Desain Lanskap Agrowisata Tamansari Berbasis Kearifan Lokal Budaya Sunda di Kabupaten Bogor

DESAIN LANSKAP AGROWISATA TAMANSARI BERBASIS
KEARIFAN LOKAL BUDAYA SUNDA
DI KABUPATEN BOGOR

MARIANA AGUSTIN PUTRI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Lanskap
Agrowisata Tamansari Berbasis Kearifan Lokal Budaya Sunda di Kabupaten
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Mariana Agustin Putri
NIM A44100089

ABSTRAK
MARIANA AGUSTIN PUTRI. Desain Lanskap Agrowisata Tamansari Berbasis
Kearifan Lokal Budaya Sunda di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DEWI
REZALINI ANWAR.
Perkembangan ekonomi sejalan dengan industrialisasi di perkotaan.
Orientasi pada perkembangan ekonomi secara tidak langsung menurunkan nilai
sosial dan kebudayaan lokal. Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini dengan
melestarikan budaya lokal dan pertanian itu sendiri. Agrowisata adalah wisata
yang memanfaatkan pertanian sebagai objeknya. Tapak Tamansari, Kabupaten
Bogor memiliki potensi menjadi agrowisata karena keaslian agroekosistem dan
tanah yang sesuai untuk pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk merancang
lanskap agrowisata berbasis kearifan lokal Budaya Sunda. Metode yang
digunakan adalah analisis spasial untuk mengolah data fisik dan biofisik, analisis
kuantitatif untuk menghitung Daya Dukung, Thermal Humidity Index (THI), dan

Penilaian Kriteria Kelayakan Agrowisata, serta analisis deskriptif untuk
mengetahui preferensi pengguna. Sintesis yang diperoleh yaitu area
pengembangan agrowisata dan penerapan konsep desain Opat Kalima Pancer.
Luaran dari penelitian ini yaitu gambar desain (rencana tapak) dilengkapi dengan
gambar detail (gambar potongan, gambar perspektif, dan rencana penanaman).
Kata Kunci: desain lanskap, agrowisata, kearifan lokal, Budaya Sunda

ABSTRACT
MARIANA AGUSTIN PUTRI. Landscape Design of Tamansari Agrotourism
Based on Sundanese Cultural Local Wisdom in Bogor. Supervised by DEWI
REZALINI ANWAR.
Economic development is coherent with industrialization in the cities. It also
decrease social values and local culture indirectly. One effort to solve this
problems is to conserve agriculture and local wisdom itself. Agrotourism is one of
tourism type which use agriculture as its object. Tamansari site, Bogor, has
potencies to become agrotourism because of authentic agroecosystem and
suitable soil for agriculture. This research is purposed to design agrotourism
based on Sundanese local wisdom. The methods is spatial analysis to process
physical and biophysical data, quantitative analysis to quantify Carrying
Capacity, Thermal Humidity Index (THI), and Agrotourism Area Feasibility

Assignment, and also descriptive analysis to know user preferences. The synthesis
is agrotourism development area and Opat Kalima Pancer concept design
implementation. This research output is design drawing (siteplan) completed with
detail drawings (section plan, perspective drawing, and planting plan).
Keywords: Landscape Design, Agrotourism, Local Wisdom, Sundanese Culture

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

DESAIN LANSKAP AGROWISATA TAMANSARI BERBASIS
KEARIFAN LOKAL BUDAYA SUNDA
DI KABUPATEN BOGOR


MARIANA AGUSTIN PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Desain Lanskap Agrowisata Tamansari Berbasis Kearifan Lokal
Budaya Sunda di Kabupaten Bogor
Nama
: Mariana Agustin Putri
NIM

: A44100089

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul “Desain
Lanskap Agrowisata Tamansari Berbasis Kearifan Lokal Budaya Sunda di
Kabupaten Bogor” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Arsitektur Lanskap.
Skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bimbingan dari pihakpihak terkait. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada,
1. Keluarga besar terutama Ibu Diah Permata dan Indra Lorenza Gunawan yang
selalu memberikan semangat, dorongan, dan doa kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir.
2. Ibu Dewi Rezalini Anwar, S.P., M.A.Des. selaku pembimbing skripsi yang
telah bersabar dalam memberikan bimbingan, arahan, dan semangat dan
penyusunan tugas akhir.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr selaku penguji I dan Ibu
Dr. Ir. Alinda F. M. Zain, Msi. selaku dosen penguji II atas saran untuk
perbaikan tugas akhir ini.

4. Ibu Dr. Syartinillia, SP., MSi. selaku pembimbing akademik atas arahan dan
saran mengenai akademik dan rencana studi.
5. Seluruh dosen dan staf Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu dan
bantuannya selama penulis menjadi mahasiswa.
6. Pihak yang sudah meluangkan waktu dalam pengumpulan data, terutama Dinas
Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor dan pengurus Desa Tamansari.
7. Keluarga besar ARL angkatan 47 atas kebersamaannya, terutama Citradut yang
sering dibuat repot, Yazka teman sebimbingan yang selalu jadi penyemangat,
Iyus dan Made yang membantu saat pengambilan data.
8. Tanoto Foundation atas beasiswa yang diberikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan studinya.
Penelitian ini membahas desain lanskap agrowisata dengan menerapkan
kearifan lokal Budaya Sunda baik di dalam proses desain maupun penerapan
elemen desain lanskap. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran diperlukan untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

Mariana Agustin Putri


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
Kerangka Pikir
TINJAUAN PUSTAKA
Desain Lanskap
Agrowisata
Kearifan Lokal
Budaya Sunda
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu
Alat dan Bahan
Batasan Penelitian

Metode Penelitian
Analisis Spasial
Analisis Kuantitatif
Analisis Deskriptif
Tahapan Penelitian
Project Acceptance
Research and Analysis
Perancangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Aspek Fisik dan Biofisik
Lokasi dan Batas Tapak
Aksesibilitas dan Sirkulasi
Iklim
Topografi dan Kemiringan
Tanah dan Hidrologi
Vegetasi dan Satwa
Visual
Aspek Sosial dan Budaya
Agroekosistem Budaya Sunda

Budaya Sunda Setempat

viii
xi
xi
xv
1
1
1
2
2
3
3
3
4
5
6
6
6
8

8
8
8
10
10
10
10
11
11
11
11
11
12
13
14
15
16
17
19
19

19

Aspek Wisata
Agrowisata
Atraksi
Pelayanan
Transportasi
Informasi dan Promosi
Aspek Legal
Kebijakan Pariwisata
Analisis dan Sintesis
Aspek Fisik dan Biofisik
Aksesibilitas dan Sirkulasi
Iklim
Topografi dan Kemiringan
Tanah dan Hidrologi
Vegetasi dan Satwa
Visual
Aspek Sosial dan Budaya
Agroekosistem Budaya Sunda
Budaya Sunda Setempat
Aspek Wisata
Agrowisata
Atraksi
Pelayanan
Transportasi
Informasi dan Promosi
Aspek Legal
Kebijakan Pariwisata
Daya Dukung
Sintesis
Konsep
Konsep Dasar
Konsep Desain
Pengembangan Konsep
Konsep Ruang
Konsep Warna
Konsep Sirkulasi
Konsep Agrowisata
Konsep Vegetasi
Konsep Hidrologi
Block Plan
Desain
Siteplan
Area Penerimaan
Amphiteater Bale Riung
Pasar Pak Tani dan Restoran

19
19
20
20
21
21
21
21
22
22
22
22
24
25
25
31
31
31
31
31
31
34
35
35
36
37
37
37
38
40
40
40
41
41
43
43
45
47
49
51
51
51
57
58
59

Koridor Budaya
Area Botram
Area Kemah
Kaulinan Barudak
Area Ladang
Detail Desain
Sirkulasi
Gerbang dan Signage
Saung
Planting Plan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

61
61
62
63
64
67
67
67
68
68
80
80
80
81
82
87

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Rekapitalasi Data yang dibutuhkan
Kriteria Penilaian Kelayakan Kawasan Agrowisata
Data Iklim Wilayah Bogor 2013
Jenis Pohon di Tapak Agrowisata Tamansari
Jenis Semak di Tapak Agrowisata Tamansari
Klasifikasi Kelas Lereng
Luas Setiap Kelas Lereng
Produksi Komoditas Pertanian Desa Tamansari Tahun 2012
Produksi Komoditas Buah Desa Tamansari Tahun 2012
Penilaian Kelayakan Kawasan Agrowisata di Tamansari
Daya Dukung Fasilitas di Agrowisata Tamansari
Luas dan Persentase Setiap Area
Rencana Aktivitas dan Fasilitas Agrowisata Tamansari
Ketentuan Petak Ladang sesuai Jenis Tanaman
Daftar Pohon yang akan ditanam di Agrowisata Tamansari
Daftar Semak yang akan ditanam di Agrowisata Tamansari

7
9
14
16
17
24
25
26
26
33
37
42
47
66
68
70

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Kerangka Pikir Penelitian
Contoh Agrowisata
Upacara Adat Seren Taun
Penataan lanskap Budaya Sunda
Lokasi Penelitian
Orientasi dan Batas Tapak
Jarak dari Gerbang Tol Menuju Tapak
Sirkulasi di dalam Tapak
Peta Kemiringan Tapak Agrowisata Tamansari
Peta Jenis Tanah Tapak Agrowisata Tamansari
Peta Kondisi Umum
Objek dan Atraksi Wisata di Tapak
Saluran Air
Jalan Setapak
Penampung Air dan Lapangan Parkir
Peta Analisis Kondisi Umum
Klasifikasi Iklim Yunghunh
Peta Analisis Sirkulasi
Peta Analisis Kemiringan Lahan
Peta Analisis Tanah dan Komoditas Pertanian
Peta Analisis Hidrologi
Peta Analisis Visual
Kecenderungan Aktivitas di Kawasan Agrowisata
Referensi Kendaraan Wisata

2
4
5
5
6
12
12
13
14
15
18
20
20
21
21
21
23
27
28
29
30
32
35
36

25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72

Referensi Promosi dan Informasi
Peta Sintesis
Diagram Konsep Desain
Konsep Ruang
Aplikasi Konsep Warna dalam Budaya Sunda
Ilustrasi Sirkulasi di dalam Kawasan
Tipe Sirkulasi Kawasan Wisata
Konsep Sirkulasi
Diagram Wisata
Konsep Vegetasi Budaya Sunda
Konsep Vegetasi
Ilustrasi Reservoir Air
Konsep Irigasi
Block Plan
Siteplan
Siteplan Segmen A
Siteplan Segmen B
Potongan Tampak & Perspektif
Area Parkir dan Shelter Kereta Wisata
Ilustrasi Penunjuk Lokasi
Ilustrasi Gerbang Masuk
Ilustrasi Area Parkir
Amfiteater Bale Riung
Pemandangan dari Amfiteater
Restoran dan Pasar Pak Tani
Ilustrasi Restoran dan Pasar Pak Tani
Ilustrasi Pasar Pak Tani
Koridor Budaya
Ilustrasi Koridor Budaya
Area Botram
Ilustrasi Area Botram
Area Kemah
Ilustrasi Area Kemah
Area Kaulinan Barudak
Ilustrasi Kaulinan Barudak (Ucing Sumput)
Ilustrasi Kaulinan Barudak (Air Mancur)
Area Ladang
Ilustrasi Area Ladang
Ilustrasi Saung
Kalender Tanaman di Kawasan Agrowisata Tamansari
Ilustrasi Gerbang
Ilustrasi Signage
Ilustrasi Saung 2
Detil Sirkulasi
Detil Gerbang
Detil Signage
Detil Saung
Planting Plan Pohon

36
39
41
42
42
44
44
45
46
48
49
50
50
52
53
54
55
56
57
57
58
58
59
59
60
60
60
61
61
62
62
63
63
63
64
64
65
65
65
66
67
67
68
71
72
73
74
75

73
74
75
76

Planting Plan Semak Bagian 1
Planting Plan Semak Bagian 2
Planting Plan Semak Bagian 3
Planting Design

76
77
78
79

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Kuisioner Penelitian
Panduan Wawancara
Daftar Upacara Adat Budaya Sunda

82
84
85

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ekonomi sejalan dengan industrialisasi di perkotaan.
Keadaan ini menyebabkan alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri
semakin marak terjadi, padahal pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, dan
papan tidak terlepas dari pertanian itu sendiri. Orientasi pada perkembangan
ekonomi secara tidak langsung juga menggeser nilai-nilai sosial dan budaya lokal.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pelestarian budaya pertanian dan
kearifan lokal itu sendiri.
Pelestarian budaya pertanian dan kearifan lokal dapat ditinjau dari aspek
fisik, biofisik, ekonomi, sosial dan budaya suatu tapak. Selain sebagai penunjang
sektor ekonomi, pertanian juga menjadi salah satu budaya yang ditemukan pada
sebagian besar masyarakat di Indonesia. Wisata pertanian atau agrowisata dapat
menjadi nilai tambah di bidang pertanian dan melestarikan budaya bertani pada
masyarakat setempat.
Agrowisata merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada keaslian
agroekosistem (Nurisjah, 2001). Oleh karena itu, pemilihan lokasi agrowisata
sebisa mungkin dipilih pada daerah pertanian. Salah satu kawasan pertanian di
Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor berpotensi untuk dikembangkan
menjadi agrowisata karena masih memiliki keaslian agroekosistem.
Agroekosistem yang terdapat pada tapak yaitu agroekosistem ladang/huma dan
kebun campuran. Selain itu, potensi tapak sebagai area pertanian sangat tinggi
karena berada pada lahan yang subur di dataran tinggi.
Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Bogor Nomor 3/2013 tentang
Kepariwisataan, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor
diarahkan pengembangannya menjadi desa wisata. Sebagian besar wisata yang
saat ini sudah dikembangkan di Tamasari adalah wisata alam sehingga
pengembangan area penelitian menjadi agrowisata dapat menjadi variasi pilihan
dalam berwisata di Tamansari.
Pengembangan wisata bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat serta harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan agama
masyarakat setempat. Lanskap agrowisata Tamansari didesain dengan
menerapkan nilai-nilai kearifan lokal budaya Sunda dalam elemen-elemen desain
lanskap agrowisata. Hal ini bertujuan untuk mengangkat kembali nilai-nilai
budaya lokal budaya Sunda juga sebagai identitas dari agrowisata di Desa
Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, studi lebih
lanjut mengenai desain lanskap agrowisata Tamansari perlu dilakukan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengidentifikasi, menganalisis kondisi tapak berdasarkan potensi dan kendala
yang ada dan memberikan sintesis sesuai dengan tujuan agrowisata,

2

2. menentukan konsep agrowisata dan konsep desain lanskap agrowisata
berdasarkan kearifan lokal budaya Sunda, serta
3. merancang lanskap agrowisata berbasis kearifan lokal budaya Sunda di Desa
Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah;
1. memberikan alternatif desain lanskap agrowisata yang berbasis kearifan lokal
budaya Sunda di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor
sebagai salah satu upaya pelestarian budaya pertanian dan kearifan lokal, dan
2. menjadi bahan pertimbangan dalam merancang lanskap agrowisata bagi pihakpihak terkait.
Kerangka Pikir
Diagram alir dari pemikiran desain agrowisata berbasis kearifan lokal Suku
Sunda disajikan pada Gambar 1 di bawah ini,
Perkembangan
ekonomi
Pergeseran nilainilai budaya lokal

Alih fungsi lahan
pertanian

Upaya pelestarian budaya pertanian dan
kearifan lokal budaya Sunda
Agrowisata
Aspek fisik
& biofisik

Aspek sosial
& budaya

Aspek
wisata

Aspek
legal

Analisis
Analisis
spasial

Analisis
deskriptif

Analisis
kuantitatif

Sintesis
Konsep desain lanskap agrowisata
Desain Lanskap Agrowisata Berbasis Kearifan
Lokal Budaya Sunda di Kabupaten Bogor
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA
Desain Lanskap
Dalam bidang arsitektur lanskap, desain lanskap merupakan kelanjutan dari
proses perencanaan. Proses desain adalah suatu alat yang sistematis untuk
menentukan keadaan awal yang diharapkan dan cara yang terbaik untuk mencapai
keadaan yang diharapkan (Simonds, 1983). Perhatian perancangan ditujukan pada
penggunaan volume dan ruang, serta setiap volume yang memiliki bentuk,
ukuran, bahan, warna, tekstur, dan kualitas lainnya.
Menurut Hakim (1987), untuk memberikan kesan komposisi yang paling
serasi atau ideal dalam suatu perancangan maka harus memperhatikan elemenelemen desain yaitu tekstur, warna, bentuk, dan skala. Tekstur berfungsi untuk
memberi kesan pada persepsi manusia melalui penglihatan visual. Bentuk akan
memberikan berbagai kesan seperti statis, stabil, formal, agung, tuntas, labil, dan
aktif. Elemen warna dapat memperjelas karakter objek dan memberi aksen pada
bentuk dan bahan-bahannya. Skala untuk menunjukkan perbandingan antara
ruang dengan elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia.
Menurut Vandyke (1990) prinsip perancangan terdiri dari:
1. Unity, yaitu kesatuan seluruh elemen (harmonis): repetition, module, grid, dan
theme.
2. Balance, yaitu keseimbangan dalam skala dan proporsi untuk menyusun elemen
lanskap: symmetry, asymmetry, dan radial.
3. Emphasize/dominance, yaitu menciptakan kontras/aksen: directionality,
placement, contrast, size, dan number.
Desain lanskap diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahanpermasalahan yang ada secara fungsional dan estetis.
Agrowisata
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pariwisata No.
KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989, agrowisata
sebagai bagian dari obyek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang
memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas
pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian
(Tirtawinata 1996).
Beberapa manfaat agrowisata menurut Titawinata (1996) antara lain; 1)
meningkatkan konservasi lingkungan, 2) meningkatkan nilai estetika dan
keindahan alam, 3) memberikan nilai rekreasi, 4) meningkatkan kegiatan ilmiah
dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan 5) meningkatkan keuntungan ekonomi.
Upaya pengembangan agrowisata secara garis besar mencakup aspek
pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan
sarana dan kelembagaan (Deptan 2008). Menurut Nurisjah (2001), kawasan
agrowisata dapat ditata dan dikembangkan dengan menggunakan lima konsep
sebagai berikut: 1) mengakomodasi kepentingan dan keinginan serta kepuasan

4

wisatawan, 2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan wilayah yang terkait
dengan kegiatan agrowisata yang akan dikembangkan, 3) melestarikan budaya
pertanian tradisional dan juga lingkungan alaminya, 4) diarahkan untuk suatu
kegiatan rekonstruksi dan penataan suatu kawasan sebagai suatu aset budaya
pertanian wilayah, dan 5) sebagai sarana introduksi dan pasar dari teknologi dan
produk pertanian unggulan daerah.

Parashar Agritourism

Kusuma Agrowisata

Gambar 2 Contoh agrowisata
Sumber: google.com

Wilayah kawasan agrowisata awalnya adalah perdesaan karena secara
tradisional merupakan daerah produksi pertanian, tetapi saat ini dapat berkembang
kemana saja tergantung bentuk pertanian yang ditawarkan. Berdasarkan pendapat
E.Salim pada Nurisjah (2001) untuk pengembangan wisata agro ini ada tiga hal
yang harus diketahui dan diperhatikan yaitu: 1) wisata agro merupakan suatu
kegiatan yang didasarkan pada keaslian agroekosistem; 2) dalam mengembangkan
aktivitas wisata agro harus bersendi pada riset ilmiah; 3) wisata agro merupakan
suatu pemandangan alamiah yang bertumpu pada bentuk lanskap regional.
Selanjutnya ada dua azas yang harus diakomodasikan pada aktivitas dan
pengembangannya, yaitu (1) azas manfaat, dalam arti penyelenggaraan program
wisata agro dapat memberikan manfaat politik, ekonomi, sosial, budaya maupun
lingkungan; (2) azas pelestarian dalam arti penyelenggaraan program wisata agro
diarahkan berperan guna meningkatkan pelestarian plasma nutfah sebagai
sumberdaya utama bagi kelestarian alam dan lingkungan.
Kearifan Lokal
Istilah kearifan lokal adalah terjemahan dari “local genius,” yang pertama
kali diperkenalkan oleh Quaritch Wales pada thun 1948-1949 dengan arti
“kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan
asing pada waktu kebudayaan itu berhubungan.” (Rosidi, 2011). Kearifan lokal
merupakan pengetahuan lokal yang sudah demikian menyatu dengan sistem
kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos
yang dianut dalam waktu yang cukup lama (Sunaryo dan Laxman, 2003). Saat ini,
keberadaan kearifan lokal mulai tergerus arus modernisasi yang cenderung
mengesampingkan nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat.
Menurut Keraf (2002), kearifan lokal atau kearifan tradisional adalah semua
bentuk keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang
menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.
Kuatnya kearifan lokal yang dianut masyarakat setempat akan tercermin pada
lingkungan yang terjaga dengan baik. Pada sebuah lanskap, kearifan lokal dapat

5

tercermin dari tata guna lahan, pengelolaan suatu lanskap dan elemen-elemen
pendukung dalam suatu lanskap itu sendiri.
Budaya Sunda
Masyarakat Sunda merupakan bagian dari masyarakat suku bangsa-suku
bangsa lainnya yang hidup di bumi nusantara. Harsojo sebagaimana dikutip
Koentjaraningrat (2004) menyatakan bahwa secara antropologi-budaya, yang
disebut sebagai orang Sunda atau Suku Sunda adalah orang-orang yang secara
turun temurun menggunakan bahasa dan dialek Sunda sebagai bahasa ibu serta
dialek dalam percakapan sehari-hari. Orang Sunda dimaksud tinggal di daerah
Jawa Barat dan Banten yang dulu dikenal sebagai Tanah Pasundan atau Tatar
Sunda. Secara kultural ekologis, pada umumnya masyarakat Sunda hidup pada
daerah pegunungan sehingga tidak jarang pada masa lalu banyak yang menyebut
bahwa orang Sunda dikenal sebagai “orang gunung”.

Gambar 3 Upacara Adat Seren Taun
Sumber: google.com

Menurut Koesoemadinata (dalam Rosidi, 2006), masyarakat Sunda adalah
masyarakat yang cinta pegunungan. Hal itu dibuktikan dengan kehidupannya yang
lebih banyak di daerah pegunungan dan pengelolaan wilayah pegunungan sebagai
lahan pertanian dan peternakan. Selain itu, bukti kedekatan masyarakat Sunda
pada gunung atau pegunungan banyak diekspresikan melalui tembang-tembang
Sunda yang bertemakan gunung atau kehidupan di pegunungan. Berdasarkan
kontur alam gunung atau pegunungan, kehidupan mata pencaharian masyarakat
Sunda pada masa lalu dikenal sebagai masyarakat “peladang”.

Kampung Budaya Sindang Barang

Kampung Naga

Gambar 4 Penataan Lanskap Budaya Sunda
Sumber: google.com

6

Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua di Nusantara.
Kebudayaan Sunda yang ideal kemudian sering kali dikaitkan sebagai kebudayaan
masa Kerajaan Sunda. Sistem kepercayaan spiritual tradisional Sunda adalah
Sunda Wiwitan yang mengajarkan keselarasan hidup dengan alam. Kini, hampir
sebagian besar masyarakat Sunda beragama Islam dan sebagian lain yang tidak
beragama Islam, walaupun berbeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan
ditujukan untuk kebaikan di alam semesta.

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini berlokasi di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor. Secara geografis terletak pada 106°44’18.35’’ BT106°44’41.47’’ BT dan 6°39’16.72’’ LS-6°39’46.59’’ LS.. Penelitian berlangsung
selama empat bulan yaitu pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2014.
Peta lokasi penelitian dijelaskan pada Gambar 5.

Peta Kabupaten Bogor

Peta Kec. Tamansari

Peta Desa Tamansari

Gambar 5 Lokasi Penelitian
Berikut adalah batas wilayah dari lokasi penelitian,
batas Utara
: Jalan Ciapus
batas Timur : permukiman penduduk
batas Selatan : ladang dan hutan
batas Barat
: jalan lingkungan
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, notebook, mouse,
kalkulator, alat tulis (pensil, drawing pen, pewarna, penggaris dan lain-lain), dan
alat survei (Global Positioning System, meteran, kertas, papan jalan, dan lainlain). Bahan-bahan yang dibutuhkan, antara lain, peta dasar tapak, panduan
wawancara, kertas kerja, dan lain sebagainya.
Penelitian ini membutuhkan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil survei lapang, wawancara dengan pengguna tapak dan warga

7

sekitar. Data sekunder yang diperlukan diperoleh melalui studi pustaka. Data dan
sumber data yang diperlukan diuraikan pada Tabel 1.

Aspek
Fisik &
biofisik

Sosial dan
budaya

Wisata

Tabel 1 Rekapitulasi Data yang Dibutuhkan
Jenis Data
Bentuk Data
Sumber Data
Lokasi tapak
Letak, luas, dan
Survei lapang, studi
batas wilayah
pustaka
Aksesibilitas dan Peta jaringan jalan
Bappeda, survei
sirkulasi
lapang
Iklim
Data iklim
BMKG Bogor
Topografi dan
Peta topografi
Dinas Tata Ruang dan
kemiringan
Pertanahan
Hidrologi
Keadaan hidrologi, Survei lapang, dan
irigasi, dan badan
Dinas Tata Ruang dan
air
Pertanahan
Tanah

Jenis tanah

Vegetasi dan
satwa
Visual
Agroekosistem
Budaya Sunda

Jenis-jenis vegetasi
dan satwa
Informasi
Data demografi,
literatur

Budaya Sunda
setempat

Data budaya Sunda

Agrowisata

Penilaian kelayakan
kawasan
Objek dan atraksi
wisata
Aktivitas wisata
Data sarana dan
prasarana
Kebutuhan fasilitas
Data transportasi
menuju tapak dan
di dalam tapak
Ketersediaan
informasi wisata
Jenis promosi
wisata
RTRW, kebijakan
pariwisata
Kabupaten Bogor

Atraksi

Pelayanan

Transportasi

Informasi dan
promosi

Legal

Kebijakan
pemerintah
setempat

Dinas Tata Ruang dan
Pertanahan
Survei lapang
Survei lapang
Survei lapang,
pemerintah Kecamatan
Tamansari
Survei lapang,
wawancara
Survey lapang, analisis
Survei lapang,
kuisioner
Survei lapang

Survei lapang

Studi pustaka, survei
lapang

Pemda Kabupaten
Bogor

8

Batasan Penelitian
Penelitian ini dimulai dari tahap persiapan hingga desain. Keluaran yang
dihasilkan dari penelitian ini adalah gambar desain (siteplan) yang dilengkapi
dengan gambar detil (gambar potongan, gambar perspektif, rencana penanaman,
dan gambar detil). Luas tapak yang akan didesain ± 28.78 ha.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis
spasial, analisis kuantitatif, dan analisis deskriptif. Penjelasan mengenai masingmasing metode analisis adalah sebagai berikut,
Analisis Spasial
Analisis spasial merupakan sekumpulan metode untuk menemukan dan
menggambarkan tingkatan/pola dari sebuah fenomena spasial, sehingga dapat
dimengerti dengan lebih baik. Dengan melakukan analisis spasial, diharapkan
muncul infomasi baru yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan di bidang yang dikaji. Metode yang digunakan sangat bervariasi, mulai
observasi visual sampai pemanfaatan matematika/statistik terapan (Sadahiro,
2006).
Analisis spasial digunakan untuk mengolah data aspek fisik dan biofisik.
Keluaran untuk aspek fisik dan biofisik adalah overlay peta kesesuaian lahan tiaptiap komoditas pertanian untuk agrowisata berdasarkan jenis tanah, kemiringan
lahan, dan ketinggian tempat.
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis daya dukung, thermal
humidity index (THI), dan analisis kelayakan kawasan agrowisata. Analisis
tersebut menjadi indikator dalam merencanakan kebutuhan ruang dan kebutuhan
fasilitas. Secara umum rumus daya dukung (Boulon dalam Nurisjah, 2003):
luas area (m2)
standar kebutuhan (m2/orang)
Pengukuran thermal humidity index (THI) untuk mengetahui indeks
kenyamanan menurut iklim mikro dinyatakan dengan rumusan sebagai berikut:
Daya dukung =

Thermal Humidity Index (THI) = (0,8 T + RH T)/500
T
= suhu udara (oC) dan
RH
= kelembapan nisbi udara (%)
Analisis kelayakan tempat menjadi agrowisata dilakukan sesuai kriteria
yang dipaparkan oleh Smith (1989) dengan modifikasi. Modifikasi yang
dilakukan dengan menyesuaikan kriteria penilaian dengan kriteria yang ada di
lokasi penelitian. Kriteria untuk kelayakan kawasan agrowisata, antara lain, obyek
dan atraksi berbasis pertanian, obyek dan atraksi alami, akses, dan letak dari jalan
utama (Smith, 1989). Penilaian kelayakan agrowisata dijelaskan pada Tabel 2.

9

Tabel 2 Kriteria Penilaian Kelayakan Kawasan Agrowisata
No.

1

2

3

4

5

Kriteria
Obyek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 20%): Ketersediaan
ragam serta keindahan areal pertanian (sawah, perkebunan, kolam)
• Beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan
pemandangan pertanian sekitarnya
• Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan
pemandangan sekitarnya
• Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian tetapi kurang
keindahan pemandangan sekitarnya
• Kurang beragam dan tak indah
Obyek dan Atraksi Alami (Bobot 15%): Keindahan pemandangan
alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun)
dan iklim (tropikal, udara yang bersih, & suhu yang nyaman)
• Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami
• Cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan
alami
• Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan
buatan (rekayasa)
• Kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan
(rekayasa)
Akses (Bobot 10%) : Kemudahan untuk pencapaian lokasi,
ketersediaan jalan
• Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan
umum beragam, kondisi baik
• Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas
• Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum
• Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum
Letak Dari Jalan Utama (Bobot 10%): Kedekatan dengan jalur
jalan utama wilayah
• Dekat (< 1 km)
• Sedang (1 – 3 km)
• Cukup jauh (3 – 5 km)
• Sangat jauh (> 5 km)
Sarana Wisata (Bobot 10%): Utilitas, sarana kesehatan, air bersih ,
fasilitas makan dan penginapan
• Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat
• Ada beberapa, cukup terawat
• Ada beberapa, kurang terawat
• Tidak tersedia

Sumber: Smith 1989, modifikasi

Nilai

4
3
2
1

4
3
2
1

4
3
2
1

4
3
2
1

4
3
2
1

10





Keterangan : KKA = Kelayakan Kawasan Agrowisata
Sij
= Kriteria agrowisata tiap kawasan
Aij
= Bobot kriteria agrowisata
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah prosedur penelitian berdasarkan data lisan atau
tulisan dari subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik data yang
diperoleh adalah data asli serta menggunakan metode yang sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jenis penelitian deskriptif dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu (1) apabila hanya mendeskripsikan
data apa adanya dan menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat
penjelasan secara kualitatif disebut penelitian deskriptif kualitatif; (2) apabila
dilakukan analisis data dengan menghubungkan antara satu variabel dengan
variabel yang lain disebut deskriptif asosiatif; dan (3) apabila dalam analisis data
dilakukan pembandingan disebut deskriptif komparatif (Sulipan, 2007). Analisis
deskriptif didukung dengan studi pustaka yang terkait.
Analisis deskriptif dilakukan pada aspek sosial dan budaya. Pada analisis
deskriptif dihasilkan preferensi pengunjung agrowisata dan kearifan lokal budaya
Sunda yang terdapat pada tapak.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian mengikuti tahapan kerja yang dikemukakan oleh Booth
(1983), yaitu Planning Design Process meliputi beberapa tahapan, yaitu Project
Acceptance, Research/Analysis, Concept, Design Contruction Drawing,
Implementation, and Post-Construction serta Evaluation and Maintenance.
Tahapan penelitian desain agrowisata berbasis kearifan lokal Suku Sunda
diuraikan sebagai berikut:
1. Project Acceptance
Pada tahap ini, dilakukan persiapan sebelum melakukan penelitian.
Persiapan tersebut yaitu perizinan kepada pihak-pihak yang terlibat. Selain itu,
aspek legal dalam bidang-bidang yang terkait juga harus diperhatikan agar tidak
ada hal-hal yang menyalahi hukum dan perundang-undangan.
2. Research and Analysis
Tahap research and analysis terdiri atas pengumpulan data, inventarisasi,
analisis tapak, dan sintesis. Penjelasan mengenai tahap-tahap tersebut diuraikan
sebagai berikut:
a. Pengumpulan data sebelum turun lapang melalui studi pustaka dengan
menggunakan peta dasar sebagai acuan, seperti peta fisik dan biofisik yang
mencakup peta lokasi, peta topografi dan tanah, peta iklim, peta drainase, dan
peta tata guna lahan.
b. Inventarisasi dilakukan untuk meninjau ulang data yang terdapat pada peta
dasar dan menambahkan informasi yang belum diperoleh, seperti aspek visual,

11

aspek sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Aspek sosial dan budaya dapat
diperoleh dengan mewawancarai penduduk sekitar, pemerintah berwenang, dan
lain-lain.
c. Analisis tapak dilakukan secara spasial, deskriptif, dan kuantitatif untuk
mengetahui potensi dan kendala pada tapak. Metode analisis yang digunakan
dijelaskan lebih rinci pada sub bab Metode Penelitian.
d. Sintesis dilakukan setelah analisis tapak guna memperoleh titik temu antara
potensi dan kendala yang ada di tapak. Keluaran yang dihasilkan dari proses
sintesis adalah rencana blok. Hal ini diperlukan untuk merumuskan konsep.
3. Perancangan
Tahap perancangan terdiri atas perumusan konsep, desain, dan penyusunan
gambar detil. Penjelasan mengenai tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Perumusan konsep merupakan tahap selanjutnya dalam alur perancangan. Pada
tahap ini dirumuskan konsep dasar, konsep desain, dan konsep pengembangan.
Konsep pengembangan terdiri atas konsep ruang, sirkulasi, vegetasi, fasilitas,
dan lain-lain. Pada tahap konsep, luaran yang dihasilkan berupa peta zonasi
dan rencana blok.
b. Desain dibuat berdasarkan rencana blok yang disesuaikan dengan konsep
sehingga diperoleh rencana tapak (siteplan). Setelah itu, rencana tapak dibuat
lebih rinci sehingga diperoleh gambar detil.
c. Gambar detil terdiri atas gambar potongan, perspective view, rencana
penanaman dan spesifikasi, serta gambar detil konstruksi beserta materialnya.
Gambar detil berfungsi untuk menjelaskan desain lanskap agar lebih mudah
dipahami.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Aspek Fisik dan Biofisik
Aspek fisik dan biofisik yang diinventarisasi meliputi aspek-aspek yang
terkait dalam desain lanskap agrowisata yaitu:
Lokasi dan Batas Tapak
Lokasi tapak yang akan didesain menjadi lanskap agrowisata terletak di
Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Berdasarkan letak
geografisnya tapak berada pada 106°44’18.35’’-106°44’41.47’’ BT dan
6°39’16.72’’-6°39’46.59’’ LS. Luas area tapak yang akan didesain yaitu sebesar
28.78 Ha. Tapak berada pada ketinggian 624-631 mpdl. Tapak dibatasi oleh
permukiman, hutan, dan Jalan Ciapus. Batas-batas tapak dapat dilihat pada
gambar berikut ini (Gambar 6).

12

Jalan ciapus

Permukiman
Jalan
lingkungan

Hutan

Gambar 6 Orientasi dan Batas Tapak
Sumber gambar: GoogleEarth

Aksesibilitas dan Sirkulasi
Tapak dilalui oleh jalan kabupaten, yaitu Jalan Raya Ciapus. Akses dari
jalan tol terdekat, yaitu Jalan Tol Jagorawi, dapat ditempuh melalui dua rute. Rute
pertama yaitu rute Tol Jagorawi – Jalan Ir. H. Juanda – Jalan Kapten – Jalan Raya
Ciapus dan rute kedua yaitu Tol Jagorawi – Jalan Pahlawan – Jalan Kapten –
Jalan Raya Ciapus. Rute dari gerbang Tol Jagorawi menuju tapak dapat dilihat
pada Gambar 7.
Jarak tempuh rute pertama yaitu ±8.4 km dengan waktu tempuh ±14 menit,
sedangkan jarak tempuh rute kedua yaitu ±10.4 km dengan waktu tempuh ±16
menit jika arus jalan lancar. Lebar Jalan Raya Ciapus yaitu 7–8.5 m dengan
kondisi jalan yang berlubang pada beberapa titik. Perjalanan menuju ke lokasi
tapak dapat ditempuh dengan kendaraan umum dan pribadi.

Gambar 7 Jarak dari Gerbang Tol Menuju Tapak
Sumber gambar: GoogleMap

13

Terdapat dua buah akses menuju tapak. Akses pertama dari Jalan Raya
Ciapus berupa jalan setapak menuju lahan pertanian dengan lebar ±2.7 m dengan
material tanah yang dipadatkan dengan batu kerikil. Akses kedua melalui jalan
lingkungan dengan lebar ±6.35 m dengan material aspal. Akses masuk tersebut
dapat dilihat pada Gambar 11 Peta Kondisi Umum.
Sirkulasi di dalam lokasi penelitian terdiri atas jalan aspal untuk masuk ke
lokasi, dan jalan setapak tanah menuju ladang. Pada beberapa area belum ada
sirkulasi permanen karena minimnya aktivitas yang dilakukan di lokasi tersebut.
Salah satu sirkulasi di dalam tapak dapat dilihat pada Gambar 8.

a) Jalan ke ladang 1

b) Jalan ke ladang 2

c) Jalan masuk lokasi

Gambar 8 Sirkulasi di dalam Tapak
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi

Iklim
Iklim di Desa Tamansari mengikuti iklim Kabupaten Bogor menurut
klasifikasi Schmidt dan Ferguson, termasuk Iklim Tropis tipe A (Sangat Basah) di
bagian selatan dan tipe B (Basah) di bagian utara. Suhu berkisar rata-rata antara
20°C-30°C. Curah hujan tahunan antara 2.500 mm sampai lebih dari 5.000
mm/tahun.
Lokasi penelitian berada di Desa Tamansari memiliki suhu rata-rata pada
tahun 2013 sebesar 26.3°C. Curah hujan rata-rata di tahun 2013 sebesar 335.0
mm/bulan dan kelembapan sebesar 83.8%. Lokasi tapak yang berada cukup dekat
dengan Gunung Halimun-Salak juga mempengaruhi pada cuaca setempat yang
lebih sejuk. Data iklim bulanan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.
Kondisi iklim suatu wilayah mempengaruhi budi daya pertanian, antara
lain pemilihan jenis vegetasi, hewan ternak, dan faktor-faktor pemanenannya.
Iklim pada tapak sesuai untuk tanaman sayuran dan palawija. Tanaman sayuran
yang ditanam di tapak adalah cabai, terung, dan tomat, sedangkan tanaman
palawija yang ditemukan di tapak yaitu singkong dan jagung. Selain itu, iklim
juga berpengaruh pada kenyamanan yang dirasakan oleh manusia, dinyatakan
dalam Thermal Humidity Index (THI). Analisis THI akan dipaparkan pada sub
bab analisis dan sintesis.

14

Tabel 3 Data Iklim Wilayah Bogor 2013
Bulan

Suhu (oC)

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Rata-Rata

25.6
25.7
26.2
26.7
26.8
26.4
26.0
26.3
26.5
26.8
26.6
26.1
26.3

Curah hujan
(mm/bulan)
453.3
371.6
405.0
426.4
332.0
200.0
196.2
263.7
337.6
316.2
358.7
359.4
335.0

Kelembaban
(%)
87.7
87.0
86.3
85.4
85.3
83.6
81.5
80.1
79.6
80.9
83.1
85.0
83.8

Kecepatan angin
(km/jam)
7.2
7.6
7.2
6.8
6.5
6.5
6.8
7.2
7.6
7.6
7.2
7.2
7.1

Sumber: WeatherBase, 2013

Topografi dan Kemiringan
Kondisi topografi di lokasi tapak cukup berbukit-bukit dengan kemiringan
beragam dari 0-45 % dan ketinggian antara 624-631 meter di atas permukaan laut.
Kondisi tersebut disebabkan oleh letak tapak yang cukup dekat dengan Gunung
Halimun-Salak di sebelah barat daya.

Gambar 9 Peta Kemiringan Tapak Agrowisata Tamansari
Sumber: Dinas Tata Ruang & Pertanahan Kabupaten Bogor

15

Peta topografi yang diperoleh dari Dinas Tata Ruang Kabupaten Bogor
kemudian diolah untuk memperoleh peta kemiringan yang dapat dilihat pada
Gambar 9. Peta kemiringan tersebut membantu dalam memilih jenis komoditas
pertanian yang dapat dikembangkan serta menentukan titik-titik pembangunan
struktur fasilitas pelengkap agrowisata. Hal ini akan diuraikan dalam sub bab
analisis.
Tanah dan Hidrologi
Tapak di Tamansari mendapat curah hujan melimpah setiap tahunnya dan
tidak mengalami kekeringan di musim kemarau. Selain itu, daerah tangkapan air
pada tapak masih relatif banyak. Ketersediaan air juga ditunjang oleh keberadaan
pipa saluran air yang berada di beberapa titik. Sumber air berasal dari anak Sungai
Cisadane di sebelah timur tapak. Kondisi drainase tapak cukup baik namun pada
titik-titik tertentu sering timbul genangan pada waktu hujan. Hal ini
mengakibatkan tanah menjadi licin dan cukup berbahaya. Berdasarkan peta
hidrogeologi Dinas Tata Ruang & Pertanahan Kabupaten Bogor, kondisi
hidrogeologi tapak berada pada zona akuifer produktif setempat.
Jenis tanah pembentuk di Desa Tamansari adalah latosol cokelat dan regosol
(Dinas Tata Ruang dan Pertanahan, 2014). Menurut Darmawijaya (1980), tanah
latosol memiliki kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna
seragam dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm),
kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan
horison kambik. Peta jenis tanah tapak agrowisata Tamansari dapat dilihat pada
Gambar 10.

Gambar 10 Peta Jenis Tanah Tapak Agrowisata Tamansari
Sumber: Dinas Tata Ruang & Pertanahan Kabupaten Bogor

16

Pada proses desain lanskap agrowisata, terdapat dua aspek penting yang
perlu diperhatikan. Dua aspek tersebut adalah tanah sebagai media tumbuh
tanaman dan tanah sebagai dasar bagi pembangunan struktur bangunan. Hal ini
akan dibahas selanjutnya pada tahapan analisis.
Vegetasi dan Satwa
Vegetasi yang ada pada tapak sebagian besar merupakan tanaman pertanian,
antara lain palawija (singkong dan jagung), sayuran (leunca, cabai, dan tomat),
dan buah-buahan (pisang, mangga, dan jeruk). Selain itu terdapat tanaman
perkebunan seperti lamtoro, pulai, dan lain sebagainya. Jenis vegetasi yang
terdapat di lokasi tapak dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Selain vegetasi,
berdasarkan pengamatan singkat, satwa yang terdapat di tapak adalah burung
gereja, kupu-kupu, dan berbagai jenis serangga.

No

Tabel 4 Jenis Pohon di Tapak Agrowisata Tamansari
Gambar
Nama Latin
Nama Lokal

1

Albizia falcata

Sengon

2

Citrus sp.

Jeruk

3

Leucaena leucocephala

Lamtoro

4

Mangifera indica

Mangga

5

Manihot utilissima

Singkong

6

Musa paradisiaca

Pisang

17

No

Gambar

7

No

Nama Latin

Nama Lokal

Albizia falcata

Pulai

Tabel 5 Jenis Semak di Tapak Agrowisata Tamansari
Gambar
Nama Latin
Nama Lokal

1

Capsicum annum

Cabai

2

Cordyline sp.

Hanjuang merah

3

Dracaena sp.

Drasena

4

Hydrangea sp.

Hydrangea

5

Solanum lycopersicum

Tomat

6

Solanum nigrum

Leunca

Sumber gambar: Google.com

Visual
Aspek visual dari tapak beragam sesuai dengan karakter tapak. Hal yang
perlu ditekankan adalah arah pandang ke barat daya memiliki visual yang sangat
baik karena merupakan pemandangan Gunung Salak serta lanskap alami yang
berbukit-bukit. Selain itu, pemandangan di dalam tapak juga cukup baik dengan
kondisi lingkungan yang masih asri.

18

Gambar 11 Peta Kondisi Umum

19

Aspek Sosial dan Budaya
Agroekosistem Budaya Sunda
Sejak masa lampau, orang Sunda sudah bertani secara berpindah-pindah di
lahan hutan pegunungan (de Haan dalam Adiwilaga, 1975). Para peladang
biasanya menggunakan petunjuk indikator di alam. Pada masa silam, sistem
pertanian yang utama di Jawa Barat adalah sistem ladang atau huma (Adiwilaga,
1975). Setelah itu, masyarakat Sunda mulai mengenal agroekosistem sawah dari
Jawa Tengah sekitar tahun 1750. Agroekosistem yang dapat ditemukan pada
tapak adalah agroekosistem ladang/huma dan kebun campuran. Agroekosistem
tapak sesuai dengan topografi tapak yang berbukit-bukit.
Secara khusus, sistem pertanian non-sawah, seperti huma, kebun-talun, dan
pekarangan sering disebut agroforestri tradisional. Hal ini disebabkan karena pada
sistem pertanian tersebut biasanya ditanami oleh beragam jenis tanaman
campuran semusim dan tahunan. Akibatnya, struktur vegetasi pada sistem
pertanian tersebut menyerupai hutan alam, tetapi memiliki fungsi sosial, ekonomi,
dan budaya yang penting bagi pemiliknya (Soemarwoto, 1981).
Budaya Sunda Setempat
Pada umumnya, Budaya Sunda di Desa Tamansari tidak jelas terlihat.
Warga desa sudah beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan desa yang
lebih modern. Selain itu, menurut pengurus kantor Desa Tamansari, desa tersebut
memang belum melestarikan kebudayaan yang ada, tetapi lebih menggali potensi
wisata alam sehingga, Desa Tamansari dikembangkan menjadi desa wisata.
Namun, secara geografis, Budaya Sunda setempat sebagian besar
dipengaruhi oleh keberadaan Kasepuhan di daerah Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak. Warga Kasepuhan merupakan masyarakat Sunda yang masih
memegang teguh adat dan budaya Sunda.
Aspek Wisata
Agrowisata
Saat ini, tidak ada aktivitas wisata di lokasi penelitian, tetapi dapat
ditemukan aktivitas pertanian warga yang memiliki lahan pertanian. Pada
beberapa area ditanami singkong, tomat, cabai, terung, jeruk, dan lain sebagainya.
Warga yang mengolah lahan tersebut tidak menetap di lokasi penelitian, tetapi
tinggal di permukiman di sekitarnya.
Keberadaan aktivitas pertanian di lokasi tersebut dapat menjadi potensi
untuk agrowisata. Salah satu cara untuk menilai suatu area untuk dapat menjadi
kawasan agrowisata yaitu melalui penilaian kelayakan kawasan agrowisata yang
dikemukakan oleh Smith (1989). Penilaian tersebut menguraikan potensi
agrowisata pada tapak melalui beberapa kriteria, yaitu obyek dan atraksi berbasis
pertanian, obyek dan atraksi alami, akses, dan letak dari jalan utama. Penilaian
tersebut akan dilakukan pada tahap analisis-sintesis.

20

Atraksi
Atraksi wisata adalah salah satu elemen dari produk wisata yang menarik
pengunjung dan menentukan pilihan untuk mengunjungi suatu tempat daripada
tempat lainnya (Medlik, 1993). Menurut Undang-undang No. 9/1990 tentang
kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang
menjadi sasaran wisata, terdiri atas:
1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud
keadaan alam, flora, dan fauna.
2. Objek daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, agrowisata,
wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan komplek hiburan.
Objek dan atraksi wisata di lokasi penelitian meliputi aktivitas pertanian,
mulai dari mengolah lahan, menanam, dan memanen hasil pertanian. Selain itu,
pemandangan Gunung Salak menjadi salah satu potensi untuk dikembangkan
sebagai objek wisata. Atraksi wisata dan objek wisata yang ada pada tapak dapat
dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Objek dan Atraksi Wisata di Tapak
Sumber: Dokumentasi pribadi

Pelayanan
Sarana dan prasarana yang terdapat di lokasi penelitian belum memadai
untuk aktivitas wisata. Sarana dan prasana yang tersedia adalah saluran air untuk
pengairan, rumah pengelola, lapangan parkir, penampung air, dan akses jalan
setapak menuju area yang diolah menjadi ladang. Sementara itu, pada area lainnya
akses masih berupa semak belukar. Saluran air dan tipikal jalan di dalam lokasi
penelitian dapat dilihat pada gambar 13 dan 14.

Gambar 13 Saluran Air
Sumber: Dokumentasi pribadi

21

Gambar 14 Jalan Setapak
Sumber: Dokumentasi pribadi

Penampung air yang terdapat pada tapak berupa bak retensi air, dan biasa
digunakan sebagai penyalur air untuk pertanian. Lapangan parkir terletak dekat
dengan rumah pengelola tapak. Lapangan parkir terhubung dengan jalan
lingkungan yang terletak di dekat permukiman penduduk. Penampung air dan
lapangan parkir dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Penampung Air dan Lapangan Parkir
Sumber: Dokumentasi pribadi

Transportasi
Desa Tamansari memiliki cukup banyak objek wisata, sehingga tapak cukup
sering dilewati moda transportasi. Tapak agrowisata Tamansari dapat ditempuh
dengan kendaraan bermotor (mobil dan motor) baik umum maupun pribadi. Akan
tetapi, kendaraan umum yang menuju lokasi saat ini masih terbatas. Sebagian
besar dari pengunjung wisata di Tamansari menyewa bus dan mobil untuk menuju
ke lokasi wisata karena lebih nyaman dan terjamin.
Informasi dan Promosi
Saat ini, belum ada informasi dan promosi terkait dengan lokasi tapak
karena belum dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Akan tetapi, promosi
mengenai Desa Tamansari sebagai Desa Wisata sudah dilakukan oleh pengurus
desa melalui pembuatan peta objek-objek wisata yang diletakkan di kantor desa.
Selain itu, sepanjang jalan terdapat beberapa papan petunjuk tempat wisata.
Aspek Legal
Kebijakan Pariwisata
Pada tahun 2013, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor
mengeluarkan Perda Nomor 3/2013 tentang Kepariwisataan. Perda tersebut telah
mengatur penyelenggaraan pariwisata di Kabupaten Bogor. Berdasarkan
wawancara dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Desa

22

Tamansari memang diarahkan untuk menjadi desa wisata. Wisata yang sedang
dikembangkan adalah wisata alam, antara lain Curug Nangka, Eko Wisata
Sukamantri, Gunung Salak Endah, dan wisata religi, yaitu Pura Parahyangan
Agung Jagatkartta. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor,
pengembangan kawasan sebagai agrowisata mendukung Desa Tamansari sebagai
desa wisata.
Analisis dan Sintesis
Aspek Fisik dan Biofisik
Aksesibilitas dan Sirkulasi
Smith (1989) mengemukakan bahwa akses dari jalan utama menuju
kawasan wisata harus cukup dekat, atau berkisar antara 1-2 km. Hal ini untuk
memudahkan pengunjung menjangkau kawasan wisata. Ketersediaan transportasi
menjadi salah satu komponen penawaran wisata yang perlu diperhatikan. Sirkulasi
di dalam tapak juga sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lanskap yang ada
sehingga aspek ekologis tapak tetap terjaga.
Jarak dari jalan utama (Jalan Raya Ciapus) menuju tapak sangat dekat yaitu
±10 m. Akses menuju tapak cukup mudah, jalan utama sudah diaspal dengan lebar
jalan 7 m dengan akses menuju tapak dengan lebar 6.72 m. Menurut standar yang
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (2009) lebar kendaraan mobil
yaitu 2.1 m dan bus 2.4 m, sehingga untuk jalan dua lajur minimal ± 7 m. Artinya
jalan utama sudah sesuai dengan standar. Sementara itu, sirkulasi di dalam tapak
masih berupa jalan setapak dengan lebar ± 0.6 m dan ± 2.7 m. Sehingga, perlu
pembuatan jalur sirkulasi yang lebih memadai untuk wisata. Analisis kondisi
tapak secara umum pada Gambar 16 dan analisis sirkulasi pada Gambar 18.
Iklim
Berdasarkan data iklim yang diperoleh pada tahun 2013, diperoleh rata-rata
suhu sebesar 26.3 oC dan kelembapan relatif (RH) 83.8%. Data tersebut diolah
menggunakan rumus THI (Thermal Humidity Index) untuk mengetahui indeks
kenyamanan manusia di lokasi agrowisata. THI manusia yang tinggal di negara
tropis berkisar antara 21-27. Perhitungan THI dijabarkan sebagai berikut,
Thermal Humidity Index (THI) = 0,8 T + ((RH T)/500)
THI = (0.8)(26.3) + ((83.8)(26.3)/500)
= 21.04 + 4.41
= 25.45
T
= suhu udara (oC) dan
RH
= kelembapan nisbi udara (%)
Nilai THI di lokasi penelitian sebesar 25.45 yang termasuk dalam kategori
nyaman untuk manusia, sehingga modifikasi iklim tidak terlalu perlu dilakukan.
Modifikasi iklim untuk meningkatkan kenyamanan manusia dapat diterapkan
pada area pelayanan wisata dengan menata letak vegetasi yang dapat mengurangi
area yang terpapar sinar matahari tinggi. Pengunjung akan merasa lebih nyaman
dengan naungan dari kanopi pohon tersebut.

23

Gambar 16 Peta Analisis Kondisi Umum

24

Selain itu, kondisi iklim suatu area