KERANGKA DASAR AKUNTANSI KEUANGAN
4. Penghasilan (income)
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Penghasilan (income) meliputi:
Penghasilan (income)
a. Pendapatan (revenue) timbul dari
adalah kenaikan
pelaksanaan aktivitas perusahaan
manfaat ekonomi
yang biasa dan dikenal dengan
selama suatu periode
sebutan antara lain penjualan,
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penghasilan jasa (fees), bunga,
penambahan aset atau
dividen, royalty dan sewa
penurunan kewajiban yang mengakibatkan
b. Keuntungan (gains) timbul dan tidak
kenaikan ekuitas yang
timbul dari pelaksanaan aktivitas
tidak berasal dari kontribusi penanam
perusahaan yang biasa. Keuntungan
modal
(gains) mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi. Contoh pos yang
timbul dalam penghasilan aset tak lancar akibat penilaian kembali atau pelepasan investasi.
5. Beban (expenses)
Beban (expenses)
adalah penurunan
Beban (expenses) adalah
manfaat ekonomi
penurunan manfaat ekonomi selama
selama suatu periode
suatu periode akuntansi dalam bentuk
akuntansi dalam bentuk
arus keluar atau berkurangnya aset atau
arus keluar atau berkurangnya aset atau
terjadinya kewajiban yang
terjadinya kewajiban
mengakibatkan penurunan ekuitas yang
yang mengakibatkan
tidak menyangkut pembagian kepada
penurunan ekuitas yang
penanam modal.
tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Beban mencakup:
a. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan biasa meliputi misalnya beban pokok penjualan, gaji, penyusutan. Beban ini berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti kas dan setara kas, persediaan dan aset tetap.
b. Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Contoh misalnya kerugian akibat kebakaran, bencana alam dan penurunan nilai aset
G. Pengakuan dan Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Setiap transaksi yang terjadi akan dicatat dengan cara mendebit atau mengkredit akun akun tertentu disertai dengan nilainya. Misalnya jika perusahaan menjual barang dagangannya secara tunai senilai Rp. 200.000, maka akun yang didebit adalah kas dan akun yang dikredit adalah penjualan dengan nilai masing masing Rp. 200.000. Akun kas merupakan salah satu pos laporan keuangan yang masuk dalam kelompok aset sedangkan akun penjualan merupakan salah satu pos laporan keuangan yang masuk dalam kelompok penghasilan.
Untuk bisa menentukan akun apa yang harus didebit atau dikredit perlu dianalisa terlebih dahulu dampak transaksi tersebut apakah mempengaruhi unsur unsur laporan keuangan seperti aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan atau modal. Tentu saja penetapan unsur mana yang dipengaruhi oleh transaksi harus didasarkan Untuk bisa menentukan akun apa yang harus didebit atau dikredit perlu dianalisa terlebih dahulu dampak transaksi tersebut apakah mempengaruhi unsur unsur laporan keuangan seperti aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan atau modal. Tentu saja penetapan unsur mana yang dipengaruhi oleh transaksi harus didasarkan
Proses pencatatan ini melibatkan dua kegiatan yaitu penentuan pos pos laporan keuangan yang dipengaruhi oleh transaksi dan penentuan nilai untuk setiap pos tersebut. Proses penentuan pos pos ini dikenal dengan istilah pengakuan (recognation) sedangkan proses penentuan nilainya dikenal dengan istilah pengukuran (measurement).
Definisi pengakuan dan pengukuran menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
Pengakuan (recognition) merupakan proses
Pengakuan(recognition) merupakan
pembentukan suatu pos
proses pembentukan suatu pos yang
yang memenuhi definisi unsur serta kriteria
memenuhi definisi unsur serta kriteria
pengakuan yang
pengakuan yang dikemukakan dalam
dikemukakan dalam
definisi unsur unsur laporan keuangan
definisi unsur unsur
baik dalam neraca atau laporan laba
laporan keuangan baik
rugi. Pengakuan dilakukan dengan
dalam neraca atau laporan laba rugi.
menyatakan pos tersebut baik dalam bentuk kata kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. (IAI,
Pengukuran adalah proses penetapan
2004, hal.20)
jumlah uang untuk
Pengukuran adalah proses
mengakui dan
penetapan jumlah uang untuk mengakui
memasukkan setiap unsur laporan keuangan
dan memasukkan setiap unsur laporan
dalam neraca dan
keuangan dalam neraca dan laporan
laporan laba rugi.
laba rugi (IAI, 2004, hal.23)
1. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
a. Pengakuan Aset Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
b. Pengakuan Kewajiban Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligasi) sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
c. Pengakuan penghasilan Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
d. Pengakuan Beban Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan
manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of cost with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung atau bersama sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama.
2. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Berikut adalah berbagai dasar pengukuran laporan keuangan (IAI, 2004, hal. 24)
a. Biaya Historis Aset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang
dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation) atau dalam keadaan tertentu (misal pajak penghasilan) dalam jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
Contoh: Misalkan PT. Cendekia Purnama membeli mesin dengan harga beli Rp. 25.000.000,-, sedangkan untuk mempersiapkan mesin agar dapat dioperasikan perusahaan harus mengeluarkan biaya pemasangan Rp. 2.000.000,-. Maka mesin sebagai aset perusahaan akan dicatat sebesar biaya perolehannya atau biaya historis yang dikeluarkan pada saat perolehannya yang mencerminkan seluruh pengeluaran kas yang dibayar untuk memperoleh aset (mesin) tersebut yaitu Rp. 27.000.000,-.
b. Biaya Kini (Current Cost) Aset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas seharusnya
bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.
Contoh: Misalkan PT Kartika Jaya memiliki kendaraan berupa mobil Panther yang diperoleh tahun 2003 dengan harga perolehan historisnya Rp. 150.000.000,-. Berapa nilai mobil tersebut jika perusahaan akan mencantumkannya dalam laporan keuangan untuk periode tahun 2007?
Jika menggunakan dasar biaya historis maka mobil akan dilaporkan nilianya sebesar Rp. 150.000.000,-, tetapi jika menggunakan biaya kini (current cost) nilai mobil yang dicantumkan dalam laporan keuangan adalah sebesar kas yang seharusnya dikeluarkan saat ini untuk mendapatkan mobil Panther yang sama kondisinya dengan mobil Panther yang dimiliki oleh perusahaan, misalnya Rp. 105.000.000,-, maka nilai mobil Panther PT Kartika Jaya adalah Rp. 105.000.000,-yang mencerminkan biaya kini.
c. Nilai Realisasi / penyelesaian (realizable/settlement value) Aset dinyatakan dalam jumlah kas (setara kas) yang dapat
diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
Contoh: Misalkan perusahaan Ceria Purnama mempunyai utang dagang kepada pemasoknya yang akan jatuh tempo tiga bulan yang akan datang sejak tanggal pembeliannya sebesar Rp. 250.000,-. Maka kewajiban berupa utang dagang tersebut akan dicatat sebesar jumlah kas yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan oleh perusahaantiga bulan yang akan datang untuk menyelesiakan kewajibannya yaitu sebesar Rp. 250.000,-.
d. Nilai Sekarang (Present Value) Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa
depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
Contoh: perusahaan Indah Sari menerbitkan obligasi dengan nilai nominal Rp. 1.000.000.000,- yang jatuh tempo 5 tahun. Utang obligasi ini akan dicatat sebesar nilai sekarang atau present value dari pembayaran bunga dan pokoknya misalnya setelah dilakukan penghitungan nilainya menjadi Rp. 1.100.000.000,-. Maka utang obligasi akan dicatat sebesar Rp. 1.100.000.000,-
Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan kuangan adalah biaya historis dan dasar pengukuran lain untuk pos pos terterntu seperti untuk persediaan, selain biaya historis bisa menggunakan metode lower of cost or net realizable value.