Efektifitas Pemberian Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Peningkatan Kadar Kalsium dan Fosfor Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Ovariektomi.

EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFUSA BUAH ADAS
(Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP PENINGKATAN
KADAR KALSIUM DAN FOSFOR DARAH TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus) OVARIEKTOMI

RESTI REGIA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektifitas Pemberian Infusa Buah
Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Peningkatan Kadar Kalsium dan Fosfor Darah
Tikus (Rattus norvegicus) Ovariektomi adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian
Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Resti Regia
NIM B04110029

ABSTRAK
RESTI REGIA. Efektifitas Pemberian Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare
Mill.) terhadap Peningkatan Kadar Kalsium dan Fosfor Darah Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Ovariektomi. Dibimbing oleh HERA MAHESHWARI dan UMI
CAHYANINGSIH.
Aging merupakan masalah yang sering dialami setiap orang, terutama kaum
wanita. Aging terjadi karena penurunan kadar estrogen dan kalsium dalam tubuh.
Tanaman adas merupakan tanaman yang mengandung agen estrogen aktif yang
berfungsi sebagai anti aging. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh
pemberian infusa buah adas terhadap peningkatan kadar kalsium dan fosfor darah
tikus ovariektomi. Dua puluh lima tikus diovariektomi dan dilakukan aklimatisasi
selama 45 hari. Tikus dibagi menjadi lima kelompok dengan setiap kelompok
terdiri dari lima tikus. Kelompok pertama merupakan Kontrol Negatif (KN) dengan

pemberian aquades 0.5 mg/100 g bb. Kelompok kedua merupakan Kontrol Positif
(KP) dengan pemberian etinil estradiol 0.25 mg/100 g bb. Kelompok ketiga
merupakan Dosis 1 (D1) dengan pemberian infusa adas dosis 73 mg/100g bb.
Kelompok keempat merupakan Dosis 2 (D2) dengan pemberian infusa adas dosis
146 mg/100g bb. Kelompok kelima merupakan Dosis 3 (D3) dengan pemberian
infusa adas dosis 292 mg/100g bb. Perlakuan dilakukan selama lima belas hari dan
hari keenam belas dilakukan pengambilan darah. Hasil uji pemberian infusa buah
adas memperlihatkan peningkatan kadar kalsium dan fosfor pada perlakuan D1, D2
dan D3. Berdasarkan uji yang dilakukan diperoleh hasil yang menunjukkan dosis
efektif terjadinya peningkatan kadar kalsium dan fosfor, yaitu pada D3 dengan
kadar 13.51 mg/dl dan 6.56 mg/dl.
Kata kunci: adas, aging, fosfor, kalsium, tikus.

ABSTRACT
RESTI REGIA. Effect of Adas Fruit (Foeniculum vulgare Mill.) Infusion at the
Enhancement of Calcium and Phosphor Level in the Ovariectomy White Mouse’s
(Rattus norvegicus) Blood. Supervised by HERA MAHESHWARI and UMI
CAHYANINGSIH.
Aging is common problem that usual accomplished by every people
especially woman. Aging is one of occured when there is a decreasing of estrogen

and calcium levels in the body. Adas plants contain the substance similiar to the
active estrogen and potential for anti aging. This research was objected to see the
effect of adas fruit infusion for enhancing of calcium and phosphor level in the
ovariectomy rat’s blood. Twenty five rats were ovariectomized and acclimatizated
for 45 days. The rats were divided into five groups with each groups consisted from
five rats. First group was Negative Control (KN) with aquadest of 0.5 mg/100 g bb.

Second group was positive Control (KP) with etinil estradiol of 0.25 mg/100 g bb.
Third groups was Dose One Group (D1) with adas infusion of 73 mg/100 g bb.
Fourth group was Dose Three Group (D) with adas infusion 146 mg/100 g bb. Fifth
group was Dose Three Group (D3) with adas infusion 292 mg/100 g bb. The
treatment was held for fifteen days and in the day sixteen, blood sample was taken.
Adas fruit infusion test showed the increasing level of calcium and phosphor on D1,
D2, and D3. The result showed that the most effective dose to increase calcium and
phosphor level was at D3 with 13.51 mg/dl and 6.56 mg/dl
Key words: adas, aging, calcium, phosphor, rat.

EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFUSA BUAH ADAS
(Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP PENINGKATAN
KADAR KALSIUM DAN FOSFOR DARAH TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) OVARIEKTOMI

RESTI REGIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata`ala
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Efektivitas pemberian infusa buah adas (Foeniculum
vulgare Mill.) terhadap peningkatan kadar kalsium dan fosfor darah tikus

putih (Rattus norvegicus) ovariektomi. Shalawat dan salam semoga tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Tulisan ini merupakan hasil
penelitian yang telah dilakukan penulis di Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium
(UPHL), Laboratorium Bagian Fisiologi, Laboratorium Bagian Parasitologi,
Fakultas Kedokteran Hewan dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, karena itu
penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr Drh Hera Maheshwari, MSc dan Prof Dr Drh Umi Cahyaningsih, MS,
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi
saran positif kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Semua karyawan Laboratorium Bagian Fisiologi: pak Wawan, ibu Sri, ibu Ida,
terima kasih atas bantuan, saran, dan kerja samanya selama penulis melakukan
penelitian.
3. Karyawan Laboratorium Bagian Parasitologi: ibu Nanik dan ibu Mae, terima
kasih atas bantuan, saran, dan kerja samanya selama penulis melakukan
penelitian.
4. Keluarga tercinta: Ibu, Bapak dan kedua saudara kandung penulis Rico Saputra
dan Ferdian Kurnia yang selalu memberikan doa, kasih sayang, nasihat, dan
motivasi tiada henti.

5. Teman satu penelitian; Sri Wariska dan Melpa Susanti, teman-teman Ganglion
48, geng Klaten ( Zikra, Naim, Faris dan Dedi) dan pondok mona (Suci,
Mangga, Mimi, Rina dan Ega) atas bantuan dan dukungannya.
6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis semenjak kuliah sampai
penulisan skripsi ini, yang tidak bisa penulis tuliskan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Namun
semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadi amal shalih bagi penulis.
Bogor, Agustus 2015
Resti Regia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

METODE


2

Tempat dan Waktu Penelitian

2

Alat dan Bahan

3

Metode Penelitian

3

Tahap Persiapan

3

Operasi Ovariektomi


3

Infusa Adas

3

Hewan Percobaan

4

Tahap Perlakuan dan Pengelompokkan Hewan Coba

4

Pengambilan Sampel Darah

4

Analisis Data


5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

SIMPULAN DAN SARAN

8

Simpulan

8

Saran

8

DAFTAR PUSTAKA


8

LAMPIRAN

11

RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR TABEL
1 Hasil kadar kalsium darah tikus ovariektomi
2 Hasil kadar fosfor darah tikus ovariektomi

5
6

DAFTAR GAMBAR
1 Bagan perlakuan penelitian

4

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan kadar kalsium dengan one-way ANOVA (SPSS 20.0)
2 Perhitungan kadar fosfor dengan one-way ANOVA (SPSS 20.0)

11
13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sekarang ini kebanyakan individu terutama kaum wanita yang telah berusia
30 tahun ke atas mengalami masalah terhadap kurangnya percaya diri. Hal ini
terjadi karena kaum wanita mulai merasa adanya perubahan fisik pada bagian tubuh
mereka. Perubahan fisik pada bagian tubuh ini terjadi karena adanya penurunan
fungsi organ yang mengakibatkan timbulnya gejala seperti kerutan dan osteoporosis
pada tubuh yang sering disebut dengan penuaan atau aging (Sawitri 2009).
Penuaan atau aging bukanlah sesuatu yang harus ditakuti setiap orang,
terutama wanita. Aging merupakan proses penuaan yang disebabkan oleh
penurunan kadar hormon estrogen dan kalsium di dalam tubuh sehingga adanya
perubahan proses fisiologis tubuh. Perubahan ini mengakibatkan terjadinya
penurunan proses sintesis hormon estrogen pada folikel ovarium akibat semakin
berkurangnya cadangan sel telur di ovarium, serta diikuti penurunan penyerapan
kalsium oleh usus yang dapat menimbulkan osteoporosis (Hartiningsih 2012).
Kalsium di dalam tubuh berperan dalam mineralisasi tulang, koagulasi darah
dan mempertahankan tonus otot. Kadar kalsium di dalam tubuh harus berbanding
lurus dengan kadar fosfor. Fosfor merupakan makromineral terbanyak kedua yang
ada di dalam tubuh setelah kalsium. Menurut Sabri (2011), kalsium dan fosfor
membentuk kalsium fosfat atau kristal kalsium hidroksiapatit [3Ca3 (PO4) 2Ca
(OH) 2] sebagai penyusun utama pembentuk tulang. Ketika terjadi penurunan kadar
estrogen di dalam darah, maka kalsium akan ikut mengalami penurunan
dikarenakan estrogen yang berfungsi untuk absorpsi kalsium di dalam usus
berkurang, oleh karena itu tubuh akan mengambil kalsium yang berasal dari tulang
untuk mencukupi kadar kalsium di dalam tubuh, sehingga mengakibatkan tulang
mengalami osteoporosis. Keadaan ini disebut dengan istilah menopause atau
periode memasuki henti haid. Penurunan kadar estrogen dalam darah akan
berpengaruh pada peningkatan resorbsi tulang sehingga terjadi penurunan massa
tulang, dan mempercepat proses kerapuhan tulang (Suarsana et al. 2011), serta
menimbulkan keluhan fisik serta psikis pada wanita yang diikuti dengan adanya
penurunan kadar kalsium dan fosfor dalam darah.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang
sangat besar, termasuk di dalamnya adalah berbagai tanaman obat. Kementerian
Kesehatan RI (Kemenkes RI) (2013) menyatakan dari sekitar 90.000 jenis tanaman
yang tumbuh di Indonesia, 9.600 tanaman teridentifikasi digunakan sebagai
tanaman obat. Tanaman adas (Foeniculum vulgare Mill) merupakan salah satu dari
sekian banyak tanaman obat tradisional yang ada di Indonesia. Menurut Badgujar
et al. (2014), didalam minyak esensial adas terdapat kandungan trans-anethol (68.675 %), fenchone (8.4-14.7%) dan methylclavicole (5.09-9.10%). Adas dipilih
menjadi salah satu alternatif obat untuk anti aging karena tanaman ini mempunyai
kandungan trans-anethol yang memiliki khasiat sebagai stimulan, memperlancar
haid dan merangsang produksi Air Susu Ibu (ASI) (Setiawan 2010). Menurut
Tognolini et al. (2007), minyak esensial Foeniculum vulgare Mill. berfungsi
sebagai inhibitor kuat untuk melawan Adenosine diphosphate (ADP) yang
menyebabkan penggumpalan platelet, asam arachidonat dan kolagen.

2

Minyak esensial buah adas yaitu anethol juga merupakan agen estrogen aktif.
Berdasarkan hasil penelitian tentang adanya kandungan fitoestrogen dalam adas,
maka dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek pemberian adas secara oral
terhadap kadar kalsium dan fosfor di dalam darah tikus yang telah di ovariektomi.
Perumusan Masalah
Salah satu gangguan aging atau penuaan ditandai dengan adanya osteoporosis
pada tulang. Osteoporosis terjadi karena menurunnya kadar estrogen di dalam darah
sehingga mengakibatkan absorbsi kalsium di tulang terganggu. Untuk
meningkatkan kadar estrogen, pada saat ini banyak digunakan terapi estrogen yang
berasal dari fitoestrogen, salah satunya adas (Foeniculum vulgare Mill). Adas
merupakan tanaman yang mengandung fitoestrogen yang tinggi yaitu berupa
anethol. Terapi pemberian infusa buah adas terhadap tikus yang telah diovariektomi
dapat meningkatkan kadar kalsium dan fosfor dalam darah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melihat adanya pengaruh pemberian
infusa buah adas (Foeniculum vulgare Mill) terhadap kadar kalsium dan fosfor
dalam darah tikus putih ( Rattus norvegicus) yang telah diovariektomi.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah informasi mengenai
peran buah adas (Foeniculum vulgare Mill) sebagai fitoestrogen yang
mempengaruhi kadar kalsium dan fosfor dalam darah terhadap tikus putih yang
telah diovariektomi. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan rujukan dalam
mengatasi anti aging atau penuaan.

METODE
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium (UPHL),
Laboratorium Bagian Parasitologi dan Laboratorium Bagian Fisiologi, Fakultas
Kedokteran Hewan dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penilitian dilakukan dari bulan Juli–
September 2014.

3

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat cukur, clipper, silet, alat
bedah minor, gelas beker, spoit, stopwatch, heating pad, tisu, sonde lambung,
timbangan, spektrofotometer, spidol, lemari pendingin, tabung eppendorf,
sentrifuge, kapas, kandang tikus dan kompor.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah atropin, ketamin 5 %,
xylazin 1%, alkohol 70%, air sabun, bioplasenton, amoxiciline, 1% etinil estradiol,
iodine tincture 10%, aquadest, NaCl fisiologis 0.9%, catgut, oxytetracyclin dan
pakan tikus berupa pelet. Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih (Rattus
norvegicus) galur Sprague-Dawley yang telah melahirkan sebanyak 2 kali.
Metode Penelitian
Tahap Persiapan
Operasi Ovariektomi
Operasi ovariektomi dilakukan dengan metode aseptis dengan tikus yang
berat badannya sekitar 190−200 gram. Operasi dimulai dengan memberikan
premedikasi terlebih dahulu yaitu atropin 0.25 mg/ml dengan dosis 0.4 mg/kg bb
melalui rute intramuskuler (IM). Lima belas menit setelah pemberian premedikasi,
tikus disuntikkan sedativa dan anastetikum secara bersamaan melalui rute
intraperitonial (IP) dengan xylazin 1% dosis 10 mg/kg bb dan ketamin 5% dosis 10
mg/kg bb. Setelah tikus teranastesi dilakukan pencukuran rambut bagian flank kiri
menggunakan clipper, dilanjutkan dengan penggunaan silet agar rambut tikus
tercukur dengan sempurna, kemudian bagian flank kiri dibersihkan dengan alkohol
70 % dan dioleskan iodin tincture 10%.
Penyayatan dilakukan dibagian flank sebelah kiri dengan terlebih dahulu
menyayat kulit, subkutan dan otot, selanjutnya dilakukan pemfiksiran organ untuk
menemukan ovarium, setelah ovarium terfiksir, tarik keluar dengan pinset. Ikat
saluran tuba fallopii dengan catgut, kemudian kedua ovarium dipotong lalu
dilakukan penjahitan pada otot, subkutan dan kulit diikuti dengan penetesan
amoxicillin. Oleskan iodine tincture 10% pada bagian yang telah dijahit dan tutup
dengan plester. Suntikan antibiotik oxytetracyclin dosis 10mg/kg bb dengan rute
intramuskuler (IM) selama 3 hari berturut-turut.
Infusa Adas
Simplisia buah adas (Foeniculi Vulgare Mill) yang telah dikeringkan dan
dihaluskan selanjutnya dibuat dalam bentuk infusa. Pembuatan infusa buah adas ini
dengan cara direbus sebanyak 15 g adas dalam 100 ml air dengan suhu 90ºC selama
15 menit. Larutan infusa buah adas dimasukkan ke gelas piala dan disimpan dalam
lemari pendingin, setelah terjadi pengendapan, cairan yang ada di dalam gelas piala
diambil dengan menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam gelas piala yang baru
dan infusa siap untuk dicekokkan ke tikus.

4

Hewan Percobaan
Tikus yang telah diovariektomi diadaptasikan (aklimatisasi) selama 45 hari
dari bulan Juli hingga bulan Agustus di dalam kandang. Dua puluh lima ekor tikus
betina putih dibagi menjadi lima kelompok perlakuan, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 ekor. Setiap kelompok dibagi dalam dua kandang, kandang pertama
berisi 3 tikus dan kandang kedua berisi 2 tikus. Tikus dari setiap kelompok
dikandangkan secara terpisah di dalam kandang berbentuk kotak plastik berukuran
30 cm x 20 cm x 12 cm dengan tutup kawat yang mudah dibuka-tutup. Kandang
dialasi dengan litter berupa serbuk gergaji yang diganti setiap minggu agar kondisi
kandang tetap kering dan bersih. Pakan berbentuk pelet dan air minum diberikan
ad libitum.
Tahap Perlakuan dan Pengelompokan Hewan Coba
Seluruh tikus dikelompokkan sesuai dengan perlakuan. Kelompok Kontrol
Positif (KP) dicekok peroral dengan etinil estradiol dengan dosis 0.25 mg/100 g bb.
Kelompok Kontrol Negatif (KN) dicekok dengan aquades sebanyak 0.5 mg/100 g
bb. Kelompok Dosis 1 (D1) dicekok infusa adas dengan dosis 73 mg/100 g bb.
Kelompok Dosis 2 (D2) dicekok infusa adas dengan dosis 146 mg/100 g bb.
Kelompok Dosis 3 (D3) dicekok infusa adas dengan dosis 292 mg/100 g bb.
Pemberian perlakuan pada setiap kelompok dilakukan dengan cara dicekok
menggunakan sonde lambung selama 15 hari pada jam yang sama setiap harinya.
Tahap Perlakuan Selama 15 Hari
Aklimatisasi Selama 45 Hari

Keterangan :

Koleksi darah.
Pencekokan aquades, etinil estradiol, dan infusa buah adas.
Pemberian pakan, minum dan penggantian sekam.

Gambar 1 Bagan perlakuan penelitian
Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan darah dilakukan melalui rute intrakardial (jantung) yang mana
sebelumnya tikus telah selesai diberikan perlakuan (hari ke 16). Pengambilan darah
ini menggunakan spoit 3 ml yang langsung ditusukkan ke thoraks bagian kiri tepat
masuk ke dalam jantung. Darah diambil sebanyak banyaknya lalu dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditunggu terjadi pembekuan. Cairan yang berada di atas
sel darah merah diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu disentrifuse
dengan kecepatan 2500 rpm selama 15 menit agar mendapat serum darah yang
bagus. Setelah disentrifuse, serum dimasukkan ke dalam tabung eppendorf.
Selanjutnya serum yang telah dimasukkan ke dalam tabung eppendorf dibagi
menjadi dua bagian. Bagian pertama digunakan untuk mengukur kadar kalsium

5

dalam darah dengan menggunakan Atomic Adsorbtion Spectrophotometer (AAS)
(SHIMADZU, AA-7000) dan bagian kedua digunakan untuk mengukur kadar
fosfor dalam darah dengan menggunkan Ultraviolet and Visible (UV) (UV-200RS). Metode yang dipakai dalam penggunaan Atomic Adsorbtion
Spectrophotometer (AAS) dan Ultraviolet and Visible (UV) (Taussky dan Shorr
1953).
Analisis Data
Data yang diperoleh dan diolah dengan menggunakan metode Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dan one-way ANOVA (SPSS 20.0)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh.
Mineral ini sangat penting dalam tubuh dan berfungsi untuk mengatur komunikasi
intraseluler, kontraksi otot, interaksi makromolekul serta pembekuan darah
(Kasiyati et al. 2010). Kebutuhan kalsium bergantung pada status metabolisme
kalsium di dalam tubuh dengan tiga mekanisme utama dalam regulasi yaitu,
absorpsi oleh usus, reabsorpsi renal, dan pergantian tulang (Peacock 2010).
Keberadaan kalsium sangat penting untuk diketahui jumlahnya setelah pemberian
perlakuan infusa buah adas. Perubahan kadar kalsium di dalam darah setelah
diberikan infusa buah adas disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 2.
Tabel 1 Hasil Kadar Kalsium Darah Tikus Ovariektomi
Perlakuan
Kadar Kalsium Darah (mg/dl)
KN
10.39 ± 1.446
KP
16.93 ± 8.689
D1
11.02 ± 1.422
D2
11.36 ± 1.271
D3
13.51 ± 3.968
Keterangan : Kadar kalsium dalam satuan mg/dl.
(KN) aquades 0.5 mg/100 g bb, (KP) tikus yang diberi etinil estradiol
sebanyak 0.25 mg/100 g bb, dan infusa buah adas (D1) 73 mg/100 g
bb, (D2) 146 mg/100 g bb, dan (D3) 292 mg/100 g bb.
Kadar kalsium di dalam darah tikus yang telah diovariektomi mengalami
peningkatan pada setiap perlakuan pemberian infusa adas. Peningkatan kadar
kalsium terlihat pada Tabel 1. Setiap perlakuan mengalami peningkatan yaitu KP
sebesar 16.93 ± 8.869mg/dl, D1 sebesar 11.02 ± 1.422 mg/dl, D2 sebesar 11.36 ±
1.271 mg/dl, dan D3 sebesar 13.51 ± 3.968 mg/dl dibandingkan dengan kadar KN
sebesar 10.39 ±1.446 mg/dl sebagai kontrol negatif. Peningkatan kadar kalsium
pada setiap kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
(P>0.05). Menurut Johnson-Delaney (1996), kadar kalsium di dalam darah pada
tikus normal sebanyak 11-13 mg/dl.

6

Fosfor adalah komponen penting dari nukleoprotein dan merupakan faktor
penting dalam pertumbuhan jaringan. Mineral ini berperan dalam reaksi yang
berkaitan dengan penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenosine
triphosphate (ATP). Fosfor juga penting untuk fungsi otot dan sel-sel darah merah,
pembentukan Adenosine triphosphate (ATP), 2.3-difosfigliserat (DPG), dan
pemeliharaan keseimbangan asam-basa, juga untuk sistem saraf dan perantara
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Horne dan Pamela 2001). Keberadaan
fosfor sangat penting untuk diketahui jumlahnya setelah pemberian perlakuan
infusa buah adas. Perubahan kadar fosfor di dalam darah setelah diberikan infusa
buah adas disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Kadar Fosfor Darah Tikus Ovariektomi
Perlakuan
KN
KO
D1
D2
D3
Keterangan

Kadar Fosfor Darah (mg/dl)
4.41 ± 1.204
5.46 ± 1.136
5.02 ± 1.688
5.78 ± 0.980
6.56 ± 1.141
: Kadar kalsium dan kadar fosfor dalam satuan mg/dl.
(KN) aquades 0.5 mg/100 g bb, (KP) tikus yang diberi etinil
estradiol sebanyak 0,25 mg/100g bb, dan infusa buah adas (D1) 73
mg/100g bb, (D2) 146 mg/100g bb, dan (D3) 292 mg/100g bb.

Kadar fosfor di dalam darah tikus yang telah diovariektomi mengalami
peningkatan pada setiap perlakuan pemberian infusa adas. Peningkatan kadar fosfor
terlihat pada D1 sebesar 5.02 ± 1.59 mg/dl, D2 sebesar 5.78 ± 0.980 mg/dl dan D3
sebesar 6.56 ± 1.141 mg/dl. Setiap peningkatan yang terjadi pada perlakuan
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata atau tidak signifikan (P>0.05).
Menurut Johnson-Delaney (1996), kadar fosfor di dalam darah pada tikus normal
sebanyak 6.3 ± 0.129 mg/dl.
Peningkatan kadar kalsium dan fosfor pada setiap pengamatan berbeda
disebabkan respon fisiologis individu (tikus) setelah diovariektomi dan diberikan
perlakuan. Hal tersebut juga dapat terjadi pada saat dilakukan perlakuan, kadar
kalsium dan fosfor di dalam darah mengalami penurunan setelah dilakukan
ovariektomi tetapi tidak terlalu rendah. Penurunan ini menyebabkan ragam antar
perlakuan terlalu besar sehingga peningkatan kadar kalsium dan fosfor pada setiap
dosis menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05).
Tulang merupakan alat gerak pasif yang berfungsi untuk pertautan otot, tendo
dan ligamentum sebagai penopang tubuh, memberi bentuk tubuh dan tempat
hemopoiesis darah. Jaringan tulang dibentuk oleh sel-sel tulang yaitu, osteoklast,
osteoblast dan osteosit. Osteoklast berfungsi untuk proses penghancuran tulang.
Menurut Raggatt et al. (2010), osteoklast merupakan penghubung yang
membedakan sel myeloid dengan sel lain, sel ini memiliki kekhasan dalam
menyesuaikan diri untuk menghilangkan matrix tulang. Osteoblast berfungsi
sebagai pembentuk osteosit (matriks tulang) dan serabut kolagen tulang
(Tangalayuk et al. 2015).

7

Tulang secara normal selalu mengalami proses perusakan dan pembentukan
kembali (proses remodeling). Proses ini dapat dipengaruhi oleh faktor parakrin dan
endokrin. Pada tulang, faktor endokrin berpengaruh dalam proses pembentukan
tulang. Hormon yang terlibat dalam proses ini diantaranya estrogen dan paratiroid
hormon (PTH). Menurut Tangalayuk et al. (2015), hormon sangat berpengaruh
dalam proses pembentukan tulang, diantaranya adalah hormon estrogen,
testosteron, dan hormon paratiroid yang akan meningkatkan aktifitas osteoblast dan
pertumbuhan tulang. Osteoblast merupakan spesialisasi pembentukan sel tulang
secara cepat dengan reseptor paratiroid hormon dan memiliki beberapa peran
khusus dalam remodeling tulang yaitu, ekspresi faktor oclastogenic, menghasillkan
protein matriks tulang, dan mineralisai tulang (Oury et al. 2011). Hormon estrogen
pada tulang berkaitan dengan resorbsi tulang. Menurut Suarsana et al. (2011),
kekurangan hormon estrogen berpengaruh terhadap penurunan kadar hormon
paratiroid (PTH) dan akan meningkatkan resorbsi kalsium di tulang, sehingga
terjadi penurunan massa tulang dan mempercepat proses kerapuhan tulang.
Secara normal hormon estrogen dan paratiroid homon (PTH) mempengaruhi
kadar kalsium dan fosfor di dalam darah. Pada tubuh kadar kalsium dan fosfor
saling berbanding lurus. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2, terjadi
peningkatan kadar kalsium di dalam darah diikuti dengan adanya peningkatan kadar
fosfor di dalam darah. Menurut Tangalayuk (2015), hubungan antara kalsium dan
fosfor dalam plasma, mempunyai korelasi yang sangat nyata. Data kalsium ini
menghasilkan perbandingan 2 kalsium=1 fosfor. Ketika fosfor meningkat, maka
kadar kalsium meningkat 2 kali, sehingga dapat disimpulkan perbandingan kadar
kalsium dan fosfor di dalam darah 2 :1.
Hormon estrogen mengalami penurunan setelah dilakukan ovariektomi,
sehingga menyebabkan absorbsi kalsium dan fosfor di dalam usus menurun, serta
menurunkan resorbsi kalsium dalam tubulus ginjal dan meningkatkan ekskresi
fosfor dalam urine. Menurut beberapa peneliti, estrogen selain berperan dalam
absorpsi kalsium dan fosfor melalui usus (Xu et al. 2003), juga berperan dalam
reabsorpsi kalsium dalam tubulus ginjal (Van Abel et al. 2002), menurunkan
regulasi kotransporter NaPi ginjal dan meningkatkan ekskresi fosfor dalam urin
(Faroqui et al. 2008). Menurut Panda et al. (2004), turunnya absorpsi kalsium usus
dan kalsium darah meningkatkan hormon paratiroid.
Penurunan kadar hormon estrogen dapat meningkatkan pertumbuhan
osteoklast pada tulang. Peningkatan pertumbuhan osteoklast dalam tulang memicu
terjadinya peningkatan penyerapan kalsium dan fosfor pada tulang secara
fagositosis. Hasil penyerapan kalsium dan fosfor di tulang kemudian di keluarkan
ke dalam darah. Kalsium dan fosfor dalam darah kemudian disaring oleh ginjal
dengan bantuan paratiroid hormon (PTH) pada tubulus distalis. Penurunan hormon
estrogen di tubuh yang diikuti dengan penurunan kadar kalisum darah
mengakibatkan tubuh mengirimkan sinyal ke hipofise untuk menstimulus kelenjar
paratiroid agar menghasilkan paratiroid hormon (PTH), sehingga hormon paratiroid
meningkat di dalam tubuh dan menyebabkan ginjal mengekskresikan kalsium dan
mereabsorbsi fosfor melalui tubulus distal sehingga terjadi peningkatan fosfor
dalam darah (Lerner 2006).
Peningkatan kadar kalsium dan fosfor di dalam darah dengan menggunakan
obat herbal berupa infusa buah adas (Foeniculi vulgare Mill) yang mengandung
fitoestrogen, dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Adas merupakan tumbuhan

8

fitoestrogen yang mengandung 50–60% anetol. Menurut Kurniawati (2010),
anethol didalam minyak esensial adas merupakan estrogen aktif yang dapat
memperlambat aging.
Peningkatan kalsium setelah pemberian fitoestrogen dari infusa buah adas
(Foeniculi vulgare Mill) diakibatkan terjadinya peningkatan kadar homon estrogen
di dalam tubuh. Peningkatan kadar hormon estrogen dapat menghambat
pertumbuhan osteoklast dalam tulang sehingga terjadinya penurunan penyerapan
kalsium dan fosfor pada tulang secara fagositosis. Hasil penyerapan kalsium dan
fosfor di tulang dikeluarkan ke dalam darah. Kalsium dan fosfor dalam darah
disaring oleh ginjal dengan bantuan pada tubulus distalis. Meningkatnya hormon
estrogen mengakibatkan paratiroid hormon (PTH) menurun sehingga ginjal
mereabsorbsi kalsium dan mensekresikan fosfor melalui tubulus distal sehingga
terjadi penurunan fosfor dalam darah. Kalsium darah dalam kisaran normal
dipertahankan dengan menggunakan sistem homeostasis kalsium, terutama
paratiroid hormon (PTH). Hormon ini beraksi pada ginjal untuk meningkatkan
reabsorpsi kalsium yang ditandai turunnya ekskresi kalsium melalui urin dan
menurunkan absorpsi fosfor yang ditandai lebih tingginya ekskresi fosfor melalui
urin (Mihai dan Fardon 2000).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa buah
adas (Foeniculum vulgare Mill.) pada tikus ovariektomi dosis 73 mg/100 g bb, 146
mg/100 g bb, dan 292 mg/100 g bb selama 15 hari terbukti dapat meningkatkan
kadar kalsium dan fosfor di dalam darah, dengan dosis efektif 292 mg/100g bb.
Peningkatan kadar kalsium dan fosfor pada setiap dosis menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0.05).
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu pemberian dosis infusa buah adas
yang lebih tinggi dan jangka waktu pemberian yang lebih lama sehingga dapat
mempengaruhi kadar mineral dalam darah dan hormon reproduksi tikus.
DAFTAR PUSTAKA
Badgujar SB, Patel VV, Bandivdekar AH. 2014. Foeniculum vulgare Mill: A
Review of It’s Botany, Phythochemistry, Pharmacology, Contemporary
Aplication and Toxicology. BioMed Research International. 1-32.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan RI. 2013. Rencana Induk Pengembangan
Bahan Baku Obat Tradisional. Jakarta (ID): Kemenkes RI.

9

Faroqui S, Levi M, Soleimani M. Amal H. 2008. Estrogen Downregulates The
Proximal Tubule Type IIa Sodium Phosphate Cotransporter Causing
Phosphate Wasting and Hypophosphatemia. Kidney Int. 73(10): 1141-1150.
Hartiningsih, Anggraini D, Aji D. 2012. Respons Metafisis Tulang Femur Distalis
Tikus Ovariektomi yang Mengkonsumsi Kalsitriol. Jurnal Kedokteran
Hewan. 6(2).
Horne MM, Pamela LS. 2001. Keseimbangan Cairan elektrolit dan asam. Jakarta
(ID): EGC.
Johnson-delaney C. 1996. Exotic Companion Medicine Handbook for
Veterinarians Vol 2. Lake Worth (FL): Zoological Education Network.
Kasiyati, Kusumorini N, Maheshwari H, Manalu W. 2010. Kajian Fisiologis status
Kalsium Puyuh (Coturnix coturnix Japonica) setelah Pemberian Cahaya
Monokromatik. Bul An Fis. 18(1): 1-11.
Kurniawati N. 2010. Sehat dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur.
Bandung (ID): Qanita.
Lerner U. 2006. Bone Remodeling in Post Menopausal Osteoporosis. J Dent Res.
85(7): 584-94.
Mihai R, Farndon JR. 2000. Parathyroid Disease and Calcium Metabolism. Br J
Anaesth. 85(1): 29-43.
Oury F, Sumara G, Sumara O, Ferron M, Smith CE, Hermo L, Suarez L, Roth BL,
Ducy P, Karsenty G. 2011. Endocrine Regulation of Male Fertility by
Skeleton. Cell 144:796-810.
Panda DK, Miao D, Bolivar I, Li J, Huo R, Hendy GE, Goltzmaz D. 2004.
Inactivation of 25-Hydroxy Vitamin D 1α- Hydroxylase and Vitamin D
Receptor Demonstrates Independent and Interdependent Effects of Calcium
and Vitamin D on Skeletal and Mineral Homeostasis. J Biol Chem. 16: 1675416766.
Peacock M. 2010. Calcium Metabolism in Health and Disease.Clin J Am Soc
Nephro 5: S23-S30.
Raggatt JL, Nicola CP. 2010. Cellular and Molecular Mechanisms of Bone
Remodeling. J of Bio Che. 285: 33.
Sabri M. 2011. Aktivitas Etanol Batang Sipatah-patah (Cissus quadrangula Salisb)
sebagai Anti Osteoporosis Pada Tikus (Rattus norvegicus) [Thesis]. Bogor
(ID): Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Sawitri IEI, Fauzi N, Widyani R. 2009. Kulit dan Menopause Manifestasi dan
Penatalaksanaan. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.21(1).
Setiawan. 2010. Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill)
terhadap Lama Siklus Estrus serta Bobot Uterus dan Ovarium Tikus Putih.
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suarsana IN, Dharmawan INS, Gorda IN, Priosoeryanto BP. 2011. Tepung Tempe
Kaya Isoflavon Meningkatkan Kadar Kalsium, Posfor dan Estrogen Plasma
Tikus Betina Normal. J Vet 12(3): 229-234.
Tangalayuk RR, Suarsana IN, Utama IH. 2015. Kadar Kalsium dan Fosfor Pada
Tulang Tikus Betina yang Diberi Tepung Tempe Rendah Lemak. Bul Vet
Udayana. 7(1).
Taussky HH, Shorr E. 1953. A Micro Colorimetric Method for The Determination
of Inorganic Phosphorus. J Biol Chem. 202: 675-685.

10

Tognolini M, Ballabeni M, Bertoni S, Bruni R, Impicciatore M, Barocelli E. 2007.
Protective Effect of Foeniculum vulgare Essential Oil and Anethole in an
Experiment Model of Trombosis. Pharmacological research, 56: 254
Van Abel M, Hoenderop JGJ, Dardenne O, St. Arnaud R, Van Os CH, Van
Leeuwen HJPTM, Bindels RJM. 2002. 1.25-Dihydroxy Vitamin D 3Inedepedent Stimulatory Effect of Estrogen on The Expression of E CaC1 in
The Kidney. J Am Nephrol. 13: 2102-2109
Xu H, Uno JK, Inouye M, Xu L, Drees JB,Collin JF, Ghishan FK. 2003. Regulation
of Sodium Phosphate Intestinal Napi-IIb Cotransporter Gene Expression by
Estrogen. Am J Physiol Liver Gastrointest. 285: G1317-G1324.

11

Lampiran 1. Perhitungan kadar kalsium one-way ANOVA (SPSS 20.0)
Oneway
Notes
Output Created
Comments
Input
Active Dataset
Filter
Weight
Split File
N of Rows in Working
Data File
Missing Value Definition of Missing
Handling
Cases Used

DataSet0



24
User-defined missing values are
treated as missing.
Statistics for each analysis are based
on cases with no missing data for
any variable in the analysis.

Syntax

Resources

25-JUN-2015 10:43:55

ONEWAY KadarCa BY Perlakuan
/STATISTICS DESCRIPTIVES
HOMOGENEITY
/MISSING
ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
00:00:00,02
00:00:00,06

Processor Time
Elapsed Time

Descriptives
Kadar Kalsium
N
KN 5
KO 5
D1
4
D2
5
D3
5
Total 24

Mean

Std.
Deviation

10,3906
16,9305
11,0239
11,3585
13,5040
12,7089

1,44631
8,68973
1,42215
1,27182
3,96812
4,78017

95% Confidence
Interval for Mean
Min Max
Lower
Upper
Bound
Bound
,64681 8,5947 12,1864 8,53 12,03
3,88617 6,1407 27,7202 9,70 28,32
,71107 8,7610 13,2869 10,05 13,14
,56877 9,7793 12,9377 9,78 13,28
1,77460 8,5769 18,4311 9,63 19,59
,97575 10,6904 14,7274 8,53 28,32
Std.
Error

12

Test of Homogeneity of Variances
Kadar Kalsium
Levene Statistic

df1

df2

Sig.

14,762

4

19

,000

ANOVA
Kadar Kalsium

Between Groups
Within Groups
Total

Sum of
Squares
139,617
385,935
525,551

df
4
19
23

Mean
Square
34,904
20,312

F
1,718

Sig.
,188

Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Kadar Kalsium
Duncan
Perlakuan

N

Subset for alpha = 0.05

KN
5
D1
4
D2
5
D3
5
KO
5
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

1
10,3906
11,0239
11,3585
13,5040
16,9305
,057

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,762.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used.
Type I error levels are not guaranteed.

13

Lampiran 2 Perhitungan kadar fosfor dengan one-way ANOVA (SPSS 20.0)
Oneway
Notes
Output Created
Comments
Input

25-JUN-2015 10:52:00
Data

C:\Users\SONY\Documents\anova
resti.sav

Active Dataset
Filter
Weight
Split File
N of Rows in Working
Data File
Value Definition of Missing

Missing
Handling

Cases Used

User-defined missing values are
treated as missing.
Statistics for each analysis are
based on cases with no missing
data for any variable in the
analysis.

Syntax

Resources

DataSet0



24

ONEWAY
KadarFosfor
BY
Perlakuan
/STATISTICS DESCRIPTIVES
HOMOGENEITY
/MISSING
ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
00:00:00,03
00:00:00,03

Processor Time
Elapsed Time

Descriptives
Kadar Fosfor

KN
KO
D1
D2
D3
Total

N

Mean

Std.
Deviation

5
5
4
5
5
24

4,4162
5,4602
5,0214
5,7893
6,5598
5,4672

1,20492
1,13623
1,68856
,98001
1,14193
1,34146

Std.
Error
,53885
,50814
,84428
,43827
,51069
,27383

95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Upper
Bound
Bound
2,9201 5,9123
4,0494 6,8710
2,3346 7,7083
4,5725 7,0062
5,1419 7,9777
4,9008 6,0337

Min

Max

2,58
3,52
3,58
4,69
5,26
2,58

5,91
6,35
7,04
7,05
8,04
8,04

14

Test of Homogenity of Variances
Kadar Fosfor
Levene Statistic
0,751

df1
4

df2
19

Sig.
0,569

ANOVA
Kadar Fosfor
Sum of
Squares
12,806
28,583
41,389

Between Groups
Within Groups
Total

Mean
Square
3,202
1,504

df
4
19
23

F

Sig.

2,128

,117

Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
KadarFosfor
Duncan
Perlakuan

N

KN
D1
KO
D2
D3
Sig.

5
4
5
5
5

Subset for alpha = 0.05
1
2
4,4162
5,0214
5,0214
5,4602
5,4602
5,7893
5,7893
6,5598
,128
,090

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,762.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used.
Type I error levels are not guaranteed.

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumani pada tanggal 22 November 1993 dari ayah
Rustam Effendi dan ibu Mariani. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 17 Aro IV Korong dan melanjutkan
kejenjang menengah pertama di SMPN 2 Kota Solok. Tahun 2011 penulis lulus dari
SMA Negeri 2 Kota Solok dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima di
Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota aktif Himpunan
Profesi Hewan Kesayangan dan Akuatik (HKSA). Penulis juga merupakan
mahasiswa aktif Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) IPMM dan IKMS (Ikatan
Keluarga Mahasiswa Solok).

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Infusa Biji Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Perkembangan Folikel Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus) Produktif dan Premenopause

0 14 36

Peran Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kinerja Reproduksi Tikus Betina Umur 1 Tahun

0 5 29

Siklus Estrus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Produktif Yang Diberi Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare MILL)

1 7 39

Efektivitas Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kadar Progesteron Darah Tikus Putih Betina (Rattus norvegicus) Ovariektomi.

0 4 28

Efektivitas infusa buah adas (Foeniculum vulgare Mil.) terhadap kadar kalsium (Ca) tulang tikus putih btina ovariektomi.

0 4 31

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill) TERHADAP Staphylococcus Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill) Terhadap Staphylococcus epidermidis, Shigella sonnei ATCC 9290, Dan Citrobacter dive

0 4 17

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Proteus mirabilis, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, DAN Staphylococcus saproph

0 0 10

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Proteus mirabilis, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, DAN Staphylococcus saproph

0 14 17

Pengaruh Macam Dan Takaran Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Adas (Foeniculum vulgare Mill.)

0 1 9

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) DIABETIK

0 0 6