Efektivitas Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kadar Progesteron Darah Tikus Putih Betina (Rattus norvegicus) Ovariektomi.

EFEKTIVITAS INFUSA BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill.)
TERHADAP KADAR PROGESTERON DARAH TIKUS PUTIH BETINA
(Rattus norvegicus) OVARIEKTOMI

SRI WARISKA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Infusa Buah
Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kadar Progesteron Darah Tikus Putih
Betina (Rattus norvegicus) Ovariektomi adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, 21 Agustus 2015
Sri Wariska
NIM B04110072

ABSTRAK
SRI WARISKA. Efektivitas Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.)
terhadap Kadar Progesteron Darah Tikus Putih Betina (Rattus norvegicus)
Ovariektomi.
Dibimbing
oleh
HERA
MAHESHWARI
dan
UMI CAHYANINGSIH.
Adas merupakan tanaman yang mengandung fitoestrogen dan memiliki efek
sama seperti estrogen alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
infusa buah adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap kadar progesteron darah
tikus putih betina (Rattus norvegicus) ovariektomi. Penelitian ini menggunakan 25
ekor tikus betina yang dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok KN adalah kelompok

kontrol negatif yang diberi aquades 1 ml. Kelompok KP adalah kontrol positif
yang diberi etinil estradiol dengan dosis 0.045 mg/100 g BB. Kelompok
perlakuan D1, D2, D3 diberi infusa adas sebesar 73 mg, 146 mg, dan 292 mg
masing-masing untuk 100 g BB. Pemberian aquades, etinil estradiol, dan infusa
buah adas dilakukan selama 15 hari dengan rute oral, dan pada hari terakhir
dilakukan ulas vagina. Kadar progesteron dalam serum darah diuji dengan
radioimmunoassay (RIA). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pemberian infusa buah adas (Foeniculum vulgare Mill.) dengan dosis tertinggi
(292 mg/100 g BB) pada tikus ovariektomi cenderung dapat memicu
memunculkan fase estrus kembali dan tidak memiliki efek terhadap kadar
progesteron.
Kata kunci: adas, fitoestrogen, progesteron,

ABSTRACT
SRI WARISKA. Effect of Fennel Fruit Infussion (Foeniculum vulgare Mill.) on
Progesteron Level of Ovariectomy Rat (Rattus norvegicus). Under supervision of
HERA MAHESHWARI and UMI CAHYANINGSIH.
Fennel fruit are plants that contains natural phytoestrogen and have a
similar effect as natural estrogen. This study was aimed to describe effectiveness
of fennel fruit Infussion (Foeniculum vulgare Mill.) on progesteron level of

ovariectomy rat (Rattus norvegicus). This research used 25 female rats that were
divided into 5 groups. KN is negative control given distilled water 1 ml. KP is
positive control given etinil estradiol 0.045 mg/ 100 g body weight. Treatment D1,
D2, D3 given infussion of fennel with three different doses of 73 mg, 146 mg, and
292 mg respectively for 100 g BB. Administration of distilled water, etinil
estradiol, and infussion of fennel fruit were done for 15 days with the oral route
and the last day with vaginal swab. The progesteron level of serum was analysed
by using radioimmunoassay (RIA). The result of this research showed that giving
infusion of fennel fruit (Foeniculum vulgare Mill.) with highest dosis could trigger
showing estrus phase again and have not effect for progesteron level.
Keywords: adas, fitoestrogen, progesteron.

EFEKTIVITAS INFUSA BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill.)
TERHADAP KADAR PROGESTERON DARAH TIKUS PUTIH BETINA
(Rattus norvegicus) OVARIEKTOMI

SRI WARISKA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

OセM

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Efektivitas Infusa Buah Adas (Fo eniculum vulgare Mill.)
Terhadap Kadar Progesteron Darah Tikus Putih Betina
(Rattus norvegicus) Ovariektomi
Sri Wariska

: B04110072

Disetujui oleh

\_ セャG@ セ@ /\

(\!U..\1\4@\;

Dr Drh Hera Maheshwari, MSc
Pembimbing I

TanggalLulus:

.3 Q セ@ AUG. 2015

Prof Dr Drh Hj Umi Cahyaningsih, MS
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul, “Efektivitas Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Terhadap
Kadar Progesteron Darah Tikus Putih Betina (Rattus norvegicus) Ovariektomi”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu sehingga skripsi ini telah berhasil diselesaikan dengan baik.
Terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Ibu Dr Drh Hera Maheshwari, MSc dan Ibu Prof Dr Drh Hj Umi
Cahyaningsih, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
nasehat, bimbingan, arahan, dan koreksi yang sangat berguna bagi penulis
selama penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Bapak Drh Kusdiantoro selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan dukungan, motivasi, semangat, nasehat serta masukan yang
sangat membangun dan bermanfaat dari semester 3 hingga semester 8.
3. Staff laboratorium Bagian Fisiologi, Parasitologi, dan UPHL.
4. Ibunda rosdiana, noviana, magdalena, alm.kak adi, alm.kak ican,
alm. kakek, nenek, sigit, beserta keluarga besar atas doa, kasih sayang,
perhatian dan motivasi yang diberikan.
5. Teman-teman sepenelitian : resti dan melpa atas kerjasama yang baik dan
dukungan semangat selama penelitian.
6. Sahabat BG tersayang, sahabat-sahabat di IPB, beserta semua sahabat

yang ada di kos marhamah yang telah banyak membantu dan memberikan
perhatian dan semangat kepada penulis.
7. Teman-teman seperjuangan GANGLION (FKH angkatan 48) yang telah
memberi warna beserta pengalaman dalam hari-hari penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
serta masyarakat umum. Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan
penulis agar kedepannya karya penulis dapat lebih baik.

Bogor, 21 Agustus 2015
Sri Wariska

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


TINJAUAN PUSTAKA

2

Adas (Foeniculum vulgare Mill)

2

Fitoestrogen

4

Progesteron

5

Estrogen

5


Tikus Putih

6

METODE

6

Waktu dan Tempat Penelitian

6

Alat dan Bahan

6

Metode Penelitian

7


Analisis Data

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

9
13

Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1 Kadar progesteron dalam darah tikus ovariektomi yang diberikan infusa
adas
2 Sampel Ulas Vagina Hari Ke-15

10
11

DAFTAR GAMBAR
1 Bagan perlakuan penelitian

8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Analisis Kadar Progesteron

16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penuaan merupakan penurunan secara fisiologis fungsi tubuh dan berbagai
sistem organ yang mengakibatkan peningkatan kejadian penyakit serta kehilangan
mobilitas dan ketangkasan. Fase penuaan menyebabkan penurunan beberapa
fungsi tubuh. Penurunan dari fungsi organ tubuh berbeda˗beda tergantung pada
waktu serta kondisi fisiologis dari tubuh. Perkembangan populasi dari suatu
hewan dapat mengalami penurunan yang disebabkan oleh gangguan pada proses
reproduksinya, terutama yaitu pada hewan betina (Dewi 2010).
Reproduksi merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada seluruh
makhluk hidup bertujuan untuk mempertahankan keturunan serta kelangsungan
hidup selanjutnya. Proses ini memerlukan bantuan dari hormon reproduksi yaitu
hormon yang secara langsung maupun tidak langsung berpartisipasi dalam proses
reproduksi. Beberapa hormon yang termasuk dalam hormon reproduksi betina
diantaranya yaitu, estrogen dan progesteron. Proses reproduksi yang normal pada
hewan betina tergantung pada fisiologis tubuh, seperti organ reproduksi dan
mekanisme kerja hormon reproduksi.
Mekanisme hormon pada hewan betina akan memengaruhi berbagai
proses metabolisme dalam tubuh, khususnya pada siklus estrus. Penentuan dari
masa estrus berperan penting dalam meningkatkan keberhasilan fertilisasi dan
reproduksi hewan sehingga mampu membantu meningkatkan jumlah populasi
hewan (Nalley et al. 2011). Masa subur umumnya terjadi dipertengahan siklus,
hewan betina dapat dikawinkan secara alami didalam penangkaran. Masa subur
ditandai dengan dilepaskannya sel telur betina matang melalui peristiwa ovulasi
(Sophia, 2003).
Pada masa tersebut, hormon estrogen mencapai kadar maksimal dan
kemudian menurun drastis. Setelah ovulasi terjadi, rendahnya kadar estrogen akan
digantikan dengan mulai meningkatnya kadar progesteron. Peningkatan kadar
progesteron menandakan ovulasi telah terjadi dan kadar progesteron akan
mencapai puncaknya pada fase midluteal siklus. Fluktuasi kadar hormon˗hormon
tersebut merupakan respons terhadap bekerjanya hormon˗hormon hipofisis pada
organ ovari (Champbell et al. 2004; Dewi 2010).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam dari
tanaman yang beraneka ragam dan sangat besar. Berbagai manfaat pun dapat
diperoleh dari masing˗masing tanaman tersebut, mulai dari penggunaannya
sebagai makanan, rempah˗rempah, sampai tanaman obat (obat herbal). Adas
(Foeniculum vulgare Mill) merupakan salah satu dari beragam tanaman obat yang
dianggap bermanfaat bagi kesehatan. Buah adas (Foeniculum vulgare Mill)
mengandung trans˗anethol, fenchone, dan estragol yang diduga memiliki potensi
sebagai fitoestrogen (Agustini dan Saepudin 2006). Buah adas dapat dimanfaatkan
untuk mengatasi sakit perut, mual, perut kembung, muntah, diare, nyeri haid, dan
haid tidak teratur (Hartini et al. 2009). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
efektivitas infusa buah adas (Foeniculum vulgare Mill.) secara peroral terhadap
kadar progesteron darah tikus putih betina (Rattus norvegicus) ovariektomi.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas infusa buah adas
(Foeniculum vulgare Mill.) terhadap kadar progesteron darah tikus putih betina
(Rattus norvegicus) ovariektomi.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran
dari hasil efektivitas infusa buah adas (Foeniculum vulgare Mill) terhadap kadar
progesteron darah tikus putih betina (Rattus norvegicus) ovariektomi.

TINJAUAN PUSTAKA
Adas (Foeniculum vulgare Mill)
Deskripsi Adas (Foeniculum vulgare Mill)
Tanaman adas (Foeniculum vulgare Mill) adalah tanaman herba tahunan
yang berasal dari Eropa Selatan dan daerah Mediterania dan menyebar cukup luas
di berbagai negara seperti Cina, Meksiko, India, Itali, Indian dan termasuk negara
Indonesia. Buah adas (Foeniculum vulgare Mill) merupakan salah satu
rempah˗rempah umum di seluruh dunia (Khare 2007). Dari kelas Magnoliopsida,
ordo Apiales, famili Umbelliferae, dan genus Foeniculum. Genus Foeniculum
mempunyai tiga spesies, yaitu Foeniculum vulgare, Foeniculum azoricum, dan
Foeniculum dulce. Foeniculum vulgare memiliki dua sub spesies, yaitu
F. Vulgare Mill. subspesies vulgare varietas dulce (adas manis) dan
F. Vulgare Mill.
subspesies
vulgare
varietas
vulgare
(adas pedas) (Rather et al. 2012). Ada dua jenis adas yang dikenal di Indonesia,
yaitu F vulgare Mill. (adas manis) dan Anetum Graveolens Linn (adas sowa).
Adas manis telah digunakan di China, Meksiko, India, dan negara˗negara lainnya
sebagai obat, penambah rasa pada makanan, parfum dan kosmetik
(Rather et al. 2012).
Kingdom
: Plantae
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Apiales
Famili
: Umbilliferae
Genus
: Foeniculum
Spesies
: Foeniculum Vulgare
Subspesies
: F. Vulgare var. dulce (adas manis)
F. vulgare var. vulgare (adas pedas)
Tanaman adas memiliki lima bagian yaitu, akar, batang, daun, bunga dan
biji (buah adas) (Fahmi 2008). Adas dicirikan dengan bentuk tanaman tegak
menahun. Tinggi tanaman dapat mencapai 1˗2 m dengan percabangan yang
banyak dan mempunyai batang beralur. Daun berbagi menyirip, berbentuk bulat

3

telur sampai segitiga dengan panjang 3 cm dan bunga berwarna kuning
membentuk kumpulan payung yang besar. Dalam satu payung besar terdapat
15˗40 payung kecil dengan panjang tangkai payung 1˗6 cm (Ruff 2000). Bunga
berbentuk silindris dengan panjang 3.5˗4 mm. Pada masing˗masing bijinya
terdapat tabung minyak, yang letaknya berselang˗seling. Pada waktu muda biji
adas berwarna hijau kemudian kuning kehijauan dan berwarna kuning kecokelatan
pada saat panen (Rusmin dan Melati 2007). Secara umum biji atau buah adas
memiliki komponen utama minyak atsiri yang penting yaitu anethol yang
terkandung sekitar 70% dalam bijinya. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran
rendah sampai dataran tinggi dengan kisaran ketinggian 10˗2500 mdpl.
Di Indonesia, tanaman adas banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan
Jawa Timur dengan ketinggian 250˗1500 mdpl. Tanaman adas memerlukan cuaca
sejuk dan cerah untuk keberhasilan pertumbuhannya, dapat tumbuh di tepi sungai,
tepi danau, daerah pembuangan dan daerah yang terganggu habitatnya. Tanaman
adas merupakan tanaman khas yang tumbuh di palung sungai. Paling baik tumbuh
pada tanah berlempung, tanah yang cukup subur dan berdrainase baik, berpasir
dan liat yang berkapur dengan kisaran pH sebesar 4.8˗8.5 (Faucon 2000).
Komposisi dan Kandungan Kimia
Tanaman adas terbagi menjadi dua yaitu adas pedas dan adas manis. Adas
pedas memiliki karakteristik kandungan minyak essensial minimal 40% dari berat
kering buah sedangkan adas manis 20% dari berat buah kering. Minyak esensial
pada adas pedas mengandung minimal 15% fenchone, 60% anethole, dan
maksimal 6% estragole, sedangkan minyak esensial pada adas manis minimal
mengandung 80% anethole, 7.5% fenchone, dan maksimal 10% estragole
(EMEA 2008).
Adas mengandung minyak atsiri dengan kadar antara 0.6˗6%. Minyak
atsiri yang paling utama dari varietas dulce mengandung anethole (50-80%),
limonene (5%), fenchone (5%), estragole (methyl-chavicol), safrol, alpha-pinene
(0.5%), camphene, beta-pinene, beta-mycrene dan p-cymen. Pada varietas vulgare
tidak mengandung lebih banyak minyak atsiri, namun dicirikan oleh fenchone
sekitar 12-22% (Rusmin dan Melati 2007).
Adas pedas (varietas vulgare) memiliki sifat kimiawi dan efek
farmakologis yakni pada buah masak mengandung bau aromatik, rasa sedikit
manis, pedas dan hangat. Daun memiliki bau aromatik minyak dari buah yaitu
minyak adas (fennel oil). Kandungan anethole yang menyebabkan adas
mengeluarkan aroma yang khas dan berkhasiat karminatif. Akar mengandung
bergapten, sedangkan stigmasterin (seposterin) dikandung dalam akar dan biji.
Buah adas manis memiliki kandungan fitokimia yang lebih baik untuk
dimanfaatkan, pada kandungan fitoestrogen buah adas manis lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan buah adas pedas. Selain itu, minyak essensial adas manis
mengandung minimal 80% anethol, maksimal 7.5% fenkon, dan 10% estragol.
Sedangkan pada adas pedas mengandung minimal 60% anethol, 15% fenkon, dan
maksimal 6% estragol (Silano dan Delbo 2008). Trans-anethol, fenkon dan
estragol diduga memberikan efek seperti estrogen (Agustini dan Saepuddin 2006).

4

Khasiat dan Kegunaan
Tanaman adas memiliki banyak manfaat mulai dari akar, batang, daun dan
bijinya. Bagian akar adas berkhasiat sebagai obat batuk, kembung, kejang-kejang,
gangguan saluran pernapasan, pencuci perut, sakit perut setelah melahirkan,
penambah rasa pada masakan, wewangian dan kosmetik. Serta daun adas
digunakan sebagai diuretikum dan memacu pengeluaran keringat
(Foster 2000; Johnson 2000).
Buah adas atau fennel fruit adalah buah yang dikeringkan dari tanaman
Foeniculum vulgare Mill. Buah adas diduga memiliki potensi estrogenik pada
tubuh karena mengandung trans-anethole, fenchone dan estragol yang diduga
memiliki efek seperti estrogen (estrogen like-effect), sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai
terapi
pada
wanita
dengan
tanda-tanda
menopause
(Agustini dan Saepudin 2006).
Pemberian oral ekstrak metanol adas pada tikus betina yang telah di
ovariohisterektomi dengan dosis estrogenik 0.5˗2.5 mg/kg BB/hari dapat
menginduksi fase estrus, meningkatkan berat kelenjar mamae dan meningkatkan
berat endometrium, serviks dan vagina (Teuscher et al. Dalam Silano dan Marisa
2005). Menurut Hartini et al. (2009), buah adas (Foeniculum vulgare Mill) dan
kulit batang pulasari (Alyxia reinwardtii BL) merupakan bahan obat tradisional
yang sering digunakan dalam campuran dan sering disebut „adas pulowaras‟.
Buah adas dimanfaatkan untuk untuk mengatasi sakit perut, mual, perut kembung,
muntah diare, nyeri haid, dan haid tidak teratur. Adas digunakan secara luas untuk
mengatasi berbagai macam penyakit, dengan pencampuran ataupun pembuatan
obat diharapkan akan mendapatkan efek yang lebih menguntungkan.
Fitoestrogen
Fitoestrogen diartikan sebagai senyawa alami yang berasal dari tanaman
dan memiliki kemampuan mempengaruhi aktivitas estrogenik tubuh. Fitoestrogen
akan bersaing dengan estradiol endogen untuk berikatan dengan reseptor estrogen
pada sitosol (Whitten dan Patisaul 2001). Makanan yang kaya akan fitoesterogen,
beberapa diantaranya adalah tumbuhan dari famili umbelliferous (fennei, seledri,
anise, peterseli), brassica (kubis, bunga kol, brokoli, dan brussel sprout), kedelai,
kacang-kacangan, gandum, apel, dan alfalfa. Fitoestrogen dibagi ke dalam
3 kelompok, yaitu isoflavon, lignan, dan coumestan. Fitoestrogen isoflavon dan
lignan dapat mencegah kanker karena memiliki aktivitas antioksidan, dan
mengurangi berbagai keluhan menopause (Purwoko dan Suyanto 2001;
Achadiat 2003; Winarsi 2005). Beberapa penelitian telah menunjukkan efek dari
fitoestrogen yang memperlambat menopause pada wanita dan mengurangi
gejalanya. Kehadiran agen estrogenik pada tahap awal perkembangan dapat
memacu berbagai reaksi di dalam tubuh tikus usia muda. Salah satunya dengan
merangsang percepatan pertumbuhan organ reproduksi, selain itu adanya
kemungkinan terjadinya onset pubertas (Hughes et al. 2004).

5

Progesteron
Progesteron adalah hormon steroid yang terlibat dalam siklus estrus dan
kebuntingan. Progesteron termasuk kelas hormon progestagen. Progesteron
diproduksi oleh korpus luteum dalam ovarium setelah ovulasi dan dalam kelenjar
adrenal yang terletak di dekat ginjal, serta di dalam plasenta selama kehamilan
(Hadley 2000). Progesteron bertanggung jawab mempersiapkan sistem reproduksi
untuk implantasi zigot. Hal tersebut menunjukkan bahwa progesteron yang berada
pada plasma preovulatori dapat memicu perilaku seksual pada beberapa spesies.
Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus
(Hadley 2000).
Progesteron dianggap dapat mewakili teridentifikasikannya peristiwa
ovulasi. Progesteron hanya akan disekresikan melalui suatu badan yang terbentuk
setelah ovulasi terjadi. Setelah ovulasi terjadi, kadar pogesteron mulai meningkat,
dan
terus
meningkat
sampai
mencapai
jumlah
maksimal
(Champbell et al. 2004; Dewi 2010). Jika terjadi fertilisasi pada sel telur hasil
ovulasi, maka kadar progesteron dipertahankan sampai kebuntingan terjadi.
Sebaliknya, jika sel telur hasil ovulasi tidak difertilisasi, maka kadar progesteron
menurun secara gradual, dan terus menurun sampai berakhirnya siklus
(Nadjamudin et al 2010). Kadar progesteron tetap rendah di awal siklus berikut
sampai ovulasi terjadi lagi (Ward et al 2000).
Progesteron mampu mempengaruhi endometrium hanya setelah
endometrium mendapatkan pengaruh oleh estrogen. Progesteron bekerja pada
endometrium yang telah dipersiapkan oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi
lapisan yang toleran dan banyak mengandung nutrisi bagi ovum yang telah
dibuahi. Progesteron juga mempersiapkan endometrium untuk siap diimplantasi
dan menampung embrio dengan cara merangsang kelenjar-kelenjar endometrium
agar mengeluarkan dan menyimpan glikogen dalam jumlah besar dan juga dengan
merangsang peningkatan vaskularisasi (Sherwood 2001).
Estrogen
Estrogen adalah hormon steroid yang berperan penting dalam
perkembangan organ dan sistem repoduksi wanita. Estogen dihasilkan terutama di
ovarium dan sebagian kecil di kelenjar adrenal. Menurut Corwin (2009), estrogen
mempengaruhi jaringan targetnya dengan mengubah kecepatan replikasi DNA,
transkripsi DNA, atau translasi RNA. Estrogen berpengaruh terhadap organ
reproduksi dan non reproduksi. Efek estrogen pada organ reproduksi adalah untuk
menstimulasi pertumbuhan lapisan endometrium uterus setiap bulan dalam
mempersiapkan implantasi embrio, mempengaruhi perkembangan in utero organ
seks internal dan eksternal wanita, dan memelihara kebuntingan. Efek estrogen
terhadap organ non reproduksi adalah dalam menstimulasi pembentukan tulang,
membatasi resorpsi tulang, menstimulasi ginjal untuk menahan natrium,
mempengaruhi sinyal syaraf otak terkait perilaku (Corwin 2009).
Estrogen bertanggung jawab atas perilaku reseptif betina selama estrus serta
perkembangan dari sex sekunder betina. Pada masa premenopause pematangan
folikel tidak beraturan, ovulasi dapat terjadi dan dapat juga tidak, serta sekresi
hormon estrogen oleh folikel berkurang. Pada masa menopause, produksi estrogen

6

terutama estradiol jauh lebih menurun dari kadar pada premenopause karena
berhentinya aktivitas folikuler (Benson dan Martin 2008).
Tikus Putih (Rattus sp.)
Tikus merupakan mamalia yang umum digunakan sebagai hewan
percobaan. Tikus putih (Rattus sp.) merupakan hewan laboratorium yang memiliki
kekhususan karena pertumbuhannya relatif cepat dan lebih mudah
berkembangbiak, mudah dipelihara, dan morfologi organ tubuhnya analog dengan
organ manusia. Ciri-ciri tikus ini adalah albino, kepala kecil, dan ekor lebih
panjang dari badannya. Oleh sebab itu, tikus sering digunakan sebagai hewan
pengujian obat sebelum diberikan kepada manusia karena tikus juga merupakan
hewan yang relatif sehat dan cocok digunakan untuk penelitian. Tikus juga
memiliki panjang siklus estrus yang pendek, sehingga ideal untuk diamati setiap
perubahan yang terjadi pada fase siklus estrus (Marcondes et al. 2002). Tikus
putih (Rattus norvegicus) terwakili dalam tiga strain, yaitu Long evans, Wistar,
dan Sprague dawley. Tikus memiliki tubuh yang kecil, perkembangannya cepat,
mempunyai kelenjar keringat di telapak kaki dan ekor tikus menjadi bagian yang
paling penting untuk mengurangi panas tubuh.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai September 2014
di Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium, Bagian Ilmu Penyakit Hewan dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang tikus, spidol, alat
cukur, clipper, silet, alat bedah minor, catgut, gelas beker, lemari pendingin,
alumunium foil, pengaduk gelas, kompor gas, spoit, stopwatch, heating pad,
tissue, sonde lambung, kaca preparat, cotton bud, timbangan, mesin sentrifuge,
freezer, RIA reader kit progesteron.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah atropine dosis
0.05 mg/kg BB, ketamin 5% dosis 60 mg/kg BB, xylazin 1% dosis 10 mg/kg BB,
oxytetrasiklin dosis 10 mg/kg BB, betadine, alkohol 70%, air sabun, bioplasenton,
penisilin, 1% etinil estradiol, iodine, aquadest, NaCl fisiologis 0.9%, larutan
metanol 9%, larutan giemsa, infusa adas dan pakan tikus berupa pelet ikan.
Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih betina (Rattus sp), galur SpragueDawley, yang telah melahirkan sebanyak 2 kali.

7

Metode Penelitian
Tahap Persiapan
A. Operasi Ovariektomi
Operasi ovariektomi dilakukan pada bagian flank kiri dengan metode
aseptis. Operasi dimulai dengan memberikan premedikasi terlebih dahulu yaitu
atropine dosis 0.05 mg/kg BB melalui rute intramuskular (IM). Setelah 15 menit
semenjak pemberian premedikasi, tikus disuntikkan sedativa dan anastetikum
secara bersamaan melalui rute intraperitoneal (IP) dengan xylazin 1% dosis 10
mg/kg dan ketamin 5% dosis 60 mg/kg sesuai dengan berat badan tikus. Setelah
tikus teranastesi dilakukan pencukuran bagian flank kiri menggunakan clipper
dengan hati-hati, lalu dilanjutkan dengan penggunaan silet agar rambut-rambut
tikus tercukur dengan sempurna. Selanjutnya bagian flank dibersihkan dengan
alkohol 70% dan diberikan iodine.
Penyayatan dilakukan dibagian flank sebelah kiri dengan terlebih dahulu
menyayat kulit, sub kutan dan otot. Lalu dilakukan pemfiksiran organ untuk
menemukan ovarium. Setelah ovarium teraba, tarik keluar dengan pinset.
Ikat saluran tuba fallopi dengan catgut lalu dipotong. Setelah kedua ovarium
terpotong lalu dilakukan penjahitan pada otot, sub kutan dan kulit. Berikan iodine
pada bagian yang telah dijahit dan tutup dengan plester. Suntikan antibiotik
oxytetrasiklin dengan rute intramuskular (IM) selama 3 hari berturut-turut.
B. Infusa Adas
Buah adas yang digunakan pada penelitian ini adalah adas manis
(F.vulgare Miller subsp. Vulgare varietas dulce Miller) serta memiliki kandungan
fitoestrogen (trans-anethole) lebih tinggi 8.1% dibandingkan adas pedas.
Simplisia buah adas yang telah dikeringkan dan dihaluskan selanjutnya dibuat
dalam bentuk infusa. Pembuatan infusa buah adas ini dengan cara merebus
sebanyak 15 g adas dalam 100 ml air dengan suhu 90°c selama 15 menit.
Kemudian larutan adas dimasukkan ke gelas piala dan di simpan ke dalam lemari
pendingin. Setelah terjadi pengendapan, cairan yang ada di dalam gelas piala
ditarik dengan menggunakan pipet dan di masukkan ke dalam gelas piala yang
baru dan siap untuk dicekokkan ke tikus.
C. Hewan Percobaan
Seluruh tikus yang telah diovariektomi diadaptasikan (aklimatisasi) selama
45 hari dari pertengahan bulan Juli sampai pertengahan bulan Agustus 2014
di dalam kandang. Sebanyak 25 ekor tikus betina putih dibagi menjadi lima
kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Setiap
kelompok dibagi dalam dua kandang, kandang pertama berisi 3 tikus dan kandang
kedua berisi 2 tikus. Tikus dari setiap kelompok dikandangkan secara terpisah di
dalam kandang berbentuk kotak plastik berukuran 30 cm x 20 cm x 12 cm dengan
tutup kawat yang mudah dibuka-tutup. Kandang dialasi dengan litter berupa
serbuk gergaji yang diganti setiap minggu agar kondisi kandang tetap kering
dan bersih. Pakan berbentuk pelet dan air minum diberikan ad libitum

8

Tahap Perlakuan dan Pengelompokan Hewan Coba
Seluruh tikus dikelompokkan sesuai dengan perlakuan. Kelompok kontrol
positif (KP) dicekok peroral menggunakan sonde lambung dengan etinil estradiol
dengan dosis 0.045 mg/100 g BB, kelompok kontrol negatif (KN) dengan aquades
sebanyak 1 ml, kelompok dosis 1 (D1) dengan dosis 73 mg/100 g BB, kelompok
dosis 2 (D2) dengan dosis 146 mg/100 g BB, kelompok dosis 3 (D3) dengan dosis
292 mg/100 g BB.
Perlakuan pada penelitian ini adalah sediaan infusa buah adas,
etinil estradiol, dan aquades diberikan dengan cara dicekok menggunakan sonde
lambung. Pemberian sediaan dilakukan selama 15 hari pada jam yang sama setiap
harinya. Perlakuan dapat dilihat pada gambar 1.
Tahap Perlakuan Selama 15 Hari

Aklimatisasi Selama 45 Hari

Keterangan :

Ulas sel vagina (pagi dan sore).
Pemberian pakan, minum dan
penggantian sekam.

Koleksi darah.
Pencekokan aquades,
etinil estradiol, dan
infusa buah adas

Gambar 1 Bagan perlakuan penelitian
Tahap Pengambilan dan Pengamatan Sampel
D. Pengambilan Sampel Ulas Vagina dan Koleksi Darah
Sebelum pengambilan darah pada tikus, dilakukan pemeriksaan ulas vagina
dengan menggunakan cotton bud yang telah direndam dalam larutan NaCl
fisiologis 0.9% sesaat sebelum digunakan, kemudian cotton bud di masukkan
kedalam vagina tikus putih dan diputar 360°. Selanjutnya hasil ulasan dioleskan
secara merata pada gelas objek, setelah itu dikeringkan dan direndam ke dalam
larutan methanol 9% selama 10 menit. Selanjutnya dilakukan pewarnaan giemsa
selama 30 menit, lalu dicuci pada air mengalir, kemudian dikeringkan dan siap
diamati di mikroskop dengan menggunakan perbesaran 40 kali. Penentuan fase
siklus berdasarkan jenis-jenis sel epitel yang terdapat pada preparat ulas vagina.
Kemudian, dilakukan pengambilan darah melalui rute intrakardial (jantung)
yang mana sebelumnya tikus telah selesai diberikan perlakuan (hari ke 16).
Pengambilan darah ini menggunakan spoid 3 ml melalui thoraks bagian kiri serta
tepat ke dalam organ jantung. Darah diambil sebanyak kurang lebih 1 ml, lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi penampung. Darah yang telah diambil lalu di
sentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 10 menit agar mendapatkan serum
darah yang bagus. Setelah darah di sentrifuge, serum yang didapatkan di simpan
dalam micro tube untuk selanjutnya di simpan dalam freezer. Setelah semua
serum terkumpul dilakukan pembacaan kadar progesteron darah dengan
menggunakan radioimmunoassay (RIA) kit progesterone.

9

Analisis Data
Hasil pengukuran kadar progesteron darah diukur menggunakan
radioimmunoassay (RIA) kit progesteron. Kemudian dianalisis menggunakan
Rancangan Acak Lengkap untuk mengetahui efektivitas setiap perlakuan
pemberian infusa buah adas terhadap kadar progesteron darah tikus putih
ovariektomi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemantauan siklus fase estrus berperan penting untuk keberhasilan
fertilisasi serta reproduksi untuk meningkatkan jumlah populasi hewan
(Nalley et al. 2011). Dengan diketahui saat masa subur yang umum terjadi di
pertengahan siklus, hewan betina dapat dikawinkan secara alami. Masa subur
ditandai dengan dilepaskannya sel telur betina matang melalui peristiwa ovulasi
(Sophia 2003). Pada masa tersebut, hormon estrogen mencapai kadar maksimal
dan kemudian menurun drastis. Setelah ovulasi terjadi, rendahnya kadar estrogen
akan digantikan dengan mulai meningkatnya kadar progesteron. Peningkatan
kadar progesteron menandakan ovulasi telah terjadi dan kadar progesteron akan
mencapai puncaknya pada fase midluteal siklus. Fluktuasi kadar hormon˗hormon
tersebut merupakan respons terhadap bekerjanya hormon˗hormon hipofisis pada
organ ovari (Champbell et al. 2004; Dewi 2010).
Progesteron memiliki aksi yang bervariasi terhadap organ reproduksi
betina dan di bawah kondisi fisiologik sering bekerja secara sinergik dengan
estrogen. Kadar hormon progesteron yang dihasilkan sangat tergantung pada
perkembangan korpus luteum, jika perkembangan korpus luteum berlangsung
normal maka akan dihasilkan kadar hormon yang normal. Sebaliknya jika selama
proses perkembangan korpus luteum menurun mengakibatkan produksi
progesteron terganggu. Hal ini sangat tergantung pada besarnya gangguan yang
terjadi selama proses perkembangan korpus luteum (Andria 2012).
Pada saat penuaan kadar estrogen dan progesteron otomatis akan mengalami
penurunan atau bahkan sampai hilang sehingga fungsi tubuh juga akan mengalami
penurunan. Salah satu organ utama sasaran dari progesteron yaitu uterus.
Progesteron berperan dalam perubahan progestasional di endometrium dan
perubahan siklik di serviks dan vagina. Pada saat menopause, ovarium tidak lagi
mensekresikan progesteron dan estradiol dalam jumlah yang bermakna sehingga
kadar progesteron dan estrogen dalam darah menjadi rendah. Uterus dan vagina
perlahan-lahan menjadi atropi (Ganong 2003).
Hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, disajikan
pada tabel 1. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kelompok
KP menghasilkan rata-rata tertinggi dan berbeda nyata (P < 0.05) dengan semua
perlakuan. Sedangkan kelompok KN, D1, D2 dan D3 tidak berbeda nyata
(P > 0.05). Hal ini dapat dilihat dari rataan kadar progesteron tertinggi dimiliki
oleh kelompok KP (48.86 ± 25.86 ng/ml), kemudian dilanjutkan dengan
kelompok KN (24.40 ± 19.99 ng/ml), kelompok D1 (19.88 ± 19.89 ng/ml),

10

kelompok D2 (17.47 ± 10.38 ng/ml), dan kelompok D3 (13.19 ± 11.82 ng/ml)
dengan nilai kadar progesteron terendah.
Tabel 1 Rataan kadar progesteron dalam darah tikus ovariektomi yang diberikan
infusa adas.
Perlakuan
Kadar progesteron dalam serum
darah. (rata˗rata ± simpangan baku)
ng/ml.
KN
24.40 ± 19.99b
KP
48.86 ± 25.86a
D1
19.88 ± 19.89b
D2
17.47 ± 10.38b
D3
13.19 ± 11.82b
Keterangan : KN=kontrol negatif (aquades 1 ml /100 g) BB, KP=kontrol positif (etinil estradiol
0.045 mg/100 g BB), D1=dosis 1 (73 mg/100 g BB), D2=dosis 2 (146 mg/100 g BB), D3=dosis 3
(292 mg/100 g BB). Notasi pada superscript yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata
(p F

4

3958.69858

989.67464

2.89

0.0486

Error

20

6846.10617

342.30531

Total

24

10804.80475

perlakuan

DF

R-Square

Coeff Var

Root MSE

respon Mean

0.366383

74.70667

18.50149

24.76552

Hipotesis :
H0 : semua perlakuan memberikan respon yang sama (tidak significant)
H1 : minimal ada satu perlakuan yang memberikan respon yang berbeda nyata
(significant)
Dari hasil uji ANOVA, diperoleh nilai-prob (0.0486) lebih kecil dari alpha
5% maka tolak H0 artiya minimal ada satu perlakuan yang memberikan respon
yang berbeda nyata. Untuk itu perlu dilakukan uji lanjut Duncan untuk
mengetahui perlakuan mana yang menghasilkan respon yang berbeda nyata

17

Deskriptif
The GLM Procedure
Level of
perlakuan

N

Respon
Mean

Std Dev

D1

5

19.8858000

19.8898250

D2

5

17.4762000

10.3820808

D3

5

13.1962000

11.8187411

KN

5

24.4038000

19.9878380

KP

5

48.8656000

25.8638260

Duncan's Multiple Range Test for respon
Note: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the
experimentwise error rate.
0.05

Alpha

20

Error Degrees of Freedom

342.3053

Error Mean Square

Number of Means
Critical Range

2

3

4

5

24.41

25.62

26.39

26.93

Means with the same letter
are not significantly different.
Duncan Grouping

Mean

N

perlakuan

A

48.87

5

KP

B

24.40

5

KN

B

19.89

5

D1

B

17.48

5

D2

B

13.20

5

D3

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 01 Juli 1993 di Plaju, Sumatera Selatan.
Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan bapak Amir
Hamzah dan ibu Rosdiana. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 02
Kramatwatu pada tahun 1999-2005, Pendidikan di SMP Al-Azhar 11 Serang
hingga tahun 2008 dan Pendidikan Lanjutan Menengah Atas diselesaikan pada
tahun 2011 dari SMAN 1 Kramatwatu, Serang-Banten.
Penulis diterima di IPB pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN Undangan,
kemudian memulai Tahap Persiapan Bersama pada Tahun 2011. Semasa
mahasiswa penulis aktif dan menjadi anggota Organisasi Mahasiswa (OMDA)
Banten (2011-2012), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKH (2012-2013),
Anggota Ikatan Kedokteran Hewan Mahasiswa Indonesia (IMAKAHI) (20122013), anggota Himpunan Minat dan Profesi (HIMPRO) Ornitholog

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Infusa Biji Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Perkembangan Folikel Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus) Produktif dan Premenopause

0 14 36

Peran Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kinerja Reproduksi Tikus Betina Umur 1 Tahun

0 5 29

Siklus Estrus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Produktif Yang Diberi Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare MILL)

1 7 39

Efektifitas Pemberian Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Peningkatan Kadar Kalsium dan Fosfor Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Ovariektomi.

1 6 24

Efektivitas infusa buah adas (Foeniculum vulgare Mil.) terhadap kadar kalsium (Ca) tulang tikus putih btina ovariektomi.

0 4 31

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill) TERHADAP Staphylococcus Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill) Terhadap Staphylococcus epidermidis, Shigella sonnei ATCC 9290, Dan Citrobacter dive

0 4 17

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Proteus mirabilis, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, DAN Staphylococcus saproph

0 0 10

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Proteus mirabilis, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, DAN Staphylococcus saproph

0 14 17

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK CURCUMA LONGA LINN TERHADAP KADAR HORMON ESTRADIOL DAN PROGESTERON TIKUS PUTIH BETINA (Rattus Norvegicus).

0 0 6

Pengaruh Asap Rokok Terhadap Kadar Hormon Estradiol dan Progesteron Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Betina.

0 1 6