Respon Pertumbuhan Bibit Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) terhadap Kondisi Genangan
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT AREN (Arenga pinnata
(Wurmb.) Merr.) TERHADAP KONDISI GENANGAN
MOHD NAZIH FIKRIANDI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Pertumbuhan
Bibit Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) terhadap Kondisi Genangan adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya ini kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Mohd Nazih Fikriandi
NIM A24108001
ABSTRAK
MOHD NAZIH FIKRIANDI. Respon Pertumbuhan Bibit Aren (Arenga pinnata
(Wurmb.) Merr.) terhadap Kondisi Genangan. Dibimbing oleh AHMAD
JUNAEDI.
Penelitian respon pertumbuhan bibit aren (Arenga pinnata (Wurmb.)
Merr.) terhadap kondisi genangan bertujuan untuk mempelajari ketahanan bibit
aren terhadap kondisi cekaman genangan air, dan jenuh air. Penelitian
dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang, Dramaga, Bogor dimulai pada
bulan Maret 2014 sampai Juni 2014. Bahan tanam yang digunakan adalah bibit
aren genjah varietas Kutai Timur berumur 11 bulan setelah semai yang
dipindahkan ke dalam polybag berukuran 40 × 35 cm. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan acak kelompok satu faktor perlakuan yaitu
perendaman dengan 3 taraf yaitu kontrol, jenuh air dan penggenangan. Kondisi
kontrol yaitu tanaman disiram tiga hari sekali, jenuh air yaitu tanaman direndam
air 1/3 polybag dari bawah dan kondisi penggenangan yaitu polybag tanaman
direndam setinggi 2 cm dari permukaan polybag. Kondisi jenuh dan perendaman
air direndam di dalam box kontainer untuk memudahkan pengaturan ketinggian
air. Semua perlakuan menggunakan naungan 55%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan perendaman tidak mempengaruhi jumlah daun, diameter batang,
panjang pangkal pelepah, panjang pelepah daun, nilai SPAD, bobot basah dan
kering tajuk, panjang dan volume akar, serta kerapatan stomata dan panjang
stomata. Perlakuan jenuh air tidak berbeda nyata dengan kontrol pada peubah luas
daun serta bobot basah dan kering akar, perlakuan penggenangan air nyata
menurunkan luas daun 25%, bobot basah akar 41%, dan bobot kering akar 36%.
Kata kunci : adaptasi, jenuh air, pertumbuhan bibit
ABSTRACT
MOHD NAZIH FIKRIANDI. Growth Response of Sugar Palm (Arenga pinnata
(wurmb.) Merr.) Seedlings Under Inundated Condition. Supervised by AHMAD
JUNAEDI.
The aim of this research was to find out the endurance of sugar palm
seedlings under the stress of water saturated and inundated conditions. The
research was held at Cikarawang Experimental Farm in Dramaga, Bogor, from
March 2014 to June 2014. Arenga seedlings of Kutai Timur dwarf type variety
was repoted using 40 × 35 cm at 11 months old. The research design was
composed by a handling factor of 3 watering levels which consist of the control,
the water saturated condition, and the inundated condition. The seedlings in
control were watered once in every three days, whereas the seedlings under the
saturated condition were watered 1/3 below part of the polybag and inundated
condition were watered 2 cm above polybag. The seedlings under the saturated
and inundated were put in the container box to facilitate the adjustment of water
level. All of seedlings were put under shading of 55%. The result of this research
indicated that water saturated and inundated condition did not affect to leaves
number, ball diameter, petiole and rachis length, SPAD value, fresh and dry
weight of aerial parts, length and volume of root, and stomata density and length.
Water saturated condition had no significant effect compare to control for leaves
area, root fresh and dry weight, however, inundated condition had significantly
reduce leaves area up to 25%, root fresh weight up to 41%, and dry weight up to
36%.
Keywords : adaption, seedling growth, water saturated
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT AREN (Arenga pinnata
(Wurmb.) Merr.) TERHADAP KONDISI GENANGAN
MOHD NAZIH FIKRIANDI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan Bibit Aren (Arenga pinnata (Wurmb.)
Merr.) terhadap Kondisi Genangan
Nama
: Mohd Nazih Fikriandi
NIM
: A2408001
Disetujui oleh
Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito MSc Agr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini ialah Respon Pertumbuhan Bibit Aren (Arenga
pinnata (Wurmb.) Merr.) terhadap Kondisi Genangan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang membantu dalam
pelaksanaan penelitian, yaitu:
1. Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan dukungan selama
penelitian dan penulisan skripsi.
2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS dan Bapak Dr Ir Supijatno, MSi selaku
penguji ujian skripsi yang telah memberikan penambahan penulisan
skripsi.
3. Bapak Ir Kaliwon Edi dan Ibu Suparyani Tisnawiredja selaku orang tua
dan saudara-saudara yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan
serta kasih sayang.
4. Staf pengajar dan staf komisi pendidikan Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
5. Teman-teman yang sudah membantu dalam pengamatan.
Semoga hasil penelitian ini memberikan manfaat terhadap kemajuan
pertanian Indonesia
Bogor, Agustus 2014
Mohd Nazih Fikriandi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Tanaman Aren
Morfologi Tanaman Aren
Syarat Tumbuh
Penggenangan
2
2
2
3
4
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Bahan Penelitian
Alat Penelitian
Metode Percobaan
Prosedur Percobaan
4
4
5
5
5
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Pembibitan di Lapangan
7
7
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
13
13
13
DAFTAR PUSTAKA
13
RIWAYAT HIDUP
16
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Rata-rata tinggi tanaman bibit aren pada beberapa perlakuan
perendaman sampai 8 MSP
Rata-rata diameter batang, jumlah daun dan luas daun tanaman
bibit aren pada beberapa perlakuan perendaman sampai 8 MSP
Tingkat kehijauan warna daun, kerapatan stomata dan panjang
stomata bibit aren pada perlakuan perendaman sampai 8 MSP
Rata-rata panjang helaian daun dan panjang pangkal pelepah
bibit aren pada perlakuan perendaman pada 8 MSP
Rata-rata bobot basah dan kering tajuk dan bobot basah dan kering
akar bibit aren pada perlakuan perendaman sampai 8 MSP
Rata-rata panjang dan volume akar bibit aren pada perlakuan
perendeman sampai 8 MSP
8
9
9
10
11
11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Kondisi umum percobaan. (A) kondisi bibit aren yang dinaungi,
(B) Perlakuan kontrol, (C) Perlakuan jenuh air, dan (D)
Perlakuan Penggenangan
Respon tinggi tanaman terhadap perlakuan kondisi kontrol,
kondisi jenuh air dan kondisi penggenangan
Penampilan kerusakan akar primer per perlakuan kontrol (kiri),
Jenuh air (tengah), dan penggenangan (kanan)
Penampilan kerusakan akar sekunder per perlakuan kontrol (kiri),
jenuh air (tengah), dan penggenangan (kanan)
Anatomi akar
7
8
12
12
12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) merupakan tanaman hasil hutan
bukan kayu yang berasal dari Asia Tenggara dan dapat ditemui di hutan hujan
tropis maupun hutan kering (Orwa et al. 2009). Di Indonesia, tanaman aren
tumbuh di daerah-daerah perbukitan dengan curah hujan yang relatif tinggi dan
merata sepanjang tahun. Sentra pertanaman aren di Indonesia meliputi Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa
Barat, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua (Departemen
Pertanian 2006).
Pohon aren atau enau merupakan pohon yang menghasilkan bahan-bahan
industri (Rofik dan Murniati 2008). Tanaman aren sangat bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat pedesaan, karena hampir semua bagian tanaman dapat
dimanfaatkan. Hasil utama komoditi ini adalah nira, tepung dan ijuk. Sedangkan
batang luar, lidi, endosperm dan akar adalah bagian yang mempunyai manfaat
sampingan untuk mendukung kehidupan sehari-hari. Selain itu, secara ekologis
tanaman aren dapat berfungsi sebagai pendukung habitat dari fauna tertentu dan
dapat mendukung program konservasi tanah dan air (Pratiwi dan Alrasjid 1989).
Hasil utama komoditi ini dari nira yaitu produk gula. Data dari Ditjenbun,
pada tahun 2010 luas tanaman aren sekitar 59 388 ha dengan produksi sekitar 33
181 ton gula aren. Pada tahun 2010, kebutuhan konsumsi gula untuk rumah
tangga sebesar 1 842 464 ton, non rumah tangga 514 065 ton, dan industri 278
652 ton. Sementara produksi gula putih tahun 2011 diprediksikan sebesar 2 228
259 ton. Artinya, masih ada kekurangan produksi gula yang bisa disubtitusi dan
diproduksi gula aren (Balitka 2010).
Potensi tanaman aren yang cukup besar tersebut perlu adanya dukungan
penelitian, khususnya penelitian agronomi yang selama ini belum banyak
dilakukan. Mendukung pengembangan dan budidayanya maka dibutuhkan bibit
yang bermutu dalam jumlah yang banyak dan dapat disediakan dalam waktu
singkat (Saleh 2002). Pengembangan penanaman aren skala luas tidak mencukupi
jika ditanam pada habitat alaminya yaitu pada daerah curah hujan tinggi atau
membutuhkan ketersediaan air yang cukup pada fase pertumbuhannya, sehingga
perlu diperoleh tanaman aren yang tahan cekaman kekurangan air maupun
kelebihan air.
Genangan merupakan stress lingkungan abiotik, berdasarkan frekuensi dan
luasnya genangan dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan panen (Visser et
al. 2003). Ada dua kondisi pada tanaman yang tergenang, yang pertama hanya
akar tanaman yang tergenang dan yang kedua seluruh bagian tanaman tergenang
(Shimamura et al. 2002). Ketahanan tanaman terhadap genangan berbeda,
menurut Anton et al. (2002), tanaman yang mampu hidup dan tumbuh pada
kondisi tanah tergenang melalui adaptasi anatomi, morfologi dan mekanisme
metabolik. Hasil penelitian Zhou et al. (2007) pada tanaman barley menunjukkan
bahwa tanaman yang toleran terhadap genangan memiliki sistem perakaran yang
2
lebih baik karena adanya pembentukan aerenkima. Sedangkan pada tanaman yang
tidak toleran terjadi kerusakan akar. Hasil penelitian pada tanaman jagung oleh
Janne et al. (2010), menunjukkan bahwa kematian sel akar akibat kondisi hipoksia
terjadi pada bagian kortek.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketahanan bibit aren terhadap
kondisi cekaman jenuh air dan penggenangan.
Hipotesis
Terdapat Bibit aren dapat tumbuh dengan baik pada kondisi cekaman jenuh
air dan penggenangan.
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Tanaman Aren
Aren yang memiliki nama ilmiah Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.
menyerupai tanaman kelapa (Cocos nucifera) (Soeseno 2000). Aren termasuk
famili Arecaceae atau palmae terdiri dari 22 spesies diantaranya A. undulatifolia,
A. obtusifolis, A. mindorensis, A. caudata, A. pinnata (Smits 1996). Tanaman aren
menurut klasifikasi tanaman dimasukkan dalam (Pratiwi dan Alrasjid 1989) :
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyt,
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Spadicitlorae
Famili
: Palmae
Genus
: Arenga
Spesies
: Arenga pinnata Merr
Morfologi Tanaman Aren
Pohon aren dapat mencapai tinggi berkisar antara 10-20 m bahkan dapat
mencapai 25 m (Smits 1993, Pratiwi dan Alrasjid 1996, Witono et al 2000,
Mujahidin et al 2003). Aren tumbuh secara soliter artinya tidak membentuk
rumpun. Tanaman aren seperti tanaman monokotil lainnya yaitu memiliki batang
yang berdiri tegak tanpa cabang seperti kelapa (Cocos nucifera). Tanaman atau
pohon aren itu hampir mirip dengan pohon kelapa (Cocos nucifera). Bedanya jika
pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun dan tapasnya mudah
diambil) maka batang pohon aren itu sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk
yang warnanya hitam dan sangat kuat sehingga pelepah daun yang sudah tua pun
3
sulit untuk diambil atau dilepaskan dari batangnya (Sunanto 1993).
Tanaman aren mulai muncul bunga pada umur 6-12 tahun. Bunga jantan
dan bunga betina aren terletak pada satu pohon (monoecious). Panjang tandan
bunga betina dapat mencapai panjang > 2 m, muncul di bawah pangkal pelepah
daun (Smits 1993). Jumlah tandan betina 3-7 tandan, sedangkan tandan bunga
jantan 7-15 tandan. Bunga aren tersusun dari tiga serangkai di setiap malainya,
yaitu dua bunga jantan mengapit satu bunga betina yang ada di tengah. Kemudian
dalam perkembangan mengalami perbedaan antara tandan bunga jantan dan
tandan bunga betina (Mujahidin et al 2003).
Buah pada aren yang dikenal dengan kolang-kaling atau dalam bahasa
sunda disebut cangkaleng. Buah aren berbentuk buah murni, yaitu yang berair
tanpa kulit dalam atau endokarium, bentuknya bulat lonjong, setiap buah berisi
tiga biji, masing-masing berbentuk seperti satu siung bawang putih berdiameter 45 cm, panjang 3-5 cm, dan lebar 2-2.5 cm (Pratiwi dan Alrasjid 1996).
Batang tanaman aren berwarna coklat kehitaman, dengan buku-buku tidak
terlalu terlihat karena pada buku-buku itu muncul daun. Diameter batang aren
dapat mencapai 30-65 cm (Smits 1993, Pratiwi dan Alrasjid 1996). Dijelaskan
Muhajidin et al (2003), batang pohon aren diselubungi oleh serabut-serabut hitam
kasar yang disebut ijuk. Bagian tengah batangnya menghasilkan sagu halus
sebagai kue yang banyak dimanfaatkan di Jawa Barat dengan istilah aci kawung.
Daun aren mempunyai tangkai daun pendek, susunan daunnya menyirip
(Witono et al 2000). Daun bersifat majemuk dengan panjang 6-12 m, umumnya
tersusun melingkar (spiral) ke arah kanan tetapi juga ada yang ditemukan
melingkar ke arah kiri. Satu tangkai daun majemuk terdiri dari 80-155 helai anak
daun. Panjang tangkai daun 1-2.5 m, menempel kuat pada batang. Pohon aren
menghasilkan 3-6 daun majemuk, bergantung pada kondisi lingkungan dimana
pohon itu tumbuh. Selama hidupnya pohon aren menghasilkan sekitar 50 daun
(Mujahidin et al 2003).
Akar pohon aren merupakan akar serabut. Warna akar hitam dan sangat
kuat untuk menyokong, menyebar lebih dari 10 m dengan kedalaman mencapai 3
m (Smits 1993). Sistem perakaran aren seperti itu sangat cocok untuk menahan
erosi pada lahan yang miring. Akar aren memiliki kemampuan untuk mengikat air
sehingga bisa juga ditanam di daerah yang relatif kering (Mujahidin et al 2003).
Syarat Tumbuh
Iklim
Pohon aren tersebar di hampir seluruh bagian wilayah Indonesia dan
merupakan sumber pendapatan bagi petani di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Bengkulu, Jawa Barat, Banten, Irian Jaya, Maluku dan Nusa Tenggara Timur
(Bernhard 2007).
Dalam pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu 20-25
o
C. Pada kisaran suhu yang demikian membantu tanaman aren untuk berbuah.
Kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang
cukup tinggi antara 1 200-3 500 mm/tahun yang berpengaruh dalam pembentukan
mahkota pada tanaman aren (Bernhard 2007).
4
Di samping itu, banyaknya curah hujan juga sangat berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman ini. Tanaman aren menghendaki/membutuhkan curah hujan
yang merata sepanjang tahun, yaitu minimal sebanyak 1 200 mm setahun. Iklim
yang cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai iklim agak basah
(Sunanto 1993).
Tanah
Tanaman aren tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga
dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur dan berpasir, tetapi
tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (pH tanah
terlalu asam) (Sunanto 1993).
Tanaman aren dapat tumbuh di dekat pantai sampai pada ketinggian 1 400
m di atas permukaan laut (dpl). Pertumbuhan yang baik adalah pada ketinggian
sekitar 500-1 200 m dpl karena pada kisaran lahan tersebut tidak kekurangan air
tanah dan tidak tergenang oleh banjir permukaan (Bernhard 2007).
Tanaman aren dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tetapi yang sangat
cocok pada kondisi lahan dengan jenis tanah yang mempunyai tekstur tanah liat
berpasir (Bernhard 2007).
Penggenangan
Genangan dapat terjadi pada lahan basah alami maupun lahan basah
buatan. Notohadiprawiro (1989) mendeskripsikan lahan basah alami sebagai lahan
yang karena drainase yang buruk, bersifat basah sementara atau sepanjang waktu.
Keadaan ini terjadi karena iklim basah dan berkaitan dengan kedudukan lahan
yang berenergi potensial rendah (daerah berketinggian rendah) atau karena bentuk
lahan yang berupa cekungan tambat (retention basin). Lahan basah buatan yakni
lahan yang bentuknya sengaja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menambat
banyak air untuk membuat tanah jenuh air atau mempertahankan genangan air
pada permukaan tanah selama waktu tertentu. VanToai et al. (2007) membagi
genangan berdasarkan kondisi pertanaman menjadi dua, yaitu: 1) kondisi jenuh air
(waterlogging) di mana hanya akar tanaman yang tergenang air, dan 2) kondisi
bagian tanaman sepenuhnya tergenang air (complete sub-mergence).
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang, Dramaga Bogor
yang dimulai pada bulan Maret 2014 sampai Juni 2014.
5
Bahan Penelitian
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 27 bibit aren
genjah varietas Kutai Timur yang berumur ±11 bulan, polybag, media tanam, dan
box kontainer ukuran 64 × 43 × 50 cm.
Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat-alat yang umum
digunakan untuk pembibitan aren serta alat pengamatan yaitu mikroskop,
timbangan digital, gelas ukur, penggaris, SPAD dan oven.
Metode Percobaan
Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
terdiri satu faktor perlakuan yaitu perendaman dengan 3 taraf yaitu kontrol, jenuh
air dan tergenang air. Kondisi kontrol yaitu tanaman disiram tiga hari sekali, jenuh
air yaitu tanaman direndam air 1/3 polybag dari bawah dan kondisi tergenang air
yaitu polybag tanaman direndam setinggi 2 cm dari permukaan polybag. Kondisi
jenuh dan perendaman air direndam didalam kolam untuk memudahkan
pengaturan ketinggian air. Semua perlakuan menggunakan naungan 55%.
Berdasarkan rancangan percobaan yang digunakan, maka model umum
Rancangan Acak Kelompok (RAK):
Yij = + i + j + ij
Yij
= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan pengelompokan ke-j
= rataan umum.
i
= pengaruh perlakuan perendaman ke-i terhadap pertumbuhan
tanaman
j
= pengaruh pengelompokan ke-j
= galat percobaan.
ij
Apabila hasil sidik ragam berpengaruh nyata, maka dilakukan pengujian
beda nilai tengah dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf
5%.
Prosedur Percobaan
a.
Persiapan Media Tanam dan Box kontainer Perlakuan
Media tanam yang digunakan yaitu campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 4:1. Media tanam yang telah dicampur secara
merata dimasukkan ke dalam polybag dengan ukuran 40 × 35 cm.
Penggunaan polybag dengan ukuran yang lebih besar dimaksudkan untuk
memberikan ruang gerak terhadap bibit aren yang telah besar dari
6
pemindahan pre nursery ke main nursery sehingga membutuhkan polybag
dengan ukuran yang lebih besar.
Perlakuan perendaman menggunakan box kontainer yang telah
disediakan. Penggunaan box kontainer ini memudahkan untuk mengontrol
ketinggian air saat perlakuan perendaman. Box kontainer disediakan
sebanyak perlakuan dan diisi air dengan masing-masing ketinggian perlakuan.
b.
Penanaman Bibit Aren
Polybag yang telah terisi media tanam ditempatkan sesuai dengan
perlakuan yang diberikan. Bibit aren dengan ukuran yang sama dipilih dan
dipindahkan ke dalam polybag yang telah disediakan. Setelah semua bibit
aren ditanam maka masing-masing polybag dimasukkan ke dalam box
kontainer untuk diberikan perlakuan.
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan menyiangi gulma yang
tumbuh di dalam polybag maupun di sekitar polybag. Selain itu pemeliharaan
dilakukan untuk penyiraman sesuai dengan perlakuan interval penyiraman
bibit aren. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan serangan yang terjadi di lapangan.
Pengamatan
Peubah pengamatan yang dilakukan meliputi:
a. Tinggi tanaman diukur dari pangkal daun tanaman sampai daun terpanjang
yang ditegakkan, dilakukan tiap 4 minggu.
b. Jumlah daun dilakukan tiap 4 minggu
c. Luas daun diukur dengan menggunakan metode Gravimetri.
d. Panjang pelepah meliputi panjang petiol (pangkal pelepah) dan rachis
(pelepah daun) dilakukan tiap 4 minggu.
e. Kehijauan warna daun pada 0 MSP (minggu setelah perendaman) dan 8 MSP
(minggu setelah perendaman).
f. Bobot basah dan kering tajuk, pada 8 MSP
g. Bobot basah dan kering akar, pada 8 MSP
h. Panjang akar pada 8 MSP
i. Volume akar pada 8 MSP. Volume akar diukur dengan cara menggunakan
gelas ukur yang diisi air lalu akar dimasukan ke dalam gelas ukur. Volume
akar diperoleh dari selisi volume akhir dikurangi dengan volume awal.
j. Diameter pangkal batang dilakukan 0 MSP dan 8 MSP
k. Kerapatan dan ukuran stomata, pada 8 MSP
l. Penampakan melintang akar primer dan sekunder pada 8 MSP
Pengamatan dilaksanakan 4 minggu sekali sampai 8 MSP. Peubah-peubah
destruktif dilaksanakan pada awal dan akhir pengamatan.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Pembibitan di Lapangan
Bibit yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit aren Kutai Timur
yang berumur ±11 bulan (Gambar 1A). Perlakuan yang digunakan 3 taraf yaitu
kondisi kontrol yang disiram 3 hari sekali jika tiada hujan (Gambar 1B). Kondisi
jenuh air dengan merendam polybag 1/3 bagian polybag (Gambar 1C). kondisi
penggenangan dengan merendam seluruh polybag sampai 2 cm di atas polybag
(Gambar 1D). Bibit aren ditanam di bawah paranet sebagai naungan 55% dan
mengukur intensitas cahaya dengan menggunakan luxmeter agar hasil pengukuran
yang terbaca lebih akurat. Pengukuran luxmeter dibagi dua yaitu dibawah kondisi
tanpa naungan dan di bawah naungan dalam perlakuan. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa intensitas naungan di bawah perlakuan sebesar 59% dengan
intensitas cahaya sebesar 36 900 lux.
A
B
C
D
Gambar 1.
Kondisi umum percobaan. (A) kondisi bibit aren yang dinaungi,
(B) Perlakuan kontrol, (C) Perlakuan jenuh air, dan (D) Perlakuan
penggenangan.
Tinggi tanaman bibit aren tidak dipengaruhi oleh perlakuan perendaman
(Tabel 1). Pada tanaman kontrol, jenuh air dan penggenangan pada 0, 4 dan 8
Minggu Setelah Perendaman (MSP) menunjukkan tinggi tanaman yang tidak
8
berbeda nyata (Gambar 2). Pertambahan tinggi bibit tanaman aren selama 8
minggu sejak perlakuan berkisar 2.7-10.7 cm.
Tabel 1 Tinggi tanaman bibit aren pada perlakuan perendaman sampai 8 MSP
Tinggi Tanaman
Perlakuan
0 MSP
4 MSP
8 MSP
----------------------------cm---------------------------Kontrol
65.8
67.8
68.5
Jenuh air
61.9
67.0
68.1
Penggenangan
56.1
66.8
66.8
MSP : Minggu Setelah Perendaman
Gambar 2.
.
Respon tinggi tanaman terhadap perlakuan kondisi kontrol, kondisi
jenuh air dan kondisi penggenangan.
Diameter pangkal batang tidak dipengaruhi oleh perlakuan perendaman
(Tabel 2). Pada 8 MSP, diameter batang pada bibit aren perlakuan penggenangan
lebih kecil dibandingkan dengan bibit aren pada perlakuan kontrol dan jenuh air.
Gatti et al. (2011) menyatakan bahwa diameter batang dan tinggi tanaman
memiliki korelasi yang positif, semakin besar diameter batang maka semakin
meningkat tinggi tanaman. Jumlah daun tidak dipengaruhi oleh perlakuan
perendaman (Tabel 2). Pertumbuhan daun bibit aren terjadi setiap 8 minggu 1
helai daun baru terbentuk untuk setiap perlakuan. Laju pertumbuhan daun aren
selama pertumbuhan berkisar 3-6 daun per tahun (Smits 1996).
Perlakuan penggenangan secara nyata menurunkan luas daun, berbeda
nyata dengan perlakuan kontrol dan jenuh air, namun perlakuan jenuh air tidak
berbeda nyata dengan kontrol. Luas daun bibit aren pada perlakuan penggenangan
menurun 25% dibandingkan dengan kontrol pada 8 MSP.
9
Tabel 2 Diameter batang, jumlah daun dan luas daun bibit aren pada perlakuan
perendaman pada 8 MSP
Diameter Pangkal Batang
Jumlah Daun
Luas Daun
Perlakuan
(mm)
(helai)
(cm2)
Kontrol
26.0
5.5
1933.8 a (100)
Jenuh air
25.3
5.4
1920.5 a (99)
Penggenangan
10.0
5.0
1459.2 b (75)
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji =5% (uji Beda Nyata Terkecil), MSP: Minggu
Setelah Perendaman. Angka dalam kurung merupakan persentase terhadap kontrol.
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan kontrol, jenuh air dan
penggenangan tidak mempengaruhi tingkat kehijauan daun, kerapatan dan
panjang stomata. Perlakuan perendaman bibit aren pada tingkat kehijauan daun
merupakan tampilan visual yang berkolerasi terhadap kandungan klorofil. Tingkat
kehijauan daun merupakan salah satu indikator terhadap kandungan klorofil daun
pada tanaman (Yudiwanti et al. 2007). Tingkat fotosintesis yang baik memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Uchida et al. (1990) melaporkan bahwa
kerapatan stomata Metroxylon rumphii MARTIUS menunjukkan jumlah yang
lebih tinggi pada bagian bawah daun dibandingkan bagian atas tetapi tidak
berbeda nyata pada perlakuan perendaman selama pertumbuhan. Stomata adalah
lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis
khusus yang disebut sel penjaga (guard cell). Sel penjaga tersebut adalah sel-sel
epidermis yang telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi yang dapat
mengatur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya (Kartasaputra 1998).
Stomata pada umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna
hijau, terutama sekali pada daun-daun tanaman. Fahn (1991) menambahkan
bahwa stomata berkembang dari sel protoderma. Sel induk membagi diri menjadi
dua sel yang terdiferensiasi menjadi dua sel penjaga. Pada mulanya sel tersebut
kecil dan bentuknya tidak menentu, tetapi selanjutnya berkembang melebar dan
bentuknya khas. Selama perkembangan, lamela tengah diantara dua sel penjaga
menggembung dan bentuknya seperti lensa sejenak sebelum bagian tersebut
berpisah menjadi aperture.
Tabel 3 Tingkat kehijauan warna daun, kerapatan stomata dan panjang stomata
bibit aren pada perlakuan perendaman sampai 8 MSP
Tingkat kehijauan
Kerapatan stomata
Panjang stomata
Perlakuan
-2
daun
(mm )
(μm)
Kontrol
58.3
165.6
108 659
Jenuh air
53.1
177.5
90 157
Penggenangan
55.3
177.5
103 063
Perlakuan jenuh air dan penggenangan tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap panjang pelepah daun ke-1 sampai ke-5 pada 0-8 MSP (Tabel 4).
Perlakuan jenuh air dan penggenangan juga tidak memberikan pengaruh yang
10
nyata terhadap panjang pangkal pelepah daun ke-1 sampai daun ke-5 pada 0-8
MSP.
Tabel 4 Panjang helaian daun dan panjang pangkal pelepah bibit aren pada
perlakuan perendaman pada 8 MSP
Panjang helaian daun
Perlakuan
Daun 1
Daun 2
Daun 3
Daun 4
Daun 5
------------------------------------cm----------------------------------0 MSP
Kontrol
15.2
18.0
21.4
26.1
33.4
Jenuh air
14.8
16.9
22.4
26.0
32.7
Penggenangan
16.5
18.3
21.8
25.0
27.9
4 MSP
Kontrol
15.7
19.3
23.0
29.1
32.5
Jenuh air
16.2
18.0
23.6
27.2
34.2
Penggenangan
17.3
19.9
23.2
26.4
30.9
8 MSP
Kontrol
15.1
18.9
22.7
27.5
35.9
Jenuh air
16.2
17.6
23.5
26.9
33.9
Penggenangan
16.5
19.5
23.3
26.3
30.4
Panjang pangkal pelepah
0 MSP
Kontrol
7.6
13.8
24.5
35.5
26.9
Jenuh air
8.0
13.2
21.9
34.3
27.1
Penggenangan
8.1
13.3
22.8
34.9
29.5
4 MSP
Kontrol
8.9
15.6
25.8
37.9
31.1
Jenuh air
9.3
14.5
23.1
35.5
32.2
Penggenangan
9.3
14.7
24.3
36.1
34.5
8 MSP
Kontrol
8.7
17.7
27.1
34.7
27.9
Jenuh air
10.0
15.8
23.2
34.8
32.6
Penggenangan
9.3
14.7
24.1
34.0
29.7
MSP : Minggu Setelah Perendaman
Pada 8 Minggu Setelah Perendaman (MSP) perlakuan perendaman tidak
mempengaruhi bobot basah dan kering tajuk namun berbeda nyata terhadap bobot
basah dan kering akar. Perlakuan perendaman bibit aren memiliki dampak pada
kerusakan akar. Selain itu, kerusakan akar menurunkan kemampuan akar yang
terganggu akibat kurangnya ketersediaan oksigen pada kondisi tergenang.
Menurut Darwati et al. (2002), cekaman air menyebabkan transportasi unsur hara
dalam tanaman terganggu yang berakibat pada proses biokimia yang ditunjukkan
dari bobot kering tanaman yang rendah. Pada kondisi jenuh air, terjadi
peningkatan bobot basah dan kering akar berturut-turut sebesar 38 dan 26%,
dibandingkan dengan perlakuan penggenangan, namun tidak berbeda nyata
11
dengan perlakuan kontrol. Pada kondisi genangan, bobot basah dan kering akar
lebih rendah berturut-turut sebesar 41 dan 36% dibandingkan dengan perlakuan
kontrol.
Tabel 5 Rata-rata bobot basah dan bobot kering tajuk dan akar bibit aren pada
perlakuan perendaman pada 8 MSP
Rata-rata bobot basah
Rata-rata bobot kering
Perlakuan
Tajuk
Akar
Tajuk
Akar
-----------------------------------------g---------------------------------Kontrol
99.2
19.8 ab (100)
30.4
4.7 ab (100)
Jenuh air
120.1
27.4 a (138)
37.0
5.9 a (126)
Penggenangan
90.7
11.6 b (59)
36.5
3.0 b (64)
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Beda Nyata Terkecil), MSP: Minggu
Setelah Perendaman. Angka dalam kurung merupakan persentase terhadap kontrol.
Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman tidak mempengaruhi
panjang akar dan volume akar pada 8 MSP. Pada perlakuan penggenangan
volume akar menunjukkan terjadinya pengurangan volume akar sebesar 38%
dibandingkandengan perlakuan kontrol karena kerusakan akar yang terjadi akibat
penggenangan.
Tabel 6 Rata-rata panjang akar dan volume akar bibit aren pada perlakuan
perendaman pada 8 MSP
Perlakuan
Panjang akar (cm)
Volume akar (ml)
Kontrol
51.3
26.0
Jenuh air
46.1
25.3
Penggenangan
49.0
10.0
MSP : Minggu Seteleh Perendaman
Pengamatan melintang akar primer dan sekunder pada 8 MSP
menunjukkan terjadinya kerusakan pada perlakuan penggenangan. Akar primer
dan sekunder pada perlakuan kontrol menunjukkan tidak adanya kerusakan
jaringan akar pada 8 MSP. Perlakuan jenuh air tidak merusak akar primer tetapi
kerusakan dialami pada akar sekunder (Gambar 2 dan 3). Kerusakan akar
sekunder terjadi lebih awal karena akar sekunder merupakan bagian ujung akar
yang berhubungan langsung dengan air. Sedangkan perlakuan penggenangan air
merusak akar primer dan akar sekunder pada 8 MSP. Akar primer dan sekunder
pada perlakuan genangan telah berwarna hitam dan rusak. Jaringan akar
mengalami pembusukan dan susunan jaringan akar rusak (Gambar 2 dan 3). Pada
perlakuan jenuh air untuk akar sekunder terjadi kerusakan pada korteks (Gambar
4), sedangkan pada perlakuan penggenangan terjadi kerusakan pada akar primer
dan akar sekunder pada jaringan korteks dan jaringan pembuluh.
12
Gambar 2. Penampilan kerusakan akar primer per perlakuan kontrol (kiri), jenuh
air (tengah), dan penggenangan (kanan)
Gambar 3. Penampilan kerusakan akar sekunder per perlakuan kontrol (kiri),
jenuh air (tengah), dan penggenangan (kanan)
Epidermis
Korteks
Jaringan Pembuluh
Gambar 4. Anatomi akar
Pertumbuhan bibit aren berupa tinggi tanaman, jumlah daun, panjang
pangkal pelepah dan panjang pelepah daun, kehijauan warna daun, bobot basah
dan kering tajuk, panjang dan volume akar, diameter pangkal batang tidak
dipengaruhi perlakuan perendaman sedangkan pada perakaran terjadi kerusakan
akar. Namun demikian, hal ini perlu diamati pada rentang waktu yang lebih lama.
13
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman tidak
mempengaruhi jumlah daun, diameter batang, panjang pangkal pelepah, panjang
helaian daun, tingkat kehijauan daun, bobot basah dan kering tajuk, panjang dan
volume akar, serta kerapatan stomata dan panjang stomata. Perlakuan jenuh air
tidak berbeda nyata dengan kontrol pada peubah luas daun serta bobot basah dan
kering akar, namun perlakuan penggenangan air nyata menurunkan luas daun
25%, bobot basah akar 41%, dan bobot kering akar 36%.
Saran
Pengamatan dapat dilanjutkan untuk melihat lebih lanjut respon bibit aren
terhadap kondisi cekaman genangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anton J, Peeters M, Cox CH. Benschop JJ, Vreeburg RAM, Jordi B, and
Laurentius ACJ. Voesenek. 2002. Submergence research using rumex
palustris as a model: looking back and going forward. J. Exp. Bot.
53(368): 391-398
[Balitka] Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma lain. 2010. Varietas Unggul
Aren Gajah Kutim : Awal Kebangkitan Tanaman Aren. Sulawesi Utara:
Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain. Departemen Pertanian. 2006.
Data statistik tanaman aren. Departemen Pertanian, Jakarta.
Bernhard MR, 2007. Teknik Budidaya dan Rehabilitasi Tanaman Aren. Balai
Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain.
Darwati I, Rasita SMD, Hernani. 2002. Respon daun ungu (Graptophyllum pictum
L.) terhadap cekaman air. Industrial Crop Research Journal 8: 73-75
Departemen Pertanian. 2006. Data statistik tanaman aren. Departemen Pertanian,
Jakarta.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Indonesia.
Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Gatti MG, Campanello PI, Goldstein G. 2011. Growth and leaf production in the
tropical palm Eututerpe edulis: light conditions versus developmental
14
constraints. Flora. 742-748
Janne GL, Caldwell C, and Gallie DR. 2010. Expression of the ethylene
biosynthetis machinery in Maize roots is regulated in response to hypoxia.
J.Exp.Bot. 61(3): 857-871
Kartasaputra AG. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang Sel dan
Jaringan. Bina Aksar. Jakarta.
Muhajidin , Sutrisno, Latifah D, Handayani T, dan Fijridianto IA. 2003. Aren
Budi Daya dan Prospeknya. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor. Bogor. 38 hal.
Notohadiprawiro T. 1989. Pola kebijakan pemanfaatan sumber daya lahan basah,
rawa, dan pantai. Seminar Ilmiah Dies Natalis ke-25 Universitas Jember
14−15 Juli 1989. http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1981/ 1989%20pola.pdf.
[24 Juli 2014].
Orwa C, Mutua A, Kindt R, Jamnadass R, Simons A. 2009. Agroforestry
database: a tree reference and selection guide version 4.0.
Pratiwi, Alrasjid H. 1989. Teknik Budidaya Aren. Departemen Kehutanan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan. Bogor.
Pratiwi, Alrasjid H. 1996. Teknik Budidaya Aren (Arenga pinnata (Wurmb.)
Merr.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Bogor. 13 hal.
Rofik A, Murniati E. 2008. Pengaruh perlakuan deoperkulasi benih dan media
perkecambahan untuk meningkatkan viabilitas benih aren (Arenga pinnata
(Wurmb.) Merr.). Bul Agron. 36(1):33 – 40.
Saleh MS, 2002. Pengembangan Teknologi Benih Guna Mendukung Budidaya
Tanaman Aren. Hal. 75 – 82. Dalam Industri Benih di Indonesia Aspek
Penunjang Pengembangan.Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
IPB.Bogor.
Shimamura S, Mochizuki T, Nada Y and Fukuyama M. 2002. Secondary
aerenchyma formation and its relation to nitrogen fixation in root nodules
of soybean plant (Glycine max) grown unde flooded condition. Plant
Product. Sci. 5: 294-300
Smits WTM. 1993. Arenga pinnata (Wurmb) Merr. In. E Wespthal and PCM
Jansen, (Eds). A Selection Plant Resources of South-East
Asia
(PROSEA) . pudoc. Wageningan. 322p.
Smits WTM. 1996. Arenga pinnata (Wurmb) Merr. In. M Flach and F Rumawas,
(Eds). Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. Plant Resources of South
East Asia No 9. Bogor. Indonesia.53-59 p.
Soeseno S. 2000. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Jakarta. 72 hal.
Sunanto H. 1993. Aren – Budidaya dan Multigunanya. Kanisius. Yogyakarta. 78
hal.
Uchida N, Kobayashi S, Yasuda T, Yamaguchi T. 1990. Photosynthetic
characteristic of sago palm, Metroxylon rumphii MARTIUS. Japan. J.
Trop. Agr. 34(3):176-180
VanToai TT, Hoa TTC, Hue NTN, Nguyen H, Shannon JG, and Bishop B. 2007.
Diversity in tolerance of soybean (Glicyne max L. Merr.) germplasm to
15
soil waterlogging. Paper presented at International Annual Meetings, New
Orleans, Louisiana, 4−8 November 2007.
Visser EJW, Voesenek LACJ, Vartapetian BB, and Jackson MB. 2003. Flooding
and Plant Growth. Ann. Bot. 91: 107-109.
Witono, Januminro RA, Suhatman N, Suryana dan Purwantoro RS. 2000. Koleksi
Palem Kebun Raya Cibodas. Seri Koleksi Kebun Raya-LIPI Vol. II, No. I.
Sindang Laya-Cianjur.
Yudiwanti, Wirawan B, Wirnas D. 2007. Korelasi antara kandungan klorofil,
ketahanan terhadap penyakit bercak daun dan daya hasil pada kacang
tanah. Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman:
2006 Ags 1-2. Bogor (ID): Departemen Agronomi dan Hortikultura
Faperta IPB. Hlm 316-319.
Zhou MX, Li HB, Mendham NJ. 2007. Combining ability of waterlogging
tolerance in Barley. Crop Sci. 47:278-284
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Kinabalu, Sabah pada tanggal 15 September 1989
dari pasangan ayah Kaliwon Edi dan ibu Suparyani Tisnawiredja. Penulis adalah
putra bungsu dari empat bersaudara serta mempunyai 2 orang saudara berlainan
ibu.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SRK St. Agnes Kota Kinabalu
pada tahun 2001, sekolah menengah pertama dan atas di Sekolah Menengah All
Saints, Kota Kinabalu pada tahun 2007 serta Sijil Pertanian di Institut Pertanian
Sabah, Kota Belud, Sabah Malaysia pada tahun 2008.
Pada tahun 2010, penulis diterima masuk sebagai mahasiswa Tingkat
Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2011, penulis masuk
sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
(Wurmb.) Merr.) TERHADAP KONDISI GENANGAN
MOHD NAZIH FIKRIANDI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Pertumbuhan
Bibit Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) terhadap Kondisi Genangan adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya ini kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Mohd Nazih Fikriandi
NIM A24108001
ABSTRAK
MOHD NAZIH FIKRIANDI. Respon Pertumbuhan Bibit Aren (Arenga pinnata
(Wurmb.) Merr.) terhadap Kondisi Genangan. Dibimbing oleh AHMAD
JUNAEDI.
Penelitian respon pertumbuhan bibit aren (Arenga pinnata (Wurmb.)
Merr.) terhadap kondisi genangan bertujuan untuk mempelajari ketahanan bibit
aren terhadap kondisi cekaman genangan air, dan jenuh air. Penelitian
dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang, Dramaga, Bogor dimulai pada
bulan Maret 2014 sampai Juni 2014. Bahan tanam yang digunakan adalah bibit
aren genjah varietas Kutai Timur berumur 11 bulan setelah semai yang
dipindahkan ke dalam polybag berukuran 40 × 35 cm. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan acak kelompok satu faktor perlakuan yaitu
perendaman dengan 3 taraf yaitu kontrol, jenuh air dan penggenangan. Kondisi
kontrol yaitu tanaman disiram tiga hari sekali, jenuh air yaitu tanaman direndam
air 1/3 polybag dari bawah dan kondisi penggenangan yaitu polybag tanaman
direndam setinggi 2 cm dari permukaan polybag. Kondisi jenuh dan perendaman
air direndam di dalam box kontainer untuk memudahkan pengaturan ketinggian
air. Semua perlakuan menggunakan naungan 55%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan perendaman tidak mempengaruhi jumlah daun, diameter batang,
panjang pangkal pelepah, panjang pelepah daun, nilai SPAD, bobot basah dan
kering tajuk, panjang dan volume akar, serta kerapatan stomata dan panjang
stomata. Perlakuan jenuh air tidak berbeda nyata dengan kontrol pada peubah luas
daun serta bobot basah dan kering akar, perlakuan penggenangan air nyata
menurunkan luas daun 25%, bobot basah akar 41%, dan bobot kering akar 36%.
Kata kunci : adaptasi, jenuh air, pertumbuhan bibit
ABSTRACT
MOHD NAZIH FIKRIANDI. Growth Response of Sugar Palm (Arenga pinnata
(wurmb.) Merr.) Seedlings Under Inundated Condition. Supervised by AHMAD
JUNAEDI.
The aim of this research was to find out the endurance of sugar palm
seedlings under the stress of water saturated and inundated conditions. The
research was held at Cikarawang Experimental Farm in Dramaga, Bogor, from
March 2014 to June 2014. Arenga seedlings of Kutai Timur dwarf type variety
was repoted using 40 × 35 cm at 11 months old. The research design was
composed by a handling factor of 3 watering levels which consist of the control,
the water saturated condition, and the inundated condition. The seedlings in
control were watered once in every three days, whereas the seedlings under the
saturated condition were watered 1/3 below part of the polybag and inundated
condition were watered 2 cm above polybag. The seedlings under the saturated
and inundated were put in the container box to facilitate the adjustment of water
level. All of seedlings were put under shading of 55%. The result of this research
indicated that water saturated and inundated condition did not affect to leaves
number, ball diameter, petiole and rachis length, SPAD value, fresh and dry
weight of aerial parts, length and volume of root, and stomata density and length.
Water saturated condition had no significant effect compare to control for leaves
area, root fresh and dry weight, however, inundated condition had significantly
reduce leaves area up to 25%, root fresh weight up to 41%, and dry weight up to
36%.
Keywords : adaption, seedling growth, water saturated
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT AREN (Arenga pinnata
(Wurmb.) Merr.) TERHADAP KONDISI GENANGAN
MOHD NAZIH FIKRIANDI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan Bibit Aren (Arenga pinnata (Wurmb.)
Merr.) terhadap Kondisi Genangan
Nama
: Mohd Nazih Fikriandi
NIM
: A2408001
Disetujui oleh
Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito MSc Agr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini ialah Respon Pertumbuhan Bibit Aren (Arenga
pinnata (Wurmb.) Merr.) terhadap Kondisi Genangan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang membantu dalam
pelaksanaan penelitian, yaitu:
1. Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan dukungan selama
penelitian dan penulisan skripsi.
2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS dan Bapak Dr Ir Supijatno, MSi selaku
penguji ujian skripsi yang telah memberikan penambahan penulisan
skripsi.
3. Bapak Ir Kaliwon Edi dan Ibu Suparyani Tisnawiredja selaku orang tua
dan saudara-saudara yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan
serta kasih sayang.
4. Staf pengajar dan staf komisi pendidikan Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
5. Teman-teman yang sudah membantu dalam pengamatan.
Semoga hasil penelitian ini memberikan manfaat terhadap kemajuan
pertanian Indonesia
Bogor, Agustus 2014
Mohd Nazih Fikriandi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Tanaman Aren
Morfologi Tanaman Aren
Syarat Tumbuh
Penggenangan
2
2
2
3
4
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Bahan Penelitian
Alat Penelitian
Metode Percobaan
Prosedur Percobaan
4
4
5
5
5
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Pembibitan di Lapangan
7
7
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
13
13
13
DAFTAR PUSTAKA
13
RIWAYAT HIDUP
16
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Rata-rata tinggi tanaman bibit aren pada beberapa perlakuan
perendaman sampai 8 MSP
Rata-rata diameter batang, jumlah daun dan luas daun tanaman
bibit aren pada beberapa perlakuan perendaman sampai 8 MSP
Tingkat kehijauan warna daun, kerapatan stomata dan panjang
stomata bibit aren pada perlakuan perendaman sampai 8 MSP
Rata-rata panjang helaian daun dan panjang pangkal pelepah
bibit aren pada perlakuan perendaman pada 8 MSP
Rata-rata bobot basah dan kering tajuk dan bobot basah dan kering
akar bibit aren pada perlakuan perendaman sampai 8 MSP
Rata-rata panjang dan volume akar bibit aren pada perlakuan
perendeman sampai 8 MSP
8
9
9
10
11
11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Kondisi umum percobaan. (A) kondisi bibit aren yang dinaungi,
(B) Perlakuan kontrol, (C) Perlakuan jenuh air, dan (D)
Perlakuan Penggenangan
Respon tinggi tanaman terhadap perlakuan kondisi kontrol,
kondisi jenuh air dan kondisi penggenangan
Penampilan kerusakan akar primer per perlakuan kontrol (kiri),
Jenuh air (tengah), dan penggenangan (kanan)
Penampilan kerusakan akar sekunder per perlakuan kontrol (kiri),
jenuh air (tengah), dan penggenangan (kanan)
Anatomi akar
7
8
12
12
12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) merupakan tanaman hasil hutan
bukan kayu yang berasal dari Asia Tenggara dan dapat ditemui di hutan hujan
tropis maupun hutan kering (Orwa et al. 2009). Di Indonesia, tanaman aren
tumbuh di daerah-daerah perbukitan dengan curah hujan yang relatif tinggi dan
merata sepanjang tahun. Sentra pertanaman aren di Indonesia meliputi Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa
Barat, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua (Departemen
Pertanian 2006).
Pohon aren atau enau merupakan pohon yang menghasilkan bahan-bahan
industri (Rofik dan Murniati 2008). Tanaman aren sangat bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat pedesaan, karena hampir semua bagian tanaman dapat
dimanfaatkan. Hasil utama komoditi ini adalah nira, tepung dan ijuk. Sedangkan
batang luar, lidi, endosperm dan akar adalah bagian yang mempunyai manfaat
sampingan untuk mendukung kehidupan sehari-hari. Selain itu, secara ekologis
tanaman aren dapat berfungsi sebagai pendukung habitat dari fauna tertentu dan
dapat mendukung program konservasi tanah dan air (Pratiwi dan Alrasjid 1989).
Hasil utama komoditi ini dari nira yaitu produk gula. Data dari Ditjenbun,
pada tahun 2010 luas tanaman aren sekitar 59 388 ha dengan produksi sekitar 33
181 ton gula aren. Pada tahun 2010, kebutuhan konsumsi gula untuk rumah
tangga sebesar 1 842 464 ton, non rumah tangga 514 065 ton, dan industri 278
652 ton. Sementara produksi gula putih tahun 2011 diprediksikan sebesar 2 228
259 ton. Artinya, masih ada kekurangan produksi gula yang bisa disubtitusi dan
diproduksi gula aren (Balitka 2010).
Potensi tanaman aren yang cukup besar tersebut perlu adanya dukungan
penelitian, khususnya penelitian agronomi yang selama ini belum banyak
dilakukan. Mendukung pengembangan dan budidayanya maka dibutuhkan bibit
yang bermutu dalam jumlah yang banyak dan dapat disediakan dalam waktu
singkat (Saleh 2002). Pengembangan penanaman aren skala luas tidak mencukupi
jika ditanam pada habitat alaminya yaitu pada daerah curah hujan tinggi atau
membutuhkan ketersediaan air yang cukup pada fase pertumbuhannya, sehingga
perlu diperoleh tanaman aren yang tahan cekaman kekurangan air maupun
kelebihan air.
Genangan merupakan stress lingkungan abiotik, berdasarkan frekuensi dan
luasnya genangan dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan panen (Visser et
al. 2003). Ada dua kondisi pada tanaman yang tergenang, yang pertama hanya
akar tanaman yang tergenang dan yang kedua seluruh bagian tanaman tergenang
(Shimamura et al. 2002). Ketahanan tanaman terhadap genangan berbeda,
menurut Anton et al. (2002), tanaman yang mampu hidup dan tumbuh pada
kondisi tanah tergenang melalui adaptasi anatomi, morfologi dan mekanisme
metabolik. Hasil penelitian Zhou et al. (2007) pada tanaman barley menunjukkan
bahwa tanaman yang toleran terhadap genangan memiliki sistem perakaran yang
2
lebih baik karena adanya pembentukan aerenkima. Sedangkan pada tanaman yang
tidak toleran terjadi kerusakan akar. Hasil penelitian pada tanaman jagung oleh
Janne et al. (2010), menunjukkan bahwa kematian sel akar akibat kondisi hipoksia
terjadi pada bagian kortek.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketahanan bibit aren terhadap
kondisi cekaman jenuh air dan penggenangan.
Hipotesis
Terdapat Bibit aren dapat tumbuh dengan baik pada kondisi cekaman jenuh
air dan penggenangan.
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Tanaman Aren
Aren yang memiliki nama ilmiah Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.
menyerupai tanaman kelapa (Cocos nucifera) (Soeseno 2000). Aren termasuk
famili Arecaceae atau palmae terdiri dari 22 spesies diantaranya A. undulatifolia,
A. obtusifolis, A. mindorensis, A. caudata, A. pinnata (Smits 1996). Tanaman aren
menurut klasifikasi tanaman dimasukkan dalam (Pratiwi dan Alrasjid 1989) :
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyt,
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Spadicitlorae
Famili
: Palmae
Genus
: Arenga
Spesies
: Arenga pinnata Merr
Morfologi Tanaman Aren
Pohon aren dapat mencapai tinggi berkisar antara 10-20 m bahkan dapat
mencapai 25 m (Smits 1993, Pratiwi dan Alrasjid 1996, Witono et al 2000,
Mujahidin et al 2003). Aren tumbuh secara soliter artinya tidak membentuk
rumpun. Tanaman aren seperti tanaman monokotil lainnya yaitu memiliki batang
yang berdiri tegak tanpa cabang seperti kelapa (Cocos nucifera). Tanaman atau
pohon aren itu hampir mirip dengan pohon kelapa (Cocos nucifera). Bedanya jika
pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun dan tapasnya mudah
diambil) maka batang pohon aren itu sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk
yang warnanya hitam dan sangat kuat sehingga pelepah daun yang sudah tua pun
3
sulit untuk diambil atau dilepaskan dari batangnya (Sunanto 1993).
Tanaman aren mulai muncul bunga pada umur 6-12 tahun. Bunga jantan
dan bunga betina aren terletak pada satu pohon (monoecious). Panjang tandan
bunga betina dapat mencapai panjang > 2 m, muncul di bawah pangkal pelepah
daun (Smits 1993). Jumlah tandan betina 3-7 tandan, sedangkan tandan bunga
jantan 7-15 tandan. Bunga aren tersusun dari tiga serangkai di setiap malainya,
yaitu dua bunga jantan mengapit satu bunga betina yang ada di tengah. Kemudian
dalam perkembangan mengalami perbedaan antara tandan bunga jantan dan
tandan bunga betina (Mujahidin et al 2003).
Buah pada aren yang dikenal dengan kolang-kaling atau dalam bahasa
sunda disebut cangkaleng. Buah aren berbentuk buah murni, yaitu yang berair
tanpa kulit dalam atau endokarium, bentuknya bulat lonjong, setiap buah berisi
tiga biji, masing-masing berbentuk seperti satu siung bawang putih berdiameter 45 cm, panjang 3-5 cm, dan lebar 2-2.5 cm (Pratiwi dan Alrasjid 1996).
Batang tanaman aren berwarna coklat kehitaman, dengan buku-buku tidak
terlalu terlihat karena pada buku-buku itu muncul daun. Diameter batang aren
dapat mencapai 30-65 cm (Smits 1993, Pratiwi dan Alrasjid 1996). Dijelaskan
Muhajidin et al (2003), batang pohon aren diselubungi oleh serabut-serabut hitam
kasar yang disebut ijuk. Bagian tengah batangnya menghasilkan sagu halus
sebagai kue yang banyak dimanfaatkan di Jawa Barat dengan istilah aci kawung.
Daun aren mempunyai tangkai daun pendek, susunan daunnya menyirip
(Witono et al 2000). Daun bersifat majemuk dengan panjang 6-12 m, umumnya
tersusun melingkar (spiral) ke arah kanan tetapi juga ada yang ditemukan
melingkar ke arah kiri. Satu tangkai daun majemuk terdiri dari 80-155 helai anak
daun. Panjang tangkai daun 1-2.5 m, menempel kuat pada batang. Pohon aren
menghasilkan 3-6 daun majemuk, bergantung pada kondisi lingkungan dimana
pohon itu tumbuh. Selama hidupnya pohon aren menghasilkan sekitar 50 daun
(Mujahidin et al 2003).
Akar pohon aren merupakan akar serabut. Warna akar hitam dan sangat
kuat untuk menyokong, menyebar lebih dari 10 m dengan kedalaman mencapai 3
m (Smits 1993). Sistem perakaran aren seperti itu sangat cocok untuk menahan
erosi pada lahan yang miring. Akar aren memiliki kemampuan untuk mengikat air
sehingga bisa juga ditanam di daerah yang relatif kering (Mujahidin et al 2003).
Syarat Tumbuh
Iklim
Pohon aren tersebar di hampir seluruh bagian wilayah Indonesia dan
merupakan sumber pendapatan bagi petani di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Bengkulu, Jawa Barat, Banten, Irian Jaya, Maluku dan Nusa Tenggara Timur
(Bernhard 2007).
Dalam pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu 20-25
o
C. Pada kisaran suhu yang demikian membantu tanaman aren untuk berbuah.
Kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang
cukup tinggi antara 1 200-3 500 mm/tahun yang berpengaruh dalam pembentukan
mahkota pada tanaman aren (Bernhard 2007).
4
Di samping itu, banyaknya curah hujan juga sangat berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman ini. Tanaman aren menghendaki/membutuhkan curah hujan
yang merata sepanjang tahun, yaitu minimal sebanyak 1 200 mm setahun. Iklim
yang cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai iklim agak basah
(Sunanto 1993).
Tanah
Tanaman aren tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga
dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur dan berpasir, tetapi
tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (pH tanah
terlalu asam) (Sunanto 1993).
Tanaman aren dapat tumbuh di dekat pantai sampai pada ketinggian 1 400
m di atas permukaan laut (dpl). Pertumbuhan yang baik adalah pada ketinggian
sekitar 500-1 200 m dpl karena pada kisaran lahan tersebut tidak kekurangan air
tanah dan tidak tergenang oleh banjir permukaan (Bernhard 2007).
Tanaman aren dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tetapi yang sangat
cocok pada kondisi lahan dengan jenis tanah yang mempunyai tekstur tanah liat
berpasir (Bernhard 2007).
Penggenangan
Genangan dapat terjadi pada lahan basah alami maupun lahan basah
buatan. Notohadiprawiro (1989) mendeskripsikan lahan basah alami sebagai lahan
yang karena drainase yang buruk, bersifat basah sementara atau sepanjang waktu.
Keadaan ini terjadi karena iklim basah dan berkaitan dengan kedudukan lahan
yang berenergi potensial rendah (daerah berketinggian rendah) atau karena bentuk
lahan yang berupa cekungan tambat (retention basin). Lahan basah buatan yakni
lahan yang bentuknya sengaja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menambat
banyak air untuk membuat tanah jenuh air atau mempertahankan genangan air
pada permukaan tanah selama waktu tertentu. VanToai et al. (2007) membagi
genangan berdasarkan kondisi pertanaman menjadi dua, yaitu: 1) kondisi jenuh air
(waterlogging) di mana hanya akar tanaman yang tergenang air, dan 2) kondisi
bagian tanaman sepenuhnya tergenang air (complete sub-mergence).
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang, Dramaga Bogor
yang dimulai pada bulan Maret 2014 sampai Juni 2014.
5
Bahan Penelitian
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 27 bibit aren
genjah varietas Kutai Timur yang berumur ±11 bulan, polybag, media tanam, dan
box kontainer ukuran 64 × 43 × 50 cm.
Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat-alat yang umum
digunakan untuk pembibitan aren serta alat pengamatan yaitu mikroskop,
timbangan digital, gelas ukur, penggaris, SPAD dan oven.
Metode Percobaan
Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
terdiri satu faktor perlakuan yaitu perendaman dengan 3 taraf yaitu kontrol, jenuh
air dan tergenang air. Kondisi kontrol yaitu tanaman disiram tiga hari sekali, jenuh
air yaitu tanaman direndam air 1/3 polybag dari bawah dan kondisi tergenang air
yaitu polybag tanaman direndam setinggi 2 cm dari permukaan polybag. Kondisi
jenuh dan perendaman air direndam didalam kolam untuk memudahkan
pengaturan ketinggian air. Semua perlakuan menggunakan naungan 55%.
Berdasarkan rancangan percobaan yang digunakan, maka model umum
Rancangan Acak Kelompok (RAK):
Yij = + i + j + ij
Yij
= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan pengelompokan ke-j
= rataan umum.
i
= pengaruh perlakuan perendaman ke-i terhadap pertumbuhan
tanaman
j
= pengaruh pengelompokan ke-j
= galat percobaan.
ij
Apabila hasil sidik ragam berpengaruh nyata, maka dilakukan pengujian
beda nilai tengah dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf
5%.
Prosedur Percobaan
a.
Persiapan Media Tanam dan Box kontainer Perlakuan
Media tanam yang digunakan yaitu campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 4:1. Media tanam yang telah dicampur secara
merata dimasukkan ke dalam polybag dengan ukuran 40 × 35 cm.
Penggunaan polybag dengan ukuran yang lebih besar dimaksudkan untuk
memberikan ruang gerak terhadap bibit aren yang telah besar dari
6
pemindahan pre nursery ke main nursery sehingga membutuhkan polybag
dengan ukuran yang lebih besar.
Perlakuan perendaman menggunakan box kontainer yang telah
disediakan. Penggunaan box kontainer ini memudahkan untuk mengontrol
ketinggian air saat perlakuan perendaman. Box kontainer disediakan
sebanyak perlakuan dan diisi air dengan masing-masing ketinggian perlakuan.
b.
Penanaman Bibit Aren
Polybag yang telah terisi media tanam ditempatkan sesuai dengan
perlakuan yang diberikan. Bibit aren dengan ukuran yang sama dipilih dan
dipindahkan ke dalam polybag yang telah disediakan. Setelah semua bibit
aren ditanam maka masing-masing polybag dimasukkan ke dalam box
kontainer untuk diberikan perlakuan.
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan menyiangi gulma yang
tumbuh di dalam polybag maupun di sekitar polybag. Selain itu pemeliharaan
dilakukan untuk penyiraman sesuai dengan perlakuan interval penyiraman
bibit aren. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan serangan yang terjadi di lapangan.
Pengamatan
Peubah pengamatan yang dilakukan meliputi:
a. Tinggi tanaman diukur dari pangkal daun tanaman sampai daun terpanjang
yang ditegakkan, dilakukan tiap 4 minggu.
b. Jumlah daun dilakukan tiap 4 minggu
c. Luas daun diukur dengan menggunakan metode Gravimetri.
d. Panjang pelepah meliputi panjang petiol (pangkal pelepah) dan rachis
(pelepah daun) dilakukan tiap 4 minggu.
e. Kehijauan warna daun pada 0 MSP (minggu setelah perendaman) dan 8 MSP
(minggu setelah perendaman).
f. Bobot basah dan kering tajuk, pada 8 MSP
g. Bobot basah dan kering akar, pada 8 MSP
h. Panjang akar pada 8 MSP
i. Volume akar pada 8 MSP. Volume akar diukur dengan cara menggunakan
gelas ukur yang diisi air lalu akar dimasukan ke dalam gelas ukur. Volume
akar diperoleh dari selisi volume akhir dikurangi dengan volume awal.
j. Diameter pangkal batang dilakukan 0 MSP dan 8 MSP
k. Kerapatan dan ukuran stomata, pada 8 MSP
l. Penampakan melintang akar primer dan sekunder pada 8 MSP
Pengamatan dilaksanakan 4 minggu sekali sampai 8 MSP. Peubah-peubah
destruktif dilaksanakan pada awal dan akhir pengamatan.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Pembibitan di Lapangan
Bibit yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit aren Kutai Timur
yang berumur ±11 bulan (Gambar 1A). Perlakuan yang digunakan 3 taraf yaitu
kondisi kontrol yang disiram 3 hari sekali jika tiada hujan (Gambar 1B). Kondisi
jenuh air dengan merendam polybag 1/3 bagian polybag (Gambar 1C). kondisi
penggenangan dengan merendam seluruh polybag sampai 2 cm di atas polybag
(Gambar 1D). Bibit aren ditanam di bawah paranet sebagai naungan 55% dan
mengukur intensitas cahaya dengan menggunakan luxmeter agar hasil pengukuran
yang terbaca lebih akurat. Pengukuran luxmeter dibagi dua yaitu dibawah kondisi
tanpa naungan dan di bawah naungan dalam perlakuan. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa intensitas naungan di bawah perlakuan sebesar 59% dengan
intensitas cahaya sebesar 36 900 lux.
A
B
C
D
Gambar 1.
Kondisi umum percobaan. (A) kondisi bibit aren yang dinaungi,
(B) Perlakuan kontrol, (C) Perlakuan jenuh air, dan (D) Perlakuan
penggenangan.
Tinggi tanaman bibit aren tidak dipengaruhi oleh perlakuan perendaman
(Tabel 1). Pada tanaman kontrol, jenuh air dan penggenangan pada 0, 4 dan 8
Minggu Setelah Perendaman (MSP) menunjukkan tinggi tanaman yang tidak
8
berbeda nyata (Gambar 2). Pertambahan tinggi bibit tanaman aren selama 8
minggu sejak perlakuan berkisar 2.7-10.7 cm.
Tabel 1 Tinggi tanaman bibit aren pada perlakuan perendaman sampai 8 MSP
Tinggi Tanaman
Perlakuan
0 MSP
4 MSP
8 MSP
----------------------------cm---------------------------Kontrol
65.8
67.8
68.5
Jenuh air
61.9
67.0
68.1
Penggenangan
56.1
66.8
66.8
MSP : Minggu Setelah Perendaman
Gambar 2.
.
Respon tinggi tanaman terhadap perlakuan kondisi kontrol, kondisi
jenuh air dan kondisi penggenangan.
Diameter pangkal batang tidak dipengaruhi oleh perlakuan perendaman
(Tabel 2). Pada 8 MSP, diameter batang pada bibit aren perlakuan penggenangan
lebih kecil dibandingkan dengan bibit aren pada perlakuan kontrol dan jenuh air.
Gatti et al. (2011) menyatakan bahwa diameter batang dan tinggi tanaman
memiliki korelasi yang positif, semakin besar diameter batang maka semakin
meningkat tinggi tanaman. Jumlah daun tidak dipengaruhi oleh perlakuan
perendaman (Tabel 2). Pertumbuhan daun bibit aren terjadi setiap 8 minggu 1
helai daun baru terbentuk untuk setiap perlakuan. Laju pertumbuhan daun aren
selama pertumbuhan berkisar 3-6 daun per tahun (Smits 1996).
Perlakuan penggenangan secara nyata menurunkan luas daun, berbeda
nyata dengan perlakuan kontrol dan jenuh air, namun perlakuan jenuh air tidak
berbeda nyata dengan kontrol. Luas daun bibit aren pada perlakuan penggenangan
menurun 25% dibandingkan dengan kontrol pada 8 MSP.
9
Tabel 2 Diameter batang, jumlah daun dan luas daun bibit aren pada perlakuan
perendaman pada 8 MSP
Diameter Pangkal Batang
Jumlah Daun
Luas Daun
Perlakuan
(mm)
(helai)
(cm2)
Kontrol
26.0
5.5
1933.8 a (100)
Jenuh air
25.3
5.4
1920.5 a (99)
Penggenangan
10.0
5.0
1459.2 b (75)
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji =5% (uji Beda Nyata Terkecil), MSP: Minggu
Setelah Perendaman. Angka dalam kurung merupakan persentase terhadap kontrol.
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan kontrol, jenuh air dan
penggenangan tidak mempengaruhi tingkat kehijauan daun, kerapatan dan
panjang stomata. Perlakuan perendaman bibit aren pada tingkat kehijauan daun
merupakan tampilan visual yang berkolerasi terhadap kandungan klorofil. Tingkat
kehijauan daun merupakan salah satu indikator terhadap kandungan klorofil daun
pada tanaman (Yudiwanti et al. 2007). Tingkat fotosintesis yang baik memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Uchida et al. (1990) melaporkan bahwa
kerapatan stomata Metroxylon rumphii MARTIUS menunjukkan jumlah yang
lebih tinggi pada bagian bawah daun dibandingkan bagian atas tetapi tidak
berbeda nyata pada perlakuan perendaman selama pertumbuhan. Stomata adalah
lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis
khusus yang disebut sel penjaga (guard cell). Sel penjaga tersebut adalah sel-sel
epidermis yang telah mengalami perubahan bentuk dan fungsi yang dapat
mengatur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya (Kartasaputra 1998).
Stomata pada umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna
hijau, terutama sekali pada daun-daun tanaman. Fahn (1991) menambahkan
bahwa stomata berkembang dari sel protoderma. Sel induk membagi diri menjadi
dua sel yang terdiferensiasi menjadi dua sel penjaga. Pada mulanya sel tersebut
kecil dan bentuknya tidak menentu, tetapi selanjutnya berkembang melebar dan
bentuknya khas. Selama perkembangan, lamela tengah diantara dua sel penjaga
menggembung dan bentuknya seperti lensa sejenak sebelum bagian tersebut
berpisah menjadi aperture.
Tabel 3 Tingkat kehijauan warna daun, kerapatan stomata dan panjang stomata
bibit aren pada perlakuan perendaman sampai 8 MSP
Tingkat kehijauan
Kerapatan stomata
Panjang stomata
Perlakuan
-2
daun
(mm )
(μm)
Kontrol
58.3
165.6
108 659
Jenuh air
53.1
177.5
90 157
Penggenangan
55.3
177.5
103 063
Perlakuan jenuh air dan penggenangan tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap panjang pelepah daun ke-1 sampai ke-5 pada 0-8 MSP (Tabel 4).
Perlakuan jenuh air dan penggenangan juga tidak memberikan pengaruh yang
10
nyata terhadap panjang pangkal pelepah daun ke-1 sampai daun ke-5 pada 0-8
MSP.
Tabel 4 Panjang helaian daun dan panjang pangkal pelepah bibit aren pada
perlakuan perendaman pada 8 MSP
Panjang helaian daun
Perlakuan
Daun 1
Daun 2
Daun 3
Daun 4
Daun 5
------------------------------------cm----------------------------------0 MSP
Kontrol
15.2
18.0
21.4
26.1
33.4
Jenuh air
14.8
16.9
22.4
26.0
32.7
Penggenangan
16.5
18.3
21.8
25.0
27.9
4 MSP
Kontrol
15.7
19.3
23.0
29.1
32.5
Jenuh air
16.2
18.0
23.6
27.2
34.2
Penggenangan
17.3
19.9
23.2
26.4
30.9
8 MSP
Kontrol
15.1
18.9
22.7
27.5
35.9
Jenuh air
16.2
17.6
23.5
26.9
33.9
Penggenangan
16.5
19.5
23.3
26.3
30.4
Panjang pangkal pelepah
0 MSP
Kontrol
7.6
13.8
24.5
35.5
26.9
Jenuh air
8.0
13.2
21.9
34.3
27.1
Penggenangan
8.1
13.3
22.8
34.9
29.5
4 MSP
Kontrol
8.9
15.6
25.8
37.9
31.1
Jenuh air
9.3
14.5
23.1
35.5
32.2
Penggenangan
9.3
14.7
24.3
36.1
34.5
8 MSP
Kontrol
8.7
17.7
27.1
34.7
27.9
Jenuh air
10.0
15.8
23.2
34.8
32.6
Penggenangan
9.3
14.7
24.1
34.0
29.7
MSP : Minggu Setelah Perendaman
Pada 8 Minggu Setelah Perendaman (MSP) perlakuan perendaman tidak
mempengaruhi bobot basah dan kering tajuk namun berbeda nyata terhadap bobot
basah dan kering akar. Perlakuan perendaman bibit aren memiliki dampak pada
kerusakan akar. Selain itu, kerusakan akar menurunkan kemampuan akar yang
terganggu akibat kurangnya ketersediaan oksigen pada kondisi tergenang.
Menurut Darwati et al. (2002), cekaman air menyebabkan transportasi unsur hara
dalam tanaman terganggu yang berakibat pada proses biokimia yang ditunjukkan
dari bobot kering tanaman yang rendah. Pada kondisi jenuh air, terjadi
peningkatan bobot basah dan kering akar berturut-turut sebesar 38 dan 26%,
dibandingkan dengan perlakuan penggenangan, namun tidak berbeda nyata
11
dengan perlakuan kontrol. Pada kondisi genangan, bobot basah dan kering akar
lebih rendah berturut-turut sebesar 41 dan 36% dibandingkan dengan perlakuan
kontrol.
Tabel 5 Rata-rata bobot basah dan bobot kering tajuk dan akar bibit aren pada
perlakuan perendaman pada 8 MSP
Rata-rata bobot basah
Rata-rata bobot kering
Perlakuan
Tajuk
Akar
Tajuk
Akar
-----------------------------------------g---------------------------------Kontrol
99.2
19.8 ab (100)
30.4
4.7 ab (100)
Jenuh air
120.1
27.4 a (138)
37.0
5.9 a (126)
Penggenangan
90.7
11.6 b (59)
36.5
3.0 b (64)
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Beda Nyata Terkecil), MSP: Minggu
Setelah Perendaman. Angka dalam kurung merupakan persentase terhadap kontrol.
Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman tidak mempengaruhi
panjang akar dan volume akar pada 8 MSP. Pada perlakuan penggenangan
volume akar menunjukkan terjadinya pengurangan volume akar sebesar 38%
dibandingkandengan perlakuan kontrol karena kerusakan akar yang terjadi akibat
penggenangan.
Tabel 6 Rata-rata panjang akar dan volume akar bibit aren pada perlakuan
perendaman pada 8 MSP
Perlakuan
Panjang akar (cm)
Volume akar (ml)
Kontrol
51.3
26.0
Jenuh air
46.1
25.3
Penggenangan
49.0
10.0
MSP : Minggu Seteleh Perendaman
Pengamatan melintang akar primer dan sekunder pada 8 MSP
menunjukkan terjadinya kerusakan pada perlakuan penggenangan. Akar primer
dan sekunder pada perlakuan kontrol menunjukkan tidak adanya kerusakan
jaringan akar pada 8 MSP. Perlakuan jenuh air tidak merusak akar primer tetapi
kerusakan dialami pada akar sekunder (Gambar 2 dan 3). Kerusakan akar
sekunder terjadi lebih awal karena akar sekunder merupakan bagian ujung akar
yang berhubungan langsung dengan air. Sedangkan perlakuan penggenangan air
merusak akar primer dan akar sekunder pada 8 MSP. Akar primer dan sekunder
pada perlakuan genangan telah berwarna hitam dan rusak. Jaringan akar
mengalami pembusukan dan susunan jaringan akar rusak (Gambar 2 dan 3). Pada
perlakuan jenuh air untuk akar sekunder terjadi kerusakan pada korteks (Gambar
4), sedangkan pada perlakuan penggenangan terjadi kerusakan pada akar primer
dan akar sekunder pada jaringan korteks dan jaringan pembuluh.
12
Gambar 2. Penampilan kerusakan akar primer per perlakuan kontrol (kiri), jenuh
air (tengah), dan penggenangan (kanan)
Gambar 3. Penampilan kerusakan akar sekunder per perlakuan kontrol (kiri),
jenuh air (tengah), dan penggenangan (kanan)
Epidermis
Korteks
Jaringan Pembuluh
Gambar 4. Anatomi akar
Pertumbuhan bibit aren berupa tinggi tanaman, jumlah daun, panjang
pangkal pelepah dan panjang pelepah daun, kehijauan warna daun, bobot basah
dan kering tajuk, panjang dan volume akar, diameter pangkal batang tidak
dipengaruhi perlakuan perendaman sedangkan pada perakaran terjadi kerusakan
akar. Namun demikian, hal ini perlu diamati pada rentang waktu yang lebih lama.
13
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman tidak
mempengaruhi jumlah daun, diameter batang, panjang pangkal pelepah, panjang
helaian daun, tingkat kehijauan daun, bobot basah dan kering tajuk, panjang dan
volume akar, serta kerapatan stomata dan panjang stomata. Perlakuan jenuh air
tidak berbeda nyata dengan kontrol pada peubah luas daun serta bobot basah dan
kering akar, namun perlakuan penggenangan air nyata menurunkan luas daun
25%, bobot basah akar 41%, dan bobot kering akar 36%.
Saran
Pengamatan dapat dilanjutkan untuk melihat lebih lanjut respon bibit aren
terhadap kondisi cekaman genangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anton J, Peeters M, Cox CH. Benschop JJ, Vreeburg RAM, Jordi B, and
Laurentius ACJ. Voesenek. 2002. Submergence research using rumex
palustris as a model: looking back and going forward. J. Exp. Bot.
53(368): 391-398
[Balitka] Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma lain. 2010. Varietas Unggul
Aren Gajah Kutim : Awal Kebangkitan Tanaman Aren. Sulawesi Utara:
Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain. Departemen Pertanian. 2006.
Data statistik tanaman aren. Departemen Pertanian, Jakarta.
Bernhard MR, 2007. Teknik Budidaya dan Rehabilitasi Tanaman Aren. Balai
Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain.
Darwati I, Rasita SMD, Hernani. 2002. Respon daun ungu (Graptophyllum pictum
L.) terhadap cekaman air. Industrial Crop Research Journal 8: 73-75
Departemen Pertanian. 2006. Data statistik tanaman aren. Departemen Pertanian,
Jakarta.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Indonesia.
Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Gatti MG, Campanello PI, Goldstein G. 2011. Growth and leaf production in the
tropical palm Eututerpe edulis: light conditions versus developmental
14
constraints. Flora. 742-748
Janne GL, Caldwell C, and Gallie DR. 2010. Expression of the ethylene
biosynthetis machinery in Maize roots is regulated in response to hypoxia.
J.Exp.Bot. 61(3): 857-871
Kartasaputra AG. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang Sel dan
Jaringan. Bina Aksar. Jakarta.
Muhajidin , Sutrisno, Latifah D, Handayani T, dan Fijridianto IA. 2003. Aren
Budi Daya dan Prospeknya. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor. Bogor. 38 hal.
Notohadiprawiro T. 1989. Pola kebijakan pemanfaatan sumber daya lahan basah,
rawa, dan pantai. Seminar Ilmiah Dies Natalis ke-25 Universitas Jember
14−15 Juli 1989. http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1981/ 1989%20pola.pdf.
[24 Juli 2014].
Orwa C, Mutua A, Kindt R, Jamnadass R, Simons A. 2009. Agroforestry
database: a tree reference and selection guide version 4.0.
Pratiwi, Alrasjid H. 1989. Teknik Budidaya Aren. Departemen Kehutanan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan. Bogor.
Pratiwi, Alrasjid H. 1996. Teknik Budidaya Aren (Arenga pinnata (Wurmb.)
Merr.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Bogor. 13 hal.
Rofik A, Murniati E. 2008. Pengaruh perlakuan deoperkulasi benih dan media
perkecambahan untuk meningkatkan viabilitas benih aren (Arenga pinnata
(Wurmb.) Merr.). Bul Agron. 36(1):33 – 40.
Saleh MS, 2002. Pengembangan Teknologi Benih Guna Mendukung Budidaya
Tanaman Aren. Hal. 75 – 82. Dalam Industri Benih di Indonesia Aspek
Penunjang Pengembangan.Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
IPB.Bogor.
Shimamura S, Mochizuki T, Nada Y and Fukuyama M. 2002. Secondary
aerenchyma formation and its relation to nitrogen fixation in root nodules
of soybean plant (Glycine max) grown unde flooded condition. Plant
Product. Sci. 5: 294-300
Smits WTM. 1993. Arenga pinnata (Wurmb) Merr. In. E Wespthal and PCM
Jansen, (Eds). A Selection Plant Resources of South-East
Asia
(PROSEA) . pudoc. Wageningan. 322p.
Smits WTM. 1996. Arenga pinnata (Wurmb) Merr. In. M Flach and F Rumawas,
(Eds). Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. Plant Resources of South
East Asia No 9. Bogor. Indonesia.53-59 p.
Soeseno S. 2000. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Jakarta. 72 hal.
Sunanto H. 1993. Aren – Budidaya dan Multigunanya. Kanisius. Yogyakarta. 78
hal.
Uchida N, Kobayashi S, Yasuda T, Yamaguchi T. 1990. Photosynthetic
characteristic of sago palm, Metroxylon rumphii MARTIUS. Japan. J.
Trop. Agr. 34(3):176-180
VanToai TT, Hoa TTC, Hue NTN, Nguyen H, Shannon JG, and Bishop B. 2007.
Diversity in tolerance of soybean (Glicyne max L. Merr.) germplasm to
15
soil waterlogging. Paper presented at International Annual Meetings, New
Orleans, Louisiana, 4−8 November 2007.
Visser EJW, Voesenek LACJ, Vartapetian BB, and Jackson MB. 2003. Flooding
and Plant Growth. Ann. Bot. 91: 107-109.
Witono, Januminro RA, Suhatman N, Suryana dan Purwantoro RS. 2000. Koleksi
Palem Kebun Raya Cibodas. Seri Koleksi Kebun Raya-LIPI Vol. II, No. I.
Sindang Laya-Cianjur.
Yudiwanti, Wirawan B, Wirnas D. 2007. Korelasi antara kandungan klorofil,
ketahanan terhadap penyakit bercak daun dan daya hasil pada kacang
tanah. Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman:
2006 Ags 1-2. Bogor (ID): Departemen Agronomi dan Hortikultura
Faperta IPB. Hlm 316-319.
Zhou MX, Li HB, Mendham NJ. 2007. Combining ability of waterlogging
tolerance in Barley. Crop Sci. 47:278-284
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Kinabalu, Sabah pada tanggal 15 September 1989
dari pasangan ayah Kaliwon Edi dan ibu Suparyani Tisnawiredja. Penulis adalah
putra bungsu dari empat bersaudara serta mempunyai 2 orang saudara berlainan
ibu.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SRK St. Agnes Kota Kinabalu
pada tahun 2001, sekolah menengah pertama dan atas di Sekolah Menengah All
Saints, Kota Kinabalu pada tahun 2007 serta Sijil Pertanian di Institut Pertanian
Sabah, Kota Belud, Sabah Malaysia pada tahun 2008.
Pada tahun 2010, penulis diterima masuk sebagai mahasiswa Tingkat
Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2011, penulis masuk
sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.