Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN

DALAM USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

YUDHISTIRA PURBA 050306025

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN

DALAM USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI OLEH

YUDHISTIRA PURBA 050306025 PETERNAKAN

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN

DALAM USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh:

YUDHISTIRA PURBA 050306025/PETERNAKAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana Di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

Judul Skripsi : Analisis Profil Peternak terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

Nama : Yudhistira Purba

NIM : 050306025

Program studi : Peternakan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. Hasnudi,MS) Ketua Anggota

Mengetahui,

( Dr. Ir. Ristika Handarini, MP) Ketua Program Studi Peternakan


(5)

ABSTRAK

YUDHISTIRA PURBA: Analisa Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan HASNUDI.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara yang dimulai tanggal 15 Juli sampai 30 Agustus 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh profil peternak terhadap pendapatan dalam ternak sapi potong di kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit responden keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 desa yaitu Desa Simpang Tiga Pekan (populasinya rendah), Desa Adolina (populasinya sedang), Desa Melati 2 (populasinya tinggi). Sampel dari penelitian ini berjumlah 21 keluarga peternak sapi potong yang didapat dari 30% peternak masing- masing desa, yaitu desa Simpang Tiga Pekan (5 peternak), Desa Adolina (7 peternak), desa Melati 2 (9 peternak).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa tingkat pendidikan dan sistem pemeliharaan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan pengalaman dan umur berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai


(6)

ABSTRACT

Yudhistira Purba: Farmer Profile Analysis of Income on Beff Cattle Farmer the Sub District Perbaungan The District Serdang Bedagai. The research was supervise by TRI HESTI WAHYUNI and HASNUDI.

The research was conducted at the district Serdang bedagai Sub District Perbaungan of North Sumatra Province, which began on 15 July to 30 August 2011. The purpose of this study was to analyze the income beef cattle farmer at Serdang Bedagai Sub District Perbaungan.

The research methods use is survey methods with a unit that maintains a family beef farmer. The sampling method used is Proportional Stratified Random Sampling is by way of selecting three village is the village Simpang Tiga Pekan (low population), Adolina village (Population average), Melati 2 village (high Population). Samples from this study amounted to 21 families of beef cattle breeders obtained from 30% of farmers in each village, the village of Simpang

Tiga Pekan (5 farmers), Adolina village (7 farmers) and Melati 2 village (9 farmers).

Based on research results obtained that education and system management has a positive effect on beef cattle breeders. Where as the experience of farmer and age has a negative effect on beef cattle breeders in the sub district Perbaungan the district Serdang Bedagai.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan penulis kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsil ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Profil Peternak Perhadap Pendapatan dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai“ yang merupakan salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Ristika Handarini, MP selaku ketua Departemen Peternakan dan Bapak Usman Budi, S.Pt, MSi selaku sekretaris Departemen Peternakan. Terima

kasih kepada Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc selaku ketua pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahannya dalam penulisan skripsi ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2011


(8)

DAFTAR ISI

hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Karakteristik Daerah Serdang Bedagai ... 5

Ternak Sapi Potong ... 8

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ... 10

Usaha Peternakan Rakyat ... 14

Skala Kepemilikan ... 15

Panca Usaha Ternak Potong ... 16

Pendapatan Usaha Ternak ... 20

Analisis Usaha ... 22

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 24

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

Metode Penentuan Responden Penelitian ... 24

Metode Pengumpulan Data ... 25

Metode Analisis Data ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Sistem Pemeliharaan Pada Usaha Ternak Sapi Potong di Daerah Penelitian .. 29

Pemberian Pakan dan Air Minum ... 29

Pembersihan Kandang ... 30

Pembersihan Ternak Sapi Potong ... 31

Pengendalian Penyakit ... 31

Karakteristik Responden ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Banyaknya Ternak Besar Kecil Menurut kecamatan dan jenisnya ... 6

2. Banyaknya ternak Unggas Menurut Kecamatan dan Jenisnya ... 6

3. Jumlah Produksi daging Ternak dan Unggas ... 7

4. Populasi Ternak Sapi di Kecamatan Perbaungan ... 8

5. Penggunaan Makanan oleh Berbagai Ternak ... 17

6. Karakteristik Responden di Daerah Penelitian Tahun 2010 ... 32

7. Analisis Varian Pendapatan dan Hasil Penduga Variabel ... 34


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal


(11)

ABSTRAK

YUDHISTIRA PURBA: Analisa Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan HASNUDI.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara yang dimulai tanggal 15 Juli sampai 30 Agustus 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh profil peternak terhadap pendapatan dalam ternak sapi potong di kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit responden keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 desa yaitu Desa Simpang Tiga Pekan (populasinya rendah), Desa Adolina (populasinya sedang), Desa Melati 2 (populasinya tinggi). Sampel dari penelitian ini berjumlah 21 keluarga peternak sapi potong yang didapat dari 30% peternak masing- masing desa, yaitu desa Simpang Tiga Pekan (5 peternak), Desa Adolina (7 peternak), desa Melati 2 (9 peternak).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa tingkat pendidikan dan sistem pemeliharaan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan pengalaman dan umur berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai


(12)

ABSTRACT

Yudhistira Purba: Farmer Profile Analysis of Income on Beff Cattle Farmer the Sub District Perbaungan The District Serdang Bedagai. The research was supervise by TRI HESTI WAHYUNI and HASNUDI.

The research was conducted at the district Serdang bedagai Sub District Perbaungan of North Sumatra Province, which began on 15 July to 30 August 2011. The purpose of this study was to analyze the income beef cattle farmer at Serdang Bedagai Sub District Perbaungan.

The research methods use is survey methods with a unit that maintains a family beef farmer. The sampling method used is Proportional Stratified Random Sampling is by way of selecting three village is the village Simpang Tiga Pekan (low population), Adolina village (Population average), Melati 2 village (high Population). Samples from this study amounted to 21 families of beef cattle breeders obtained from 30% of farmers in each village, the village of Simpang

Tiga Pekan (5 farmers), Adolina village (7 farmers) and Melati 2 village (9 farmers).

Based on research results obtained that education and system management has a positive effect on beef cattle breeders. Where as the experience of farmer and age has a negative effect on beef cattle breeders in the sub district Perbaungan the district Serdang Bedagai.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Seekor atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.

Ternak sapi potong dapat ditemukan hampir di seluruh penjuru dunia

dengan berbagai macam pemeliharaan, tergantung pada kondisi setempat. Di Indonesia, penyebaran ternak sapi potong belum merata. Ada beberapa daerah

yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang dan terbatas populasinya. Tentu saja hal ini dikarenakan beberapa faktor, antara lain faktor

pertanian atau lahan, kepadatan penduduk, iklim, dan daya aklimatisasi, serta adat-istiadat dan agama.

Ternak sapi potong di Indonesia sebagai salah satu sumber makanan berupa daging, produktivitasnya masih sangat memprihatinkan karena jumlahnya masih jauh dari target yang diperlukan konsumen. Hal ini disebabkan oleh produksi daging masih rendah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah prouksi daging masih rendah, antara lain populasi sapi rendah dan produksi sapi yang rendah.


(14)

Hasil daging yang dapat diperoleh sangat berhubungan dengan penyebaran populasi ternak pada suatu daerah. Lebih mendukung lagi apabila pengolahan ataupun pemeliharaan yang dilakukan secara modern. Namun pemeliharaan yang dilakukan masih jauh dari modrenisasi. Ternak sapi potong di Indonesia sebagian besar dipelihara dengan cara semi intensif dan terkesan masih bersifat tradisional. Sapi dipelihara sebagai usaha sampingan dengan usaha pokok adalah bertani. Demikian halnya fenomena yang terjadi di Sumatera Utara sehingga menimbulkan pertanyaan dengan penyebaran populasi ternak sapi potong yang tidak merata dan teknik pemeliharaan seperti diatas apakah mempengaruhi besarnya penghasilan dan pendapatan masyarakat.

Hal yang tampak di Sumatera Utara ada beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau terbatas penyebaran populasi ternak sapi potong. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi besarnya penghasilan atau pendapatan masyarakat pada daerah tersebut sehingga timbul perbedaan dalam segi ekonomi maupun dalam pemenuhan gizi hewani khususnya daging sapi setiap daerah. Sehubungan hal diatas maka penulis mencoba untuk meneliti dan menganalisa faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong pada suatu daerah berdasarkan jumlah kepemilikan.

Kecamatan Perbaungan merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak di Kabupaten Serdang Bedagai yang berpotensi untuk dikembangkan yang termasuk wilayah Provinsi Sumatera Utara


(15)

Identifikasi Masalah

Usaha ternak sapi dalam bentuk usahatani merupakan salah satu usaha yang dikelola oleh petani/peternak dengan peran ekonomi yang relatif terbatas. Usaha tenak sapi potong merupakan salah satu jenis usaha yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Usaha peternakan ini ada yang dijadikan sebagai pekerjaan utama, ada juga yang dijadikan sebagai pekerjaan sampingan.

Permasalahan umum yang perlu diketahui berkaitan dengan hal-hal penting yang menyangkut segi ekonomi peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :

• Adakah pengaruh pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem pemeliharaan terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya pengaruh pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem pemeliharaan terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.


(16)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil dugaan sementara bahwa ada pengaruh pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem pemeliharaan terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Kegunaan Penelitian

1. Menjadi acuan bagi peternak sapi potong dalam melakukan pemeliharaan ternak sapi potong guna meningkatkan pendapatannya.

2. Bagi instansi yang terkait khususnya dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan usaha ternak sapi potong di wilayah yang bersangkutan atau di daerah lain.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Daerah Serdang Bedagai

Letak Wilayah

Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57’’ Lintang Utara, 30 16’’ Lintang Selatan, 980 33’’ - 990 27’’ Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut.Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan, Ibukota Kabupaten Sedang Bedagai terletak di Kecamatan Sei Rampah yaitu Kota Sei Rampah. Secara administratif Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :

· Sebelah Utara : Selat Malaka

· Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Simalungun · Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun

· Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

Iklim

Kabupaten Serdang Bedagai imemiliki iklim tropis dimana kondisi iklimnya hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk. Pengamatan Stasiun Sampali menunjukkan rata-rata kelembapan udara per bulan sekitar 79 %, curah hujan berkisar antara 120 sampai dengan 331 mm perbulan dengan periodik tertinggi pada bulan September 2006, hari hujan per bulan berkisar 8-20 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan Mei - Juni 2006. Rata-rata kecepatan angin berkisar 0,42 m/dt dengan tingkat penguapan


(18)

sekitar 3,9 mm/hari. Temperatur udara per bulan minimum 22,2 C dan maksimum 31,9 C.

Jenis komoditi peternakan terbesar yang dihasilkan di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sapi potong, kambing, dan ayam unggas

Tabel 1. Banyaknya ternak besar kecil menurut kecamatan dan jenisnya

No Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kambing Domba Babi

1 Kotarih - 143 2 1.624 664 1.034

2 Silinda - 139 2 820 150 905

3 Bintang Bayu - 1.610 1 3.144 834 740

4 Dolok Masihul - 3.476 100 5.549 1.293 1.630

5 Serbajadi - 1.382 30 1.560 1.570 425

6 Sipispis - 4.965 69 9.750 2.273 3.700

7 Dolok Merawan - 3.000 5 3.725 112 66

8 Tebing Tinggi 40 1.594 35 3.950 617 735

9 Tebing Syahbandar 38 1.155 7 4.037 506 806

10 Bandar Khalifah - 375 18 5.300 410 5.810

11 Tanjung Beringin - 635 43 1.920 158 650

12 Sei Rampah 2 470 15 4.380 1.254 24

13 Sei Bamban 1 125 29 1.875 590 592

14 Teluk Mengkudu 3 210 2 5.455 3.384 455

15 Perbaungan 120 1.834 207 5.953 4.218 700

16 Pegajahan - 1781 123 3.535 2.420 340

17 Pantai Cermin 173 2.830 418 1.500 1.615 1.845

Jumlah 377 25.724 1.106 64.077 22.066 20.457

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai

Tabel 2. Banyaknya ternak unggas menurut kecamatan dan jenis unggas

No Kecamatan Ayam Kampung Ayam Ras Petelur Pedaging

itik

1 Kotarih 2.666 - - 982

2 Silinda 2.885 - - 644

3 Bintang Bayu 4.153 - - 1.693

4 Dolok Masihul 38.312 - - 7.227

5 Serbajadi 24.821 - - 466

6 Sipispis 17.441 - 4.000 1.876

7 Dolok Merawan 11.405 - 3.200 3.915

8 Tebing Tinggi 15.740 - 20.000 23.601

9 Tebing Syahbandar 11.452 - 55.000 8.604

10 Bandar Khalifah 15.675 - 5.500 12.145

11 Tanjung Beringin 24.253 15.000 7.500 31.274

12 Sei Rampah 40.000 90.000 14.000 42.886

13 Sei Bamban 30.000 95.000 1.550 10.168

14 Teluk Mengkudu 9.000 - 600 6.008

15 Perbaungan 530.000 30.000 13.000 63.020

16 Pegajahan 258.262 - - 31.668

17 Pantai Cermin 50.000 25.000 80.000 34.830

Jumlah 1.086.062 255.000 204.350 281.027


(19)

Tabel 3. Jumlah produksi daging ternak dan unggas menurut kecamatan dan jenis ternak

No Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Babi Ayam

pedaging

1 Kotarih 8.500 120 32.480 62.040 555

2 Silinda 8.340 120 16.400 27.060 710

3 Bintang Bayu 96.600 60 188.640 22.200 1.050

4 Dolok Masihul 208.560 6.000 332.940 48.900 4.500

5 Serbajadi 82.920 1.800 93.600 12.750 5.100

6 Sipispis 297.900 4.140 585.000 111.000 2.200

7 Dolok Merawan 180.000 300 223.500 1.980 1.300

8 Tebing Tinggi 95.640 2.100 237.000 22.050 5.050

9 Tebing Syahbandar 69.300 420 242.220 24.180 5.500

10 Bandar Khalifah 22.500 1.080 318.000 174 2.700

11 Tanjung Beringin 38.100 2.580 115.200 19.500 7.050

12 Sei Rampah 28.200 900 262.800 720 80.100

13 Sei Bamban 7.500 1.740 112.500 17.760 7.500

14 Teluk Mengkudu 12.600 120 327.300 13.650 1.500

15 Perbaungan 110.040 12.420 357.180 21.000 10.000

16 Pegajahan 106.860 7.380 212.100 10.200 3.100

17 Pantai Cermin 169.800 25.080 90.100 55.350 10.000

Jumlah 1.543.360 66.360 3.746.960 644.690 147.915

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai

Kecamatan Perbaungan merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak di Kabupaten Serdang Bedagai yang berpotensi untuk dikembangkanya populasi ternak sapi potong menjadi lebih baik lagi karena kawasan tersebut termasuk salah satu wilayah di Propinsi Sumatera Utara yang perkembangan populasi ternak sapinya pada tahun 2007 di Kecamatan Perbaungan mencapai 2.126 ekor dengan jumlah peternak 253 orang peternak.


(20)

Tabel 4. Populasi ternak sapi di kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

NO Desa Jumlah ternak sapi

1 Melati II 208

2 Simpang Tiga Pekan 21

3 Batang Terap 196

4 Tualang 110

5 Adolina 97

6 Bengkel 104

7 Cinta Air 0

8 Cintaman Jernih 130

9 Deli Muda Hulu 0

10 Deli Muda Hilir 0

11 Jumbur Pulau 143

12 Kesatuan 35

13 Kota Galuh 0

14 Lidah Tanah 151

15 Lubuk Bayas 109

16 Lubuk Cemara 44

17 Lubuk Dendang 41

18 Lubuk Rotan 53

19 Melati I 114

20 Pematang Sijanom 0

21 Pematang Tatal 53

22 Suka Beras 31

23 Suka Jadi 79

24 Sei Buluh 78

25 Sungai Naga Lawan 68

26 Sei Sijenggi 183

27 Tanah Merah 0

28 Tanjung Buluh 78

Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)

Ternak Sapi Potong

Untuk memulai suatu peternakan sapi potong sebaiknya perlu terlebih dahulu mengadakan pengenalan terhadap berbagai bangsa/jenis sapi potong, terutama menyangkut hal seperti pertumbuhan, produksi dan lain hal yang menentukan perkembangan sapi tersebut sehingga apabila hendak mendirikan peternakan atau memelihara ternak sudah mendapat gambaran umum akan hal-hal apa yang perlu diadakan untuk menjamin perkembangan ternak tersebut dengan baik (Abidin dan Simanjuntak, 1977).


(21)

Para peternak sapi harus menyadari bahwa daerah tropis seperti di Indonesia ini suhu udaranya relatif tinggi, sehingga sangat berpengaruh terhadap kehidupan ternak sapi. Bagi bangsa-bangsa sapi lokal (tropis) hal ini tidak akan menimbulkan gangguan yang berat (stress). Bangsa-bangsa sapi tropis yang kita kenal ialah Zebu (Bos indicus) dan Banteng (Bos sondaicus), atau hasil persilangan dari kedua golongan tersebut. Penyebaran Zebu di daerah tropis, khususnya di Asia, ternyata lebih banyak dibandingkan dengan sapi-sapi Eropa (Bos taurus) (AAK, 1991).

Sapi-sapi asli Indonesia yang terkenal yaitu : sapi Bali, sapi Ongole sedangkan sapi lainnya seperti sapi Madura, sapi Aceh dan sapi Lampung tidak begitu terkenal karena sifat penyebaran dan pertumbuhan tidak begitu menonjol bila dibandingkan dengan kedua sapi tersebut (Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Menurut Idris dkk (1991), sapi Ongole berukuran besar dan gagah, watak sabar dan tenaga kuat, baik untuk pekerjaan yang berat. Tanda-tandanya : kepala tidak terlalu panjang, profil melengkung sekali, leher pendek dan tebal, tubuh padat, besar dan kuat. Panjang tubuh ± 110 cm dari tingginya. Tinggi sapi jantan 140-160 cm, betina 130-140 cm. Kaki agak panjang tetapi kuat. Ambing kurang baik tumbuhnya. Warna bulu putih atau abu-abu dengan kuning tua.

Sapi dari daerah yang beriklim sedang mempunyai kerangka yang relatif kurang kompak, sedangkan sapi-sapi tropis mempunyai kerangka persegi, anggota badan lebih besar, lipatan kulit menggantung antara kerongkongan dan brisket sapi tertentu yang besar dengan kulit yang berbulu sangat pendek (Lawrie, 1995).

Karakteristik sapi dari tipe potong adalah : bentuk tubuh padat, dalam, lebar dan kaki pendek. Badan seluruhnya berisi daging. Sela garis tubuh lurus dan


(22)

rata. Kepala pendek dan lebar pada frontalisnya. Leher tebal dan bahu berisi. Punggung dan pinggang lebar. Kemudi lebar. Dada lebar dan dalam. Dilihat dari samping, tubuh tampak seperti segi empat panjang dan dalam. Pertumbuhan tulang, dagingdan lemak badan tampak baik (Idris dkk, 1991).

Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Produksi

Ternak sapi potong sebagai salah satu sumber makanan berupa daging, produktivitasnya masih sangat memprihatinkan karena volumenya masih sangat jauh dari target yang diperlukan konsumen. Hal ini disebabkan oleh produksi daging masih sangat rendah (Pane dan Ismed, 1986).

Rendahnya populasi ternak sapi merupakan salah satu faktor penyebab volume produksi daging masih rendah. Pada umumnya, selama ini di negara kita sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).

Disamping itu, ternak sapi yang dipelihara ini masih merupakan bagian kecil dari seluruh usaha pertanian dan pendapatan total. Tentu saja usaha berskala kecil ini terdapat banyak kelemahan. Diantaranya adalah sebagai produsen perorangan pasti tidak dapat memanfaatkan sumber daya produktivitasnya yang tinggi seperti pada sektor usaha besar dan modern. Sebab pada usaha kecil ini baik dalam pengadaan pakan, bibit, transportasi, pemeliharaan dan lain sebagainya akan menjadi jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan usaha skala besar (Tafal, 1981).


(23)

Menurut Sugeng (2001), tingkat produksi yang rendah diakibatkan beberapa faktor sebagai berikut : faktor tujuan pemeliharaan, faktor bibit, dan faktor pakan tersedia terbatas.

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan adalah faktor genetik, faktor lingkungan serta interaksi faktor genetik dengan lingkungan. Seekor ternak yang genetiknya tidak menghasilkan daging, walaupun hidupnya dalam lingkungan yang baik tidak akan menghasilkan daging yang baik tetapi hidup dalam lingkungan yang jelek juga tidak akan menghasilkan daging yang memuaskan (Lasley, 1978).

Menurut Berg dan Butterfield (1976), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertambahan berat badan adalah bangsa ternak, umur ternak, jenis kelamin dan makanannya serta lingkungannya.

Beberapa karakteristik sosial ekonomi peternak yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan peternak yaitu :

a. Pengalaman Beternak

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian

(Fauzia dan Tampubolon, 1991). b. Tingkat Pendidikan

Model pendidikan yang digambarkan dalam pendidikan petani bukan pendidikan formal yang acap kali mengasingkan pertanian dan realitas. Pendidikan petani yang dikembangkan adalah pendidikan yang memungkinkan


(24)

tiap-tiap pribadi berkontak dengan orang lain, pekerjaan dan dengan dirinya sendiri (kebutuhan, perasaan, dorongan, saling memberi dan menrima, berbicara dan mendengarkan). Model pendidikan ini mempunyai ideal yang mengarah pada suatu sasaran agar petani mempunyai mentalitas yang baik yang disertai dengan penguasaan manajemen dasar serta memiliki skill dalam praktek bertani, yang akhirnya membawa petani untuk memperoleh produksi yang optimal. Produksi yang optimal tentu merupakan suatu langkah penting untuk memenuhi kebutuhan. (Wiryono, 1997).

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).

Menurut Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak namun kenyataan di lapangan berbeda seperti yang telah diuraikan diatas karena pada dasarnya peternak yang ada di daerah peneltian masih tergolong berpendidikan menengah.

Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan dan penguat. Disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula berkembangnya peternakan didaerah itu.


(25)

c. Umur

Semakin muda usia peternak (usia produktif 20 – 45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan mint untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. (Chamdi, 2003).

d. Sistem Pemeliharaan

Pada umumnya sapi – sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada di dalam kandang. Mereka makan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat menjadi gemuk dan kotorannya pun cepat bisa terkumpul dalam jumlah yang lebih banyak sebagai pupuk. Sapi – sapi memperoleh perlakuan yang lebih teratur atau rutin dalam hal pemberian pakan, pembersihan

kandang, memandikan sapi,menimbang, mengendalikan penyakit. (Sugeng, 2001).

Sistem pemeliharaan semi–intensif adalah kegiatan pemeliharaan ternak dengan sistem pengembalaan yang dilakukan secara teratur dan baik.dalam kondisi tertentu, pemilik sudah mulai menaruh perhatian terhadap ternak yang dipeliharanya, terutama ketika ternak akan melahirkan dan digemukan untuk dipotong dengan mengurung ternak selama sehari penuh. Dalam hal ini pemilik sudah mulai menjaga kebersihan kandang dan memberikan obat-obatan/konsentrat sebagai tambahan makanan. (Mulyono dan Sarwono,2007).

Sistem pemeliharaan ekstensif merupakan beternak secara tradisional yaitu campur tangan peternak terhadap ternak peliharaanya hampir tidak ada. Ternak dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan pengembalaan, pinggiran hutan atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput dan sumber


(26)

pakan. Sesuai dengan habitat aslinya, ternak menyukai pakan dari tanaman di daerah perbukitan (Mulyono dan Sarwono,2007).

Usaha Peternakan Rakyat

Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan-perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Pada umumnya ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia berlahan sempit, permodalan terbatas, tingkat pengetahuan petani yang terbatas dan kurang dinamik, serta pendapatan petani yang rendah (Soekartawi dkk, 1986).

Di dalam pertanian rakyat, hampir tidak ada usaha tani yang memproduksi satu macam hasil saja. Disamping hasil-hasil tanaman, usaha pertanian rakyat meliputi pula usaha-usaha peternakan, perikanan, dan kadang-kadang usaha pencarian hasil hutan (Mubyarto, 1991).

Usahatani atau usaha peternakan mempunyai ciri khas yang mempengaruhi prinsip-prinsip manajemen dan tehnik-tehnik yang digunakan. Usahatani dan usaha peternakan sering dianggap sebagai usaha yang lebih banyak resikonya dalam hal output dan perubahan harga serta pengaruh cuaca terhadap keseluruhan proses produksi (Kay dan Edward, 1994) .

Menurut Kay dan Edward (1994), dalam usahatani dan usaha peternakan, pembagian kerja dan tugas manajemen jarang dilakukan, kecuali untuk skala usaha besar. Petani dalam usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaga saja,


(27)

tetapi lebih dari itu. Dia adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan (Mubyarto, 1991).

Skala Pemilikan

Menurut Sodiq dan Abidin (2002), berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak usaha peternakan diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Peternakan sebagai usaha sambilan:

Yaitu: tingkat pendapatan petani dari usaha ternaknya tidak lebih tinggi dari 30% total pendapatannya.

2. Peternakan sebagai cabang usaha:

Yaitu: petani mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) dengan usaha ternak sebagai cabang usaha lainnya, pendapatan petani berkisar antara 30%-70% dari total pendapatan usaha ternak secara keseluruhan. 3. Peternakan sebagai usaha pokok:

Yaitu: usaha ternak menjadi usaha pokok, sedangkan usaha tani lainnya hanya sebagai sambilan. Tingkat pendapatan petani berkisar antara 70%-100% dari usaha ternak.

4. Peternakan sebagai industri:

Yaitu: usaha peternakan sudah menjadi suatu usaha pemeliharaan ternak dengan komoditas ternak terpilih (specialiced farming) dengan tingkat pendapatan mencapai 100%.


(28)

Panca Usaha Ternak Potong

1. Bibit

Menurut Sugeng (2001), dalam hal penelitian bibit dengan cara seleksi dan penyingkiran ternak yang kurang baik dari kelompok yang dipelihara tidak perlu dilakukan. Laju pertumbuhan ternak yang bagaimanapun tidak perlu dihiraukan. Yang terpenting bagi peternak adalah ternak yang dipelihara itu tetap bisa berkembang biak.

Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah ketrampilan memilih bibit ternak, sebagai pejantannya digunakan pemacak milik desa atau milik pemerintah atau dengan inseminasi buatan (Dinas Peternakan, 1983).

2. Pakan

Keberhasilan suatu usaha ternak hanya mungkin tercapai apabila faktor-faktor penunjangnya memperoleh perhatian yang penuh. Salah satu faktor utamanya adalah makanan disamping faktor genetis dan manajemen. Oleh karena itu, bibit ternak yang baik dan dari jenis yang unggul harus diimbangi dengan pemberian makanan yang baik pula (AAK, 1991)

Sistem alat pencernaan dari berbagai jenis-jenis ternak mencerminkan pula macam bahan makanan yang dapat dimakannya. Ternak ruminansia atau pemamah biak mempunyai alat pencernaan yang berbeda dari non ruminansia. Ruminansia menggunakan hijauan sebagai bahan makanan utama sebaliknya ternak – ternak non ruminansia menggunakan kosentrat sebagai bahan makanan pokok ( Abidin dan Simanjuntak,1997).


(29)

Ternak sapi sebagai salah satu hewan ruminansia beralat pencernaan yang terbagi atas empat bagian, yakni rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Dengan alat ini, sapi mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar dan mampu mencerna bahan pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi. Sehingga pakan pokok hewan ini berupa hijauan atau rumput dan pakan penguat sebagai tambahan. Pada umumnya bahan pakan hijauan diberikan dalam jumlah 10 % dari berat pakan dan pakan penguat cukup 1 % dari berat badan (Sugeng, 2000).

Pada tabel dibawah ini dapat dilihat penggunaan makanan oleh berbagai ternak sebagai berikut :

Tabel 5. Penggunaan makanan oleh berbagai ternak

Babi (%)

Unggas (%)

Sapi Perah (%)

Sapi Potong (%)

Sapi potong (%)

Penguat / konsetrat 97,4 95,3 26,2 18,4 6,0

Hijauan 2,6 4,7 73,8 81,6 94,0

Sumber : Ir. Susetyo, dkk (1969).

Di negara kita pemberian makanan pada ternak belum begitu diperhatikan. Pada umumnya ternak hanya diberikan makanan hijauan dengan cara menggembalakan di lapangan ataupun diarit untuk diberikan pada ternaknya. Pada umumnya kualitas rumput tersebut sangat rendah, karena jarang terdapat pemeliharaan rumput – rumputan Hijauan makanan Ternak secara khusus untuk makanann ternaknya (Abidin dan Simanjuntak, 1977)

3. Kandang

Perkandangan dan peralatan sangat penting dalam menentukan sukses tidaknya sesuatu perusahaan ternak sapi. Oleh karena itu sangat perlu untuk merencanakan pembuatan kandang dengan peralatan seefisien mungkin.


(30)

Peternakan sapi dengan sistem pemeliharaan di pasture (padang pengembalaan), kandang diperlukan hanya untuk malam hari dimana sapi – sapi tersebut pada pagi harinya dilepas pada padang pengembalaan ini dapat dibuat pula kandang yang dilengkapi dengan atap yang bisa terbuat dari genteng atau rumbia atau bisa juga tanpa atap. Lantainya sebaiknya di semen. Sebagai patokan umum seekor sapi dewasa membutuhkan tempat seluas 2,5 sampai 3 m2 (kira – kira 1,5 x 2 m) per ekornya (Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Luas kandang per ekor 1,5 m x 1,8 m = 2 m2. Membuat kandang untuk kapasitas 8 – 10 ekor di bawah satu atap lebih ekonomis daripada kapasitas 2 – 3 ekor di dalam satu atap. Lantai kandang, baik lantai tanah, adukan semen, aspal, batu – batu dan sebagainya, harus dibuat agak sedikit miring. Kemiringan lantai kandang cukup dibuat 5 cm saja. Kemiringan lantai ini bertujuan agar air kencing sapi tidak berhenti dan bercampur dengan kotoran dan tilam (bedding) yang dipakai sebagai alas ternak, sehingga kesehatan sapi tetap terjamin (AAK, 1991).

Kontruksi kandang menurut Sugeng (2001), dibangun dengan perencanaan yang benar akan menjamin kenyamanan hidup ternak, sebab bangunan kandang sangat erat hubungannya dengan kehidupan ternak.

Sehubungan dengan kebutuhan hidup ternak sapi untuk beradaptasi ini, maka perencanaan bangunan kandang yang perlu diperhatikan ialah : iklim setempat, kontruksi dan bahan bangunan. Ketiga faktor ini perlu diperhatikan karena faktor – faktor tersebut akan membawa kenyamanan bagi ternak apabila kesemuannya tadi dipadu dengan baik (AAK, 1991).


(31)

4. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit

Penyakit yang timbul pada sapi potong biasannya dibagi atas empat macam yaitu : 1) external parasitis, 2) internal parasitis, 3) penyakit menular, 4) penyakit tidak menular. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit lebih penting daripada mengobati. Oleh karena itulah maka para peternak selalu menjaga kesehatan dari pada ternak–ternaknya melalui sanitasi yang baik, penyemprotan dengan desinfektan, vaksinasi secara teratur. Ternak–ternak akan mudah tertular penyakit bila manajemennya kurang baik. Parasit–parasit dan penyakit biasannya berkembang baik pada ternak–ternak yang kondisinnya tidak baik dan dapat

menyebar pada ternak – ternak yang sehat lainnya (Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Sapi yang terkena penyakit biasanya menimbulkan kerugian besar terlebih penyakit menular, walaupun terkadang tidak menyebabkan kematian secara langsung namun dapat merusak kesehatan. Misalnya penyakit brucellosis dan tubercullose, anthrax, mulut dan kuku. Penanggulangan perlu secara dini. Para peternak tidak perlu mengetahui masalah – masalah kedokteran hewan, tetapi yang perlu adalah pengenalan berbagai jenis penyakit dan sebabya, akibat serangan, gejala yang tampak, penyebarannya, pencegahan dan pemberantasannya (AAK, 1991).

5. Pemasaran

Permintaan pasar atas daging sapi meningkat terus dari tahun ke tahun sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan taraf hidu rakyat disertai dengan pengertian mengenai kepentingan pangan dan gizi. Hal tersebut sangat erathubungannya dengan kehidupan sosial dan agama, seperti


(32)

musim haji, musim hajatan (pernikahan, dll), hari Natal dan tahun Baru, dan puncaknya adalah hari raya Idul Fitri dan bulan Syawal (Darmono, 1993).

Pada tahun 1994, proyeksi permintaan daging sapi di Indonesia adalah 324.000 ton, sedangkan daging sapi yang tersedia adalah 308.000 ton dan sebagian besar dipenuhi dari produksi local. Dengan demikian, terdapat kelebihan permintaan sebesar 16.000 ton. Kesenjangan antara permintaan dan pemasokan daging sapi tersebut merupakan peluang pemasaran bagi daging sapi di Indonesia (Arifin, 1993).

Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan pengetahuan masyarakat tentang gizi berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat kearah gizi berimbang sehingga memberikan peluang pemasaran hasil-hasil peternakan. Disamping itu, terbukanya perdagangan internasional mengakibatkan kemungkinan ekspor ternak dan hasil semakin meningkat bila diikuti dengan peningkatan kualitas (Gunawan, dkk 1993).

Pendapatan Usaha Ternak

Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat di ukur untuk menghasilkan suatu product (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumber daya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya biaya variable.


(33)

Biaya tetap (fix cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegitan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variable (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan ( Widjaja, 1999). Depresiasi asuransi, perbaikan rutin, pajak dan bunga modal termasuk ke dalam biaya tetap, sedangkan pakan, bibit, pupuk, obat-obatan, bahan bakar dan kesehatan ternak termasuk biayatidak tetap (Kay and Edward, 1994).

Pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi (input) yang diperlukan pada proses produksi. Untuk sarana produksi yang dibeli dimasukkan dalam biaya tunai, sedangkan untuk sarana produksi yang tidak dibeli dimasukkan dalam biaya diperhitungkan (Soeharjo dan Patong, 1973). Menurut Mubyarto (1991), biaya produksi terbagi dua kelompok yaitu biaya-biaya yang berupa uang tunai dan biaya dalam bentuk natura.

Penerimaan dan Pendapatan

Soekartawi, dkk (1986) menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga per satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat usaha tani atau harga jual petani.

Penerimaan dalam usaha tani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).


(34)

Soeharjo dan Patong (1973) menyebutkan bahwa dalam analisis pedapatan diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran sama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.

Analisis usaha

Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996), menyatakan bahwa analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu :

(1) arus biaya dan penerimaan (cash flow), yaitu berupa biaya operasional (2) neraca (balance sheet), yaitu berupa harta, utang dan modal

(3) pertelaan pendapatan (income statement), yaitu menyangkut laporan laba-rugi berupa pendapatan dikurangi dengan beban (biaya).

Pendapatan (income statement) lebih menunjukkan kepada sumber-sumber penerimaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai penerimaan tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana riil untuk periode selanjutnya. Menurut Suharno dan Nazaruddin


(35)

(1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memilki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan, kandang serta lamanya modal akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat di tingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatanya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).


(36)

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara dari tanggal 15 Juli 2011 sampai dengan 30 Agustus 2011.

Metode Penentuan Responden Penelitian

Responden terdiri dari para peternak sapi di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Metode responden yang digunakan adalah metode survei dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi. Metode penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut :

• Pada tahap pertama pemilihan 3 buah desa dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Perbaungan dengan metode penarikan responden secara Proportional Stratified Random Sampling Wirartha (2006), yaitu desa yang populasi ternak sapinya tinggi, desa yang populasi ternak sapinya sedang dan desa yang populasi ternak sapinya jarang.

• Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil masing-masing 30% dari seluruh peternak dari setiap desa sampel. Wirartha (2006) menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil 30 % sudah dapat mewakili populasi.


(37)

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data Primer dan Skunder.

• Data Primer diperoleh dari monitoring terhadap kegiatah usaha ternak sapi potong melalui wawancara dan pengisian daftar quisioner.

• Data Skunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Medan, Kantor kecamatan Perbaungan.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dilapangan diolah dan ditabulasi kemudian dibuat rataannya. Kemudian data rataan dimasukkan kedalam neraca keuangan masing-masing peternak dan diambil rataan pendapatan peternak.

Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis pendapatan dan analisis regresi berganda dengan rumus sebagai berikut:

• Analisis Pendapatan

Π = TR – TC

Dimana:

Π adalah total pendapatan atau keuntungan (baca: phi) yang diperoleh peternak sapi potong (Rupiah/Tahun)

TR adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi potong (Rupiah/Tahun)


(38)

Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung pendapatan peternak pada usaha beternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model Pendekatan Teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (alat bantu Software (SPSS 17) Statistical Package for Sosial Sciences). Menurut Djalal dan Usman (2002), model pendugaan yang digunakan:

Keterangan:

Ŷ :adalah pendapatan peternak (Y : topi) yang dipengaruhi

berbagai faktor :dalam memelihara ternak sapi potong (rupiah)

a :adalah koefisien Intercept (konstanta)

b1 b2 b3 b4 :adalah koefisien regresi

X1 :adalah pengalaman beternak (tahun)

X2 :adalah tingkat pendidikan (tahun)

X3 :adalah umur peternak (tahun)

X4 :adalah sistem pemeliharaan (Variabel Dummy)

µ :adalah Variabel lain yang tidak diteliti

Variabel-variabel pada hipotesis diuji secara serempak dan parsial untuk mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak.

Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni :

(

1

)

/

(

1

)

/

2 2

=

k

n

r

k

r

F

Keterangan :

r2 = Koefisien determinasi n = Jumlah responden - k = Derajat bebas pembilang

n-k-1 = Derajat bebas penyebut


(39)

Kriteria uji:

F-hit ≤ F-tabel... H0 diterima (H1 ditolak)

F-hit > F-tabel... H0 ditolak (H1 diterima)

Menurut Sudjana (2002), jika variabel berpengaruh secara parsial dapat diuji dengan uji t yakni :

Keterangan:

b = Parameter (i = 1,2,3,4) n-k-1 = derajat bebas

S2bi = Standart error parameter b

S2y1234 = Standart error estimates

xi = Variabel bebas (i = 1,2,3,4)

Kriteria uji:

t-hit < t-tabel... H0 diterima (H1 ditolak)

t-hit > t-tabel... H0 ditolak (H1 diterima

Kriteria pengambilan keputusan :

t-tabel = (α ; db)

(α = 5% ; db = n – k – I ) Keterangan ;

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas (X)

a. t- hitung > t tabel (taraf signifikan α ≤ 0,010) : HO ditolak, berarti koefisien regresi dari faktor tertentu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

b. t- hitung ≤ t tabel (taraf signifikan α > 0,100): HO diterima, berarti koefisien regresi dari faktor tertentu berpengaruh tidak nyata terhadap variabel terikat

1 1

Sb

b

T

hit

=

S2y123 =

1 2 − −       −

k n y y

S2b1

(

)

= 2 123 2 2 1 i i R X y S


(40)

Karakteristik sosial ekonomi peternak penelitian ini meliputi :

- Pengalaman beternak adalah lamanya peternak dalam melakukan usaha ternak sapi potong

- Tingkat pendidikan adalah peternak yang menjalani pendidikan baik formal maupun non formal

- Umur peternak

- Sistem pemeliharaan adalah cara pemeliharaan ternak sapi potong dengan cara ekstensif, semi-intensif atau intensif.


(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Pemeliharaan Pada Usahaternak Sapi Potong Di Daerah Penelitian

Sistem pemeliharaan ternak dan manajemen yang baik adalah kunci dari keberhasilan suatu usahaternak sapi potong. Umumnya sistem pemeliharaan sapi potong di Kecamatan Perbaungan adalah bersifat bersifat semi intensif dimana ternak digembalakan ketika siang hari dan kemudian akan dikandangkan pada malam hari..

Adapun kegiatan–kegiatan yang dilakukan peternak sapi potong yang terdapat di daerah penelitian sebagai berikut :

1. Pemberian Pakan dan Minum

Sapi potong akan tumbuh sehat dan berkembang biak dengan baik bila volume pakan yang diperoleh cukup dan bergizi dan dilakukan menejemen pemeliharaan yang baik. Pakan merupakan unsur yang sangat vital dalam usaha peternakan. Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defisiensi zat nutrisi makanan sehingga ternak mudah terserang penyakit. Ketersediaan pakan yang cukup akan menghasilkan ternak yang sehat dan produktif. Jenis pakan sapi potong ada dua macam yaitu pakan pokok yang terdiri dari hiajuan (rumput, legume dan limbah pertanian) dan pakan penguat ( suplemen, konsentrat, dan pakan tambahan).

Air untuk minum ternak juga mempunyai fungsi yang vital untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh ternak. Penyediaan air minum harus terus menerus untuk semua kelompok umur ternak.


(42)

Pemberian pakan dan minum ternak di daerah penelitian dilakukan oleh peternak sendiri yang dibantu oleh anggota keluarganya seperti ibu dan anak-anaknya. Umumnya responden memberikan pakan hijauan yang berupa rumput-rumputan yang telah diarit atau dilepaskan untuk diangon.

2. Pembersihan kandang

Kandang adalah tempat tinggal ternak sehingga kandang menjadi salah satu faktor penting dalam beternak. Dimana kebersihan kandang dapat menghindarkan ternak dari serangan penyakit. Kandang sangat berpengaruh terhadap kesehatan ternaknya, terutama faktor kelembaban, kebecekan, dan sarang lalat yang dapat mengganggu kenyamanan serta keleluasaan ternak. Letak kandang harus terpisah dari rumah namun di daerah penelitian masih ada beberapa responden yang membuat kandangnya menyatu dengan rumahnya

Di daerah penelitian kebersihan kandang dilakukan tidak tiap hari, hanya ketika kandang telah sangat kotor dengan menggunakan sapu lidi, sekop, cangkul. Kotoran dibersihkan dengan menggunakan sekop yang kemudian diangkat dengan menggunakan angkong. kotoran tersebut dikumpulkan di lubang sementara yang biasanya berada di belakang kandang. Setelah dikumpulkan beberapa hari, feses akan dijual nantinya kepada pembeli. Penjualan feses bukan berdasarkan berat melainkan volume feses di dalam kereta sorong (angkong). Pada umunya peternak tidak melakukan penyemprotan desinfektan pada kandangnya yang bertujuan untuk membunuh kuman-kuman pembawa penyakit.


(43)

3. Pembersihan Ternak sapi potong

Tujuan pembersihan ternak dmba adalah untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit dari parasit yang dapat membuat produktivitas ternak menurun. Di daerah penelitian pembersihan ternak dilakukan dengan cara memandikan ternak. Kegiatan ini dilakukan bila tubuh ternak sudah kelihatan kotor. Namun tidak semua peternak yang ada di daerah penelitian memandikan ternaknya mereka membiarkan tubuh ternak dalam keadaan kotor hal ini dapat mengakibatkan ternak terserang penyakit kurap, kudis, cacingan, dan penyakit mata.

4. Pengendalian Penyakit

Serangan penyakit dapat menimbulkan masalah yang berkepanjangan, seperti menghambat pertumbuhan ternak sehingga dapat mengurangi keuntungan peternak. Penyakit yang sering menyerang ternak sapi potong di daerah penelitian adalah penyakit mencret. selain itu ada penyakit lain seperti masuk angin dan cacingan. Biasanya apabila ternak sakit peternak pertama kali melakukan pengobatan secara tradisional dengan ramuan alami. Apabila ternak tidak sembuh juga, maka peternak memanggil petugas dari Dinas Peternakan dimana petugas kesehatan ini diwakili oleh inseminator untuk memberikan obat-obatan.

Karakteristik responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial dan ekonomi. Karakteristik sosial peternak yang dianalisis meliputi pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur dan sistem pemeliharaan. Sedangkan karakteristik ekonomi responden yang dianalisis meliputi: total penerimaan dari


(44)

usaha ternak dan total biaya produksi. Karakteristik responden di daerah penelitian dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 6. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2010

karakteristik peternak sampel satuan Rentang (*) Rataan

Tingkat pendidikan Tahun 6-12 7,57

Pengalaman beternak Tahun 3-20 6,52

Umur peternak tahun 24-52 37,61

Sistem pemeliharaan D 1-3 2

Total penerimaan dari usaha ternak Rp/tahun 5.100.000-12.300.000 6.707.303

Total biaya pengeluaran Rp/tahun 100.000-2.500.000 342.381

Pendapatan bersih usahaternak Rp/tahun 4.800.000- 11.800.000 6.364.762

Keterangan : D = variabel dummy

Sistem Pemeliharaan dimana : 1 = Ekstensif , 2 = Semi Intensif dan 3 = Intensif

*): hasil pengolahan data primer 2010

Pengalaman beternak sapi potong menyebar antara 3 sampai 20 tahun dengan rataan 6,52 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pengalaman beternak responden cukup, tetapi kurang menguasai tentang teknik pengelolaan usahaternaknya.

Tingkat pendidikan peternak sapi potong menyebar antara 6 sampai 12 tahun dengan rataan 7,57 tahun. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden rata-rata hanya tamat SMP, sehingga tingkat pendidikan responden digolongkan menengah. Pendidikan non formal di daerah penelitian yang khusus mengenai usahaternak sapi potong tidak begitu berjalan dengan baik.

Umur peternak menyebar antara 24 sampai 52 tahun dengan rataan 37,61 tahun. Hal ini menunjukkan. Hal ini menunujukan bahwa responden masih berada dalam kategori umur produktif (20 sampai 45 tahun), sehingga potensi untuk bekerja dan mengelola usaha ternaknya masih besar.

Pada usaha ternak sapi potong di daerah penelitian diperoleh total penerimaan dari usahaternak sapi potong selama 1 (satu) tahun adalah berkisar


(45)

antara Rp 5.100.000/tahun/ peternak sampai dengan Rp 12.300.000/tahun/ peternak dengan rataan sebesar Rp. 6.707.303/tahun/peternak.

Total biaya pengeluaran pada usahaternak sapi potong meliputi biaya pakan, obat-obatan, tenaga kerja, dan biaya lainnya .Menurut data yang diperoleh selama 1 (satu) tahun dari usaha ternak sapi potong per responden adalah berkisar antara Rp. 100.000/tahun/ peternak sampai dengan Rp2.500.000/tahun/peternak dengan nilai pengeluaran rata-rata adalah Rp.342.381/tahun/peternak.

Untuk pendapatan bersih setiap responden dari usahaternak sapi potong selama 1 (satu) tahun berkisar antara Rp 4.800.000,- sampai dengan Rp 11.800.000 dengan rataan sebesar Rp. 6.364.762/tahun. Dari nilai rata-rata pendapatan keluarga dari usahaternak sapi potong ini dapat digambarkan bahwa responden kurang termotivasi untuk melakukan pengembangan usaha ternak sapi potongnya, Mereka belum melihat dengan baik bahwa ternak sapi potong yang mereka usahakan ini dapat mendatangkan pendapatan yang lebih besar lagi apabila dilakukan dengan serius.

Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh peternak untuk usaha ternak mencakup biaya perbaikan kandang, biaya pembelian peralatan pendukung usaha ternak seperti kereta sorong (angkong), cangkul, sapu lidi, dan biaya bahan bakar. .

Pengaruh variabel terhadap pendapatan peternak sapi potong

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai digunakan analisis regresi linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas (independent) adalah pengalaman beternak (X1), tingkat pendidikan (X2), umur


(46)

peternak (X3) dan sistem pemeliharaan (X4). Sedangkan yang menjadi variabel

terikat/tidak bebas (dependent) adalah pendapatan (Y).

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dapat di lihat pada tabel berikut .

Tabel 7. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga variabel

Sumber Derajat Bebas F tabel F hitung Tingkat Signifikansi

Regresi 4 4,60 17,397 0.000a

Residual 16

Total 20

Sumber : Lampiran

Keterangan : a. Predictors: (constant), pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem pemeliharaan

b. Dependent Variabel : Pendapatan peternak

Tabel 8. Analisis regresi linier berganda pengaruh pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur dan sistem pemeliharaan terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

Sumber: Lampiran

Keterangan: )*** beda nyata pada taraf signifikan α < 0,01;

)** beda nyata pada taraf signifikan α < 0.05;

)* beda nyata pada taraf signifikan α < 0,10

Variabel Koefisien Regresi Std.Error t-hitung Signifikan

Konstanta 435944.4 1769436 0.246 0.809*

X1 - 254236 64296.439 -3.954 0.001***

X2 244081 68462.630 3.565 0.003***

X3 -82178.3 24238.306 -3.390 0.004***

X4 4070002 752951.1 5.405 0.000***

R square 0,813

Regresion 4E+13

Residual 8E+12

F-hitung (α=0,05) 17,397


(47)

Berdasarkan Tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:

Ŷ = 435944.4 - 254236X1 + 244081X2 - 82178.3X3 + 4070002X4

Keterangan:

Ŷ : pendapatan peternak sapi potong potong (baca : Y topi) X1 : pengalaman beternak (tahun)

X2 : tingkat pendidikan (tahun)

X3 : umur (tahun)

X4 : sistem pemeliharaan (variabel dummy)

Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui:

Nilai Konstanta/Intersept adalah sebesar 435,944,4. Artinya apabila variabel bebas yaitu, pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem pemeliharaan dilakukan maka peternak sapi potong akan menerima pendapatan sebesar nilai konstanta yaitu Rp 435,944,.

1. R Square bernilai 81,3%, artinya bahwa semua variabel bebas pengalaman beternak tingkat pendidikan,umur peternak dan sistem pemeliharaan mempengaruhi variabel terikat sebesar 81,3% dan selebihnya yaitu sebesar 18,7% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2. Secara serempak nilai F-hitung (17,397) lebih besar daripada F-tabel (4,60). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel tersebut yaitu pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem pemeliharaan berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong dengan taraf signifikansi 0.000a dan pada taraf kepercayaan 80,9%. 3. Secara partial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel


(48)

a. Variabel pengalaman beternak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 80,9% yang ditunjukkan oleh angka koefisien -244081 dengan taraf signifikansi α = 0,001 (α < 0,01). Sifat hubungan dari koefisien regresi bertanda negatif. Hal ini dapat disebabkan karena umumnya pengalaman beternak diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Namun di lapangan tidak diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan banyak peternak yang memiliki pengalaman yang memadai namun masih mengelola usaha tersebut dengan kebiasaan – kebiasaan lama yang sama dengan sewaktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang. Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan dan penguat.

b. Hasil analisis regresi pada variabel tingkat pendidikan didapat angka koefisien 244081 dengan taraf signifikansiα = 0,003 (α < 0,01) berarti tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak. Koefisien tersebut berimplikasi bahwa kenaikan tingkat pendidikan peternak sebesar 1 tahun dengan asumsi variabel lain tetap maka akan diikuti kenaikan pendapatan peternak sebesar Rp 244.081. Hal ini


(49)

sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1986), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. c. Variabel umur berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi

potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 80,9% yang ditunjukkan oleh angka koefisien -82178,3 dengan taraf signifikansi α = 0,004

(α < 0,01). Sifat hubungan dari koefisien regresi bertanda negatif, berarti setiap kenaikan umur sebesar 1 tahun maka akan menurunkan pendapatan peternak sebesar Rp 82.178,3. Faktor umur biasanya lebih diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecenderungan produktivitasnya juga tinggi. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.

d. Hasil analisis regresi variabel dummy sistem pemeliharaan didapat t hitung 5,405 dengan taraf signifikansi α = 0.000 (α < 0,01) yang berarti sistem pemeliharaan berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak.


(50)

Arti dari nilai persamaan berikut adalah :

Ŷ = = 435944.4 - 254236X1 + 244081X2 - 82178.3X3 + 4070002X4 + µ

Bedasarkan model persamaan diatas dapat diinterpretasi bahwa:

a.Apabila variabel bebas pengalaman beternak (X1) mengalami penurunan

sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 254,236.

b.Apabila variabel bebas pendidikan (X2) mengalami kenaikan sebesar 1

tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 244.081 c.Apabila variabel bebas umur (X3) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun,

maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 96.007,1

d.Apabila variabel bebas sistem pemeliharaan (X3) adalah intensif, maka akan

terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 4.070.002

e. Apabila variabel X1, X2, X3 dan X4 yang dianalisis dianggap nol (tidak

melakukan aktivitas), maka peternak sapi potong akan menanggung biaya sebesar Rp 435.944,4 /tahun atau Rp 36.328,7 /bulan.


(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis profil peternak terhadap pendapatan dalam usaha sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengalaman, pendidikan dan sistem pemeliharaan merupakan faktor yang berpengaruh nyata dalam meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Umur yang semakin tinggi dapat menurunkan pendapatan disebabkan oleh faktor usia produktif peternak tersebut

Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah :

Untuk Peternak :

Untuk meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di daerah penelitian diharapkan para peternak pemula dapat meningkatkan pengetahuan dalam beternak dengan cara mempelajari inovasi dan teknologi baru.

Untuk Pemerintah :

Peningkatan pengalaman beternak dan pengetahuan beternak dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan penyuluhan peternakan. Hal ini disebabkan karena umumnya pengalaman beternak yang didapat peternak adalah pengalaman turun temurun, sehingga pendapatan peternak belum maksimal. Oleh sebab itu diharapkan intoduksi teknologi dari dinas terkait agar peternak dapat lebih meningkatkan pendapatannya.


(52)

Dalam upaya meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di daerah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai diantaranya adalah mengatasi masalah permodalan yang masih sedikit maka untuk itu dibutuhkan peran pemerintah setempat untuk membuka kucuran modal dari semua sumber daya yang dapat meningkatkan pendapatan peternak seperti lembaga keuangan mikro misalnya koperasi simpan pinjam, lembaga kredit pedesaan dan lembaga non formal baik perorangan maupun bentukperkumpulan (lembaga kelompok swadaya masyarakat dan lain-lain).

Untuk pemerintah setempat juga diharapkan dapat menyediakan lahan yang dapat dikelola peternak seperti padang penggembalaan sebagai salah satu sumber hijauan untuk mendukung usaha ternak, sehingga peternak dapat melakukan sistem pemeliharaan yang tepat.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Penerbit Kanisius, Jakarta. Abidin, A. dan Simanjuntak, D., 1977. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jendral

Peternakan, Jakarta.

Ahmadi, A. H., 2003. Sosiologi Pendidikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. Arifin, B., 1993. Kiat-Kiat Mengembangkan Bisnis Peternakan. Makalah Seminar

Peternakan dalam Menggalang Potensi Sumber Daya Guna Meraih Nilai Tambah Peternakan Melalui Teknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Aritonang, D., 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Badan Pusat Statistik Serdang Bedagai, 2010.

Berg, R. T. dan Butterfield. R. M., 1976. New Conceps of Cattle Growth. Sydney University Press, Sydney.

Boediono, 1998. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1 BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Chamdi, A.N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.

Cyrilla, L., dan Ismail. A., 1988. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Fauzia, L., dan H. Tampubolon., 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi. Universitas Sumatera Utara Press, Medan

Gunawan, Pamungkas, D., ffandhy. L. S., 1993. Sapi Bali Potensi, Produktivitas dan Nilai Ekonomi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hernanto, F., 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta

Idris, I., Winarto, Sarwiyono, dan Nugroho, H., 1991. Ilmu Tilik Ternak. Jurusan Produksi Ternak. LUW-Universitas Brawijaya, Malang.


(54)

Kay, R. D., dan Edward, W. M., 1994. Farm Management. Third Edition. Mc.Graw-Hill. Inc, Singapore.

Lasley, 1978. Genetics of Livestock Improvement, Third Edition Printice-Hall of India Private Limited, New Delhi.

Lawrie, R. A., 1995. Ilmu Daging. Penerbit Universitas Indonesia. UI-Press, Jakarta.

Mubyarto, 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Mulyono, S. dan B. Sarwono, 2007. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Parakkasi, A., 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI-Press, Jakarta.

Sodiq, A., dan Z. Abidin., 2002. Penggemukan Sapi potong.. (Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis). Agromedia Pustaka, Jakarta

Soeharjo dan Patong, 1973. Sendi-Sendi Pokok Usaha Tani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, J. L., Hardaker, J. B., 1986. Ilmu Usaha Tani

dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. UI-Press, Jakarta. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia, Jakarta.

Suharno, B dan Nazaruddin, 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Sugeng, Y. B., 2001. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Wirartha, I. M., 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Audi. Yogyakarta.


(1)

sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1986), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. c. Variabel umur berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi

potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 80,9% yang ditunjukkan oleh angka koefisien -82178,3 dengan taraf signifikansi α = 0,004 (α < 0,01). Sifat hubungan dari koefisien regresi bertanda negatif, berarti setiap kenaikan umur sebesar 1 tahun maka akan menurunkan pendapatan peternak sebesar Rp 82.178,3. Faktor umur biasanya lebih diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecenderungan produktivitasnya juga tinggi. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.

d. Hasil analisis regresi variabel dummy sistem pemeliharaan didapat t hitung 5,405 dengan taraf signifikansi α = 0.000 (α < 0,01) yang berarti sistem pemeliharaan berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak.


(2)

Arti dari nilai persamaan berikut adalah :

Ŷ = = 435944.4 - 254236X1 + 244081X2 - 82178.3X3 + 4070002X4 +

µ

Bedasarkan model persamaan diatas dapat diinterpretasi bahwa:

a.Apabila variabel bebas pengalaman beternak (X1) mengalami penurunan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 254,236.

b.Apabila variabel bebas pendidikan (X2) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 244.081 c.Apabila variabel bebas umur (X3) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun,

maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 96.007,1

d.Apabila variabel bebas sistem pemeliharaan (X3) adalah intensif, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 4.070.002

e. Apabila variabel X1, X2, X3 dan X4 yang dianalisis dianggap nol (tidak melakukan aktivitas), maka peternak sapi potong akan menanggung biaya sebesar Rp 435.944,4 /tahun atau Rp 36.328,7 /bulan.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis profil peternak terhadap pendapatan dalam usaha sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengalaman, pendidikan dan sistem pemeliharaan merupakan faktor yang berpengaruh nyata dalam meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Umur yang semakin tinggi dapat menurunkan pendapatan disebabkan oleh faktor usia produktif peternak tersebut

Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah :

Untuk Peternak :

Untuk meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di daerah penelitian diharapkan para peternak pemula dapat meningkatkan pengetahuan dalam beternak dengan cara mempelajari inovasi dan teknologi baru.

Untuk Pemerintah :

Peningkatan pengalaman beternak dan pengetahuan beternak dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan penyuluhan peternakan. Hal ini disebabkan karena umumnya pengalaman beternak yang didapat peternak adalah pengalaman turun temurun, sehingga pendapatan peternak belum maksimal. Oleh sebab itu diharapkan intoduksi teknologi dari dinas terkait agar peternak dapat lebih meningkatkan pendapatannya.


(4)

Dalam upaya meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di daerah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai diantaranya adalah mengatasi masalah permodalan yang masih sedikit maka untuk itu dibutuhkan peran pemerintah setempat untuk membuka kucuran modal dari semua sumber daya yang dapat meningkatkan pendapatan peternak seperti lembaga keuangan mikro misalnya koperasi simpan pinjam, lembaga kredit pedesaan dan lembaga non formal baik perorangan maupun bentukperkumpulan (lembaga kelompok swadaya masyarakat dan lain-lain).

Untuk pemerintah setempat juga diharapkan dapat menyediakan lahan yang dapat dikelola peternak seperti padang penggembalaan sebagai salah satu sumber hijauan untuk mendukung usaha ternak, sehingga peternak dapat melakukan sistem pemeliharaan yang tepat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Penerbit Kanisius, Jakarta. Abidin, A. dan Simanjuntak, D., 1977. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jendral

Peternakan, Jakarta.

Ahmadi, A. H., 2003. Sosiologi Pendidikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. Arifin, B., 1993. Kiat-Kiat Mengembangkan Bisnis Peternakan. Makalah Seminar

Peternakan dalam Menggalang Potensi Sumber Daya Guna Meraih Nilai Tambah Peternakan Melalui Teknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Aritonang, D., 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Badan Pusat Statistik Serdang Bedagai, 2010.

Berg, R. T. dan Butterfield. R. M., 1976. New Conceps of Cattle Growth. Sydney University Press, Sydney.

Boediono, 1998. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1 BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Chamdi, A.N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.

Cyrilla, L., dan Ismail. A., 1988. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Fauzia, L., dan H. Tampubolon., 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi. Universitas Sumatera Utara Press, Medan

Gunawan, Pamungkas, D., ffandhy. L. S., 1993. Sapi Bali Potensi, Produktivitas dan Nilai Ekonomi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hernanto, F., 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta

Idris, I., Winarto, Sarwiyono, dan Nugroho, H., 1991. Ilmu Tilik Ternak. Jurusan Produksi Ternak. LUW-Universitas Brawijaya, Malang.


(6)

Kay, R. D., dan Edward, W. M., 1994. Farm Management. Third Edition. Mc.Graw-Hill. Inc, Singapore.

Lasley, 1978. Genetics of Livestock Improvement, Third Edition Printice-Hall of India Private Limited, New Delhi.

Lawrie, R. A., 1995. Ilmu Daging. Penerbit Universitas Indonesia. UI-Press, Jakarta.

Mubyarto, 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Mulyono, S. dan B. Sarwono, 2007. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Parakkasi, A., 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI-Press, Jakarta.

Sodiq, A., dan Z. Abidin., 2002. Penggemukan Sapi potong.. (Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis). Agromedia Pustaka, Jakarta

Soeharjo dan Patong, 1973. Sendi-Sendi Pokok Usaha Tani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, J. L., Hardaker, J. B., 1986. Ilmu Usaha Tani

dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. UI-Press, Jakarta. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia, Jakarta.

Suharno, B dan Nazaruddin, 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Sugeng, Y. B., 2001. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Wirartha, I. M., 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Audi. Yogyakarta.