Jejaring Produksi dan Perdagangan berkelanjutan
Jejaring Produksi dan Perdagangan berkelanjutan
Mencoba meletakkan tren perdagangan kontemporer dalam konteks pemulihan krisis akumulasi finansial, maka langkah dan upaya yang ditempuh oleh WTO belakangan perlu untuk diklarifikasi. Upaya klarifikasi ini tentunya berkaitan dengan posisi tren tersebut dalam upaya mengamankan dan bahkan mengakselerasi akumulasi profitkapital. Rezim akumulasi kapital kontemporer memiliki perbedaan cukup culas dengan yang sebelumnya. Secara umum, manifestasi akumulasi kapital melalui tren perdagangan yang terlihat dalam dan melalui WTO dapat dideskripsikan sebagai berikut: akumulasi kapital tidak lagi hanya ditentukan dari ada atau tidaknya perdagangan, melainkan kini ia dideterminasi dari kontinuitas atau keberlanjutan dari sirkuit perdagangan; apa saja yang diperdagangkan tidak menjadi soal, yang penting perdagangan tetap berlangsung. Bottom‐ line‐nya adalah bahwa ada perdagangan saja tidak cukup, yang terpenting adalah
perdagangan itu akan tetap ada di masa yang akan datang, bahkan, jka perlu, selamanya: suatu perdagangan berkelanjutan (sustainable trade).
Tren seperti ini tidak muncul begitu saja. Hal ini merupakan hasil refleksi pasca‐ krisis 2007‐8 silam. Saat ekonomi finansial kolaps, maka perdagangan, lebih spesifiknya
g
sebagai ekonomi riil, diharapkan dapat menjadi garda depan dalam memulihkan keadaan. Inilah komitmen WTO untuk berpartisipasi aktif dalam pemulihan pasca‐Krisis,
Polimpun ie
sebagaimana diungkapkan Pascal Lamy, Dirjen WTO, pada tahun 2009 silam.
Yos a
“The WTO’s role in this crisis must go beyond its function as a safety net of rules, ... we have started to
Hizki
act on a number of fronts to assess and where possible be part of the solution to the current crisis. ...
Our biggest challenge today, therefore is to ensure trade is part of the solution.” 31
Global
Lalu bagaimana memahami perdagangan sebagai solusi bagi krisis ekonomi global yang
omi
lebih sering dipahami sebagai ekonomi finansial? Sederhana saja. Ekonomi finansial ada
Ekon
karena ia ditopang oleh ekonomi riil. Ekonomi riil ini dengan demikian merepresentasikan produktivitas riil di lapangan. Beda halnya dengan ekonomi finansial yang lebih
enataan P
merupakan derivasi (turunan, atau bahkan simulasi) dari ekonomi riil tadi. Produktivitas
ru
Ba
dan keberlanjutannya suatu proses produksi barangjasa, lebih dari produknya, adalah
ʺprodukʺ yang diperjual‐belikan dalam ekonomi finansial. Produktivitas dan keberlanjutan
“Report by the Chairman of the Trade Negotiations Committee,” World Trade Organization, 3 and 4 February | 2009, diakses dari 23 http:www.wto.orgenglishnews_enews09_etnc_chair_report_03feb09_e.htm (8 September
Hal.
produksi inilah yang dipertaruhkan dalam spekulasi finansial di pasar modal. Permasalahan yang berujung krisis, lalu, adalah bahwa ekonomi riil ini semakin tergerus dan proporsinya teramat sangat jauh tertinggal dengan ekonomi finansial. Kehilangan topangannya, ambruklah ekonomi finansial.
Berangkat dari pemahaman ini maka bisa kita pahami maksud dari Lamy tersebut dengan mengatakan bahwa perdagangan adalah solusi krisis. Dengan berdagang, maka ekonomi riil akan berputar. Lalu perputaran ekonomi riil ini akan memungkinan ekonomi finansial juga berputar kembali lantaran ia kembali mendapat ʺjustifikasiʺ di lapangan. Berputarnya ekonomi finansial, maka rezim akumulasi kapital bisa di amankan. Perdagangan, dengan demikian, tidak lagi sebaiknya dilihat sebagai persoalan untung‐rugi semata. Perdagangan kini dinisbatkan suatu fungsi sistemik, yaitu sebagai syarat mutlak bagi berjalannya ekonomi di sektor‐sektor lainnya—dan dengan demikian rezim akumulasi kapital itu sendiri. Vitalnya peran perdagangan ini secara sistemik membuat rezim ekonomi global berusaha keras untuk membuatnya lestari dan berkelanjutan. Usaha keras ini tentu saja termasuk mengeliminasi faktor penghambatnya yang paling utama, yaitu ketimpangan dan kemiskinan.
Tepat inilah yang terlihat dari kiprah WTO dalam upayanya memastikan kontinuitas perdagangan, dalam upayanya memperkuat, memperpekat dan memperluas
g
jejaring perdagangan dunia, yaitu dengan menumpang pada isu‐isu yang secara tradisional erat kaitannya dengan ʺpembangunan.ʺ Perdagangan kini tidak lagi berbicara pengenai
ie Polimpun
profit melulu, melainkan kesejahteraan (well‐being). Bukan mutual gain, melainkan
Yos
a
pengentasan kemiskinan. Bukan inovasi ekonomi, melainkan tanggung jawab sosial.
Melalui ini bisa kita saksikan bagaimana pasca‐krisis, hubungan bisnis dan pembangunan
Hizki |
berubah: jika sebelum krisis pembangunan membutuhkan bisnis (melalui narasi‐narasi developmentalisme), kini sebaliknya, bisnis membutuhkan keberhasilan pembangunan
Global
untuk menyelamatkan dirinya dari krisis.
omi Ekon
Penutup
Dengan melihat Aid for Trade WTO seperti ini, maka bisa dibaca suatu pergeseran
enataan P
paradigmatik dalam pengorganisasian ekonomi global, terutama dalam kaitannya dengan
ru
perdagangan. Penulis mencatat terjadinya pergeseran paradigmatik terkait modus Ba akumulasi profitkapital, dari perputaran langsung menuju perputaran yang sirkutis. (Lihat gma
Tabel 1). Bila pada pertukaran langsung profit didapat dari transaksi langsung, dalam
Paradi |
prputaran sirkuitis, profit didapat justru dari kontinuitas sirkulasi barang. Dengan kata
lain, setiap perhentian dalam sirkulasi ini adalah tempat‐tempat untuk mengekstrak profit.
Hal.
Sehingg ga apabila dipandang g dari parad digma ini, maka buka an transaks si itu yang terpenting, , melaink kan keberla anjutan dar ri transaksi i yang mer rupakan “s sapi suci” yang haru us dijaga di i sini. Mo odel GPNG GVC adala ah model ya ang tepat m merepresen ntasikan pa radigma in ni.
Paradigm a
Matriks s 2x2 Modus Akumu ulasi Profit
Langs sung
Sirkuit
GPN (Global
Jual‐B Beli
P Prod. Net)GVC C
Riil
Tradis ional
(Global Value
Chain) tuk n
Be
Real Time Finansia alisasi
Finansial
Trading
Komodit tasAset Spekulasi
Tabel 1. Mat triks Modus A Akumulasi Pr rofit
Bagaiman na menjaga a agar GV VC berjalan n terus? D Di sinilah masuk pe eran sektor r finansia al. Sektor f finansial m mampu mem mberikan p pembiayaan n untuk m melumasi se etiap rantai i
dalam ng rangkaian jejaring da an rantai p produksi gl lobal ini. P embiayaan n sektor fin nansial bisa a
pu
berupa a trading sp pekulatif di lantai bur rsa, namun n bisa juga a berupa b bantuan pe erdagangan n
lim Po
a hutang (ba aca: investa asi yang di samarkan) .
e si
Yo a
Hizki | al b
o Gl i
o m on
Ek ataan
d Grafik 15. . Estimated in ndex trader po ositions and co ommodity pri ices, January 2 2006–May 200 09 ra
(Sumb ber: UNCTAD, Trade and De evelopment Re eport, 2009)
Pa |
l. 25 Ha
Untuk pengamanan komoditas melalui trading, grafik 15 menunjukkan jelas bahwa banyaknya trader yang mengambil long position untuk adalah efek nyata bagaimana pengamanan pembiayaan sektor riil (GVCGPN) mendapatkan topangannya justru dari sektor finansial. Tepat di sinilah terjadi pembalikkan status ekonomi riil: jika dahulu ekonomi riil adalah basis dari ekonomi finansial, kini ekonomi riil justru difinansialisasi demi memperkokoh akumulasi sektor finansial. Klaim ini masih prematur semenjak ia disimpulkan dari sekedar penyimpulan deduktif dari rangkaian data statistik, sehingga perlu verifikasi lebih lanjut untuk menyempurnakannya. Namun demikian, sebagai suatu hipotesis, klaim ini diharapkan cukup untuk menunjukkan gestur pergeseran paradigmatik penataan ekonomi global. [HYP]
g
ie Polimpun Yos
a Hizki
|
Global omi
Ekon
enataan P
ru Ba
gma Paradi
| 26
Hal.