12
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap masyarakat di dunia pasti memiliki kebudayaan
1
yang berbeda dari masyarakat lainnya. Kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain, serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Demikian halnya suku Batak Toba, meskipun merupakan bagian dari
enam
2
Masyarakat Batak Toba memiliki adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyangya dan turun-temurun diwariskan melalui tradisi oral
oral tradition. Di sini adat istiadat ialah berbagai aktivitas sosial budaya sub suku Batak. Suku Batak Toba tentunya memiliki kebudayaan
sendiri yang membedakannya dari lima sub suku Batak lainnya. Medan merupakan ibukota dari Sumatera Utara, yang mana di
dalamnya terdapat manusia yang memiliki beragam kebudayaan. Masyarakat di Medan terdiri dari beberapa suku, ada suku Batak, Melayu,
Jawa, Sunda, dan sebagainya. Terlepas dari keibukotaannya, masyarakat di Medan juga masih melakukan tradisi adat untuk setiap aktivitas
kebudayaan, salah satunya masyarakat suku Batak Toba yang terdapat di kota Medan.
1
Kebudayaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI merupakan hasil kegiatan atau penciptaan batin akal budi manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat-istiadat, dan
sebagainya.
2
Enam sub suku batak yaitu: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing, Batak Angkola, dan Batak Pakpak.
13 termasuk upacara-upacara kebudayaan yang disepakati menjadi tradisi dan
berlaku secara umum di masyarakat. Sementara tradisi adalah segala sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, upacara dan sebagainya yang
secara turun temurun diwariskan Menurut Aritonang 1988:47, seorang teolog Kristen, adat bagi
orang Batak Toba bukanlah sekedar kebiasaan atau tata tertib sosial, melainkan sesuatu yang mencakupi seluruh dimensi kehidupan: jasmani
dan rohani, masa kini dan masa depan, hubungan antara si aku sebagai mikrokosmos dengan seluruh jagad raya makrokosmos. Dengan kata
lain, adat bagi orang Batak Toba adalah sesuatu yang bersifat totalitas Aritonang 1988:48, yang dapat diartikan sebagai pandangan hidup orang
Batak Toba. Adat bermanfaat untuk mencegah bencana, menjaga keharmonisan dan kesuburan tanah, memastikan akan adanya
kesinambungan kebutuhan penduduk desa, serta menjaga keutuhan kekerabatan.
Umumnya di dalam setiap pelaksanaan upacara adat, masyarakat Batak Toba selalu menggunakan musik tradisional sebagai media disetiap
pelaksanaan upacara adat. Salah satu upacarakegiatan adat yang menjadi tradisi turun temurun dan juga merupakan kegiatan yang dianggap sakral
bagi masyarakat Batak Toba ialah upacara perkawinan. Perkawinan adalah ikatan sosial atau perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk
hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi. Perkawinan dalam
masyarakat Batak Toba bukan hanya menjadi urusan ayah, ibu, dari kedua calon pengantin, tetapi merpakan menjadi urusan semua anggota
14 keluargayang menyangkut dalihan natolu. Peran-peran dalam upacara
perkawinan adat Batak Toba selalau terkait dalam tiga kedudukan utama dalam adat dalihan natolu
3
Pada masyarakat Batak Toba terdapat dua jenis ensambel musik yang sangat penting, yakni gondang hasapi dan gondang sabangunan.
Kedua ensambel musik ini selalu menjadi bagian dari aktivitas upacara ritual dan adat bagi masyarakat Batak Toba dalam mengiringi musik
gondang, seperti gondang mula-mula, gondang somba-somba, gondang tersebut. Dalam masyarakat Batak Toba
hingga sekarang ini, adat dalihan na tolu masih tetap dihargai sebagai asas kehidupan. Asas kehidupan itu tergambar pada falsafah dalihan na tolu,
yaitu somba marhula-hula hormat kepada pihak marga orangtua dari istri [mertua], elek marboru sayang kepada pihak marga daripada suami anak
perempuan [menantu], manat mardongan tubu berhati-hati kepada pihak marga daripada suami [lelaki bersaudara].
Perkawinan dalam adat Batak Toba tidak terlepas dari musik-musik yang mengiringi proses upacara tersebut berlangsung, yang mana alat
musik yang digunakan memiliki peran dalam setiap rangkaian kegiatan upacara adat maka d
alam setiap upacara adat dan ritual keagamaan di masyarakat Batak Toba tentu tidak terlepas dari adanya aktivitas musikal.
Aktivitas musikal tersebut memiliki peran dan fungsi dalam setiap bagian tahapan-tahapan upacara yang dilaksanakan. Pelaksanaan upacara
perkawinan Batak Toba dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dianggap sakral karena ada hubungannya dengan kepercayaan masyarakat kepada
Tuhan.
3
Dalihan natolu adalah falsafah batak yaitu: hulahula, boru, dongan tubu.
15 elek-elek, gondang liat-liat dan gondang hasahatan.
Dahulunya, musik yang digunakan untuk upacara perkawinan Batak Toba ialah gondang
sabangunan. Gondang sabangunan lazimnya dimainkan di halaman
rumah, baik menggunakan atau pun tanpa panggung. Selain itu gondang sabangunan juga diletakan di balkon rumah adat yang ada di bagian luar.
Namun di Kota Medan khususnya pada upacara perkawinan, musik yang digunakan pada umumnya mereka menyebutnya berbeda-beda
4
, ada yang menyebutnya sebagai gondang, musik tiup, ataupun uning-uningan.
Dalam bahasa Batak Toba, kata gondang mengandung banyak pengertian, di antaranya adalah instrumen musikal, ensambel musik, judul sebuah
komposisi musik, judul kolektif dari beberapa komposisi musik repertoar
5
4
tergantung kepada konsumen yang melaksanakan upacara perkawinan tersebut menginginkan jenis musik seperti apa yang akan dipakai pada upacara adat yang mereka
laksanakan. Banyaknya kasus yang terjadi ketika sebuah gondang yang dikenal dengan judul A dapat disebut dengan judul B di tempat lain.
5
Repertoar ialah komposisi musik yang siap untuk dipertunjukkan.
, tempo pada komposisi suatu rangkaian upacara, menunjukkan suatu kelompok misalnya kelompok kekerabatan atau pun
tingkat usia, dan bisa juga berarti sebuah doa. Musik dikebudayaan Batak Toba biasanya digunakan untuk
upacara ritual-adat yang biasanya menyangkut tentang kepercayaan suku Batak Toba kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang menyebabkan musik
perkawinan pada upacara adat perkawinan Batak Toba mempunyai dua peranan yaitu peranan vertikal dan peranan horizontal. Peranan vertikal
berarti penghormatan kepada sang pencipta, peranan horizontal berarti penghormatan sesama manusia secara khusus penghormatan dalam unsur-
unsur dalihan na tolu.
16 Musik pada upacara perkawinan juga memiliki peran dan fungsi
dalam setiap rangkaian upacara adat yang dilaksanakan, mulai dari marhusip, upacar pemberkatan di gereja, dan sampai pada tahap upacara
adat dimana musik itu juga memiliki fungsi seperti dalam teori Allan P. Meriam bahwa
“ethnomusicology as the study of music culture” sehingga dapat disarikan bahwa etnomusikologi adalah lahan kajian studi tentang
musik milik kebudayaan suku tertentu baik dari aspek fisik atau materi musiknya maupun konteks budaya masyarakat yang memiliki musik itu
sendiri. Dimana dalam hal ini musik dikatakan sebagai fungsi, yaitu dalam
hal menyampaikan permohonan kepada Tuhan. Permohonan kepada Tuhan ini merupakan penyampaian sebuah doaharapan yang baik kepada
si pengantin. Salah satu penyebab perubahan musik dalam upacara adat
perkawinan masyarakat Batak Toba ialah modernisasi. Modernisasi suatu masyarakat merupakan suatu poses transformasi yang meliputi segala
aspek kehidupan. Dilihat dari segi kebudayaan, modernisasi dapat diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagian warga
masyarakat yang disebabkan oleh adanya kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman masa kini. Perkembangan zaman
mempengaruhi terjadinya perubahan dalam setiap bagian upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba.
Masyarakat Batak Toba adalah masyarakat adat yang secara berkelanjutan mengalami perubahan diberbagai aspek kehidupan.
Perubahan sosial mendorong perubahan produk kebudayaannya yang tidak saja dalam lingkup konsep atau gagasan tetapi juga dalam bentuk-bentuk
17 yang lebih konkrit dan visual. Dampak perubahan sosial ini
mengakibatkan adanya nilai-nilai tradisi yang tetap berlanjut dan bertambah.
Zaman yang semakin maju dan berkembang dapat mempengaruhi keberlanjutan musik tradisi menjadi semakin berkembang atau semakin
menghilang, seperti yang terjadi pada masyarakat Batak Toba yang ada di Kota Medan.
Alat musik yang di gunakan pada saat upacara pernikahan telah mengalami perkembangan yang pesat tanpa menghilangkan nilai
tradisinya, masuknya alat musik modern kedalam musik penikahan menjadi kesatuan yang kompleks dengan alat musik tradisi pada musik
perkawinan adat Batak Toba di kota Medan. Berhubungan dengan hal tersebut, khususnya pada masyarakat Batak Toba di kota Medan
pelaksanaan upacara adat seperti upacara perkawinan, dalam pengamatan sementara penulis pada peristiwa budaya, musik sebagai kelengkapan adat
perkawinan penyajiannya telah menggabungkan alat musik barat dengan alat musik tradisional. Alat musik barat yang digunakan dalam upacara
adat perkawinan tersebut pada umumnya adalah alat musik keyboard, saxophone, ataupun terompet. Keyboard merupakan salah satu alat musik
yang multifungsi, dimana praktisi atau pemain keyboard tersebut menggunakan fitur-fitur yang ada didalamnya untuk memprogram atau
menciptakan irama musik yang dibutuhkan, demikian juga dengan saxophone ataupun terompet. Alat musik keyboard dan saxophone ataupun
terompet tersebut tidak dimainkan bersama alat musik modern saja, akan
18 tetapi digabungkan dengan alat musik tradisional, yaitu taganing, sulim,
sarune, maupun hesek. Melalui pengamatan penulis juga pada setiap upacara adat
perkawinan, musik yang digunakan selalu berbeda-beda. Ada yang menggunakan sulim, keyboard, taganing, ada juga yang menggunakan
musik uning-uningan. Namun semuanya itu, musik perkawinan di kota medan telah mengalami percampuran dengan alat musik modern.
Muisk tiup atau musik uning-uningan pada upacara adat perkawinan Batak Toba di kota medan disajikan untuk mengiringi upacara
adat. Upacara adat yang dilaksanakan pada pesta perkawinan adalah manortor, sehingga penyajian alat musik sangat berperan sebagai
pengiring tor-tor atau sebagai media menyampaikan pesan antar tamu adat. Ada empat judul gondang yang disajikan didalam mengiringi upacara
adat yang dilaksanakan, yaitu gondang mula-mula, gondang somba- somba, gondang elek-elek dan gondang hasahatan. Makna dari ke empat
gondang tersebut adalah sebagai sarana untuk menyembah hula-hula, mangelek boru, dan dipercayai dapat memberi kemakmuran bagi yang
melaksanakan upacara adat. Dengan demikian, penulis lebih tertarik untuk mengakaji lebih
dalam lagi mengenai perubahan dan kontinuitas yang terjadi dalam musik perkawinan di Kota Medan dan fungsi dari musik perkawinan itu sendiri.
Maka dari itu, berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengangkat penelitian ini menjadi sebuah tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi dengan
memberi judul: “Musik Pada Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di Kota Medan: Kajian Fungsi, Kontinuitas, dan Perubahan.”
19
1.2 Pokok Permasalahan