PASAL DEMI PASAL

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas

Pasal 2 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan asas “adil dan sehat” adalah adanya kesetaraan kesempatan dan kedudukan dalam kegiatan usaha antara produsen, pedagang, dan pelaku usaha lainnya.

Huruf b Yang dimaksud dengan asas “kepastian hukum” adalah asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam

setiap kebijakan di bidang perdagangan Huruf c Yang dimaksud dengan asas “pemberian kesempatan yang sama bagi seluruh pelaku

usaha” adalah pemberian perlakuan yang sama dalam kesempatan berusaha sesuai dengan kriteria dan persyaratan dalam melakukan kegiatan perdagangan.

Huruf d Yang dimaksud dengan asas “pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah” adalah memberikan fasilitasi, insentif dan/atau bimbingan kepada Usaha Mikro Kecil Menegah

dalam rangka mendorong pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menegah di bidang perdagangan.

Huruf e Yang dimaksud dengan asas “perlakuan yang sama terhadap produk yang beredar di

pasar dalam negeri” adalah perlakuan yang sama antara produk impor dengan produk dalam negeri, yang diperdagangkan di pasar dalam negeri.

Huruf f Yang dimaksud dengan asas “kesederhanaan dan transparansi” adalah asas yang memberikan kemudahan pelayanan kepada pelaku usaha serta kemudahan dalam

memberikan informasi yang benar kepada masyarakat. Huruf g Yang dimaksud dengan asas ”akuntabilitas” adalah asas yang menentukan bahwa pelaksanaan kegiatan perdagangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 3 Cukup jelas

Pasal 4 Cukup jelas

Pasal 5 Huruf a Cukup Jelas Huruf b Yang dimaksud dengan “waralaba” (franchise) adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka

memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

Huruf c Yang dimaksud dengan “penjualan langsung” (direct selling) adalah metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha yang

berkerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran tetap.

Huruf d Yang dimaksud dengan sistem pemasaran lain adalah pemasaran selain perdagangan umum,

waralaba atau penjualan langsung.

Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “Lembaga Usaha Perdagangan” adalah suatu entitas kegiatan usaha yang dapat berbentuk badan usaha atau perseorangan, baik sebagai, agen, distributor,

grosir, pengecer/ritel yang berfungsi memindahkan barang dan/atau jasa dari produsen atau importir kepada konsumen.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Yang dimaksud dengan “pertimbangan tertentu lainnya” adalah hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan untuk menetapkan larangan atau pembatasan perdagangan barang dan/atau

jasa di dalam negeri. Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas

Pasal 7 Ayat (1) Pembinaan jasa yang diperdagangkan termasuk pemberian izin dan pelaksanaan

pengawasannya dilakukan oleh instansi teknis yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Peraturan perundang-undangan yang dimaksud antara lain Undang-Undang yang mengatur mengenai kesehatan, asuransi, perbankan, dan konstruksi.

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 8 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “tenaga teknis yang kompeten” adalah tenaga teknis yang melaksanakan jasa tertentu yang dalam pelaksanaannya berdasarkan ketentuan perundang-

undangan wajib memiliki sertifikat sesuai dengan keahliannya. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 9 Cukup jelas

Pasal 10 Cukup jelas

Pasal 11 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan “pasar ramah dan segar” adalah pasar yang ditata, dibangun dan dikelola sedemikian rupa oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha

Milik Negara, dan/atau Badan Usaha Milik Daerah, termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Huruf b Yang dimaksud dengan “pusat perbelanjaan” adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang

dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang.

Huruf c Yang dimaksud dengan “toko swalayan” adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

departement store, hypermarket, ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 12 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “pemasok” adalah pelaku usaha yang secara teratur memasok barang kepada pengecer dengan tujuan untuk dijual kembali melalui kerja sama usaha.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan “zonasi” adalah pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang.

Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 13 Cukup jelas

Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) - Yang dimaks ud dengan “barang kebutuhan pokok” antara lain beras, gula, minyak goreng, mentega, daging sapi, daging ayam, telur ayam, susu, jagung, minyak tanah, dan garam

beryodium. - Yang dimaksud dengan “barang penting” adalah barang yang bukan kebutuhan pokok namun mempunyai peranan penting dan strategis bagi negara serta menguasai hajat hidup

orang banyak seperti pupuk, semen, dan bahan bakar minyak. - Yang dimaksud dengan “barang lainnya” adalah barang yang tidak termasuk barang kebutuhan pokok dan barang penting. Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas

Pasal 15 Huruf a Cukup jelas Huruf b Yang dimaksud dengan ”tempat penimbunan berikat” adalah bangunan, tempat atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun, mengolah,

memamerkan, dan/atau menyediakan barang untuk dijual dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Kepabeanan.

Huruf c Yang dimaksud dengan “tempat yang melekat dengan usaha produsen” antara lain gudang yang berada satu lokasi dengan pabrik dan gudang yang berada dalam kompleks usaha

industri. Huruf d Yang dimaksud dengan ”tempat penimbunan pabean” adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu yang disediakan oleh Pemerintah di Kantor

Pabean yang berada dibawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menyimpan barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Kepabeanan.

Huruf e Yang dimaksud dengan ”tempat penimbunan sementara” adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu di Kawasan Pabean untuk menimbun

barang sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Kepabeanan.

Huruf f Cukup jelas Huruf g Cukup jelas Huruf h Cukup jelas Huruf i Cukup jelas

Pasal 16 Cukup jelas

Pasal 17 Ayat (1) - Yang dimaksud dengan “yang melakukan kegiatan usaha perdagangan” adalah melakukan kegiatan usaha perdagangan dalam negeri. - Perizinan di bidang perdagangan dapat berupa izin usaha, izin khusus, pendaftaran,

pengakuan dan persetujuan. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Asas penyelenggaraan pelayanan publik dalam ketentuan ini mengacu pada undang-undang

mengenai pelayanan publik. Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 18 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “jumlah memadai” adalah tersedianya barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting untuk masyarakat.

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 19 Ayat (1) - Yang dimaksud dengan “kelangkaan barang” adalah suatu kondisi kurangnya ketersediaan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting sehingga konsumen sulit

memperoleh barang yang dimaksud.

- Yang dimaksud dengan “gejolak harga” adalah suatu kondisi harga barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting di pasar yang tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai langkah-langkah stabilitasi harga barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting.

- Yang dimaksud dengan “hambatan lalu lintas perdagangan barang“ adalah berkurangnya arus distribusi barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting ke pasar sehingga konsumen sulit memperoleh barang yang dimaksud.

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 20 Ayat (1) Larangan penyimpanan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting dalam jumlah dan

waktu tertentu saat terjadi kelangkaan barang, gejolak harga dan/atau hambatan lalu lintas perdagangan barang dimaksudkan untuk menghindari adanya penimbunan barang yang akan menyulitkan konsumen dalam memperoleh barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas

Pasal 21 Sesuai dengan prinsip penyelenggaraan mengenai pemerintahan daerah dan prinsip

pembentukan peraturan perundang-undangan bahwa peraturan daerah harus mengacu dan sesuai dengan peraturan yang bersifat nasional atau peraturan yang lebih tinggi guna menjaga harmonisasi ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu berdasarkan undang-undang ini jika terdapat ketidaksesuaian atau ketidakharmonisan antara peraturan daerah dengan peraturan yang bersifat nasional atau peraturan yang lebih tinggi maka peraturan daerah dimaksud batal demi hukum.

Pasal 22 Ayat (1) Huruf a Pendaftaran barang hanya dilakukan untuk produk selain makanan, minuman, obat,

kosmetik, perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) dan alat kesehatan karena pendaftaran barang tersebut telah diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan lain.

Huruf b Barang yang beredar di pasar dalam negeri dengan tidak mencantumkan tanda

pendaftaran ditarik dari peredaran karena barang tersebut merupakan barang ilegal. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas Ayat (9) Cukup jelas

Pasal 23 Cukup jelas

Pasal 24 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan “pihak lain” adalah perguruan tinggi, dunia usaha, asosiasi usaha dan pemangku kepentingan lainnya.

Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 25 Cukup jelas

Pasal 26 Cukup jelas

Pasal 27 Cukup jelas

Pasal 28 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “jasa yang diperdagangkan” adalah dapat berupa jasa survey, jasa perantara perdagangan properti, jasa konsultan managemen, jasa pelayanan purna jual.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas

Pasal 29 Cukup jelas

Pasal 30 Cukup jelas

Pasal 31 Cukup jelas

Pasal 32 Cukup jelas

Pasal 33 Ayat (1) - Undang-undang yang dimaksud antara lain undang-undang yang mengatur mengenai

narkotika, kehutanan, pertambangan mineral dan batu bara. - Yang ditentukan lain oleh Undang-Undang termasuk peraturan perundang-undangan yang

merupakan peraturan pelaksanaan yang diamanatkan secara tegas dalam undang-undang.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 34 Cukup jelas

Pasal 35 Cukup jelas

Pasal 36 Cukup jelas

Pasal 37 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan “eksportir bertanggung jawab sepenuhnya terhadap barang yang

diekspor” adalah bahwa eksportir bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul atas barang yang diekspor.

Dalam praktik dimungkinkan eksportir melakukan ekspor melalui agen perantara atau melibatkan pihak lain dalam mengekspor barang, namun demikian tanggung jawab terhadap barang yang diekspor tetap berada pada pelaku usaha yang telah ditetapkan sebagai eksportir oleh Menteri.

Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas

Pasal 38 Cukup jelas

Pasal 39 Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan “importir bertanggung jawab sepenuhnya terhadap barang yang

diimpor” adalah bahwa importir dianggap sebagai produsen atas barang yang diimpornya sehingga importir bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul atas barang yang diimpor.

Dalam praktik dimungkinkan importir melakukan impor melalui agen perantara atau melibatkan pihak lain dalam mengimpor barang, namun demikian tanggung jawab terhadap barang yang diimportir tetap berada pada pelaku usaha yang memiliki pengenal sebagai importir.

Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 40 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) - Yang dimaksud dengan “dalam hal tertentu” misalnya terjadi bencana alam dan untuk penanganannya memperoleh bantuan dari negara lain dengan membawa barang atau

peralatan yang dalam kondisi tidak baru atau suatu kondisi dimana importir membutuhkan barang modal bukan baru, antara lain barang yang tidak diproduksi di dalam negeri, untuk pengembangan ekspor dan investasi termasuk kegiatan relokasi industri dan untuk tujuan ekspor.

- Menteri dalam menetapkan barang yang diimpor dalam keadaan tidak baru, sekaligus mengatur mengenai mekanisme pelaksanaan impornya.

Pasal 41 Cukup jelas

Pasal 42 Cukup jelas

Pasal 43 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas

Ayat (3) Yang dimaksud dengan “pihak lain” adalah perguruan tinggi, dunia usaha, asosiasi usaha dan pemangku kepentingan lainnya.

Ayat (4) Cukup Jelas

Pasal 44 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “lembaga selain Pemerintah/Pemerintah Daerah antara lain Asosiasi, Yayasan, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia), Kamar Dagang dan Industri

Daerah (Kadinda), Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), atau Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda).

Huruf a Penyelenggaraan promosi dagang di luar negeri yang dilaksanakan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, lembaga selain Pemerintah/Pemerintah Daerah dan/atau Pelaku Usaha, berkoordinasi dengan Perwakilan RI di Luar Negeri.

Huruf b Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Huruf a Yang dimaksud dengan “pameran dagang internasional” adalah pameran dagang yang diikuti oleh partisipan dan/atau pengunjung dan produk yang dipamerkan berasal dari

berbagai negara, serta penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dan/atau lembaga selain Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah di dalam dan di luar negeri.

Huruf b Yang dimaksud dengan “pameran dagang nasional” adalah pameran dagang yang diikuti oleh partisipan dan/atau pengunjung dan produk yang dipamerkan berasal dari berbagai

daerah di seluruh Indonesia, serta penyelenggarannya dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dan/atau lembaga selain Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah di dalam negeri.

Huruf c Yang dimaksud dengan “pameran dagang lokal“ adalah pameran dagang yang diikuti oleh partisipan dan/atau pengunjung dan produk yang dipamerkan berasal dari daerah

setempat, serta penyelenggaraanya dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dan/atau lembaga selain Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 45 Penyelenggaraan promosi dagang di luar negeri yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, lembaga selain Pemerintah/Pemerintah Daerah dan/atau Pelaku Usaha, berkoordinasi dengan Perwakilan RI di Luar Negeri.

Pasal 46 Cukup jelas

Pasal 47 Ayat (1) - Yang dimaksud dengan “fasilitas” adalah sarana yang dapat disediakan oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan pameran

dagang. Fasilitas dimaksud dapat berupa tempat, data dan informasi. - Yang dimaksud dengan “kemudahan” adalah upaya Pemerintah/Pemerintah Daerah yang diberikan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan pameran dagang. Kemudahan

dimaksud antara lain kelancaran dalam memperoleh persetujuan penyelenggaraan pameran dagang dan persetujuan ekspor untuk barang promosi jika diperlukan.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan “saling mendukung” adalah kerja sama antara kementerian atau Pemerintah Daerah untuk saling memberikan dukungan dalam penyelenggaraan kegiatan

pameran dagang dalam rangka mengembangkan ekspor komoditi unggulan daerah..

Pasal 48 Ayat (1) Kampanye pencitraan Indonesia dimaksudkan untuk membangun image negara dalam nation

branding, untuk itu pelaksanaanya berkoordinasi dengan Menteri dan sekaligus dapat dilakukan bersamaan dengan koordinasi kegiatan promosi dagang.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Pelaksanaan kampanye pencitraan Indonesia oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, lembaga

selain Pemerintah/Pemerintah Daerah dan/atau Pelaku Usaha di luar negeri berkoordinasi dengan Perwakilan RI di Negara terkait.

Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 49 Ayat (1) Badan promosi dagang di luar negeri selain mempromosikan barang dan/atau jasa produk

Indonesia juga dapat mendorong peningkatan investasi dan pariwisata. Ayat (2) Yang dimaksud dengan menteri terkait adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang luar negeri, keuangan, serta pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.

Pasal 50 Cukup jelas

Pasal 51 Ayat (1) Yang di maksud dengan “pemulihan” adalah tindakan yang diambil pemerintah dalam rangka memberikan kesempatan kepada produsen dalam negeri untuk pulih dari kerugian.

Ayat (2) Huruf a - Yang dimaksud dengan “tindakan anti-dumping” adalah tindakan untuk memulihkan kerugian sebagai akibat dari barang impor dumping yang sejenis. - Yang dimaksud dengan “harga dumping” adalah harga ekspor suatu barang yang diekspor dengan harga yang lebih rendah dari harga normal apabila dijual di dalam

negeri negara asal pengekspor. Huruf b Yang dimaksud dengan “tindakan imbalan” adalah tindakan untuk memulihkan kerugian produsen dalam negeri sebagai akibat dari barang impor sejenis yang menerima subsidi

dari pemerintah negara asal pengekspor. Huruf c Yang dimaksud dengan ”tindakan pengamanan perdagangan” adalah tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius dan/atau mencegah ancaman

kerugian serius yang dialami oleh produsen dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan jumlah barang impor sejenis atau barang yang langsung bersaing dengan barang produksi dalam negeri.

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas

Pasal 52 Cukup jelas

Pasal 53 Cukup jelas

Pasal 54 Cukup jelas

Pasal 55 Cukup jelas

Pasal 56 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan “wilayah perbatasan darat” termasuk perdagangan perbatasan melalui perairan darat.

Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 57 Ayat (1) Jenis barang yang diperdagangkan melalui perbatasan harus memenuhi ketentuan standar. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 58 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Yang dimaksud dengan mekanisme penyelesaian sengketa lainnya antara lain konsiliasi,

mediasi dan arbitrase.

Pasal 59 Cukup jelas

Pasal 60 Cukup jelas

Pasal 61 Cukup jelas

Pasal 62 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Huruf a Kewenangan pengawasan tidak termasuk pengawasan atas barang dan/atau tempat

yang berada di bawah pengawasan kepabeanan dan cukai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Huruf b Yang dimaksud dengan “melakukan langkah pengamanan” adalah tindakan yang dilakukan oleh petugas pengawas untuk melarang Pelaku Usaha memperdagangkan

barang dan/atau jasa yang diduga tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan sampai dengan adanya hasil uji laboratorium, analisa dan/atau evaluasi terhadap perdagangan barang dan/atau jasa tersebut yang menyatakan bahwa perdagangan barang dan/atau jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Dalam hal hasil uji laboratorium, analisa dan/atau evaluasi terhadap perdagangan barang dan/atau jasa tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, maka dilakukan proses penanganan lebih lanjut.

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas

Ayat (6) Cukup jelas

Pasal 63 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan “organisasi usaha” adalah organisasi yang diatur dengan undang- undang.

Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 64 Cukup jelas

Pasal 65 Cukup jelas

Pasal 66 Cukup jelas

Pasal 67 Cukup jelas

Pasal 68 Cukup jelas

Pasal 69 Cukup jelas

Pasal 70 Cukup jelas

Pasal 71 Cukup jelas

Pasal 72 Cukup jelas

Pasal 73 Cukup jelas

Pasal 74 Cukup jelas

Pasal 75 Cukup jelas

Pasal 76 Cukup jelas

Pasal 77 Cukup jelas

Pasal 78 Cukup jelas

Pasal 79 Cukup jelas

Pasal 80 Cukup jelas