Buku SMK Agroindustri - Teknik Tanaman dan Produksi Benih - Jilid 2.pdf
Paristiyanti Nurwardani TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN DAN PRODUKSI BENIH
JILID 2
SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang
TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN DAN PRODUKSI BENIH
JILID 2
Untuk SMK
Penulis
: Paristiyanti Nurwardani
Perancang Kulit
: TIM
Ukuran Buku
: 17, 6 x 25 cm
NUR NURWARDANI, Paristiyanti. a Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih Jilid 2
untuk SMK oleh Paristiyanti Nurwardani ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
vii, 175 hlm Daftar Pustaka : Lampiran. A ISBN
: 978-979-060-105-5
ISBN
: 978-979-060-10 7-9
Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008 Direktur Pembinaan SMK
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan tersusunnya buku Nautika Kapal Penangkapan Ikan ini semoga dapat menambah khasanah referensi khususnya di bidang kemaritiman di Indonesia.
Isi buku ini sengaja disajikan secara praktis dan lengkap sehingga dapat membantu para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mahasiswa, guru serta para praktisi industri. Adapun penekanan dan cakupan bidang yang dibahas dalam buku ini sangat membantu dan berperan sebagai sumbangsih pemikiran dalam mendukung pemecahan permasalahan yang selalu muncul didalam pelaksanaan operasional kapal penangkapan ikan.
Oleh karena itu, buku ini disusun secara integratif meliputi ilmu pelayaran dan ilmu kelautan yang saling mendukung sehingga skill yang diperlukan terkait satu dengan lainnya. Secara tuntas, kualitas maupun manajemen proses operasional standar yang berlaku di tingkat internasional termasuk didalam wilayah pembahasan.
Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu materi naskah serta dorongan semangat dalam penyelesaian buku ini. Kami sangat berharap dan terbuka untuk masukan serta kritik konstruktif dari para pembaca sehingga dimasa datang buku ini lebih sempurna dan implementatif.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Hal
1 BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1. Potensi Pembenihan Tanaman
4 2 BAB2.
1.2. Peran Pembenihan Tanaman
KARAKTERISTIK TUMBUHAN
2.1. Anatomi dan Morfologi Tumbuhan
2.2. Anatomi Dan Morfologi Biji Tumbuhan
15 BAB3.
2.3. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tumbuhan
TEKNIK PRODUKSI BENIH VEGETATIF TANAMAN
3.1. Dasar-dasar Pembibitan dan Produksi Benih Tanaman
3.2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3)
3.3. Pengelolaan Alat dan Mesin Perbenihan
3.4. Pohon Induk dan bibit Unggul
3.5. Batang Bawah Dan Batang Atas
3.6. Teknik Penyiapan Pembibitan
3.7. Teknik Pembenihan Tanaman Secara Vegetatif
3.8. Pemilihan Perbanyak Vegetatif
70 BAB4.
3.9. Sertifikasi Benih
TEKNIK PRODUKSI BENIHGENERATIF TANAMAN
4.1. Proses Pembentukan Biji Pada Tanaman
4.2. Buah, Biji dan Perkembangan Biji
4.3. Penyerbukan (polinasi)
4.4. Teknik Produksi Benih Tanaman
4.5. Mutu Benih 107
4.6. Pengujian Kesehatan Benih 119 BAB 5.
TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN HASIL PEMBENIHAN
5.1. Media Tumbuh 145
5.2. Sifat Fisik Tanah 150
5.3. Sifat Kimia Tanah 162
5.4. Teknik Pengolahan Tanah 163
5.5. Teknik Penanaman 165
5.6. Pemupukan 167
5.7. Pengairan 185
5.8. Air Tanah 186
5.9. Pemangkasan (prunning) 191
5.10. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) 193
BAB 6. TEKNIK PRODUKSI BENIH PADI 244
6.1. Perlakuan Pra-Panen 245
6.2. Perlakuan Pascapanen 253
6.3. Pra-panen Produksi Benih Padi Hibrida 255
6.4. Perlakuan Pascapanen 274 BAB7.
TEKNIK PRODUKSI BENIH KEDELAI 281
7.1. Perlakuan Pra-Panen 282
7.2. Persyaratan Lahan 283
7.3. Benih Sumber 283
7.4. Waktu Tanam 284
7.5. Penyiapan Lahan 285
7.6. Penanaman dan Perlakuan Benih 286
7.7. Pemeliharaan 287
7.8. Pemanenan dan Perlakuan Pascapanen 290
BAB8. BIOTEKNOLOGI TANAMAN 295
8.1. Bioteknologi Tanaman 297
8.2. Struktur Dan Organisasi Bahan Genetik Tanaman
8.3. Teknik Kultur In-vitro 308
324 BAB9.
8.4. Rekayasa Genetik Pada Tanaman Tingkat Tinggi
TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN 333
9.1. Fasilitas Laboratorium Kultur Jaringan 339
9.2. Peralatan Dan Bahan Kimia 340
9.3. Media Tanam 341
9.4. Beberapa Komposisi Media 357
9.5. Inisiasi Tunas dan Inokulasi 362
9.6. Kultur Suspensi Sel 363
9.7. Multiplikasi 365
9 8.. Aklimatisasi 368
9.9. Kultur Jaringan Pada Berbagai Tanaman 370
381 BAB10.
KEWIRAUSAHAAN
10.1. Pengertian Kewirausahaan 381
10.2. Ciri dan Karakteristik Wirausahawan 381
10.3. Penjualan 384
10.4. Dasar-dasar Strategi Pemasaran 391 BAB 11.
ANALISIS USAHA PEMBENIHAN KELAPA SAWIT DAN DURIAN 397
11.1. Analisis Usaha Pembenihan Tanaman 398
11.2. Contoh Perhitungan Usaha Pada Pembenihan Kelapa Sawit 399 Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. LAMPI RAN. A
BAB 6. TEKNIK PRODUKSI BENIH PADI
Padi di Indonesia masih merupakan tanaman pangan utama yang dikonsumsi tidak kurang dari 200 juta penduduk. Jika konsumsi beras rata-rata 130,5 kg/kapita/th maka total kebutuhan beras 26,1 juta Panikel
Gabah
ton/th. Bila rendemennya 70% maka
Daun
kebutuhan padi Indonesia per tahun adalah 37,3 juta ton padi kering
giling. Luas lahan yang diperlukan untuk menghasilkan kebutuhan padi
Akar
tersebut minimal 8 juta ha jika produktivitas rata-rata per hektar 4,5
Gambar 6.2. ton. Dengan demikian, kebutuhan
Morfologi tanaman padi benih padi Indonesia per tahun 200
ribu ton jika kebutuhan benih padi Padi umumnya diusahakan per hektar 25 kg.
Di Indonesia, kebutuhan benih secara terus menerus pada lahan yang sama dengan varietas yang
padi dipenuhi oleh dua industri benih berbeda-beda antar-musimnya. Hal padi terbesar, yakni PT Sang Hyang ini menjadi salah satu faktor Seri dan PT Pertani. Menurut catatan sulitnya membebaskan lahan padi Ditjentan Pangan (1999), belum
seluruh kebutuhan benih padi dari tanaman voluntir serta serangan hama dan penyakit,
terpenuhi, baru berkisar 30-40% saja kecuali jika lahan ini diberakan benih bersertifikat yang tersedia.
Oleh karenanya, peluang berusaha selama beberapa kali musim tanam. Padi tergolong tanaman
di sektor penangkaran atau industri yang menyerbuk sendiri dan benih padi di Indonesia masih cukup kemungkinan untuk menyerbuk terbuka. silang sangat kecil (<4%). Isolasi
jarak yang disarankan 3 m, sedangkan isolasi waktu sekitar 30 hari
Untuk dapat mengelola produksi benih padi bersertifikat terdapat beberapa proses yang harus dilakukan dengan seksama
Gambar 6.1.
dan teliti.
Anatomi bunga padi
Perlakuan Pra-Panen
b. Benih Sumber
Untuk mendapatkan benih Benih sumber yang digunakan bersertifikat, setiap tahap budidaya
hendaknya dari kelas yang lebih perlu diperhatikan, dimulai dari
tinggi. Kebutuhan benih sumber per kegiatan sebelum panen.
hektar diperkirakan sebanyak 10 kg benih penjenis untuk menghasilkan benih dasar, 25 kg benih dasar untuk menghasilkan benih pokok; dan 25 kg benih pokok untuk menghasilkan benih sebar.
Varietas yang ditanam hendaknya selain disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, memperhatikan pula aspek kecocokan lahan, umur tanaman,
Gambar 6.3. dan ketahanan terhadap hama Pengolahan lahan sawah dengan
serta penyakit.
traktor, sebagailangkah untuk mempersiapkan tempat produksi
benih padi.
a. Persyaratan Lahan
Persyaratan berikut perlu diperhatikan pada saat memilih lahan adalah sebagai berikut: Lahan hendaknya merupakan
bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan,
Lahan dapat bekas tanaman padi, Gambar 6.4 Benih sumber padi asalkan varietas yang ditanam
sama dengan varietas yang
c. Musim Tanam
ditanam sebelumnya,
Ketinggian lahan disesuaikan Padi termasuk tanaman yang dengan daya adaptasi varietas
dapat tumbuh dalam genangan. tanaman, umumnya padi
Namun, padi juga dapat ditanam di beradaptasi di dataran rendah,
lahan kering asalkan air cukup Lahan relatif subur, Ph 5,4-6, dan
tersedia. Oleh karena itu, padi memiliki lapisan keras sedalam 30
dapat ditanam pada musim hujan cm agar sawah tidak lekas kering.
maupun musim kemarau, selama air tersedia cukup.
Benlate F-20 dengan dosis 125 g Ukuran bedeng pesemaian
per 25 kg benih. Selanjutnya, benih umumnya 5% dari luas lahan
diperam dalam air selama 24 jam penanaman. Misalnya, lahan
untuk memacu perkecam-bahan. penanaman direncanakan seluas
Lokasi tempat memeram sebaiknya satu hektar maka bedengan
dipilih tempat yang teduh. persemaian yang diperlukan sekitar 500m 2 . Sebelum diolah, lahan persemaian diairi lebih dahulu agar tanah menjadi gembur. Keesokan harinya, lahan dicangkul dan dibuat bedengan dengan ukuran lebar 120- 150 cm, panjang 8-10 m atau tergantung bentuk petakan, dan ketinggian 15-20 cm. jarak antar bedengan dibuat selebar 30 cm.
Gambar 6.6 Bagian-bagian benih padai (a) dan perkembangan dan pertumbuhan Gambar 6.5 Benih padi siap disemai di benih padi menjadi bibit lalu
lahan sawah
menjadi tanaman (b)
Benih yang digunakan Benih yang telah diperam sebaiknya mempunyai kadar air 11-
kemudian disebar secara merata ke 12%. Sebelum disebarkan, benih
lahan pesemaian yang macak- (dalam karung) direndak di dalam
macak (berlumpur). Setelah itu, kolam atau air yang mengalir selama
permukaan lahan ditutup dengan
24 jam untuk mematahkan domansi sekam padi varietas yang sama. dan membersihkan benih dari
Penutupan dengan sekam ini patogen. Setelah itu, benih diberi
ditujukan untuk melindungi benih perlakuan fungisida, misalnya
padi dari terpaan hujan maupun angin.
Semai dipupuk pada umur 5 hari Perendaman III selama 2-3 hari setelah tanam (HST) dengan
lalu diikuti penggaruan II sambil campuran 200 g urea + 100 g SP-36
permukaan tanah diratakan.
+ 60 g KCL untuk setiap 10m 2 . pupuk
disebar pada pagi hari sebelum pukul Kegiatan selanjutnya yaitu
08.00. untuk melindungi pesemaian pengaturan jarak tanam jarak dari serangan hama maupun
tanam dibuat 22 cm x 22 cm bila penyakit, perlu disemprotkan
penanaman pada musim kemarau insektisida, misalnya Bassa 50 EC (
dan 30 cm x 15 cm bila penanaman dosis 1,5 ml/l air) dan Darmafur 3G
pada musim hujan. Jarak tanam ini sebanyak 2 kg.
dapat pula disesuaikan dengan Lahan pesemaian dijaga dalam
jarak tanam yang dianjurkan untuk kondisi macak-macak hingga
varietas yang ditanam atau sesuai tanaman berumur 14-18 HST : Jika
anjuran Dinas Pertanian Tanaman lahan tergenang air atau kekeringan
Pangan. Agar penanaman dapat maka bibit padi akan cepat mati.
teratur, pada lahan dibuat lajur Benih yang telah diperam
(larikan) dengan menggunakan kemudian disebar secara merata ke
caplak atau tali. Bibit yang lemah lahan pesemaian yang macak-macak
maupun bibit voluntir dicabut dan (berlumpur). Setelah itu, permukaan
dibuang. Sementara bibit yang lahan ditutup dengan sekam padi
vigor, sehat, dan berumur 21-25 varietas yang sama. Penutupan
hari di cabut dan kemudian ditanam dengan sekam ini ditujukan untuk
di lahan. Sebelum ditanam, bibit melindungi benih padi dari terpaan
dipotong kira-kira 20 cm dari hujan maupun angin.
pangkal batang. Tujuannya untuk mengurangi penguapan agar bibit
e. Penyiapan lahan dan tidak lekas layu. Penanaman bibit
penanaman
sebaiknya 2-4 tanaman per rumpun Penanaman padi menghendaki
sedalam ± 2-3 cm. untuk tanah sawah yang berstruktur lumpur
perbanyakan benih BD dari benih dengan kedalaman sekitar 15-30 cm.
BS, penanaman bibit adalah 1 bibit untuk memperoleh struktur tanah
per lubang tanam. Adapun untuk demikian, lahan beberapa kali
perbanyakan benih BP dari BD direndam dengan air.
maupun BR dari BP, dalam satu Perendaman I selama 3-4 hari lalu
lubang dapat ditanami 3 bibit. diikuti pembajakan I Perendaman II selama 2-3 hari lalu diikuti pembajakan II Perendaman III selama 2-3 hari lalu diikuti penggaruan I
(pupuk kandang, kompos atau bokhasi) per hektar tergantung pada kondisi lahan.
Gambar 6.7 Bibit padi siap tanam
Bibit yang masih tersisa dapat digunakan untuk penyulaman. Penyulaman dilakukan untuk menggantikan bibit yang mati atau kurang bagus pertumbuhannya. Tanaman pengganti ini diusahakan tidak terlalu jauh perbedaan umurnya. Penyulaman biasanya
dilakukan pada 7-10 HST dan paling lambat pada umur 15 HST.
Pupuk dasar diberikan dengan
f. Pemeliharaan
cara disebarkan merata kemudian diinjak-injak. Pupuk susulan I
Kegiatan pemeliharaan yang diberikan dengan cara disebarkan dilakukan meliputi pemupukan,
dalam larikan dengan selang satu penyulaman, penyiangan, pengair-
larikan. Pemberian pupuk susulan II an, pengendalian hama dan penyakit
dengan cara disebarkan pada serta roguing.
larikan yang belum dipupuk pada pemupukan susulan I. Pada saat
1) Pemupukan
pemupukan, kondisi tanah dibuat macak-macak dan dibiarkan
Pupuk yang digunakan adalah
selama 3 hari.
Urea, TSP, dan KCL dengan dosis per hektar 300 kg Urea, 200 kg TSP,
2) Penyulaman
dan 100 kg KCL. Pemupukan dasar
diberikan 3-4 hari sebelum tanam Penyulaman terhadap tanaman dengan 1/3 bagian urea, sedangkan
yang mati atau tumbuh tidak normal pemupukan susulan II diberikan 7
dilakukan pada saat umur 4-5 HST MST dengan 1/3 urea sisanya. Untuk
atau paling lambat 10-15 HST. tanah berpasir, penambahan bahan
Tanaman penyulam dipilih tanaman organik sangat dianjurkan, dosisnya
yang seragam dengan bervariasi 0,5-2 ton bahan organik
pertumbuhan yang kuat dan sehat.
3) Penyiangan
tinggi air mencapai 7-10 cm di atas permukaan tanah. Pada fase
Penyiangan dilakukan untuk pembentukan anakan, genangan membuang gulma dan tanaman
air dipertahankan 3-5 cm di atas pengganggu lainnya. Penyiangan
permukaan tanah. Bila tinggi air di dilakukan pada umur 21 HST pada
atas 5 cm, pertumbuhan tunas saat tanaman aktif membentuk
(anakan) akan terhambat, kondisi anakan dan 45 HST pada saat
ini disebut fase krisis I. memasuki tanaman mulai berbunga. Jika perlu,
fase pembentukan bulir (primordia) dilakukan pula penyiangan saat
petakan sawah perlu diairi sampai tanaman berumur 50-60 HST.
ketinggian 10 cm. Kekurangan air Penyiangan sebaiknya dilakukan pada fase ini dapat mengakibatkan
bersamaan dengan pemupukan kehampaan. Puncak kebutuhan air susulan I dan II agar lebih
terjadi pada saat pembungaan, saat mengefisienkan waktu. Beberapa
ini disebut juga fase krisis II. jenis gulma yang sering mengganggu
Setelah fase pembungaan, air perlu tanaman di persawahan antara lain
dikurangi dan dikeringkan agar akar jejagoan (Echinochloa crussgalli L.),
dapat bernapas dan berkembang teki (Cyperus rotundus Linn.), paku-
dengan baik, suhu tanah meningkat pakuan (Salvinea molesta DS.
sehingga aktivitas organisme tanah Mitchell), dan eceng (Sagitaria
juga meningkat, dan busuk akar guayanensis).
dapat dihindari. Dua minggu Pengendalian gulma dapat pula
sebelum panen sampai saat panen, dilakukan secara kimiawi dengan
lahan hendaknya dalam keadaan herbisida, seperti Ronstar 25 EC,
kering. Pengendalian hama dan Saturn-D, dan Ally. Penyemprotan
penyakit
herbisida dilakukan saat tanaman Pengendalian hama dan berumur 15-25 HST dengan dosis
penyakit hendaknya mengikuti sesuai petunjuk pada label. Perlu
sistem pengendalian hama dan diperhatikan bahwa herbisida
penyakit terpadu (PHT) yang sebaiknya digunakan sebagai
meliputi pengelolaan varietas, alternatif terakhir, berkaitan dengan
pengelolaan budidaya, dan dampaknya terhadap pencemaran
pengelolaan biologis. Penggunaan lingkungan.
bahan-bahan kimia (pestisida) hanya diberikan pada kondisi yang
g. Pengairan
tepat, yakni jika populasi hama melampaui batas ambang kendali.
Pengairan dilakukan sesuai Hama dan penyakit utama yang dengan kondisi cuaca dan fase
biasa menyerang padi adalah hama pertumbuhan tanaman. Pada awal
tikus, hama penggerek batang fase pertumbuhan, pengairan perlu
(sundep dan beluk), wereng dilakukan sedikit demi sedikit hingga
(dosis 1:19 dari berat umpan) dan Klerat. Secara biologis,
4) Pengendalian Organisma
pengendalian hama tikus dapat
Pengganggu Tanaman
dilakukan dengan memanfaatkan musuh alaminya, seperti ular,
a) Pengendalian hama tikus
burung hantu, musang dan anjing.
Hama tikus merupakan hama yang paling sering menghancurkan pertanaman padi. Serangannya pada tahun 1963-1964 men-capai 800.000
ha dengan tingkat kerusakan rata-
rata 40% bahkan di Sumatera Gambar 6.10 Selatan kerusakannya mencapai 58-
Beberapa contoh rodentisida 70%. Serangan tikus dapat terjadi sejak padi di pesemaian sampai padi
b) Pengendalian hama
hampir dipanen.
penggerek batang
Jika serangan hama penggerek terjadi pada tanaman padi stadia vegetatif maka hama ini disebut sundep, bila serangan terjadi pada tanaman yang sedang berbunga maka hama itu disebut beluk. Selain itu, masih ada hama penggerek padi putih (Tryporyza
Gambar 6.9 innotata Wlk) dan hama penggerek Hama tikus
padi kuning (Tryporyza incertulas Wlk) yang juga sering menyerang
Pengendalian hama tikus dapat
tanaman padi.
dilakukan secara teknis budi daya, Selama ini, belum ada teknik seperti gropyokan, yakni budi daya yang efektif
pembongkaran lubang-lubang tikus mengendalikan hama penggerek secara massal atau memasang
batang, kecuali menanam varietas pagar plastik yang dilengkapi dengan
yang tahan dan beranak banyak perangkap bubu. Cara pengendalian
serta memupuk secara berimbang. kimiawi dilakukan dengan pemberian
Hal ini dilakukan untuk mengurangi umpan beracun dengan racun akut
intensitas serangan saja. Cara (dapat membunuh dengan cepat)
pengendalian kimiawi dilakukan atau racun kronis (tikus mati setelah
dengan pemberian insektisida memakan umpan berulang-ulang).
sistemik seperti Furadan 3G,
Dharmafur, Curater, dan Regent yang efektif diberikan pada fase
d) Pengendalian penyakit
pesemaian dengan fase vegetatif.
tungro
Pengendalian biologis dapat dilakukan dengan memanfaatkan
Penyakit tungro atau mentek pemangsa telur seperti (Jawa) merupakan penyakit yang Conoshepalus iongipennis, serta
disebabkan oleh virus tungro. pemangsa larva seperti kumbang
Tanaman yang sakit akan Carabidae dan laba-laba.
menguning yang dimulai dari ujung daun. Virus tungro menyebar
c) Pengendalian wereng
melalui vektor penularnya, yakni
cokelat
wereng hijau (Nephotettix virescens Distant, N. nigropictus Stal) dan
Hama wareng padi ada dua wereng loreng (Recilia dosalis golongan, yakni wereng batang padi
Totch).
(planthopper) yang hidup di bagian Pengendalian secara budi pangkal tanaman dan wereng daun
daya dilakukan dengan pergiliran padi (leafhopper) yang hidup pad
tanaman dan sanitasi lahan, serta daun aau bagian atas tanaman. Dari
pemusnahan (eradikasi) tanaman kedua golongan tersebut, wereng
terserang. Adapun cara kimiawi batang padi atau wereng cokleat
dengan mengendalikan wereng merupakan hama yang paling
hijau sejak dari fase pesemaian merugikan.
dengan pemberian insektisida. Hama wereng cokelat ada dua yaitu wereng batang cokelat
e) Pengendalian penyakit
(Nilaparvata lugens Stal) dan wereng
hawar daun
punggung putih (Sogatella furcifera). Pengendalian secara budi daya
Penyakit hawar daun atau dilakukan dengan penanaman
penyakit “kresek” adalah penyakit serempa, pengguna-an varietas
yang disebabkan oleh bakteri busuk lahan wereng, pergiliran varietas,
Xanthomonas oryzae. dan pemupukan berimbang. Cara
daun
Penyakit ini kelihatan kurang biologis dilakukan dengan menjaga
berarti, tetapi mampu menurunkan agar kehidupan musuh-musuh alami,
produksi sampai 25% (Soemartono seperti Trichogrammatidae, et.al., 1992). Gejalanya dimulai Phytoselidae, kumbang Carabidae,
dengan bercak-bercak kuning pada laba-laba, dan capung berkembang
sepanjang tepi daun bagian atas. dengan baik.
Pada serangan lebih lanjutm, daun Pengendalian secara kimiawi
menjadi berwarna kuning atau putih dapat dilakukan dengan insektisida
kotor dan akhirnya mati. Ciri sistemik seperti Applaud.
penyakit hawar daun sering terlihat pada infeksi yang sistemik pada
bentuk batang serta daun yang telah dipotong atau luka sewaktu
berbeda.
pemindahan tanaman. Roguing II dilakukan pada fase Serangan bakteri hawar daun
berbunga (±umur 50 HST) antara kerap terjadi di dataran rendah,
lain untuk membedakan umur musim kemarau, serta jika suhu dan
tanaman, bentuk dan warna kelembaban tinggi. Pengendalian
bunga, serta keseragaman saat yang dapat dilakukan adalah melalui
berbunga. Pelaksanaan roguing penanaman varietas yang tahan
II dengan membuang rumpun serta pemupukan yang berimbang.
yang memiliki posisi dan warna bunga yang berbeda.
Roguing III dilakukan pada saat
f) Roguing
menjelang panen atau saat 80% malai telah menguning (± umur
Roguing biasanya dilakukan 100 HST) antara lain untuk sebelum tanaman diperiksa oleh
membedakan umur tanaman, BPSB. Roguing minimal dilakukan 3
tinggi tanaman, bentuk dan letak kali, yaitu pada fase vegetatif, fase
daun bendera, bentuk gabah, berbunga, dan pada saat menjelang
serta warna gabah. Pelaksanaan panen atau ± 80% malai telah
roguing III dengan membuang menguning.
rumpun yang memiliki bentuk dan posisi daun bendera, serta bentuk dari warna gabah yang berbeda.
g) Pemanenan dan perlakuan pasacapanen
Pemanenan padi untuk benih dilakukan setelah pemeriksaan lapangan terakhir dan telah
dinyatakan lulus oleh BPSB. Waktu Gambar 6.11
panen ditentukan jika umur Salah satu masa roguing yang tepat
berbunga telah mencapai optimal. pada tanaman padi adalah pada saat
menjelang panen Kondisi ini ditandai oleh sebagian
besar (80-90%) malai telah Roguing I dilakukan pada fase
menguning dengan kadar air sekitar vegetatif (umur 30 HST) antara lain
17-23%. Tanda-tanda saat panen untuk membedakan warna, bentuk,
yaitu gabah sudah menguning dan dan tinggi tanaman. Pelaksanaan
keras bila dipijat, buku-buku Roguing I dengan membuang
perontokan yang terbuat dari kayu. Panen dapat dilakukan dengan
Selain itu, dapat pula malai dipukul- menggunakan sabit, ani-ani, atau
pukul dengan penggebuk terbuat dengan mesin pemanen padi
dari kayu sambil dibalik-balik (combine harvester). Pada
sehingga perontokan dapat pemanenan dengan mesin, kadar air
sempurna. Perontokan secara biji padi sebaiknya sekitar 15-20%.
tradisional biasnaya dilakukan Apabila kadar air lebih tinggi dari
dengan menginjak-injak malai padi 20%, benih akar mengalami
sehingga bulir padi rontok. kerusakan mekanik (benih mamar)
Perontokan dengan menggunakan yang cukup besar. Demikian pula jika
alat perontok (thresher) sangat kadar air kurang dari 15%, risiko
dianjurkan karena akan kerusakan mekanis (sekam
mempercepat penanganan dan terkelupas) lebih besar. Malai yang
pengolahan hasil. Penggunaan masih hijau tidak dipanen karena
mesin perontok juga bermanfaat akan meningkatkan nilai butir hijau.
dalam menekan jumlah kehilangan benih (post harvest losses).
b. Pengeringan dan pengolahan benih
Pengeringan padi dilakukan sesegera mungkin setelah benih dirontokkan. Apabila kondisi tidak memungkinkan maka calon benih ini harus dihamparkan dan diangin-
Gambar 6.12 anginkan untuk mencegah
Panen padi kenaikan suhu dan perkecambahan benih di dalam karung.
6.2 Perlakuan PascaPanen Pengeringan secara alami dilakukan dengan menjemur calon
Padi yang telah dipanen masih benih di lantai. Dalam kondisi ada beberapa tahap perlakukan agar
cerah, pengeringan secara alami siap digunakan sebagai benih.
mampu menurunkan kadar air dari Perlakuan tersebut antara lain
23% menjadi 11% dalam waktu 2 perontokan, pengeringan, hari. pengolahan, serta penyimpanan.
Benih yang telah kering (kadar air 11-12% dibersihkan dari kotoran
a. Perontokan
campuran varietas lain, dan biji-biji gulma. Pembersihan dapat
Perontokan malai padi biasanya dilakukan dengan nyiru atau mesin dilakukan langsung di sawah. Malai
pembersih, seperti air screen
c. Penyimpanan
benih dapat saja dipilah untuk peningkatan mutu fisik dan fisiologis
Benih yang telah kering dan berdasarkan panjang dan atau
bersih dikemas dalam karung atau berdasarkan ketebalan sehingga
kemasan siap salur dan kemudian diperoleh benih yang bermutu tinggi
disimpan di dalam ruang dan seragam.
penyimpanan. Ruang penyimpan benih diusahakan mempunyai
ventilasi yang baik agar kualitas benih dapat terjaga. Benih dalam karung dapat ditumpuk dan antara tumpukan karung diberi jarak untuk memudahkan pemeriksaan atau pengontrolan dalam pengendalian
Gambar 6.13. mutu benih oleh penangkar. Bagian Benih padi yang seragam menghasilkan
benih yang bermutu tinggi. bawah tumpukan karung diberi alas
berupa potongan kayu (balok) Proses pengolahan benih
sehingga karung tidak berhubungan merupakan proses yang cukup kritis.
langsung dengan tanah atau lantai Jika saat di lahan, orientasi produksi
yang memung-kinkan naiknya maksimal merupakan tujuan utama,
kelembaban.
maka pada proses pengolahan Pemberian jarak di antara benih, orientasi mutu maksimal
tumpukan karung maupun dengan merupakan prioritasnya. Jika alas lantai berguna untuk produksi di lapang harus lulus
memperlancar sirkulasi udara. Lama standar lapang maka proses
penyimpangan benih hendaknya pengolahan benih pun harus lulus
memperhatikan masa berlakunya standar laboratorium.
label benih. Masa berlakunya label benih padi 6 bulan sejak selesainya
pengujian dan paling lama 9 bulan setelah tanggal panen. Sebelum disimpan, pada umumnya benih diberi berbagai perlakuan pelapisan benih (seed coating),kemudian benih-benih tersebut akan diuji dengan berbagai
Gambar 6.14
peralatan modern.
Perkembangan biji padi pada bagian luar dan bagian dalam, mulai dari biji muda sampai
siap panen (kiri) dan Benih padi (kanan)
Gambar 6.15 Rotary Batch Lab treater, yang digunakan untuk meberi perlakuan pada benih seperti pelapisan benih dengan pestisida ataupun bahan perlakuan benih yang lainnya.
Gambar 6.18 Germination Test yang digunakan untuk menguji daya kecambah benih
6.3 Pra-panen produksi benih padi hibrida
Sejalan dengan pertambahan Gambar 6.16
penduduk di Indonesia maka Plantability Checks yang digunakan untuk
kebutuhan beras dari tahun ke tahun menguji daya tumbuh benih. selalu meningkat. Jika produksi beras
diharapkan meningkat, maka kebutuhan benih padi pun akan meningkat.
Gambar 6.17. Dust Off Test yang digunakan untuk mengukur konsentrasi debu pada benih tanaman.
255
Gambar 6.19 Treatment Analysis yang digunakan adalah GC (Gas Chromatography) dan HPLC (Hight Performance Liquid Chromatography). Kedua alat ini digunakan untuk menganalisis berbagai bahan yang digunakan untuk perlakuan benih .
Teknik produksi padi lokal dan hasil introduksi masih belum cukup untuk mengatasi hal tersebut, oleh sebab itu dibutuhkan alternatif baru yaitu produksi benih padi hibrida.
Pada prinsip rangkian proses produksi benih padi hibrida sama dengan produksi benih padi bersetifikat. Perbedaan terdapat pada tahapan penyiapan galur induk jantan dan betina yang beasal dari jenis yang berbeda sifat genetiknya. Sebagai contoh adalah jantan mempunyai sifat genetik produksinya tinggi (diatas 5 ton per hektar) sedangkan induk betina mempunyai sifat genetik enak rasanya. Pada umumnya persilangan kedua galur jantan dan betina ini sudah diuji berulang kali melalui penelitian yang panjang. Teknologi produksi benih hibrida sangat berbeda dari varietas non hibrida. Benih hibrida harus diproduksi setiap musim tanam, dan
dipertahankan kemurnian genetiknya hingga lebih dari 98% agar dicapai hasil yang memuaskan.
Sebagai contoh kasus produksi benih hibrida akan disampaikan berdasarkan hasil penelitian IRRI (International Rice Research Institute) yang berlokasi di Filipina yaitu varietas Magat (PSB Rc26H, lama penanaman 110 hari dengan rata-rata produksi 5.6 ton/ha), Metsizo (PSB Rc72H dengan waktu penanaman 123 hari dan rata-rata hasil 5.4 t/ha) dan Panay (PSB Rc76H dengan waktu penanaman selama 106 hari dan hasil produksi rata-rata 4.8 t/ha).
Benih padi hibrida dihasilkan ketika sel telur dari induk betina dibuahi oleh serbuksari dari anther varietas yang berbeda atau galur yang digunakan sebagai induk jantan. Hasil persilangan kedua induk tersebut disebut sebagai First Generation atau turunan generasi pertama atau first filial generation dan dikenal dengan istilah (F1) yang merupakan hasil penyilangan antara dua varietas padi yang berbeda secara genetik. Padi hibrida pada umumnya memberi peluang hasil produksi yang lebih tinggi. Meurut IRRI (2006) Benih padi hibrida F1 menghasilkan keuntungannya sekitar 10-15% dibandingkan dengan varietas yang dihasilkan melalui persilangan sendiri. Menghadapi kondisi lahan budidaya padi yang semakin menyempit, maka penggunaan Benih padi hibrida dihasilkan ketika sel telur dari induk betina dibuahi oleh serbuksari dari anther varietas yang berbeda atau galur yang digunakan sebagai induk jantan. Hasil persilangan kedua induk tersebut disebut sebagai First Generation atau turunan generasi pertama atau first filial generation dan dikenal dengan istilah (F1) yang merupakan hasil penyilangan antara dua varietas padi yang berbeda secara genetik. Padi hibrida pada umumnya memberi peluang hasil produksi yang lebih tinggi. Meurut IRRI (2006) Benih padi hibrida F1 menghasilkan keuntungannya sekitar 10-15% dibandingkan dengan varietas yang dihasilkan melalui persilangan sendiri. Menghadapi kondisi lahan budidaya padi yang semakin menyempit, maka penggunaan
lain yang tumbuh selain 2 varietas Sebelum melakukan serangkaian
induk jantan dan induk betina yang proses produksi benih padi hibrida,
direncanakan untuk disilangkan agar sebaiknya dianalis terlebih dahulu
menghasilkan benih padi hibrida. standar benih padi hibrida yang telah
Contoh kedua adalah tentang ditetapkan.
Penguasaan informasi standar kadar air maksimal 14%. tentang standar kualitas benih dapat
Dengan adanya pengetahuan memudahkan pengelolaan proses
tentang informasi standar benih padi kegiatan di lapangan budidaya. tersebut, maka penangkar benih
Sebagai contoh untuk standar akan melakukan kegiatan kemurnian benih padi hibrida adalah
pengeringan benih sampai dengan 98%, artinya penangkar benih harus
kadar airnya ≤14%. melakukan roguing dengan sangat
Tabel 6.1 Ukuran standar benih padi F1
STANDAR BENIH
FAKTOR F1 Seed (%) Kemurnian benih (min.) 98 Benih lain atau biji gulma (max.) 10 Bahan lain yang terbawa (max.) 2 Biji beras merah /500 gr (max.) 2 Biji varietas lain/500 gr (max.) 20 Daya kecambah (min.) 85 Kadar air (max.) 14
pembibitan padi hibrida para
a. Membibitkan galur induk
penangkar harus membibitkan dua
benih sumber
varietas galur induk hibrida yang akan dijadikan sebagai sumber
Galur induk benih sumber adalah benih jantan dan sumber benih benih yang berasal dari suatu galur
betina.
tertentu yang digunakan untuk sumber induk jantan dan betina yang
Proses membibitkan galur induk mempunyai sifat genetik yang
benih sumber untuk bibit padi berbedasesuai dengan harapan
jantan dan betina mempunyai penangkar benih. Untuk melakukan
keuntungan sebagai berikut: kegiatan pembibitan padi hibrida sama dengan proses membibitkan
• Benih padi lebih cepat padi non hibrida. Perbedaan yang
berkecambah (germinasi harus diperhatikan adalah pada
yang lebih cepat)
• Menghasilkan bibit yang sawah dengan ukuran lebar 1 lebih sehat dengan vigor
meter dan panjang sesuai yang lebih baik .
dengan kebutuhan benih. • Kebutuhan benih lebih
• Berikan pemupukan dengan sedikit.
pupuk organik dengan dosis 1.25
Kg/m 2 • Sumber benih padi jantan disebarkan pada bedengan kecil
yang telah disediakan (bedengan pendek ± 250-300 m 2 /ha produksi benih) dan benih betina disebarkan pada bedengan yang
terpisah dari benih jantan
2 (bedengan panjang ± 700-750 m
Gambar 6.20 /hektar produksi benih). Dua tempat pembibitan yang disiapkan untuk
Untuk memproduksi benih padi sumber bibit jantan dan betina. Pembuatan
bedengan pada umumnya berukuran lebar hibrida seluas satu hektar harus
meter, tinggi 5-10 cm dan panjang disesuaikan disiapkan 1000m 2 bedengan dengan kebutuhan bibit padi yang akan
pembibitan (1000 m 2 bibit/1 hektar)
ditanam
Dalam rangka menyiapkan bedengan untuk tempat pembibitan sumber
b. Perlakuan benih sebelum
benih jantan dan betina dilakukan
proses perkecambahan
langkah kerja sebagai berikut: Benih gaur A (benih sumber Lahan bedengan digenangi
betina) direndam dalam air bersih sebanyak tiga kali dengan interval
selama 12 jam. Benih galur R waktu setiap 7 (tujuh) hari. (benih sumber jantan) direndam
Kegiatan ini berfungsi untuk selama 24 jam. Air rendaman membunuh benih gulma atau padi
benih diganti setiap 6 jam. liar. • Bedengan pembibitan sebaiknya
mempunyai ketinggian 4-5 cm lebih tinggi dari permukaan lumpur
Gambar 6.21.
Benih diinkubasikan selama 12-24 jam (a). Penaburan benih pada bedengan (b)
• Kedua sumber benih yang telah Kepadatan benih padi sebanyak 25 direndam selanjutnya diaduk-aduk
gram benih/m2. Pembibitan dengan selama ±3-5 menit. Benih-benih
kepadatan rendah (jarang) akan padi yang mengambang (tidak
menghasilkan bibit dengan vigor bernas/ kosong) dibuang. Benih
(performansi bibit) sebagai berikut: yang tenggelam merupakan
anakan banyak, tegakan batang indikator bahwa benih tersebut
pendek, daun berwarna lebih hijau, bernas dan diharapkan dapar
dan akumulasi bahan kering lebih berkecambah dengan baik.
tinggi. Vigor bibit seperti tersebut di • Benih-benih yang akan atas disebabkan oleh tingkat diinkubasikan dicuci sampai bersih
kompetisi antar tanaman yang (proses ini diharapkan dapat
rendah, dibandingkan dengan bibit mengurangi jumlah inokulum
padi yang disemaikan dalam kondisi patogen (sumber penyakit) yang
kepadatan yang tinggi. terbawa dalam air rendaman.
• Benih galur jentan dan betina
d. Interval Pembibitan
diinkubasikan pada wadah terpisah dengan kondisi yang sama selama
Pembibitan tanaman benih
24 jam dalam tempat yang dilakukan melalui beberapa kali terlindung.
penyemaian. Untuk penyemaian pada musim kemarau dan musim
hujan. Pada kedua musim tersebut
kegiatan penyemaian, varietas induk Kebutuhan benih untuk satu hektar
c. Kebutuhan benih
yang digunakan dan tingkat sebanyak 20-25 kg galur-A (betina);
kepadatan semai dapat dilihat pada dan 10 kg galur-R (jantan). tabel 6.2.
Gambar 6.22. Bibit padi pada bedengan pembibitan
e. Pemeliharaan Bedengan
f. Persyaratan Lahan Produksi
Pemeliharaan bedengan dapat dilakukan dengan langkah-langkah
Lahan produksi padi hibrida sebagai berikut : Air di lahan
diharapkan dapat memenuhi kriteria produksi diupayakan selalu jernih
sebagai berikut:
sampai dengan bibit padi mempunyai
4 helai daun atau bibit padi berumur • Lahan produksi cukup cahaya
10 hari setelah tanam (HST) dan • Tanah mempunyai predikat subur sesekali harus dilakukan pengurasan
• Iklim lingkungan sesuai dengan air sehingga dihasilkan bibit padi
syarat tumbuh padi dengan kualitas vigor yang baik. • Drainase dan irigasi berkualitas
Tingkatkan ketinggian air (2-3 cm)
baik.
secra bertahap, hal ini berfungsi • Tingkat serangga hama dan untuk mengendalikan gulma. Gulma-
penyakit rendah. gulma yang tumbuh dibedengan • Lahan terisolasi dari lahan sawah harus dikendalikan secara manual
lain.
(dengan tangan). Pada saat 10 HSS
(hari setelah semai), sebarkan 5-10 Dalam produksi benih padi gram pupuk majemuk 14-14-14 atau hibrida, lahan produksi diharapkan 16-20-0 atau yang setara dengan terisolasi dari sawah lain. dosis tersebut. Persyaratan ini berfungsi untuk
lahan produksi padi hibrida sekurang- cross polination (penyerbukan
kurangnya 100 meter dari plot lain silang). Jenis isolasi untuk produksi
atau varietas padi lainnya benih padi hibrida adalah
Tabel 6.2 Waktu semai dan tingkat pembibitan tiga jenis induk padi Musim Kemarau (MK)
Waktu semai
Tingkat pembibitan (kg/ha) Hari ke-1
Induk
5.0 Hari ke-7
34686 R1
5.0 Hari ke-10
IR 34686 R2
IR 58025 A
Musim Hujan (MH) Waktu Semai
Tingkat pembibitan (kg/ha) Hari ke-1
Induk
5.0 Hari ke-7
IR 34686 R1
5.0 Hari ke-21
IR 34686 R2
20 – 25 Catatan: Galur-A disemaikan satu kali dan Galur-R disemaikan dua kali. MK – interval pembibitan antara A & R1 adalah 8-10 hari.
IR 58025 A
MH – interval bibit antara A & R1 adalah 20-21 hari
Gambar 6.23.
Isolasi jarak pada produksi benih padi hibrida, sekurang-kurangnya 50-100 cm
Gambar 6.24
Isolasi waktu penanaman benih. Sekurang-kurangnya dipisahkan dengan jarak 5 m, untuk perbedaan
pembungaan lebih dari 3 minggu
Gambar 6.25.
Isolasi dengan penghalang berupa tanaman lain.
isolasi waktu: Upayakan waktu kurangnya 2.5 meter. penanaman padi hibrida agar
• Isolation geografis: Isolasi
periode pembungaan induk hibrida geografis dilakukan dengan cara akan berlangsung sekurang-
menyeleksi area produksi benih kurangnya 21 hari lebih awal padi hibrida agar terlindungi oleh
daripada varietas lain atau 21 hari tanaman lain yang tinggi atau lebih lambat dari varietas lain yang
berada didaerah yang terisolir ditanamam pada areal produksi lain
(area produksi benih berada yang terdekat. disekitar perkebunan tanaman
• Isolasi penghalang (barrier): seperti pisang, kelapa atau Isolasi barrier (penghalang)
tanaman lainnya, yang terpenting umumnya berupa penghalang
adalah lahan produksi benih padi yang secara khusus dipersiapkan
hibrida terisolasi dari berupa suatu bahan atau tanaman
penyerbukan silang padi, dan dengan ketinggian sekurang-
terhindar dari serangan HPT).
Isolasi geografis merupakan isolasi Penamanan bibit padi baru terbaik dibanding dengan isilasi
dapat dilakukan setelah persiapan yang lainnya. lahan dianggap memenuhi sayarat. Penanaman bibit umumnya adalah
g. Penanaman
sebagai berikut:
Kegiatan penanaman benih • Bibit padi R-1 dan R-2 yang dilakukan sebagai berikut: Barisan
berumur 20 HSS ditaman pada bibit tanaman padi yang lurus akan
baris R dan bibit A berumur 10 memudahkan pengelolaan produksi
HSS (atau 21 HSS pada saat benih padi hibrida karena akan
musim hujan) ditanam pada baris memudahkan kegiatan pengendalian
A. Semua bibit padai ditanam gulma, roguing dan pengendalian
dengan jarak tanam 20 x 15 cm HPT). Jarak tanam yang
dengan kedalaman 2-3 cm, hal diaplikasikan sesuai dengan anjuran
ini akan memudahkan akan memaksimumkan jumlah
pertumbuhan dan perkembangan tanaman per hektar dan produksi
bibit serta tillering. benih padi hibrida.
Rasio baris adalah 2:8 (R:A) untuk musim hujan dan 2:12 untuk musim kemarau.
1) Teknik penanaman
Gambar 6.26
Penanaman bibit padi di lahan produksi, dan pengaturan posisi penanaman bibit secara konvensional
Gambar 6.27.
Jarak tanam yang dianjurkan adalah 15 x 20 cm (a). Modifikasi jarak tanam adalah 15 x 15 cm atau 20 x 20 cm (b).
Gambar 6.27a. Posisi dan rasio penanaman bibit induk betina dan jantan
Gambar 6.28. Posisi penanaman benih induk betina dan induk jantan.
Pengendalian hama dan penyakit rasio satu bibit/titik tanam tanaman padi harus dilakukan
untuk baris-A dan 2-3
secara terpadu melalui proses
bibit/titik tanam pada baris-R.
observasi hama dan penyakit sesuai dengan hasil informasi dari
y Lakukan observasi secara
SLPHT (Sekolah Lapang
seksama pada baris tanaman.
Pengendalian Hama dan penyakit
Hal ini dilakukan untuk
secara Terpadu). Hama dan
memastikan bahwa pada
penyakit tanaman padi dikendalikan
periode pembungaan, dengan menggunakan perpaduan penyebaran serbuk sari dari
pengendalian secara kultur teknis
bunga jantan akan (memberikan unsur hara yang berlangsung dengan mudah
berimbang, menggunakan varietas menyerbuki bunga betina tahan hama dan penyakit tertentu
sehingga mengkondisikan tanaman padi dalam keadaan sehat dan
2) Penyulaman bibit
mempunyai daya tahan terhadap Penyulaman bibit padi hibrida
serangan hama penyakit tanaman), bertujuan untuk mengganti bibit yang
fisik, mekanik atau menggunkan tidak tumbuh dan berkembanga
metode pengendalian secara dengan baik, sehingga harus diganti
terpadu. Pengendalian secara dengan bibit baru yang mempunyai
kimia akan dilakukan jika populasi vigor (kualitas) yang baik. Kegiatan
hama atau penyakit melebihi pembibitan diupayakan dalam
ambang batas ekonomi. kondisi sebagai berikut:
• Lahan sawah harus selalu cukup air (macak-macak), untuk menjamin tumbuhnya bibit selama 4-5 hari, kemudian permukaan air swah dinaikkan secara perlahan sampai naik setinggi 2-3 cm.
• Penyulaman bibit dilakukan pada saat 5 hari setelah tanam.
• Perhatikan dengan seksama agar Gambar 6.29. bibit pada baris–A benar-benar
Penyulaman bibit tanaman padi. ditanami secara penuh pada baris sebelah kanan.
Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi kompetisi dalam
h. Pemeliharaan tanaman
hal tempat tumbuh, air, cahaya
1) Pengendalian hama, penyakit
matahari, dan unsur hara.
dan gulma
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan menggunakan
Nitrogen, 40 Kg pupuk Fosfat dan secara kimia (menggunakan
45 kg pupuk Kalium per hektar. herbisida) atau dengan pengendalian
Untuk musim kemarau pemupukan gulma secara terpadu.
direkomendasikan sebagai berikut: 120 Kg Nitrogen, 50 Kg Fosfat dan
60 kg Kalium per hektar.
2) Pemupukan
Padi hibrida sama dengan padi
3) Pengairan
non hibrida yakni membutuhkan hara untuk menunjang pertumbuhan dan
Selama proses produksi benih perkembangan. Untuk padi hibrida pengelolaan air harus mengoptimalkan suplai hara maka
mendapat perhatian terutama pada pemupukan dilakukan harus sesuai
masa-masa kritis seperti saat dengan rekomendasi terutama pupuk
menjelang pembungaan, saat P dan K serta pupuk organik
aplikasi ZPT dan saat menjelang (diaplikasikan sebelum pembajakan
panen. Selama masa budidaya air yang terakhir). Pupuk Nitrogen
sawah harus selalu diamati dan diaplikasikan dalam 3 waktu:
upayakan agar permukaan air • 1/3 5-7 hari setelah tanam.
selalu setinggi 2-3 cm. • 1/3 20-25 hari setelah tanam.
• 1/3 at 5-7 hari sebelum inisiasi bunga (panikel).
Gambar 6.30.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimiawi (a). Pengendalian gulma secara manual ,
mekanik dan kimiawi (b).
Pada saat masa jumlah anakan
4) Pembungaan
mencapai maksimum, kurangi suplai air sampai kondisi lahan sawah
Pada kegiatan produksi benih lembab dan terlihat beberapa
padi hibrida, masa pembungaan rekahan halus pada tanah sawah.
harus diperkirakan seakurat Setelah masa anakan, amati
mungkin (perkiraan harus tepat). permukaan air sawah agar
Kondisi ini diperlukan untuk diupayakan selalu setinggi 3-5 cm
memaksimumkan hasil persilangan selama inisiasi bunga (naikkan
antara bunga jantan dengan bunga permukaan air sedikit demi sedikit
betina. Perubahan cuaca akan sampai dengan 3-5 cm sampai
mempengaruhi kagiatan produksi dengan masa generatif). Pada saat
benih terutama sangat berpengaruh tanaman menjelang stadium
terhadap sinkronisasi pembungaan. generatif kurangi air sampai dengan
Oleh sebab itu perkiraan kondisi macak-macak (selama masa
pembungaan harus diupayakan pembungaan) kemudian naikkan
diprediksi secara tepat. permukaan air setinggi 3-5 cm pada
Pengamatan pertumbuhan panicle saat aplikasi Zat Perangsang
pada baris-A dan baris-R sangat Tumbuh (ZPT) GA3. Selama masa
berguna terutama untuk pengisian biji, kondisi air harus dalam
menentukan masa pembungaan keadaan cukup dengan permukaan
yang tepat yang harus diatur atau air sekitar 3-5 cm. Pada saat 2
disesuaikan (singkronisasi minggu sebelum panen, air harus
pembungaan).
dikeringkan dan dipertahankan terus sampai dengan masa panen.
Gambar 6.31. Tiga waktu pemupukan yang dianjurkan, yaitu 5-7 hari setelah tanam, 20-25 hari setelah pemupukan pertama, dan menjelang
Gambar 6.32 pembungaan.
Pengamatan inisiasi panicle
Berikut ini proses singkronisasi pembungaan yang umum dilakukan untuk memproduksi benih padi hibrida.
Gambar 6.33 Singkronisasi pembungaan
Gambar 6.34 Proses perkembangan bunga padi (a). Sepuluh tahap perkembangan panikel padi (b).
5) Penyesuaian waktu menghalangi proses penyerbukan
pembungaan
harus dibuang. Oleh sebab itu
Pada kondisi yang pangkas semua barier sehingga sesungguhnya di lapangan,
mendorong penyerbukan silang. pembungaan bunga jantan dan
Daun bendera harus dipotong 1/3 betina seringkali muncul tidak sesuai
sampai ½-nya. Potongan daun dengan perkiraan. Jika induk padi
jangan dibuang ke lahan produksi. hibrida berbunga terlalu awal, maka
Sisa potongan daun yang terserang masa pembungaan dapat diundurkan
hama dan penyakit dapat menjadi dengan mengurangi aplikasi pupuk
sumber penyakit dan menularkan Nitogen sebanyak 2% dari dosis
patogen ke tanaman induk rekomendasi. Kemudian air sawah
sehingga akan mengganggu dikurangi dan daun dipangkas. Jika
kesehatan tanaman dan dapat masa pembungaan harus dipercepat,
menyebabkan penurunan produksi maka proses tersebut dapat
benih (produksi lebih rendah dari diupayakan dengan menyemprot 1%
harapan) Pemotongan daun
bendera sebaiknya dilakukan pada Selain itu pertahankan agar air selalu
pupuk P (fosfat) atau KH 2 PO 4 .
saat cuaca cerah atau lebih baik tersedia di sawah dan lakukan
pada musim kemarau. Kondisi ini penyemprotan GA3.
akan mendorong serbuk sari dapat menyebar secara luas sehingga
6) Pemangkasan daun
akan menghasilkan banyak calon Pada masa pembungaan dan
benih.
menjelang masa penyerbukan padi
hibrida, semua organ tanaman yang
Gambar 6.35 Sinkronisasi Pembungaan
Gambar 6.36.
Daun bendera yang harus dibuang (a). Teknik pemotongan daun bendera yang dianjurkan (b).
Penyemprotan sebaiknya dilakukan
7) Aplikasi Gibberellic Acid
pada saat sore hari yang cerah.
(GA3)
Jangan melakukan penyemprotan Giberelic Acid (GA3) merupakan
GA3 jika diduga akan turun hujan salah satu ZPT yang sering
pada 24 jam setelah penyemprotan digunakan untuk meningkatkan
GA3. Lakukan penyemprotan pada keberhasilan proses pembungaan
saat hari tenang jika dan pembuahan pada tanaman. memungkinkan tidak ada angin
Demikian pula pada proses produksi sehingga GA3 dapat menyebar benih padi hibrida, GA3 berfungsi
dengan merata di lapangan. untuk membantu meninggikan
tanaman baik itu induk jantan ataupun betina; mendorong keluarnya panicle dari daun bendera; meningkatkan waktu membukaan bunga betina sehingga meningkatkan peluang diserbuki oleh bunga jantan; meningkatkan kekuatan dan pembetukan tangkai sari serta memperpanjang durasi stigma
Gambar 6.37. membentuk serbuk sari.
Pembuatan larutan GA3 Aplikasi GA3 yang optimal
adalah sebanyak 100-150 gram/hektar untuk 3 kali
8) Bantuan penyerbukan
penyemprotan. Penyemprotan
(Polinasi)
pertama sebanyak 30% dari dosis; Pada produksi benih padi lokal atau penyemprotan ke-2 sebanyak 50%
non hibrida, penyerbukan dilakukan dari dosis dan penyemprotan terakhir
secara alami tanpa tindakan sebanyak 20% dari dosis. bantuan/perlakuan khusus. Untuk
diharapkan dapat membantu cara menggoyangkan tangkai malai
menyebarkan serbuk sari dari induk induk jantan pada saat stadium
jantan agar menempel dengan baik pembungaan yakni bersamaan
pada putik induk betina. dengan periode pematangan serbuk
Tabel 6.4 Kebutuhan Volume Larutan GA3 dengan alat Knapsach sprayer Area (m2)
vol(lt.)
Konsentrasi air
Ultra-low volume sparyer
Untuk membantu proses sepoi-sepoi(1-3 km/hr). Bantuan penyerbukan tersebut dapat
polinasi dapat dilakukan pada saat dilakukan dengan cara tangkai malai
pagi hari ketika bunga membuka digoyang dengan tangan atau
dengan sempurna baik itu bunga gunakan tongkat bambu dan
dari induk betina maupun jantan, pukulkan dengan perlahan ke
sehingga serbuk sari menyebar pangkal tangkai malai induk jantan.
dengan sempurna pada putik Penyerbukan harus dilakukan tepat
bunga betina. Kanopi tanaman waktu yaitu lakukan penyerbukan
digoyangkan setiap 30 menit pada saat hari tenang dan angin
sampai dengan bunga padi
Gambar 6.38. Bantuan penyerbukan dengan menggunakan