Studi Hematologi pada Landak Jawa (Hystrix javanica)

ABSTRAK
ELSYE MINAR SINAMBELA. Studi Hematologi Pada Landak Jawa (Hystrix
javanica).
Di
bawah
bimbingan
SUPRATIKNO
dan
SRIHADI
AGUNGPRIYONO.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan melengkapi data-data dasar
gambaran darah pada landak Jawa (Hystrix javanica).
Penelitian ini
menggunakan lima ekor landak Jawa dewasa, yang terdiri dari empat ekor landak
jantan dan satu ekor landak betina, dengan bobot badan berkisar 7-9 kg. Sampel
darah diambil secara intracardial di daerah intercostales sejajar dengan
olecranon. Pemeriksaan uji hematologi, meliputi pemeriksaan jumlah eritrosit,
kadar Hb, PCV, MCV, MCH, MCHC, jumlah leukosit dan morfologi sel darah.
Hasil penelitian menujukkan bahwa jumlah eritrosit (4.21±0.49 x106/mm3), kadar
Hb (14.33±2.43 gr/dl), dan PCV (43.08±3.82%). Dari hasil perhitungan eritrosit,
Hb, dan PCV, dapat diperoleh nilai MCV (102.66±4.63 fl), MCH (34.25±4.78 pg)

dan MCHC (33.25±3.69%). Jumlah leukosit yang diperoleh dari hasil penelitian
adalah (10.11±2.87 x103/mm3), yang terdiri dari limfosit (70.9±7.79%), monosit
(1.8±0.76%), neutrofil (22.5±9.09%), eosinofil (3.6±1.64%) dan basofil
(1.2±0.84%). Rataan ukuran diameter untuk masing-masing sel darah yang
diperoleh dari hasil penelitian ini adalah eritrosit (7.98±0.055 µm) dengan area
bikonkaf (4.15±1.135 µm), limfosit (8.5±0.5 µm), monosit (10.5±0.5 µm),
neutrofil (14±0.5 µm), eosinofil (11.5±0.5 µm), dan basofil (11±3 µm). secara
umum, nilai normal dan morfologi darah landak Jawa mirip dengan mamalia
khususnya dengan rodensia lain dan kelinci.
Kata kunci: landak Jawa (Hystrix javanica), uji hematologi, mamalia, rodensia.

STUDI HEMATOLOGI PADA LANDAK JAWA
(Hystrix javanica)

ELSYE MINAR SINAMBELA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DANSUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Studi
Hematologi pada Landak Jawa (Hystrix javanica)” adalah karya Saya dengan
arahan dari Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari Penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari
skripsiini.

Bogor,Januari 2012
Elsye Minar Sinambela
B04070020

ABSTRACT
ELSYE MINAR SINAMBELA.
Hematology study of Javan Porcupine
(Hystrixjavanica).Under direction of SUPRATIKNO and SRIHADI
AGUNGPRIYONO.

This research was conducted to observe blood values and morphology of
the Javan porcupine (Hystrix javanica). This research used five adult porcupines,
consisted of four males and one female with body weight around 7-9 kg. Blood
sample was taken intracardiallyin parallel with the olecranon intercostale.
Processed for hematological examinations total erythrocyte, Hb, PCV, MCV,
MCH, MCHC, total leukocyte, and blood cell morphology. The results showed
that total erythrocytes was (4.21±0.49 x106/mm3), Hb was (14.33±2.43 gr/dl), and
PCV was (43.08±3.82%), respectively. Further analysis resulted in the MCV
(102.66±4.63 fl), MCH (34.25±4.78 pg) and MCHC (33.25±3.69%). Total
leukocytes of Javan porcupine were (10.11±2.87 x103/mm3), consisted of
lymphocyte (70.9±7.79%), monocyte (1.8±0.76%), neutrophil (22.5±9.09%),
eosinophil (3.6±1.64%) and basophil (1.2±0.84%). The mean diameter of blood
cells obtained from the results of this study were erythrocytes (7.98±0.055 µm)
with an area biconcave (4. 15±1.135 µm), lymphocyte (8.5±0.5 µm), monocyte
(10.5±0.5 µm), neutrohil (14±0.5 µm), eosinophil (11.5±0.5 µm), and basophil
(11±3 µm). Generally, blood values and morphology of the Javan porcupine were
similar to those of the other mammals especially rodents and rabbit.
Keywords: Hystrixjavanica, hematology, erithrocytes, mammals, rodents.

ABSTRAK

ELSYE MINAR SINAMBELA. Studi Hematologi Pada Landak Jawa (Hystrix
javanica).
Di
bawah
bimbingan
SUPRATIKNO
dan
SRIHADI
AGUNGPRIYONO.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan melengkapi data-data dasar
gambaran darah pada landak Jawa (Hystrix javanica).
Penelitian ini
menggunakan lima ekor landak Jawa dewasa, yang terdiri dari empat ekor landak
jantan dan satu ekor landak betina, dengan bobot badan berkisar 7-9 kg. Sampel
darah diambil secara intracardial di daerah intercostales sejajar dengan
olecranon. Pemeriksaan uji hematologi, meliputi pemeriksaan jumlah eritrosit,
kadar Hb, PCV, MCV, MCH, MCHC, jumlah leukosit dan morfologi sel darah.
Hasil penelitian menujukkan bahwa jumlah eritrosit (4.21±0.49 x106/mm3), kadar
Hb (14.33±2.43 gr/dl), dan PCV (43.08±3.82%). Dari hasil perhitungan eritrosit,
Hb, dan PCV, dapat diperoleh nilai MCV (102.66±4.63 fl), MCH (34.25±4.78 pg)

dan MCHC (33.25±3.69%). Jumlah leukosit yang diperoleh dari hasil penelitian
adalah (10.11±2.87 x103/mm3), yang terdiri dari limfosit (70.9±7.79%), monosit
(1.8±0.76%), neutrofil (22.5±9.09%), eosinofil (3.6±1.64%) dan basofil
(1.2±0.84%). Rataan ukuran diameter untuk masing-masing sel darah yang
diperoleh dari hasil penelitian ini adalah eritrosit (7.98±0.055 µm) dengan area
bikonkaf (4.15±1.135 µm), limfosit (8.5±0.5 µm), monosit (10.5±0.5 µm),
neutrofil (14±0.5 µm), eosinofil (11.5±0.5 µm), dan basofil (11±3 µm). secara
umum, nilai normal dan morfologi darah landak Jawa mirip dengan mamalia
khususnya dengan rodensia lain dan kelinci.
Kata kunci: landak Jawa (Hystrix javanica), uji hematologi, mamalia, rodensia.

RINGKASAN
ELSYE MINAR SINAMBELA. Studi Hematologi pada Landak Jawa (Hystrix
javanica).
Di
bawah
bimbingan
SUPRATIKNO
dan
SRIHADI

AGUNGPRIYONO.
Landak Jawa (Hystrix javanica) dapat ditemukan di sekitar Pulau Jawa,
Lombok, Madura, Flores, dan Sumbawa. Menurut CITES (The Convention on
International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora) tahun 2008,
status landak adalah least concern atau tidak terlalu diperhatikan statusnya. Hal
ini dikarenakan jumlah populasi landak masih banyak ditemukan di berbagai
benua. Banyak masyarakat Indonesia, menganggap bahwa landak merupakan
hama perusak tanaman pangan masyarakat, namun sebagian masyarakat
menganggap landak adalah hewan yang berpotensi karena daging landak dapat
dimanfaatkan. Menurut masyarakat, daging landak memiliki khasiat sebagai
penyembuh penyakit hepatitis, meningkatkan vitalitas kaum pria, serta
menghilangkan gatal-gatal pada kulit.
Mengingat banyaknya khasiat daging landak, maka landak memiliki
potensi yang tinggi sebagai satwa harapan, namun sampai saat ini data biologis
landak masih kurang. Salah satu data biologis yang cukup penting dari hewan ini
adalah data mengenai gambaran darah atau hematologi. Penelitian ini bertujuan
untuk melengkapi data-data dasar yang berhubungan dengan fisiologis dan
anatomis darah pada landak Jawa, melalui serangkaian uji hematologi.
Penelitian ini menggunakan 5 ekor landak Jawa, yang terdiri dari 4 ekor
landak jantan dan 1 ekor landak betina. Landak yang digunakan adalah landak

yang dewasa, dengan bobot badan berkisar 7-9 kg. Pengambilan darah dilakukan
dengan cara pembiusan terlebih dahulu. Darah diambil secara intracadial di
daerah intercostae yang sejajar dengan olecranon. Darah yang diperoleh
selanjutnya diperiksa dengan berbagai uji hematologi. Berbagai uji hematologi
diantaranya adalah pengamatan bentuk dari masing-masing sel darah dan
diferensiasi leukosit melalui pembuatan preparat ulas darah dan pewarnaan
Giemsa, penghitungan jumlah sel eritrosit dan sel leukosit, penentuan hematokrit
cara mikro, penentuan kadar hemoglobin.
Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa gambaran darah normal landak
Jawa mirip dengan gambaran darah normal hewan mamalia pada umumnya
khususnya beberapa jenis rodensia lain. Hasil penelitian yang diperoleh,
menunjukkan bahwa jumlah eritrosit (RBC) landak Jawa sebesar 4.21±0.49
x106/mm3, kadar hemoglobin (Hb) sebesar 14.33±2.43 gr/dl, dan jumlah
hematokrit (PCV) sebesar 43.08±3.82%. Dari hasil perhitungan jumlah RBC,
kadar Hb, dan jumlah PCV, sehingga dapat diperoleh nilai MCV landak Jawa
sebesar 102.66±4.63 fl, nilai MCH sebesar 34.25±4.78 pg, dan nilai MCHC
sebesar 33.25±3.69%. Selain itu, jumlah leukosit yang diperoleh dari hasil
penelitian ini adalah 10.11±2.87 x103/mm3, yang terdiri dari sel limfosit
70.9±7.79%, sel monosit 1.8±0.76%, sel neutrofil 22.5±9.09%, sel eosinofil
3.6±1.64%, dan sel basofil 1.2±0.84%. Rataan ukuran diameter sel darah yang

diperoleh dari hasil penelitian ini diantaranya adalah sel eritrosit 7.98±0.055 µm
dengan ukuran bikonkaf 4.15±1.135 µm, sel limfosit 8.5±0.5 µm, sel monosit

10.5±0.5 µm, sel neutrofil 14±0.5 µm, sel eosinofil 11.5±0.5 µm, dan sel basofil
11±3 µm. Nilai-nilai ini secara umum mirip dengan beberapa jenis kelinci dan
rodensia lain, yaitu marmut, hamster, tikus dan mencit. Jumlah RBC landak Jawa
lebih dekat dengan jumlah RBC pada marmut, yaitu 5.09±0.47 x106/mm3. Kadar
Hb landak Jawa lebih dekat dengan kadar Hb pada tikus jenis Sprangue-Dawley,
yaitu 14.8±0.8 gr%. Nilai PCV landak Jawa lebih dekat dengan nilai PCV pada
marmut, yaitu 42.1±3.1 gr%, sedangkan untuk nilai MCV pada landak Jawa, jauh
lebih besar bila dibandingkan dengan nilai MCV pada kelinci, bahkan pada
rodensia lain yang memiliki hubungan kekerabatan dekat dengan landak Jawa.
Dari hasilanalisispenelitian, menunjukkanbahwanilai MCV landak Jawa yang
besar menggambarkan ukuran diameter sel eritrosit landak Jawa jauh lebih besar
bila dibandingkan dengan rodensia lain. Namun, ada literatur yang melaporkan
bahwa nilai MCV kelinci, yaitu 110.4 fl,dan nilai MCH dan MCHC landak Jawa
lebih dekat dengan nilai MCH dan MCHC pada kelinci yaitu 38.11 pg dan 34.41
gr/dl. Berdasarkan laporan ini, maka nilai MCV, MCH, dan MCHC pada landak
Jawa lebih dekat dengan kelinci. Kedekatan nilai MCV, MCH dan MCHC ini
diduga berhubungan dengan kesamaan habitat dan perilaku membuat sarang

berupa lubang di dalam tanah dari kedua hewan.
Sel leukosit merupakan sel yang bertanggung jawab dalam pertahanan
tubuh suatu organisme. Dari hasil penelitian yang diperoleh, jumlah sel leukosit
landak Jawa lebih dekat dengan jumlah sel leukosit pada marmut, yaitu
11.111±2.891 x103/mm3. Ditinjau dari bentuk dan ukuran masing-masing sel
leukosit, bentuk dan ukuran sel lukosit landak Jawa mirip dengan bentuk sel
leukosit mamalia pada umumnya. Jumlah sel limfosit landak Jawa lebih dekat
dengan jumlah sel leukosit pada marmut, yaitu 71.4±9.6%.
Jumlah sel monosit landak Jawa lebih dekat dengan jumlah monosit pada
mencit jenis Paker, yaitu 1.6±1.5%. Sel monosit landak Jawa memiliki inti yang
berbentuk bulat dan terletak di salah satu sisi. Jumlah sel neutrofil landak Jawa
lebih dekat dengan jumlah sel neutrofil pada marmut, yaitu 23.4±9.5%. Jumlah
sel basofil landak Jawa lebih dekat dengan jumlah sel basofil pada kelinci putih
jenis New Zealand, yaitu 2.7±2.2%. Secara fisik sel basofil terlihat seperti
limfosit, akan tetapi sel basofil dapat dibedakan dengan sel limfosit, yaitu
berdasarkan adanya granul dan ukuran sel. Jumlah sel eosinofil landak Jawa lebih
dekat dengan jumlah eosinofil pada tikus jenis Long Evants, yaitu 3.6±3.1%.
Kata kunci: landak Jawa (HystrixJavanica), uji hematologi, mamalia, rodensia.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin dari IPB

STUDI HEMATOLOGI PADA LANDAK JAWA
(Hystrix javanica)

ELSYE MINAR SINAMBELA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul Skripsi : Studi Hematologi pada Landak Jawa (Hystrix javanica)
Nama
: Elsye Minar Sinambela
NIM
: B04070020

Disetujui

Drh. Supratikno, M.Si PAVet
Pembimbing I

Drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D. PAVet (K)
Pembimbing II

Diketahui

Drh. Agus Setiyono, M.Si. Ph. D. APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Disetujui Tanggal :

PRAKATA

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan
karunia-Nya, sehingga telah mengizinkan Penulis menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi yang berjudul Studi Hematologi pada Landak Jawa
(Hystrixjavanica).
Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, Penulis
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung, yaitu:
1. Bapak drh. Supratikno M.Si PAVet sebagai Dosen Pembimbing pertama atas
bimbingan, semangat, arahan, kesabaran dan waktu, selama melakukan penelitian
dan penulisan skripsi.
2. Bapak drh. Srihadi Agungpriyono Ph.D. PAVet(K) sebagai Dosen Pembimbing
kedua atas arahan dan bantuan yang diberikan selama proses penelitian dan
penulisan skripsi.
3. Dr. drh. JokoPamungkas M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing akademik, yang
selalu member dukungan, semangat baru, dan waktu luang, serta tempat curahan
hati selama masa kuliah di FKH IPB.
4. Dr. drh. Eva Harlina M.Si dan drh. Fadjar Satrija M.Sc Ph.D sebagai dosen
penguji.
5. Orang tua (Bertua Sinambela dan RosdianaTampubolon) dan adik-adik (Leonard
Sinambela, Lovian Sinambeladan Carlos Sinambela), serta seluruh keluarga besar
yang selalu member dukungan dan semangat baru.
6. Staf Pengajar yaitu Bapak/Ibu dosen dan Staf Laboratorium Anatomi

(Mas

Bayudan Mas Rudi), Staf Laboratorium Fisiologi (Ibu Ida dan Ibu Sri), serta Staf
Laboratorium Helmintologi yang membantu selama dalam proses penelitian.
7. Teman-teman sepenelitian, yaitu grup landak (Sheila, Arie W, dan Faiz) dan grup
Muncak (Lidya, Juliper dan Risar), serta teman-teman satu Laboratorium Riset
Anatomi.
8. Teman-Teman Persekutuan FKH IPB, Komisi Pelayanan Siswa PMK IPB.
9. DEALS dan teman-teman Gianuzi FKH A’44, yang berjuang bersama selama
menempuh perkuliahan dan ujian di FKH IPB.
10. Seluruh civitas Akademika FKH IPB.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran dari
semua pihak yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2012

ElsyeMinarSinambela

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di KisaranAsahan Sumatera Utarapada tanggal 9 Juni
1989, dari pasangan Drs. Bertua Sinambela dan Dra. Rosdiana Tampubolon.
Penulis merupakanputri pertama dari empat bersaudara. Penulis menghabiskan
masa kecil dan remajanya di Aekkanopan Labuan Batu Utara, Sumatera Utara
bersama keluarga.
Pendidikan Penulis diawali dari TK di Yayasan Sultan Hasanuddin,
selanjutnya SDN di Aekkanopan Wonosari Lk II, pendidikan lanjutan menengah
pertama di SMP Yayasan Sultan Hasanuddin dan pendidikan lanjutan menengah
atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMAN I Kualuh Hulu Labuan Batu Utara.
Pada tahun yang sama, Penulis lulus seleksimasuk sebagai mahasiswa Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor ( FKH IPB). Penulis masuk IPB
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama masa pendidikan, Penulis aktif dalam berbagai kegiatan di dalam
maupun di luar kampus. Di dalam kampus, Penulis bergabung dalam Himpunan
Profesi Ruminansia, Persekutuan FKH IPB, paduan suara Gita Klinika FKH IPB,
serta Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB Komisi Pelayanan Siswa. Selain itu,
Penulis juga aktif dalam kepanitiaan beberapa seminar yang diadakan oleh FKH
IPB. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen untuk matakuliah Pengelolaan
Kesehatan Hewan dan Lingkungan di FKH IPB.Di luar kampus, Penulis pernah
sebagai pengajar atau guru agama Kristen tingkat menengah atas di SMK PGRI 3
BOGORselamaduatahun, dan sebagai guru privat matematika tingkat menengah
pertama dan atas. Selain itu, Penulis juga pernah mengikuti berbagai magang di
kebun binatang, peternakan, dan klinik hewan.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Landak .................................................................................................... 4
Darah ...................................................................................................... 5
Eritrosit (RBC) ......................................................................................... 6
Hematokrit (PCV) .............................................................................. 7
Leukosit (WBC) ...................................................................................... 8
Limfosit ............................................................................................. 10
Monosit ............................................................................................. 11
Neutrofil ............................................................................................ 11
Basofil ............................................................................................... 12
Eosinofil ............................................................................................ 13
Trombosit ................................................................................................ 13
METERI DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 15
Materi Penelitiaan .................................................................................... 15
Metode Penelitian .................................................................................... 15
Pembiusan dan pengambilan darah .................................................... 16
Pembuatan preparat ulas darah ............................................................ 16
Pewarnaan Giemsa pada preparat ulas darah ...................................... 16
Penghitungan jumlah eritrosit dan leukosit .......................................... 17
Penentuan hematokrit cara mikro ....................................................... 18
Penentuan kadar hemoglobin ............................................................. 18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi Sel-Sel Darah........................................................................... 19
Eritrosit ................................................................................................... 19
Leukosit ................................................................................................................ 19
Limfosit ................................................................................................................. 22
Monosit .................................................................................................................. 23
Neutrofil ................................................................................................................. 24
Basofil ................................................................................................................... 25
Eosinofil ................................................................................................................ 25
Hemoglobin (Hb), Hematrokrit (PCV), dan Eritrosit (RBC) .................................. 26
MCV, MCH, dan MCHC ......................................................................... 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................. 31
Saran ....................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32
LAMPIRAN .................................................................................................. 34

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Perbandingan nilai normal RBC, Hb, dan PCV dari beberapa spesies hewan ..... 7
2 Nilai normal MCV, MCH dan MCHC dari beberapa spesies hewan .................. 8
3 Nilai normal diferensiasi sel leukosit dari beberapa spesies hewan ................... 10
4 Hasil analisis rataan sel leukosit dari masing-masing landak Jawa .................... 20
5 Perbandingan nilai normal jumlah rataan sel leukosit pada landak Jawa
dengan beberapa spesies hewan .......................................................................21
6 Persentase rataan diferensiasi leukosit dari masing-masing landak Jawa ...........21
7 Perbandingan nilai normal persentase rataan diferensiasi sel leukosit
pada landak Jawa dengan beberapa spesies hewan ........................................... 22
8 Hasil rataan analisis nilai Hb, PCV, dan RBC dari masing-masing
landak Jawa .............................................................................................................. 26
9 Perbandingan nilai rataan Hb, PCV, dan RBC pada landak Jawa

dengan beberapa spesies hewan .......................................................................27
10 Hasil analisis rataan MCV, MCH dan MCHC dari masing-masing
landak Jawa ....................................................................................................28
11 Perbandingan nilai rataan MCV, MCH, dan MCHC pada landak Jawa
dengan beberapa spesies hewan .......................................................................29

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Landak Jawa (Hystrix javanica) ........................................................................5
2 Proses pembentukan sel darah ..........................................................................6
3 Morfologi dari masing-masing sel darah .......................................................... 9
4 Proses pengambilan darah ................................................................................ 16
5 Kamar hitung Burker ....................................................................................... 18
6 Variasi morfologi sel eritrosit pada landak Jawa ............................................... 19
7 Variasi morfologi sel limfosit pada landak Jawa ............................................... 23
8 Variasi morfologi sel monosit landak Jawa ...................................................... 24
9 Variasi morfologi sel neutrofil landak Jawa ..................................................... 25
10 Variasi morfologi sel basofil landak Jawa ....................................................... 25
11 Variasi morfologi sel monosit landak Jawa ..................................................... 26

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Uji hematologi landak Jawa pada pengamatan I ................................................ 35
2 Uji hematologi landak Jawa pada pengamatan II ............................................... 35
3 Rataan nilai Hb, PCV, dan BDM dari pengamatan I dan II ................................ 36
4 Nilai MCV, MCH, dan MCHC dari hasil
perhitungan pengamatan I ................................................................................. 37
5 Nilai MCV, MCH, dan MCHC dari hasil
perhitungan pengamatan II ................................................................................ 37
6 Rataan nilai MCV, MCH, dan MCHC dari pengamatan I dan II ........................ 38
7 Ukuran bikonkaf sel eritrosit dengan perbandingan ukuran
diameternya pada perbesaran 40x pada pengamatan I ........................................39
8 Ukuran bikonkaf sel eritrosit dengan perbandingan ukuran
diameternya pada perbesaran 40x pada pengamatan II ...................................... 40
9 Rataan ukuran bikonkaf eritrosit dan ukuran diameternya
dari pengamatan I dan II ................................................................................... 41
10 Rataan ukuran diameter dari masing-masing sel sel leukosit
pada perbesaran 20x ………………………………………………………….. 42

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Landak adalah hewan pengerat terbesar ketiga setelah capybara dan
berang-berang.Landak termasuk dalam ordo rodensia yang memiliki dua famili,
yaitu Hystricidae dikenal juga sebagai old world porcupine, sedangkan
Erethizontidae dikenal sebagai new world porcupine (Macdonald 2006).
Landak (Hystrix) termasuk hewan mamalia dengan ukuran tubuh sedang.
Dalam

ordo

rodensia,

landak

memiliki

ukuran

tubuh

yang

relatif

besarbiladibandingkan dengan rodensia lain serta memiliki struktur anatomi yang
unik. Landak memiliki rambut yang lembut di daerah kepaladan tubuh bagian
depan serta bagian ventral. Pada bagian punggung tubuh, bagian samping, dan
ekor landak, rambut lembut tersebut berdiferensiasi menjadi duri yang tajam.
Ekor landak juga ditutup oleh rambut yang mengalami modifikasi menjadi duri
yang dapat berderak.
Banyak masyarakat Indonesia, menganggap bahwa landak merupakan
hama perusak tanaman pangan masyarakat. Namun, dibeberapa daerah landak
dikonsumsi manusia karena daging landak memiliki rasa yang lezat dan kadar
lemak yang lebih rendah dari pada daging sapi dan ayam, sehingga aman
dikonsumsi pada semua usia. Selain itu, landak juga dianggapberkhasiat sebagai
penyembuh penyakit hepatitis serta menghilangkan gatal-gatal pada kulit. Bagi
kaum pria, daging landak juga dipercaya memiliki khasiat sebagai penambah
vitalitas atau obat kuat.Begitu juga dengan empedu landak,diyakinidapat
mengobati penyakit asma.Bahkandi daerah Karanganyar Jawa Tengah,daging
landak dijadikan sebagai menu khas daerah tersebut, yaitu berupa sate landak
(Setiawan 2007).
Menurut CITES (The Convention on International Trade in Endangered
Spesies of Wild Fauna and Flora) tahun 2008, status landak adalah least concern
atau tidak terlalu diperhatikan statusnya (Lunde dan Aplin 2008). Mengingat
banyaknya khasiat daging landak, maka landak memiliki potensi yang tinggi
sebagai satwa harapan, khususnyapada landak Jawa.Meskipun landak Jawa
memiliki potensi sebagai satwa harapan, namun data biologis pada landak Jawa

masih terbatas. Oleh karena itu,diperlukan data yang akurat mengenai kondisi
fisiologis dan anatomis tubuh serta pola perilaku hewan tersebut. Salah satu data
fisiologis dan anatomis yang cukup penting dari hewan ini adalah data mengenai
gambaran darah atau hematologi, yaitunilai normal dan bentuk darimasing-masing
sel darah.
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam
suatu cairan yang disebut plasma. Selain itu, darah merupakan jaringan khusus
yang menjalani sirkulasi tubuh. Fungsi utama darah adalah mengangkut oksigen
yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan
tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung
berbagai bahan penyusun sistem imun.

Sistem imun bertujuan untuk

mempertahankan tubuh dari berbagai agen penyakit (Tortora 2005).Pemeriksaan
darah sangat penting untuk diagnosa awal dalam suatu keadaan atau kondisi
hewan tersebut.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mempertegas perubahan fisiologis
atau simptom dari kemungkinan penyakit yang terjadi pada hewan tersebut. Data
nilai normal darah pada suatu hewandiperlukan sebagai perbandingan diagnosa.
Selain itu, datanilai normal seldarah dapat dijadikan sebagai indikator suatu jenis
penyakit yang terdapat pada hewan tersebut, bila nilai yang diperoleh kurang atau
lebih dari keadaan normal.Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan lanjut
berupa pemeriksaan diferensial leukosit(%).

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh dan melengkapi datadata dasar yang berhubungan dengan fisiologis serta anatomissel darah pada
landak Jawa (Hystrix javanica) melalui serangkaian uji hematologi.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar dan
informasi ilmiah yang berhubungan dengan kondisi fisiologis dan anatomis sel
darah pada landak Jawa.

Data yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk

menunjang tata laksana pemeliharaan dan pengembangbiakkan,serta menjadi data

acuan pada penelitian-penelitian berikutnya.

Selain itu, data mengenai darah

(hematologi) ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan di dalam
penyusunan strategi bagi pengembangan usaha konservasi maupun budidaya
landak.

TINJAUAN PUSTAKA
Landak
Landakmerupakan salah satu hewan mamalia dengan ordo rodensia dan
famili Hystrixdae (Cigremiset al. 2008). Landak memiliki sifat soliter dan
nokturnal. Selain itu, landak memiliki ciri khas pada rambutnya.Secara umum,
landak memiliki dua macam rambut, yaitu rambut halus dan rambut yang
mengeras atau duri.Seekor landak memiliki kurang lebih 30.000 duri ditubuhnya
(Roze 1989).Duri-duri landak merupakan alat pertahanan utama dari
predator.Klasifikasi landak menurut Corbet dan Hill (1992) adalah sebagai
berikut:
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Subfilum

: Vertebrata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Rodentia

Subordo

: Hystricomorpha

Famili

: Hystricidae(Old World Porcupines)


Atherurus africanus, African Brush-tailed Porcupine



Atherurus macrourus, Asiatic Brush-tailed Porcupine



Hystrix cristata, African Porcupine



Hystrix africaeaustralis, Cape Porcupine



Hystrix hodgsoni, Himalayan Porcupine



Hystrix indicus, Indian Porcupine



Hystrix brachyura, Malayan Porcupine



Hystrix javanica, Sunda Porcupine/ Javan Porcupine



Thecurus crassispinis, Bornean Porcupine



Thecurus pumilis, Philippine Porcupine



Thecurus sumatrae, Sumatran Porcupine



Trichys fasciculata, Long-tailed Porcupine



Famili Erethizontidae: New World Porcupines

Landak Jawa dikenal sebagai landak yang memiliki ekor pendek.Landak
Jawa ditemukan oleh F.Cuvier pada tahun 1823 di Jawa (Grzimek 1975).Landak
Jawa memiliki karakteristik dengan bobot badan rata-rata sekitar 8 kg dan panjang
tubuh sekitar 45.5-73.5 cm.Panjang ekornya berkisar antara 6-13 cm (Gambar
1).Susunan dan struktur duri padalandak Jawa menyerupai subgenus Thecurus
(Grzimek 1975).

Gambar 1 Landak Jawa(Hystrix javanica).
Landak Jawa memiliki rambut yang lembut di daerah kepala dan tubuh
bagian ventral (
). Pada bagian punggung, bagian samping, dan bagian
ekor , rambut lembut tersebut berdiferensiasi menjadi duri yang tajam (
)
(Sheila 2011). Bar 10 cm.

Landak Jawa terdapat disekitar Pulau Jawa, Lombok, Madura, Flores, dan
Sumbawa.Landak Jawa dapat ditemukan di hutan, dataran rendah, kaki bukit, dan
area pertanian.Pakan landak Jawa berupa buah-buahan, sayur-sayuran, akar, dan
batang tumbuhan.Menurut Meynyeng (2010), landak Jawa memiliki masa
kebuntingan kira-kira delapan minggu dengan jumlah anak yang dilahirkan 2-4
ekor pada setiap kelahiran.

Darah
Darah merupakan cairan di dalam pembuluh darah, yang beredar ke
seluruh tubuh, mulai dari jantung dan segera kembali ke jantung (Isnaeni 2006).
Fungsi utama darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di
seluruh tubuh, serta menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat
sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun.

Sistem imun bertujuan untuk mempertahankan tubuh dari berbagai agen penyakit.
Darah terdiri dari dua fase yaitu fase cair dan fase padat. Fase cair adalah plasma
atau serum darah, yang merupakan 55% dari komposisi darah, sedangkan fase
padat adalah sel darah merah (RBC), sel darah putih (WBC) dan trombosit, yang
merupakan 45% dari komposisi darah(Rich et al.1992).
Jumlah RBC lebih banyak dari pada jumlah WBC. Jumlah RBC pada
setiap mamalia kurang lebih5x106/mm3, sedangkanjumlah WBC kurang
lebih6x103/mm3. Proses pembentukan sel darah yaitu RBC, WBC, dan trombosit
terjadi di dalam sumsum tulang secara kontinyu, dilanjutkan dengan proses
mitosis dan diferensiasi.Proses pembentukan sel darah dapat dilihat pada Gambar
2.

Pembentukan dan perkembangan eritrosit (erythropoiesis) diawali dengan

bentuk proerythoblashingga menjadi bentuk eritrosit yang utuh, sedangkan
pembentukan dan perkembangan leukosit (granulopoiesis) diawali dengan
bentukpromyelocyteyang selanjutnya berdiferensiasi menjadi masing-masing jenis
leukosit.Produksi RBC dalam sumsum tulang lebih cepat dari pada produksi
WBC dan trombosit (Michael 1985).
Lymphoid

Limfosit

Eritrosit
Pluripotent
Neutrofil

Monosit
Myeloid
Eosinofil

Basofil

Trombosit
Megakaryosit

Gambar 2 Proses pembentukan sel darah (Michael 1985).
Eritrosit (RBC)
Eritrosit adalah salah satu komponen sel darah yang paling dominan dari
fase padat darah.Sel ini berbentuk bikonkaf dan tidak memiliki inti (Gambar
3).Rataan ukuran diameter sel eritrosit pada mamalia sebesar 7 µm dan tebal 1-3
µm (Williams 1987). Fungsi utama dari sel eritrosit adalah membawa oksigen
yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh.

Sel eritrosit mengandung

hemoglobin, yang merupakan pigmen eritrosit. Komponen ini merupakan bagian

eritrosit bertugas mengikat oksigen dalam bentuk protein kompleks yang
terkonjugasi (Guyton 1996).
Sel eritrosit pada mamalia, tidak memiliki inti,mitokondria, dan retikulum
endoplasma. Fungsi dari mitokondria digantikan oleh enzim-enzim yang terdapat
dalam sitoplasma.

Aktifitas enzim sitoplasmik akan menurun seiring dengan

bertambahnya umur sel eritrosit karena membran sel akan rapuh (Ganong 1988).
Jumlah sel eritrosit dipengaruhi oleh spesies hewan, jenis kelamin, umur, nutrisi,
serta keadaan fisiologis yaitu laktasi, kebuntingan, siklus estrus, suhu, dan
lingkungan (Sturkie 1976). Perbandingan nilai normal RBC (x106/mm3),
hemoglobin (Hb) (gr/dl), dan hematokrit (PCV) (%) dari beberapa jenis hewan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perbandingan nilai RBC, Hb, dan PCV dari beberapa spesies hewan
Jenis hewan
Anjing
Kucing
Sapi
Domba
Kambing
Babi
Ayam
Kelinci*
Tikus**
Golden
Hamster**

RBC (x106/µl)
Kisaran
Rataan
5.5-8.5
6.8
5.0-10.0
7.5
5.0-10.0
7.0
9.0-15.0
12.0
8.0-18.0
13.0
5.0-8.0
6.5
2.5-3.5
3.0

Hb (g/dl)
Kisaran
12.0-18.0
8.0-15.0
8.0-15.0
9.0-15.0
8.0-12.0
10.0-16.0
7.0-13.0

Rataan
15.0
12.0
11.0
11.5
10.0
13.0
9.0

PCV (%)
Kisaran
37.0-55.0
24.0-45.0
24.0-46.0
27.0-45.0
22-38
32-50
22.0-35.0

Rataan
45.0
37.0
35.0
35.0
28.0
42.0
30.0

5.5-13.9
5.0-9.2

12-17
15.0-20.

11.70
15.0
-

47.4

34.00
-

3.07
9.2
-

Sumber: Jain (1993), *Njidda dan Isidahomen dalam Schalm (1971), **Gardner dalam Schalm (1971).

Hematokrit
Hematokrit adalah persentase sel darah merah di dalam 100 ml darah
(Wijajakusuma 1986). Nilai hematokrit ditentukan melalui sentrifugasi darah
dalam tabung mikro hematokrit.Hasil sentrifugasi dibaca dengan menggunakan
alat mikrohematocrite reader.Nilai hematokrit disebut juga sebagai Packed Cell
Volume (PCV).
Dari hasil perhitungan PCV, Hb, dan RBC, maka dapat ditentukan nilai
MCV, MCH, dan MCHC.MCV (Mean Corpuscular Volume) adalah rata-rata dari
ukuran sel darah merah.MCH(Mean Corpuscular Hemoglobin) adalah rata-rata
dari jumlah atau konsentrasi Hb pada setiap sel darah merah. MCHC (Mean
Corpuscular Hemoglobin Concentration) adalah konsentrasi Hb dalam sel darah

merah atau terhadap ukuran sel darah merah. Jika nilai MCH dan MCHC yang
diperoleh rendah, maka dapat disimpulkan bahwa hewan tersebutmemiliki kadar
Hb yang rendah.

Nilai MCV, MCH, dan MCHCdapat digunakan untuk

mendiagnosa anemia. Anemia adalah keadaan abnormal dari rendahnya nilai
hematokrit dan Hb (Guyton 1996).Menurut Guyton(2008), anemia dibagi menjadi
3 klasifikasi, yaitu; (1) klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel atau konsentrasi
hemoglobin

dari

eritrosit

(anemia

mofologi);

(2)

berdasarkan

proses

pembentukkan dan respon dari sumsum tulang belakang; dan (3) berdasarkan
mekanisme patologi yang terjadi pada tubuh, misalnya: trauma, pembedahan,
parasit, dan neoplasia sel pembentuk eritrosit. Oleh karena itu, nilai MCV, MCH,
dan MCHC yang normal dari masing-masing hewan merupakan indikator
pembanding untuk mendiagnosakondisi hewan. Nilai normal MCV, MCH, dan
MCHC dari beberapa jenis hewan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai normal MCV, MCH dan MCHC dari beberapa spesies hewan
Jenis hewan
Anjing
Kucing
Sapi
Domba
Kambing
Babi
Ayam
Kelinci*

MCV (femtoliter)
Kisaran
Rataan
60.0-77.0
70.0
39.0-55.0
45.0
40.0-60.0
52.0
28-40
34.0
16-25
19.5
50-68
60
90.0-140.0
115.0
110.74

MCH (pictogram/sel)
Kisaran
Rataan
19.5-24.5
22.8
12.5-17.5
15.5
11.0-17.0
14.0
8-12
10.0
30-36
33.0
17.0-21
19.0
33.0-47.0
41.0
38.11

MCHC (gram/desiliter)
Kisaran
Rataan
32.0-36.0
34.0
30.0-36.0
33.2
30.0-36.0
32.7
31-34
32.5
5.2-8.0
6.5
30.0-34.0
32.0
26.0-35.0
29.0
34.1

Sumber: Jain (1993), *Njidda dan Isidahomen dalam Schalm (1971).

Leukosit (WBC)
Leukosit adalah sel darah yang bertanggung jawab dalam pertahanan
tubuh suatu organisme dari benda asing atau bahan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh (Macer 2003).Sel leukositmemiliki diameter 7-20 µm dan berjumlah 1%
dari volume total darah.Sel leukosit terdiri dari dua jenis, yaitu sel leukosit yang
memiliki granul dan sel leukosit yang tidak memiliki granul.Sel leukosit yang
memiliki granul adalah sel neutrofil, sel eosinofil, dan sel basofil. Sel leukosit
yang tidak memilikigranul adalah sel limfosit dan sel monosit (Williams 1987).
Jumlahsel leukositdi dalam tubuh, jauh lebih sedikit dari pada jumlah sel
eritrosit.Selain itu, jumlah sel leukosit di dalam tubuh bervariasi, tergantung dari

kebutuhan masing-masing hewan. Fluktuasi dalam jumlah sel leukosit pada tiap
individu cukup besar pada kondisi tertentu, misalnya: stress, aktivitas fisiologis,
status gizi, umur dan lain-lain (Dellmann dan Brown 1992). Menurut Frandson
(1992), meningkatnya jumlah sel leukosit merupakan pertanda adanya infeksi.
Morfologi dari masing-masing sel darah dapat dilihat pada Gambar 3.

b

e

c
f
d

Gambar 3 Morfologi dari masing-masing sel darah (Michael 1985).
Keterangan:a: Eritrosit (7 µ m).b: Neutrofil (10-14 µm).c: Eosinofil (10-14
µm).d: Basofil (10-14 µ m).e: Monosit (15-20 µm).f: Lymfosit (8-10 µ m).g:
Trombosit (1-2 µm).

Perbedaan jumlah masing-masing sel leukosit dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor.Salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup
dari masing-masing sel leukosit tersebut.Masa hidup sel leukosityang memiliki
granul relatif lebih singkat dibandingkan sel leukosit yang tidak memiliki granul.
Masa hidup sel leukosit yangmemiliki granul

adalah4-8 jam dalam sirkulasi

darah dan4-5 hari di dalam jaringan. Hal ini disebabkan, karena sel leukosit yang
memiliki granul lebih cepat menuju daerah infeksi dan melakukan fungsinya dari
pada sel leukosit yang tidak memiliki granul (Michael 1985).Persentase nilai
normal diferesiasi sel leukosit dari beberapa jenis hewan dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3 Nilai normal diferensiasi sel leukosit dari beberapa spesies hewan
Diferensiasi WBC(%)
Jenis

Limfosit

Neutrofil

Monosit

Eosinofil

Basofil

Hewan
Ksrn

Rtn

Ksrn

Rtn

Ksrn

Rtn

Ksrn

Rtn

Ksrn

Rtn

Anjing

12-30

20

60-77

70

3-10

5.2

2-10

4

Jarang

0

Kucing

20-55

32

35-75

59

1-4

3

2-12

5.5

Jarang

0

Sapi

45-75

58

15-45

28

2-7

4

0-20

9

0-2

0.5

Domba

40-75

62

10-50

30

0-6

2.5

0-10

5

0-3

0.5

Kambing

50-70

56

30-48

36

0-4

2.5

1-8

5.0

0-1

0.5

Babi

39-62

53

28-47

37

2-10

5

1-11

3.5

0-2

0.5

Ayam

45-70

60

15-40

28

5-10

8

1.5-6

4.8

Jarang

-

Sumber: Jain (1993); Keterangan: Krsn: Kisaran; Rtn: Rataan.

Limfosit
Limfosit merupakansalah satu jenis sel leukosit yang tidak memiliki
granul dengan jumlah lebih dominan dari jenis sel leukosit lain, khususnya pada
hewan ruminansia dan babi. Sel limfosit memiliki ukuran 6-15 µm (Bacha dan
Bacha 1990). Menurut Jain (1993), morfologi sel limfosit dibedakan atas dua tipe
yaitu tipe besar dan tipe kecil. Sel limfosit tipe kecil merupakan sel limfosit
dewasa yang memiliki diameter 6-9 µm, dengan perbandingan inti dengan
sitoplasmasebesar 1:9.

Sel limfosit dewasa memiliki inti bulat serta

dikelilingioleh sitoplasma. Sel limfosit tipe besar merupakan sel limfosit muda
yang memiliki diameter 9-15 µm dengan perbandingan inti dengan sitoplasma
sebesar 1:1. Sel limfosit muda memiliki inti sedikit melekuk dan dikelilingi oleh
sitoplasma.
Sel limfosit merupakan kunci utama sistem kekebalan seluler (Ganong
1988).

Jumlah sel limfosit tidak terbatas hanya di dalam darah, akan tetapi

tersebar luas di jaringan ikat yang terdapat di pembuluh limfe, limpa, tonsil, dan
sumsum tulang. Sel limfosit memiliki sifat yang motil dan aktif, akan tetapi sel
limfosit tidak melakukan proses fagositosis (Swenson et al. 1993). Selain itu, sel
limfosit memiliki masa hidup yang cukup lama. Masa hidup sel limfosit adalah
berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, tergantung pada
kebutuhan tubuhmasing-masing jenis hewan (Dellman dan Brown 1992).

Monosit
Monosit merupakan salah satu jenis sel leukosit yang tidak memiliki
granul, dengan ukuran diameter 15-20 µm dan memiliki inti yang besar disertai
dengan sitoplasma (Bacha dan Bacha 1990).

Menurut Swenson et al.

(1993),bentuk intisel monosit adalah oval atau melekuk seperti kacangatau seperti
tapal kuda.Sel monosit berfungsi sebagai makrofag atau fagositosis jaringan.Sel
monosit pada jaringan perifer merupakan prekusor makrofag bebas. Makrofag ini
merupakan sel-sel yang sangat aktif. Makrofag biasanya datang segera setelah
terjadi perlukaan dan bersatu membentuk sel raksasa (Giant cell). Sel monosit
juga dapat melepaskan bahan yang menarik fibroblas untuk membentuk jaringan
parut dan melepas faktor kemotaktik yang menarik sel-sel fagositik lainnya
(Martini et al. 1992).
Jumlah normal sel monosit di dalam darah dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup sel monosit
dalam sirkulasi darah. Masa hidup sel monosit dalam sirkulasi darah adalah 1020 jam(Dellman dan Brown 1992).

Menurut Guyton (2008), masa edar sel

monosit di dalam sirkulasi darah cukup singkat, dengan sedikit kemampuan
melawan bahan infeksius, kemudian masuk ke dalam jaringan untuk menjadi
makrofag jaringan.Sel monosit berperan penting dalam reaksi immunologi dengan
cara membentuk protein dari suatu sistem komplemen dan mengeluarkan
substansi yang mempengaruhi terjadinya proses peradangan kronis (Swenson et
al. 1993).

Neutrofil
Neutrofil merupakan salah satu jenis sel leukosit yang memiliki granul,
dengan ukuran diameter 10-12µm. Selain itu, sel neutrofil memiliki sitoplasma
beraspek kelabu pucat disertai dengan inti yang terdiri dari 3-5 lobus (Dellman
dan Brown 1992). Menurut Tizard (1988), fungsi utama sel neutrofil adalah
penghancur bahan asing melalui proses fagositosis. Enzim lisosim sel neutrofil
termasuk enzim yang dapat mencerna beberapa dinding sel bakteri. Menurut
Martini et al. (1992), sel neutrofil memiliki sifat yang sangat reaktif, bekerja

bersama makrofag dan biasanya menjadi leukosit atau sel pertahanan pertama
yang datang ke bagian yang luka.
Jumlah normal sel neutrofil di dalam darah dipengaruhi oleh beberapa
faktor.

Salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu pengaruh tingkat

granulopoiesis dan laju pelepasan darah dari sumsum tulang. Selain itu,faktor
yang mempengaruhi jumlah normal sel neutrofil adalah masa hidup sel neutrofil
di dalam sirkulasi darah dan laju aliran sirkulasi darah menuju jaringan (Jain
1993). Menurut Tizard (1988),sel neutrofil berada dalam aliran darah selama 12
jam sebelum bermigrasi ke dalam jaringan.

Basofil
Basofil merupakan salah satu jenis sel leukosit yang memiliki granul, serta
mengandung histamin yang berpotensi sebagai vasodilatator dan heparin sebagai
aktivitas antikoagulan. Menurut Tizard (1988), sel basofil merupakan sel mieloid
yang jumlahnya paling sedikit di dalam darah hewan piara. Jumlah sel basofil di
dalam hewan piara sekitar 0.5% dari jenis leukosit lain. Sel basofil memiliki
diameter sekitar 10-15 µm dengan jumlah inti 2 atau 3 lobus. Inti sel basofil
memiliki diameter 0.5-1.5 µm dan mengandung warna metakromatik (Bacha dan
Bacha 1990). Granul sel basofil berwarna biru tua sampai berwarna ungu dan
hampir menutupi seluruh bagian sel basofil (Dellman dan Brown 1992). Granul
sel basofil mengandung heparin, histamin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,
serotonin, dan beberapa faktor kemotatik. Heparin berfungsi untuk mencegah
pembekuan darah, sedangkan histamin berfungsi menarik eosinofil untuk
menginaktifkan heparin (Meyer 2004). Menurut Tizard (1988), basofil dapat
membangkitkan reaksi hipersensitifitas dengan sekresi mediator vasoaktif,
sehingga dapat menyebabkan peradangan akut pada tempat antigen berada.
Ketika terjadi peradangan, sel basofil akan melepaskan histamin, bradikinin dan
serotonin sehingga menyebabkan reaksi jaringan dengan manifestasi alergi
(Tizard 1988).
Jumlah normal sel basofil dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu
faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup sel basofil serta daya
kerjanya. Sel basofil memiliki daya fagositik sangat rendah atau tidak ada sama

sekali. Secara normal, jumlah sel basofil di dalam sirkulasi darah sangat sedikit
(Swenson et al. 1993). Ketika melakukan fungsinya, sel basofil bermigrasi ke
lokasi perlukaan dan menyeberangi endotelium kapiler untuk berakumulasi pada
jaringan yang rusak dan melepaskan granul ke dalam cairan interstisial (Meyer
2004).

Eosinofil
Eosinofil merupakan salah satu jenis sel leukosit yang memiliki granul.
Sel eosinofil mengandung eosinofilik dan memiliki ukuran yang relatif lebih besar
bila dibandingkan dengan jenis leukosit lain. Sel eosinofil pada hewan mamalia
memiliki diameter antara 10-15 µm (Bacha dan Bacha 1990). Selain itu, sel
eosinofil memiliki 2 lobus, dengan intiyang bulat dan relatif lebih besar (Sturkie
1976). Fungsi sel eosinofil adalah berperan dalam pengaturan infeksi parasit
(cacing dan protozoa),mengatur respon alergi dan inflamasi akut yang dapat
memicu kerusakan jaringan.

Selain itu, sel eosinofil juga berfungsi sebagai

koagulasi akut yang dapat memicu kerusakan jaringan dan sebagai fibrinolisis
(Hartono 1995).

Menurut Swenson et al. (1993), jumlah sel eosinofil akan

meningkat ketika terjadinya reaksi alergi, shock anafilaksis, dan infeksi parasit.
Akan tetapi, menurut Guyton (2008), jumlah sel eosinofil cenderung lebih rendah
ketika terjadi stress, hal ini disebabkan karena adanya pelepasan kortikosteroid.
Jumlah normal sel eosinofil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
cekaman dan fisiologis. Faktor fisiologis yang mempengaruhi jumlah normal sel
eosinofil adalah masa hidup sel eosinofil dalam sirkulasi darah.

Sebelum

bermigrasi ke dalam sirkulasi darah,sel eosinofil memiliki waktu paruh hanya 30
menit. Kemudian sel eosinofil bermigrasi ke dalam jaringan tubuh dan memiliki
waktu paruh sekitar 12 hari (Tizard 1988).

Trombosit
Trombosit merupakan bagian dari sel darah dengan ukuran terkecil yang
memiliki diameter 2-4 µm. Trombosit berasal dari megakariosit yang dibentuk di
dalam sumsum tulang. Bentuk dari trombosit adalah berbentuk cakram bulat,
oval, bikonveks, sertatidak berinti (Guyton 1996).Menurut Bacha dan Bacha

(1990), jumlah trombosit pada hewan mamalia adalah 150-450 ribu/µ l, dengan
masa hidup 10 hari. Pembentukan trombosit di dalam sumsum tulang dilakukan
setiap hari dengan jumlah kurang lebih 30000 trombosit setiap mikroliter darah.
Fungsi dari trombosit adalah memelihara dan memperbaiki kontiyuitas dan
integritas pembuluh darah (endotelium) terutama kapiler, serta mengaktifkan dan
mempercepat proses pembekuan darah (Bacha dan Bacha 1990).

MATERI DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan diLaboratorium Fisiologi, Departemen
Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor (FKH IPB), serta kandang hewan percobaan yang terletak di Unit
Rehabilitasi dan Reproduksi (URR), Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi
FKH IPB.

Pengukuran diameter sel darah dilakukan di Laboratorium

Helminthologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat
FKH IPB. Penelitian ini berlangsung dari bulan September 2010-Juli 2011.

Materi Penelitian
Jumlah landak yang digunakan dalam penelitian ini 5 ekor landak Jawa
(Hystrix javanica) dewasa yang memiliki bobot badan antara 7-9 kg. Landak
terdiri dari4 ekor landak jantan (A, B, C, dan E) dan1 ekor landakbetina (D).
Landak dipelihara dan telah diaklimatisasikan dengan baik pada lingkungan
kandang.
Bahan yang dipergunakan adalah darah landak, cairan pengencer eritrosit
(Hayem), cairan pengencer leukosit (Turk), HCl 0.1 N, aquades, alkohol 70%,
metil alkohol (pewarnaan Giemsa), antikoagulan (EDTA), dan obat biusyaitu
silazinHCldan ketamin HCl.
Peralatan yang digunakan adalah kandang, spuit dengan jarum tuberkulin,
pipet pengencer eritrosit dan leukosit, kamar hitung, mikroskop, kertas saring, alat
penghitung, tabung kapiler, alat penyumbat tabung kapiler, alat sentrifuse, alat
pembaca mikrohematokrit, kapas, batang kaca pengaduk, kaca preparat,tabung
Sahli, dan spektofotometer sebagai alat pengukur sel-sel darah.

Metode Penelitian
Kegiatan penelitian terdiri dari: pembiusan dan pengambilan darah;
pengamatan bentuk dan ukuran dari masing-masing sel darah serta diferensiasi
leukosit melalui pembuatan preparat ulas darah dan pewarnaan Giemsa;

penghitungan jumlah eritrosit dan leukosit; penentuan hematokrit secara
mikro;dan penentuan kadar hemoglobin.

Pembiusan dan pengambilan darah
Obat bius yang digunakan adalah kombinasi silazin HCl 2% dan ketamin
HCl 10% IM. Dosis yang digunakan pada obat bius