Efektivitas infusa buah adas (Foeniculum vulgare Mil.) terhadap kadar kalsium (Ca) tulang tikus putih btina ovariektomi.

EFEKTIVITAS INFUSA BUAH ADAS (Foeniculum vulgare
Mill.) TERHADAP KADAR KALSIUM (Ca) TULANG TIKUS
PUTIH BETINA OVARIEKTOMI

MELPA SUSANTI PURBA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Infusa Buah
Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kadar Kalsium (Ca) Tulang Tikus
Putih Betina Ovariektomi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Melpa Susanti Purba
NIM B04110017

ABSTRAK
MELPA SUSANTI PURBA. Efektivitas infusa buah adas (Foeniculum vulgare
Mil.) terhadap kadar kalsium (Ca) tulang tikus putih btina ovariektomi. Dibimbing
oleh HERA MAHESWARI dan UMI CAHYANINGSIH.
Adas merupakan tanaman herba yang mengandung fitoestrogen yang
memiliki efek sama dengan estrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh aktivitas infusa adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap kadar kalsium
tulang tikus putih yang diovariektomi. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus
putih betina galur Sprague Dawley yang ovariektomi dan dikelompokkan dalam 5
kelompok, yaitu: (1) kelompok kontrol negatif (KN) yang dicekok aquades
sebanyak 1 ml/ekor; (2) kelompok kontrol positif (KP) diberi etinil estradiol
0.045 mg/100 g BB; (3) kelompok dosis 1 (D1) yang diberi infusa buah adas
dengan dosis 73 mg/100 g BB; (4) kelompok dosis 2 (D2) yang diberi infusa buah
adas dengan dosis 146 mg/100 g BB; (5) kelompok dosis 3 (D3) yang diberi
infusa buah adas dengan dosis 292 mg/100 g BB. Perlakuan dengan pemberian

aquades, etinil estradiol dan infusa buah adas dilakukan selama 15 hari dengan
rute per oral. Pada akhir periode penelitian dilakukan pengambilan sampel tulang
tibia fibula untuk diukur kadar kalsiumnya menggunakan Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS) reader. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian infusa buah adas dengan dosis tertinggi (D3) memiliki kadar kalsium
yang lebih tinggi dibanding dengan D1 dan D2. Hal ini menunjukkan efektivitas
infusa buah adas dalam meningkatkan kadar kalsium tulang tikus ovariektomi.
Kata kunci: adas, fitoestrogen, kalsium

ABSTRACT
MELPA SUSANTI PURBA. Effectiveness of Fennel Fruit Infusion (Foeniculum
vulgare Mill.) on the Calcium Level of ovariectomied Rat’s Bone. Under
supervision of HERA MAHESWARI and UMI CAHYANINGSIH.
Fennel (Foeniculum vulgare Mill.) is a herbaceous plant that contains
phytoestrogens that have effects similar to estrogen. This study aimed to
determine the effectivity of fennel fruit infusion on bone calcium content of
ovariectomied rats. This research used 25 female rats Sprague Dawley and the rats
were divided into 5 group:(1) negative control group (KN) given distilled water 1
ml; (2) positive control group (KP) given ethinyl estradiol 0.045 mg/100 g body
weight; (3) dose group 1 (D1) given fennel fruit infusion 73 mg/100 g body

weight; (4) dose group 2 (D2) given fennel fruit infusion 146 mg/100 g body
weight; (5) dose group 3 (D3) given fennel fruit infusion 292 mg/100 g body
weight. Treatment with distilled water ,ethinyl estradiol and fennel fruit infusion
were done for 15 days by oral route. At the end of treatment, the bone (tibia
fibula) were then obtained and analyzed for calcium levels using Atomic
Absorption Spectrophotometry (AAS) reader. The results showed that the highest
dose of infusion fruit fennel (D3) has a higher calcium levels compared with D1

and D2. This result also showed the effectiveness of fennel fruit infusion in
increasing bone calcium levels for ovariectomied rats.
Keywords: Calcium, fennel, phytoestrogens

EFEKTIVITAS INFUSA BUAH ADAS (Foeniculum vulgare
Mill.) TERHADAP KADAR KALSIUM (Ca) TULANG TIKUS
PUTIH BETINA OVARIEKTOMI

MELPA SUSANTI PURBA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini adalah Efektivitas
Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kadar Kalsium (Ca)
Tulang Tikus Putih Betina Ovariektomi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Drh Hera Maheshwari, MSc
dan Ibu Prof Dr Drh Hj Umi Cahyaningsih, MS selaku pembimbing skripsi serta
Bapak Prof Drh Arief Boediono Ph.D sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan saran dan nasehat. Terimakasih juga disampaikan
kepada keluarga yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, kepercayaan

serta doa. Terimakasih penulis sampaikan kepada Beasiswa Bidik Misi yang
sudah mendukung selama penulis kuliah di Institut ini. Teman-teman satu
penelitian Sri Wariska dan Resti Regia. Penulis ucapkan terimakasih untuk UKM
PMK IPB, Himpro Ornithologi dan Unggas FKH IPB, Badia, Nina, Priyantika,
Rielisa dan Beta yang selalu mendukung penulis juga kepada Intan Maria yang
selalu memberi semangat. Karya ini penulis persembahkan untuk Ibu tercinta.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Melpa Susanti Purba

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


TINJAUAN PUSTAKA

2

Adas (Foeniculum vulgare Mill.)

2

Kalsium

3

Tikus Putih (Rattus sp.)

4

METODE

5


Tempat dan Waktu

5

Bahan dan Alat

5

Prosedur Penelitian dan Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

8
11

Simpulan


11

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

17

DAFTAR TABEL
1 Pembagian kelompok perlakuan

2 Rataan kadar kalsium tulang tikus putih betina ovariektomi yang diberi
infusa adas

7
8

DAFTAR GAMBAR
1 Bagan perlakuan penelitian
2 Grafik Kadar Kalsium Tulang Tikus Ovariektomi

7
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Statistik Kadar Kalsium Tulang Tikus Ovariektomi

14

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Penuaan (aging) adalah proses fisiologis yang ditandai dengan berbagai
penurunan fungsi sel yang dapat meningkatkan kejadian penyakit serta kehilangan
mobilitas tubuh. Penuaan merupakan suatu proses menjadi tua atau menunjukkan
tanda-tanda menjadi tua dan dialami oleh makhluk hidup. Penuaan dimulai dari
perubahan fungsi sel dan atau organ sejalan dengan meningkatnya umur. Penuaan
menyebabkan menurunnya fungsi tubuh termasuk dalam hal reproduksi. Wanita
yang dalam proses penuaan juga akan mengalami proses penurunan kadar
estrogen yang biasa disebut dengan menopause. Menopause merupakan proses
berhentinya menstruasi akibat hilang atau kekurangan estrogen. Menopause dapat
menyebabkan gangguan sulit tidur, gangguan fungsi seksual, kekeringan vagina
dan osteoporosis (Achadiat 2007).
Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat khas berupa massa tulang yang
rendah, disertai perubahan mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang. Sifat khas osteoporosis tersebut menyebabkan peningkatan kerapuhan
tulang dengan risiko terjadinya patah tulang. Wanita menopause akan mengalami
penurunan estrogen sehingga siklus remodeling tulang berubah dan mengalami
pengurangan jaringan tulang. Proses remodeling ini terjadi karena salah satu
fungsi estrogen adalah mempertahankan tingkat remodeling tulang yang normal,
sehingga ketika estrogen turun, tingkat resorpsi tulang menjadi lebih tinggi
daripada pembentukan tulang yang mengakibatkan berkurangnya massa tulang
(Suryati dan Nuraini 2006).
Terapi dampak menopause akhir-akhir ini sudah banyak dikembangkan
dengan menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuhan yang dirasa aman dan
diyakini memiliki efek samping yang kecil dibanding dengan penggunaan obatobatan secara sintetik. Salah satu terapi untuk mengatasi menopause adalah
dengan memberikan hormon estrogen. Beberapa tanaman obat mengandung
khasiat estrogenik atau biasa disebut sebagai fitoestrogen. Fitoestrogen diperlukan
dalam jumlah yang sangat besar untuk memperoleh efek yang memadai seperti
estrogen. Jika substrat berikatan dengan reseptor-reseptor estrogen maka efek
estrogenik baru terjadi (Achadiat 2007).
Tanaman adas (Foeniculum vulgare Mill.) adalah tanaman obat yang dapat
ditemukan dan sejak dahulu sudah digunakan sebagai bahan rempah-rempah,
makanan dan obat tradisional (obat herbal). Adas merupakan tanaman yang dapat
digunakan sebagai salah satu terapi menopause karena bersifat estrogenik.
Kandungan fitoestrogen dalam buah adas dapat meningkatkan efek estrogenik
untuk memperlambat menopause. Tanaman adas secara keseluruhan berkhasiat
sebagai obat batuk, kembung dan muntah, diuretikum dan pemacu keluar keringat.
Adas juga digunakan sebagi obat analgesik, anti inflamasi, aromatik, ekspektoran,
obat sakit perut, antispasmodik, antidepresi, diuretik lemah dan stimulan ringan
(Rusmin dan Melati 2007).
Penelitian ini menggunakan tikus putih galur Sprague-Dawley. Tikus jenis
Sprague-Dawley merupakan tikus yang sering digunakan dalam penelitian karena
mudah dipelihara dan relatif sehat. Tikus putih Sprague-Dawley memiliki ciri

2
albino, kepala kecil dan ekor lebih panjang daripada badannya (Malole dan
Promono 1989).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas infusa buah adas
(Foeniculum vulgare Mill.) terhadap kadar kalsium (Ca) tulang Tikus Putih
(Rattus sp) yang di ovariektomi.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
informasi tentang pengaruh pemberian infusa buah adas (Foeniculum vulgare
Mill) terhadap kadar kalsium tulang tikus putih betina yang diovariektomi.

TINJAUAN PUSTAKA
Adas (Foeniculum vulgare Mill.)
Tanaman adas (Foeniculum vulgare) adalah salah satu tanaman herba
tahunan yang digunakan sebagai tanaman obat yang berkhasiat. Tanaman ini
berasal dari Eropa Selatan dan daerah Mediterania, juga ditemukan di berbagai
negara seperti Cina, Meksiko, India, Itali, Indian dan Indonesia. Tanaman adas
banyak ditemukan di tepi sungai, tepi danau, atau tanggul pembuangan. Tanaman
tumbuh baik pada tanah berlempung, tanah yang cukup subur dan berdrainase
yang baik, tanah berpasir dan liat berpasir yang berkapur dengan pH 8.40-8.50
(Faucon 2000). Tanaman Adas di Indonesia banyak dimanfaatkan sebagai bumbu
masak, lalapan, obat herbal tradisional dan sebagai obat gosok untuk masuk angin
karena aromanya yang wangi dan minyak atsirinya terasa hangat. Adas
merupakan tanaman dengan komponen utama minyak atsiri dalam bijinya
(Kardinan dan Azmi 2010).
Tanaman ini dicirikan dengan tinggi tanaman yang dapat mencapai 1-2 m,
tumbuh merumpun dengan percabangan yang banyak, batang beralur, beruas, dan
berlubang. Daun tanaman adas majemuk menyirip, berbentuk bulat telur sampai
segitiga dengan panjang 3 dm, bunga berwarna kuning membentuk kumpulan
payung yang besar. Dalam satu payung besar terdapat 15–40 payung kecil, dengan
panjang tangkai payung 1–6 cm. Bunga memiliki panjang 3.5–4 mm, mahkota
berwarna kuning. Biji memiliki tabung minyak yang letaknya berselang-seling.
Biji adas pada waktu muda bewarna hijau, kuning kehijauan dan kuning
kecokelatan pada saat panen (Rusmin dan Melati 2007). Tanaman adas ini dapat
tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1800 m di atas permukaan laut,
namun pertumbuhannya akan lebih baik apabila ditanam pada dataran tinggi.
Klasifikasi dari tanaman Adas ( Shamkant et al. 2014)
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Tracheophyta

3
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Subspesies

: Magnoliopsida
: Apiales
: Apiaceae
: Foeniculum
: Foeniculum vulgare
: Foeniculum vulgare var. Dulce (adas manis)
Foeniculum vulgare var. vulgare (adas pedas)

Tanaman adas sudah digunakan sejak dahulu sebagai obat tradisional
untuk penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri, fungi, virus dan
mikrobakterial. Penelitian sudah membuktikan keakuratan tanaman adas sebagai
antimikroba, antimikobakteri dan antivirus (Shamkant et al. 2014). Tanaman adas
terbagi menjadi dua yaitu adas manis dan adas pedas. Adas pedas memiliki
kandungan minyak esensial minimal 40% dari berat kering sedangkan adas manis
20%. Minyak esensial adas pedas mengandung minimal 60% anethole, 15%
fenchone, dan maksimal mengandung 6% estragole, 0.5 cis-anethole dan 2 beta
myrcene sedangkan minyak esensial adas manis mengandung minimal 80%
anethole, 7,5% fenchone dan maksimal 10% estragole (EMEA 2008). Tanaman
adas memiliki kandungan minyak atsiri yang bervariasi antara 0.6–6%. Minyak
atsiri yang paling utama dari varietas dulce mengandung anethole (50–80%),
limonene (5%), fenchone (5%), estragol (methyl-chavicol), safrol, alpha-pinene
(0.5%), camphene, beta-pinene, beta-myrcene dan p-cymen. Tanaman adas
varietas vulgare dicirikan dengan adanya minyak fenchone yang pahit (12–22%).
Tanaman adas yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman adas manis.
Tanaman adas secara keseluruhan berkhasiat sebagai obat batuk, kembung dan
muntah, diuretikum dan pemacu keluar keringat. Adas juga digunakan sebagi obat
analgesik, anti inflamasi, aromatik, ekspektoran, obat sakit perut, antispasmodik,
antidepresi, diuretik lemah, dan stimulan ringan (Rusmin dan Melati 2007).
Kalsium
Kalsium adalah mineral yang paling banyak ditemukan di dalam tubuh.
Kalsium merupakan unsur penting dan dibutuhkan di semua jaringan tubuh
khususnya dalam pembentukan tulang. Menurut Mahan et al. (2008), kalsium
adalah mineral yang sangat penting dalam tubuh, berbentuk 1.5 sampai 2% dari
berat badan dan 39% dari total mineral tubuh. Kalsium pada umumnya 99%
terdapat pada tulang dan gigi. Tulang merupakan bagian tubuh yang memiliki
fungsi sebagai pembentuk rangka, alat gerak, pelindung organ-organ internal dan
tempat penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat). Proses pembembentukan
tulang (osifikasi) terjadi pada masa perkembangan fetus (prenatal) dan masa
setelah individu lahir (postnatal). Tulang merupakan struktur tubuh yang tersusun
oleh protein dan mineral tulang (kalsium dan fosfat). Tulang adalah organ dinamis
yang selalu berubah dan mengalami pembaruan (Djuwita et al. 2012).
Tulang dibentuk oleh sel-sel utama yaitu osteoblas, osteosit dan osteoklas.
Osteoblas merupakan sel pembentuk tulang yang berkembang dari
osteoprogenitor yang terdapat dalam periosteum dan sumsum tulang. Osteoblas
bekerja membentuk dan mensekresikan kolagen dan nonkolagen serta mengatur
proses mineralisasi pembentuk osteosit. Osteosit membentuk hampir 90% sel

4
tulang pada orang dewasa. Osteoklas merupakan sel pemecah tulang yang
berkembang dari hematopoetic stem cells yang penting pada resorpsi tulang yang
berasal dari sel induk sumsum tulang. Osteoklas mengabsorbsi tulang dengan
menempel pada permukaan tulang, menurunkan pH sehingga mencapai kadar
asam sekitar 4.5, kalsium tulang larut dan kolagen menjadi pecah (Orwoll 2003).
Osteoblas memiliki morfologi poligonal, berukuran besar dengan inti besar
sedangkan osteosit berukuran kecil dan memiliki penjuluran sitoplasma (Djuwita
et al. 2012).
Densitas kalsium tulang berbeda menurut umur, pada masa muda densitas
kalsium lebih tinggi dan menurun secara berangsur setelah dewasa. Densitas
Mineral Tulang (DMT) merupakan pengukuran kalsium pada suatu area tulang.
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kuat atau lemahnya keadaan tulang
sehingga dapat diketahui keadaan individu yang diperiksa terkena gangguan
osteoporosis. Kalsium juga tersebar dalam tubuh seperti dalam cairan ekstra
seluler dan intra seluler. Kalsium secara umum memiliki peranan penting dalam
mengatur fungsi sel seperti untuk tranmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan
darah dan menjaga permeabilitas membran sel.
Hormon estrogen sangat mempengaruhi pertumbuhan dan remodeling
tulang. Penurunan hormon estrogen menyebabkan terjadinya peningkatan
aktivitas osteoklas yang berlebihan (Seibel 2006). Resorpsi tulang akan
meningkatkan kadar kalsium dalam darah dan menyebabkan penekanan terhadap
hormon paratiroid (Bouassida et al. 2006). Osteoklas merupakan komponen dari
pembentuk tulang yang berfungsi dalam meresorpsi tulang yang ada dan aktif
dalam silkus remodeling tulang. Proses remodeling tulang antaranya proses
penghancuran tulang oleh osteoklas yang memerlukan waktu 7-10 hari sedangkan
proses pembentukan tulang oleh osteoblas memerlukan waktu antara 2-3 bulan.
Penurunan hormon estrogen dapat mengganggu keseimbangan pembentukan
tulang dimana terjadinya penurunan pembentukan tulang baru oleh osteoblas dan
peningkatan kerja dari osteoklas sehingga dapat menyebabkan osteoporosis (Khan
et al. 2014). Wanita menopause dapat mengalami osteoporosis karena kekurangan
hormon estrogen. Kadar estrogen menurun sehingga mulai terjadi gangguan
keseimbangan antara penyerapan tulang oleh osteoklas dan pembentukan tulang
oleh osteoblas.
Tikus Putih (Rattus sp.)
Tikus merupakan hewan mamalia yang biasa digunakan sebagai hewan
percobaan di laboratorium. Hewan laboratorium atau hewan coba merupakan
hewan yang sengaja dipelihara dan dikembangbiakkan untuk digunakan sebagai
hewan coba guna mempelajari dan mengembangkan berbagai bidang ilmu dalam
penelitian (Malole dan Pramono 1989). Tikus putih mempunyai jaringan yang
hampir sama dengan manusia. Tikus memiliki tubuh yang kecil, mempunyai
kelenjar keringat di telapak kaki dan ekor tikus menjadi bagian yang sangat
penting guna mengurangi panas tubuh (Quesenberry dan James 2004). Tikus
dapat berkembangbiak dengan cepat, sekali beranak mampu menghasilkan 9
sampai 15 ekor anak (Akbar 2010).
Taksonomi tikus putih diklasifikasikan sebagi berikut: kelas Mamalia, ordo
Radentia, subordo Myomorpha, super famili Muroidea, famili Muridae, sub famili

5
Murinae, genus Rattus, dan spesies Rattus sp. (Robinson 1979). Tikus putih yang
digunakan untuk hewan percobaan pada laboratorium ada tiga macam galur yaitu
Wistar, Long evans dan Sprague dawley. Galur Wistar dicirikan dengan kepala
lebar dan memiliki ekor yang kurang dari panjang badannya. Galur Long evans
memiliki warna hitam pada bagian kepala serta tubuh bagian depan. Galur Long
evans ini berasal dari persilangan Wistar betina dengan tikus abu-abu jantan yang
liar. Tikus putih galur Sprague-Dawley merupakan tikus yang sering digunakan
dalam penelitian karena mudah dipelihara dan relatif sehat. Tikus putih SpragueDawley memiliki ciri albino, kepala kecil dan ekor lebih panjang daripada
badannya (Malole dan Promono 1989).
Tikus putih memiliki lama hidup sekitar 2-4 tahun dengan lama produksi
ekonomis 1 tahun. Tikus ini memiliki lama kebuntingan 20-22 hari, siklus berahi
4-5 hari yang terdiri dari empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus
dengan lama estrus 9-20 jam. Berat dewasa tikus putih betina adalah 250-300
gram dengan berat lahir 5-6 gram. Jumlah anak dalam sekali partus dapat
mencapai 9-15 ekor anak (Smith dan Mangkoewidjojo 1998). Tikus putih
memiliki beberapa sifat yang menguntungkan sebagai hewan uji penelitian di
antaranya perkembangbiakan yang cepat, mempunyai ukuran yang lebih besar
dari mencit, harganya yang relatif murah, mudah dipelihara dalam jumlah banyak
dan relatif lebih resisten terhadap penyakit (Akbar 2010).

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bagian Fisiologi, Departemen Anatomi Fisiologi
dan Farmakologi, Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium, Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli
sampai bulan September 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah atropin, ketamin 5%, dan
xylazin 1%, betadine, alkohol 70%, air sabun, bioplasenton, amoxiciline, etinil
estradiol 1%, iodine, infusa buah adas (Foeniculum vulgare Mill), NaCl fisiologis
0.9%, akuades, dan pakan tikus berupa pelet ikan. Hewan coba yang digunakan
adalah 25 ekor tikus putih (Rattus sp) galur Sprague-Dawley yang telah bunting 2
kali dengan berat badan rata-rata 200-250 gram.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat bedah minor, cukur,
clipper, silet, gelas beker, spoit, stopwatch, heating pad, tissue, sonde lambung,
kaca preparat, cotton bud, timbangan dan Atomic Absorption Spectrophotometry
(AAS) reader.

6
Prosedur Penelitian
Tahap Persiapan
a.

Ovariektomi
Ovariektomi adalah pemotongan ovarium sehingga tikus dalam keadaan
defisiensi estrogen. Ovariektomi diawali dengan memberikan premedikasi berupa
atropin 0.025 ml/kg BB dengan rute pemberian intra muskular (IM) dan dibiarkan
selama 15 menit. tikus disuntikkan sedativa dan anastetikum secara bersamaan
yaitu xylazin 1% dan ketamin 5% sesuai dengan berat badan masing-masing tikus
dengan rute pemberian intraperitoneal (IP). Tikus yang sudah teranestesi
dilakukan pencukuran pada bagian flank kiri menggunakan clipper, lalu
dilanjutkan dengan silet agar rambut tikus tercukur dengan sempurna. Bagian
tikus yang dicukur bulunya kemudian diberikan alkohol 70% dan dioleskan
iodine.
Operasi dilakukan dengan melakukan penyayatan pada bagian flank kiri.
Kulit pada flank kiri disayat terlebih dahulu diikuti dengan penyayatan subkutan
dan otot. Setelah penyayatan selesai, operator melakukan pemfiksiran organ untuk
menemukan ovarium. Ovarium yang teraba ditarik keluar kemudian saluran tuba
fallopii diikat dengan cat gut dan dipotong. Setelah kedua ovarium dikeluarkan
dan dipotong, dilakukan penjahitan mulai dari otot, subkutan, dan kulit. Iodine
diberikan pada bagian jahitan terluar yang telah terjahit dan dioleskan
bioplasenton. Antibiotik yaitu oxytetrasiklin diberikan melalui IM selama 3 hari
paska operasi.
b.

Pembuatan Infusa Buah Adas
Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
bahan nabati dengan pelarut air pada suhu 90˚ C selama 15 menit (Depkes 1995).
Biji adas yang kering dihaluskan menggunakan blender kemudian diayak
menggunakan saringan berukuran 40 mm. Bubuk adas yang dihasilkan kemudian
direbus sebanyak 15 g adas dalam 100 ml air dengan suhu 90˚C selama 15 menit.
Larutan adas dibiarkan selama 24 jam pada lemari pendingin, kemudian cairannya
diambil menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam gelas piala dan siap
digunakan. Sebelum dan sesudah digunakan, infusa adas disimpan dalam lemari
pendingin.
c.

Hewan Percobaan
Seluruh tikus yang telah di ovariektomi kemudian diadaptasikan
(aklimatisasi) selama 45 hari di dalam kandang (gambar 1). Sebanyak 25 ekor
tikus putih betina dibagi menjadi lima kelompok perlakuan, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 ekor. Setiap kelompok dibagi dalam 2 kandang, masingmasing kandang 3 dan 2 ekor. Tikus dari setiap kelompok dikandangkan secara
terpisah di dalam kandang berbentuk kotak plastik berukuran 30 cm x 20 cm x 12
cm dengan tutup kawat yang mudah dibuka-tutup. Kandang dialasi dengan litter
berupa sekam kayu yang diganti setiap 1 minggu sekali agar kondisi kandang
tetap kering dan bersih. Pakan berbentuk pelet dan air minum diberikan ad
libitum.

7
Tahap Perlakuan dan Pengelompokan Hewan Coba
Perlakuan pada penelitian ini adalah dengan memberikan sediaan infusa
buah adas, etinil estradiol, dan aquades secara oral dengan cara dicekok
menggunakan sonde lambung. Pemberian sediaan dilakukan selama 15 hari pada
pagi hari dan dilakukan setiap harinya (gambar 1). Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dimana tikus dibagi secara
random menjadi 5 kelompok. Perlakuan yang diberikan adalah sebabagi berikut:
Tabel 1 Pembagian kelompok perlakuan
Kelompok
Perlakuan uji
Kontrol negatif (KN)
Aquades 1 ml/ekor
Kontrol positif (KO)
Etinil estradiol 0.045 mg/100 g BB
Dosis infusa adas 1 (D1)
Infusa biji adas 73 mg/100 g BB
Dosis infusa adas 2 (D2)
Infusa biji adas 146 mg/100 g BB
Dosis infusa adas 3 (D3)
Infusa biji adas 292 mg/100 g BB

Aklimatisasi Selama 45 Hari

Keterangan:

Tahap Perlakuan Selama 15 Hari

Pemberian pakan, minum dan
penggantian sekam
Pencekokan aquades, etinil estradiol,
dan infusa adas

Koleksi Tulang
Ulas sel vagina (pagi
dan sore)

Gambar 1. Bagan perlakuan penelitian

Pengambilan dan Pengamatan Sampel
Tikus yang sudah dicekok dengan dosis yang sudah ditentukan dikorbankan.
Tikus dikorbankan dengan cara dibius terlebih dahulu kemudian dikorbankan
dengan cara cervical dislocation. Tulang tibia fibula tikus putih diambil dan
dibersihkan dari otot yang melekat. Tulang dibersihkan setelah bebas dari otototot yang melekat, dikeringkan didalam oven kemudian dimasukkan kedalam
Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) reader.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisa dan dibandingkan dengan menggunakan
metode analysis of variance (ANOVA), dilanjutkan dengan uji Duncan untuk
mengetahui pengaruh pemberian setiap perlakuan terhadap kadar kalsium tulang
tikus putih betina ovariektomi (Mattjik 2006).

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar kalsium tulang merupakan mineral yang diukur pada penelitian ini.
Pengukuran kadar kalsium tulang menggunakan metode Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS) pada panjang gelombang 422.7 nm (tabel 2).
Pengukuran kadar kalsium tulang tikus putih ovariektomi dilakukan pada
kelompok yang diberikan aquades, etinil estradiol dan infusa buah adas pada tiga
kelompok perlakuan dengan dosis bertingkat diambil dari tulang tibia fibula.
Tabel 2 Rataan kadar kalsium tulang tikus putih ovariektomi yang diberi infusa
adas.
Perlakuan
Kadar Ca (%)
a
KN
38.19
a
KO
38.61
a
D1
39.74
a
D2
37.92
a
D3
40.30
Keterangan: KN= kontrol negatif (aquades 1 ml/ekor), KO=kontrol positif (etinil estradiol
0.045 mg/100 g BB), D1= dosis 1 (73 mg/100 g BB), D2= dosis 2 (146 mg/100 g BB), D3= dosis
3 (292 mg/100 g BB). Notasi pada superscript yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak
nyata (p>0.05).

Kadar kalsium D3 cenderung lebih tinggi dari semua kelompok perlakuan
yang diberikan, yaitu sebesar 40.30
%. Kelompok perlakuan D2 memiliki
kadar kalsium tulang yang paling rendah dari semua kelompok perlakuan, yaitu
37.92
% (gambar 2). Kadar kalsium tikus ovariektomi kontrol negatif lebih
rendah dibandingkan dengan kontrol obat dan perlakuan pemberian infusa adas
(D1 dan D3). Suarsana et al. (2014) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa
hasil analisis kadar kalsium dan fosfor tulang tikus ovariektomi tanpa pemberian
perlakuan lebih rendah daripada kadar kalsium dan fosfor tulang tikus
ovariektomi yang diberi tepung tempe. Qothrunnada (2012) juga melaporkan
dalam penelitiannya bahwa pemberian ekstrak etanol 70% buah kacang panjang
pada tikus ovariektomi memiliki kadar kalsium yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol negatif. Kadar kalsium tulang tikus pada kelompok kontrol negatif
dijadikan sebagai standar untuk menentukan perubahan kadar kalsium tulang yang
terjadi setelah pemberian etinil estradiol dan infusa adas. Hasil analisis kadar
kalsium tulang tikus menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian infusa
adas lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol obat.

9

Gambar 2. Grafik Kadar Kalsium Tulang Tikus Ovariektomi

Tiga varian dosis yang diberikan infusa adas pada tikus ovariektomi
ternyata tidak menimbulkan perbedaan yang signifikan. Pernyataan ini dibuktikan
dengan hasil analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan
yang nyata (P>0.05) antara ketiga kelompok perlakuan varian dosis adas tersebut
terhadap kadar kalsium tulang tikus. Infusa adas yang diberikan pada kelompok
perlakuan D3 memiliki kadar kalsium yang lebih tinggi dibandingkan pada
kelompok perlakuan D1 dan D2. Kandungan isoflavon pada infusa adas dapat
bekerja seperti estrogen yang dapat mencegah terjadinya osteoklastogenesis yang
meningkat atau mencegah pembentukan dan aktivitas dari sel osteoklas berlebihan
yang dapat berlanjut dengan kehilangan tulang (osteoporosis). Kelompok D3
mendapatkan dosis infusa adas yang tertinggi sehingga diharapkan mendapatkan
kandungan isoflavon yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan
D1 dan D2. Meningkatnya kalsium tulang sangat penting untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan tulang karena menyebabkan matriks tulang lebih padat sehingga
tulang tidak mudah rapuh (Suarsana et al. 2014).
Tikus yang diovariektomi cenderung mengalami penurunan estrogen.
Penurunan hormon estrogen akan mengakibatkan terjadinya peningkatan aktifitas
osteoklas yang berlebihan pada tulang (Seibel 2006). Penelitian Suarsana et al.
(2014) menunjukkan tikus ovariektomi diberi tepung tempe yang sama-sama
mengalami defisiensi estrogen seperti pada pada tikus yang diovariektomi tanpa
pemberian perlakuan menunjukkan jumlah sel osteoklas berbeda nyata lebih kecil
bila dibandingkan dengan tikus yang hanya diovariektomi. Estrogen merupakan
hormon seks steroid yang memiliki peranan penting dalam metabolisme sel-sel
tulang, termasuk dalam mengatur aktivitas dari osteoblas, osteoklas dan penguatan
kopeling antara osteoblast dan osteoklas. Sel osteoblas memiliki reseptor estrogen
alpha dan betha (ERα dan ERβ) di dalam sitosol. Estrogen beraktivitas melalui
reseptor yang terdapat di dalam sitosol sel dan mengakibatkan menurunnya
sekresi sitokin seperti: Interleukin-1 (IL-1), Interleukin-6 (IL-6) dan Tumor

10
Necrosis Factor-Alpha (TNF-a) yang berfungsi dalam penyerapan tulang (Potu et
al. 2009). Estrogen juga meningkatkan sekresi Transforming Growth Factorβ
(TGFβ) yang merupakan satu-satunya faktor pertumbuhan (growth factor) yang
menjadi mediator untuk menarik sel osteoblast ketempat lubang tulang yang telah
diserap oleh sel osteoklas (Monroe et al. 2003).
Hewan model ovariektomi menyebabkan penurunan estrogen yang juga
berdampak pada penurunan kalsium darah. Stevenson dan Marsh (1992)
menyatakan estrogen merupakan inhibitor resorpsi kalsium di tulang yang
potensial karena keberadaannya dapat menunjang sekresi dan meningkatkan
produksi kalsitonin serta menurunkan sekresi hormon paratiroid. Defisiensi
estrogen akan menyebabkan terjadinya osteoklastogenesis yang meningkat yang
dapat berlanjut dengan kehilangan massa tulang. Penurunan kalsium direspon
tubuh dengan menaikkan produksi hormon paratiroid (PTH) untuk
mempertahankan mekanisme homeostasis di dalam darah ( Berndt dan Kumar
2008). Hormon paratiroid mengambil kalsium dari tulang dengan demineralisasi
tulang. Demineralisasi tulang akan menyebabkan akumulasi kalsium dalam darah
sehingga mengakibatkan peningkatan level kalsium pada darah. Sel-sel osteoklas
menangkap partikel-partikel matriks tulang dan kristal melalui fagositosis yang
pada akhirnya akan melarutkan benda-benda tersebut dan melepaskannya kedalam
darah. Darah akan menuju ke ginjal dan secara normal ginjal akan melepas atau
mengeluarkan segala sesuatu yang berlebih dari dalam tubuh melalui urin.
Kalsium akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urin sehingga mengakibatkan
penurunan kadar kalsium pada darah yang akan menimbulkan respon hipotalamus
untuk menstimulasi hormon paratiroid untuk kembali meningkatkan level kalsium
pada darah. Hormon paratiroid akan meningkatkan kerja ginjal dalam
mereabsorbsi kalsium yang digunakan untuk pembentukan protein 25hidroksikalsiferol (Stevenson dan Marsh 1992). Hormon paratiroid juga akan
mempengaruhi sitokin TNF-α yang merupakan prekursor osteoklas untuk
meningkatkan aktifitas dalam proses pengeroposan tulang sehingga kalsium dari
tulang akan digunakan untuk produksi 25-hidroksikalsiferol. Estrogen merupakan
reseptor intraseluler yang merupakan salah satu regulator pada metabolisme
kalsium. Estrogen jika diaktivasi oleh ligan akan mempengaruhi diferensiasi
osteoklas melalui pembentukan osteoprotegerin (OPG) dan osteoprotegerin ligand
(OPGL). Osteoprotegerin akan berikatan dengan OPGL sehingga dapat mencegah
ikatan OPGL dengan reseptor permukaan osteoklas yang akhirnya menurunkan
resorpsi tulang dan meningkatkan kerja osteoblas. Estrogen yang rendah akan
memengaruhi aktivitas sel osteoblas maupun sel osteoklas dan meningkatkan
sitokin yang berfungsi untuk penyerapan tulang (Kawiyana 2009).
Resiko osteoporosis dapat diminimalisir dengan pemberian fitoestrogen.
Fitoestrogen merupakan senyawa kimia non steroid pada tumbuhan yang
memiliki aktivitas estrogenik. Fitoetrogen adalah dekomposisi alami yang
ditemukan pada tumbuhan yang memiliki kesamaan dengan estradiol, bentuk
alami estrogen yang paling berpotensi. Fitoestrogen memiliki tingkat keamanan
yang lebih baik dibandingkan dengan estrogen sintesis atau obat-obat hormonal
pengganti (Glover dan Assinder 2006). Fitoestrogen yang diberikan dengan dosis
yang tepat dapat memberikan efek yang baik pada keseimbangan hormonal
didalam tubuh, khususnya pada penderita menopause. Fitoestrogen juga dapat
berperan sebagai penstabil hormon yaitu dengan menghambat aktivitas hormonal

11
yang berlebihan dan mampu mensubstitusi estrogen ketika kadar hormon tersebut
rendah didalam tubuh. Fitoestrogen bekerja dengan berikatan pada reseptor
estrogen endogen dan jika substrat berikatan dengan reseptor estrogen maka efek
estrogenik dapat terjadi (Achadiat 2007). Reseptor estrogen dalam tubuh ada dua,
yaitu reseptor α dan reseptor ß. Reseptor α banyak terdapat pada saluran
reproduksi betina sedangkan reseptor ß terletak menyebar yakni terdapat pada
ginjal, tulang mukosa intestinal, sel endotel, otak dan pembuluh darah (Bustamam
2008).
Tanaman adas yang mengandung fitoestrogen dapat meningkatkan kadar
kalsium tulang tikus ovariektomi (tabel 2). Adas memiliki kandungan fitoestrogen
yang termasuk dalam kelompok lignan. Lignan diabsorpsi sebagai
secoisolariciresinol dan metairesinol, kemudian diubah oleh mikroflora usus
menjadi senyawa aktif estrogen yaitu enterodiol dan enterolakton (Cornwell et al.
2004). Fitoestrogen mampu meningkatkan produksi insulin-like growth factor
(IGF-1) yang memiliki hubungan positif terhadap pembentukan massa tulang.
Insulin-like growt factor merupakan protein yang menyerupai hormon insulin
endogen dan berperan penting dalam pertumbuhan dan metabolisme sel.
Kandungan fitoestrogen dapat meningkatkan proliferasi osteoblas dan
meningkatkan diferensiasi osteoblas menjadi osteosit sehingga pembentukan
tulang dapat terjadi dengan cepat dan diharapkan kepadatan tulang juga akan
semakin meningkat (Djuwita 2012). Respon tubuh terhadap fitoestrogen yang
diberikan pada hewan bergantung pada faktor-faktor seperti spesies, umur, jenis
kelamin, jenis fitoestrogen, dosis, cara pemberian, faktor fisiologis dan
metabolisme hewan. Hasil dari pemberian fitoestrogen sangat bergantung
terhadap dosis yang diberikan (Nuhuyanan 2014).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian infusa buah adas pada tikus galur Sprague Dawley yang
diovariektomi dengan dosis 73 mg/100 g BB,146 mg/100 g BB dan 292 mg/100 g
BB tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap kadar kalsium
tulang tikus ovariektomi. Pemberian infusa adas pada kelompok perlakuan D3
memiliki kadar kalsium yang lebih tinggi dibandingkan dengan keempat
kelompok perlakuan yang lainnya. Dengan demikian, pemberian infusa adas pada
tikus ovariektomi dapat meningkatkan kadar kalsium tulang dengan dosis efektif
292 mg/100 g BB.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang pemberian infusa adas yang efektif pada tikus ovariektomi sehingga
dapat diketahui secara pasti pengaruh pemberian infusa adas yang mengandung
fitoestrogen terhadap kadar kalsium tulang tikus putih ovariektomi.

12

DAFTAR PUSTAKA
Achadiat CM. 2007. Fitoestrogen untuk wanita menopause [internet]. [diunduh 18
Januari 2015]. Tersedia pada http://www.klinik.net.
Akbar B. 2010. Tumbuhan dengan kandungan senyawa aktif yang berpotensi
sebagai bahan antifertilitas. Jakarta (ID): Adabia Press.
Berndt T, Kumar R. 2008. Novel mechanisms in the regulation of phosphorus
homeostasis. Physiology. 24:17-25.
Bouassida A, Latiri I, Bouassida S, Zalleg D, Zaouali M, Feki Y, Gharbi N, Zbidi
A, Tabka Z. 2006. Parathyroid hormone and physical exercise: A brief
review. Journal of Sport Science ann Medicine. 5:367-374.
Bustamam N. 2008. Fitoestrogen dan kesehatan tulang. Bina Widya. 19(3): 146150.
Cornwell T, Cohick W, Raskin I. 2004. Review: dietary phytoestrogens and
health. Phytochemistry [internet]. [diunduh 21 Mei 2015]; 65:995-1016.
Tersedia pada: http://www.sciencedirect.com/science/article/ pii/S0031942
204001049.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia ed 4. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Djuwita I, Pratiwi IA, Winarto A, Sabri M. 2012. Proliferasi dan diferensiasi sel
tulang tikus dalam medium kultur in vitro yang mengandung ekstrak batang
Cissus quadrangula Salisb. (sipatah-patah). Jurnal Kedokteran Hewan.
6(2).
[EMEA] European Medicines Agency Evaluation of Medicines for Human Use.
2008. Assessment report on Foeniculum vulgare Miller. London (GB):
Europian Medicine Agency.
Faucon P. 2000. Fennel (Foeniculum vulgare Mill.) [internet]. [diunduh 20
februari 2015]. Tersedia pada http://www.dessert-tropical.com /Plants
/Apiaceae/Foeniculum vulgare.html.
Glover A. and Assinder S.J. 2006. Acute exposure of adult male rats to dietary
phytoestrogen reduces fecundity and alters epididymal steroid hormon
receptor expression. Jour. Endoc. 189: 565-573
Kardinan A, Azmi D. 2010. Potensi adas (Foeniculum vulgare) sebagai bahan
aktif lotion anti nyamuk demam berdarah ( Aedes aegypti). Bul. Littro.
21(1):61-68.
Kawiyana IKS. 2009. Osteoporosis patogenesis diagnosis dan penanganan terkini.
J penya Dalam. 10(2): 167
Khan A, Hamilton, Fortier M, Quebec. 2014. Osteoporosis in menopause. SOGC
Clinical Practice Guidline. 312
Mahan L, Kathleen, Sylvia ES. 2008. Krause’s food and nutrition therapy Ed 12.
Canada: Saunders Elsevier.
Malole MBM, Pramono CS. 1989. Penggunaan hewan-hewan percobaan
laboratorium. Bogor (ID): Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.
Institut Pertanian Bogor.
Mattjik, AA, Sumertajaya, IM. 2006. Perancangan percobaan. Ed ke-3. Bogor (ID):
IPB Press.

13
Monroe DG, Secreto FJ, Spelsberg TC 2003. Overview of estrogen action in
osteoblasts: Role of the ligand the receptor and the co- regulators. J
Musculoskel Neuron Interact. 3(4):357-62
Nuhuyanan AS. 2014. Peran infusa buah adas (Foeniculum vulgare Mill.)
terhadap kinerja reproduksi tikus betina umur 1 tahun [skripsi]. Bogor (ID):
IPB
Orwoll, ES. 2003. Toward an expanded understanding of the role of the
periosteum in skeletal health. J. Bone Miner. Res. 18:949-954.
Potu BK, Bhat KM, Rao MS, Nampurath GK, Chamallamudi MR, Nayak SR,
Muttigi MS. 2009. Evidence-based assessment of petroleum ether extract of
Cissus quadrangularis Linn. On: Ovariektomi induced osteoporosis. J
Medical Sci 114(3):140–148.
Qothrunnada. 2012. Pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% buah kacang panjang
(Vigna unguiculata (L.) Walp.) terhadap kadar kalsium tulang tikus betina
yang diovariektomi [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Quesenberry KE dan James WC. 2004. Ferrets, rabbits, and rodents clinical
medicine and surgery 3th Edition. United States of America: Elsevier Inc.
Robinson R. 1979. Taxonomy and ganetic in the laboratory rat volume 1 biology
and disease. Baker JH, editor. San Fransisco: Academic Press.
Rusmin D, Melati. 2007. Adas tanaman yang berpotensi di kembangkan sebagai
bahan obat alami. Warta Puslitbangun Balai Penelitian Tanaman Obat
Aromatik. 113:2-5
Seibel MJ. 2006. Clinical Application of biochemical markers of bone turnover.
Review Article. 50
Shamkant BB, Vainav VP, Atmaram HB. 2014. Foeniculum vulgare Mill: A
review of its botany, phytochemistry, pharmacology, conterporary
appication and toxycology. Biomed Reseach International. 32.
Smith JB, Mangkoewidjodjo. 1988. Pemeliharaan, pembiakan dan penggunaan
hewan percobaan di daerah tropis. Jakarta (ID): UI Press.
Stevenson JS, Marsh MS. 1992. An atlas of osteophorosis parthenon. USA:New
Jersey.
Suarsana IN, Silitonga SL, Dharmawan INS, Kardena IM, Priosoeryanto BP.
2014. Pemberian tepung tempe meningkatkan kualitas tulang pada tikus
ovariektomi. Jurnal Veteriner. 15(4): 548-556.
Suryati A, Nuraini S. 2006. Faktor spesifik penyebab penyakit osteoporosis pada
sekelompok osteoporosis di RSIJ. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 2:107126.

14
LAMPIRAN 1 Hasil statistik Kadar Kalsium Tulang Tikus Ovariektomi

ONEWAY ca BY perlakuan
/STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).

Oneway
Notes
Output Created

24-JUN-2015 16:10:34

Comments
Input

Data

C:\Users\SONY\Documents\me
lpa.sav

Active Dataset

DataSet1

Filter



Weight



Split File



N of Rows in
Working Data File
Missing Value
Handling

Definition
Missing

of

Cases Used

Syntax

Resources

Processor Time
Elapsed Time

24
User-defined missing values are
treated as missing.
Statistics for each analysis are
based on cases with no missing data for
any variable in the analysis.

ONEWAY ca BY perlakuan
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
HOMOGENEITY
/MISSING
ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN
ALPHA(0.05).
00:00:00,03
00:00:00,03

15
[DataSet0]
Descriptives
Kadar Ca

N

K

4

N
K

5

o
D

5

1
D

5

2
D

5

3
T
otal

M
ean

3
8,1925
3
8,6120
3
9,7380
3
7,9220
4
0,3020

2
4

3
8,9850

95%
Confidence Interval for
Mean
L
U
ower
pper
Bound
Bound
3
4
3,2335
3,1515
3
4
6,1403
1,0837
3
4
5,5697
3,9063
3
4
4,2908
1,5532

St
d.
Deviation

St
d. Error

3,
11649
1,
99062
3,
35706
2,
92449

1,
55824
,8
9023
1,
50132
1,
30787

5,
04119

2,
25449

3
4,0425

4
6,5615

6,36

3,
27240

,6
6798

3
7,6032

4
0,3668

4,60

M
inimum

M
aximum

3

4

4,60

1,62
3

4

6,34

1,29
3

4

5,93

4,44
3

4

5,00

2,05
3

4
8,75

3

4
8,75

Descriptives
Kadar Ca

Maximum
KN
Ko
D1
D2
D3
Total

41.62
41.29
44.44
42.05
48.75
56.49

Test of Homogeneity of Variances
Kadar Ca
Levene
Statistic
,676

f1

f2

Sig.
,617
9

Kadar Ca

Between
Groups
Within
Groups
Total

Sum of
Squares
20,365
225,932

Df
4

M
ean
Square
5,
091

19

1
1,891

246,298

23

Si
F
,4
28

g.
,7
86

16

Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Kadar Ca
Duncan
Subset for
alpha = 0.05

Perlakua
n
D2

N
5

1
37,9220

KN

4

38,1925

Ko

5

38,6120

D1

5

39,7380

D3

5

40,3020

Sig.

,350

Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,762.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of
the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Melpa Susanti Purba. Penulis dilahirkan di Sumatera
Utara pada tanggal 1 Oktober 1993. Penulis merupakan anak kelima dari lima
bersaudara dari ayahanda Pasar Hermanus Purba (Alm) dan ibunda tercinta Selmi
Rosdamianna Damanik. Penulis mulai mengenyam pendidikan formal di SDN 1
Silimakuta. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP N
1 Silimakuta dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 1 Silimakuta.
Penulis diterima masuk Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui
jalur SNMPTN undangan pada tahun 2011. Selama perkuliahan yang dijalani,
penulis aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi intra kampus seperti Unit Kegiatan
Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa kristen IPB, Komisi Persekutuan IPB dan
Himpunan Propesi Ornithologi dan Unggas FKH IPB.
Di akhir masa studi, penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi
sebagai salah satu syarat dalam mengakhiri pendidikan tinggi di Institut Pertanian
Bogor guna mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Hewan. Penulis melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Infusa Adas (Foeniculum vulgare Mill)
terhadap Kadar Kalsium (Ca) Tulang Tikus Putih Betina Ovariektomi.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Infusa Biji Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Perkembangan Folikel Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus) Produktif dan Premenopause

0 14 36

Peran Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kinerja Reproduksi Tikus Betina Umur 1 Tahun

0 5 29

Siklus Estrus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Produktif Yang Diberi Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare MILL)

1 7 39

Efektivitas Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kadar Progesteron Darah Tikus Putih Betina (Rattus norvegicus) Ovariektomi.

0 4 28

Efektifitas Pemberian Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Peningkatan Kadar Kalsium dan Fosfor Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Ovariektomi.

1 6 24

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Adas Manis (Foeniculum vulgare Mill.) Pada Mencit

2 17 101

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill) TERHADAP Staphylococcus Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill) Terhadap Staphylococcus epidermidis, Shigella sonnei ATCC 9290, Dan Citrobacter dive

0 4 17

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Proteus mirabilis, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, DAN Staphylococcus saproph

0 0 10

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Proteus mirabilis, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, DAN Staphylococcus saproph

0 14 17

FORMULASI LOTION MINYAK ATSIRI BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA

0 0 16