Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong Di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo

(1)

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN

DAN EFISIENSI PEMASARAN USAHA SAPI POTONG DI

KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh :

SUSIANTI BR SINUKABAN 080306026

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN

DAN EFISIENSI PEMASARAN USAHA SAPI POTONG DI

KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh :

SUSIANTI BR SINUKABAN 080306026

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Skripsi : Analisis Profil Peternak terhadap Pendapatan dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo

Nama : Susianti br Sinukaban

NIM : 080306026

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ir. Iskandar Sembiring, MM Dr. Nevy Diana Hanafi ,S.Pt, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ristika Handarini, MP Ketua Program Studi Peternakan


(4)

ABSTRAK

SUSIANTI BR SINUKABAN: “Analisis Profil Peternak terhadap Pendapatan dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo”, dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan NEVY DIANA HANAFI.

Salah satu mata pencaharian masyarakat Tigapanah adalah beternak khususnya sapi potong. Peternak sapi potong memiliki profil yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Profil peternak terbagi atas umur, tingkat pendidikan dan pengalaman. Untuk mengetahui pengaruh profil peternak terhadap pendapatan peternak sapi potong maka perlu dilakukan survey di kecamatan tersebut. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo mulai Juli sampai September 2012. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan unit responden adalah peternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu memilih 6 buah desa berdasarkan kepadatan ternak sapinya dan diperoleh 89 peternak sebagai sampel, yaitu desa Lau Riman, desa Kuta Mbelin, desa Tigapanah, desa Manuk Mulia, desa Seberaya dan desa Bunuraya (19, 18, 14, 10, 15 dan 13 peternak). Efisiensi pemasaran didapat melalui metode wawancara terhadap petani, pengumpul, bandar/pedagang besar, pedagang kecil dan konsumen akhir mengenai harga jual sapi potong di masing-masing pelaku tersebut.

Hasil penelitian di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo menunjukkan bahwa umur, pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong dan pemasaran sapi potong adalah efisien dengan tingkat efisiensinya adalah 28%.

Kata kunci: Peternak Sapi Potong, Profil Peternak, Pendapatan, Efesiensi Pemasaran


(5)

ABSTRACT

SUSIANTI BR SINUKABAN: "Farmer Profile of Income and Marketing Efficiency Analysis in Beef Cattle Business at Subdistrict Tigapanah District Karo", supervised by ISKANDAR SEMBIRING and NEVY DIANA HANAFI.

One of Tigapanah society livelihoods are beef cattle farmer in particular. Beef cattle farmer have different profiles one each others. Farmer profile divided into age, level of education and farming experience. To determine the effect of the income profile of beef cattle farmers, it is necessary to do a survey in the subdistricts. This research location was in the Subdistrict Tigapanah District Karo from July to September 2012. This study uses survey with respondents unit are beef cattle farmer. Sampling method used was Proportional Stratified Random Sampling is to choose the 6 villages by beef cattle densities obtained 89 farmers in the sample namely Lau Riman village, Kuta Mbelin village, Tigapanah village, Manuk Mulia village, Seberaya village and Bunuraya village (19, 18, 14, 10, 15 dan 13 farmers). Marketing efficiency gained through interviews to farmers, collectors, dealers / wholesalers, small traders and end customers regarding the price of beef cattle in each of these actors.

The results in the Subdistrict Tigapanah District Karo showed that age, education andexperience of farming did not significantly affect the income of beef cattle farmers and cattle marketing is efficient with level of efficiency is 28%. Key words: Beef Cattle Farmer, Farmer Profile, Revenue, Marketing Efficiency


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lingga pada tanggal 31 Desember 1989 dari ayah Abel Tasman Sinukaban dan ibu Litna br Ginting. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2, Kabanjahe dan pada tahun 2008 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih program studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET). Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi ekstrauniversitas sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP) dan juga anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Mbuah Page Fakultas Pertanian USU.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo dari tanggal 21 Juni sampai 28 Juli 2011.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis atas doa, semangat dan pengorbanan material maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM. selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt. M.Si. selaku anggot a komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semua pihak yang ikut membantu.

Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan informasi dan bermanfaat bagi penelitian dan ilmu pengetahuan untuk kita semua.


(8)

DAFTAR ISI

... Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Lokasi Penyebaran Sapi Potong di Tanah Karo ... 5

Profil Peternak ... 7

Umur ... 7

Tingkat Pendidikan ... 8

Pengalaman Beternak ... 9

Pendapatan... ... 10

Penerimaan ... 12

Pengeluaran ... 12

Efesiensi Pemasaran ... 13

Saluran Pemasaran ... 14

Biaya Pemasaran ... 15

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

Penentuan Responden Penelitian ... 18

Pengumpulan Data ... 19

Data Pendapatan ... 19

Efesiensi Pemasaran ... 21

Parameter Penelitian... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian ... 24

Karakteristik Responden ... 25

Pengaruh Variabel terhadap Pendapatan Peternak ... 26

Analisis Efisiensi Pemasaran Sapi Potong ... 32


(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(10)

DAFTAR TABEL

1. Populasi Ternak Sapi Potong Di Kabupaten Karo dalam Kecamatan... 5

2. Populasi Ternak Sapi Di Kecamatan Tigapanah ... 6

3. Karakteristik Responden Di Daerah Penelitian Tahun 2011 ... 25

4. Analisis Varian Pendapatan dan Hasil Penduga Variabel ... 26

5. Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Umur Peternak, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Peternak terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo ... 27

6. Tingkat Keuntungan Pelaku Pemasaran Sapi Potong... 33


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Sosial Responden ... 39

2. Karakteristik Ekonomi Responden ... 42

3. Hasil Pengolahan Data Primer ... 45

4. Kuesioner Penelitian ... 47


(12)

ABSTRAK

SUSIANTI BR SINUKABAN: “Analisis Profil Peternak terhadap Pendapatan dan Efisiensi Pemasaran Usaha Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo”, dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan NEVY DIANA HANAFI.

Salah satu mata pencaharian masyarakat Tigapanah adalah beternak khususnya sapi potong. Peternak sapi potong memiliki profil yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Profil peternak terbagi atas umur, tingkat pendidikan dan pengalaman. Untuk mengetahui pengaruh profil peternak terhadap pendapatan peternak sapi potong maka perlu dilakukan survey di kecamatan tersebut. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo mulai Juli sampai September 2012. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan unit responden adalah peternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu memilih 6 buah desa berdasarkan kepadatan ternak sapinya dan diperoleh 89 peternak sebagai sampel, yaitu desa Lau Riman, desa Kuta Mbelin, desa Tigapanah, desa Manuk Mulia, desa Seberaya dan desa Bunuraya (19, 18, 14, 10, 15 dan 13 peternak). Efisiensi pemasaran didapat melalui metode wawancara terhadap petani, pengumpul, bandar/pedagang besar, pedagang kecil dan konsumen akhir mengenai harga jual sapi potong di masing-masing pelaku tersebut.

Hasil penelitian di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo menunjukkan bahwa umur, pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong dan pemasaran sapi potong adalah efisien dengan tingkat efisiensinya adalah 28%.

Kata kunci: Peternak Sapi Potong, Profil Peternak, Pendapatan, Efesiensi Pemasaran


(13)

ABSTRACT

SUSIANTI BR SINUKABAN: "Farmer Profile of Income and Marketing Efficiency Analysis in Beef Cattle Business at Subdistrict Tigapanah District Karo", supervised by ISKANDAR SEMBIRING and NEVY DIANA HANAFI.

One of Tigapanah society livelihoods are beef cattle farmer in particular. Beef cattle farmer have different profiles one each others. Farmer profile divided into age, level of education and farming experience. To determine the effect of the income profile of beef cattle farmers, it is necessary to do a survey in the subdistricts. This research location was in the Subdistrict Tigapanah District Karo from July to September 2012. This study uses survey with respondents unit are beef cattle farmer. Sampling method used was Proportional Stratified Random Sampling is to choose the 6 villages by beef cattle densities obtained 89 farmers in the sample namely Lau Riman village, Kuta Mbelin village, Tigapanah village, Manuk Mulia village, Seberaya village and Bunuraya village (19, 18, 14, 10, 15 dan 13 farmers). Marketing efficiency gained through interviews to farmers, collectors, dealers / wholesalers, small traders and end customers regarding the price of beef cattle in each of these actors.

The results in the Subdistrict Tigapanah District Karo showed that age, education andexperience of farming did not significantly affect the income of beef cattle farmers and cattle marketing is efficient with level of efficiency is 28%. Key words: Beef Cattle Farmer, Farmer Profile, Revenue, Marketing Efficiency


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha di bidang peternakan mempunyai prospek yang baik di masa depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk (Santosa, 1997).

Pembangunan dan pengembangan di bidang pertanian meliputi pembangunan di bidang peternakan. Peternakan yang banyak dilakukan oleh masyarakat di pedesaan adalah beternak sapi potong yang berbentuk usaha peternakan rakyat. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diidentifikasikan alternatif pola pengembangan peternakan rakyat dengan skala usaha ekonomis yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup memadai. Usaha ternak rakyat diharapkan menjadi sumber pendapatan utama peternak rakyat dan dapat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga peternak, seperti pada kegiatan ekonomi keluarga lainnya dan bahkan mengarah pada usaha peternakan keluarga. Sekarang ini, subsektor peternakan hanya mampu memberikan kontribusi pendapatan terhadap sektor pertanian sebesar 12 persen

Dalam melaksanakan usaha ternak sapi, peternak berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efesien dalam menjalankan dan mengelola usahanya. Karakteristik sosial ekonomi peternak (umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, total penerimaan produksi dan total biaya produksi) dapat mempengaruhi peternak dalam


(15)

mengambil keputusan yang dapat memberikan pengaruh keuntungan bagi usaha ternaknya. Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor produksi (lahan, modal dan tenaga kerja) seefisien mungkin untuk memperoleh hasil dan keuntungan maksimal.

Berkenaan dengan usaha peternakan sapi potong di Indonesia, yang menyangkut jalur pemasaran belum banyak diatur oleh pemerintah. Indikasi ke arah itu, pemerintah belum sepenuhnya menyediakan infrastuktur dan sarana yang baik di bidang pemasaran. Infrastuktur dan sarana yang baik tentunya akan menunjang perkembangan dan kemajuan dalam pemasaran sapi potong. Upaya pemasaran lebih banyak dikuasai oleh blantik (agen), pedagang pengumpul dan jagal. Masing-masing pelaku dalam jalur pemasaran mempunyai peran dan fungsi tersendiri dalam proses pemasaran yaitu untuk memudahkan pemindahan suatu produk itu bergerak dari produsen sampai berada di tangan konsumen.

Efisiensi pemasaran ditentukan oleh perbedaan harga di tingkat konsumen dengan peternak. Suatu jalur pemasaran dapat dikatakan efisien bila selisih harga antara peternak dan konsumen lebih kecil dari 30% (Gray et al., 1996). Jalur pemasaran yang tidak efisien disebabkan oleh relatif panjang menyebabkan kerugian baik bagi peternak maupun konsumen. Konsumen terbebani dengan

beban biaya pemasaran yang besar untuk membayar dengan harga yang tinggi, sedangkan bagi peternak perolehan pendapatan menjadi lebih rendah karena harga penjualan yang diterima jauh lebih rendah. Dalam menciptakan sistem pemasaran yang efisien serta menguntungkan baik peternak maupun konsumen, maka peternak harus memilih jalur pemasaran yang pendek. Tapi tidak semua jalur pemasaran yang pendek akan lebih efesien. Jika harga


(16)

beli konsumen akhir jauh lebih tinggi dari harga jual peternak maka jalur pemasaran tersebut dapat dikatakan tidak efesien juga.

Sehubungan dengan hal diatas penulis mencoba untuk meneliti dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong dan juga untuk meneliti jalur pemasaran yang berpengaruh terhadap efisiensi pemasaran sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh profil peternak; umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

2. Menganalisis harga jual ternak dari jalur peternak hingga konsumen akhir terhadap efisiensi pemasaran sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peternak dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong guna meningkatkan pendapatan, bagi instansi yang terkait khususnya dapat menjadi acuan dalam rangka pengembangan usaha ternak sapi potong di wilayah yang bersangkutan atau di daerah lain dan menjadi sumber informasi bagi kalangan akademisi dan peternak lainnya.


(17)

Hipotesa Penelitian

1. Profil peternak; umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

2. Jalur pemasaran dari peternak, pengumpul, bandar/pedagang besar, pengecer sampai konsumen akhir berpengaruh terhadap efisiensi pemasaran ternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Lokasi Penyebaran Sapi Potong di Kabupaten Karo

Kecamatan Tigapanah merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak sapi potong yang cukup banyak di Kabupaten Karo. Selain itu Kecamatan Tigapanah juga merupakan sentra perdagangan sapi potong di Kabupaten Karo. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2011).

Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Potong di Kabupaten Karo dalam Kecamatan

No Kecamatan Luas

Wilayah (km2 Jumlah Sapi Potong ) Jumlah KK (Kepala Keluarga) Kepadatan Sapi/Luas Wilayah

1 Tigapanah 186,84 1.447 8.135 7,74

2 Munte 125,64 1.892 5.752 15,06

3 Simpang Empat 93,48 1.374 5.342 14,70

4 Tiganderket 86,76 1.930 3.810 22,24

5 Laubaleng 252,60 2.402 4.796 9,51

6 Tigabinanga 160,38 907 5.778 5,65

7 Juhar 218,56 1.068 4.194 4,89

8 Mardinding 267,11 246 4.399 0,92

9 Kutabuluh 195,70 1.185 3.386 6,05

10 Payung 47,24 849 3.211 17,97

11 Merdeka 44,17 109 3.441 2,47

12 Barusjahe 128,04 572 6.322 4,47

13 Naman Teran 87,82 256 3.381 2,91

14 Kabanjahe 44,65 398 15.756 8,91

15 Merek 125,51 592 4.501 4,72

16 Berastagi 30,50 258 10.524 8,46

17 Dolat Rayat 32,25 190 2.210 5,89

Total 2127,25 15.675 94.938 142,56

Sumber : di olah Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo (2011)

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah populasi ternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah berada pada peringkat keempat terbanyak setelah Kecamatan Lau Baleng, Kecamatan Tiganderket dan Kecamatan Munthe.


(19)

Untuk lebih mengetahui jumlah populasi ternak sapi potong secara rinci dalam di Kecamatan Tigapanah dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Potong di Kecamatan Tigapanah

No Desa Luas Desa (km2 Jumlah Ternak ) Jumlah KK (Kepala Keluar ga) Jumlah KK Peternak Kepadatan Sapi/ Luas Wilayah Kepemilik an Sapi/ KK Penduduk Kepemili kan Sapi/ Jumlah KK Peternak 1 Sukamaju 12,00 152 141 32 12,67 1,078 4,75 2 Kuta Mbelin 3,20 142 203 26 44,37 0,70 5,46 3 Singa 8,00 110 628 73 13,75 0,17 1,51 4 Kubu

Simbelang

7,00 18 390 13 2,57 0,05 1,38 5 Kacinambun 8,00 104 265 25 13 0,39 4,16 6 Lau Riman 6,60 300 80 12 45,45 3,75 25 7 Manuk

Mulia

4,00 60 121 10 15 0,49 6

8 Kuta Kepar 6,00 70 310 50 11,67 0,22 1,4 9 Bunuraya 13,00 67 789 53 5,15 0,08 1,26

10 Mulawari 1,85 6 185 6 3,24 0,03 1

11 Suka 58,00 175 1.286 116 3,02 0,14 1,51 12 Sukadame 4,50 15 706 27 3,33 0,02 0,55 13 Tigapanah 3,00 50 767 26 16,67 0,06 1,92 14 Kuta Bale 0,53 5 60 2 9,43 0,08 2,5 15 Seberaya 20,00 50 857 10 2,5 0,06 5 16 Lepar

Samura

2,50 31 94 7 12,4 0,33 4,43

17 Ajimbelang 2,50 3 189 2 1,2 0,01 1,5 18 Kutajulu 2,00 15 33 9 7,5 0,45 1,67

19 Bertah 5,00 10 85 14 2 0,12 0,71

20 Ajibuhara 4,50 15 200 7 3,33 0,07 2,14 21 Ajijahe 10,00 41 378 16 4,1 0,11 2,56 22 Ajijulu 5,16 8 368 7 1,55 0,02 1,14 Total 187,3 1.447 8.135 543 233,90 8,43 77,55 Sumber : diolah dari Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo (2011)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah kepadatan ternak sapi potong yang paling besar terdapat di desa Lau Riman dan Kuta Mbelin, populasi ternak sapi potong yang sedang terdapat di desa Tigapanah dan Manuk Mulia serta desa yang populasinya sedikit di desa Seberaya dan Bunuraya.


(20)

Profil Peternak Umur

Menurut Chamdi (2003), semakin muda usia peternak umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. Soekartawi (2002), menyatakan bahwa para petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009), variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, karena disebabkan karena kriteria umur peternak tidak mendorong peternak dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Faktor umur biasanya lebih diindetikkan dengan produktivitas kerja dan jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecederungan produktivitasnya juga tinggi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Purba (2011), dapat diketahui bahwa umur memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan peternak. Ini berarti umur tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak.


(21)

Tingkat Pendidikan

Menurut Soekartawi et al. (1995), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Selain itu, Soekartawi (1996) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu memanfaatkan potensi di dalam maupun di luar dirinya dengan lebih baik. Orang itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya.

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).

Menurut Mosher (1991), semakin tinggi tingkat pengetahuan dan keterampilan mengakibatkan petani peternak lebih dinamis, aktif dan terbuka dalam mengadopsi suatu teknologi. Kondisi ini penting mengingat saat ini diperlukan pengetahuan dan pemahaman secara baik tentang perkembangan usaha yang semakin cepat baik teknologi maupun aspek pemasaran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009), dapat diketahui bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak umum kenyataan di lapangan berbeda seperti yang telah diuraikan diatas karena pada dasarnya peternak yang ada di daerah penelitian masih tergolong berpendidikan rendah.


(22)

Pengalaman Beternak

Faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan di daerah tersebut (Abidin danSimanjuntak, 1997).

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian

(Fauzia danTampubolon, 1991).

Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan ternak sapi potong. Umumnya pengalaman beternak diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yag cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Namun di lapangan tidak diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan banyak peternak yang memiliki pengalaman yang memadai namun masih mengelolah usaha tersebut dengan kebiasaan-kebiasaaan lama yang sama dengan sewaktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang (Siregar, 2009). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Purba (2011), diketahui bahwa pengalaman berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Lama peternak beternak tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatannya.


(23)

Pendapatan

Analisis usaha ternak sapi pendekatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Hermanto (1996), menyatakan bahwa analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu: (1) cash flow (arus biaya dan penerimaan), (2) neraca (balance sheet), (3) pertelaan pendapatan (income statement).

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan dan kandang, lamanya modal akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Usaha peternakan sapi 99% merupakan usaha subsistem pada usaha pertanian dengan tingkat kepemilikan ternak rata-rata dua hingga tiga ekor tiap keluarga dan tipologi usahanya adalah sebagai usaha sambilan. Pendapatan dari usaha peternakan sapi belum merupakan sumber pendapatan utama petani tetapi hanya merupakan penambah pendapatan keluarga. Proporsi pendapatan ternak sapi potong adalah 21% terhadap pendapatan total (Gunawan et al.,1998).

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen


(24)

itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).

Usaha ternak sapi telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga peternak. Soekartawi (1995), menyatakan bahwa peningkatan pendapatan keluarga peternak sapi tidak dapat dilepaskan dari cara mereka menjalankan dan mengelola usaha ternaknya yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi.

Beberapa faktor produksi yang perlu diperhatikan dan diperkirakan berpengaruh terhadap pendapatan dalam pemeliharaan sapi jantan adalah jumlah pemilikikan sapi, lama pemeliharaan, biaya pakan, biaya obat-obatan dan tenaga kerja. Identifikasi faktor-faktor produksi dengan menggunakan analisis regresi memberikan suatu gambaran bahwa lama pemeliharaan dan biaya pakan berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani peternak. Artinya, peningkatan lama pemeliharaan dan biaya pakan menyebabkan penurunan pendapatan. Faktor jumlah pemilikan ternak, biaya obat-obatan dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak. Oleh karena itu, peningkatan jumlah pemilikan ternak akan meningkatkan pendapatan. Dibidang peternakan, proyeksi produksi lebih banyak ditentukan oleh jumlah pemilikan ternak. Jumlah pemilikan sapi di peternak sulit ditingkatkan karena keterbatasan kemampuan modal yang dimiliki peternak. Perawatan sapi yang baik melalui peningkatan pelayanan obat-obatan dan waktu untuk merawat sapi juga berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan ( Gunawan et al., 1998).


(25)

Penerimaan

Penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan

harga adalah harga pada tingkat usahatani atau harga jual petani (Soeharjo danPatong, 1973).

Menurut Hadisapoetro (1973), untuk memperhitungkan biaya dan pendapatan dalam usahatani diperlukan beberapa pengertian. Pendapatan kotor atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan dan penaksiran kembali (Rp.).

Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani. Penerimaan bersih usahatani adalah merupakan selisih antara total penerimaan usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual

(Soekartawi et al., 1986). Pengeluaran (Biaya Produksi)

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat di ukur untuk menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1998).

Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan


(26)

produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu (Widjaja, 1999). Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk membeli atau menyediakan bahan baku yang habis dalam sekali produksi (Suratiyah, 2009).

Menurut Prawirokusumo (1990), ada beberapa biaya produksi diantaranya adalah biaya tetap dan biaya variabel. Yang termasuk biaya tetap dalam usaha peternakan antara lain : depresiasi, bunga modal, pajak, asuransi dan reparasi rutin. Sedangkan yang termasuk dalam biaya variabel adalah : biaya pakan, biaya kesehatan, pembelian ternak, upah tenaga kerja, obat-obatan, bahan bakar dan lain-lainnya.

Efesiensi Pemasaran

Suatu usaha peternakan adalah proses produksi sehingga rendahnya tingkat pendapatan peternak mungkin disebabkan oleh penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak efisien. Ini merupakan ukuran dalam mencapai produksi tertentu dibandingkan dengan faktor produksi atau biaya minimum. Efisiensi merupakan ukuran dalam mencapai produksi yang didapat dari suatu kesatuan biaya, kemudian ratio input-output yang juga dapat dijadikan dasar dalam menentukan nilai efisiensi. Menurut Gray et al. (1996) dalam mengukur efisiensi usaha perlu diukur juga tingkat efisiensi pemasaran hasil baik dilakukan oleh petani atau oleh pihak lain. Hal ini penting untuk menunjukan bahwa dalam memproduksi komoditas pertanian faktor pemasaran merupakan faktor yang tidak boleh diabaikan.

Sistem pemasaran akan efesien apabila dapat memberikan suatu balas jasa yang seimbang kepada semua pelaku pemasaran yang terlibat yaitu peternak


(27)

sebagai produsen, pedagang perantara dan konsumen akhir (Azzaino, 1981). Efisiensi pemasaran didefenisikan sebagai optimasi dari nisbah antara output dengan input. Suatu perubahan yang dapat mengurangi biaya input dalam melakukan kegiatan pemasaran tanpa mengurangi kepuasan konsumen dari output, yang dapat berupa barang dan jasa, menunjukkan suatu perbaikan dari tingkat efisiensi pemasaran (Feed, 1972).

Saluran Pemasaran

Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha/ aktivitas dengan tujuan untuk menyampaikan produk barang dan atau jasa dari produsen (penghasil) ke konsumen (pemakai) akhir dan segala upaya yang telah dilakukan untuk memperlancar kegiatan arus barang dan jasa tersebut untuk mewujudkanapermintaanayangaefektifa(Kotler,1996).

Saluran pemasaran kadang-kadang orang menyebutnya juga dengan saluran distribusi atau saluran perdagangan. Soekartawi (1993) mengatakan bahwa saluran pemasaran adalah saluran atau jalur yang digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memudahkan pemilihan suatu produk itu bergerak dari produsen sampai berada di tangan konsumen. Hanafiah dan Saefudin (1986) mengatakan bahwa saluran pemasaran merupakan badan-badan atau lembaga yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran dengan cara menggerakkan aliran barang dagangan tersebut atau hanya bertindak sebagai agen dari pemilik barang. Urutan dari badan ini membentuk rangkaian yang disebut dengan rantai pemasaran.

Penetapan saluran pemasaran oleh produsen sangatlah penting sebab dapat mempengaruhi kelancaran penjualan, tingkat keuntungan, model, resiko dan


(28)

sebagainya. Oleh karena itu setiap produsen atau perusahaan hendaknya dapat menetapkan saluran pemasaran yang paling tepat. Karena pertambahan jumlah dan proporsi biaya pemasaran terhadap total biaya, maka sangat diperlukan strategi dan kebijakan pengendalian atas biaya pemasaran yang tepat. Dalam strategi dan kebijakan pengendalian biaya pemasaran diperlukan analisis biaya pemasaran yang memadai (Fanani, 2000).

Pemasaran dari hasil penggemukan sapi kereman ini biasanya ada dua bentuk, yaitu penjualan sapi hidup setelah selesai pemeliharaan dan penjulan daging setelah di lakukan pemotongan. Kebanyakan peternak tradisional menjual sapi hidup hasil kereman saja di pasar hewan maupun pedagang sapi. Pada sapi kereman sistem intensif keuntungan diperoleh dari menjual langsung sapi ke perusahaan daging maupun di potong sendiri dan menjual karkasnya. Dalam hal yang terakhir ini keuntungan yang diperoleh dapat lebih besar lagi

(Darmono, 1993).

Biaya Pemasaran

Menurut Fanani (2000) analisis pemasaran merupakan aktivitas pemasaran sangat penting untuk menunjang kegiatan pemasaran dalam upaya mencapai tujuannya, untuk itu sampai tingkat tertentu hal itu diimbangi pula dengan besarnya biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Pengertian analisa pemasaran dibedakan menjadi dua kategori yaitu : “Dalam arti sempit, analisa pemasaran diartikan sebagai biaya penjualan, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk ke pasar. Dalam arti luas biaya pemasaran meliputi semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi dan di


(29)

simpan dalam gudang sampai dengan produk tersebut diubah kembali dalam bentuk uang tunai” ( Mulyadi, 1992).

Untuk indikator efesiensi pemasaran relatif digunakan analisis margin dan korelasi harga yang mencerminkan tingkat keterpaduan pasar. Margin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan biaya pemasaran. Biaya pemasaran akan semakin besar apabila terdapat unsur-unsur biaya yang sifatnya non-kompetitif pada sistem pemasaran sehingga tidak efesien

(Limbong dan Sitorus, 1987).

Berbagai laporan mengemukakan perbedaan harga disebabkan oleh variasi saluran dan margin pemasaran ternak di Indonesia baik dari jumlah pelaku

maupun distribusi biaya dan margin yang diperoleh pelaku pasar. Kariyasa dan Faisal (2004) menyatakan bahwa penyebabnya adalah biaya

pemasaran akibat pemberlakuan berbagai peraturan daerah seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah dan kurangnya fasilitas pemasaran. Disamping itu berbagai laporan mengemukakan bahwa hingga saat ini diperoleh kesan peranan blantik sangat dominan dalam menentukan harga, terlebih dalam kondisi pasar akhir-akhir ini dimana lebih banyak blantik dari pada ternak (Rusastra et al., 2006). Pendapat tersebut berlawanan dengan laporan

Kariyasa dan Faisal (2004) dimana biaya pemasaran lebih banyak ditanggung oleh blantik sehingga ia memperoleh manfaat paling sedikit dari aktivitas pemasaran sementara margin/keuntungan lebih banyak dinikmati oleh pejagal. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Marak Ali et al. (2004) bahwa peranan dan keberadaan blantik sangat penting dalam mendorong budidaya ternak sapi di pedesaan dan


(30)

harga yang lebih dinamis namun keuntungan yang diperoleh hanya sepertiga dibanding pejagal.

Masalah pemasaran komoditi pertanian pada dasarnya adalah bagaimana menyalurkan produk-produk pertanian dari produsen kepada konsumen dengan harga yang wajar dan biaya pemasaran minimal. Menurut Downey dan Erickson (1992) bahwa pemasaran hasil pertanian ditinjau dari

bagian harga yang diterima oleh petani produsen dikatakan efisien apabila harga jual petani lebih dari 40% dari harga tingkat konsumen.


(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lau Riman, Desa Kuta Mbelin, Desa Tigapanah, Desa Manuk Mulia, Desa Seberaya dan Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2012.

Penentuan Responden Penelitian Analisis Pendapatan

Persyaratan responden adalah para peternak di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan wawancara yaitu pengumpulan informasi dari responden dengan alat bantu kuesioner. Metode penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pada tahap pertama pemilihan 6 buah desa dari beberapa desa yang ada di

Kecamatan Tigapanah dengan metode penarikan responden secara Proporsional Stratified Random Sampling (Soekartawi, 1995), yaitu desa yang kepadatan ternak sapinya tinggi (desa Lau Riman dan Kuta Mbelin) , sedang (desa Tigapanah dan Manuk Mulia) dan jarang (desa Seberaya dan Bunuraya), dimana penentuan kepadatan ternak sapi yang tinggi, sedang dan jarang tersebut ditentukan dengan melihat data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo dalam angka 2011.

2. Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil masing-masing 30% dari seluruh peternak dari setiap desa sampel. Wirartha (2006),


(32)

menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil 30% sudah dapat mewakili populasi.

Analisis Efisiensi Pemasaran

Metode responden yang digunakan adalah metode survei dengan unit responden adalah pelaku pemasaran ternak sapi potong yaitu peternak, pengumpul,rumah potong,pedagang besar, pengecer daging dan konsumen akhir.

Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder

1. Data primer diperoleh langsung dari monitoring responden terhadap kegiatan usaha ternak sapi potong melalui wawancara dan pengisian daftar kuesioner. 2. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Kantor

Badan Pusat Statistik dan Dinas Peternakan Kabupaten Karo.

Data Pendapatan

Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan diolah dan ditabulasi. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode analisis pendapatan dan diolah dengan model pendekatan ekonometri dan dijelaskan secara metode deskriptif. Menurut Soekartawi (1995), untuk menghitung pendapatan dari kegiatan beternak sapi, dapat dihitung dengan rumus:


(33)

Keterangan:

Pd : adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi aapotong (rupiah/tahun).

TR : adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi aapotong (rupiah/tahun)

TC : adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong (rupiah/tahun). Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung pendapatan peternak pada usaha sapi potong terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model Pendekatan Teknik Ekonometri yang menggunakan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu Software SPSS 16 (Statistical Package for Sosial Sciences). Menurut Djalal dan Usman (2002), model pendugaan yang digunakan:

Ŷ

= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + µ

Keterangan:

Ŷ : adalah pendapatan peternak (Y : topi) yang dipengaruhi beberapa faktor iadalam memelihara ternak sapi potong

a : adalah koefisien intercept (konstanta) b1b2b3: adalah koefisien regresi

X1 : adalah tingkat pendidikan (tahun) X2 : adalah umur peternak (tahun) X3 : adalah pengalaman peternak (tahun) µ : adalah variabel lain yang tidak diteliti

Variabel-variabel pada hipotesis diuji secara serempak dan parsial untuk mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak. Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni:

(

1

)

/

(

1

)

/

2 2

=

k

n

r

k

r

F


(34)

Keterangan : r2

n = Jumlah responden = Koefisien determinasi k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas penyebut Kriteria uji:

F-hit ≤ F-tabel... H0 diterima (H1

F-hit > F-tabel... H

ditolak)

0 ditolak (H1 diterima)

Menurut Sudjana (2002), jika variabel berpengaruh secara parsial dapat diuji dengan uji t yakni :

Keterangan:

b = Parameter (i = 1,2,3) n-k-1 = derajat bebas

S2bi

S

= Standart error parameter b

2

y1234

x

= Standart error estimates

i = Variabel bebas (i = 1,2,3)

Kriteria uji:

t-hit ≤ t-tabel... H0 diterima (H1

t-hit > t-tabel... H

ditolak)

0 ditolak (H1 diterima)

Efisiensi Pemasaran

Untuk mengetahui efisiensi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat digunakan rumus :

EP = Biaya pemasaran x 100% Nilai produk yang dipasarkan

Jika EP > 30% berarti tidak efisien Jika EP < 30% berarti efisien

1 1

Sb

b

T

hit

=

S2y123

=

1 2 − −       −

k n y y

S2b1

(

)

= 2 123 2

2 1 i i R X y S


(35)

Efisiensi pemasaran adalah perbandingan antara biaya pemasaran dengan total nilai penjualan sapi potong yang dinyatakan dalam bentuk persen. Biaya pemasaran adalah segala biaya yang dikeluarkan oleh lembaga dalam memasarkan sapi potong. Nilai produk yang dipasarkan adalah harga akhir produk yang dipasarkan kepada konsumen. Jalur pemasaran dapat dikatakan efesien bila selisih harga dari petani dengan harga yang dibayar konsumen akhir lebih kecil dari 30% (Gray et al., 1996).

Parameter Pengamatan Analisis Pendapatan a. Pendapatan peternak

1. Penerimaan adalah jumlah yang diterima peternak yang berasal dari penjualan ternak maupun kotoran ternak (Rp).

2. Pengeluaran adalah semua biaya yang dikeluarkan peternak meliputi biaya pakan, obat-obatan, listrik, kandang dan lain sebagainya.

3. Pendapatan adalah selisih penerimaan dengan pengeluaran selama pemeliharaan ternak sapi potong (dalam kurun waktu tertentu misalnya 1 tahun)

b. Profil peternak

1. Umur peternak adalah umur peternak yang memelihara ternak sapi yang di ukur berdasarkan usia kerja produktif yaitu 16-60 tahun.

2. Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan yang ditempuh peternak (tahun) baik formal (SD, SMP, SMA) maupu n informal.

3. Pengalaman beternak adalah lamanya peternak memelihara ternak sapi (tahun).


(36)

Efesiensi Pemasaran

1. Peternak adalah orang yang beternak ataupun yang melakukan budidaya usaha ternak sapi potong.

2. Pengumpul adalah orang yang mengumpulkan atau membeli sapi langsung dari peternak yang ada di pedesaan dan akan menjual sapinya ke pasar hewan. 3. Bandar/pedagang besar adalah pedagang yang membeli sapi dari pengumpul

yang ada dipasar hewan dan membawa langsung ke rumah potong untuk dipotong dan nantinya akan dijual ke pengecer daging sapi.

4. Pengecer daging adalah penjual daging sapi yang terdapat di pasar-pasar. 5. Konsumen akhir adalah orang yang membeli atau mengkonsumsi daging sapi


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kecamatan Tigapanah berada pada 1.192 m dpl dengan luas wilayah 184,34 km2 serta memiliki suhu 16-170C. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Dolat Rayat dan Kecamatan Berastagi. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Juhar, Munthe dan Kabanjahe. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Merek. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Merek. Kecamatan Tigapanah terdiri atas 22 desa dimana terdapat 6 desa sebagai wilayah yang di teliti yaitu Desa Lau Riman, Desa Kuta Mbelin, Desa Tigapanah, Desa Manuk Mulia, Desa Seberaya dan Desa Bunuraya. Profesi masyarakat Kecamatan Tigapanah pada umumnya dan wilayah penelitian pada khususnya sebagian besar adalah petani selain peternak, pedagang, pegawai dan lain sebagainya. Usaha peternakan khususnya peternakan sapi potong merupakan usaha sampingan bagi petani di daerah penelitian sehingga sistem pemeliharaan ternaknya masih bersifat tradisional walaupun sebagian telah melakukan sistem pemeliharaan yang intensif. Pakan yang diberikan kepada ternak sapi potongnya berupa rumput yang di arit oleh peternak sendiri. Pemberian konsentrat dapat dikatakan jarang bahkan kadang hanya di berikan ketika ternak tersebut kelihatan kurus. Ini dikarenakan kurangnya modal peternak dalam membeli konsentrat dan juga kurangnya pengetahuan mereka dalam pembuatan konsentrat sendiri. Pada umumnya, peternak hanya memberi obat cacing kepada ternak mereka, bila ternak sakit mereka lebih sering menggunakan obat tradisional.


(38)

Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial dan ekonomi. Karakteristik sosial peternak yang dianalisis meliputi tingkat pendidikan, umur peternak dan pengalaman peternak, sedangkan karakteristik ekonomi responden yang dianalisis meliputi total penerimaan dari usaha ternak sapi dan total biaya produksi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, karakteristik responden di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2011

Karakteristik peternak sampel Satuan Rentang Rataan

Umur Peternak Tahun 19-65 41

Tingkat Pendidikan Tahun 6-17 11

Pengalaman Beternak Tahun 1-30 7

Total Penerimaan Rp 102.5350.000 11.520.800

Total Pengeluaran Rp 71.2730.000 8.008.200

Total Pendapatan Rp 31.2620.000 3.512.600

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa umur responden pada daerah penelitian berkisar antara 19-65 tahun dengan rataan sebesar 41 tahun dari total responden. Bila dikaji dari karakteristik umur di atas, sebagian besar peternak dalam kategori usia yang produktif (16-60 tahun), sehingga potensi untuk mengelola ternaknya masih besar.

Tingkat pendidikan peternak sapi menyebar antara 6-17 tahun dengan rataan 11 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden umumnya tergolong menengah dengan kisaran hanya tamat sekolah menengah pertama (SMP).

Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengalaman beternak menyebar antara 1-30 tahun dengan rataan 7 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengalaman beternak


(39)

responden dapat dikatakan cukup, tetapi kurang menguasai dan mengikuti perkembangan teknologi dalam pengelolaan usaha ternak sapi potongnya.

Total penerimaan peternak selama 1 tahun dari usaha ternak sapi berkisar antara Rp. 7.000.000 sampai Rp. 27.000.000 dengan rataan sebesar Rp. 11.520.800 per tahun. Sedangkan total biaya produksi peternak selama 1 (satu) tahun dari usaha ternak sapi per responden berkisar antara Rp. 4.200.000 sampai Rp. 19.050.000 dengan rataan sebesar Rp.8.008.200 per tahun.

Pendapatan bersih peternak di daerah penelitian selama 1 tahun dari usaha ternak sapi per peternak berkisar antara Rp. 2.070.000 sampai Rp. 9.200.000 dengan rataan sebesar Rp. 3.512.600 per tahun/ekor.

Pengaruh Variabel Terhadap Pendapatan Peternak

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo digunakan analisis regresi linier berganda, yang menjadi variabel bebas (independent) adalah umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak, sedangkan yang menjadi variabel terikat/tidak bebas (dependent) adalah pendapatan.

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo dapat di lihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga variabel

Sumber Derajat Bebas F tabel F hitung Tingkat Signifikasi

Regresi 3 2,49 1,062 0,37

Residual 85


(40)

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dengan menggunakan Model Pendekatan Teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu Software SPSS 16 (Statistical Package for Sosial Science) dapat di lihat pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Analisis regresi linear berganda pengaruh umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman peternak terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

Variabel Koefisien Regresi

Std. Error t-hitung Signifikan

Konstanta 2521029,795 869697,394 2,899 0,005

X1 94601,787 54731,727 1,728 0,088

X2 546,582 13950,025 0,039 0,969

X3 -11521,853 27424,825 -0,42 0,675

R square 0,036

Regresion 6,334

Residual 1,690

F-tabel (α=0,05) 2,49

T-tabel (α=0,05) 1,98

Berdasarkan Tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:

Ŷ= 2521029,795 + 94601,787X1 + 546,582X2 - 11521,853X3

Keterangan:

+ µ

Ŷ : pendapatan peternak (baca: Y topi) X1 : tingkat pendidikan (tahun)

X2 : umur peternak (tahun) X3 : pengalaman peternak (tahun) µ : variabel lain yang tidak diteliti

Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui:

Nilai Konstanta/Intersept adalah sebesar 2521029,795. Artinya apabila variabel bebas yaitu umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak tidak ada maka peternak sapi potong tetap akan menerima pendapatan sebesar nilai konstanta yaitu Rp. 2.521.029,795.


(41)

1. R Square bernilai 3,6%, artinya bahwa semua variabel bebas umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak mempengaruhi variabel terikat sebesar 3,6% dan selebihnya yaitu sebesar 96,4% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2. Secara serempak nilai F-hitung (1,062) lebih kecil daripada F-tabel (2,49). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel tersebut yaitu umur peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong dengan taraf signifikasi 0,37a

3. Secara partial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel umur peternak (1,728), tingkat pendidikan (0,039) dan pengalaman beternak (-0,42) .

dan pada taraf kepercayaan 95%.

a. Variabel umur/usia tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X1

b. Variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X

) sebesar 1,728 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0,05) yakni sebesar 1,98. Berdasarkan kenyataan di daerah penelitian, hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan pernyataan Chamdi (2003) yang mengemukakan bahwa semakin muda usia peternak umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.

2) sebesar 0,039 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0,05) yakni sebesar 1,98. Menurut Mosher (1965), semakin


(42)

tinggi tingkat pengetahuan dan ketrampilan mengakibatkan petani peternak lebih dinamis, aktif dan terbuka dalam mengadopsi suatu teknologi. Kondisi ini penting mengingat saat ini diperlukan pengetahuan dan pemahaman secara baik tentang perkembangan usaha yang semakin cepat baik teknologi maupun aspek pemasaran. Namun pada kenyataan di daerah penelitian, hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan pernyataan di atas. Pada dasarnya tingkat pendidikan peternak yang ada di daerah penelitian masih tergolong berpendidikan menengah. Selain itu, pada daerah penelitian umumnya peternak enggan memanfaatkan inovasi atau teknologi baru dan masih banyak yang menggunakan sistem beternak tradisional sehingga peningkatan pendidikan tidak mempengaruhi besarnya pendapatan peternak.

c. Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, jika di ukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X3) sebesar -0,42 lebih kecil

dari nilai t-tabel (α = 0,05) yakni sebesar 1,98. Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman beternak seluruhnya adalah 7 tahun. Umumnya pengalaman beternak yang didapat oleh responden berasal dari orang tua mereka secara turun temurun. Hanya sebagian kecil yang mengikuti pelatihan atau seminar peternakan untuk menambah pengalaman mereka dalam beternak. Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan ternak sapi potong. Umumnya pengalaman beternak diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak


(43)

yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Namun di lapangan tidak diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan banyak peternak yang memiliki pengalaman yang memadai namun masih mengelolah usaha tersebut dengan kebiasaan-kebiasaaan lama yang sama dengan sewaktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang (Siregar, 2009). Selain itu, ketersedian sumber daya alam masih banyak di daerah penelitian dan digunakan sebesar-besarnya oleh peternak sehingga pengalaman tidak berpengaruh terhadap pendapatan. Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997) faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan di daerah tersebut. Di daerah penelitian, pengalaman beternak yang peternak dapat berasal dari orang tua mereka yang di turunkan secara turun-menurun.

Arti dari nilai persamaan berikut adalah:

Ŷ= 2521029,795 + 94601,787X1 + 546,582X2 - 11521,853X3

Berdasarkan model persamaan di atas dapat diintrepretasi bahwa: + µ

a. Apabila variabel bebas Umur (X1

b. Apabila variabel bebas Pendidikan (X

) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 94.601,787.

2) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun,


(44)

c. Apabila variabel bebas Pengalaman Beternak (X3

d. Apabila variabel X

) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 11.521,853.

1, X2 dan X3

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa variabel umur, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak. Hal ini dikarenakan pada daerah penelitian, peternak tetap menggunakan sumber daya alam yang ada dan umumnya usaha ternak sapi potong mereka masih bersifat tradisional. Jumlah ternak sapi yang mereka pelihara rata-rata 1-10 ekor/peternak. Meskipun telah lama beternak tetapi mereka masih menggunakan kebiasaan lama dalam beternak seperti yang di turun-temurunkan oleh orang tua mereka. Peternak hanya memberikan pakan hijauan pada ternak sapi mereka. Hanya sedikit peternak yang memberikan pakan konsentrat sebagai pakan tambahan bagi ternak sapinya. Ini disebabkan kurangnya modal sehingga mereka kesulitan membeli konsentrat selain ketersediaan rumput yang masih mencukupi. Pada umumnya peternak malas untuk mengikuti seminar ataupun penyuluhan peternakan . Ini dikarenakan mereka memiliki pekerjaan utama yaitu bertani. Bagi mereka beternak hanya sebagai suatu usaha sampingan selain bertani. Mereka beternak sapi potong hanya sebagai tabungan , apabila mereka membutuhkan uang maka mereka akan menjual sapi mereka. Selain itu, mereka juga menggunakan kotoran ternak sapi mereka sebagai kompos yang mereka aplikasikan pada tanaman di kebun mereka.

yang dianalisis dianggap nol (tidak melakukan aktivitas), maka peternak sapi potong akan menanggung biaya sebesar Rp. 2.521.029,795/ tahun atau Rp. 210.085,816/ bulan.


(45)

Analisis Efisiensi Pemasaran Sapi Potong

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran ternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo adalah peternak, pengumpul, bandar/pedagang besar, pengecer daging dan konsumen akhir. Sistem jual beli yang di pakai dalam pemasaran sapi potong penetapan harganya berdasarkan sistem taksiran. Sistem ini didasarkan pada perkiraan berat dengan melihat penampilan sapi, tidak didasarkan pada timbangan dari bobot sapi karena tidak tersedianya timbangan di pasar hewan. Umumnya perkiraan tersebut tidak akan jauh meleset dengan timbangan sebenarnya. Berdasarkan penelitian ini jalur pemasaran sapi potong adalah sebagai berikut:

Petani

Pengumpul

Bandar/Pedagang Besar

Pedagang Pengecer


(46)

Besarnya tingkat keuntungan untuk setiap pelaku pemasaran sapi potong dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat keuntungan pelaku pemasaran sapi potong Pelaku pemasaran Harga jual/kg berat

hidup

Tingkat Keuntungan Rp/kg %

Peternak Rp. 30.000 - -

Pengumpul Rp. 32.000 Rp. 2.000 8,0

Bandar/pedagang besar Rp. 33.000 Rp. 1.000 4,0

Pengecer daging Rp. 35.000 Rp. 2.000 8,0

Konsumen Rp. 37.000 Rp. 2000 8,0

Keterangan: dijual berupa daging Rp 74.000/kg, belum termasuk jeroan, kepala dan kulit

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa selisih harga dari tingkat petani sampai konsumen adalah Rp. 7000/kg atau sekitar 28%, sehingga jalur pemasaran ternak di Kecamatan Tigapanah masih dikatakan efisien. Menurut Grayet al. jalur pemasaran dapat dikatakan efesien bila selisih harga dari petani dengan harga yang dibayar konsumen akhir lebih kecil dari 30%.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pelaku pemasaran sapi potong disana belum ada yang dirugikan karena jalur pemasarannya masih dikatakan efesien. Peternak tidak lagi perlu kesulitan dalam hal transportasi ke pasar hewan karena telah ada pengumpul yang membeli di daerah mereka. Pengumpul yang nantinya akan membawa sapi tersebut ke pasar hewan. Di pasar hewan dilakukan transaksi antara pengumpul dengan bandar/pedagang besar. Setelah terjadi kesepakatan,bandar akan membawa sapi tersebut ke rumah potong hewan (RPH). Di RPH sapi tersebut disembelih dan dipotong, setelah itu daging sapi tersebut akan dijual kepada pengecer-pengecer daging di pasar.


(47)

Rekapitulasi Data

Tabel. 7. Rekapitulasi Data

Karakteristik sosial Peternak Singnifikan Keterangan

Umur Petenak 0,088 Tidak berpengaruh nyata

Tingkat Pendidikan 0,969 Tidak berpengaruh nyata

Pengalaman Beternak 0,675 Tidak berpengaruh nyata

Variabel umur, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap pendapatan peternak di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

Jalur pemasaran dan harga jual ternak sapi pada daerah penelitian masih tergolong efisien karena selisih harga jual di tingkat petani ke konsumen di bawah 30% yaitu sebesar 28%.


(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di KecamatanTigapanah Kabupaten Karo dapat disimpulkan sebagai berikut : umur, pendidikan dan pengalaman peternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Jalur pemasaran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo dapat di katakan efisien karena selisih harga jual ternah dari petani sampai konsumen masih dibawah 30% yaitu sebesar 28%.

Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah:

Untuk peternak

Sebaiknya peternak lebih terbuka terhadap inovasi ataupun teknologi baru serta mencari informasi yang mendukung usaha ternak sapi potongnya yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Untuk Pemerintah

Sebaiknya pemerintah khususnya dari Dinas Peternakan melakukan penyuluhan peternakan bagi peternak sehingga pengalaman peternak akan bertambah.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A. dan Simanjuntak, D. 1997. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta.

Ahmadi, A. H. 2003. Sosiologi Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Aritonang, D. 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.

Azzaino, Z. 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Karo. BPS Sumatera Utara. Kabanjahe. Chamdi, A. N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan

Kradenan Kabupaten Grobongan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.

Cyrilla, L. dan Ismail, A. 1998. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta.

Downey, W.D. dan S.P. Erickson, 1992. Manajemen Agribisnis. Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. (Terjemahan oleh Rochidayat).

Fanani, Z. 2000. Prospek Pemasaran Bidang Peternakan Pasca Tahun 2000. Universitas Brawijaya. Malang.

Fauzia, L. dan H. Tampubolon, 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Feed, S. 1972. Improving Marketing Systems in Developing Countries, an Approach to Identifying Problem’s and Strengthening Technical Assistance. Foreign Economics Development Service. USDA.

Gray, C., L.K. Sabur, P. Simanjuntak dan P. F. L.Maspaitella. 1996. Pengantar Evaluasi Proyek. PT Gramedia. Jakarta.

Gunawan, D. Pamungkas dan L. Affandhy. 1998. Sapi Bali Potensi,Produktivitas dan Nilai Ekonomi. Kanisius. Yogyakarta.


(50)

Hadisapoetro, S. 1973. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani. Fakultas Pertanian. Univesitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Hanafiah, H.M. dan Saefudin A.M. 1986. Tata Niaga Perikanan. Universitas Indonesia.aJakarta.

Hermanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kariyasa, K. dan Faisal K. 2004. Dinamika Pemasaran dan Prospek Pengembangan Ternak Sapi di Indonesia. Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Kolter. P. 1996. Marketing Management Analysis, Planning, Implements and Control. Alih Bahasa Ancell, A.H. Salemba Empat Prentice Hall. Jakarta. Limbong, W.H. dan P. Sitorus, 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan

Kuliah Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Marak, A., Mursal B. dan Sadar. 2004. Pemasaran Sapi potong di Sumatra Barat. Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Mosher, A.T. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV Yasaguna. Jakarta.

Mulyadi, 1992. Akuntasi Biaya Edisi 5. Penerbit STIE YKPN. Yogyakarta. Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta.

Purba, Y. 2001. Analisa Profil Peternak Terhadap Pendapatan dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rusastra, I. W., Wahyuning K.S., Sri W. dan Yana S. 2006. Analisis Kelembagaan Kemitraan Rantai Pasok Komoditas Peternakan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Santosa, U. 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar, S.A., 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soeharjo dan Patong, 1973. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(51)

Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, J. L. dan Hardaker, J. B. 1995. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.

Soekartawi, A. 1993. Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian, Teori dan Aplikasinya. CV. Rajawali. Jakarta.

_____________. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. _____________. 1996. Pembangunan Pertanian. Raja Grafindo Persada. Jakarta. _____________. 2002. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.

Suharno, B dan Nazaruddin, 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Widjaja, K. 1999. Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wirartha, L. M. 2006. Metodeologi penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Andi.


(52)

LAMPIRAN

1. Karakteristik Sosial Responden

No Nama Umur

(tahun)

Pendidikan (tahun)

Pengalaman (tahun)

1 Kasim Ginting 48 12 10

2 Makmur Sembiring 50 17 20

3 Peran Sembiring 29 12 3

4 Ari Sembiring 19 12 4

5 Julfitri Tarigan 34 12 7

6 Satna Sembiring 36 17 1

7 Pelsin Sembiring 43 6 15

8 Julius Ginting 34 9 15

9 Sejahtera Ginting 30 12 8

10 Tri Putra Sembiring 19 12 5

11 Andi Sembiring 20 12 7

12 Karyawanta Sembiring 39 12 10

13 Sanjani Sembiring 25 17 3

14 Bpk. Serlini ginting 47 9 4

15 Serasi Sembiring 19 12 5

16 Mamerdo Sembiring 25 12 5

17 Pribadi Sembiring 36 17 8

18 Suganda Sembiring 22 12 4

19 Adil Sembiring 42 12 30

20 Desta Ginting 27 12 4

21 Aser Ginting 23 12 2

22 Martin Tarigan 45 12 8

23 Rusli Ginting 52 12 4

24 Harja Ginting 26 12 3

25 Wagino 30 9 1

26 Paiman Tarigan 42 9 3

27 Jeki Perangin-angin 32 12 2

28 Seragih Ginting 41 6 3

29 Imbran Sembiring 37 9 5

30 Herman S 34 6 1

31 Namin Barus 38 6 4

32 Sukadi 29 9 1

33 Sepfernando Ginting 24 12 2

34 Kandar Ginting 28 12 1

35 Taruna Sembiring 42 12 1

36 Muhammad S. Sinuraya 24 9 15


(53)

38 Tagore 52 15 4

39 Bustomi Surbakti 51 9 4

40 Johanes Tarigan 46 12 7

41 Relison Ginting 41 12 3

42 Muksim Sembiring 36 12 3

43 Suka Piring Sembiring 32 12 4

44 Makmur Tarigan 43 6 10

45 Roy Sembiring 47 9 6

46 Martin Sinulingga 41 12 3

47 Taman Tarigan 51 9 8

48 Prangko Ginting 52 12 3

49 Paten Tarigan 40 6 3

50 Dirga Surbakti 45 12 2

51 Selamat Sembiring 63 6 2

52 Ramah Sembiring 52 9 12

53 Cari Barus 46 9 10

54 Jeplin Sinulingga 47 12 4

55 Andiko Tarigan 35 12 3

56 Herianto Tarigan 33 9 10

57 Kemon Ginting 48 12 3

58 Talas Sembiring 51 9 13

59 Demson Ginting 38 12 3

60 Siswan Perangin-angin 48 9 7

61 Jangatas Ginting 45 6 11

62 Pelita Milala 43 12 3

63 Imanuel Bukit 32 9 20

64 Bpk.Sitiosa Barus 65 12 4

65 Pendi Milala 40 12 9

66 Zakaria Milala 41 17 10

67 Pilar Tarigan 47 17 12

68 Ingeten Tarigan 52 9 15

69 Mahkim Barus 52 9 10

70 Martin Milala 60 12 4

71 Rito Pandia 43 17 3

72 Surya Barus 58 12 4

73 Indra Barus 61 17 18

74 Jhonly Barus 40 12 10

75 Jemari Tarigan 58 9 3

76 Bpk. Zakaria milala 64 12 25

77 David Tarigan 53 12 9

78 Darmi Tarigan 30 12 3

79 Selamat Milala 52 12 3

80 Firma Barus 40 9 4


(54)

82 Budi Silalahi 49 12 13

83 Ramuda 36 12 3

84 Jusuf Kaban 53 9 4

85 Junus Sembiring 44 9 2

86 Naman Barus 37 12 4

87 Mardi Sinuraya 48 12 8

88 Perdamenta Sinuraya 40 6 18


(55)

2. Karakteristik Ekonomi Peternak

No Nama Penerimaan

(Rupiah)

Pengeluaran (Rupiah)

Pendapatan (Rupiah)

1 Kasim Ginting 9.500.000 6.200.000 3..300.000

2 Makmur Sembiring 18.350.000 13.500.000 4.850.000 3 Peran Sembiring 8.700.000 6.320.000 2.380.000

4 Ari Sembiring 9.500.000 6.330.000 3.170.000

5 Julfitri Tarigan 8.000.000 5.360.000 2.640.000 6 Satna Sembiring 17.000.000 11.750.000 5.250.000 7 Pelsin Sembiring 8.700.000 5.490.000 3.210.000

8 Julius Ginting 8.700.000 6.400.000 2.300.000

9 Sejahtera Ginting 18.000.000 12.450.000 5.550.000 10 Tri Putra Sembiring 10.000.000 6.230.000 3.770.000

11 Andi Sembiring 10.000.000 6.580.000 3.420.000

12 Karyawanta Sembiring 9.100.000 6.370.000 2.730.000 13 Sanjani Sembiring 9.700.000 6.730.000 2.970.000 14 Bpk. Serlini ginting 9.000.000 5.730.000 3.270.000 15 Serasi Sembiring 10.000.000 7.290.000 2.710.000 16 Mamerdo Sembiring 18.000.000 13.880.000 4.120.000 17 Pribadi Sembiring 26.000.000 19.050.000 7.950.000 18 Suganda Sembiring 10.000.000 7.090.000 2.910.000

19 Adil Sembiring 8.500.000 5.750.000 2.750.000

20 Desta Ginting 8.750.000 6.300.000 2.450.000

21 Aser Ginting 8.300.000 6.020.000 2.280.000

22 Martin Tarigan 9.000.000 6.200.000 2.800.000

23 Rusli Ginting 9.700.000 6.880.000 2.820.000

24 Harja Ginting 9.100.000 6.700.000 2.400.000

25 Wagino 27.000.000 17.800.000 9.200.000

26 Paiman Tarigan 8.800.000 6.700.000 2.100.000

27 Jeki Perangin-angin 9.100.000 5.800.000 2.870.000

28 Seragih Ginting 9.100.000 6.470.000 2.630.000

29 Imbran Sembiring 8.500.000 6.250.000 2.250.000

30 Herman S 8.300.000 5.980.000 2.220.000

31 Namin Barus 9.100.000 6.490.000 2.610.000

32 Sukadi 15.800.000 10.500.000 5.300.000

33 Sepfernando Ginting 8.000.000 5.200.000 2.800.000

34 Kandar Ginting 9.300.000 6.700.000 2.600.000

35 Taruna Sembiring 7.600.000 5.450.000 2.150.000 36 Muhammad S. Sinuraya 8.700.000 6.630.000 2.070.000

37 Pak Ajo 9.500.000 6.300.000 2.870.000

38 Tagore 10.000.000 5.530.000 4.370.000


(56)

40 Johanes Tarigan 16.700.000 11.200.000 5.500.000 41 Relison Ginting 10.300.000 6.290.000 4.010.000 42 Muksim Sembiring 9.700.000 6.410.000 3.290.000 43 Suka Piring Sembiring 16.000.000 12.250.000 3.750.000

44 Makmur Tarigan 11.200.000 7.750.000 3.450.000

45 Roy Sembiring 9.000.000 6.600.000 2.400.000

46 Martin Sinulingga 18.200.000 13.000.000 5.200.000

47 Taman Tarigan 10.500.000 7.580.000 2.920.000

48 Prangko Ginting 17.500.000 12.300.000 5.200.000

49 Paten Tarigan 26.500.000 18.500.000 8.000.000

50 Dirga Surbakti 10.000.000 6.530.000 3.470.000

51 Selamat Sembiring 8.700.000 5.850.000 2.850.000

52 Ramah Sembiring 9.550.000 6.620.000 2.930.000

53 Cari Barus 6.500.000 4.200.000 2.300.000

54 Jeplin Sinulingga 8.800.000 5.720.000 3.080.000

55 Andiko Tarigan 9.700.000 6.370.000 3.330.000

56 Herianto Tarigan 8.800.000 6.300.000 2.500.000

57 Kemon Ginting 9.300.000 6.380.000 2.920.000

58 Talas Sembiring 9.200.000 6.630.000 2.570.000

59 Demson Ginting 10.000.000 7.110.000 2.890.000

60 Siswan Perangin-angin 9.800.000 6.900.000 2.900.000 61 Jangatas Ginting 9.700.000 6.590.000 3.110.000

62 Pelita Milala 8.100.000 5.570.000 2.530.000

63 Imanuel Bukit 18.000.000 13.550.000 4.450.000

64 Bpk.Sitiosa Barus 10.300.000 6.290.000 4.010.000

65 Pendi Milala 10.000.000 6.520.000 3.480.000

66 Zakaria Milala 10.000.000 6.580.000 3.420.000

67 Pilar Tarigan 9.000.000 5.580.000 3.420.000

68 Ingeten Tarigan 10.500.000 6.580.000 3.920.000

69 Mahkim Barus 9.000.000 6.130.000 2.870.000

70 Martin Milala 9.500.000 6.590.000 2.910.000

71 Rito Pandia 18.000.000 12.590.000 5.410.000

72 Surya Barus 9.200.000 6.900.000 2.300.000

73 Indra Barus 10.000.000 68.30.000 3.170.000

74 Jhonly Barus 18.800.000 13.230.000 5.570.000

75 Jemari Tarigan 9.000.000 6.100.000 2.900.000

76 Bpk. Zakaria milala 9.300.000 6.550.000 2.750.000

77 David Tarigan 21.500.000 14.080.000 7.420.000

78 Darmi Tarigan 15.000.000 11.420.000 3.580.000

79 Selamat Milala 9.100.000 6.680.000 2.480.000

80 Firma Barus 14.200.000 9.950.000 4.250.000

81 Riano Milala 7.300.000 4.720.000 2.580.000

82 Budi Silalahi 17.000.000 12.250.000 4.750.000


(57)

84 Jusuf Kaban 8.300.000 5.900.000 2.400.000

85 Junus Sembiring 9.100.000 5.750.000 3.350.000

86 Naman Barus 8.300.000 5.800.000 2.500.000

87 Mardi Sinuraya 7.000.000 4.460.000 2.540.000

88 Perdamenta Sinuraya 9.300.000 6.000.000 3.300.000


(58)

3. Hasil Pengolahan Data Primer

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

pendapatan 3517078.6517 1411562.80433 89

tingkat pendidikan 11.1011 2.75535 89

umur peternak 40.9326 11.10159 89

pengalaman

peternak 6.6404 5.62916 89

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6333657244303.451 3 2111219081434.484 1.062 .370a

Residual 169007183205134.700 85 1988319802413.349

Total 175340840449438.120 88

a. Predictors: (Constant), pengalaman peternak, tingkat pendidikan, umur peternak

b. Dependent Variable: pendapatan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2521029.795 869697.394 2.899 .005

tingkat pendidikan 94601.787 54731.727 .185 1.728 .088

umur peternak 546.582 13950.025 .004 .039 .969

pengalaman peternak -11521.853 27424.825 -.046 -.420 .675


(59)

Correlations pendapatan tingkat pendidikan umur peternak pengalaman peternak

Pearson Correlation Pendapatan 1.000 .185 -.021 -.046

tingkat pendidikan .185 1.000 -.080 -.006

umur peternak -.021 -.080 1.000 .228

pengalaman peternak -.046 -.006 .228 1.000

Sig. (1-tailed) Pendapatan . .042 .423 .334

tingkat pendidikan .042 . .229 .476

umur peternak .423 .229 . .016

pengalaman peternak .334 .476 .016 .

N Pendapatan 89 89 89 89

tingkat pendidikan 89 89 89 89

umur peternak 89 89 89 89

pengalaman peternak 89 89 89 89

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 pengalaman peternak, tingkat pendidikan, umur peternaka . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: pendapatan

ModelSummaryb Mod

el R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .190a .036 .002 1.41008E6 2.106

a. Predictors: (Constant), pengalaman peternak, tingkat pendidikan, umur peternak


(60)

4. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PETERNAK SAPI POTONG

DI KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO

Nama : ………... Desa : ………...

Umur : ………

1. Sejauh manakah tingkat pendidikan yang bapak/ibu telah tempuh? a. Tamat SD

b. Tamat SMP c. Tamat SMU d. lainnya...

2. Sudah berapa lama bapak/ibu beternak sapi potong? a. ≤ 1 tahun

b. 2 tahun c. 3 tahun d. 4 tahun

e. ≥ 5 tahun

3. Darimanakah asal ternak sapi potong yang bapak/ibu miliki? a. Dibeli sendiri

b. Pemberian orang lain c. Lainnya……

4. Berapa bayak ternak yang bapak/ibu miliki? a. <10 ekor

b. 10 – 50 ekor c. > 50 ekor

5. Berapa orang pekerja yang bapak/ibu miliki untuk beternak sapi potong? a. 1 orang

b. 2 orang c. 3 orang d. Lainnya….

6. Bagaimanakah sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang bapak/ibu ilakukan?

a. Intensif (dikandangkan)

b. Semi intensif (setengah hari di kandang dan setengah hari lagi digembalakan)


(61)

7. Pakan apakah yang anda berikan kepada sapi potong bapak/ibu? a. Hijauan

b. Konsentrat

c. Hijauan dan konsentrat d. Lainnya....

8. Pernahkah bapak/ibu mengikuti pelatihan atau seminar peternakan? a. Tidak

b. Pernah

(jika pernah harap disebutkan)

... ... 9. Adakah kendala-kendala yang bapak/ibu rasakan selama beternak sapi potong?

a. Tidak b. Ada

(jika ada harap disebutkan)

... ... 10. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah usaha peternakan sapi potong yang Anda

ijalani sekarang membantu anda dalam memberikan kontribusi pendapatan bagi iAnda?

a. Ya b. Tidak

(harap beri alasan bapak/ibu)

... ...


(62)

(1)

84 Jusuf Kaban 8.300.000 5.900.000 2.400.000

85 Junus Sembiring 9.100.000 5.750.000 3.350.000

86 Naman Barus 8.300.000 5.800.000 2.500.000

87 Mardi Sinuraya 7.000.000 4.460.000 2.540.000

88 Perdamenta Sinuraya 9.300.000 6.000.000 3.300.000


(2)

3. Hasil Pengolahan Data Primer

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

pendapatan 3517078.6517 1411562.80433 89

tingkat pendidikan 11.1011 2.75535 89

umur peternak 40.9326 11.10159 89

pengalaman

peternak 6.6404 5.62916 89

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6333657244303.451 3 2111219081434.484 1.062 .370a Residual 169007183205134.700 85 1988319802413.349

Total 175340840449438.120 88

a. Predictors: (Constant), pengalaman peternak, tingkat pendidikan, umur peternak

b. Dependent Variable: pendapatan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2521029.795 869697.394 2.899 .005

tingkat pendidikan 94601.787 54731.727 .185 1.728 .088 umur peternak 546.582 13950.025 .004 .039 .969 pengalaman peternak -11521.853 27424.825 -.046 -.420 .675 a. Dependent Variable: pendapatan


(3)

Correlations pendapatan tingkat pendidikan umur peternak pengalaman peternak Pearson Correlation Pendapatan 1.000 .185 -.021 -.046

tingkat pendidikan .185 1.000 -.080 -.006 umur peternak -.021 -.080 1.000 .228 pengalaman peternak -.046 -.006 .228 1.000

Sig. (1-tailed) Pendapatan . .042 .423 .334

tingkat pendidikan .042 . .229 .476

umur peternak .423 .229 . .016

pengalaman peternak .334 .476 .016 .

N Pendapatan 89 89 89 89

tingkat pendidikan 89 89 89 89

umur peternak 89 89 89 89

pengalaman peternak 89 89 89 89

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1 pengalaman peternak, tingkat pendidikan, umur peternaka . Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: pendapatan

ModelSummaryb Mod

el R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .190a .036 .002 1.41008E6 2.106

a. Predictors: (Constant), pengalaman peternak, tingkat pendidikan, umur peternak


(4)

4. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PETERNAK SAPI POTONG

DI KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO

Nama : ………...

Desa : ………...

Umur : ………

1. Sejauh manakah tingkat pendidikan yang bapak/ibu telah tempuh? a. Tamat SD

b. Tamat SMP c. Tamat SMU d. lainnya...

2. Sudah berapa lama bapak/ibu beternak sapi potong? a. ≤ 1 tahun

b. 2 tahun c. 3 tahun d. 4 tahun

e. ≥ 5 tahun

3. Darimanakah asal ternak sapi potong yang bapak/ibu miliki? a. Dibeli sendiri

b. Pemberian orang lain c. Lainnya……

4. Berapa bayak ternak yang bapak/ibu miliki? a. <10 ekor

b. 10 – 50 ekor c. > 50 ekor

5. Berapa orang pekerja yang bapak/ibu miliki untuk beternak sapi potong? a. 1 orang

b. 2 orang c. 3 orang d. Lainnya….

6. Bagaimanakah sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang bapak/ibu ilakukan?

a. Intensif (dikandangkan)

b. Semi intensif (setengah hari di kandang dan setengah hari lagi digembalakan)


(5)

7. Pakan apakah yang anda berikan kepada sapi potong bapak/ibu? a. Hijauan

b. Konsentrat

c. Hijauan dan konsentrat d. Lainnya....

8. Pernahkah bapak/ibu mengikuti pelatihan atau seminar peternakan? a. Tidak

b. Pernah

(jika pernah harap disebutkan)

... ...

9. Adakah kendala-kendala yang bapak/ibu rasakan selama beternak sapi potong? a. Tidak

b. Ada

(jika ada harap disebutkan)

... ...

10. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah usaha peternakan sapi potong yang Anda ijalani sekarang membantu anda dalam memberikan kontribusi pendapatan bagi iAnda?

a. Ya b. Tidak

(harap beri alasan bapak/ibu)

... ...


(6)