Kerangka Teoretis PELAKSANAAN ROYA PARTIAL TERHADAP JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA SELATAN DI PALEMBANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

xvi 1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan roya partial terhadap jaminan hak tanggungan. 2. Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya penyelesaian masalah yang timbul akibat pelaksanaan roya partial terhadap jaminan hak tanggungan yang tidak diperjanjikan dalam Akta Pembebanan Hak Tanggungan APHT.

E. Kerangka Teoretis

1. Arti Pentingnya Lembaga Jaminan Hukum Jaminan merupakan bidang hukum yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Dapat dikatakan sebagai hukum jaminan karena merupakan pendukung dan penunjang realisasi pembangunan dalam bidang ekonomi, sehingga karenanya lembaga jaminan sangat berperan dalam penyaluran dana melalui kredit perbankan. Dalam hal ini jaminan merupakan upaya hukum dalam mengkover piutang dan sebagai tindakan preventif dalam penyelesaian perjanjian kredit. Secara yuridis, jaminan merupakan sarana pelunasan piutang kreditur. Suatu prinsip yang berlaku dalam hukum jaminan adalah kreditur tidak dapat meminta suatu janji agar memiliki benda yang dijaminkan bagi pelunasan hutang debitur kepada kreditur. Ratio dari ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya ketidakadilan yang akan terjadi jika kreditur memiliki benda jaminan yang nilainya lebih besar dari jumlah hutang xvii debitur kepada kreditur. Karena itu, benda jaminan tersebut harus dijual dan kreditur berhak mengambil uang hasil penjualan tersebut sebagai pelunasan piutangnya. Apabila masih ada kelebihan , maka sisa hasil penjualan tersebut harus dikembalikan kepada debitur. 7 Dengan semakin berkembangnya ekonomi dan perdagangan yang sudah barang tentu akan diikuti dengan kebutuhan kredit, dalam mana pemberian fasilitas kredit akan selalu memerlukan jaminan. Dengan adanya jaminan, maka pemberi kredit sebagai piutang dari pihak yang meminjam tersebut. Peran serta lembaga jaminan didalam pembangunan ekonomi dan pembangunan suatu negara sangatlah penting, maka hukum jaminan tergolong bidang hukum yang akhir-akhir ini secara popular disebut “The Economic Law” hukum Ekonomi, “Wiertschaft Recht”, atau “Do it de Economic” yang mempunyai fungsi menunjang kemajuan ekonomi dan kemajuan pembangunan pada umumnya sehingga bidang hukum demikian pengaturannya dalam undang-undang perlu diprioritaskan. 8 2. Asas-asas Hukum Jaminan Seluruh harta benda debitur demi hukum by operation of law menjadi jaminan bagi pelunasan hutang debitur kepada kreditur. Apabila 7 Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media, Jakarta, Hlm.22. 8 Djojo Mulyadi, 2005,Pengaruh Penanaman Modal Asing Atas Perkembangan Hukum Persekutuan perseroan Dagang Vennootschaps recht Dewasa ini, Majalah Hukum dan Keadilan Nomor 56. xviii benda debitur tidak mencukupi, maka hasil penjualan harta benda debitur dibagikan secara proporsional kepada para kreditur menurut besar kecilnya piutang masing-masing. Demikianlah Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata memberikan pengaturan tentang hak-hak kreditur atas harta benda debitur. Para kreditur tersebut dinamakan kreditur konkuren, dan tidak cukup memperoleh jaminan bagi pelunasan piutangnya, karena diantara mereka tidak ada yang mempunyai hak mendahului. Dengan demikian, jika hutang debitur lebih besar dari nilai harta bendanya dan hasil penjualan harta debitur itu dibagi secara proporsional kepada para kreditur , maka setiap kreditur tidak akan memperoleh pelunasan piutangnya. Demikian pula jika debitur mengalihkan kepemilikannya kepada pihak ketiga, maka hak kreditur berdasarkan Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tidak dapat dipertahankan. Mengajukan gugatan action paulina berdasarkan Pasal 1341 Kitab Undang-undang Hukum Perdata untuk menyatakan batal transaksi jual beli debitur juga tidak mudah dari segi hukum pembuktian. Karena pihak ketiga yang membeli harta benda debitur akan mendalilkan bahwa dia adalah pembeli beritikad baik yang tidak mengetahui bahwa debitur berhutang kepada kreditur, sehingga kreditur sebagai penggugat harus dapat membuktikan bahwa debitur dan pihak ketiga pembeli barang mengetahui bahwa ada transaksi tersebut merugikan kreditur. xix Akan tetapi bagi kreditur pemegang hak jaminan kebendaan seperti gadai, fidusia,hipotik dan hak tanggungan tersebut mempunyai hak untuk mengambil hasil penjualan benda yang dibebani gadai, fidusia, hipotik maupun hak tanggungan untuk pelunasan piutangnya lebih dahulu dari kreditur konkuren yang dijaminkan oleh Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau disebut droit de preference. Karena itu dalam praktek, para kreditur khususnya lembaga keuangan yang lahir dari perjanjian antara kreditur dan debitur, di mana kreditur mempunyai hak kebendaan atas benda milik debitur atau pihak ketiga sebagai jaminan hutang. Pengikatan jaminan ini bersifat accessoir , artinya jaminan itu lahir, hapus dan beralih mengikuti atau tergantung pada perjanjian pokoknya, yaitu hutang piutang atau perjanjian kredit. Selain itu kreditur pemegang hak kebendaan tetap mempunyai hak gadai, fidusia, hipotik, ataupun hak tanggungan meskipun benda yang dibebani dengan jaminan dipindahtangankan atau dialihkan kepada pihak ketiga. Dalam ilmu hukum sifat ini dikenal dengan istilah droit de suite. 3. Hakekat dan Pengertian Hak Tanggungan Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996, “Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang xx tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya”. Dengan demikian, Undang- undang Nomor 4 Tahun 1996 memberikan kemungkinan pembebanan hak tanggungan pada hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain di atasnya. Hak Tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. Kreditur-kreditur tertentu yang dimaksud adalah yang memperoleh atau yang menjadi pemegang hak tanggungan. Dalam pemberian Hak Tanggungan guna pemenuhan kebutuhan modal usahanya tersebut bisa seorang debitur menyerahkan lebih dari satu objek Hak Tanggungan kepada kreditur. Semua objek Hak Tanggungan tersebut nantinya dijaminkan menjadi satu kesatuan dalam Hak Tanggungan guna mendapatkan pinjaman modaluang sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan sifat Hak Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 UUHT. Artinya bahwa Hak Tanggungan membebani secara utuh obyek Hak Tanggungan dan setiap bagian darinya. Telah lunasnya sebagian hutang yang dijaminkan tidak berarti membebaskan sebagian obyek Hak Tanggungan, melainkan Hak Tanggungan tersebut tetap membebani secara keseluruhan masing-masing obyek yang dibebani Hak Tanggungan guna sisa utang Debitur kepada Kreditur yang belum dilunasi. xxi 4. Roya Partial Terhadap Jaminan Hak Tanggungan Hak tanggungan merupakan jaminan hutang yang pembebanannya adalah untuk kepentingan Kreditur pemegang hak Tanggungan, maka adalah logis bila hak tanggungan dapat dengan sengaja dihapuskan, baik atas kehendak dari pemegang hak tanggungan itu sendiri maupun karena pembersihan berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri. Sedangkan pemberi hak tanggungan tidak mungkin dapat membebaskan hak tanggungan itu. Sesuai dengan sifat Hak Tanggungan yang accessoir , maka adanya hak tanggungan tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya dengan hak tanggungan itu. Oleh karena itu, maka apabila piutang itu hapus karena pelunasan atau oleh sebab-sebab lainnya, dengan sendirinya Hak Tanggungan yang bersangkutan tersebut menjadi hapus. Jika debitor telah melakukan pelunasan utang, maka berarti bahwa perjanjian utang diantara debitur pemberi hak tanggungan dan kreditur pemegang hak tanggungan telah berakhir. Seperti telah dijelaskan bahwa perjanjian utang itu sifat perorangan, yang mengetahui keadaan itu hanyalah para pihak di dalam perjanjian itu, tidak pihak ketiga umum, agar umum mengetahui peristiwa ini, perlu dipenuhi asas publisitas dengan melakukan publikasi di Kantor Pertanahan. Jika tidak, maka menurut umum hak tanggungan masih berlaku. xxii Hapusnya hak tanggungan tersebut harus diikuti dengan pencoretan Hak tanggungan dari buku tanah hak atas tanah yang dibebankan dengan hak tanggungan. Pencoretan pendaftaran hak tanggungan adalah suatu perbuatan perdata yang mengikuti hapusnya hak tanggungan.

F. Metode Penelitian