Penurunan Kualitas Air Sungai Degradasi lahan akibat erosi dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai menyebabkan

3.2.2 Penurunan Kualitas Air Sungai Degradasi lahan akibat erosi dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai menyebabkan

kesuburan tanah turun. Untuk mempertahankan kualitas produksi pertanian, di DAS Brantas Hulu petani meningkatkan pemakaian pupuk anorganik. Pemakaian ini ternyata memberikan dampak pada kualitas air di sungai.

Sisa pupuk anorganik (juga sisa pestisida) terbawa masuk ke sungai bersama tercucinya tanah oleh aliran permukaan ataupun akibat sisa air irigasi yang kembali ke sungai. Sisa pupuk dalam bentuk nitrogen dan fosfat terlarut di air sungai, akhirnya menyebabkan terjadinya eutrofikasi di perairan waduk (terutama di Bendungan Sutami) akibat tingginya kadar nutrien dalam air.

Eutrofikasi di Bendungan Sutami akibat peningkatan kadar nitrogen dan fosfat di air telah tampak beberapa tahun silam. Gejala yang signifikan yang pertama kali muncul pada Juni 2001 dan berlanjut sampai Agustus 2004 (selama hampir 3 tahun).

Berdasarkan kriteria maka OECD (1982) jumlah nitrogen dan fosfat terlarut membuat Bendungan Sutami dianggap telah memasuki keadaan eutrofikasi. Sebagai contoh, hasil pemantauan selama bulan Juni-September 2002 terhadap konsentrasi rerata nitrogen terlarut dan fosfat terlarut pada air bendungan (Tabel 8) menunjukkan kondisi eutrofik telah tercapai, ditandai terlampauinya kriteria nitrogen dan fosfat terlarut, serta rendah kecerahan air.

Tabel 8 – Kriteria dan hasil pemantauan terhadap kondisi kualitas air di Bendungan Sutami pada kondisi eutrofikasi (pemantauan Juni-September 2002)

Hasil Pengukuran Eutrofikasi

Tingkat

Kriteria Nilai Rerata

Klorofil Kece- Nitrogen

Fosfat rahan

mg liter -1 mg liter -1 mg liter -1 Meter Oligotrofik

mg liter -1 mg liter -1 mg liter -1 Meter

- - Mesotrofik

- - Eutrofik

0,04-0,9 0,001-1,7 0,0-1,8 Sumber: Soekistijono (2005)

1,5-3,27

Unsur nitrogen dan fosfat terlarut di air (berbentuk NO 2 , NO 3 dan PO 4 ) adalah sumber nutrisi bagi biota air. Kriteria kualitas air menetapkan bila nitrogen terlarut lebih besar dari

0,3 mg liter -1 dan fosfat lebih besar dari 0,01 mg liter dapat memacu terjadinya algae blooming (peningkatan pertumbuhan alga). Seiring meningkatnya konsentrasi nitrogen dan fosfat terlarut timbul algae blooming.

Hasil pemeriksaan biologis pada berbagai tahap sepanjang 2001 sampai 2004 menunjukkan perkembangan populasi microcystis dari jenis ganggang biru/hijau. Pada saat tertentu, ketika blooming algae terjadi, muncul dampak rekursif, di mana kualitas air ikut turun sebagai akibat bertumbuh kembangnya phytoplankton dimaksud. Penurunan ini diindikasikan dengan meningkatnya parameter biological oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen demand (COD) sebagaimana digambarkan pada peristiwa algae blooming antara 27 Oktober sampai 15 Desember 2004.

Analisis terhadap organisme plankton di Bendungan Sutami selama periode eutrofikasi antara 2001-2004, menunjukkan saat blooming algae pernah munculnya kelimpahan fitoplankton sebanyak 38 jenis yang dominasinya selalu berubah pada waktu pantau berbeda. Tiga spesies yang mendominasi adalah Synedra sp, Ceratium sp dan Mycrocystis sp.

Alga Synedra sp merupakan bioindikator yang menunjukkan perairan memiliki kadar nitrat dan fosfat tinggi, Ceratium sp bersifat tidak beracun tetapi membutuhkan O 2 tinggi sehingga dapat menurunkan kadar oksigen terlarut, sedangkan Mycrocytis sp bersifat beracun karena menghasilkan racun mycrocytin yang dapat mengakibatkan kematian binatang yang meminum air tersebut, sedangkan pada manusia dapat mengakibatkan kerusakan pada hati (hepar) secara kronik.

Dapat disimpulkan, degradasi lahan telah mendorong pemakaian pupuk anorganik oleh petani, yang akhirnya tercuci dari lahan melalui limpasan permukaan dan sisa air irigasi. Residu dari pupuk anorganik, berupa larutan nitrat dan fosfat, terbawa ke aliran air di sungai, yang akhirnya berdampak pada kualitas air di bendungan. Rangkaian peristiwa ini dapat diamati di DAS Brantas Hulu.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24