). Pada sefalothoraks terdapat enam pasang alat tambahan. Sepasang pertama dengan rahang, sepasang kedua biasanya dengan alat perasa untuk menangkap mangsanya, empat pasang berikutnya merupakan alat untuk berjalan. Pada Arachnida tidak ada antena. Jumlah mata bervariasi, biasanya dengan delapan mata sederhana, bernafas dengan paru-paru buku, trakea atau dengan keduanya (Brotowidjoyo, 1990).

Semua anggota Kelas Arachnida adalah predator serangga. Beberapa laba-laba yang besar kadang-kadang memakan vertebrata yang kecil. Mangsa biasanya dibunuh oleh racun yang disuntikkan ke dalam mangsa dengan cara-cara yang berbeda. Kebanyakan laba-laba menangkap mangsa mereka dalam jaring atau sarang laba-laba. Beberapa jaring ditutupi dengan tetesan bahan kecil yang sangat lengket sebagai tempat menangkap mangsa. Kelas Arachnida memegang peranan penting dalam ekonomi alami karena jumlahnya yang banyak dan sifatnya sebagai predator dapat berfungsi mengontrol jumlah hewan lainnya terutama serangga (Borror et al., 1996).

2.3. Peran Serangga Dalam Agroekosistem

Kelompok serangga herbivor ialah Ordo Homoptera, Hemiptera, Lepidoptera, Orthoptera, Thysanoptera, Diptera, dan Coleoptera. Kelompok serangga karnivor


(29)

terdiri atas predator dan parasitoid umumnya dari Ordo Hymenoptera, Coleoptera, dan Diptera. Ordo Hymenoptera paling banyak sebagai parasitoid, di samping parasitoid lain dari Ordo Diptera, Coleoptera, Hemiptera, dan Odonata (Rizali etal., 2002).

Kelompok serangga parasitoid dari Ordo Hymenoptera yaitu anggota Famili Eulophidae, Scelionidae, Mymaridae, Pteromalidae, dan Encyrtidae merupakan parasitoid telur; dan famili Ichneumonidae, Braconidae, dan Chalcididae merupakan parasitoid larva. Famili Pipunculidae dari Ordo Diptera merupakan parasitoid potensial dari wereng coklat (Kirk-Spriggs, 1990). Predator yang umum dijumpai anggota dari Famili Gerridae dari Ordo Hemiptera, Famili Coccinellidae dari Ordo Coleoptera, Famili Coenagrionidae dari Ordo Odonata dan Famili Formicidae dari Ordo Hymenoptera (Shepard et al., 1991).

Serangga detritivor sangat berguna dalam proses jaring makanan yang ada. Serangga ini membantu menguraikan bahan organik yang ada, hasil uraiannya dimanfaatkan oleh tanaman. Golongan serangga detritivor ditemukan pada Ordo Coleoptera, Diptera dan Isoptera. Famili Leiodidae (Coleoptera), Scarabaeidae (Coleoptera), Termitidae (Isoptera), Blattidae (Orthoptera), Scathophagidae (Diptera) merupakan sebagian dari serangga detritivor yang ditemukan di agroekosistem perkebunan kopi (Odum, 1993).

Menurut Jumar (2000), secara garis besar peranan serangga dalam kehidupan manusia ada dua yakni menguntungkan dan merugikan. Peranan serangga yang menguntungkan antara lain:


(30)

a) Serangga sebagai penyerbuk tanaman.

b) Serangga sebagai penghasil produk (seperti: madu, lilin, sutra). c) Serangga yang bersifat entomofagus (predator dan parasitoid). d) Serangga pemakan gulma.

e) Serangga sebagai bahan penelitian.

sedangkan peranan serangga yang merugikan atau merusak antara lain:

a. Serangga perusak tanaman di lapangan baik buah, daun, ranting, cabang, batang, akar, maupun bunga.

b. Serangga perusak produk dalam simpanan ( hama gudang)

c. Serangga sebagai vektor penyakit bagi tanaman, hewan dan manusia.

Beberapa contoh peranan serangga pada agroekosistem menurut Michael, (1995) dapat dilihat pada Tabel 1.


(31)

Tabel 1. Beberapa contoh serangga yang menguntungkan bagi mahluk hidup.

No Contoh Serangga Peranan

1 Lebah (Apis indica, Ordo Hymenoptera) Penghasil madu 2 Ulat sutra (Bombyx mori, Ordo Lepidoptera) Penghasil sutera 3 Kutu lak (Lacciifer lacca, Ordo Homoptera) Penghasil lak 4 Kupu-kupu raja (Danaus plexipus, Ordo

Lepidoptera)

Penyerbuk bunga 5 Isotomurus palustris (Ordo Collembola) Dekomposer 6 Capung tentara (Orthetrum sabina, Ordo

Odonata)

Predator 7 Kumbang Rodolia cardinalis (Ordo

Lepidoptera)

Memberantas hama tanaman jeruk yaitu Icerya purchasi

8 Antolocus dissifer (Ordo Hemiptera) Memberantas hama tanaman kapas Dysdercus cingulatus

9 Goryphus inferus (Ordo Hymenoptera) Untuk memberantas hama tanaman kelapa Artona

10 Formica sp. (Ordo Hymenoptera) Penyerbuk 11 Xylocopa virginica (Ordo Hymenoptera) Penyerbuk


(32)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Deskripsi Area

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Dairi, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi, sebelah Timur dengan Kabupaten Toba Samosir, sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Singkil. Kabupaten Pakpak Bharat pada umumnya adalah berbukit-bukit dengan kemiringan yang bervariasi dan terletak antara 700-1400 m di atas permukaan laut. Menurut kondisi tanah, Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari: tanah datar 3%, berombak 5%, curam 5%, bergelombang 18%, dan terjal 69%.

Lokasi pengambilan sampel ditentukan di 3 kecamatan yang mewakili dan 15 desa berdasarkan perbedaan ketinggian yaitu Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Tinada dan Kecamatan Siempat Rube dengan masing-masing 5 desa seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Lokasi Penelitian di Kabupaten Pakpak Bharat

Ketinggian (mdpl)

Kerajaan

Kecamatan

Tinada Siempat Rube

A700 Desa Pardomuan Desa Santar Jehe Desa Sirpang Jambu

700B800 Desa Sileuh Desa Prongil Jehe Desa Jambu Buah Rea

800C900 Desa Sarmeme Desa Prongil Julu Desa Kuta Jungak

900D1000 Desa Pengiringen Desa Kuta Babo Desa Mungkur


(33)

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2010 di kebun kopi milik masyarakat Pakpak Bharat di 3 kecamatan dan 15 desa dengan ketinggian berkisar 600-1400 m dpl.

3.3BahandanAlat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan alkohol 40 %, formalin 4%, ether, perkebunan kopi, dan berbagai jenis hewan kelompok Arthropoda. Alat yang digunakan adalah termometer, higrometer, altimeter, soil tester, lup, plastik, pinset, stoples kaca, kapas, perangkap light trap, perangkap pitfall trap, soil termometer, botol filem, tali rafia, sweep net, kuas, buku identifikasi Borror (1990), Chynery (1993) dan alat tulis.

3.4 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Arthropoda Diurnal (Aktif Siang Hari)

A. Metode SweepDibuat sebuah plot ukuran 20 m x 25 m pada lokasi pengamatan kemudian disapukan/dikibaskan jaring sweep net sebanyak 50 kali. Pengambilan sampel dalam plot dilakukan di ke empat sudut dan pusat plot. Jenis Arthropoda yang diperoleh dibunuh dengan memasukkan sampel ke dalam stoples yang berisi kapas dan larutan Ether (pembunuh serangga) kemudian sampel yang sudah mati dimasukkan dalam botol film (untuk jenis kumbang) atau dijepitkan di antara lembaran gabus (untuk jenis kupu-kupu dan ngengat). Pengambilan sampel dilakukan


(34)

 

2 kali ulangan dalam interval waktu 2 minggu. Sampel yang diperoleh kemudian dibawa ke laboratorium untuk identifikasi dengan buku identifikasi Borror et al., (1996), Ananda (1997), Chynery (1993), Hidayat et al., (2001) dan Suhara (2009).

Gambar 2. Plot pengambilan sampel pada metode Sweep net

B. Perangkap Lubang (Pitfall-Trap)

Dibuat transek sepanjang 30 meter pada lokasi pengamatan kemudian dibuat perangkap lobang dengan jarak setiap 5 m (Suin, 2002) berupa bejana terbuka berisi larutan pembunuh sekaligus pengawet Arthropoda yaitu Alkohol 40%. Bejana tersebut ditanam dalam tanah dan permukaan bejana dibuat datar dengan tanah dan tetap dalam keadaan terbuka. Untuk menghindari masuknya air hujan dibuat atap di atas perangkap. Perangkap dipasang mulai pukul 06.00 WIB dan pengambilan sampel dilakukan pada pukul 18.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan 2 kali ulangan dalam interval waktu 2 minggu. Sampel yang diperoleh kemudian dibawa ke laboratorium untuk identifikasi.

20 meter


(35)

 

C. Pengumpulan dengan Baki Pemukul

Cara ini digunakan untuk mengumpulkan hewan-hewan Arthropoda yang biasanya menempel di pohon. Pada plot 20 m x 25 m dipilih 5 batang kopi yang masing-masing terletak disudut dan pusat plot. Selanjutnya direntangkan selembar kain putih (warna kain yang bertentangan dengan warna Arthopoda yang menempel) di sekeliling batang kopi terpilih seluas tajuk batang kopi tersebut. Kemudian diguncang pohon kopi dengan palu atau dengan tangan hingga hewan yang menempel pada pohon kopi tersebut terjatuh ke atas kain putih. Sampel yang diperoleh dikumpulkan dengan menggunakan pinset atau dengan tangan yang sudah dilapisi dengan sarung tangan karet. Sampel kemudian dibunuh dengan cara memasukkannya ke dalam stoples kaca yang telah berisi kapas dan larutan eter. Sampel yang diperoleh kemudian dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.

Gambar 3. Perangkap Lubang (Pitfall Trap) 5 m 5 m

Atap dari plastik

Bejana terbuka


(36)

 

Gambar 4. Plot pengambilan sampel pada metode baki pemukul

3.4.2 Serangga yang Aktif Malam Hari (Nocturnal) A. Perangkap Cahaya (Light Trap)

Untuk serangga yang aktif malam hari ditangkap dengan menggunakan light trap. Pada lokasi pengamatan digantungkan alat light trap di atas pohon dengan tinggi kira-kira 2 meter, digantungkan alkohol 40% yang telah dimasukkan ke dalam plastik di bawah perangkap light trap dan dinyalakan bola lampu. Perangkap dipasang mulai pukul 18.00 WIB dan pengamatan dilakukan pada pukul 06.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan 2 kali ulangan dalam interval waktu 2 minggu. Sampel yang diperoleh kemudian dibawa ke laboratorium untuk identifikasi.

25 meter


(37)

 

B. Perangkap Lubang (Pitfall-Trap)

Prosedur kerja pengambilan sampel serangga nocturnal dengan menggunakan perangkap lubang (Pitfall-Trap) sama dengan diurnal (Gambar 3).

3.4.3 Identifikasi Arthropoda

Hewan Arthropoda yang ditemukan di kebun kopi rakyat Kabupaten Pakpak Bharat diidentifikasi di laboratorium FMIPA USU Medan dengan menggunakan buku

Sumber cahaya

Dinding pengarah

Plastik penampung

Larutan Formalin


(38)

identifikasi karangan Borror et al., (1996); Ananda, (1997); Chynery, (1993); Hidayat

et al., (2001) dan Suhara (2009).

3.5 Pengukuran Faktor Fisik Kimia Lingkungan

Faktor fisik kimia lingkungan yang diukur mencakup: a. Temperatur Udara

Temperatur udara diukur dengan menggunakan termometer air raksa yang digantung selama lebih kurang 10 menit. Kemudian dibaca skala pada termometer tersebut.

b. Temperatur Tanah

Nilai temperatur tanah diukur menggunakan soil termometer dengan menancapkan pada tanah sampai pembacaan pada alat konstan kemudian dibaca angka yang tertera pada alat tersebut.

c. pH Tanah

Nilai pH diukur dengan menggunakan soil tester dengan cara menancapkan

soil tester ke dalam tanah sampai pembacaan pada alat konstan dan dibaca angka yang tertera pada alat tersebut.

d. Kelembaban Udara

Nilai kelembaban udara diukur dengan menggunakan higrometer dengan memasukkan air mineral pada kantong yang terdapat pada bagian belakang alat dan dibiarkan beberapa saat kemudian dihitung nilai kelembaban udaranya.


(39)

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dihitung nilai kepadatan populasi (K), kepadatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), indeks keanekaragaman (H’), dan indeks keseragaman(E) dengan rumus :

a) Kepadatan Populasi (K)

luasplot (m)

spesies suatu individu Jumlah

K 

b) Kepadatan Relatif (KR)

% 100 N ni KR x

 Keterangan:

ni = kelimpahan individu famili i

∑N = total kelimpahan individu seluruh famili ( Brower et al., 1990)

c) Frekuensi (F)

Jumlah totalplot

famili suatu ditempati yang plot Jumlah F

d) Frekuensi Relatif

% 100 Famili seluruh Frekuensi Total famili suatu Frekuensi


(40)

Kriteria nilai Fr: 0 – 25% = Sangat jarang 25 – 50% = jarang

50 – 75% = sering

> 75% = sangat sering (Krebs, 1985)

e) Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener (H’)

Keterangan:

Pi =  ni/N (Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan total jenis) Ln=logaritma natural

Nilai H’ berkisar antara 1 – 3

H’< 1 : keanekaragaman rendah H’ 1-3 : keanekaragaman sedang

H’> 3 : keanekaragaman tinggi (Michael, 1995). f) Indeks Kemerataan (E = Equitabilitas))

Indeks Kemerataan (E) =

- Piln Pi

H'

max H

H'

Keterangan:

H’ = indeks diversitas Shannon-Wienner H maks = keanekaragaman famili maksimum

= ln S (S banyaknya famili dengan nilai E berkisar

antara 0-1)

(Suin, 2002)

g) Analisis Korelasi Pearson

Analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan antar faktor kimia-fisika dengan nilai indeks keanekaragaman Arthropoda. Analisis korelasi dihitung dengan menggunakan sistem komputerisasi SPSS ver. 18.


(41)

Menurut Sarwono (2006), koefisien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan sebaliknya. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel dibuat kriteria sebagai berikut:

a. Jika 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel b. Jika >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah

c. Jika >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup d. Jika >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat

e. Jika >0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat f. Jika 1 : Korelasi sempurna

Berdasarkan kriteria koefisien korelasi yang dibuat oleh Sarwono, intensitas cahaya berkorelasi sangat kuat dan secara keseluruhan faktor lingkungan yang diukur pada penelitian berkisar antara korelasi lemah hingga korelasi sangat kuat (antara 0,07 hingga 0,900)


(42)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keragaman Arthropoda di Kabupaten Pakpak Bharat

Selama penelitian berlangsung di Kabupaten Pakpak Bharat ditemukan 49 famili kelompok Arthropoda yang termasuk ke dalam 10 ordo dan 2 kelas seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Keragaman Arthropoda yang Ditemukan di Kabupaten Pakpak Bharat Selama Penelitian

Sifat Hidup Jumlah

No Kelas Ordo Famili

(Ekor) Diurnal Nocturnal

1 Arachnida Araneae Salticidae 10 √

2 Thomisidae 325 √

3  Insecta Coleoptera Byrrhidae 71 √

4 Cerambycidae 6 √

5 Chrysomelidae 10 √

6 Coccinelidae 19 √ √

7 Erotylidae 25 √

8 Lampyridae 19 √

9 Scarabaeidae 207 √ √

10 Tenebrionidae 41 √

11 Dermaptera Forficulidae 75 √ √

12 Labiduridae 13 √

13 Diptera Asilidae 29 √ √

14 Sarcophagidae 37 √

15 Tabanidae 25 √ √

16 Tipulidae 11 √

17 Hemiptera Alydidae 128 √ √

18 Coreidae 4 √

19 Pentatomidae 16 √

20 Pyrochroidae 15 √

21 Reduviidae 54 √ √

22 Homoptera Cercopidae 12 √


(43)

Lanjutan Tabel 3…

Sifat Hidup No Kelas Ordo Famili Jumlah

Diurnal Nocturnal

24 Membracidae 11 √ √

25 Hymenoptera Apidae 10 √

26 Colletidae 118 √

27 Formicidae 935 √ √

28 Pompilidae 93 √

29 Sphecidae 20 √

30 Tiphiidae 19 √

31 Trigonalidae 6 √

32 Lepidoptera Arctiidae 37 √ √

33 Danaidae 32 √

34 Flatidae 14 √

35 Heliconidae 14 √

36 Lymantriidae 55 √

37 Noctuidae 139 √

38 Pieridae 19 √

39 Pyralidae 147 √ √

40 Satyridae 29 √

41 Sphingidae 30 √

42 Odonata Aeshnidae 32 √

43 Orthoptera Acrididae 153 √ √

44 Blattidae 168 √ √

45 Gryllidae 1420 √ √

46 Gryllotalpidae 14 √ √

47 Mantidae 5 √

48 Oechanthidae 9 √

49 Tettigoniidae 87 √ √

Keragaman Arthropoda yang ditemukan pada kebun kopi masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat tergolong kedalam 2 kelas, 10 Ordo dan 49 famili dari filum Arthropoda. Dari 10 ordo yang ditemukan, ordo Lepidoptera memiliki jumlah famili yang paling besar yaitu 10 famili. Ordo Lepidoptera merupakan salah satu serangga


(44)

yang bermanfaat bagi ekosistem perkebunan karena berperan membantu proses penyerbukan (Ober dan Hayes. 2009). Lepidoptera mempunyai variasi jenis pakan yang banyak atau bersifat polifagus. Pada stadia larva lebih bersifat perusak tanaman. Anggota Lepidoptera pada stadia larva menyerang berbagai jenis dan bagian tanaman yaitu dari bagian akar, batang, ranting, bunga, buah dan biji. Pada stadia imago yang sering disebut kupu-kupu ataupun ngengat memanfaatkan nektar dan sebagai penyerbuk. Dengan banyak jenis tanaman inang yang tersedia untuk pertumbuhan dan perkembangan anggota Lepidoptera di ekosistem perkebunan kopi maka populasi lebih banyak dibandingkan dengan serangga lain.

Secara keseluruhan jumlah tersebut cukup sedikit, menurut Pracaya 1986 )dikarenakan ekosistem perkebunan kopi merupakan salah satu contoh agroekosistem yang banyak dimanipulasi untuk mendapatkan produk pertanian, yang menerima masukan energi bahan pupuk, dan biosida dari para petani untuk memperoleh hasil yang tinggi dari tanaman yang dibudidayakan. Perkebunan kopi menggantikan ekosistem alami dengan ekosistem buatan yang lebih sederhana dan memiliki tingkat keanekaragaman organisme kecil. Menurut Sullivan dan Lia (2008), kelimpahan Arthropoda rendah di perkebunan kopi disebabkan pertahanan kimia alam seperti kafein dan tanin yang terkandung dalam daun kopi. Matahari dan naungan kopi juga berpengaruh terhadap kelimpahan Arthropoda.

Hasil penelitian di perkebunan kopi rakyat kabupaten Pakpak Bharat ditemukan 10 ordo, 49 Famili dari filum Arthropoda, dapat dilihat pada Gambar 6


(45)

 

sampai dengan Gambar 54. Deskripsi tersebut mengacu pada Borror et al., (1996), Ananda (1997), Chynery (1993), Hidayat et al., (2001) dan Suhara (2009).

1.OrdoAraneae

Famili dari ordo Araneae yang ditemukan yaitu:

Famili Salticidae

Laba-laba yang ditemukan berukuran panjang tubuh 9 mm dan lebar 6 mm. Mempunyai sepasang kaki yang berukuran pendek. Permukaan tungkai dan tubuh berambut halus. Bentuk tubuh bulat telur dan berwarna cemerlang. Mata dalam 3 baris (4-2-2), mata tengah sebelah anterior lebih besar dari yang lainnya. Laba-laba kokoh dengan tungkai yang pendek.

Famili Thomisidae

Laba-laba yang ditemukan berukuran panjang tubuh 7 mm dan lebar 1,5 mm, mempunyai 4 pasang kaki dengan 2 pasang kaki anterior lebih gemuk dari 2 pasang kaki posterior. Bentuk tubuhnya seperti kepiting dan berjalan menyamping.

Gambar 6. Famili Salticidae

Gambar 7 Famili Thomisidae


(46)

 

2.Ordo Coleoptera

Famili dari ordo Coleoptera yang ditemukan yaitu:

ili Cerambycidae

Kumbang yang ditemukan berbentuk bulat panjang dengan antenna yang panjang melebihi panjang tubuhnya, panjang tubuh 12 mm dan lebar 3 mm. warna tubuh bagian anterior berbeda dengan bagian posterior. Tarsi 4 ruas dengan ruas ketiga bergelambir dua. Kumbang Cerambycidae banyak ditemukan di bunga-bunga kopi dan bunga-bunga-bung rerumputan.

Famili Byrrhidae

Kumbang yang ditemukan berbentuk seperti pil dengan panjang 8 mm dan lebar 5 mm. kepala dibengkokkan kebawah dan tersembunyi dari atas, koksa kaki belakang yang lebar meluas sampai elytra. Tubuh berwarna merah kehitam-hitaman. Sayap luar keras dan tebal, sayap belakang tipis dan lembut.

Gambar 8. Famili Byrrhidae

Fam

Gambar 9.Famili Cerambycidae


(47)

 

Famili Chrysomelidae

Kumbang yang ditemukan berbentuk bulat telur berukuran panjang 3 mm dan lebar 2 mm. Antena kecil dan pendek. Kumbang ini berwarna hitam dengan bulatan-bulatan kuning di bagian atas sayapnya.

Famili Coccinelidae

Kumbang yang ditemukan berbentuk bulat telur dengan panjang 5 mm dan lebar sama dengan panjangnya. Kumbang ini berwarna kuning dengan bulatan-bulatan hitam di bagian atas sayapnya. Antenna pendek dan tersembunyi dari atas. Kuku-kuku tarsi bergeligi pada bagian dasar.

Famili Erotylidae

Kumbang yang ditemukan berukuran panjang 25 mm dan lebar 8 mm. warna hitam mengkilat, kepala lebih sempit dari pronotum. Mempunyai tarsi sebanyak 5 ruas.

Gambar 10. Famili Chrysomelidae

Gambar 11. Famili Coccinelidae

Gambar 12. Famili Erotylidae


(48)

 

Gambar13. Famili Lampyridae

Famili Lampyridae

Kumbang yang ditemukan berukuran panjang 9 mm dan lebar 4 mm. ruas belakang abdomen dapat menghasilakn cahaya warnanya kekuningkuningan. Kumbang ini sering dikenal dengan kunang kunang tubunya lunak dan memanjang. Pronotum meluas ke depan melewati kepala sehingga kepala tersembunyi dari atas.

Famili Scarabaeidae

Kumbang yang ditemukam berukuran panjang 5 mm dan lebar 3 mm. Tubuh berbentuk bulat telur dengan tarsi 5 ruas antena 8 ruas dan berlembar

Famili Tenebrionidae

Kumbang yang ditemukan berukuran panjang 12 mm dan lebar 3 mm. antena terdiri dari 11 ruas berbentuk benang, mata berlekuk, rongga-rongga koksa depan tertutup. Tubuh berwarrna hitam.

Gambar 14. Famili Scarabaeidae

Gambar 15. Famili Tenebrionidae


(49)

 

3.Ordo Dermaptera

Famili dari ordo Dermaptera yang ditemukan yaitu:

Gambar 16 Famili Forficulidae

Famili Forficulidae

Serangga yang ditemukan berukuran ppanjang 9 mm dan lebar 3 mm. tubuh berwarna hitam kecoklatan, mempunyai antena dengan 12 ruas. Ruas tarsus yang kedua meluas ke arah distal. Perpanjangan distal ruas kedua membesar lebih lebar dari ruas-ruas yang ketiga

Famili Labiduridae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 10 mm dan lebar 2 mm. berwarna hitam kecoklat-coklatan. Tidak terdapat arolium di antara kuku-kuku tarsus, ujung abdomen mempunyai capit yang panjang. Pronotum coklat muda dengan 2 garis longitudinal yang hitam. 4. Ordo Diptera

Famili dari ordo diptera yang ditemukan yaitu:

Famili Asilidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 23 mm dan lebar 3 mm. bagian abdomen sangat panjang meruncing. Thoraks gendut dengan tungkai-tungkai yang kuat dan panjang. Vertex tenggelam, bagian atas kepala cembung antara mata majemuk.

Gambar 17 Famili Labiduridae

Gambar 18. Famili Asilidae


(50)

 

Famili Sarcophagidae

Lalat ini berukuran panjang 9 mm dan lebar 3 mm. Lalat ini mirip dengan lalat hijau tetapi umunya kehitam-hitaman dengan garis-garis thoraks yang kelabu. Mempunyai 4 rambut-rambut dari notopleura dan rambut dari posthameral yang paling belakang terletak di sebelah lateral rambut-rambut dari presutura. Thoraks sering kali dengan garis-garis hitam pada sebuah latar belakang yang kelabu.

Famili Tabanidae

Lalat ini berukuran panjang 7 mm dan lebar 3 mm. antna terdiri dari 5 buah ruas di mana ruas ketiga memanjang. Bentuk tubuh gendut berwarna hitam, mempunyai mata dan kepala besar. Mata berwarna cemerlang atau iridesen. Antena muncul di bawah tengah kepala.

Famili Tipulidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 16 mm lebar 1 mm. tungkai panjang tetapi mudah putus. Sayap panjang dan sempit. Antena terdiri dari 6 ruas yang berartikulasi bebas. Palpus terdiri dari 3 ruas.

Gambar 19. Famili Sarcophagidae

Gambar 20. Famili Tabanidae

Gambar 21. Famili Tipulidae


(51)

 

5.Ordo Hemiptera

Famili ordo Hemiptera yang ditemukan yaitu:

Famili Alydidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 9 mm dan lebar 2 mm. kepala lebar dan hampir sama panjangnya dengan pronotum. Tubuh sempit dan panjang dengan kaki dan antena yang panjang. Serangga ini mampu mengeluarkan bau busuk yang dihasilkan dari lubang bulat yang terletak antara koksa tengah dan belakang.

Famili Coreidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 14 mm lebar 3 mm. Kepala lebih sempit dan lebih pendek daripada pronotam, bukuke (pandangan lateral) meluas ke belakang melewati dasar antena, koksa belakang agak membulat. Serangga kepik ini bertungkai seperti daun, kepik mengeluarkan bau yang dihasilkan oleh kelenjar bau, apabila dipegang atau tersentuh benda keras.

Gambar 22. Famili Alydidae

Gambar 23. Famili Coreidae


(52)

 

Famili Pentatomidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 17 mm dan lebar 10 mm. Kepik berbau busuk, berbentuk bulat telur dan antenanya 5 ruas. Sisi-sisi pronotum dengan satu gigi yang menonjol atau gelambir di muka sudut humerus.

Famili Pyrochroidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 13 mm dan lebar 9 mm. antena bergerigi seperti gergaji. Pronotum kemerah-merahan dengan antena pendek. Mata berukuran besar. Kepala dan pronotum lebih sempit daripada elitra.

Famili Reduviidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 19 mm lebar 6 mm. Kepala memanjang dengan bagian mata seperti leher. Berwarna hitam atau kecoklatan, tetapi banyak yang berwarna cemerlang. Proboscis pendek dan tiga ruas, ujungnya masuk ke dalam suatu lekuk alat pembuat suara di dalam prosternum. Abdomen melebar di bagian tengah, menonjolkan tepi-tepi lateral ruas-ruas di belakang sayap. Kebanyakan jenis bersifat Gambar 24.

Famili Pentatomidae

Gambar 25. Famili Pyrochroidae

Gambar 26. Famili Reduviidae


(53)

 

pemangsa serangga lain dan sedikit menghisap dan menggigit manusia.

6. Ordo Homoptera

Famili dari ordo Homoptera yang ditemukan

Gambar 27. Famili Cercopidae

Famili Cercopidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 5 mm dan lebar 2 mm, merupakan serangga peloncat yang kecil. Tibie belakang dengan 2 duri yang gemuk di sebelah lateral dan 1 mahkota dari duri pendek pada ujung. Kepala tidak tertutup oleh pronotom, muka miring ke belakang.

Famili Cicadellidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 15 mm dan lebar 7 mm. Mata tunggal berada di atas mahkota dan sutura frontalis meluas di atas pinggir kepala sampai ke mata tunggal. Pronotum tidak meluas ke belakang di atas abdomen, tibiae belakang dengan satu deretan duri-duri kecil. Famili Cicadellidae adalah peloncat-peloncat daun yang memakan daun-daun tanaman pelindung dan tanaman kopi.

Gambar 28. FamiliCicadellida


(54)

 

7.Ordo Hymenoptera

Famili dari ordo Hymenoptera yang ditemukan yaitu:

Famili Apidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 16 mm dan lebar 4 mm. Warna tubuh coklat keemasan mempunyai alat penyengat di bagian ujung abdomen. Penyengat seperti jarum yang dapat menyuntik racun ke tubuh musuhnya. Tibiae belakang tanpa taji-taji ujung. Kelompok lebah ini mempunyai palpus-palpus maksila yang menyusut, daerah gena yang lebar, terdapat korbikulae pada tungkai-tungkai belakang dan tidak ada keping pigidium.

Famili Membracidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 4 mm dan lebar 1,5 mm. Pronotum secara melebar meluas ke belakang di atas sayap dan abdomen, secara sempurna menutupi skutellum dan meluas ke tengah sayap, dengan duri duri yang kelihatan melengkung. Probosis tidak meluas sampai kokse belakang. Sayap tersembunyi oleh pronotum.

Gambar 29. Famili Membracidae

Gambar 30. Famili Apidae


(55)

 

Famili Colletidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 21 mm dan lebar 4 mm. Warna tubuh coklat keemasan mempunyai alat penyengat di bagian ujung abdomen. Penyengat seperti jarum yang dapat menyuntikkan racun ke tubuh musuhnya. Lebah ini mempunyai lidah yang pendek dan berujung persegi. Glossa ujungnya rata bergelambir dua, lekuk miring anterior didapatkan pada mesepirternum, frons dengan satu lekuk subantea yang bertemu disi dalam mangkuk antena. Tubuh berambut dengan pita pita yang berambut pucat pada metasoma.

Famili Formicidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 5 mm dan lebar 1,5 mm. Semut ini berwarna hitam dengan gerakan gesit pada ranting-ranting kopi. Pukulan atau goncangan biasa tidak membuat mereka jatuh ke kain berwarna putih yang sudah disiapkan.

Colletidae

Gambar 31. Famili Colletidae

Gambar 32. Famili Formicidae


(56)

 

Famili Pompilidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 5 mm dan lebar 1 mm. Serangga ini disebut tabuhan laba laba. Tubuh ramping dengan tungkai berduri yang panjang, pronotum yang agak segiempat pada pandangan lateral, dan satu lekukan transversal yang menciri melewati mesopkuron, tungkai tungkai belakang panjang, femora belakang meluas sampai ujung metasoma. Tubuh polos dengan sayap tipis kekuning-kuningan. Antena kecil panjang dengan warna yang sama dengan warna sayap.

Famili Sphecidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 7 mm dan lebar 1 mm. Bentuk tubuh ramping, abdomen bagian tengah mengecil dan ujung abdomen belakang membesar. Tubuh relatif polos, dengan semua rambut tidak bercabang. Ruas pertama tarsus belakang serupa lebar dan ketebalannya dengan ruas ruas sisanya. Metasoma seringkali bertangkai, batas posterior pronotum pada pandangan dorsal hampir selalu lurus. Gambar 33.

Famili Pompilidae

Gambar 34. Famili Sphecidae


(57)

 

Famili Tiphiidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 5 mm dan lebar 1,5 mm. Tubuh berwarna kehitaman, berambut dan tungkai-tungkai berduri pendek. Mempunyai lembaran lembaran seperti piring yang meluas di atas dasar dasar kelesa kolesa tengah. Mesosternum dengan 2 perluasan seperti gelambir di belakang yang menonjol, sebagian menutupi dasar dasar koksa tengah. Sayap belakang dengan satu gelambir jugum.

Gambar 36 Famili Trigonalidae

Famili Trigonalidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 21 mm dan lebar 3 mm. Abdomen bagian tengah mengecil dan membesar pada bagian ujungnya. Antena sangat panjang dengan 16 ruas yang warnanya cemerlang. Bentuk tubuh agak gendut, dengan warna yang cerah.

8. Ordo Lepidoptera

Famili dari ordo Lepidoptera yang ditemukan yaitu:

Famili Arctiidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 17 mm dan lebar 6 mm. Ngengat ini berwarna gelap tetapi sayapnya berwarna cerah. Mempunyai antena yang panjang Gambar 35.

Famili Tiphiidae

Gambar 37. Famili Arctiidae


(58)

 

berwarna hitam. Terdapat bintik bintik hitam pada sayap yang bentuknya tidak teratur. Ngengat ngengat ini terutama aktif pada waktu malam hari, menempatkan sayap seperti atap di atas tubuh.

Famili Danaidae

Kupu-kupu besar dengan panjang 20 mm dan lebar 2 mm dengan sayap yang sangat lebar. Antena sangat panjang, tungkai tungkai depan sangat kecil tanpa kuku, dan tidak dipakai ketika berjalan. Radius pada sayap depan bercabang lima, sel diskal tertutup oleh rangka-rangka sayap yang berkembang baik. Warna tubuh hitam dengan sayap didominasi oleh warna kuning. Sekeliling sayap ditutupi oleh garis besar warna hitam.

Famili Flatidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 16 mm dan lebar 4 mm dengan sayap tipis menutupi seluruh abdomen. Tubuh berwarna agak gelap, ukuran kecil sampai sedang, pada umunya aktif malam hari namun beberapa aktif siang hari. Pada umunya makan daun tanaman herba sehingga sering sangat merusak tanaman pertanian.

Gambar 38.

Famili Danaidae

Gambar 39 Famili Flatidae


(59)

 

  Famili Heliconidae

Sel tambahan pada sayap depan lebih kecil, kurang dari separuh panjang sel diskal, atau tidak ada, verteks bersisik halus, perangka sayapan sayap belakang sangat menyusut, ujung sayap depan tertarik keluar. Tarsi belakang berambut dan mudah patah bagian ujung ruasnya, palpus biasanya pendek. 

Famili Lymantriidae

Ngengat yang ditemukan berukuran panjang 16 mm dan lebar 3 mm. Sayap berwarna kuning dapat dikembangkan melebar disisi tubuh. Thorax lebih besar dari abdomen . Tidak mempunyai mata tunggal dan memiliki areola dasar pada sayap belakang. Ngengat ini merupakan hama serius pada pohon pelindung. (Borror et al., 1996)

Famili Noctuidae

Ngengat yang ditemukan berukuran panjang 7 mm dan lebar 2 mm. Sayap depan agak menyempit dan sayap belakang melebar. Antena seperti rambut dan pada dorsum thorax terdapat sisik sisik. Palpus labialis lebih panjang, meluas sampai tengah muka atau dibelakangnya Gambar 40.

Famili Heliconidae

Gambar 41. Famili Lymantriidae

Gambar 42. Famili Noctuidae


(60)

 

Famili Pyralidae

Kupu-kupu yang ditemukan berukuran panjang 13 mm dan lebar 3 mm. Sayap panjang melebihi ukuran tubuhnya berwarna kuning dengan bentangan yang luas. Mempunyai organ organ tympanum abdomen dan sebuah proboscis yang bersisik. Sayap depan memanjang dan berbentuk segitiga, dengan kubitus yang tampak empat cabang dan sayap sayap belakang biasanya lebar.

  Famili Pieridae

Kupu-kupu yang ditemukan berukuran panjang 16 mm dan lebar 3 mm. Sayap panjang melebihi ukuran tubuhnya, berwarna coklat dengan gumpalan gumpalan warna kuning muda seperti huruf V. Radius pada sayap depan bercabang tiga. Tungkai depan berkembang dengan baik dan kuku kuku tarsus terbelah dua. Antena seperti rambut yang panjang menjulang di atas kepala. Pieridae

Gambar 43. Famili Pieridae

Gambar 44. Famili Pyralidae


(61)

 

Famili Satyridae

Kupu-kupu yang ditemukan berukuran panjang 25 mm dan lebar 3 mm. Sayap lebar berwarna hitam berbintik-bintik putih dipinggir dan pada bagian tengah warna kuning dan putih yang lebar dengan garis garis hitam dari toraks menuju sisi bawah sayap. Radius pada sayap depan lima cabang dan beberapa rangka pada sayap depan agak menggembung di dasar. Sayap depan agak segitiga. Antena menggembung pada bagian ujung tetapi tidak secara jelas menjendol.

Famili Sphingidae

Ngengat yang ditemukan berukuran panjang 21 mm dan lebar 5 mm. Sayap sempit dan panjang dengan bentangan sayap yang panjang. Tubuhnya agak berbentuk kumparan, meruncing dan melancip ke kedua arah anterior dan posterior. Antena menebal di bagian tengah subkosta dan radius pada sayap belakang dihubungkan oleh satu rangka sayap melintang kira-kira berhadapan dengan sel diskal. Probosis panjang, lebih panjang dari tubuhnya.

Gambar 45. Famili Satyridae

Gambar 46 . Famili Sphingidae


(62)

 

9. Ordo Odonata

Famili dari ordo Odonata yang ditemukan yaitu:

Famili Aeshnidae

Capung yang ditemukan berukuran panjang 53 mm dan lebar 4 mm. Tubuh ramping dengan abdomen mengecil di bagian tengah, hanya berukuran 1 mm. Sayap tipis dengan ukuran sayap depan hampir sama dengan sayap belakang. Mata majemuk besar hampir menutupi kepala. Antena kecil seperti rambut.

10. Ordo Orthoptera

Famili dari ordo Orthoptera yang ditemukan yaitu: Famili Mantidae

Belalang sem ukan berukuran panjang 25

mm dan lebar 2 aks sangat memanjang hampir separuh digerakkan menempel pada

depan sangat panjang dan dan mobil Fem iae diperlengkapi dengan duri

untuk menangkap korban. Mempunyai antenna yang panjang. Kepala dengan bebas

dapat bergerak.

Gambar 47. Famili Aeshnidae

bah yang ditem mm. Protor panjang tubuhnya dapat pada pterotoraks. Koksa koksa ora depan dan tib duri yang kuat dan cocok Gambar 48.


(63)

 

Famili Acrididae

Serangga yang diemukan berukuran panjang 12 mm dan lebar 3 mm. Belalang bersungut pendek, ukuran antenna lebih pendek dari tubuh. Organ pendengaran (timpana) terletak pada sisi-sisi ruas abdomen pertama. Warna tubuh kelabu. Tarsi 3 ruas dan alat perteluran pendek.

Famili Blattidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 9 mm dan lebar 3 mm. Berwarna hitam dengan garis merah pada pertemuan kedua sayap luarnya. Tubuh pipih dan oral. Kepalanya tersembunyi di bawah pronotum. Tungkai depan dan belakang sama dan ramping dan mempunyai tarsi 5 ruas. Cerci beruas banyak. Mengeluarkan suatu cairan berbau ketika ditangkap. (Ananda; 1997)

Famili Gryllidae

Cengkirik atau jangkrik yang ditemukan berukuran panjang 8 mm dan lebar 4 mm. Berwarna cokelat dengan bentuk tubuh gemuk. Mempunyai antena panjang yang melancip, organ organ pembuat suara pada sayap depan. Organ pendengar pada tibiae muka, alat perteluran (ovipositor) seperti jarum dan sayap depan membengkok ke bawah. Gambar 49.

Famili Acrididae

Gambar 50 . Famili Blattidae

Gambar 51. Famili Gryllidae


(64)

 

Sera ukan berukuran panjang 23 mm dan lebar 3 mm but berukuran panjang. Mata

anjang, horizontal tibia berwarna h

Fam

Antenna yang panjang seperti ram pat, organ pendengaran terletak pada dasar tibia depan dan ovipositor

b sebelah lateral. Kebanyakan buhan.

Famili Gryllotalpidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 6 mm dan lebar 2 mm. Tubuh berwarna kecoklat-coklatan, dengan antena yang pendek dan tungkai depannya lebar berbentuk sekop. Mempunyai timpanum pada tibia depan dan torsi 3 ruas. Gambar 52.

Famili Gryllotalpidae

Famili Oechanthidae ngga yang ditem

. Antena seperti ram tunggal tidak ada, kepala mem

ijau pucat. Gambar 53. Famili

Oechantidae

ili Tettigoniidae

but, tarsi beruas em

aran pedang di gepeng seperti lem

jenis makan tum Gambar 54.

Famili Tettigoniidae


(65)

4.2 Nilai Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan Frekuensi Kehadiran (FK) Individu pada Masing-Masing Ketinggian di Kabupaten Pakpak Bharat

4.2.1 Arthropoda Aktif Malam Hari (Nocturnal)

Arthropoda yang aktif dimalam hari (Nocturnal) di perkebunan kopi rakyat Kabupaten Pakpak Bharat ditemukan sebanyak 36 Famili dengan Famili Gryllidae mempunyai kepadatan tertinggi. Nilai kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan Frekuensi Kehadiran (FK) dapat dilihat pada Tabel 4.

Dari Tabel 4, diketahui bahwa nilai kepadatan tertinggi pada ketinggian <700 m dpl terdapat pada famili Gryllidae sebesar 20000 individu/Ha dan terendah terdapat pada famili Cerambycidae, Gryllotalpidae, Oechantidae, Tenebrionidae dan Pentatomidae masing-masing sebesar 220 individu/Ha. Nilai Kepadatan tertinggi pada ketinggian 700-800 m dpl terdapat pada famili Gryllidae sebesar 40670 individu/Ha, terendah pada famili Tabanidae sebesar 220 individu/Ha. Nilai kepadatan tertinggi pada ketinggian 800-900 m dpl terdapat pada famili Gryllidae sebesar 19560 individu/Ha, terendah pada famili Acrididae, Coccinellidae dan Flatidae masing-masing sebesar 220 individu/Ha. Pada ketinggian 900-1000 m dpl, kepadatan individu tertinggi terdapat pada famili Gryllidae sebesar 62.890 individu/Ha, terendah pada famili Cercpidae, Coreidae, Lampyridae, Membracidae, dan Tettigoonidae sebesar 440 individu/Ha. Nilai kepadatan tertinggi pada ketinggian > 1000 m dpl terdapat pada famili Formicidae sebesar 25.330 individu/Ha, terendah pada famili Asilide, Ciccadellidae, dan Erotylidae sebesar 440 individu/Ha. Secara


(66)

 

keseluruhan di Kabupaten Pakpak Bharat kelompok Arthropoda yang mendominasi adalah famili Gryllidae dan Formicidae.


(67)

Tabel 4. Nilai Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan Frekuensi Kehadiran (FK) Arthropoda Nocturnal pada Masing-Masing Ketinggian di Kabupaten Pakpak Bharat

Ketinggian < 700 mdpl Ketinggian 700-800 m

dpl

Ketinggian 800-900 m

dpl Ketinggian 900-1000 m dpl Ketinggian > 1000 m dpl

N

o Famili K

(individu/ Ha)

KR

(%) FR (%)

K (indivi du/Ha) KR (%) FR (%) K (indivi du/Ha) KR (%) FR (%) K (indivi du/Ha) KR (%) FR (%) K (indivi du/Ha) KR (%) FR (%)

1 Acrididae 890 1,201 2.9 4670 3,431 3.8 220 0,221 1.1 3330 1,732 2.8 890 0,873 2.7

2 Alydidae 670 0,901 4.3 3330 2,451 6.4 2220 2,207 4.5 7560 3,926 4.6 12220 12,008 6.7

3 Arctiidae 670 0,901 2.9 1330 0,980 2.6 670 0,662 1.1 1330 0,693 3.7 670 0,655 2.7

4 Asilidae 670 0,901 2.9 220 0,163 1.3 890 0,883 2.2 440 0,437 1.3

5 Blattidae 7110 9,610 7.1 6670 4,902 5.1 3560 3,532 6.2 4890 2,540 4.6 890 0,873 4.0

6 Byrrhidae 1330 1,802 5.7 670 0,490 1.3 2670 2,649 3.4 9780 5,081 5.5 1330 1,310 5.3

7 Cerambycidae 220 0,300 1.4 440 0,441 2.2 670 0,655 1.3

8 Cercopidae 440 0,327 2.6 1780 1,766 1.1 440 0,231 1.8

9 Cicadellidae 1560 1,144 2.6 1110 1,104 3.4 1780 0,924 3.7 440 0,437 2.7

10 Coccinelidae 220 0,221 1.1 0.0

11 Colletidae 3110 4,204 4.3 6220 4,575 7.7 1110 1,104 3.4 13330 6,929 5.5 2440 2,402 5.3

12 Coreidae 440 0,601 2.9 440 0,231 1.8

13 Erotylidae 890 1,201 1.4 670 0,662 3560 1,848 440 0,437 1.3

14 Flatidae 1560 1,144 1.3 220 0,221 1.1 1780 1,747 2.7

15 Forficulidae 3110 4,204 7.1 670 0,490 2.6 670 0,662 3.4 1330 0,693 4.6 890 0,873 5.3

16 Formicidae 12440 16,817 8.6 23560 17,320 7.7 18220 18,101 5.6 11560 6,005 5.5 25330 24,890 8.0

17 Gryllidae 20000 27,027 8.6 40670 29,902 7.7 19560 19,425 6.7 62890 32,680 5.5 19110 18,777 6.7

18 Gryllotalpidae 220 0,300 1.4 670 0,490 3.8 220 0,221 1.1 890 0,462 2.8

19 Lampyridae 440 0,601 1.4 670 0,490 1.3 2670 2,649 3.4 440 0,231 1.8

20 Lymantriidae 440 0,601 1.4 440 0,327 2.6 2440 2,428 3.4 6670 3,464 5.5 2220 2,183 5.3

21 Membracidae 670 0,490 1.3 440 0,441 2.2 440 0,231 1.8


(68)

Lanjutan Tabel 4…

Ketinggian < 700 mdpl Ketinggian 700-800 m dpl Ketinggian 800-900 m

dpl

Ketinggian 900-1000 m

dpl Ketinggian > 1000 m dpl

Famili K

(individu/ Ha) KR (%) FR (%) K (individu/ Ha) KR (%) FR (%) K (individ u/Ha) KR (%) FR (%) K (individu /Ha) KR (%) FR (%) K (individu/ Ha) KR (%) FR (%)

Oechanthidae 220 0,300 1.4 1780 1,747 2.7

Pentatomidae 220 0,300 1.4 1110 0,817 1.3 890 0,462 3.7 1330 1,310 5.3

Pompilidae 2220 3,003 2.9 3110 2,288 3.8 8890 8,830 4.5 3110 1,617 3.7 3330 3,275 2.7

Pyralidae 2890 3,904 4220 3,105 1.3 2670 2,649 2.2 12890 6,698 2.8 1330 1,310 2.7

Pyrochroidae 1780 1,307 2.6 670 0,662 2.2 0.0 890 0,873 2.7

Reduviidae 1110 1,502 2.9 3560 2,614 4.5 1110 1,104 2.8 1780 0,924 3.7 1780 1,747 2.7

Scarabaeidae 3110 4,204 7.1 3330 2,451 7.1 10220 10,154 6.7 11560 6,005 3.7 8440 8,297 4.0

Sphingidae 440 0,601 440 0,441 1.1 5780 3,002 0.9

Tabanidae 220 0,163 1.3 440 0,441 1.1

Tenebrionidae 220 0,300 1.4 890 0,654 2.6 1780 1,766 3.4 4890 2,540 5.5 1330 1,310 2.7

Tettigoonidae 1560 2,102 2.9 440 0,441 2.2 440 0,231 1.8

Thomisidae 6220 8,408 7.1 17110 12,582 7.7 4890 4,856 6.7 6440 3,349 5.5 8220 8,078 8.0

Tiphiidae 670 0,490 1.3 890 0,883 2.2 2670 1,386 1.8


(69)

(70)

Semut menyukai dompolan buah kopi sebagai sarang dan bertelur di sana . setelah buah masak maka glukosa yang dihasilkan buah menjadi makanan bagi anak anak semut yang baru menetas. Borror (1996), menyatakan kelompok semut (Formicidae) adalah kelompok yang sangat umum, menyebar luas, dan paling sukses dari semua kelompok serangga. Semut ini praktis terdapat dimana-mana dan berkoloni sehingga jumlah individunya melebihi jumlah individu kebanyakan hewan-hewan darat lainnya.

Gryllidae adalah hewan pemakan tanaman (phytopagus), kelompok gryllidae (cengkerik/jangkerik) banyak ditemukan di lokasi penelitian disebabkan kebun kopi rakyat banyak ditumbuhi gulma dan semak. Lingkungan bersemak dan banyak gulma sangat cocok untuk kehidupan cengkerik. Gryllidae ditemukan di semua ketinggian dalam penelitian dengan kepadatan tinggi disebabkan faktor lingkungan yang mendukung perkembangbiakannya. Gryllidae meletakkan telur di dalam tanah,semak semak atau gulma di kebun kopi. Intensitas cahaya,suhu, curah hujan,kelembaban dan gulma berinteraksi mendukung perkembangan gryllidae. Hujan yang deras adalah lingkungan yang tidak sesuai bagi gryllidae,tetapi gulma dan semak melindunginya dari lingkungan yang basah itu. Gulma juga melindunginya dari burung predator. Kebun kopi yang bersemak memberikannya lingkungan yang teduh ,gelap,lembab dan tidak terkena sinar matahari secara langsung (BPPT, 2000).

4.2.2 Serangga Aktif Siang Hari (Diurnal)

Arthropoda yang aktif di siang hari (Diurnal) di perkebunan kopi rakyat Kabupaten Pakpak Bharat diperoleh 31 famili dari 5 ketinggian, dengan famili


(71)

Gryllidae mempunyai nilai kepadatan tertinggi. Nilai kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran (FK) dapat dilihat pada Tabel 5. Untuk serangga yang aktif siang hari, nilai Kepadatan tertinggi pada ketinggian <700 m dpl terdapat pada famili Gryllidae sebesar 36.220 individu/Ha dan terendah terdapat pada famili Salticidae sebesar 440 individu/Ha. Nilai Kepadatan tertinggi pada ketinggian 700-800 m dpl terdapat pada famili Gryllidae sebesar 56.220 individu/Ha, terendah pada famili Sarcophagidae sebesar 220 individu/Ha. Populasi jangkrik atau cengkerik besar di kebun kopi rakyat Kabupaten Pakpak Bharat karena habitatnya bersemak. Siklus hidup jangkrik ± 3 bulan, dalam siklus hidupnya jangkrik betina mampu memproduksi lebih dari 500 butir telur dengan daya tetas 80-90% apabila tersedia cukup makanan. Habitatnya di lokasi yang teduh, gelap, lembab, jauh dari kebisingan, tenang dan tidak terkena sinar matahari secara berlebihan (BPPT, 2000). Habitat tersebut terdapat pada kebun kopi rakyat Kabupaten Pakpak Bharat yang bergulma.

Nilai kepadatan tertinggi pada ketinggian 800-900 m dpl terdapat pada famili Formicidae sebesar 23.330 individu/Ha, terendah pada famili Apidae sebesar 440 individu/Ha. Pada ketinggian 900-1000 m dpl, kepadatan individu tertinggi terdapat pada famili Gryllidae sebesar 32.220 individu/Ha, terendah pada famili Pieriidae sebesar 220 individu/Ha. Nilai kepadatan tertinggi pada ketinggian > 1000 m dpl terdapat pada famili Formicidae sebesar 17.560 individu/Ha, terendah pada famili Chrysomelidae, Pieridae dan Satyridae masing-masing sebesar 440 individu/Ha. Secara keseluruhan di Kabupaten Pakpak Bharat kelompok Arthropoda yang mendominasi adalah famili Gryllidae dan Formicidae.


(72)

 

Hal ini dikarenakan kelompok Formicidae (Semut) merupakan kelompok hewan yang selalu berkoloni sehingga jumlahnya selalu banyak ditemukan di alam dan kelompok Gryllidae (Cengkerik) merupakan kelompok serangga herbivora (pemakan tumbuhan) yang senang pada habitat yang bersemak (Borror. 1996).

Tarumingkeng (2000), menyebutkan bahwa serangga sosial (jenis-jenis semut, lebah dan rayap), dalam siklus energi memiliki peran sampai 4 kali lipat bila dibandingkan dengan jenis-jenis vertebrata. Famili Formicidae (semut) memiliki cara hidup yang sama dengan jenis Termitidae (rayap), yaitu hidup berkoloni dan tersusun atas kasta-kasta. Wallwork (1976), mengatakan bahwa Formicidae dapat mencapai 70 % dari populasi fauna tanah tropika, sehingga famili ini dapat dijumpai dalam jumlah yang banyak.


(1)

Lampiran 7. Contoh Perhitungan

1. Kepadatan (K)

Misalnya kepadatan Famili Acrididae yang aktif siang hari pada ketinggian < 700 m dpl.

K=

45

29

= 0,644 ind/ m

2

,

dimana 29 adalah jumlah individu famili Acrididae dan 45 adalah luas plot pengambilan sampel.

2. Kepadatan Relatif (KR)

KR =

100

%

622

,

9

644

,

0

x

= 6,698 %

Dimana 9,622 adalah nilai total Kepadatan (K) seluruhnya

3. Frekuensi Kehadiran (FK)

FK =

100

%

2

1

x

= 50 %


(2)

H’=

6433 433 6 433

4 433 4 433 29 433

29

ln

ln

...

ln

(

= 2,185

5. Indeks Kemerataan (Equitabilitas = E)

Hmaks = ln 21 = 3,044

E =

044

,

3

185

,


(3)

   

Lampiran 8. Data Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan Frekuensi (F) populasi Arthropoda

A. Arthropoda Aktif Malam Hari (Nokturnal)  

Ketinggian < 700 mdpl Ketinggian 700-800 m dpl Ketinggian 800-900 m dpl

Ketinggian 900-1000 m dpl

Ketinggian > 1000 m dpl

No Famili K (individu//

Ha)

KR (%)

F K

(indivi du/Ha)

KR (%)

F K

(indivi du/Ha)

KR (%)

F K

(indivi du/Ha)

KR (%)

F K

(indivi du/Ha)

KR (%)

F 1 Acrididae 890 1,201 33.34 4670 3,431 50 220 0,221 16.7 3330 1,732 50 890 0,873 33.3 2 Alydidae 670 0,901 50 3330 2,451 83.3 2220 2,207 66.7 7560 3,926 83.3 12220 12,008 83.3

3 Arctiidae 670 0,901 33.33 1330 0,980 33.3 670 0,662 16.7 1330 0,693 66.7 670 0,655 33.3

4 Asilidae 670 0,901 33.34 220 0,163 16.6 890 0,883 33.3 440 0,437 16.7

5 Blattidae 7110 9,610 83.34 6670 4,902 66.6 3560 3,532 91.7 4890 2,540 83.3 890 0,873 50.0 6 Byrrhidae 1330 1,802 66.67 670 0,490 16.7 2670 2,649 50 9780 5,081 100 1330 1,310 66.7

7 Cerambycidae 220 0,300 16.67 440 0,441 33.3 670 0,655 16.7

8 Cercopidae 440 0,327 33.3 1780 1,766 16.7 440 0,231 33.3

9 Cicadellidae 1560 1,144 33.3 1110 1,104 50 1780 0,924 66.7 440 0,437 33.3

10 Coccinelidae 220 0,221 16.7

11 Colletidae 3110 4,204 50 6220 4,575 100 1110 1,104 50 13330 6,929 100 2440 2,402 66.7

12 Coreidae 440 0,601 33.33 440 0,231 33.3

13 Erotylidae 890 1,201 16.67 670 0,662 3560 1,848 440 0,437 16.7

14 Flatidae 1560 1,144 16.6 220 0,221 16.7 1780 1,747 33.3

15 Forficulidae 3110 4,204 83.34 670 0,490 33.3 670 0,662 50.0 1330 0,693 83.3 890 0,873 66.7 16 Formicidae 12440 16,817 100 23560 17,320 100 18220 18,101 83.3 11560 6,005 100 25330 24,890 100 17 Gryllidae 20000 27,027 100 40670 29,902 100 19560 19,425 100 62890 32,680 100 19110 18,777 83.3 18 Gryllotalpidae 220 0,300 16.67 670 0,490 50 220 0,221 16.7 890 0,462 50

19 Lampyridae 440 0,601 16.67 670 0,490 16.6 2670 2,649 50 440 0,231 33.3


(4)

B. Lanjutan Nokturnal… 

Ketinggian < 700 mdpl Ketinggian 700-800 m dpl Ketinggian 800-900 m dpl

Ketinggian 900-1000 m dpl

Ketinggian > 1000 m dpl

No Famili K (individu//H

KR (%)

F K

(individu/Ha) KR (%)

F K

(individu /Ha)

KR (%)

F K

(indivi du/Ha)

KR (%)

F K

(indivi du/Ha)

KR (%)

F a

23 Oechanthidae 220 0,300 16.7 1780 1,747 33.3

24 Pentatomidae 220 0,300 16.7 1110 0,817 16.7 890 0,462 66.7 1330 1,310 66.7 25 Pompilidae 2220 3,003 33.3 3110 2,288 50 8890 8,830 66.7 3110 1,617 66.7 3330 3,275 33.3 26 Pyralidae 2890 3,904 4220 3,105 16.7 2670 2,649 33.3 12890 6,698 50.0 1330 1,310 33.3

27 Pyrochroidae 1780 1,307 33.3 670 0,662 33.3 890 0,873 33.3

Reduviidae 1110 1,502 33.3 3560 2,614 58.3 1110 1,104 41.7 1780 0,924 66.7 1780 1,747 33.3 29 Scarabaeidae 3110 4,204 83.3 3330 2,451 91.7 10220 10,154 100 11560 6,005 66.7 8440 8,297 50

30 Sphingidae 440 0,601 440 0,441 16.7 5780 3,002 16.7

31 Tabanidae 220 0,163 16.7 440 0,441 16.7

32 Tenebrionidae 220 0,300 16.7 890 0,654 33.3 1780 1,766 50 4890 2,540 100 1330 1,310 33.3 33 Tettigoonidae 1560 2,102 33.3 440 0,441 33.3 440 0,231 33.3

34 Thomisidae 6220 8,408 83.3 17110 12,582 100 4890 4,856 100 6440 3,349 100 8220 8,078 100 35 Tiphiidae 670 0,490 16.7 890 0,883 33. 2670 1,386 33.3


(5)

Arthropoda Aktif Siang Hari (Diurnal)   

Ketinggian < 700 mdpl

Ketinggian 700-800 m dpl

Ketinggian 800-900 m dpl

Ketinggian 900-1000 m

dpl Ketinggian > 1000 m dpl No

Famili K (indivi du/Ha

KR (%)

FK (%)

K (indivi du/Ha)

KR (%)

FK (%)

K (individ

u/Ha)

KR (%)

FK (%)

K (indivi du/Ha)

KR (%)

FK (%)

K (individ

u/Ha) KR (%)

FK (%) )

1 Acrididae 6440 6,698 58.3 6890 4,777 83.3 890 1,064 33.3 5330 4,969 58.3 4440 6,369 83.3 2 Aeshnidae 890 0,924 33.3

 

 

1780 2,128 66.7 2440 2,278 33.3 2000 2,866 66.7 3 Alydidae 1110 1,155 66.7 5330 3,698 33.3 2440 2,925 66.7 4000 3,727 66.7 2000 2,866 66.7

4 Apidae 890 0,924 33.3 440 0,532 50.0 670 0,621 33.3 440 0,637 33.3

5 Arctidae

 

3560 3,313 16.7

6 Asilidae 890 0,924 33.3

 

 

3330 3,989 66.7

 

7 Blattidae 2440 2,540 33.3 4220 2,928 100 2670 3,191 33.3 1330 1,242 66.7 1330 1,911 33.3

8 Chrysomelidae 1110 1,155 100 670 0,621 50.0 440 0,637 16.7

9 Cicadellidae

 

 

2440 2,278 33.3 1780 2,548 33.3

10 Coccinelidae

 

 

4000 4,787 66.7

11 Danaidae

 

3110 2,157 66.7 3330 3,989 58.3 670 0,621 33.3

 

12 Dermaptera

 

2440 1,695 50.0 1110 1,592 33.3

13 Forficulidae 3780 3,926 33.3

 

890 0,616 66.7 1110 1,330 66.7 2220 2,070 66.7 2000 2,866 33.3 14 Formicidae 18670 19,400 83.3 40220 27,889 66.7 23330 27,924 66.7 16890 15,735 66.7 17560 25,158 33.3 15 Gryllidae 36220 37,645 100 56220 38,984 100 14220 17,020 100 32220 30,022 83.3 13110 18,789 50.0


(6)

Lanjutan Diurnal…

Ketinggian < 700 mdpl

Ketinggian 700-800 m dpl

Ketinggian 800-900 m dpl

Ketinggian 900-1000 m

dpl Ketinggian > 1000 m dpl No Famili K

(individ u/Ha)

KR (%)

FK (%)

K (individu

/Ha)

KR (%)

FK (%)

K (individ

u/Ha)

KR (%)

FK (%)

K (indivi du/Ha)

KR (%)

FK (%)

K( individ

u/Ha)

KR (%)

FK (%)

19 Membracidae

 

 

890 0,828 50.0

20 Pieridae 1330 1,386

 

 

2220 2,659 50.0 220 0,207 16.7 440 0,637 50

21 Pyralidae 2000 2,079 50 2440 1,695 33.3 2670 3,191 50.0 1560 2,229 16.7

22 Reduviidae 670 0,693 16.7 670 0,621 16.7 1330 1,911 33.3

23 Salticidae 440 0,462 33.3 440 0,308 100

 

890 0,828 33.3 440 0,637 33.3 24 Sarcophagidae 33.3 220 0,154 33.3 670 0,798 50.0 7330 6,833 33.3

25 Satyridae 2670 2,771

 

1560 1,079 16.7 670 0,798 33.3 1110 1,035 66.7 440 0,637 16.7 26 Scarabaeidae 2670 2,771 83.3 2670 1,849 50.0 3330 3,989 33.3 3110 2,899 33.3 2440 3,503 33.3 27 Sphecidae 1330 1,386 50 1330 0,925 50.0 670 0,621 50.0 1110 1,592 50.0 28 Tabanidae 33.3 890 0,616 33.3 3330 3,989 50.0 440 0,414 33.3 670 0,955 33.3 29 Tettigoonidae 2890 3,002

 

890 0,616 83.3 5110 6,117 66.7 3560 3,313 50.0 4440 6,369 66.7 30 Thomisidae 7560 7,852 66.7 12890 8,937 33.3 8000 9,574 50.0 15560 14,493 66.7 7560 10,828 66.7