Anatomin Daerha Bahu dan Lengan Atas Landak Jawa (Hystrix javanica)

ABSTRAK
HALIM BAKTI HARJO. Anatomi Otot Daerah Bahu dan Lengan Atas Landak
Jawa (Hystrix javanica). Dibimbing oleh SUPRATIKNO dan SRIHADI
AGUNGPRIYONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati karakteristik struktur otot-otot
daerah bahu dan lengan atas landak jawa yang dibandingkan dengan hewan
domestik yang memiliki kemiripan secara anatomi, filogenetik, dan perilaku.
Penelitian ini menggunakan dua kadaver landak jawa yang telah difiksasi dalam
formalin 10%. Pengamatan otot-otot daerah bahu dan lengan atas dilakukan setelah
kulit disayat dan dikuakkan meliputi struktur, origo, dan insersio dari masingmasing otot. Hasil pengamatan didokumentasi menggunakan kamera dan diedit
menggunakan perangkat lunak Adobe Photosop CS3®, penamaan dilakukan
berdasarkan Nomina Anatomica Veterinaria 2012. Otot-otot daerah bahu dan
lengan atas yang ditemukan pada landak jawa terdiri atas m. cutaneus, m. trapezius,
m. rhomboideus, m. brachiocephalicus, m. latissimus dorsi, m. serratus ventralis,
m. deltoideus, m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. subscapularis, m. teres major,
m. coracobrachialis, m. pectoralis superficialis, m. pectoralis profundus, m. triceps
brachii, m. tensor fascia antebrachii, m. brachialis, dan m. biceps brachii. Hasil
pengamatan menunjukkan landak jawa memiliki struktur otot daerah bahu dan
lengan atas yang secara umum mirip dengan anjing dan trenggiling. Beberapa otot
yang memiliki keunikan pada landak jawa antara lain m. cutaneus, m. trapezius,
m. serratus ventarlis, dan m. teres minor. Perbedaan ini diduga sebagai hasil

adaptasi terhadap lingkungan, perilaku, dan bentuk tubuh landak jawa.
Kata kunci: Bahu, landak jawa, lengan atas, otot

ABSTRACT
HALIM BAKTI HARJO. The Anatomy of the Shoulder and Arm Muscles of the
Javan Porcupine (Hystrix javanica). Under direction of SUPRATIKNO dan
SRIHADI AGUNGPRIYONO.
The study was aimed to observe the characteristic of javan porcupine shoulder
and arm muscles and to compare with other animals which have similiarity on
anatomy, phylogenetic, and behaviour. The study used two cadaver of javan
porcupine that had been preserved in 10% formaline fixation. The muscles of
shoulder and arm region were observed macroscopically include structure, origins
and insertions after the skin was cut and opened. The results were photographed
using a digital camera. Image were edited by using software Adobe Photoshop
CS3® then named based on Nomina Anatomica Veterinaria 2012. The muscles
found in shoulder and arm were the cutaneus, trapezius, rhomboideus,
brachiocephalicus, latissimus dorsi, serratus ventralis, deltoideus, supraspinatus,
infraspinatus, subscapularis, teres major, coracobrachialis, superficialis pectoral,
deep pectoral, triceps brachii, tensor fascia antebrachii, m. brachialis, dan m.
biceps brachii. The result showed that the muscles in javan porcupine were

generally similar to dog and pangolin shoulder and arm muscles. However, there
were differences in the muscles structure of the cutaneus, trapezius, serratus
ventralis, and teres minor. The differences were presumed to be related with the
adaptation to habitat, behavior, and their body.
Keywords: Arm, muscle, shoulder, javan porcupine

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS
LANDAK JAWA (Hystrix javanica)

HALIM BAKTI HARJO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Anatomi Otot Daerah
Bahu dan Lengan Atas Landak Jawa (Hystrix javanica) adalah benar karya Saya

dengan arahan dari Dosen Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis Saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Halim Bakti Harjo
NIM B04100100

ABSTRAK
HALIM BAKTI HARJO. Anatomi Otot Daerah Bahu dan Lengan Atas Landak
Jawa (Hystrix javanica). Dibimbing oleh SUPRATIKNO dan SRIHADI
AGUNGPRIYONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati karakteristik struktur otot-otot
daerah bahu dan lengan atas landak jawa yang dibandingkan dengan hewan
domestik yang memiliki kemiripan secara anatomi, filogenetik, dan perilaku.
Penelitian ini menggunakan dua kadaver landak jawa yang telah difiksasi dalam
formalin 10%. Pengamatan otot-otot daerah bahu dan lengan atas dilakukan setelah
kulit disayat dan dikuakkan meliputi struktur, origo, dan insersio dari masingmasing otot. Hasil pengamatan didokumentasi menggunakan kamera dan diedit

menggunakan perangkat lunak Adobe Photosop CS3®, penamaan dilakukan
berdasarkan Nomina Anatomica Veterinaria 2012. Otot-otot daerah bahu dan
lengan atas yang ditemukan pada landak jawa terdiri atas m. cutaneus, m. trapezius,
m. rhomboideus, m. brachiocephalicus, m. latissimus dorsi, m. serratus ventralis,
m. deltoideus, m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. subscapularis, m. teres major,
m. coracobrachialis, m. pectoralis superficialis, m. pectoralis profundus, m. triceps
brachii, m. tensor fascia antebrachii, m. brachialis, dan m. biceps brachii. Hasil
pengamatan menunjukkan landak jawa memiliki struktur otot daerah bahu dan
lengan atas yang secara umum mirip dengan anjing dan trenggiling. Beberapa otot
yang memiliki keunikan pada landak jawa antara lain m. cutaneus, m. trapezius,
m. serratus ventarlis, dan m. teres minor. Perbedaan ini diduga sebagai hasil
adaptasi terhadap lingkungan, perilaku, dan bentuk tubuh landak jawa.
Kata kunci: Bahu, landak jawa, lengan atas, otot

ABSTRACT
HALIM BAKTI HARJO. The Anatomy of the Shoulder and Arm Muscles of the
Javan Porcupine (Hystrix javanica). Under direction of SUPRATIKNO dan
SRIHADI AGUNGPRIYONO.
The study was aimed to observe the characteristic of javan porcupine shoulder
and arm muscles and to compare with other animals which have similiarity on

anatomy, phylogenetic, and behaviour. The study used two cadaver of javan
porcupine that had been preserved in 10% formaline fixation. The muscles of
shoulder and arm region were observed macroscopically include structure, origins
and insertions after the skin was cut and opened. The results were photographed
using a digital camera. Image were edited by using software Adobe Photoshop
CS3® then named based on Nomina Anatomica Veterinaria 2012. The muscles
found in shoulder and arm were the cutaneus, trapezius, rhomboideus,
brachiocephalicus, latissimus dorsi, serratus ventralis, deltoideus, supraspinatus,
infraspinatus, subscapularis, teres major, coracobrachialis, superficialis pectoral,
deep pectoral, triceps brachii, tensor fascia antebrachii, m. brachialis, dan m.
biceps brachii. The result showed that the muscles in javan porcupine were
generally similar to dog and pangolin shoulder and arm muscles. However, there
were differences in the muscles structure of the cutaneus, trapezius, serratus
ventralis, and teres minor. The differences were presumed to be related with the
adaptation to habitat, behavior, and their body.
Keywords: Arm, muscle, shoulder, javan porcupine

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS
LANDAK JAWA (Hystrix javanica)


HALIM BAKTI HARJO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FALUKTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah tentang anatomi
landak jawa, dengan judul “Anatomi Otot Daerah Bahu dan Lengan Atas Landak
Jawa (Hystrix javanica)”. Terima kasih Penulis ucapkan kepada:
1. Drh Supratikno, MSi, PAVet dan Prof. Drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D,
PAVet (K) selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan

dan nasehat selama penyusunan skripsi.
2. Keluarga besar Laboratorium Anatomi: Dr Drh Heru Setijanto, PAVet (K), Dr
Drh Savitri Novelina, MSi, PAVet, Dr Drh Nurhidayat, MS, PAVet, Dr Drh
Chairun Nisa, MSi, PAVet, dan Drh Danang Dwi Cahyadi.
3. Dr drh R Harry Soehartono MappSc selaku Dosen Pembimbing Akademik atas
dukungan yang telah diberikan.
4. Mas Bayu dan Pak Holid yang telah banyak membantu Penulis dalam
mengerjakan penelitian.
5. Ibu yang selalu memberikan doa dan dukungannya, serta Kakak yang selalu
memberikan semangat dan membantu dalam penyusunan skripsi.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan di Laboratorium Anatomi, Kak Hiro, Kak Amal,
Kak Febi, Eling, Singgih, Suwardi, Tita, dan Vian yang sudah banyak
membantu.
Bogor, Januari 2015
Halim Bakti Harjo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


TINJAUAN PUSTAKA

2

Klasifikasi dan Morfologi Landak Jawa

2

Habitat dan Penyebaran

3

Tingkah Laku Landak Jawa

3

Struktur Umum Otot Kerangka

4


Susunan Anatomi Otot Daerah Bahu dan Lengan Atas

4

METODOLOGI

5

Waktu dan Tempat Penelitian

5

Bahan dan Alat

5

Metode Penelitian

6


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

6
6
13
15

Simpulan

15

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Origo dan insersio m. cutaneus
Origo dan insersio otot-otot gelang bahu landak jawa
Origo dan insersio otot-otot daerah bahu landak jawa
Origo dan insersio otot-otot daerah lengan atas landak jawa

7
8
10
12

DAFTAR GAMBAR
1 Peta Persebaran landak jawa dan beberapa spesies landak lainnya di
Indonesia
3
2 Otot kulit daerah bahu dan lengan atas setelah kulit dikuakkan
7
3 Otot-otot superficial daerah gelang bahu dan lengan atas
9
4 Otot-otot daerah pectoral
9
5 Otot-otot daerah bahu setelah m. trapezius dikuakkan
11
6 Otot-otot daerah lengan atas bagian lateral
13
7 Otot-otot daerah lengan atas bagian medial
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Landak termasuk ke dalam hewan pengerat yang dapat ditemukan hampir di
seluruh belahan dunia. Bentuk tubuhnya besar dengan rata-rata panjang tubuh
antara 40-91 cm, panjang ekor berkisar antara 6-25 cm, dan bobot badan berkisar
antara 5.4-16 kg (Parker 1990). Hampir seluruh tubuh landak ditutupi oleh duriduri tajam yang merupakan derivat kulit. Duri-duri tajam ini berfungsi sebagai
salah alat pertahanan diri. Populasi landak di berbagai tempat masih banyak
sehingga pada tahun 2008 CITES (The Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora) menetapkan status landak adalah
least concern atau tidak terlalu diperhatikan statusnya (Lunde dan Aplin 2008).
Salah satu spesies landak yang ada di Indonesia adalah landak landak jawa (Hystrix
javanica). Landak merupakan salah satu satwa endemis di Indonesia. Satwa ini
termasuk satwa yang dilindungi dan tercantum pada PP RI No. 7 Tahun 1999 &
UU No. 5 Tahun 1990.
Landak sering diburu dan dibunuh karena dianggap sebagai hama pertanian,
padahal banyak manfaat yang bisa diperoleh dari landak. Masyarakat di daerah
Karanganyar, Jawa Tengah menjadikan daging landak sebagai menu khas daerah
tersebut, yaitu berupa sate landak (Setiawan 2007). Daging landak dipercaya
memiliki khasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti hepatitis dan
gatal-gatal pada kulit. Daging hewan ini juga dipercaya mampu meningkatkan
vitalitas pria. Empedu landak juga dimanfaatkan sebagai obat untuk penyakit asma
(Sulistya 2007). Bagian lain dari landak yang bisa dimanfaatkan adalah durinya.
Duri landak dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan ataupun bahan
pencampur dalam obat-obatan tradisional (Sulistya 2007).
Sampai saat ini, landak yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan ataupun
komoditas yang diperjual-belikan kebanyakan masih berasal dari tangkapan alam.
Dengan permintaan pasar terhadap daging landak yang terus meningkat
menyebabkan perburuan landak semakin marak. Perburuan liar yang tidak
terkontrol maupun pemanfaatan secara lokal yang tidak berwawasan konservasi
dapat menyebabkan keberadaan landak terancam punah. Pemanfaatan satwa yang
berstatus dilindungi khususnya untuk tujuan komersial diperbolehkan dari hasil
penangkaran mulai generasi kedua (F2) (Djaenudin 2013).
Budidaya terhadap landak sendiri sudah mulai banyak dilakukan. Salah satu
contohnya adalah di negara Malaysia tepatnya di daerah Banting, Selangor.
Di daerah tersebut dibudidayakan peternakan landak raya atau Hystrix brachyura.
Budidaya ini dilakukan selain untuk melestarikan spesies landak raya tapi juga
dilakukan untuk memanfaatkan landak sebagai satwa harapan karena dagingnya
dapat dimanfaatkan sebagai pangan alternatif pengganti daging asal ternak (Wardi
et al. 2011).
Sebagai hewan yang hidup secara terestrial, kaki depan landak jawa memiliki
kemampuan untuk menggali yang baik. Aktivitas ini ditunjang oleh struktur otototot kaki depan. Penelitian terhadap struktur anatomi otot kaki depan landak jawa
sampai saat ini belum pernah dilaporkan. Penelitian terhadap struktur anatomi otot
kaki depan landak jawa penting untuk dilakukan. Data yang diperoleh akan
digunakan untuk menjelaskan fungsi kaki depan pada aktivitas menggali tanah,
makan, berjalan, dan penentu postur tubuh pada aktivitas lainnya ditinjau dari segi
anatomi.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari anatomi otot-otot daerah bahu dan
lengan atas landak jawa (Hystrix javanica) dan dibandingkan dengan literatur
mengenai anatomi otot-otot daerah bahu dan lengan atas pada hewan lain seperti anjing
dan trenggiling. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui origo, insertio, serta fungsi
otot pada daerah tersebut.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam memperkaya data
biologi satwa endemis Indonesia khususnya Hystrix javanica dan sebagai dasar
mengenai anatomi otot landak jawa dan perilakunya. Selain itu, melalui penulisan
penelitian ini diharapkan usaha budidaya landak jawa sebagai satwa endemis Indonesia
semakin meningkat dan dapat mempertahankan populasinya agar tetap terjaga.

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Landak Jawa
Landak merupakan rodensia berukuran besar yang seluruh permukaan
tubuhnya ditutupi oleh rambut keras yang disebut duri. Seekor landak memiliki
panjang tubuh antara 40-91 cm, panjang ekor berkisar antara 6-25 cm, dan bobot
badan berkisar antara 5.4-16 kg (Parker 1990). Hal ini menjadikan landak sebagai
rodensia terbesar ketiga di dunia setelah capybara dan berang-berang. Klasifikasi
landak jawa menurut Corbet dan Hill (1992) adalah sebagai berikut:
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Rodentia
Subordo
: Hystricomorpha
Famili
: Hystricidae (Old World Porcupines)
Genus
: Hystrix
Spesies
: Hystrix javanica, Javan Porcupine/ Javan Porcupine
Landak jawa biasa dikenal dengan javan porcupine pertama kali ditemukan
pada tahun 1823 oleh F. Cuvier (Grzimek 1975). Landak jawa memiliki berat ratarata sekitar 8 kg dengan panjang tubuh sekitar 45.5 sampai dengan 73.5 cm.
Panjang ekornya berkisar antara 6 sampai dengan 13 cm. Karena ukuran ekor yang
pendek landak jawa juga disebut sebagai landak ekor pendek. Susunan dan struktur
duri landak jawa menyerupai subgenus Thecurus (Grzimek 1975). Famili
Hystricidae dibagi menjadi tiga genus yaitu Hystrix, Trichys, dan Atherurus. Genus
Hystrix masih dibagi lagi menjadi tiga subgenus yaitu Hystrix, Achantion, dan
Thecurus (Weers 2005). Landak jawa sendiri termasuk ke dalam genus Hystrix dan
subgenus Achantion.

3
Habitat dan Penyebaran
Menurut Lunde dan Alpin (2008), landak jawa tersebar di berbagai pulau di
Indonesia meliputi Jawa, Madura, Bali, Lombok, Flores, dan Sumbawa. Tahun
1800an pernah dilaporkan penemuan landak jawa di Sulawesi. Hal ini
kemungkinan disebabkan adanya perpindahan dari penduduk dengan membawa
landak hidup dari pulau Flores (Lunde dan Alpin 2008).
Habitat landak jawa berada di hutan dan dataran rendah meliputi semak
belukar, padang rumput, ladang pertanian serta perkebunan (Lunde dan Aplin
2008). Hewan ini umumnya bersifat nokturnal atau aktif pada malam hari dan
menghabiskan sebagian waktunya di siang hari untuk beristirahat dan berlindung di
dalam lubang. Lubang yang dibuat landak memiliki kedalaman kurang lebih 1,5 m
di bawah permukaan tanah (Michael et al. 2003). Lubang ini memiliki satu pintu
masuk berupa lubang besar dan beberapa pintu keluar yang berupa lubang kecil.

Gambar 1 Peta Persebaran landak jawa di Indonesia (modifikasi Weers 2005).

Tingkah Laku Landak Jawa
Landak merupakan hewan mamalia yang hidup secara terestrial. Hewan ini
memiliki ukuran kaki yang pendek sehingga tidak memiliki kemampuan berlari
yang baik. Pergerakan landak yang lambat disebabkan oleh karena hewan ini
memiliki tubuh yang besar. Landak termasuk ke dalam hewan pejalan telapak
(plantigradi) yang mempunyai hambatan berupa gaya gesek antara telapak kaki
dengan bidang tumpuan yang besar. Salah satu cara landak bertahan dari predator
adalah dengan menggunakan senjata berupa duri yang menutupi hampir seluruh
permukaan tubuhnya (Roze 1989). Duri landak merupakan derivat dari kulit yang
mengeras. Duri ini sekaligus menjadi ciri khas dan pembeda antar spesies landak
(Grzimek 1975).
Pakan yang dikonsumsi landak adalah bagian-bagian tanaman seperti akar,
umbi-umbian, kulit kayu, kelapa sawit, dan singkong (Sastraprapdjo 1980). Landak
termasuk ke dalam hewan herbivora. Menurut Farida dan Roni (2011), pakan yang
biasa dikonsumsi landak antara lain berbagai jenis tumbuh-tumbuhan seperti
rumput, buah-buahan, bunga, daun, ranting, kulit batang tumbuhan, umbi-umbian,
kecambah, dan beberapa biji-bijian. Landak sering dianggap hama pertanian
karena sering merusak tanaman pertanian. Hewan ini merupakan hewan nokturnal,

4
tetapi daya penglihatannya buruk sehingga untuk mencari makanan hewan ini
mengandalkan indera penciuman dan pendengarannya yang tajam.
Landak berkembang biak secara beranak atau vivipar. Pada habitat aslinya
landak betina dapat berkembangbiak dua kali dalam setahun dengan masa
kebuntingan selama kurang lebih 112 hari atau 16 minggu. Jumlah anak dalam
sekali kelahiran hanya berkisar 1-2 ekor. Anak landak yang baru lahir sudah
memiliki mata yang terbuka dan duri di tubuhnya yang masih lembut, duri tersebut
akan mengeras beberapa saat kemudian setelah terpapar udara. Setelah melahirkan,
induk landak akan mengasuh anak tersebut. Induk landak akan menyusui,
mengajari makan, membersihkan tubuh anaknya serta selalu menjaga anaknya dari
bahaya. Saat sedang mengasuh anaknya induk landak cenderung lebih agresif
sehingga perlu diwaspadai (Farida dan Roni 2011).
Sistem Lokomosi
Alat lokomosi berfungsi untuk melakukan gerakan berpindah tempat, seperti
berjalan dan berlari. Menurut Sigit (2000) alat gerak tubuh terdiri dari dua unsur
yaitu alat gerak pasif dan alat gerak aktif. Alat gerak pasif terdiri dari tulang, tulang
rawan, ligamentum dan tendo. Sedangkan alat gerat aktif terdiri dari otot.
Otot kerangka adalah bagian dari alat gerak aktif. Dinamakan otot kerangka
karena otot ini bertaut di tulang kerangka. Otot kerangka termasuk golongan otot
bergaris melintang yang diinervasi oleh saraf somato-sensoris yang bekerja di
bawah kemauan hewan. Golongan lain adalah otot polos dan otot jantung yang
sifatnya otonom. Otot bekerja dengan cara melakukan kontraksi dan relaksasi.
Kerja otot ini disebabkan pergeseran filamen aktin dan miosin yang terdapat di
dalam sel-sel otot (Sigit 2000).
Otot kerangka memiliki serabut kontraktil dengan pola berselang-seling gelap
dan terang. Bagian gelap disebut anisotrop sedangkan bagian terang disebut isotrop.
Kedua bagian ini tersusun secara teratur membentuk pita vertikal terhadap poros
otot. Setiap serabut otot merupakan sel otot dengan banyak inti, berbentuk silinder,
dan memiliki membran sel yang disebut sarkolema. Serabut otot yang menyusun
otot kerangka dibungkus oleh endomisium, kemudian beberapa serabut dibungkus
oleh perimisum membentuk berkas otot yang dibungkus oleh epimisium
membentuk gelendong otot (Pasquini et al. 1989).
Kontruksi Alat Lokomosi Kaki Depan
Kaki depan mempunyai fungsi tidak hanya sebagai alat lokomosi, tetapi juga
menahan berat tubuh. Untuk ini maka hubungan kaki depan dan tubuh tidak melalui
persendian, tetapi dilaksanakan oleh otot-otot yang seolah-olah seperti emban otot
yang terpasang pada kedua kaki. Konstruksi tersebut akan menguntungkan karena
pada kaki depan bekerja juga sebagai pegas, sehingga goncangan pada waktu
hewan berjalan atau meloncat dapat diperhalus (Sigit 2000).
Alat lokomosi hewan dijalankan oleh tulang-tulang apendikular, yaitu tulangtulang anggota gerak tubuh. Susunan tulang-tulang kaki depan hewan homolog
dengan susunan tulang-tulang tangan manusia, yaitu terdiri dari os scapulae,
os humerus, os radius, os ulna, ossa carpi, ossa metacarpi, phalanges proximalis

5
(os compedale), media (os coronale), distales (os ungulare), dan ossa sesamoidea
proximalia dan os sesamoideum distale. Selain os scapulae dan os humerus,
tulang-tulang yang lain banyak mengalami perubahan baik dalam bentuk maupun
jumlah sesuai dengan spesies hewannya (Sigit 2000).
Susunan Anatomi Otot Daerah Bahu dan Lengan Atas
Kaki depan pada umumnya berfungsi sebagai alat lokomosi dan untuk
menahan berat tubuh. Kaki depan pada anjing digunakan untuk berlari dan
menggali. Pada trenggiling kaki depan berfungsi untuk menggali lubang dan
memanjat. Aktivitas tersebut membutuhkan susunan otot yang kuat, khususnya
daerah bahu dan lengan atas. Secara umum otot pada daerah bahu dan lengan atas
dapat dikelompokkan menjadi kelompok otot ekstrinsik, kelompok otot bahu lateral,
kelompok otot bahu medial, kelompok otot lengan atas bagian kranial dan
kelompok otot lengan atas bagian kaudal (Evans dan Lahunta 2010).
Kelompok otot ekstrinsik pada anjing dan trenggiling terdiri atas musculus
(m.) pectoralis superficialis, m. pectoralis profundus, m. brachiocephalicus,
m. omotransversarius, m. trapezius, m. rhombideus, m. latissimus dorsi, dan
m. serratus ventralis. Otot-otot pada daerah ini berfungsi sebagai fiksator
os scapula, penggantung tubuh, dan penggerak kaki depan. Aktifitas menggali
pada anjing dan trenggiling juga ditunjang otot-otot daerah ini. Kelompok otot
bahu terdiri dari m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. deltoideus, m. teres minor,
m. subscapularis, m. teres major, dan m. coracobrachialis. Musculus teres major
dan m. deltoideus berfungsi sebagai flexor persendian bahu, sedangkan empat otot
lainnya berfungsi menjaga stabilitas persendian bahu. Kelompok otot lengan atas
bagian kranial berfungsi sebagai flexor persendian siku terdiri atas m. brachialis
dan m. biceps brachii. Kelompok otot atas bagian kaudal pada anjing terdiri
m. tensor fascia antebrachii, m. triceps brachii, dan m. anconeus, sedangkan pada
trenggiling m. anconeus tidak ditemukan. Otot-otot ini berfungsi sebagai ekstensor
persendian siku (Evans dan Lahunta 2010, Astuti 2010).
Secara umum susunan otot daerah bahu dan lengan atas pada anjing dan
trenggiling memiliki persamaan. Anjing dan trenggiling memiliki kedekatan secara
filogenetik. Landak memiliki perilaku yang sama dengan anjing dan trenggiling
sebagai hewan penggali. Persamaan perilaku atau cara hidup akan menjadi
parameter dan komparasi susunan anatomi otot daerah bahu dan lengan atas pada
landak jawa.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2014 sampai Juli 2014 di
Laboratorium Anatomi, Bagian Anatomi Histologi dan Embriologi, Departemen
Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

6
Bahan dan Alat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua ekor landak jawa jantan
dewasa yang telah difiksasi menggunakan larutan formalin 10%. Preparat anatomi
landak jawa yang digunakan diperoleh dari daerah Karangayar, Jawa Tengah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa seperangkat alat diseksi
yang meliputi pinset, skalpel, blade, gunting, alat ukur, serta peralatan fotografi
berupa Canon EOS 400D.
Metode Penelitian
Penelitian diawali dengan mengamati morfologi luar daerah bahu dan lengan
atas landak jawa meliputi warna rambut dan kulit, serta jenis duri landak yang
terdapat di daerah tersebut. Preparasi dilakukan dengan menyayat kulit pada daerah
tersebut dengan berpedoman pada Nurhidayat et al. (2014) dengan beberapa
modifikasi. Penyayatan kulit pertama dilakukan secara transversal pada pangkal
leher dan costae terakhir. Pada penyayatan kulit di daerah costae terakhir perlu
dilakukan pemotongan duri karena pada daerah ini terdapat duri-duri yang cukup
keras. Pengamatan morfologi dan susunan otot dilakukan untuk mengidentifikasi
otot-otot daerah bahu dan lengan atas, serta origo dan insersionya. Penamaaan otot
dilakukan berdasarkan Nomina Anatomica Veterinaria 2012 (ICVGAN 2012).
Hasil pengamatan pada masing-masing otot dicatat dan didokumentasikan dengan
kamera Canon EOS 400D. Gambar diolah dengan Adobe Photoshop CS3.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sebagian besar permukaan tubuh landak jawa ditutupi oleh duri-duri tajam
yang berfungsi sebagai alat pertahanan diri. Duri pada bagian wajah sampai daerah
thorax hanya berupa duri-duri halus yang menancap pada kulit, sementara pada
daerah os costale terakhir sampai ke daerah panggul duri menancap sampai ke
dalam otot kulit. Setelah kulit dikuakkan ke dorsal, dapat ditemukan m. cutaneus
yang tebal menutupi bagian dorsal tubuh landak. Bagian kranial musculus cutaneus
landak jawa terbagi menjadi dua lapis otot, yaitu lapis superficial dan lapis
profundal. Lapis superficial otot ini memiliki arah serabut longitudinal pada bagian
dorsal tubuh, dan bagian lateral tubuh otot ini mengarah ke kaudoventral (Gambar
2). Origo dari lapis superficial m. cutaneus menyatu dengan m.brachiochepalicus
dan m. pectoralis transversus yang kemudian bertaut pada crista humeri, spina
scapula, dan acromion. Musculus cutaneus lapis profundal memiliki arah serabut
kaudodorsad. Origo dari lapis profundal m. cutaneus ini terbagi ke beberapa tempat
yaitu pada tuberositas deltoidea, tuberculum majus, dan sepanjang os sternum.
Pada pertengahan tubuh kedua lapis otot ini bergabung dan selanjutnya memiliki
insersio pada processus spinosus os vertebrae lumbales sampai os vertebrae
caudales (Tabel 1).

7
Tabel 1 Origo dan insersio m. cutaneus
Nama Otot
1. M. cutaneous
a. lapis superficial

b. lapis profundal

Origo

Insersio

Bersatu dengan m. brachiocephalicus
dan m. pectoralis transversus, bertaut
pada crista humeri, spina scapula, dan
acromion

Processus
os vertebrae
sampai
os
caudalis

spinosus
lumbales
vertebrae

Tuberositas deltoidea, tuberculum
majus, dan sepanjang os sternum

Bersatu
dengan
lapis
superficial dari m.cutaneus
di pertengahan tubuh

Gambar 2 Otot kulit daerah bahu dan lengan atas setelah kulit dikuakkan
1. Platysma 2. m. brachiocephalicus 3. m. cutaneus. (Bar: 3 cm)

Kelompok Otot Daerah Gelang Bahu
Otot-otot daerah gelang bahu terletak di profundal dari m. cutaneus.
Kelompok ini terdiri atas m. trapezius, m. rhomboideus, m. latissimus dorsi,
m. serratus ventralis, dan m. pectoralis (m. pectoralis superficialis dan
m. pectoralis profundus) (Tabel 2). Musculus brachiocephalicus memiliki insersio
yang menyatu pada origo m. cutaneus (Gambar 2). Musculus trapezius pada landak
terbagi dalam dua bagian yaitu pars thoracis dan pars cervicis. Setelah m. trapezius
dikuakkan ditemukan m. rhomboideus yang lebar dan relatif tebal. Pada bagian
lateral thorax dapat ditemukan m. latissimus dorsi (Gambar 3A). Otot ini relatif
berkembang pada landak jawa. Origo dari m. latissimus dorsi adalah fascia
lumbodorsalis dan processus spinosus ossa vertebrae thoracicae VI-XIII.
Musculus latissimus dorsi memiliki insersio pada crista humeri os humerus.
Musculus serratus ventralis dapat ditemukan setelah m. latissimus dorsi dikuakkan.
Musculus pectoralis pada landak jawa terbagi ke dalam m. pectoralis superficialis
yang terdiri dari m. pectoralis descendens dan m. pectoralis transversus (Gambar
4). Musculus pectoralis profundus terdiri dari m. pectoralis ascendens dan
m. subclavius. Origo dari m. subclavius adalah os sternum dan sisi lateral
os clavicula, otot ini memiliki insersio pada permukaan m. supraspsinatus dan
sepanjang crista scapula (Gambar 3B).

8
Tabel 2 Origo dan insersio otot-otot gelang bahu landak jawa
Nama Otot
1. M. trapezius
a. Pars cervicis

Origo

Insersio

Protuberantia
occipitalis
externa, processus spinosus
ossa vertebrae cervicalis IVII

2/3 distal spina scapula
os scapula

b. Pars thoracis

Processus spinosus ossa
vertebrae thoracicae I-XIII

2. M. rhomboideus

Protuberantia
occipitalis
externa, processus spinosus
ossa vertebrae cervicalis IVII, dan alae atlantis os atlas
Alae atlantis os atlas

1/3
proximal
spina
scapula
dan
margo
dorsalis os scapula
1/3
proximal
spina
scapula
dan
margo
dorsalis os scapula

3. M. brachiocephalicus

4. M. latissimus dorsi

5. M. serratus ventralis
thoracis
6. M. pectoralis superficialis
a. M. pectoralis descendens

b. M. pectoralis transversus

7. M. pectoralis profundus
a. M. subclavius

b. M. pectoralis ascendens

Fascia lumbodorsalis dan
processus spinosus ossa
vertebrae thoracicae VI-XIII
Ossa costale IV-VIII

Menyatu dengan
m. cutaneus dan bertaut
pada
crista
humeri,
tuberositas deltoidea, dan
fascia antebrachii
Crista humeri os humerus

Margo dorsalis
os scapula

Cartilago manubrii
os sternum

Tuberositas deltoidea

Os sternum

Bersatu dengan
m. cutaneus dan
m. brachiocephalicus,
bertaut pada tuberositas
deltoideus dan crista
humeri

Os sternum dan sisi lateral
os clavicula

Fascia m. supraspinatus
dan sepanjang crista
scapula
Tuberculum minus
os humerus

Bersatu dengan m. cutaneus
profundal dan bertaut pada
linea alba

9

Gambar 3 Otot-otot bahu dan lengan atas; A. Otot-otot bahu setelah m. cutaneus dikuakkan
B. Otot-otot bahu setelah m. trapezius dan m. latissimus dorsi dikuakkan
1. m. trapezius (a. pars cervicis, b. pars thoracis), 2. m. deltoideus,
3. m. latissimus dorsi, 4. m. cutaneus pars superficial, 5. m. brachiceophalicus,
6. m. tricep brachii caput longum, 7. Platysma, 8. m. rhomboideus,
9. m. supraspinatus, 10. m. subclavius, 11. m. infraspinatus, 12. m. teres major,
13. m. serratus dorsalis, 14. m. serratus ventralis thoracis (Bar: 3 cm)

Gambar 4 Otot-otot daerah pectoral
1. m. subclavius, 2. m. deltoideus pars clavicularis, 3. m. brachiocephalicus,
4. m. pectoralis transversus, 5. m. bicep brachii, 6. m. pectoralis ascendens
(Bar: 3 cm)

10
Kelompok Otot Daerah Bahu
Kelompok otot daerah bahu memiliki origo di os scapula dan insersio di
os humerus. Otot-otot tersebut terdiri atas m. supraspinatus, m. infraspinatus,
m. deltoideus, m. subscapularis, m. teres major, dan m. coracobrachialis (Tabel 3).
Musculus supraspinatus, m. infraspinatus, dan m. deltoideus dapat dikelompokkan
lagi ke dalam kelompok otot bahu lateral (Gambar 3B). Otot bahu medial terdiri
dari m. subscapularis, m. teres major, dan m. coracobrachialis. Musculus
supraspinatus dan m. infraspinatus menutupi hampir seluruh permukaan
os scapula. Kedua otot ini masing-masing memiliki origo pada fossa supraspinata
dan fossa infraspinata, sedangkan insersio kedua otot ini pada tuberculum majus os
humerus. Pada landak jawa terdapat tiga bagian m. deltoideus yaitu pars scapularis,
pars deltoideus, dan pars clavicularis. Musculus deltoideus pars clavicularis
ditemukan pada landak jawa karena hewan ini memiliki os clavicula (Gambar 4).
Otot ini bertaut dari 2/3 bagian proximal os clavicula sampai 1/3 bagian distal fascia
caudalis os humerus. Musculus subscapularis merupakan salah satu otot yang
mengisi sebagian besar fossa subscapularis. Otot ini memiliki origo pada fossa
subscapularis os scapula dan insersio pada tuberculum minus os humerus.
Musculus teres major adalah otot yang berada di kaudal os scapula. Musculus teres
major berupa otot yang tebal dan panjang pada landak, sedangkan m. teres minor
tidak ditemukan. Musculus coracobrachialis merupakan otot yang kecil dan
panjang. Otot ini memiliki origo pada processus coracoideus os scapula.
Sedangkan insersio dari m. coracobrachialis adalah di 1/3 bagian distal fascia
caudalis os humerus.
Tabel 3 Origo dan insersio otot-otot daerah bahu landak jawa
Nama Otot
Otot Bahu Lateral
1. M. supraspinatus
2. M. infraspinatus
3. M. deltoideus
a. pars scapularis

Origo
Fossa supraspinata
Fossa infraspinata

Insersio
Tuberculum majus os humerus
Tuberculum majus os humerus

Sepanjang spina scapula Bersatu dengan m. deltoideus
os scapula
pars acromialis

b. pars acromialis

Acromion os scapula

Tuberositas deltoideus
os humerus

c. pars clavicularis

2/3 proximal os clavicula

Tuberositas deltoideus
os humerus

Fossa subscapularis
os scapula
Angulus caudalis
os scapula
Processus coracoideus
os scapula

Tuberculum minus os humerus

Otot Bahu Lateral
1. M. subscapularis
2. M. teres major
3. M. coracobrachialis

Tuberositas teres major
os humerus
1/3 bagian distal fascia
caudalis os humerus

11
Kelompok Otot Daerah Lengan Atas
Otot-otot daerah ini terdiri dari m. brachialis, m. bicep brachii, m. tricep
brachii, dan m. tensor fasciae antebrachii. Otot lengan atas memiliki fungsi utama
dalam menggerakkan fungsi siku. Musculus brachialis berbentuk silinder dan
memiliki ukuran yang relatif pendek. Otot ini bertaut dari 1/3 proximal fascia
caudalis os humerus sampai tuberositas radii os radius. Pada landak m. bicep
brachii merupakan otot kecil yang terletak di daerah os humerus. Otot ini memiliki
origo di tuberculum supraglenoidale dan memiliki insersio pada tuberositas radii
os radius (Tabel 4). Musculus tricep brachii pada landak dibagi ke dalam tiga caput
yaitu m. tricep brachii caput longum, m. tricep brachii caput lateral, dan m. tricep
brachii caput medial (Gambar 5 dan Gambar 6). Ketiga caput otot ini relatif
berkembang. Musculus tricep brachii caput longum merupakan otot yang tebal dan
besar. Otot ini memiliki origo pada margo posterior os scapula dan insersio pada
olecranon os ulna bagian kaudal. Musculus tricep brachii caput lateral juga
merupakan otot yang besar dan tebal. Origo dari m. tricep brachii caput lateral
berada pada 1/3 bagian distal spina scapula. Insersio dari otot ini adalah pada
bagian lateral olecranon. Musculus tricep brachii caput medial memiliki origo
pada 2/3 proximal margo posterior os humerus dan insersio pada bagian caudal
olecranon. Musculus tensor fasciae antebrachii pada landak berbentuk otot tipis
dan pendek (Gambar 6). Otot ini memiliki origo pada fascia dari m. latissimus
dorsi dan insersio pada olecranon os ulna.
Tabel 4 Origo dan insersio otot-otot daerah lengan atas landak jawa
Nama Otot
1. M. brachialis
2. M. bicep brachii
3. M. tricep brachii
a. caput longum
b. caput laterale

Origo

Insersio

1/3
proximal
fascia Tuberositas radii os radius
caudalis os humerus
Tuberculum
Tuberositas radii os radius
supraglenoidale
Margo posterior os scapula Bagian caudal olecranon

1/3 bagian distal spina Bagian lateral olecranon
scapula
c. caput mediale
2/3
proximal
margo Bagian caudal olecranon
posterior os humerus
4. M. tensor fasciae Fascia dari m. latissimus Olecranon os ulna
antebrachii
dorsi

12

Gambar 5 Otot daerah lengan atas bagian lateral
1. m. cutaneus (a. pars superficial, b. pars profundal), 2. m. tricep brachii
(a. caput lateral, b. caput longum), 3. m. latissimus dorsi, 4. m. deltoideus,
5. m. teres major, 6. m. trapezius (a. pars cervicis, b. pars thoracis),
7. m. supraspinatus 8. m. serratus ventralis thoracis, 9. m. serratus dorsalis,
10. m. pectoralis ascendens, 11. m. pectoralis descendens (Bar: 3 cm)

Gambar 6 Otot-otot daerah lengan atas bagian medial
1. m. cutaneus (a. pars superficial, b. pars profundal), 2. m. pectoralis ascendens,
3. m. pectoralis descendens, 4. m. pectoralis transversus, 5. m. brachiocephalicus,
6. m. brachialis, 7. m. bicep brachii 8. m. tricep brachii caput medial, 9. m. tensor
fasciae antebrachii, 10. m. teres major (Bar: 3 cm)

Pembahasan
Landak merupakan rodensia yang mempunyai sistem pertahanan diri yang
unik. Hewan ini mempertahankan dirinya dengan menggunakan duri yang
menutupi hampir seluruh permukaan tubuhnya. Duri pelindung berfungsi untuk
menyembunyikan atau menutupi tubuhnya pada saat landak dalam keadaan

13
terancam (Parker 1990). Duri-duri ini dapat ditegakkan karena adanya struktur otot
yang berada profundal permukaan kulit yaitu m. cutaneus. Musculus cutaneus pada
landak jawa relatif berkembang, hal ini terlihat dari struktur origonya dan
ketebalannya. Pada daerah kranial m. cutaneus terbagi kedalam dua lapisan yaitu
lapis superficial dan lapis profundal, hal ini diduga untuk memperkuat kontraksi
dan mengembangkan duri pada saat landak menegakkan duri-durinya. Lapis
superficial m. cutaneus memiliki arah serabut otot longitudinal yang akan menarik
duri ke arah kranial. Sementara m. cutaneus lapis profundal yang memiliki arah
kaudodorsal akan menarik duri ke arah kranioventral. Hal ini menyebabkan duriduri pada permukaan tubuh landak akan berdiri dan mengembang.
Musculus cutaneus pada landak jawa lebih berkembang dibandingkan dengan
anjing dan memiliki kemiripan dengan trenggiling. Otot ini pada anjing hanya
berupa lapisan otot tipis yang menutupi daerah dorsal, lateral, dan ventral dinding
thorax (Evans dan Lahunta 2010). Sedangkan pada trenggiling, otot ini relatif tebal
dan berkembang. Otot ini berfungsi untuk memfiksir sisik pada daerah perut,
punggung, panggul dan paha. Sisik merupakan bentuk pertahanan diri terhadap
predator atau ancaman lainnya yang dimiliki trenggiling. Ketika menggulungkan
badannya, m. cutaneus pada trenggiling akan memfiksir sisik sehingga predator
akan kesulitan untuk memangsanya (Astuti 2012).
Musculus brachiocephalicus pada pada landak jawa memiliki insersio yang
menyatu dengan m. cutaneus dan selanjutnya bertaut pada crista humeri,
tuberositas deltoidea, dan fascia antebrachii. Otot ini berfungsi sebagai protraktor
kaki depan serta flexor leher dan kepala. Pada saat landak menegakkan durinya
otot ini akan ikut berkontraksi bersama m. cutaneus sehingga landak akan
cenderung menundukkan kepalanya dan meluruskan kaki depannya.
Landak jawa hidup di hutan dan dataran rendah, sebagai bentuk adaptasi
terhadap lingkungannya landak memiliki kaki depan yang berukuran relatif pendek.
Hewan ini merupakan hewan terestrial yang menghabiskan sebagian besar
waktunya di atas tanah. Kaki depan landak jawa tidak dapat digunakan untuk
memanjat pohon tetapi lebih berfungsi untuk menggali lubang. Landak membuat
lubang dengan menggali tanah pada gua-gua, celah bebatuan, daerah berbukit, dan
tanah lapang dengan kondisi tanah yang beragam (Michael et al. 2003). Saat
menggali lubang kaki depan berfungsi untuk mengurai tanah dengan cepat,
sedangkan kaki belakang berfungsi mengeluarkan tanah dari lubang (Feldhamer et
al. 1999). Selain untuk membuat sarang, landak menggali lubang untuk mencari
makanan seperti kecambah, umbi-umbian, akar pohon, dan makanan lainnya.
Kemampuan landak jawa dalam menggali lubang ditunjang oleh struktur
ototnya yang berkembang dengan baik. Pada saat menggali, gerakan protraksi dan
retraksi kaki depan akan sangat dominan. Musculus brachiocephalicus merupakan
salah satu otot yang bekerja sebagai protraktor kaki depan. Sedangkan otot yang
bekerja sebagai retraktor kaki depan adalah m. latissimus dorsi. Landak jawa
memiliki m. latissimus dorsi yang menutupi hampir semua bagian lateral thorax.
Otot ini memiliki origo pada fascia lumbodorsalis dan processus spinosus ossa
vertebrae thoracicae VI-XIII dan insersio pada crista humeri dari os humerus.
Musculus latissimus dorsi yang berkembang pada landak jawa memberikan
kekuatan yang besar untuk melakukan gerakan retraksi kaki depan.

14
Gerakan protaksi dan retraksi kaki depan pada saat menggali akan
menyebabkan gerakan yang berlebihan pada os scapula, sehingga os scapula akan
mudah terkuak. Fiksasi yang kuat pada os scapula diperlukan untuk mencegah
terjadinya penguakkan tulang ini. Otot yang berfungsi sebagai fiksator os scapula
adalah m. trapezius dan m. rhomboideus (Evans dan Lahunta 2010). Musculus
trapezius pada landak bertaut dari os occipitale sampai os vertebrae thoracalis XIII
dan terbagi ke dalam dua bagian yaitu pars cervicalis dan pars thoracis. Otot ini
memiliki daerah pertautan yang sangat luas, hal ini memungkinkan fiksasi yang
kuat pada os scapula. Di bawah m. trapezius dapat ditemukan m. rhomboideus.
Pada landak otot ini relatif lebar dan tebal. Musculus rhomboideus pada landak
jawa memiliki origo yang terbelah ke dua tempat yaitu processus spinosus ossa
vertebrae cervicalis I-VII dan alae atlantis dari os atlas. Sedangkan insersio otot
ini berada pada spina scapula dan margo dorsalis dari os scapula. Pertautan yang
kuat pada os scapula menyebabkan kekuatan fiksasi yang diberikan otot ini menjadi
sangat kuat.
Musculus serratus ventralis pada landak jawa hanya terdiri dari satu bagian
saja yaitu pars thoracis. Sedangkan pada anjing m. serratus ventralis berbentuk
seperti kipas dan terbagi ke dalam dua otot m. serratus ventralis cervicis dan
m. serratus ventralis thoracis (Evans dan Lahunta 2010). Pada landak otot ini
diduga berfungsi untuk menarik basis os scapula ke arah kaudal. Menurut Astuti
(2012), fungsi secara umum m. serratus ventralis pars cervicis yaitu untuk menarik
basis os scapula ke arah leher dan mengangkat leher atau membengkok leher ke
lateral, sedangkan m. serratus ventralis pars thoracis memiliki fungsi untuk
menarik basis os scapula ke kaudal dan sebagai otot inspirasi dalam keadaan
memaksa. Pergerakan os scapula pada landak sangat minim. Hal ini terlihat dari
berkembangnya otot-otot fiksator os scapula dan otot penggerak os scapula seperti
m. serratus ventralis yang tidak berkembang.
Landak jawa memiliki m. deltoideus yang terdiri dari tiga bagian yaitu pars
scapularis, pars acromialis, dan pars clavicularis. Musculus deltoideus pars
scapularis memiliki origo pada sepanjang spina scapula dan memiliki insersio yang
menyatu dengan m. deltoideus pars acromialis. Sedangkan m. deltoideus pars
acromialis sendiri memiliki origo pada acromion os scapula dan insersio pada
tuberositas deltoideus os humerus. Hampir seluruh permukaan otot ini tertutupi
oleh insersio dari m. deltoideus pars scapularis. Musculus deltoideus pars
acromialis memiliki ukuran yang tebal dan pendek. Kedua otot tersebut berfungsi
sebagai flexor persendian bahu. Musculus deltoideus pars clavicularis berupa otot
pipih yang bertaut dari os clavicula ke tuberositas deltoideus os humerus. Musculus
teres major pada landak jawa relatif berkembang. Otot ini berfungsi sebagai flexor
persendian bahu. Hewan ini tidak memiliki m. teres minor. Musculus teres minor
dapat ditemukan pada anjing maupun trenggiling (Getty 1975). Sama seperti
m. teres major otot ini juga berfungsi sebagai flexor bahu. Tidak ditemukannya
otot ini tidak akan mengurangi kekuatan flexor bahu karena otot-otot lain yang
berfungsi sebagai flexor bahu pada landak relatif berkembang.
Landak jawa memiliki os clavicula yang berukuran relatif kecil. Tulang ini
menghubungkan kaki depan dengan tubuh. Menurut Tortora dan Derrickson
(2009), os clavicula pada primata berbentuk seperti huruf S dengan sisi anterior
berbentuk konveks dan bagian posterior yang berbentuk konkaf. Sedangkan
os clavicula pada anjing hanya berbentuk lempengan oval kecil yang terletak di

15
depan bahu, sedangkan tendo clavicula terletak pada m. brachiocephalicus (Evans
dan Lahunta 2010). Keberadaan os clavicula menyebabkan landak memiliki
kemampuan berlari yang buruk. Salah satu otot yang memiliki origo pada tulang
ini adalah m. deltoideus pars clavicularis. Otot ini berukuran relatif kecil dan
memiliki insersio pada tuberositas deltoideus os humerus.
Musculus pectoralis pada landak jawa terbagi ke dalam dua kelompok otot
yaitu m. pectoralis superficialis (m. pectoralis descendens dan m. pectoralis
transversus) dan m. pectoralis profundus (m. subclavius dan m. pectoralis
ascendens). Menurut Evans dan Lahunta (2010), m. pectoralis superficialis
berfungsi sebagai adduktor kaki muka dan menopang berat badan bagian depan,
sedangkan m. pectoralis profundus berfungsi sebagai adduktor kaki muka, flexor
bahu, dan retraktor kaki depan. Musculus pectoralis pada landak jawa relatif
berkembang. Perkembangan otot ini menunjang aktifitas landak dalam menggali
lubang dan menopang berat badan bagian depan.
Kelompok otot daerah lengan atas pada landak jawa terdiri dari m. tricep
brachii, m. brachialis, m. bicep brachii, dan m. tensor fasciae antebrachii. Otototot pada kelompok ini bertugas menggerakkan sendi bahu maupun siku.
Musculus tricep brachii merupakan otot paling dominan pada daerah lengan atas
landak jawa. Otot ini berupa kumpulan otot yang besar yang berfungsi sebagai
ekstensor siku dan sebagai penopang berat badan bagian depan (Evans dan Lahunta
2010). Pada landak otot ini merupakan otot yang paling berkembang di daerah
lengan atas. Otot ini terbagi ke dalam tiga otot yaitu m. tricep brachii caput longum,
m. tricep brachii caput lateral dan m. tricep brachii caput medial. Ketiga otot ini
memliki insersio pada olecranon dan memilki fungsi yang sama yaitu sebagai
ekstensor persendian siku. Berkembangnya m. tricep brachii pada landak
mengakibatkan kekuatan untuk melakukan ekstensor siku menjadi semakin kuat.
Gerakan ekstensi siku berguna pada saat landak mengurai tanah untuk membuat
lubang.
Musculus brachialis merupakan otot kecil yang berfungsi sebagai flexor dari
siku. Otot yang memiliki fungsi sama dengan otot ini adalah m. bicep brachii.
Kedua otot ini terletak bersebelahan dan relatif berkembang pada landak. Gerakan
flexor penting pada saat landak makan. Menurut Grzimek (1972), landak
memegang makanan dengan kedua kaki depan pada saat makan. Musculus tensor
fasciae antebrachii pada landak jawa berupa otot yang pendek dan relatif kecil.
Sama halnya pada anjing, otot ini memiliki origo pada permukaan m. latissimus
dorsi dan insersio pada crista humeri os humerus (Evans dan Lahunta 2010). Otot
ini berfungsi sebagai ekstensor siku, flexor bahu, dan menegangkan daerah
antebrachii (Getty 1975).
Secara umum struktur otot-otot daerah bahu dan lengan atas pada landak jawa
relatif berkembang. Hal ini menunjang berbagi aktivitas landak jawa seperti
menegakkan duri, menggali lubang, dan makan. Perkembangan struktur otot-otot
kaki depan dan lengan atas landak jawa ini diduga sebagai adaptasi terhadap bentuk
tubuh dan lingkungannya.

16

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Secara umum susunan otot-otot daerah bahu dan lengan atas landak jawa
mempunyai kemiripan dengan anjing dan trenggiling, namun ditemukan beberapa
keunikan yang tidak dijumpai pada anjing dan trenggiling. Keunikan tersebut
antara lain ditemukannya m. cutaneus yang berkembang sangat baik sebagai otot
penegak duri. Musculus trapezius yang memiliki origo sangat luas sehingga fiksasi
pada os scapula menjadi sangat kuat. Musculus serratus ventralis pada landak jawa
hanya terdiri dari pars thoracis. Selain itu ditemukan os clavicula dan otot yang
memiliki origo pada tulang ini yaitu m. deltoideus pars clavicularis. Otot yang
tidak ditemukan pada landak jawa adalah m. teres minor. Otot-otot daerah bahu
dan lengan atas landak jawa berkembang dengan baik. Kondisi otot-otot ini sebagai
hasil adaptasi terhadap lingkungan, perilaku, dan bentuk tubuh landak jawa.
Saran
Penelitian lebih lanjut mengenai kerangka, otot-otot daerah kaki bagian bawah,
dan sumbu tubuh perlu dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap
mengenai anatomi fungsional landak jawa.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti CFD. 2012. Anatomi otot daerah bahu dan lengan atas trenggiling jawa
(Manis javanica). [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor
[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species. 2008.
Annotated CITES appendices and reservations. [internet].[diunduh pada 22
Februari 2014]. Tersedia pada http://www.cites.org/eng/resources/pub.
Corbet GB, Hill JE. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: A Systematic
Review. United Kingdom (GB): Oxford University Press
Djaenudin, Mohamad. 2013. Domestikasi landak di Indonesia. [internet]. [diunduh
pada 16 Maret 2014]. Tersedia pada http://www.pdii.lipi.go.id.
Evans HE, Lahunta A. 2010. Guide to the Dissection of the Dog. 7th Ed. Missouri
(US): Westline Industrial Drive, Elsevier Inc.
Farida WR, Roni R. 2011. Giving of formulated pellet on javan porcupine (Hystrix
javanica F. Cuvier, 1823): effects on feed intake, feed conversion, and
digestibility in pre-domestication condition. J Biol Indonesia 7 (1): 157-170.
Feldhamer GA, Lee D, Stephen V, Joseph M. 1999. Mammalogy: Adaptation,
Diversity, and Ecology. 1st Ed. USA: McGraw-Hill Higher Education.
Getty R. 1975. Sisson and Grossman’s The Anatomy of the Domestic Animal. 5th
Ed. Philadelphia (US): W. B. Saunders Company
Graaf Kent M. Van De, Morton David A, Crawley John L. 2011. A Photographic
Atlas for the Anatomy and Physiology Laboratory. 7th Ed. Englewood (US):
Morton Publishing Company

17
Grzimek B. 1975. Grzimek’s Animal Life Encyclopedia Vol. XI. New York (US):
Van Nostrad Reinhold Company.
[ICVGAN] International Committee on Veterinary Gross Anatomical
Nomenclature. 2012. Nomina Anatomica Veterinaria. Hannover: ICVGAN.
Lunde D, Aplin K. 2008. Hystrix javanica. Di dalam: IUCN red list of threatened
species [internet]. [diunduh pada 22 Februari 2014]. Tersedia pada
http://www.iucnredlist.org.
Michael H, Devra G, Kleiman, Valerius G, Mellisa CM. 2003. Grzimek’s Animal
Life Encyclopedia. 2nd Ed. Michigan (US): Gale Group.
Miller ME. 1993. Anatomy of the Dog. New York (US) W. B. Saunders Company.
New York State Collage of Veterinary Medicine at Cornell University.
Nurhidayat, Sigit K, Setijanto H, Agungpriyono S, Nisa’ C, Novelina S, Supratikno.
2014. Osteologi dan Miologi Veteriner. Bogor (ID): IPB Press.
Parker SB. 1990. Grzimek’s Encyclopedia of Mammals. New York (US): McGraw
Hill.
Pasquini C, Tom S, Susan P. 1989. Anat