Framing negatif dan Adverse Selection Job Rotation

Sedangkan ketika informasi disajikan secara negatif maka keputusan yang diambil cenderung mengambil risiko atau risk seeking Yusnaini, 2005.

4.3.2 Framing negatif dan Adverse Selection

Pengujian untuk mengukur pengaruh interaksi antara framing negatif dengan kondisi adverse selection terhadap keputusan eskalasi komitmen oleh manajer menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan p-value sebesar 0,72. Hasil tersebut membuktikan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara framing negatif dengan kondisi adverse selection terhadap keputusan eskalasi komitmen oleh manajer. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Dwita 2007 yang juga gagal membuktikan pengaruh interaksi antara framing negatif dengan adverse selection terhadap keputusan evaluasi proyek oleh manajer. Dengan demikian penelitian ini sekaligus gagal menunjukan bahwa kepemilikan informasi privat adverse selection oleh manajer ketika terjadi asimetri informasi dengan prinsipal sebagaimana dijelaskan oleh teori agensi mempengaruhi manajer sehingga akan cenderung bertindak sesuai kepentingan diri sendiri dan tidak memaksimalkan keuntungan yang diharapkan perusahaan. Hal tersebut mungkin saja terjadi ketika manajer memiliki pandangan bahwa kesuksesan organisasi erat hubungannya dengan kepuasan prinsipal. Manajer akan lebih kooperatif karena menganggap bahwa terdapat utilitas yang lebih besar pada perilaku kooperatif terhadap kepentingan perusahaan. Dengan demikian, meskipun memiliki kesempatan untuk melalaikan tugas maupun memiliki informasi privat tentang prospek suatu proyek yang mengindikasikan kegagalan, manajer tetap mengutamakan kepentingan perusahaan dengan tidak mengeskalasi komitmennya.

4.3.3 Job Rotation

Hasil pengujian untuk mengukur apakah ketika terdapat kebijakan job rotation, pengambil keputusan cenderung tidak akan melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan menunjukkan pengaruh yang signifikan sebesar 0,031 p0,05. Hasil tersebut membuktikan bahwa dengan adanya kebijakan job rotation, maka manajer akan memilih untuk tidak mengeskalasi komitmennya.Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Chong dan Surwayati 2007 yang menemukan bahwa manajer proyek yang menerima kebijakan job rotation cenderung tidak melanjukkan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Kebijakan job rotation menuntut manajer proyek yang sedang berjalan ongoing project untuk bekerjasama dalam beberapa bulan dengan manajer yang akan menggantikannya. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya melancarkan proses transisi dan menyediakan laporan perkembangan komprehensif yang berkenaan dengan seluruh proyek investasi kepada manajer yang baru. Dengan demikian, kebijakan job rotation dapat digunakan sebagai suatu strategi untuk mengurangi perilaku eskalasi komitmen yang merugikan perusahaan.

4.3.4 Job Rotation dan Adverse Selection