Paradigma Baru Penataan Ekonomi Global A
Paradigma Baru Penataan Ekonomi Global:
Analisis Politik Ekonomi terhadap Dampak Sistemik Krisis Finansial Amerika Serikat (2008)
Hizkia Yosie Polimpung 1 PACIVIS Center for Global Civil Society Study Universitas Indonesia
Abstrak
Apa dampak krisis finansial yang diderita Amerika Serikat (AS) pada 2008 silam terhadap ekonomi dunia? Umumnya, jawaban terhadap pertanyaan ini berkisar pada instabilitas makroekonomi, efek penularan (contagious effect) krisis dan naiknya Republik Rakyat Cina (RRC). Lebih dari ketiga genre argumentasi ini, dengan berangkat dari perspektif politik ekonomi, tulisan ini mencoba menunjukkan suatu dampak yang lebih mendalam: yaitu suatu perubahan fundamental dalam paradigma penataan ekonomi global. Untuk mengelaborasi argumentasi ini, tulisan ini pertama‐tama menunjukkan dimensi global dari postur ekonomi AS, untuk kemudian menunjukkan bagaimana krisis yang dialaminya pun menjadi berdimensi global pula. Kemudian tulisan ini mengelaborasi bagaimana upaya AS untuk memitigasi dan memulihkan diri dari krisis berdampak pada pergeseran paradigma penataan ekonomi global. Terkait upaya ini penulis memobilisasi teori siklus akumulasi profitkapital dan didukung oleh teori akumulasi finansial. Data‐data yang digunakan adalah data‐data publik mengenai indikator‐indikator ekonomi makro yang disediakan oleh World Bank, WTO, IMF dan UNCTAD. Di bagian akhir, argumentasi ini diuji dengan mengangkat studi kasus program Aid for Trade oleh World Trade Organization. Tulisan diakhiri dengan diskusi mengenai implikasi temuan dan beberapa simpulan teoritik maupun praktis.
Kata kunci
krisis finansial, penataan ekonomi global, siklus akumulasi profit, akumulasi finansial.
1 Saran kritik: yosieprodigygmail.com . Artikel masih berupa draft; untuk konfirmasi dan pengutipan mohon hubungi penulis.
Conference Paper 9th Doctoral Journey in Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
New paradigm of Global Economic Ordering: Political Economic Analysis of the Systemic Impact of US Financial Crisis (2008)
Hizkia Yosie Polimpung 2 PACIVIS Center for Global Civil Society Study Universitas Indonesia
Abstract
What are the impact of financial crisis which hampered the United States (US) in last 2008 towards the world economy? Generally, the answer to this question revolves around macroeconomic instability, contagious effect, and the ascent of the People Republic of China (PRC). More than these three genres of argument, departing from the political economic perspective, the paper attempts to demonstrate a more profound impact: that is a fundamental transformation of the paradigm of global economic ordering. To elaborate this argument, the paper firstly shows the global dimension of US economic posture, to show, in turn, how the crisis it suffers has global dimension as well. For this purpose, the author makes use of monetary power approach to dissect the anatomy of US economic hegemony and its paradoxical dependence towards the world economy. The paper then elaborate on how US’ efforts to mitigate and to recover itself from crisis give impact to the vicissitude of global economic ordering. With regard to this move, the author mobilizes the theory of cycle of capital accumulation and financialization. Data that is deployed in this paper come from publicly available data on macroeconomic indicator provided by the World Bank, OECD, IMF and UNCTAD. In the last part, the argument is tested by focusing on case study of the WTO Aid for Trade program. The paper is ended by discussing the theoretical implication of the study by charting out a matrix of capital accumulation in the era of post global financial crisis.
Keywords
financial crisis, global economic ordering, profit accumulation cycle, financial accumulation
2 Response critics: yosieprodigygmail.com . This paper is still in draft form, for confirmation and citation please contact the author.
Tahun 2007 dan 2008 silam, negara adidaya Amerika Serikat kembali dilanda krisis keuangan parah (selanjutnya ʺKrisisʺ), bahkan terparah sejak Selasa Hitam tahun 1929 yang memulai periode Depresi Besar tahun 1930an. Krisis yang dimulai dari gagal bayar hipotik (subprime mortgage) ini menjalar sampai ke instrumen‐instrumen kredit lainnya seperti saham, derivatif, CDS (credit default swap), CDO (collateralized debt obligation), dst. Tidak hanya ini, ia bahkan juga memangsa sektor lainnya. Pelaku utama sektor industri dan manufaktur di AS seperti raksasa General Motors dan ritel elektronik Circuit City pun
terkena imbasnya. 3 Singkatnya Wall Street dan afiliasinya harus menelan pil pahit krisis.
Namun, sayangnya tidak hanya Wall Street, mereka‐mereka yang di jalanan (main street), yaitu masyarakat, juga harus menanggung akibat krisis ini. Banyak yang kehilangan pekerjaan dan rumah, bahkan tidak sedikit yang mengalami gangguan jiwa bahkan bunuh diri. Lalu selain domestik, apakah dampak Krisis ini bagi ekonomi dunia ?
Krisis ini, sebagaimana diketahui bersama, juga tidak hanya bersangkutan dengan kehidupan masyarakat AS saja, atau dengan keberlangsungan ekonomi domestik AS semata. Tidak perlu waktu terlalu lama untuk ombak krisis ini sampai di, misalnya, bahkan utamanya, daratan Eropa. Satu per satu negara‐negara Eropa berjatuhan. Bahkan, akhirnya Zona Euro pun juga dirundung krisis. Di jalanan, masyarakat mulai mengkonsolidasikan protes, tidak jarang yang bersifat vandalistik. Pemerintah melakukan kebijakan‐kebijakan pengetatan anggaran (austerity) yang harus memotong alokasi sana‐sini. Di sisi lain, muncul kelompok‐kelompok populis kanan yang mencoba mengaktifkan kembali romantisisme konservatif dengan menafikan sistem norma dan nilai global (demokrasi,
Polimpung
pasar bebas, dan multikulturalisme misalnya). Dari dunia internasional, seruan‐seruan ie
Yos
a
kritis terhadap kegagalan institusi dan pemerintahan global (global governance) marak
diserukan. Bahkan, Nouriel Roubini mencela G‐20 sebagai G‐zero yang tidak memiliki taji
Hizki |
l
apa‐apa dihadapan krisis ini. 4
Globa
Dampak Krisis ini ke negara‐negara berkembang dan emerging market juga
omi
signifikan. Sekalipun tidak banyak yang terkena langsung dampak krisis, namun semenjak
Ekon
negara‐negara ini banyak yang bergantung pada rupa‐rupa pembiayaan internasional seperti pinjaman, hutang, investasi asing, dan trasnfer, maka akhirnya Krisis pun juga
enataan
terasa di sana. Banyak skema investasi harus ditangguhkan. Bantuan ditahan. Bahkan, P
“G.M., Once a Powerhouse, Pleads for Bailout,” New York Times, 11 November 2008; “General Motors declares bankruptcy – the biggest manufacturing collapse in US history,” Guardian, 2 Juni 2009; “Lessons From the Death of
Parad
Circuit City,” Wall Street Journal, 25 Oktober 2012.
4 Ian Bremmer Nouriel Roubini, “A G‐Zero World: The New Economic Club Will Produce Conflict, Not
Cooperation,” Foreign Affairs, 90, 2 (MaretAPril, 2011).
Hal.
dalam dua tahun saja, aliran keuangan ke negara berkembang akan jatuh sampai dengan
US 300 miliar, atau sekitar 25. 5 Ekonomi di sektor riil pun ikut terganggu. Indeks Baltik
Dry, salah satu indikator utama untuk mengukur aktivitas ekonomi dan perdagangan, jatuh sampai 45 kali hanya dalam lima bulan pasca Krisis. Bisa dimaklumi kemudian saat ekspor, impor, investasi, dan pertumbuhan jatuh, maka masyarakat kehilangan pekerjaan, berpendapatan rendah, dan akhirnya kemiskinan meningkat, keresahan sosial mulai muncul dan muncul narasi‐narasi Krisis lainnya sebagaimana telah sering kita dengar.
Sampai di sini setidaknya sudah bisa dipetakan narasi umum tentang dampak Krisis. Mulai dari dampak sosio‐ekonomi internal AS, dampak ke Eropa, dampak ke pemerintahan global, dampak ke negara berkembang, dan dampak ke ekonomi riil. Makalah ini tidak hendak menjabarkan secara detil dan meneruskan narasi‐narasi mengenai dampak Krisis ini. Melainkan hendak coba melengkapi narasi dampak Krisis ini dengan satu narasi yang nampaknya masih sedikit, jika bukan absen sama sekali, dari perbincangan publik, baik internasional maupun dalam negeri. Narasi yang absen itu adalah dampak Krisis terhadap paradigma pengorganisasian ekonomi global. Narasi yang dimaksud sama sekali tidak bisa direduksikan sebagai sekedar kebijakan‐kebijakan pemerintah danatau institusi, bukan juga persoalan teori‐teori ekonomi danatau ekonomi politik baru. Ia juga tidak bisa disimplifikasi sebagai tren bisnis dan manajerial perusahaan, tidak juga berkaitan dengan muncul‐munculnya komoditas atau produk baru. Hal‐hal ini tentunya juga penting dan menantang untuk dibahas. Namun demikian, sebagaimana yang akan dipertahankan makalah ini, narasi ini lebih fundamental semenjak ia mencakup unsur paradigmatik dan tatanan, yang di dalamnya kebijakan diorientasikan, bisnis dikoridorkan, komoditas diciptakan dan refleksi teoritis diarahkan. Bahkan, yang terlebih penting, memahami dampak Krisis terhadap paradigma pengorganisasian eknomi global ini krusial, seperti yang akan ditunjukkan, bagi kesiapan kita dalam menyongsong krisis‐krisis berikutnya.
Argumentasi umum yang hendak saya ajukan adalah bahwa Krisis finansial global telah mengubah secara fundamental pola pengorganisasian ekonomi global dengan mereka‐ulang status dan posisi ekonomi finansial, ekonomi riil dan hubungan di antara keduanya. Dalam membangun argumen ini, makalah ini pertama‐tama menunjukkan dimensi global ekonomi AS pra‐Krisis untuk menunjukkan secara spesifik faktor mana yang secara signifikan memberi muatan global tersebut. Dengan menggunakan indikator‐
5 Dirk Willem te Velde, Effects of the Global Financial Crisis on Developing Countries and Emerging Markets: Policy responses to the crisis, Catatan Konferensi Overseas Develompent Institute, 8 December 2008.
indikator dari beberapa institusi internasional terkait, makalah ini mendemonstrasikan bagaimana sektor finansial mendominasi ekonomi AS dan kemudian pada gilirannya mendeterminasi struktur ekonomi global. Berikutnya, kedua, untuk melihat dampak dari Krisis, makalah ini menggunakan konsep ‘akumulasi kapital’ dari Rosa Luxemburg untuk memahami siklus krisis dan perbaikan ekonomi. Sebagaimana dipahami Luxemburg, krisis merupakan simtom dimana suatu proses akumulasi kapital terganggu, sementara perbaikan ekonomi merupakan situasi dimana gangguan tersebut sudah diatasi. Namun demikian, Luxemburg belum melihat problem akumulasi dalam bentuknya yang kompleks seperti hari dimana instrumen finansial yang rumit dan beragam mewarnai ekonomi global. Untuk itu, penting juga untuk meletakkan kerangka akumulasi Luxemburg ini
dalam kerangka finansialmoneter sebagaimana yang dikembangkan oleh Bill Lucarelli. 6
Di bagian ketiga, makalah ini memberikan bukti empiris bagi dampak paradigmatik dan sistemik dari Krisis ke salah satu praktik pengorganisasian ekonomi kontemporer, yaitu yang dilakukan oleh World Trade Organization. Khususnya, makalah akan fokus pada program Aid for Trade untuk membuktikan argumentasi makalah ini. Di bagian akhir, makalah ini mengulas dan merangkum temuan dan argumen, serta menarik beberapa simpulan penting bagi pemahaman kita tentang dan terhadap Krisis.
Pertumbuhan Berbasis‐Hutang
Indikator pertama yang perlu dilihat untuk menunjukkan dimensi global dari ekonomi suatu negara adalah indikator neraca transaksi berjalan (current account balance).
Polimpung
Indikator ini merupakan total dari perdagangan internasional netto (ekspor‐impor) dan ie
Yos
a
transfer pemasukan netto (pemasukan dan pembayaran dari investasi asing). Dengan kata
lain, indikator ini dapat menunjukkan sampai sejauh mana suatu negara bergantung
Hizki | l
berkontribusi pada ekonomi dunia. Berikut indikator tersebut untuk beberapa negara.
Globa omi
Ekon
enataan P
ru Ba
a igm
6 Bill Lucarelli, The Economics of Financial Turbulence: Alternative Theories of Money and Finance (Edward Elgar,
Parad
2011). Selain Bill Lucarelli, penulis juga mengolah masukan dari Andrea Fumagalli Stefano Lucarelli, “A
Financialized Monetary Economy of Production,” International Journal of Political Economy, 40, 1 (Spring 2011), h. 48–
Hal.
‐200 ‐84,816
Germany
‐121,612 ‐113,571 ‐124,773 ‐140,72
‐416,32 ‐396,691
‐449,472 ‐457,726 ‐440,417 ‐451,458
‐600
‐518,663
United States
‐713,39 ‐798,478
‐1000
Grafik 1. Neraca Transaksi Berjalan Negara‐Negara Maju (Pilihan)
Sumber: World Economic Outlook Database, IMF (Diolah)
Dari data ini bisa langsung dilihat dengan jelas bagaimana ekonomi AS sangat bergantung pada dunia (untuk sementara, kita kesampingkan dulu data 2008 ke belakang). Dengan kata lain, defisit yang begitu besar memberikan AS predikat defisit no. 1 dunia, yang artinya, dengan kata lain, AS adalah pengutang no. 1 dunia. Bisa dilihat, bahwa sejak 1995
sd 2006, kurva neraca bergerak konstan menurun (kecuali 20001). Bahkan, semenjak 1997, penurunan itu semakin menajam. Dalam 10 tahun saja, semenjak 1996, defisit tersebut
membengkak sampai lebih dari 600. Sampai di sini bisa disimpulkan sementara
Polimpung ie
bagaimana ekonomi AS ditumpukan pada defisit perdagangan internasional. Lalu
Yos a
bagaimana ini bisa menunjukkan secara presisi sektor mana yang dominan ?
Hizki | l
Untuk ini, perlulah untuk membedah anatomi pertumbuhan AS ini. Dengan defisit sebesar itu, bisa dibayangkan bagaimana AS menciptakan kondisi untuk memperderas
Globa
aliran kapital ke ekonominya melalui instrumen‐instrumen aset hutang yang diciptakan
omi
dan dijualnya ke investor di seluruh dunia. Investor terbesarnya adalah negara‐negara Asia
Ekon
Timur (tidak termasuk Jepang), terutama Cina : pada 1996, agregat neraca transaksi berjalannya berada pada US 25 Miliar, tapi pada 2006, angka tersebut melonjak sampai
enataan P
US 557 Miliar; 7 sementara pada periode yang sama, cadangan valuta asing meningkat dari
ru Ba
a
US 690 Miliar ke US 2,9 Triliun. 8 Besarnya aliran kapital ini, uniknya tidak digunakan AS
untuk menanamnya di infrastruktur atau lainnya yang punya dampak langsung bagi igm Parad
7 World Economic Outlook Database, IMF.
8 World Development Indicator, World Bank.
Hal.
kesejah hteraan ma syarakat. M Malahan, k apital yang g besar ini dipakai AS S untuk m enciptakan n mekani isme‐meka anisme pe enciptaan hutang, dan den ngan dem mikian me endasarkan pertum mbuhannya pada huta ang.
Studi Matt tias Vermei iren menun njukkan ke arah ini. Ia a menyebu ut rezim per rtumbuhan
AS seb bagai sesua atu yang be erbasiskan pembiayaa an (finance ‐led). 9 Sem enjak finan ncing di AS S
merupa a dalam b bentuk hu utang, mak ka bisa di ipastikan b bahwa pe ertumbuhan nnya akan n berbasi iskan pada a hutang ( (debt‐led). G Grafik 2 m membenark kan ini. Di tahun 200 08, hutang g rumah tangga AS S mencapai i US 12,5 triliun. An ngka ini te erus menap pak naik da ari US 4,6 6 triliun hanya dal lam 10 tah hun (sejak 1999). Da ari besaran n tersebut, sumbangs sih hutang g hipotik k (mortgage) ) adalah yan ng terbesar r: sekitar 75 5.
ng pu
olim P sie Yo
Grafik 2. . Total Hutan g Rumah‐Tan ngga AS dan k komposisinya a a
(Sumber r: Quarterly R Report in Hous sehold Debt an nd Credit, 201 0 Q4, Federal l Reserve Ban nk of New Yor rk, Feb. 2011)
Hizki
Pembaca u | umumnya akan meng gernyitkan dahi saat fakta ini d dihadapkan n pada dua a l
grafik berikutnya a (Grafik 3 3 4). G Grafik ke‐3 menunjuk kkan tren peningkat tan (tajam) )
oba Gl
pengelu uaran kons sumsi di A AS. Di tahun n 2008, 80 pengelua aran konsu umsi final d didominasi i oleh k konsumsi r rumah tan ngga yang g besarnya mencapa ai US 10 triliun. B Besaran ini
onomi Ek
merupa akan kali l lipat dua d dari angka
13 tahun sebelumny ya (1995). A Angka ini terus naik k
dengan n konstan s emenjak 19 991.
ataan Pen
9 Ma attias Vermeir en, “The Cris is of US Mone etary Hegemo ony and Glob al Economic A Adjustment,” Globalizations ,
l. 7
Ha
Grafik 3. Peng G eluaran Kons sumsi AS dan Kontribusi K Konsumsi Rum mah‐Tangga ( (dlm. Triliun Dolar)
(Sumber r: World Devel lopment Indic cator, World B Bank, diolah.)
Namun n, dengan b berpaling p pada grafik ke‐4, dida pati setidak knya dua f fakta tentan ng rata‐rata a pemasu ukan masy yarakat AS per tahun: yaitu dido ominasi ole eh pemasuk kan yang r relatif kecil, , dan diw warnai den ngan jurang g ketimpan ngan yang b besar. Setid daknya 80 dari masy yarakat AS S memili iki pemasu ukan per tahun tida ak sampai US 100. 000. Deng gan grafik ini, maka a pertany yaan seder rhana yang g segera te rlintas ada alah dari m mana masy yarakat AS mendapat t uang u untuk meng gonsumsi? (Grafik 4 i ini juga me enunjukkan n fakta lain n bagaiman na ternyata a pelaku dominan dari total pengeluar ran konsum msi AS ad dalah mere eka yang b berada 5 teratas; ; dengan d demikian r retorika 1 vs 99 oleh para simpatisan n Occupy Wall Street t
tidaklah ng h terlalu bo ombas). 10
pu olim
Lowest fifth h Hizki
l Second fift |
Third fifth
Fourth fifth
Highest fift th Top 5 perce ent
onomi
Ek 0 ataan
Grafik k 4. Ketimpan gan Pemasuk kan di AS (dlm m US 2010)
(Sum mber: U.S. Cens sus Bureau, Cu urrent Popula ation Survey, A Annual Social l and Economi ic Supplement ts, diolah)
Ti im harian Gu uardian bahka an mengump ulkan data e mpirik dibali ik retorika in ni dan mengk konfirmasinya .
ʺOccupy protestors say it is 99 9 v 1. A Are they rig ght?ʺ Guardia an, 16 Nove ember 2011, diakses dar i
8 l.
Ha
http:ww ww.theguardia an.comnews datablog2011 1nov16occu upy‐protests‐d ata‐video .
Dari angka a konsumsi i yang ting ggi, angka h hutang yan ng tinggi, d dan angka p pemasukan n yang r rendah ma aka bisa d disimpulka n di sini bahwa m masyarakat AS mend dedikasikan pengelu uarannya untuk (ba ayar) huta ang. Kredi it, dengan kata lain n, adalah instrumen pengge erak ekono omi nasion nal AS. Hu utang den ngan demik kian adala ah kompon nen utama a pertum mbuhan AS S. Grafik k 5 semak kin menjus stifikasi d ominasi h hutang dal lam faktor r determ minan pertu umbuhan e ekonomi A AS. Ditunju ukkan baga aimana PD DB AS dito opang oleh h hutang g rumah ta ngga, bahk kan semen njak 2002, r rasio terseb but bselalu u berada di i atas 80 . Pula te erlihat bag gaimana j umlah hu utang rum
ah tangga a AS mela ampaui pe engeluaran n
konsum msi rumah tangga. Da ari data ini bisa disimp pulkan bah hwa, prakti is, semua o orang di AS S memili iki hutang. Inilah pro ofil pertum mbuhan eko onomi AS: : berbasisk kan hutang
g. (Sebagai i
perban ndingan, pe enulis men nyertakan G Grafik 6 un ntuk menu unjukan re zim pertum mbuhan di negara berkemban ng, yaitu ya ang tidak m menumpuk kan pada hu utang).
Grafik 5. H Hutang rumah tangga dan h harga rumah d di AS , 1995–20 012
Yo a
(Sumb ber: UNCTAD, , Trade and De evelopment R eport, 2013)
Hizki | l
oba Gl
onomi Ek
ataan Pen
ru Ba
a d igm ra
Gra fik 6. Hutang g rumah tangg ga dan harga r rumah di Cina a dan Indones sia (represent asi EMDC), 2 2000–2012
Pa
(Sumb ber: UNCTAD, Trade and De evelopment Re eport, 2013)
| 9 l.
Ha
Akumu
dalam memili berspek
8 menu selalu m mening pusat y suatu didoron profit, hal yan swasta penulis
upaya menggi sehingg yang he sebagai dibentu
11 Di 2009. Lih
ulasi Finans
Setelah me
ekonomi A ih untuk m
kulasi men unjukkan k
melampaui gkat hingga yang hanya
penyimpu ng oleh sek
maka bisa ng mengun
ke peme s tidak akan
Setelah me
serupa te iurkan da
ga ia menc endak difo
i salah satu uk khusus
ibentuk melal
h. Financial Cr
sial berska
elihat indik AS, pertan
menumpuk ngenai jawa komposisi h
i 150 dar
a 200. An
a berada di ulan sederh
ktor swast
disimpulk ntungkan.
rintah unt n berspeku
Gra (Sourc
embedah a erhadap se
an mengun
cetak angka okuskan di
u penyebab s oleh pem
lui Undang‐U risis Inquiry C
ala Global
kator‐indik nyaan kemu
kan pertum aban ini. Na hutang AS.
ri total PD ngka ini san
i kisaran 50 hana bahw ta. Semenja kan kemud
Bahkan, b tuk mendo ulasi diluar
afik 7. Kompis
ce: UNCTAD,
anatomi pe
ektor finan ntungkann
a‐angka sp
sini adalah
b utama K merintah A
Undang Fraud
Commission, F
kator di ata
udian yang mbuhannya
amun, kem
Secara kon DB. Bahkan,
ngat besar
0 PDB se wa keberh ak sektor sw
dian bahwa bisa jadi, ad
orong pen
apa yang d
sisi Hutang A
Trade and De
rtumbuhan nsial swas
ya sektor pektakuler.
h produk d Krisis oleh F
AS untuk
d Enforcement Financial Crisis
as mengena
g keluar a
a pada hu mbali kita be
nstan, seme
, semenjak
dibanding ejak 1995 s hutangan (
wasta sela
a kondisi k
da upaya ningkatan h
ditunjukkan
AS, 1995–2012
evelopment Re
n ekonomi sta di AS.
finansial Salah satu derivatif. Pr
Financial C
menginves
t and Recove s Inquiry Repo
ai kentalny adalah: men utang? Mak
erpaling ke enjak 1995,
k pertengah gkan denga
d 2008. Sam (indebtednes
lu dicirikan keberhutan
sistematis hutang ini n statistik.
( PDB) eport, 2013)
AS, maka . Hendak
swasta in u produk p
roduk deriv Crisis Inqui
stigasi aka
ry (Public La rt: Final Repor
ya karakter ngapa? Me kalah ini t
e data. Kali , hutang se han 2000, b
an hutang p mpai sini b ss) ekonom
n dengan p ngan ini ad dan lobi p
i. Namun
berikutny ditunjukk
ni, sedemi perdaganga vatif ini dis iry Commi
ar penyeba
aw 111‐21) pa rt of the Nation
ristik htang engapa AS tidak akan
i ini, Grafik ektor privat besaran itu pemerintah
bisa ditarik mi AS ini
pengejaran dalah suatu politis dari demikian,
ya disajikan kan betapa
ikian rupa an finansial sebut‐sebut ission yang
ab Krisis. 11
ada bulan Me nal Commission
Ha
l. 10
Pa
ra
d
igm
a
Baru
P
en
ataan
Ek
on
o m
i Gl
o b al
Hizki
a
Yo
si
e Po
lim
pu
ng
g S nk
tu
hk
inu
i ,
n
a
lt
g
in
Derivat acuan ( dan in Pemega dari as tergolo pemeri bersifat orang p signifik
PDB du yang le (sebelu yang h sampai total de
on the Ca Januari 2
12 Fo Sementar
tif adalah i (underlying deks harga ang deriva et tersebut
ong dalam
intahregul
t over‐the‐c
per orang. kan derivat
Graf
Grafik 8 m unia denga ebih mence
um krisis) s
hanya US
i 27 kali. T erivatif da
uses of the Fina
011. orwards mer
ra futures dan
g asset) sepe
a. Namun, atif, dengan
t. Disebut s
shadow ba ator. Keba counter (OT
Statistik‐s tif.
fik 8. Domina
(Sumb
menunjukka
an, bahkan
engangkan.
sebesar US
56 triliun Tidak kalah
n options d
ancial and Econ rupakan deri
n options, kedu
finansial se erti, misaln , derivatif n demikian
sebagai sal anking, yait
anyakan pr
TC) tanpa statistik ber
asi Sektor Fina
ber: BIS Statis
an dengan
cukup han . Total lalu S 1.547 tri n, maka be
h mencenga dibandingk
nomic Crisis in ivatif yang d
uanya mengik
ekuritas ya nya, saham
tidak men n, hanya “
ah satu pe tu aktivita roduk deri
lewat bur rikut menc
ansial dalam E stics Datab
jelas juran nya, forward u lintas tran
iliun; jika d esar pasar
angkan ada kan dengan
n the United St
diselenggarak kuti aturan pa
ang nilainy m, obligasi,
nandakan k “bertaruh”
nyebab uta as keuanga
ivatif (futu
sa. Artinya coba memb
Ekonomi Glo
ank Worldban
ng pemisah
ds saja. Gra nsaksi (turn
dibandingk
futures ini alah Grafik n lalu linta
tates, Official G
an langsung, sar modal pad
ya diturunk
komoditas kepemilika
dan “bers ama krisis an yang be
res, forward
a, deal terj beri gamba
obal (dlm US
nk, diolah)
h yang jauh afik 9 bahka
nover) di pa
kan dengan
i mengerdi k 10 yang m as transaks
Government o
, over‐the‐coun
da umumnya.
kan (derived s, valuta, su
an atas ase spekulasi”
karena sifa erada dilua
d, swaps d adi secara aran meng
triliun) 12
h antara to an menunju asar futures
n PDB dun ilkan ekon
menunjukk sinya masin
of United State nter, dan dil
d) dari aset uku bunga et tersebut atas harga atnya yang ar regulasi
an options)
a langsung, genai peran
otal volume ukkan data pada 2008 nia saat itu nomi dunia kan jumlah ng‐masing
es of America luar regulasi
Ha
l. 11
Pa
ra
d
igm
a
Baru
P
en
ataan
Ek
on
o m
i Gl
o b al
Hizki
a
Yo
si
e Po
lim
pu
ng
t
a .
a
gi )
, n
e
a
8 u
a
h .
Tahun 2008, tota al futures y yang hany ya US 19 triliun itu u dipertuka arkan teru us menerus s melalui i transaksi i sampai‐s sampai jum mlah pertu ukaran ters sebut men capai 80x nilai total l futures tersebut, y yaitu US 1 1.547 triliun n. Pertanya aan naif ya ang segera terlontar a dalah: dari i mana u uang‐uang ini berasal? ?
Forwards
Futures
Turnover Futures s
Options
Turnover Optio ons
9. Volume Pa asar Derivatif Global (dlm US triliun)
(Sumbe er: BIS Statist tics, diolah)
ng
Futu res
Turnover Fu utures
Options
Turnov ver Options
Ek ataan
Grafik 10. P Primasi Sirku ulasi ketimban ng Investasi (d dlm US triliu un)
en
(Sumbe er: BIS Statist tics, diolah)
P
Dari mana a pun uang g‐uang ini b berasal, ya ang pasti sa atu hal per rlu ditanda askan yaitu u
Baru a
bahwa melalui pa asar deriva atif (dan fin nansial pad da umumn nya), hanya a dari seju mlah uang g igm d
tertentu ra u, seorang g investor dapat me eraup keu untungan y yang berk kali‐kali lip pat ganda .
Pa
Besarny ya volum me uang i ini bisa d dijelaskan secara se ederhana sebenarny ya dengan n
| 12 menggu unakan pe endekatan penawaran n‐perminta aan (supply ‐demand), y yang berik kutnya bisa a l. Ha | 12 menggu unakan pe endekatan penawaran n‐perminta aan (supply ‐demand), y yang berik kutnya bisa a l. Ha
investortrader 13 . Saat suatu efeksurat berharga diperdagangkan di bursa dengan harga
murah, maka ia akan menarik banyak investor untuk membeli. Semakin banyak investor yang datang, semakin naik lah harganya. Saat harga terus naik, otomatis satu per satu investor mulai mundur, dan akhirnya saat sepi peminat, harga mulai jatuh. Dan begitu seterusnya. Setiap investor mempertaruhkan uangnya semata‐mata pada perbedaan harga (price advantage).
Namun apabila didekati dari sisi institusi besar (bank investasi, hedge fund, pemerintah), yaitu institusi yang memiliki dana yang teramat besar, seringkali mereka melakukan “manipulasi” pasar dengan mengucurkan uang dalam jumlah besar untuk mengarahkan rasionalitas investor dalam kerngka permintaan‐penawaran tadi. Tujuannya bervariasi berdasarkan sang pengucur. Bagi pemerintah, biasanya untuk mengendalikan harga. Bagi bank investasi, seringkali untuk semata‐mata menggeliatkan lalu lintas transaksi dengan harapan memperbesar komisi dari masing‐masing nasabahnya dan juga menaikkan harga indeksnya—yang artinya “saatnya menambah uang.” Institusi besar seperti Goldman Sachs, Morgan Stanley, dst., seringkali justru mengadopsi sisi yang berkebalikan dari investror. Saat investor membeli, mereka menjual. Begitu sebaliknya. Semakin intens rutinitas ini diulangi, maka semakin banyak uang dihasilkan. Dengan kata lain, pasar finansial merupakan arena yang menggiurkan bagi para pemodal besar untuk
g
terus menerus mengakumulasikan profitkapitalnya. Siapakah mereka?
ie Polimpun
Laporan Office of the Comptroller of the Currency, AS, menunjukkan bahwa lima
Yos
a
terbesar dari mereka adalah JP Morgan Chase Bank, Bank of America, Citibank, Wachovia
Bank dan HSBC Bank. 14 Inilah top 5 bank yang menguasai sektor swasta finansial Amerika
Hizki |
tepat sebelum krisis melanda. Di kuartal pertama 2008, total kepemilikan nosional derivatif dari top 5 bank ini mencapai kisaran 95 dari total keseluruhan derivatif yang beredar di
Global
AS. Masih dari dokumen yang sama, didapati bahwa, misalnya JP Morgan Chase,
omi
sekalipun memiliki kontrak derivatif sebesar US 87 triliun, namun asetnya hanyalah US
Ekon
1,7 triliun. Demikian pula dengan Bank of America, aset US 1,5 triliun bisa menghasilkan
enataan P
ru Ba
gma
13 Sebenarnya terdapat perbedaan antara investor dan trader. Investor lebih berorientasi jangka panjang.
Paradi
Sementara trader lebih berorientasi jangka pendek, bahkan sependek per hari.
14 Office of the Comptroller of the Currency, Quarterly Report on Bank Trading and Derivatives Activites, 2008
Q1, Maret 2008.
Hal.
kontrak k derivatif f US 38 t triliun. Jela as, bahwa resiko def fault selalu u membay angi pasar r
derivat tif ini. 15 Nam mun demik kian, para p pelaku ini n nampak tid dak menghi iraukannya a. 16
Lalu, baga aimana ha al ini dapa at mempen ngaruhi ek konomi glo obal? Ekon nomi yang g bertum mpukan pad da akumu ulasi finasia al ala AS ini sangat t membutu uhkan topa angan dari i ekonom mi negara l lain. Satu k konsekuens si logis dar ri rezim pe ertumbuhan n berbasis hutang ini adalah membuat negara‐ne egara lain untuk men ngkonsolid dasikan rez zim pertum mbuhannya a dengan n tidak berb basis hutan ng. Negara ‐negara Se latan, misa alnya, menu umpukann nya dengan n perdag gangan riil ( (Grafik 11) .
Grafik k 11. Evolusi E Ekspor Negar ra Berkemban ng berdasarka an produknya a, 1995–2012 (A Angka Index, 1995 = 100)
| al
(Sourc
ce: UNCTAD, Trade and Dev velopment Re eport, 2013 )
o b
Hal in Gl ni harus d dibaca sec cara holist tik. Kenya ataan bahw wa negara a‐negara S Selatan ini i i
o m menun njukkan pen ningkatan s secara kurv va, tidak lan ntas berart ti bahwa se ekarang ada alah era the e on
rise of the South. Untuk bis sa realistis, , kita wajib b menyejaj jarkannya dengan ka arakteristik k
Ek pertum mbuhan AS yang berb basikan hut tang. Deng gan kata lai in, kita per rlu menyad dari bahwa a ataan
AS mem en mbutuhkan negara‐neg gara berkem mbang di S elatan, teru utama, untu uk “menam mbal” defisit t
P neraca t transaksi be erjalannya. D Dengan Cin na, misalka an, secara b bilateral, A AS defisit se ebesar US Baru
15 W Warren Buffet b bahkan meng akui sendiri b bahwa “I view w derivatives as time bomb bs, both for th
he parties that t Pa
deal in th hem and the ec conomic syste em” pada 2003 3. Lih. Warren n BUffet, Berksh hire Hathaway 2002 Annual R Report, 2003.
16 Ste eve Denning, “Big Banks a and Derivativ ves: Why Ano other Financia l Crisis Is Ine evitable,” Forb bes, 1 Agustus s
14 l.
Ha
268 mi jatuhny
dampa bagaim mempe mau m jelas b memen swasta mewar didemo dan m finansia antara p
penting akumu penulis ekonom akumu
liar pada 2 ya AS dan n
Sampai di k sistemik
mana port
ertahankan mensyaratka
ahwa AS nuhi kebutu
memaink nainya d onstrasikan meraup keu
al terhadap perdagang
Sebelum m
g untuk d ulasi. Dari t
s menyimp mi. Ketiga ulasi spasial
2008. Sehin naiknya ne
Grafik 12. To
i sini seki k dari krisi
tofolio ek n pertumbu
an AS untu
membutuhk uhan impo kan peran
dengan ka
n, adalah m
untungan
p sistem e gan sektor f
masuk untu
dibahas se teorisasi Ro
pulkan tig
a akumula l (pra‐kapit
991 1992 1993 1994
ngga adala egara‐negar
otal Volume E
(Sumber: WT
iranya sud
is finansial konomi A uhan berba
uk menjala kan dunia,
ornya. Pula n kunci d
arakter‐kar modus pal
sebanyak‐b ekonomi g finansial da
uk membuk
edikit men
osa Luxem
a model a asi tersebu
tal). Penuli
4 1995 1996 1997 199
Cina (E)
ah terlalu n ra berkemb
Ekspor‐Impor
TO Statistics D
dah cukup
l AS 2008 AS sangat
siskan huta ankan perd
, terutama
a makalah dalam me rakter spe
ing mengu banyaknya
global, jaw
an sektor ri
ktikan dug ngenai apa
mburg dan B
akumulasi ut adalah:
s mengilus
98 1999 2000 2001 2
Cina (I)
naïf untuk bang dan Se
r Cina dan AS
Database, dio
bagi kita silam. Ma t bergantu
angnya. Ek dagangan d
negara b ini telah m enggerakka ekulatif. S untungkan
a. Maka, a abannya a
il. aan ini me
a yang p Bill Lucare
yang ada akumulasi strasikan hu
2002 2003 2004 200
AS (E)
tergesa‐ge elatan.
S (dlm. Juta Do
olah)
a untuk da akalah ini
ung pada konomi sem
defisit den berkembang
menunjukk
an sistem
Sektor fin
untuk me apabila dit akan memp
lalui kasus enulis seb lli mengen
a dan salin
i finansial, ubunganny
05 2006 2007 2008 2
AS (I)
esa mende
olar)
apat mema sudah me
a upayan macam ini, ngan dunia
g dan sela kan bagaim finansial nansial, ju engakumul tanya dam
pengaruhi
s Aid for Tr but sebaga
nai akumul ng menopa , akumula ya di Skema
009 2010 2011 2012
eklarasikan
ahami apa enunjukkan nya untuk
mau tidak
a. Sehingga atan untuk mana sektor l AS dan uga telah lasi kapital
mpak krisis hubungan
rade WTO, ai anatomi asi kapital, ang dalam si riil dan
a 1.
2
Ha
l. 15
|
Pa
ra
d
igm
a
Baru
P
en
ataan
Ek
on
o m
i Gl
o b al
|
Hizki
a
Yo
si
e Po
lim
pu
ng
n
ank
ak
rn
hlsn
, i ,
mn
Dari sk akumu tempat ukuran dengan akumu berjalan akumu
maka y adalah berfung dengan akumu Krisis 2 tahun mempe global?
17 Uk
kema terseb ulasi riil, da
t sama sek n yang pal
n kontrak ulasi riil, m
n. Begitu ulasi riil.
Krisis, berd ulasi ini. Jik
yang lain
saat dima gsi dengan n demikian ulasi keuntu
2008 diseba
berlalu, bi erbaharui s ?
kuran tidak be
but diharap
an tanpa a kali untuk
ling besar.
derivatif maka akumu
pula den
dasarkan s ka satu terk
terganggu ana mulus n baik da
n selalu m ungan ini. J
abkan kare isa dipasti
sistem. Ap
erdasarkan ska
Skema 1. A
pkan jelas b
da akumul bahkan b Hal ini t
yang dim ulasi finan
gan akum
skema ini, a kena krisis,
u. Dengan
snya rezim alam meng
mensyaratk
Jadi, beran ena tergang
kan pula pakah lang
ala yang pasti
Akumulasi Riil
Anatomi Akum
bahwa aku
lasi spasial erkegiatan
tepat terbu
iliki bank‐ sial, semen
mulasi spas
adalah kris
maka sem
cara inilah m akumula
ghasilkan kan pembe
gkat dari p ggunya rez
bahwa lan gkah‐langk
i. Perbedaan u
Akumul
Akumulasi Spasial Pra‐
Kapital
mulasi Kapita
umulasi fina
l (tanah da
ekonomi. uktikan den
‐bank di a nggiurkan
sial yang
sis terhada muanya aka
h kita mes si kapital keuntunga
enahan da pemikiran i
zim akumu ngkah‐lang
ah itu? Ap
ukuran hanya
asi Finansial
al 17
ansial tidak an ruang) m
Akumula ngan gap atas. Nam
apapun itu
menjadi s
ap salah sat
an terkena j
sti menem
terhenti a an. Pemuli
an pembah ini, maka b
ulasi finans gkah pemu
pa implika
sebagai ilustra
k akan berj maka tidak
si finansia antara ase
mun demik u, ia tetap syarat pen
tu roda da juga. Satu mpatkan Kr atau tidak ihan Krisis haruan pa bisa dipasti sial. Lalu, s ulihan diam asinya bag
asi sederhana
jalan tanpa k akan ada al memiliki et derivatif kian, tanpa tidak akan nentu bagi
lam skema terganggu,
risis. Krisis lagi dapat s ekonomi ada fungsi
kan bahwa semenjak 6
mbil untuk gi ekonomi
semata.
Ha
l. 16
Pa
ra
d
igm
a
Baru
P
en
ataan
Ek
on
o m
i Gl
o b al
Hizki
a
Yo
si
e Po
lim
pu
ng
a
i
f
an
i
a , sti
a
6 k
i
FINANSIALISASI SEKTOR RIIL MELALUI RETORIKA DONOR Selayang pandang Aid for Trade
Aid for Trade pertama kali diluncurkan oleh WTO pada Pertemuan Tingkat Menteri‐nya di Hong Kong tahun 2005. Setahun kemudian ia diperlengkapi dengan sebuah Unit Kerja (Task Force) untuk kepentingan operasionalisasi serta bekerja sama dengan berbagai institusi keuangan, perdagangan, dan pembangunan regionalmultilateral sejak
tahun 2007. 18 Inisiatif bantuan untuk perdagangan ini bertujuan membantu negara‐negara
berkembang dan kurang berkembang agar dapat terlibat dalam perdagangan internasional dengan mengeliminasi hambatan‐hambatan terkait perdagangan yang dihadapi oleh negara‐negara tadi. Bantuan yang diberikan berupa pembangunan infrastruktur, kapasitas sumber daya manusia dan kapasitas institusional terkait perdagangan. Dalam menjalankan inisiatif ini, WTO bekerja pada dua level; pertama di tingkat global, yaitu memfasilitasi, mengawasi dan mengevaluasi jalannya pemberian bantuan dari donor kepada negara‐ negara penerima bantuan secara berkala; dan di tingkat lokal, WTO berperan sebagai pendorong pengarusutamaan (mainstreaming) perdagangan sebagai strategi pembangunan nasional negara‐negara rekannya.
Dalam beberapa tahun terakhir, WTO bersama OECD telah mendorong dilakukannya riset terhadap perdagangan dalam kerangka ‘rantai nilai global’ (global value
g
chain). Pendekatan rantai nilai (value chain) ini dilihat menjadi semakin penting semenjak liberalisasi perdagangan di berbagai level telah meningkatkan akses terhadap pasar serta
ie biaya transportasi dan komunikasi yang semakin menurun memungkinkan proses Polimpun
Yos
a
produksi menjadi lebih leluasa: produksi dapat dilakukan di manapun sepanjang terdapat
keterampilan dan bahan baku untuk proses produksi dengan harga dan kualitas yang
Hizki |
kompetitif. Dalam kerangka rantai nilai global, rangkaian penambahan nilai dalam jaringan produksi berbagai industri secara global itulah yang menjadi signifikan bagi pertumbuhan
Jika sebelumnya upaya‐upaya WTO terkait perdagangan internasional ditujukan Ekon untuk meningkatkan volume dan perluasan sektor‐sektor perdagangan, pendekatan ‘rantai
enataan
nilai global’ dalam melihat perdagangan kemudian mengarahkan organisasi multilateral ini
P ru
Ba
untuk menyatukan dan menambah mata rantai nilai dalam jaringan produksi global. Jika
sebelumnya pula, WTO berupaya mengintegrasikan negara berkembang, dan terutama
gma
negara‐negara kurang berkembang, ke dalam ekonomi global serta mengusahakan bantuan
“Aid for Trade,” World Trade Organization, diakses tanggal 6 September 2013 dari 17 http:www.wto.orgenglishtratop_edevel_ea4t_eaid4trade_e.htm .
Hal.
dari donor untuk mendukung proses tersebut; tahun 2013 WTO secara spesifik mengangkat tema “Connecting to value chains” yang berarti mengupayakan langkah‐langkah pemanfaatan bantuan pembangunan, agar negara‐negara berkembang dan kurang berkembang dapat masuk dan terhubung erat dengan rantai nilai internasional
(international value chain). 19 Kompleksitas jaringan produksi yang mencirikan perdagangan
global masa kini itulah yang dilihat oleh WTO sebagai peluang bagi negara‐negara berkembang dan kurang berkembang agar dapat terlibat secara lebih intensif di dalam perdagangan global.
“The deepening and widening of value chains has boosted the share of intermediate goods in trade as more firms and countries join these diffuse networks. As firms focus more on trade in certain specific tasks and less on the complete production process, new opportunities arise for firms in developing countries, including in the least developed countries, to become part of these regional and global
networks..” 20
Dengan masuk ke dalam rantai nilai internasional yang sangat dinamis dan kompetitif, jumlah industri akan terus bertumbuh dan tekanan agar dapat tetap kompetitif akan mewajibkan mereka untuk meningkatkan keterampilan atau mengembangkan kompetensi dalam pasar yang semakin tersegmentasi. Proses ini dengan sendirinya akan meningkatkan perekonomian. Negara‐negara berkembang dapat meningkatkan produksi barang dan jasa serta mampu menarik investasi, baik dari dalam dan luar negeri.
Penyerapan tenaga kerja pun terjadi dan dengan demikian tingkat kemiskinan akan g berkurang.
Polimpun ie
Apa saja yang telah dilakukan oleh WTO dalam rangka “connecting (the developing
Yos a
and the LDCs) to value chains”? Di antara negara‐negara berkembang, agenda perdagangan cenderung dikejar melalui upaya integrasi ekonomi regional. Aid for Trade berperan
Hizki |
sebagai katalis bagi rantai nilai regional, caranya: membangun kapasitas produktif dan mendukung liberalisasi perdagangan dan investasi regional melalui berbagai proyek
Global
ataupun program, serta mendukung efisiensi birokrasi dan juga membangun infrastruktur. omi Salah satu yang dinilai berhasil ialah pemberian FDI untuk mendukung ASEAN Free Trade
Ekon
Area dan ASEAN Economic Community, di mana Vietnam berhasil menjadi Negara ber‐
Pendapatan Menengah (Middle Income Country) di tahun 2012. enataan 21 Vietnam mulai mengadopsi
P
rezim perdagangan dan investasi bebas dengan bergabung ke dalam AFTA dan ASEAN ru
Ba gma
19 “Fourth Global Review of Aid for Trade: “Connecting to value chains””, diakses tanggal 6 Sept. 2013, http:www.wto.orgenglishtratop_edevel_ea4t_eglobal_review13_e.htm .
Paradi
“Foreword”, OECDWTO (2013), Aid for Trade at a Glance 2013: Connecting to Value Chains, | http:dx.doi.org10.1787aid_glance-2013-en 18 .
21 “Boosting Value Chains via Regional Aid for Trade,” Ibid., hlm. 122.
Hal.
Area In nvestment Program yang mem mungkinka annya untu uk terhubu ung dengan n berbagai i jaringan n produks si regional. Langkah‐l langkah V ietnam un tuk berpar rtisipasi da alam rantai nilai re gional ini k kemudian d diikuti oleh h Kamboja dan Myanm mar.
Berikut t adalah ga ambaran al liran Aid fo or Trade d dalam konte eks aliran O Official De evelopment t Assista ance (ODA
A) secara k keseluruha an. Bantua an bagi Pe erdagangan n regional dan sub‐ ‐
regiona al hanya m menyusun sebagian kecil dari keseluruh an Aid fo or Trade, a akan tetapi i
jumlah nya terus m meningkat hingga saa at ini. 22
ng pu lim Po e si Yo
a
Hizki Graf fik 13. Pendan naan Program Regional dan n Global per K Kategori (Pan gsa dalam Pe rsen dan Nila ai Total) 23 | b al o
Berdasarka an tabel di i atas, dap at dilihat b bahwa pem mbangunan n kapasitas s produktif f
i Gl
menjad di kategori yang palin ng domina an menyusu un Aid for r Trade di tingkat re gional dan n
o m
sub‐reg gional seja ak tahun 2006. Aka an tetapi jumlah da ana yang dialokasik kan untuk k
on Ek
pemban ngunan ka apasitas pro oduktif dal lam Aid fo r Trade reg gional dan sub‐region nal tampak menuru ataan un pada ta ahun 2009 h hingga 201 11, dan dia alihkan unt tuk pemba angunan in nfrastruktur r
en
ekonom P mi dan men ndukung ke ebijakan da an peratura an perdaga angan.
Baru a
Ibi 19 id., hlm. 133 l. 23 Di iambil dari Ibid d.
Ha
Grafi ik 14. Distrib busi Geogra afis Pendana aan Program Regional da an Global
(Pangsa dal lam Persen d dan Nilai Tot tal) 24
Pada t tabel di ata as tampak bahwa alo okasi dana Aid for Tr rade tersus sun paling besar oleh h
kategor ri global at au multi‐re egional, di mana dana a tersebut d diberikan k kepada neg gara‐negara a ng
dengan n kebutuha an serupa w walau tidak k berada da alam wilay yah geograf fis yang sam ma. 25 Dana
pu lim
untuk Afrika naik k sebanyak k dua kali lipat dari tahun 200 06 hingga t tahun 2011 1. Menurut t
e Po
publika asi WTO, hal ini dik karenakan tingginya dukungan n dari par ra pemimp pin negara‐ ‐
si Yo
negara a Afrika ter rhadap inte egrasi regio onal. 26 Sem mentara itu, , studi kasu us dari im mplementasi i Aid fo or Trade d di Mozam mbik, melal lui Progra am Strateg gis Nacala Corridor Economic c Hizki |
Develo opment ole eh Japan In nternationa al Coopera ation Agen ncy (JICA), menyebut tkan peran n
b al o
Aid fo r Trade d alam mem mbangun ja aringan ind dustri anta ara Mozam mbik denga an negara‐ ‐
i Gl m
negara tetanggan nya seperti Malawi, T Tanzania, d dan Zambi
a. Ke depa annya, targ get Aid for r
o on Trade o oleh WTO m masih dala am rangka m mewujudk kan kapasit as produkt tif bagi neg gara‐negara a Ek
berkem mbang dan n kurang berkemban ng agar d dapat berg gabung ke e dalam r rantai nilai i
ataan interna asional. Un ntuk itu, W WTO akan m melibatkan sektor sw wasta maup pun lembag ga‐lembaga a en P
Baru a
Di | iambil dari Ibid d.
“B 20 Boosting Value e Chains via R Regional Aid fo or Trade,” Ibid d. l.
Ha
26 Ibi id., hlm. 134.
nonpemerintah lain sebagai rekan dalam membangun kapasitas produktif regional, baik
dari sisi sumber daya manusia maupun institusionalnya. 27 Inilah sekilas upaya yang dilakukan WTO untuk membawa mereka‐mereka yang
tidak terkoneksikan secara memadai ke rantai nilai global. Konfidensi WTO dalam mengklaim keberhasilan ini bisa dibilang cukup tinggi, terlihat dari pengantar laporannya dan komentar‐komentar di websitenya.
World Trade Report 2013
Untuk mensituasikan Aid for Trade dalam pandangan WTO yang lebih luas, ada baiknya juga untuk dibahas poin‐poin utama dalam laporan tahunan World Trade Report 2013 WTO. Dalam World Trade Report 2013 disebutkan tiga konteks sosio‐ekonomis yang menjadi perhatian WTO saat ini terkait keberlangsungan perdagangan internasional ke depannya: pertama, kesenjangan ekonomi dan pengangguran; kedua, isu‐isu lingkungan; dan ketiga, isu ekonomi makro dan finansial. Secara singkat berikut adalah apa dan mengapa WTO melihat ketiganya sebagai konteks krusial bagi perdagangan internasional di masa depan.
Munculnya ekonomi baru seperti China tidak lantas diikuti dengan pemerataan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Namun demikian, WTO berpegang bahwa
g
perdagangan, yang didukung dengan perkembangan teknologi atau dengan investasi dari luar (Foreign Direct InvestmentFDI), akan memengaruhi distribusi pendapatan secara
ie Yos
Polimpun
signifikan dalam suatu negara, dan di saat yang sama pula ketiganya merupakan
a
pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, meskipun program‐program penyesuaian
struktural demi keterbukaan perdagangan dapat berdampak pada kenaikan tingkat
Hizki |
pengangguran, WTO cenderung mengutamakan potensi perdagangan dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang dapat dihasilkan dari perdagangan bebas. Sebab,
Global
penyesuaian‐penyesuaian semacam inilah yang dilihat sebagai kebutuhan atau langkah
omi
awal bagi struktur komposisi ketenagakerjaan dan produksi yang baru. Dukungan
Ekon
kebijakan diperlukan untuk mengantisipasi dampak dari penyesuaian‐penyesuaian
tersebut, seperti yang dinyatakan dalam kutipan berikut ini: 28 enataan P
ru
Ba
“..active labour market policies that help displaced workers to find new jobs can contribute to
reducing fears about job loss. Policies that strengthen the enabling environment for enterprises can
gma
positively contribute to job creation. Initiatives to strengthen domestic financial markets can have
Paradi
Ibid., hlm. 141. |
“Trade Opennes and the Broder Socio-Economics Context,” World Trade Report 2013: Factors shaping the future of 21 world trade (WTO, 2013), 237
Hal.
particularly high pay‐offs, to the extent that they succeed in facilitating investement necessary to raise firms’ competitiveness. More generally, initiatives, such as Aid for Trade, that aim to strengthen supply response in developing countries can contribute in this regard.” Sementara itu, isu lingkungan nyata mengurangi tingkat daya saing dan menjadi
hambatan bagi perdagangan bebas. Dimensi lingkungan telah dimasukkan ke dalam banyak kesepakatan dagang regional, termasuk tuntutan disiplin hukum dan standar‐ standar lingkungan domestik bagi tiap negara. WTO mendorong perhatian lebih tinggi terhadap ‘daya saing hijau’ oleh karena perdagangan bebas dan perlindungan terhadap lingkungan dilihat sebagai kunci bagi pembangunan yang berkelanjutan, tak terkecuali di negara berkembang. Investasi kepada negara‐negara berkembang harus diberikan bersamaan dengan mengusahakan perubahan metode produksi dan perdagangan yang
lebih rendah polusi dan energi. 29 WTO melihat bahwa keuangan (finance) merupakan pelumas bagi jalannya