Fungsi Sosial Musik Populer Dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Batak Toba Di Binjai

(1)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : St.T.H Sihombing

Alamat : Jalan Soekarno-hatta, Binjai Umur : 66 Tahun

Pekerjaan : Pensiunan Pegawai Negeri Sipil 2. Nama : Antro Sinaga

Alamat : Jalan Soekarno-hatta, No. 34 Binjai Umur : 41 Tahun

Pekerjaan : Guru di SMK N 11 Medan 3. Nama : Pardamean Aritonang

Alamat : Jalan Tanah Tinggi, Binjai Umur : 27 Tahun


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Purba , Mauly dan Pasaribu, Ben dalam buku “ musik populer” pada buku pelajaran kesenian nusantara, Universitas HKBP Nomensen. Tahun 2006.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Koentjaraningrat, 1985. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat (ed), 1997. Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta:Gramedia

Moleong, J Lexy, 2000. Penelitian Metodologi Kualitatif, Jakarta, ..

Rosda Karya.

Nettle, Bruno. 1964. Theory and Method Of Ethnomusicology. New York: The Free Press-A Division Old Mc Milan publishing, Co, Inc.

Purba, Dermawan. 1992. Ensiklopedia Musik, Jilid I. Medan

Purba, Mauly. 2000. “Gereja dan Adat: Kasus Gondang Sabangunan dan Tortor,” dalam Indonesian Jurnal of Social and Cultural Antropology Thn XXIV No 62. hal 25-41.

DAFTAR WEB


(3)

BAB III

MUSIK POPULER :

SEJARAH , GAYA MUSIK, DAN KONTEKS PENGGUNAAN

3.1 Musik Populer

Musik populer adalah jenis musik yang bersifat hiburan karena melodi, harmoni, dan ritmenya sangat cepat diterima dan disukai banyak pendengar. Dalam sistem pemasaran dan penyebarannya, musik populer berkembang melalui media sosial seperti vcd, tv, radio dan juga internet yang berada di mancanegara dan di Indonesia. Musik populer juga banyak sekali mempunyai berbagai jenis repertoar, seperti yang sudah banyak berkembang di Indonesia yaitu pop Indonesia, pop daerah, keroncong, campur sari, dan yang berkembang di mancanegara yaitu rock, rap, reagge, jazz, blues, pop, punk, dan disco. Di Indonesia perkembangan musik populer memiliki banyak keanekaragaman. Itu terjadi akibat perkembangan musik, baik dari penciptaan lagu-lagu baru, penemuan gaya yang unik dan cara pembawaan, baik vokal maupun instrumen yang sangat khas ( Purba (2006) Musik Populer. Jakarta : Buku Pelajaran Kesenian Nusantara).

Perkembangan musik populer juga sejalan dengan perkembangan teknologi, seperti penemuan mikrofon dan perangkat elektronik penangkap bunyi (pick-up dan contact microphone) yang berfungsi sebagai pengeras suara dan pemroses kualitas suara. Karena itu, penyanyi dan permainan musik insrumen musik akustik dapat melakukan pertunjukan di tempat terbuka untuk penonton yang lebih luas. Dari segi lain, radio, televisi, surat kabar, majalah, hp, kaset, rekaman, internet, dll. adalah teknologi yang juga membuat dunia musik populer berkembang.


(4)

3.2 Beberapa Gaya Musik Populer di Indonesia

Dalam gaya musik atau yang disebut dengan style (rock, dangdut, blues, reagge, keroncong, pop, dll) setiap jenis musik populer memiliki ciri khas dalam instumentasi, genre, teknik memainkan, gaya panggung, dan warna suara cara menyanyikannya. Oleh karena itu, kita seringkali dapat membedakan jenis musik hanya dengan melihat instrumentasi, genre, dan mendengarkan cara menyanyikannya.

Dalam bernyanyi jika ditinjau dari jumlah penyanyi, kelompok penyanyi dalam penyajian musik populer bervariasi. Jika penyanyinya hanya satu orang disebut solo. Bentuk penyajian solo sangat umum dalam musik populer. Namun jika penyanyinya dua orang disebut duet, atau tiga orang penyanyi disebut trio, empat orang penyanyi disebut quartet, lima quintet, enam sextet, tujuh septet, delapan octet, dan sembilan nonet. Jika jumlah penyanyinya lebih dari sembilan orang disebut paduan suara atau koor (choir). Mereka kadang-kadang menyanyi dengan iringan alat musik. Namun bisa juga mereka hanya bernyanyi rampak (a cappella), tanpa iringan alat-alat musik.

Hampir semua ragam musik populer mancanegara bisa hadir dalam kancah musik populer di Indonesia, sebagai dampak semakin mudahnya penyebaran musik populer. Namun tidak semua ragam musik populer itu digemari oleh banyak lapisan masyarakat. Ada yang hanya diminati dalam kurun waktu tertentu saja, dan ada yang dibuat untuk mengikuti keinginan kalangan pendengar atau penonton tertabatas atau komunitas khusus, seperti musik cha-cha, rumba, tango, rock, ska, blues, reggae, rap, punk, hip-hop, hustle, disco, funky, country dan sebagainya.

Munculnya berbagai ragam musik populer ikut memberi warna perkembangan musik di Indonesia kendati dari segi jumlah penggemar, baik penonton maupun pendengar, bervariasi antara satu dengan lainnya. Di antara jenis musik populer yang ada di Indonesia,


(5)

barangkali yang paling menonjol adalah musik populer Barat, pop Indonesia (nasional), pop daerah, dangdut (nasional), dan dangdut daerah (regional).

Musik populer Barat dan musik populer Indonesia adalah contoh spesifik dari musik populer yang pernah dijelaskan sebelumnya. Keduanya merupakan musik yang dikemas untuk hiburan, dipasarkan dan disebarluaskan lewat media massa, dan hadir di mana-mana. Musik populer Barat pada dasarnya berkembang di wilayah kebudayaan Eropa, Amerika, dan Australia. Sementara musik populer Indonesia berkembang di wilayah kebudayaan Indonesia. Keduanya menggunakan bahasa yang dipakai di wilayah masing-masing.

Musik barat lebih dulu berkembang dan pengaruhnya terhadap musik populer Indonesia, bahkan terhadap musik populer dunia tidak dapat diabaikan. Pengaruh yang ditularkan lewat media massa dan teknologi sangat kental terasa dalam musik populer Indonesia, baik unsur musikalnya (tangga nada diatonis, melodi atau lagu, harmoni, ritme, timbre, bentuk lagu, dan sebagainnya), maupun instrumentasi, tema lirik, dan teknik-teknik pertunjukannya dan itu sudah berkembang di Indonesia.

Dalam musik di Indonesia, disamping istilah populer (yang sudah dijelaskan sebelumnya), ada tiga istilah lain yang perlu diperhatikan, yaitu : daerah (regional), tradisional, dan nasional.

Seperti musik daerah (regional), musik daerah (regional) adalah Musik yang dari segi sejarah, bahasa, atau budaya berhubungan erat dengan suatu wilayah atau kelompok etnik tertentu di Indonesia. Musik daerah ini bisa merupakan musik populer atau musik tradisional, bergantung pada elemen-elemen dasar yang terkandung dalam musik tersebut serta cara musik tersebut disebarluaskan. Dan musik tradisional adalah segala jenis musik yang repertoar (kumpulan komposisi), susunan musik, idiom atau gaya, dan elemen-elemen dasar komposisinya pada umunya tidak diambil dari repertoar atau sistem musikal yang secara jelas


(6)

berasal dari luar Indonesia. Semua musik tradisioanal di Indonesia berakar pada salah satu atau beberapa suku atau wilayah tertentu di Indonesia.

Katagori ketiga adalah musik nasional, yaitu musik yang ditujukan pada semua orang Indonesia tanpa dikait-kaitkan dengan suatu wilayah atau etnis tertentu. Musik nasional menggunkan bahasa Indonesia, tidak merujuk kepada kesukuan dan kedaerahan, dan juga tidak menonjolkan unsur-unsur musikal yang hanya umum di suatu daerah.

3.2.1 Instrumentasi

Dalam menandai keragaman, salah satu yang terpenting pada musik populer adalah instrumen. Banyak jenis musik populer di Indonesia yang memiliki kekhasan dalam perangkat alat-alat musik. Baik jenis musik yang bersumber dari asli daerah, dan jenis musik populer yang mendapatkan pengaruh dari luar budayanya (luar tradisi setempat, maupun yang mengikuti jenis standar pop internasional). Dalam konteks itu, sebuah atau seperangkat instrumen musik seringkali menjadi penanda dan lebih ditonjolkan dari pada instrumen musik yang lain.

Dalam buku Purba (2006). Musik populer. Jakarta: Buku Pelajaran Kesenian Nusantara, penyajiannya musik populer terutama berfungsi sebagai pengiring penyanyi. Sebagai musik pengiring musik populer memiliki banyak variasi dalam formasi alat musiknya, baik alat musik akustik (tanpa menggunakan tenaga listrik) maupun elektrik (dengan menggunakan tenaga listrik). Secara sederhana formasi intrumentasi dapat dikatagorikan seperti berikut ini :

• Formasi alat musik tunggal. Alat ini terdiri atas sebuah gitar atau keyboard saja.


(7)

• Formasi dua alat musik. Kedua alat musik itu bisa merupakan alat musik melodis atau harmonis. Tetapi dalam peranannya alat musik yang satu memainkan melodi, sedangkan yang lainnya memainkan iringan harmoni. • Formasi tiga alat musik. Ketiga alat musik itu bisa merupakan instrumen

melodis atau harmonis. Namun seringkali ketiganya merupakan kombinasi dua instrumen melodis/harmonis dan sebuah alat ritmis (instrumen yang khusus digunakan untuk memainkan pola ritme), misalnya gendang atau instrumen perkusi lainnya.

• Formasi combo atau band. Sekarang ini formasi seperti ini seringkali terdiri dari satu atau dua gitar elektrik, satu bass elektrik, satu set drum dan dengan atau tanpa keyboard.

• Formasi big band. Formasi ini terdiri dari perangkat combo ditambahkan dengan beberapa alat musik tiup, minimal satu terompet, satu trombon dan satu saksofon. Selain itu, ditambahkan pula dengan seperangkat alat perkusi, misalnya conga, tamborin, bongo dan lain-lain.

• Formasi orkes. Formasi seperti ini terdiri dari sejumlah besar instrumen dalam kelompok alat-alat musik gesek (string section), kelompok alat-alat musik tiup (brass section dan horn section), serta kelompok alat-alat musik perkusi (percussion section) dengan atau tanpa combo. Biasanya formasi ini dipimpin oleh seorang pengaba (conductor).

Pada tahap awal teknologi musik elektronik ditemukan, instrumen keyboard yang disebut organ elektrik diciptakan. Instrumen ini dapat meniru bunyi alat musik melodis, misalnya suling logam (flute), terompet, saksofon, juga efek-efek bunyi dan sebagainya. Selanjutnya tercipta electon, alat musik keyboard yang dapat meniru bunyi alat musik dengan lebih banyak. Instrumen ini memiliki bilah-bilah yang ditekan dengan menggunakan jari


(8)

tangan dan kaki. Bilah-bilah yang ditekan dengan kaki menghasilkan kualitas suara rendah yang meniru bunyi bass. Intrumen itu juga disertai dengan program irama pengiring yang berbunyi secara otomatis, bersamaan dengan bunyi alat drum set, serta perkusi lainnya.

Salah satu perangkat teknologi yang paling banyak digunakan dalam musik populer adalah instrumen keyboard. Instrumen itu memiliki tuts atau kunci (chord). Instrumen ini masuk ke Indonesia sudah sejak lama. Beberapa instrumen tipe keyboard yang masuk melalui jalur pendidikan dan penyebaran agama Kristen atau katolik, antara lain piano dan orgel. Sementara itu yang masuk melalui jalur pengaruh seni pertunjukan, antara lain akordeon dan harmonium.

Perkembangan teknologi di bidang alat musik telah menghasilkan keyboard elektrik. Alat musik itu kemudian menjadi bagian penting dalam perkembangan musik populer dunia. Dalam pertunjukan musik di Indonesia , keyboard adalah alat musik favorit. Pertunjukannya disebut organ tunggal. Alat musik itu memberi warna yang khas, termasuk pada musik-musik pop daerah.

Keyboard adalah instrumen dengan susunan kunci yang ditata secara horizontal dan menghasilkan berbagai bunyi antara lain: piano, organ, klavikord, harpsikord, dan lain-lain. Alat musik ini karena penghasil utamanya adalah sinyal-sinyal elektrik maka lazim diklasifikasikan sebagai alat musik elektrofon. Dikatakan bahwa perkembangan baru sekarang keadaannya telah berubah menjadi sangat sempurna, bukan saja hanya sebagai instrumen tapi dilengkapi dengan pelbagai irama bunyi dan semua dapat diprogram secara komputerisasi. Keyboard dapat menghasilkan berbagai bunyi atau suara alat musik, meter, ritem, jenis musik, dengan menggunakan program-program yang ada. Adapun contoh jenis meter (tanda birama) yang ada pada keyboard, seperti 4/4, 3/4, 2/4. Sedangkan contoh jenis


(9)

pola ritem dapat kita lihat pada keyboard, seperti: Rhumba, Jazz, Waltz, Pop, Bosanova, Rock (Ensiklopedia Musik, Jilid I,1992: 285 dalam Dermawan Purba, 2003:80).

Pada zaman sekarang, keyboard sudah banyak digunakan untuk mengiringi upacara-upacara adat yang setempat. Contohnya peran keyboard pada kebudayaan masyarakat Batak Karo. Keyboard pada awalnya digabungkan dengan gendang lima sedalanen dengan cara memanfaatkan unsur-unsur ritmis yang terdapat di program musik (style musik dalam keyboard) untuk menambah nuansa musikal. Akulturasi dalam aspek seni musik ini direspon positif oleh banyak kalangan terutama generasi muda yang sering melaksanakan gendang guro-guro aron.3

Hal yang hampir sama juga terjadi pada masyarakat Simalungun. Salah satu unsur asing yang masuk atau diadopsi oleh masyarakat Simalungun adalah musik keyboard. Genre musik ini menggunakan alat musik utamanya adalah keyboard ditambah drum, cymbal, dan gitar. Musik keyboard ini kemudian dikolaborasikan dengan gonrang sehingga mereka mulai gunakan dalam berbagai upacara adat mereka seperti upacara sayur matua. Secara umum mereka menerima karena lagu-lagu yang dimainkan hampir sama dengan ensambel musik tiup dan jenis-jenis repertoar gonrang sipitu-pitu. Selain itu musik keyboard ini mampu membawakan lagu-lagu rakyat Simalungun dan lagu dari daerah-daerah lain seperti lagu-lagu dari daerah Karo, Mandailing, Melayu, Ambon, lagu-lagu Barat, dan lagu-lagu Gerejawi.4

Di dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba, khususnya di kota Binjai, keyboard juga digunakan pada upacara adat dan dikolaborasikan dengan musik tradisional Batak Toba seperti seruling, sarune, tagading, dan penggabungan instrument ini sering disebuat oleh

3Baca skripsi Agus Tarigan yang berjudul “Penggunaan dan Fungsi Gendang Keyboard dalam Gendang

Guro-Guro Aron di Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.”

4

Baca skripsi Roseflin Manurung yang berjudul “Pengaruh Musik Keyboard Terhadap Gonrang Sipitu-pitu dalam Upacara Kematian Sayur Matua di desa Sarimatondang Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun.”


(10)

masyarakat kota Binjai adalah musik tiup. Dan sering digunakan salah dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba sekarang ini.

3.3 Berbagai Konteks Penggunaan Musik Populer Dalam Kehidupan Masyarakat Umum

Dalam perkembangan musik populer, penggunaanya sudah sangat umum bagi masyarakat di mancanegara maupun di Indonesia, dan musik populer banyak digunakan sebagai hiburan misalnya konser musik yang sering diadakan di negara barat dan musik populer juga banyak digunakan ditempat hiburan seperti cafe dan restaurant yang berada dan digunakan di seluruh tempat kota-kota besar, seperti dalam acara konser musik yang pasti menggunakan musik populer dalam acara tersebut, dari segi lagu, instrumen, dan menjual tiket dalam konser tersebut. Dengan perkembangan musik populer yang sudah menyebar di seluruh penjuru dunia, musik populer sudah sangat umum di kehidupan masyarakat yang dapat mereka nikmati di seluruh tempat-tempat hiburan.

3.4 Penggunaan Musik Populer dalam Upacara Adat Masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara

Dengan berkembangnnya musik populer, musik populer juga sangat mempengaruhi di kehidupan suku-suku yang berada di Indonesia, terkhususnya suku Batak Toba. Dalam konteks ini, perkembangan musik populer di suku Batak Toba berbeda dengan perkembangannya secara umum, yang pada awalnya masyarakat umum menganggap musik populer adalah musik hiburan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Karena pada konteks ini musik populer sudah berkembang di kegiatan adat istiadat masyarakat Batak Toba yang mempengaruhi tata cara kehidupan sosial masyarakat Batak Toba.


(11)

Pada awal tahun 1860-an, Dr.I.L. Nomensen, missionaris Jerman yang terafiliasi dengan organisasi Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) yang berasa dari Wupertal, Jerman, berhasil mengakhiri sistem kepercayaan orang Batak Toba. Sejak 1860-an hingga 1940-an, Nommensen berhasil “meng-Kristenkan” sejumlah besar orang Batak yang semula adalah penganut kepercayaan leluhur Batak Toba.

Bersama dengan pemerintahan kolonial Belanda yang menjajah Indonesia pada era tersebut, Nommensen berhasil mengembangkan sistem pendidikan yang berbasis kebudayaan Barat di Tanah Batak. Mengikuti keberhasilan tersebut adalah kemajuan di bidang pendidikan yang selanjutnya mendorong perkembangan agama Kristen dan institusi gereja di kalangan masyarakat tersebut. Sementara memperkenalkan nilai-nilai kehidupan sosial yang baru, yaitu yang didasarkan pada ajaran iman Kristen, institusi gereja juga mencari cara untuk mengeliminasi materi maupun nilai-nilai kebudayaan tradisionil yang tidak sejalan dengan ajaran iman Kristen, termasuk tradisi gondang sabangunan dan tortor bagian dari adat yang kadar hasipelebeguan-nya sangat kental, dan juga sejumlah upacara ritual yang tidak ditolerir dengan ajaran iman Kristen ( Purba (2014) “musik tiup dan upacara adat”)

Sejalan dengan perkembangan zaman, terlebih-lebih sesudah meluasnya pengaruh Kristen dan kebudayaan Barat lainnya, maka banyak tradisi yang ada di dalam konteks adat kecuali dalam konteks upacara kepercayaan sudah tidak dilaksanakan lagi dengan alasan karena tidak sesuai lagi dengan prinsip dan ide yang ada di dalam ajaran iman Kristen, maka dalam konteks penggunaan gondang di dalam upacara adat masyarakat Batak Toba sangat jelas adanya suatu perubahan. Namun, tanpa musik gondang maka upacara adat akan sepi, karena setiap interaksi dalam kegiatan upacara adat selalu diiringi gondang. Inilah yang mendorong masyarakat Batak Toba, khususnya yang di kota Binjai, untuk memilih dan mendorong penggunaan musik yang berbeda.


(12)

Maka dalam jenis musik yang paling sesuai dan yang kelihatannya tidak bertentangan dengan iman Kristen adalah jenis musik yang sering digunakan di kebaktian gereja karena masyarakat Batak Toba tidak merasa asing lagi untuk mendengarkannya dan tangga nadanya menggunakan tangga nada diatonis yang sama digunakan dalam musik populer, seperti organ atau ensambel musik tiup yang juga sudah digunakan di dalam kebaktian gereja oleh missinoaris Jerman pada penyebaran agama Kristen.

Sebenarnya ensambel musik tiup bukanlah genre musik yang baru dalam konteks penyebaran musik dikalangan orang Batak Toba. Format ensambel ini sebenarnya berawal dari diperkenalkannya ensambel brass band, yaitu ensambel musik tiup yang semua instrumennya terdiri dari alat musik tiup logam oleh para missionaris Jerman di periode awal berkembangnya agama Kristen di Tanah Batak. Format ensambel musik tiup tersebut ternyata menarik bagi banyak masyarakat Batak Toba dan menjadi musik iringan yang disukai di kebaktian-kebaktian gereja di kalangan suku Batak Toba.

Perkembangan musik tiup sangat pula didukung oleh perkembangan teknologi di bidang musik, hingga musik tiup/musik keyboard sudah ditampilkan dengan instrumen brass band, keyboard, drum dan electrik bass, dan penggunaan sound system. Ini jelas memunculkan warna dan idiom baru di dalam musik yang dimainkan.

Di Sumatera Utara seperti di kota Medan, penggunaan musik populer tersebut sudah memasuki dan sangat berpengaruh di upacara adat masyarakat Batak Toba, terkhususnya dalam konteks upacara adat perkawinan Batak Toba, bukan hanya penggunaan musik tiup, genre dan repertoar musik populer juga digunakan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba di kota Medan dan sudah berkembang di kota kota besar di Sumatera Utara seperti P. Siantar, Balige dan termasuk kota Binjai yang sudah berkembangnya musik populer dikalangan masyarakat Batak Toba, hingga kegiatan upacara adat masyarakat Batak Toba di


(13)

Binjai sudah menggunakan musik populer dalam menjalani kegiatan upacara adat masyarakat Batak Toba di kota Binjai terkhusus dalam upacara perkawinan (pangoli anak/pangoli boru).

Dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan, pemusik yang kita kenal dengan istilah “pargoci” sangatlah berpengaruh dalam pemilihan lagu, dan kebanyakan juga pemusik (pargoci) lebih memilih penggunaan musik populer dalam upacara adat perkawinan, itu dikarenakan kurangnya mengetahui repertoar dari gondang sabangunan. Bukan hanya secara instrumentasi, penggunaan genre dan repertoar musik populer juga digunakan disaat acara adat perkawinan tersebut. Dalam kegiatan upacara adat perkawinan tersebut, pihak pelaksana upacara adat perkawinan dan undangan yang menjalani kegiatan tersebut, mereka juga lebih sering meminta jenis repertoar musik populer ketimbang repertoar gondang sabangunan, yang membuat pemusik mau tidak mau untuk memainkan musik yang diinginkan pelaksana pesta dan undangan.

3.4.1 Musik Populer dalam Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di kota Binjai

Sejak tahun 90an musik populer sudah digunakan dalam pelaksanaan upacara adat Batak Toba di Binjai. Dalam konteks upacara adat Batak Toba terkhususnya upacara adat perkawinan Batak Toba. Hingga saat ini, musik populer dalam ensambel musik tiup/musik keyboard sekarang sudah lazim digunakan dalam upacara adat perkawinan pada masyarakat Batak Toba di kota Binjai.

Masyarakat Batak Toba di kota Binjai, dewasa ini. Lebih menggemari musik populer dalam melaksanakan upacara adat Batak Toba terkhusus dalam konteks upacara perkawianan, alasan pertama mereka adalah karena dengan memanggil musik tiup/musik keyboard lebih menghemat biaya dari pada mengadakan ensambel gondang sabangunan karena menurut pandangan mereka mengadakan ensambel gondang sabangunan terkesan lebih khusus dan lebih mahal dari pada musik tiup/musik keyboard dalam upacara adat


(14)

tersebut, dan alasan kedua adalah dengan adanya musik tiup/musik keyboard dalam upacara perkawinan tersebut, pelaksana pesta dan para undangan lebih mudah untuk meminta lagu pop batak, pop indonesia yang berasal dari repertoar musik populer, dan alasan mereka yang terakhir adalah dengan adanya musik tiup/musik keyboard upacara adat perkawinan tersebut lebih meriah dan berkelas dari pada mengundang ensambel gondang sabangunan yang bersifat lebih monoton dari musik tiup/musik keyboard.

Dalam musik tiup format instrumen musikalnya bukanlah suatu format atau formasi yang mutlak. Ternyata, di berbagai tempat (lokasi penelitian) atau gedung pernikahan yang masyarakat Batak Toba di kota Binjai menyebut wisma, jumlah dan jenis instrumen yang digunakan di dalam ensambel musik tiup selalu bervariasi dari waktu ke waktu. Ada kalanya formasi suatu ensambel tergantung pada ketersediaan musisi gondang (pargonsi), dan ada kalanya pula formasi instrumen tergantung apa yang diinginkan penyelenggara upacara perkawinan yang menanggap kelompok pemusik tersebut.

Di kota Binjai terdapat pemahaman yang berbeda-beda tentang ensambel musik tiup. Sebagaian memahami musik tiup sebagai ensambel musik yang format alat musiknnya terdiri dari instrumen-instrumen yang ditiup seperti trumpet, alto saxophone, tenor saxophone, trombone, tuba, ditambah satu unit bass drum atau snare drum. Kecuali tuba dan drum, instrumen tiup yang disebutkan lainnya bisa saja terdiri dari satu atau dua unit, tergantung dari alat musik dan musisi yang tersedia. Di sisi lain, ada yang memahami musik tiup sebagai ensambel musik yang menggabungkan instrumen gitar elektrik, bass elektrik, sebuah elektric keyboard, dan satu unti drum kit dengan satu atau lebih alat musik tiup logam, seperti trumpet atau saxohpone. Ada juga yang memahami ensambel musik tiup sebagai ensambel musik yang formasi intrumentasinya terdiri dari keyboard, trumpet, saxohpone, trombone, drum kit, electric guitar bass, electic lead guitar digabungkan dengan instrumen musik


(15)

tradisional Batak Toba, yaitu taganing, hasapi dan sulim yang disajikan dengan perlengkapan amplifikasi suara.

Tabel 3.1 : Variasi Formasi Instrumen dalam Ensambel Musik Tiup.

Formasi 1 Formasi 2 Formasi 3 Formasi 4 Formasi 5 Formasi 6

Trumpet Alto sax Trombone Tenor sax Saxophone Tuba Bass drum Snare drum Keyboard Drum kit Elect. Bass Elect. Guitar Trumpet Alto sax Taganing Hasapi Keyboard Elect.bass Sulim Trumpet saxophone Taganing Keyboard Sulim Trumpet Keyboard Sulim Taganing Tam-tam Keyboard Sulim Saxophone

( sumber : Purba (2014) “musik tiup dan upacara adat” )

Oleh sebab itu, istilah ‘musik tiup’ sebaiknya dipahami dengan memperhatikan konteksnya. Artinya, harus dipahami bahwa istilah itu muncul sebagai suatu istilah yang membedakan ensambel tersebut dari ensambel musik tradisi gondang sabangunan atau pun gondang hasapi. Memang berbagai istilah bermunculan dengan pemahaman masyarakat Batak Toba terkhususnya masyarakat Batak Toba di kota Binjai atau pun para musisi. Misalnya, ada juga istilah kisulte, yang merupakan singkatan dari keyboard, sulim dan trumpet. Ada juga yang menamakan ensambel ini sebagai keyboard-sulim, atau hanya menyebutnya ‘musik keyboard’, kendati di dalam ensambel tersebut terdapat instrumen di dalam ensambel yang dikenal dengan nama ‘musik tiup’ atau ‘keyboard sulim’ atau ‘musik keyboard’, juga di dalam ensambel tersebut terdapat instrumen musikal lainnya. Dengan istilah “musik tiup”, musik tiup adalah bagian dari musik populer, karena musik tiup memakai tangga nada diatonis dan secara instrumentasi, beberapa instumen di dalam ensambel musik tiup adalah bagian dari instrumen musik populer. Kombinasi beberapa instrumen di dalam ensambel yang dikenal dengan nama ‘musik tiup’ atau ‘musik’ atau


(16)

‘keyboard sulim’ atau ‘musik keyboard’ (dapat dilihat pada Tabel 3.1 di halaman 13) . Hingga saat ini, terkhususnya di kota Binjai, masyarakat Batak Toba sudah memasukan musik tiup/musik keyboard dalam kegiatan-kegiatan upacara adat pangoli anak/pangoli boru dan upacara adat saur matua/sari matua.

3.5 Repertoar Musik Populer dalam Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di Binjai

Banyaknya ragam jenis genre musik populer sudah berkembang dikalangan masyarakat Batak Toba di kota Binjai, seperti : cha-cha, rumba, pop dan lain lain yang sudah masuk di upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba di kota Binjai.

Hingga dengan banyak pencipta lagu yang menciptakan musik dan lagu dengan beragam genre musik populer, Batak Toba juga mempunyai repertoar sendiri yaitu Pop Batak. Pop Batak adalah jenis musik daerah ( regional ) yang sifatnya memakai bahasa Batak Toba, menceritakan sejarah, budaya dan wilayah Batak Toba.

Terkhusus dalam konteks upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba, pop batak juga sudah sering digunakan dalam upacara adat tersebut. Lagu pop batak yang sering dinyanyikan dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba adalah “borhat ma dainang” , “anakhonhi do hamoraon di au” dan lain lain. Banyak arti dan maksud tertentu dalam menyanyikan lagu pop batak, ada yang mengungkapkan rasa gembira dan senang, ada juga mengungkapkan rasa sedih dan nasehat orang tua terhadap anak/boru nya yang menikah pada upacara adat tersebut, seperti lagu “borhat ma dainang” yang sering dinyanyikan disaat orang tua pihak perempuan memberikan ulos hela pada saat upacara adat perkawinan tersebut, ada juga sebagian dari pelaksana upacara adat perkawinan yang meminta lagu rohani yang bagian dari sub musik populer dan ada juga sebagian yang mengerti dan meminta lagu dari repertoar gondang sabangunan walaupun instrumen pengiringnya adalah musik populer.


(17)

Penggunaan repertoar pop batak tidak terlepas dari instrument musik populer yaitu keyboard. Dalam musik pengiring di upacara adat perkawinan Batak Toba, ensambel hasapi, seruling dan alat tradisional Batak Toba lainnya juga ikut berperan dalam mengiringi lagu pop batak dan juga sering dikolaborasikan dengan instrument keyboard seperti yang dijelaskan sebelumnya di Tabel 3.1 (variasi formasi instrumen dalam ensambel musik tiup pada halaman 13).

Hingga saat ini, penggunaan musik populer di upacara adat perkawinan Batak Toba memunculkan pemikiran dan pendapat sendiri dari setiap masyarakat Batak Toba di kota Binjai. Masyarakat Batak Toba di kota Binjai yang beranggapan bahwa mereka merasa upacara adat perkawinan tersebut tidak sah bila tidak menggunakan musik populer dalam upacara tersebut5, ada juga yang beranggapan mereka merasa dengan menggunakan musik populer terbebas dari hukum gereja tetapi tidak mengurangi musik tradisional dan adat istiadat di upacara perkawinan tersebut, dan mereka merasa dengan menggunakan musik populer mereka orang batak modern yang gaya hidupnya sudah tinggi6

Dan ada juga sebagian masyarakat Batak Toba di kota Binjai yang mempunyai pendapat yang berbeda, mereka mempunyai kerinduan untuk mengenal kembali lebih jauh tentang musik tradisi dan menggunakan ensambel gondang sabangunan tanpa adanya penggunaan musik populer dalam melaksanakan kegiatan upacara adat Batak Toba

.

7

Tetapi dengan banyaknya timbul pendapat masyarakat Batak Toba di kota Binjai yang berbeda-beda. Dewasa ini, penggunaan musik populer di upacara adat perkawinan masih tetap digunakan dalam acara adat perkawinan, seperti lagu “borhat ma dainang” dan “anakhonhi do hamoraon di au” yang sering dinyanyikan di acara adat perkawinan Batak

.

5 wawancara : salah satu undangan acara adat perkawinan, 20 september 2015 6

wawancara : salah satu pemainmusik di acara adat perkawinan, 13 oktober 2015


(18)

Toba. Dengan seringnya lagu ini dinyanyikan terjadilah pertanyaan, mengapa orang Batak Toba senang sekali menyanyikan lagu ini? dan apa alasan mereka menggunakan musik populer dalam upacara adat perkawinan Batak Toba? , pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadi bahan diskusi pertama pada Bab berikut skripsi ini.


(19)

BAB IV

FUNGSI SOSIAL MUSIK POPULER DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI BINJAI

Masyarakat Batak Toba di kota Binjai. Dewasa ini, lebih menggemari musik populer dalam melaksanakan upacara adat Batak Toba terkhusus dalam konteks upacara perkawinan. Alasan pertama mereka adalah, bahwa dengan memanggil musik tiup/uning-uningan lebih menghemat biaya dari pada menggunakan ensambel gondang sabangunan, karena dalam wawancara peneliti terhadap salah satu pemain musik di pesta upacara adat Batak Toba harga penyewaan gondang sabangunan beserta pemainnya berkisar Rp.3.500.000 dan harga penyewaan musik tiup/uningan-uningan berkisar Rp.1.700.000 untuk penyewaan di pesta upacara adat perkawinan Batak Toba, dengan perbandingan harga musik tiup/uning-uningan yang lebih murah, masyarakat Batak Toba di Binjai lebih memilih menggunakan musik tiup dalam upacara adat perkawinan Batak Toba tersebut. Menurut pengamatan peneliti salah satu alasan mahalnya penyewaan gondang sabangunan karena pemainnya berasal dari luar kota Binjai, karena pemain musik pesta upacara adat Batak Toba di kota Binjai belum ada yang bisa menguasai ensambel gondang sabangunan dan repertoar gondang sabangunan tersebut, itu yang menyebabkan harus memanggil pemain gondang sabangunan dari luar kota Binjai. Dan salah satu menurut pandangan mereka, dengan mengadakan ensambel gondang sabangunan terkesan lebih khusus, dalam arti kata menggunakan musik tiup/uning-uningan lebih simple dari pada menggunakan gondang sabangunan, karena dengan menggunakan gondang sabangunan ada ritual adat khusus yang dijalankan dalam upacara adat tersebut. Alasan kedua adalah musik populer atau musik tiup/uning-uningan dalam upacara perkawinan tersebut lebih “merakyat”, dimana lagu-lagu yang diminta mereka kepada pargonsi adalah lagu-lagu yang uptodate seperti di dalam lagu pop batak, lagu pop indonesia


(20)

yang berasal dari repertoar musik populer dan juga lagu-lagu musik populer yang sering dinyanyikan di pesta upacara adat perkawinan Batak Toba di kota Binjai, tidak seperti menggunakan gondang sabangunan yang tidak bisa mengiringi musik populer dalam upacara adat perkawinan tersebut, itulah yang memberi peluang terhadap pelaksana dan undangan pesta upacara adat tersebut untuk meminta lagu-lagu dari musik populer. Alasan ketiga adalah bahwa penggunaan musik tiup/uning-uningan upacara adat perkawinan tersebut sudah menjadi gaya hidup masyarakat Batak Toba di kota Binjai dalam melaksanakan upacara adat Batak Toba terkhsusnya di upacara adat perkawinan Batak Toba, hal tersebutlah yang membuat masyarakat Batak Toba merasa lebih modren dan tidak ketinggalan zaman bila menggunakan musik tiup/uning-uningan di upacara adat perkawinan tersebut di kota Binjai.

Dimasyarakat Batak Toba, keyboard juga digunakan pada upacara adat, salah satunya upacara perkawinan masyarakat Batak Toba sekarang ini. Pada upacara pernikahan tersebut, keyboard digunakan sebagai pengiring tari dan nyanyian dan biasanya sudah dikolaborasikan di dalam ensambel musik tiup/uning-uningan. Hal ini dapat dilihat didalam rangkaian upacara perkawinan Batak Toba.

4.1Tahapan Upacara Pesta Adat Perkawinan Batak Toba di kota Binjai 4.1.1 Marsibuha-buhai

Upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba di kota Binjai, mempunyai tahapan yang harus dilalui dalam adat istadatnya. Dalam urutan acara pesta adat perkawinan Batak Toba yang pertama adalahmarsibuha-buhai8

8

Marsibuha-buhai berasal dari kata “Buha” yaitu mula atau mengawali dari acara pemberkatan perkawinan dan

acara meru njuk (pesta adat).

yang dilaksanakan di pagi hari sebelumpemberkatan/catatan sipil/pesta adat, acara dimulai dengan penjemputan pihak mempelai pria kerumah mempelai wanita, disertai dengan makan pagi bersama.


(21)

Gambar 2 Masrsibuha-buhai di rumah suhut parboru(pihak pengantin wanita)


(22)

Setelah itu, salah satu dari pihak mewakili suhut9

4.1.2 Pemberkatan Perkawinan di Gereja

diunjuk untuk memimpin doa dalam acara masrsibuha-buhai tersebut, sebelum mereka bersama-sama berangkat untuk menjalankan permberkatan perkawinan di gereja. Dalam doa tersebut, mereka meminta kepada Tuhan agar kelangsungan pesta pernikahan dapat berjalan dengan lancar hingga selesai acara dan tidak mendapatkan musibah dalam keberlangsungan acara perkawinan tersebut. Menurut pengamatan peneliti, dalam acara ini tidak ada kegiatan bernyanyi maupun bermain musik.

Setelah acara marsibuha-buhai di rumah pengantin wanita, kedua mempelai, orangtua dan beserta saudara bersama-sama berangakat menuju tempat berlangsungnya pemberkataan perkawinan di gereja, selanjutnya pengantin memasuki gereja untuk pemberkatan perkawinan secara kristen protestan, dalam acara ini sebelum pengantin memasuki gereja, secara bersamaan pengantin, pendeta dan beserta keluarga memasuki prosesi gereja dengan iringan musik intrument dengan lagu “wonderful day” salah satu repertoar musik populer.

Gambar 4 : Acara prosesi Pengantin memasuki Gereja


(23)

Dalam pengamatan peneliti, lagu ini dipilih karena menceritakan keindahan dan hari-hari yang penuh keajaiban dalam kehidupan, lagu ini diiringi oleh keyboard pada acara prosesi tersebut, setelah acara prosesi selesai, memasuki acara pemberkatan kedua mempelai yang dibawakan oleh pendeta gereja tersebut, dalam acara pemberkatan ini ada beberapa lagu pernikahan yang diambil dari buku nyanyian kidung jemaat, salah satunya yang berjudul “Hari ini Tuhan Berkati”, “Ku Berbahagia” dan “Sukacita Hatiku”, beberapa lagu rohani ini sering sekali digunakan dalam pemberkatan perkawinan di gereja dan diiringi dengan intrument keyboard yang dari bagian intrument musik populer.

Gambar 5 : Acara Pemberkatan Di Gereja

Dalam wawancara peneliti kepada pendeta yang menyusun tertib acara pemberkatan di gereja tersebut, alasan pendeta memilih lagu-lagu ini karena lagu-lagu yang dinyanyikan memberikan makna yang baik dan nasehat-nasehat secara kekristenan dalam membangun keluarga yang baru terhadap pendengar, dan terkhususnya kedua pengantin yang telah diberkati dalam acara tersebut, dan syair-syair dalam lagu tersebut sangat cocok dinyanyikan dalam acara pemberkatan perkawinan di gereja. Dan alasan lain dalam wawancara peneliti


(24)

kepada pendeta disaat memilih beberapa lagu, seperti lagu “Ku Berbahagia” dan “Sukacita Hatiku” adalah karena dengan menyanyikan lagu ini akan menjadi ‘jembatan’ para jemaat, pihak keluarga dan kedua pengantin untuk lebih mengucap syukur terhadap Tuhan dan bersuka cita dihari yang penuh dengan berkat, terkhususnya disaat hari acara pemberkatan perkawinan di gereja tersebut. Menurut pengamatan peneliti di acara pemberkatan tersebut, lagu-lagu yang dinyanyikan dalam pemberkatan di gereja adalah dari repertoar musik populer, yang mempunyai tangga nada diatonis, dan juga diiringi oleh keyboard yang berasal dari instrument musik populer.

4.1.3 Pesta Upacara Adat Perkawinan

Setelah pemberkatan, pengantin, pihak keluarga dan undangan bersama-sama berangkat ke gedung (wisma) untuk melaksanakan upacara adat perkawinan Batak Toba, sebelum melaksanakan upacara adat Batak Toba dan memasuki gedung (wisma), raja parhata10dari pihak perempuan meminta semua dongan tubu/semaraganya bersiap untuk menyambut dan menerima kedatangan rombongan hula-hula dan tulang dari kedua belah pihak (pihak pengantin perempuan dan pihak pengantin pria).

Gambar 6 : Acara Prosesi memasuki Gedung Upacara Adat Perkawinan

10

Raja Parhata adalah juru bicara adat istiadat masing-masing suhut, yang ditetapkan oleh masing-masng pihak hasuhuton.


(25)

Setelah hula-hula11 mengatakan mereka sudah siap untuk masuk, raja parhata meminta gondang tomu-tomu(yang dari kumpulan repertoar gondang sabangunan) kepada pemusik yang sudah bersiap untuk memainkan musik gondang, dan raja parhata mempersilakan masuk dengan menyebut satu persatu, hula-hula dan tulangnya secara berurutan sesuai urutan rombongan masuk nanti. Dalam pengamatan peneliti, gondang tomu tomu adalah lagu gondang dari repertoar gondang sabangunan yang sering diminta oleh raja parhata dalam memasuki prosesi gedung (wisma), dalam prosesi ini disaat diiringi musik gondang, para hula-hula dari pihak suhut parboru dan suhut paranak menari tor-tor dengan sangat berbahagia disaat memasuki gedung (wisma) dan bersalaman kepada pengantin dan pihak hasuhuton. Dalam memilih lagu gondang tersebut, hal ini menunjukan bahwa mereka memilih gondang tomu-tomu karena masih mengingat tradisi yang sudah biasa mereka lakukan sebelumnya, walaupun musik pengiring gondang tersebut diiringi oleh ensambel musik tiup/uning-uningan yang dari kelompok musik populer.

Gambar 7 : Pemain musik di Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di Binjai


(26)

Dalam pesta upacara adat perkawinan ini, formasi ansambel musik tiup terdiri dari alat-alat musik sebagai berikut: terompet, saxophone, trombone, bass tuba, keyboard, gitar, dan drum set. Untuk setiap grup musik, jumlah dan alat musiknya dapat bervariasi seperti yang dijelaskan sebelumnya di Bab III (halaman 13), dan Uning-uningan adalah alat musik tradisional Batak Toba yang dapat dimainkan secara tunggal (tidak dalam bentuk ansambel). Namun karena adanya perubahan, khususnya di kota Binjai, istilah uning-uningan digunakan untuk perpaduan beberapa alat musik yang dipakai dari gondang sabangunan, gondang hasapi dan musik tiup. Dari perpaduan tersebut, ansambel uning-uningan yang biasa digunakan di kota Binjai terdiri dari alat-alat musik sebagai berikut: sulim, satu set taganing dan gordang, hasapi, ogung, dan hesek. Namun uning-uningan ini sering juga dimainkan dengan menambah alat dari musik tiup seperti keyboard, trombone dan gitar bas. Namun, perpaduan alat-alat musik tersebut juga dapat berbeda-beda untuk setiap grup musik dalam pesta upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba di kota Binjai.

Dalam pesta adat perkawinan ini dapat diiringi satu ensambel Batak Toba yaitu gondang sabangunan, musik tiup dan uning-uningan, namun berdasarkan penelitian di kota Binjai sekarang ini, upacara adat perkawinan di kota Binjai lebih sering memakai ensambel musik tiup/uning-uningan dari pada gondang sabangunan, menurut hasil wawancara penulis terhadap hasuhuton (pelaksana pesta adat) pemakaian musik tiup dalam upacara adat perkawinan Batak Toba di Binjai sangat menghemat waktu dan uang12, dan alasan lain hasuhuton adalah disaat para undangan meminta musik rohani dan lagu pop lainnya, pargonsi yang sering disebut masyarakat Batak Toba di kota Binjai dapat memainkan lagu yang diminta dalam upacara adat Batak Toba tersebut hingga paminta gondang tidak kesulitan untuk meminta musik dalam upacara adat perkawinan tersebut13

12

wawancara : hasuhuton (pelaksana pesta) pesta upacara adat perkawinan, 20 september 2015

.


(27)

Gambar 8 : Pemain Musik dan Penyanyi di Upacara Adat Perkawinan

Setelah selesai makan bersama, pihak pengantin pria permisi kepada hula-hula (pihak pengantin perempuan) agar menerima para undangan pesta upacara adat untuk memberi hadiah dan sumbangannya atau yang disebut tumpak (dalam bahasa batak toba).

Gambar 9 : Tamu Undangan yang memberi tumpaksambil manortor


(28)

Dalam acara ini protokol meminta gondang kepada pargonsi dengan istilah gondang togu-togu, namun lagu yang dipilih bukan dari repertor gondang sabangunan melainkan dari musik populer, seperti lagu pop rohani “ KasihNya seperti sungai” dan dimainkan dengan medley ke lagu pop batak rohani “ marolop-olop tondiki”. Dalam acara ini, menurut pengamatan peneliti, pargonsi lebih memilih memainkan musik populer dalam acara tersebut karena mereka lebih terbiasa dan memahami memainkan musik populer dengan nuansa musik gondang, hal ini dikarenakan juga instrumen yang digunakan pemusik dari instrumen musik populer. Disaat acara ini, para undangan dan kerabat hasuhuton dan pengantin yang diberi kesempatan untuk memberikan hadiah atau tumpak, mereka saling bersamaan berbaris sambil menortor dan mengucapkan nasehat-nasehat mereka kepada kedua pengantin tersebut.Namun demikian, disaat meminta musik gondang, paminta gondang (orang yang dihunjuk meminta judul lagu dimainkan) sering meminta judul lagu dari musik gondang sabangunan tetapi yang dimainkan pargonsi adalah lagu rohani atau lagu rakyat. Ini menunjukkan bahwa bagi sebagian masyarakat Batak Toba di Binjai sebutan judul gondang itu sudah melekat di hatinya sehingga lagu rohani atau lagu rakyat yang dimainkan dianggap sama seperti lagu gondang sabangunan. Yang penting bagi mereka adalah tujuan dalam upacara adat perkawinan ini dapat tercapai tanpa mengurangi nilai-nilai adat istiadat dan tahapan upacara adat perkawinan Batak Toba di kota Binjai tersebut.

4.1.3.1 Acara Tintin Marangkup

Setelah acara prosesi, dilanjutkan dengan acara tintin marangkup. Acara ini adalah memberikan berupa uang dari sinamot (mahar) kepada tulang/paman pengantin pria (saudara laki ibu pengantin pria).Yang menyerahkan adalah orang tua pengantin perempuan berupa uang dari bagian sinamot itu. Secara tradisi pengantin pria mengambil boru tulangnya untuk isterinya, sehingga yang menerima sinamot seharusnya tulangnya.


(29)

Gambar 9 : Upacara Adat tintin marakkup

Dalam acara ini, dimana pihak raja parhata meminta gondang somba-somba kepada pargonsi di upacara adat tersebut, dalam acara ini pargonsi memainkan lagu dari repertoar gondang sabangunan, namun musik pengiring yang dimainkan adalah musik tiup.


(30)

Dengan diterimanya sebagian sinamot itu oleh tulang pengantin pria yang disebut titin marangkup, maka tulang pria mengaku penganten wanita, isteri ponakannya ini, sudah dianggapnya sebagai boru/putrinya sendiri walaupun itu boru dari marga lain. Dalam pengamatan peneliti terhadap pargonsi (pemain musik) di upacara adat perkawinan, bahwa mereka menggunakan instrument keyboard untuk memainkan musik gondang yang diminta oleh raja parhata, dimana mereka sudah mempersiapkan program repertoar gondang sabangunan di dalam musik keyboard tersebut, sehingga instrument musik keyboard dapat memainkan beberapa repertoar gondang sabangunan. Menurut pengamatan peneliti, bahwa penggunaan teknologi musik keyboard sudah berpengaruh dalam upacara adat perkawinan tersebut, dan hal ini menunjukan walaupun judul gondang yang mereka minta dimainkan oleh pemain musik tiup, namun tradisi gondang dan tortor masih tetap dipertahankan dan berjalan sesuai tradisi adat istiadat perkawinan masyarakat Batak Toba.

Sebelum mengetahui lebih rinci tentang kelompok yang disebut hula-hula, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa :

1. Orangtua pria/perempuan dari pengantin wanita disebut suhut parboru(suhut sihabolonan parboru).

2. Orangtua pria/perempuan dari pangantin pria disebut suhut paranak (suhut sihabolonan paranak).

Dalam pemberkatan/pesta adat perkawinan masyarakat Batak Toba. Suhut parborudan rombongan semarga beserta rombongan hula hulasuhut parboruadalah merupakan hula huladan raja ni hula hulabagi suhut paranak.


(31)

4.1.3.2 Acara Mangulosi

Setelah penyampaian titin marangkup. Tahapan acara selanjutnya adalah acara mengulosi, acara mangulosi adalah acara yang penting dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba, karena dalam adat Batak tradisi lama atau religi lama, ulos merupakan sarana penting bagi hula-hula, untuk menyatakan atau menyalurkan sahala atau berkatnya kepada borunya, disamping ikan, beras dan kata-kata berkat. Pada waktu pembuatannya ulos dianggap sudah mempunyai “kuasa”.

Karena itu, pemberian ulos, baik yang memberi maupun yang menerimanya tidak sembarang orang, harus mempunyai alur tertentu, antara lain adalah dari hula-hula kepada borunya, orang tua kepada anak-anaknya. Dengan pemahaman iman yang dianut sekarang, ulos tidak mempunyai nilai magis lagi sehingga ia sebagai simbol dalam pelaksanaan acara adat.


(32)

Pada acara mangulosi ini, urutan pertama yang menyampaikan ulos pemberkatan upacara adat perkawinan adalah suhut parboru. Suhut parboru memberikan ulos yang disebut “ulos pansamot” kepada suhut paranak,dalam bagian pemberian ulos terhadap suhut paranak, suhut parboru kurang memahami cara maminta gondang dan mengetahui judul gondang yang akan dimainkan, tetapi pargonsi secara spontan memainkan lagu dari repertoar musik populer yaitu lagu ulos pansamot. Menurut pengamatan peneliti, peranan pargonsi atau pemain musik sangat penting. Misalnya, ketika paminta gondang tidak mengetahui judul gondang atau lagu apa yang dimainkan, maka pemain musiklah yang memilih lagunya sesuai dengan suasana dan keinginan pelaksana pesta (hasuhuton) dan pelaku upacara adat perkawinan tersebut.

Setelah itu, suhut parboru memberikan ulos yang disebut “ulos hela” kepada kedua pengantin, ditambah dengan satu buah sarung yang disebut “mandar hela”. Dalam acara memberikan ulos kepada kedua pengantin, biasanya suhut parboru meminta musik kepada pargonsi.


(33)

Dalam pengamatan peneliti dalam acara memberikan “ulos hela” dimana ibu dari perempuan mengulosi menantunya dan anaknya. “ulos hela” ini adalah “lambang” dimana ibu dari pihak perempuan melepaskan anak perempuannya dan ‘menitip’kan anak perempuannya (boru nya) kepada menantunya, untuk saling menjaga dan mengasihi. Sebelum mengulosi, orangtua perempuan memberikan nasehat-nasehat dan pesan-pesan untuk kedua mempelai. Ketika prosesi mengulosi ini berlangsung, biasannya suhut parboru meminta lagu secara khusus kepada pargonsi, lagu yang biasa di minta suhut parboru di acara memberikan “ulos hela” adalah lagu “borhat ma dainang”.

Gambar 13 : Upacara Adat mangulosipengantin oleh suhut parboru

Dalam wawancara peneliti kepada suhut parboru, mereka memilih lagu ini, karena lagu ini sudah tidak asing lagi bagi semua orang terkhususnya masyarakat Batak Toba di kota Binjai dan lagu ini sering juga dinyanyikan di acara pesta adat perkawinan terkhsus disaat acara mengulosi pihak suhut parboru kepada kedua pengantin. Namun mereka (suhut parboru) mempunyai alasan pertama dalam memilih lagu ini, karena lagu “borhat ma


(34)

dainang” ini sangat dalam artinya, menyentuh perasaan, dan dalam lirik lagu tersebut memberikan pesan yang baik, sarat dengan doa dan kata-kata yang bermakna untuk di nyanyikan kepada kedua mempelai pengantin terkhsusnya kepada pengantin wanita yang diberikan nasehat kepada orangtuanya (suhut parboru). Dalam acara memberikan “ulos hela” dengan iringan lagu “borhat ma dainang” memberikan kesan yang mengharukan dalam acara tersebut, dimana pengantin wanita dan orangtuanya (suhut parboru) menangis disaat acara pemberian ulos tersebut, dalam arti kata, pengantin wanita sudah tidak menjadi tanggung jawab orangtuanya lagi, karena sudah membangun keluarga baru dan ikut dengan keluarga pengantin pria (suhut paranak).

Menurut pengamatan peneliti, bahwa lagu “borhat ma dainang” ini bagian dari musik populer, instrumen yang mengiringi lagu ini adalah instrumen keyboard, dan lagu ini sering digunakan karena memberi makna dan pesan yang khusus terhadap kedua pengantin, khususnya pesan suhut parboru terhadap anak perempuannya dan lagu ini memberikan kesan yang mengharukan disaat acara memberikan “ulos hela” di dalam upacara adat perkawinan tersebut.

Setelah acara memberikan “ulos hela”, dilanjutkan dengan acara mengulosi oleh abang/adik laki-laki dari suhut parboru, bersama abang/adik satu kakek (sa-ompu) dan abang adik teman semarga dari suhut parboru. Dilanjutkanlah ke bagian rombongan hula hula, dalam acara ini biasanya diatur oleh protokol suhut parboru agar mempersingkat waktu, terjadi penyatuan kelompok dari hula hula :

a. Tulang, Bona Tulang dan Bona ni ari Suhut Parborulaki-laki.

b. Hula hula dari abang/adik (yang sudah menikah) suhut parboru beserta hula hula dari suhut parboru yang disebut hula hula naposo.


(35)

c. Hula hula dari suhut parboru ( tulang/paman dari pengantin perempuan) beserta hula hula tulang rorobot (tulang/paman dari suhut perempuan parboru).

Biasanya selesai ke tiga bagian ini, masing-masing membuat acarannya selalu dibalas oleh suhut parboru dengan menyembah (somba-somba) sekaligus memberikan uang (olop olop ) ketangan seluruh hula hula nya.

Setelah selesai seluruh hula hula dari pihak suhut parboru. Masuklah ke acara suhut paranak, suhut paranak memanggil rombongan hula hulanya dan untuk mempersingkat waktu, beberapa rombongan dipanggil serentak :

1. Rombongan hula hula/tulang danbonatulang.

2. Rombongan bonaniari, hula hula abang/adik (yang sudah menikah) hula hula naposo.

3. Penutup adalah tombongan hula hula (tulang penerima tintin marangkup) bersama dengan tulang rorobot.

Bagian yang nomor 3 (tiga) ini merupakan salah satu acara yang sakral, hampir sebenarnya mengimbangi ke sakralan sewaktu suhut parboru menyampaikan ulos hela. Setelah masing-masing rombongan juga di somba-somba dengan diiringi musik gondang dengan suhut paranak, dan saling berbalas kata, suhut paranak meminta hula hulanya ini menarik berenya (manggu) pengantin. Pada sewaktu mangulosi tulang, biasanya diminta lagu dari repertoar gondang sabangunan yaitu lagu gondang arang-arang dairi atau lagu aek sibulbulon.


(36)

4.1.3.3 Acara Penutup

Setelah dipengujung upacara adat perkawinan tersebut, protokol meminta gondang sitiotio dan gondang hasahatan kepada pargonsi, biasanya pargonsi memainkan lagu sahat-sahat ni solu.

Memasuki acara penutup dengan iringan musik gondang yang cepat, kedua mempelai pengantin dikelilingkan tiga kali dan didudukan ditempatnya, diberikan air putih dan ditaburkan beras. Dan ditutup dengan doa, sesudah amin. Pihak suhut, keluarga suhut dan undangan yang berada di gedung (wisma), secara bersamaan mereka mengucapkan : “ Horas! Horas! Horas! ” . Menurut pengamatan peneliti, penggunaan lagu “sahat ni solu” sudah sangat sering digunakan dalam pesta upacara adat perkawinan di kota Binjai, hingga masyarakat Batak Toba di kota Binjai, sudah mengganggap lagu “sahat ni solu” menjadi bagian dari pesta upacara adat perkawinan tersebut.

Dalam acara mengulosi yang diatas, setelah memberikan ulos hela. Lagu yang diminta kepada pargonsi semua dari musik populer dan ada juga sebagian yang diminta dari repertoar gondang sabangunan, namun pargonsi lebih memilih memainkan lagu dari musik populer dan ada juga yang kurang paham dalam meminta lagu disaat mangulosi, disitulah peranan pargonsi untuk memilih lagu yang tepat untuk acara tersebut. Ada beberapa lagu yang dimainkan, biasanya mereka memilih judul lagu rohani yang lajim dimainkan dalam pesta adat perkawinan sebagai berikut: 1) KasihNya Seperti Sungai; 2) Marolop-olop Tondingki; 3) Sai Puji Debata; 4)Dalam Nama Yesus; 5) Bergandengan Tangan; 6) Yesus itulah Satu-satunya; 7) Dison adong Huboan Tuhan; 8) Dalam Yesus Ada Suka Cita. Menurut peneliti penggunaan lagu rohani dalam upacara adat perkawinan tersebut dikarenakan oleh penyebaran agamara kristen protestan Dan ada juga yang meminta lagu dari lagu rakyat yang biasa dimainkan adalah sebagai berikut: 1) Anakhonhi do Hamoraon di Au; 2) Biring-biring;


(37)

3) Aek Sibulbulon; 4) Pos ni Uhur; 5) Selayang Pandang; 6) Sarma Dengan-dengan; 7) Tading ma Ham.

Dalam wawancara peneliti kepada salah satu pelaku pesta upacara adat perkawinan, mereka memilih lagu-lagu tersebut karena mereka lebih mengetahui dan merasa tidak asing dengan lagu tersebut, mereka merasa dengan meminta lagu tersebut, itu sudah menjadi bagian dari gondang sabangunan, yang penting bagi mereka adalah acara adat perkawinan yang mereka laksanakan dapat berjalan dengan baik, dan sesuai dengan adat istiadat Batak Toba dan tahapan tahapan upacara adat perkawinan tersebut14

Menurut pengamatan peneliti, penggunan musik populer dalam pesta upacara adat perkawinan di Binjai adalah sebuah kenyamanan bagi mereka, dengan arti kata mereka lebih memahami dan merasa senang musik populer populer digunakan dalam upacara perkawinan tersebut, seperti penggunan musik tiup, dan penggunaan lagu-lagu pop rohani dan lagu rakyat karena dengan menggunakan lagu-lagu dari musik populer acara adat perkawinan menjadi tidak terasa monoton atau tidak membosankan, dan hingga mereka lebih bisa meminta lagu-lagu yang kocak ataupun meminta lagu-lagu-lagu-lagu yang diluar dari daerah batak toba, seperti “ biring-biring” yang berasal dari Karo, dan lagu “poco-poco” yang berasal dari lagu Ambon. Namun, ada juga beberapa pelaksana pesta yang mengerti meminta lagu gondang yang dari repertoar gondang sabangunan, tapi walaupun meminta lagu dari repertoar gondang sabangunan, tetap saja peranan musik populer masih ada, hal ini dikarenakan ensambel musik tiup digunakan menjadi musik iringan di upacara adat perkawinan tersebut, menurut pelaksana pesta (hasuhuton) mereka memilih musik tiup sebagai musik pengiring upacara adat perkawinan adalah lebih menghemat uang, dan dapat memainkan semua jenis lagu yang diminta para undangan. Ada juga mereka yang beranggapan bahwa ensambel musik tiup

.

14


(38)

adalah ensambel musik tradisional Batak Toba. Dan ada yang tidak mengetahui sama sekali tentang musik tradisional Batak Toba.

4.1.3.4 Daftar Lagu Musik Populer yang Digunakan di Rangkaian Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di kota Binjai.

Tabel 4.1

Daftar Lagu Musik Populer dalam Upacara Adat Perkawinan di Binjai

Lagu Pop Daerah Di Luar Batak Toba

Lagu Pop Rohani Lagu Rakyat Batak Toba

Biring-biring Sai Puji Debata Sarma Dengan-dengan Selayang Pandang Kasih-Nya seperti Sungai Aek Sibulbulon

Poco-poco Sai Puji Debata; Si Unte Manis

Pos ni uhur Marolop-olop tondingki Emmada

Dalam Nama Yesus Anakhonhi do Hamoraon di Au

Bergandengan Tangan Tading Ma Ham

Yesus itulah Satu-satunya Arbab

Dison adong Huboan Tuhan Sahat ni solu


(39)

4.2 Fungsi Sosial Musik Populer dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Batak Toba di Binjai

Menurut Alan P. Merriam, yaitu

... use then refers to the situation in which is employed in human action: function concern the reason for its

employment and particulary the brodader purpose which is serves... (1964:210)

Dapat diartikan bahwa use (penggunaan) menitikberatkan pada masalah situasi atau cara yang bagaimana musik itu digunakan, sedangkan function (fungsi) yang menitikberatkan pada alasan penggunaan atau menyangkut tujuan pemakain musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Sebagai tujuan dan akibat yang timbul dari penggunaan yang telah disebutkan di atas.

Maka pada bab ini akan didiskusikan bahwa musik populer dalam upacara adat perkawinan Batak Toba memiliki fungi-fungsi sebagai berikut, yaitu fungsi hiburan, fungsi kesinambungan budaya, fungsi perlambangan, fungsi reaksi jasmani, dan fungsi penghayatan estetis, selanjutnya fungsi-fungsi ini akan didiskusikan secara berurutan sebagai berikut.

4.2.1 Fungsi Hiburan

Menurut Antro Sinaga (narasumber di Kota Binjai),suku Batak Toba menggunakan musik populer dalam upacara adat perkawinan dikarenakan penyewaan musik tiuplebih gampang dicari,dan juga bisa digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pop dalam bahasaBatak Toba ataupun bahasa Indonesia jika ada dari tamu-tamu yang hadir yang inginmenyanyi. Dalam pengamatan penulis di tempat upacara perkawinan Batak Toba tersebut, pihak hasuhuton merasa sangat terhibur, salah satu hal yang membuat mereka terhibur adalah dengan melalui upacara adat perkawinan tersebut keluarga jauh dari pihak hasuhuton dapat datang menghadiri pesta upacara adat perkawinan, hingga pihak hasuhuton dapat berinteraksi dan bergembira bersama dengan keluarga jauh mereka, dan reaksi ini bukan hanya dirasakan oleh dari pihak hasuhuton, para sanak saudara hasuhuton dan para undangan juga memberi


(40)

ekspresi bahagia dalam upacara adat perkawinan tersebut, mereka bersama-sama menari-nari, berpelukan bersama keluarga dan saling berinteraksi satu sama lain, anak-anak mereka pun juga memberi reaksi bahagia pada saat upacara adat tersebut berlangsung, menurut peneliti, dengan menggunakan musik populer, hal ini membuat ekspresi mereka tersebut menjadi tidak merasa bosan, dan mereka benar-benar merasa menikmati dalam upacara adat perkawinan Batak Toba tersebut. Dari sini bisa dikatakan bahwa menggunakanmusik populer pada upacara perkawinan masyarakat Batak Tobamemiliki fungsi hiburan.

4.2.2 Fungsi Kesinambungan Budaya

Musik tiuppada upacara adat perkawinan merupakan kesenian masyarakat Batak Toba yang ada di kota Binjai, yang sampai saat ini tetap dipertahankan penggunaannya dan terpelihara ditengah-tengah masyarakat pemiliknya. Menurut narasumber Antro Sinaga, musik tiuppada upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba merupakan salah satu bagian penting dalam proses perkawinan tersebut. Menurut pengamatan penulis dalam penelitian ini, bahwa musik populer berperan sebagai media masyarakat Batak Toba untuk melanjutkan budaya Batak Toba. Seperti peraturan sistem adat istiadat upacara perkawinan tersebut, dengan arti kata, walaupun musik populer ini digunakan dalam upacara adat perkawinan, mereka tetap menjalani peraturan-peraturan adat istiadat dalam adat upacara perkawinan tersebut, seperti bagian disaat manortor antara marhula-hula dan parboru yang menunjukan bahwa melalui musik populer ini kekerabatan mereka serta sistem adat dari leluhur Batak Toba tetap berlanjut dan terjalin tanpa mengurangi nilai-nilai adat Batak Toba.

4.2.3 Fungsi Perlambangan

Musik populerpada upacara adat perkawinan masyarakat Batak Tobamenggunakan timbre (warna suara) yang ada pada musikkeyboard untukmenggantikan suara alat musik seruling, sarune, dan keyboard pada awalnya digabungkan dengan gondang sabangunan dengan cara memanfaatkan unsur-unsur ritmis yang terdapat di program musik (style musik


(41)

dalam keyboard) untuk menambah nuansa musikal. Dengan kata lain ketika orang-orang Batak Toba mendengar musik tiup tersebut maka mereka akan merasakan bahwa kebudayaan mereka sudah dilestarikan dan tetap menjalin adat istiadat Batak Toba dalam upacara adat perkawinan tersebut. Dan musik populer tersebut menjadi sarana buat mereka untuk menjalankan kegiatan upacara adat perkawinan tersebut.

4.2.4 Fungsi Reaksi Jasmani

Ketika musik populer dimainkan pada upacara adat perkawinan tersebut maka para undangan dan kerabat yang datang akan melakukan tarian tortor secara beramai-ramai. Dalam pengamatan penulis, dalam penggunaan musik populer ini bahwa para undangan dan kerabat disaat mendengar musik populer memberikan reaksi gerak tubuh, seperti beberapa lagu yang diiringi dengan irama gondang yang kocak disaat upacara tersebut, pihak hasuhuton saling menari-nari dan berpegangan tangan dengan sanak saudara mereka hingga saling berpelukan satu sama lain, para undangan di upacara adat perkawinan pun ikut bersorak dan menari-nari pada saat itu, ada juga beberapa yang saling menggerakan tangan keatas, serta berpegangan tangan satu sama lain dan mereka berdiri melenggangkan badan mereka dan menortor beramai-ramai disaat musik populer di upacara adat perkawinan tersebut dimainkan, reaksi ini juga membuat pargonsi jadi lebih bersemangat untuk memainkan lagu-lagu yang kocak dalam upacara adat perkawinan tersebut, mereka pun juga ikut berjoget disaat memainkan lagu dan sambil menyanyikannya. Dengan itu menurut penulis, bahwa penggunaan musik populer dalam upacara adat perkawinan Batak Toba memiliki fungsi reaksi jasmani kepada para undangan dan kerabat pelaksana pesta, disaat musik populer dimainkan.


(42)

Suatu keindahan dapat dituangkan dalam bunyi-bunyian yang dihasilkan dari perpaduan instrumen-instrumen musik populer dan musik tradisonal yang tertuang melalui permainan ritem maupun melodi yang dapat dinikmati oleh pemusik itu sendiri maupun pendengarnya. Dalam pengamatan peneliti, dengan digunakan musik keyboard dalam pesta upacara adat Batak Toba, intrument keyboard menjadi pengganti bunyi-bunyi yang berasal dari instrument musik Batak Toba. Walaupun menggunakan instrument musik populer dalam upacara adat perkawinan Batak Toba, masyarakat Batak Toba tetap merasa mereka menjalankan menggunakan dan menjalankan nilai-nilai adat istiadat dalam musik gondang.


(43)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya maka beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis adalah sebagai berikut.

Masyarakat Batak Toba yang ada di kota Binjai membawa kebudayaan dari kampung halamannya dan mengaplikasikan di setiap upacara yang berhubungan dengan adat istiadat. Begitu juga dengan salah satu upacara adat, yakni upacara adat perkawinan yang ada di masyarakat Batak Toba di kota Binjai. Namun, pada masa sekarang sudah sudah terjadi perubahan dalam tradisi tersebut, yang mana musik populer sudah masuk dan digunakan dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba di Binjai.

Musik populer sudah sering digunakan dalam upacara adat perkawinan Batak Toba di Binjai. Hingga saat ini, pemakaian musik populer sudah digemari semua kalangan masyarakat Batak Toba di Binjai, dalam pemakaian lagu dari repertoar musik populer, dan alat intrument musik keyboard yang digabungkan dengan musik tiup sebagai musik iringan dalam upacara adat Batak Toba di Binjai.

Penulis menyimpulkan bahwa peran musik populer pada musik tiuppada upacara ini mempunyai fungsi sosial bagi masyarakat Batak Toba di Binjai, musik populer ini berfungsi sebagai hiburan, kesinambungan budaya, perlambangan, reaksi jasmani, dan penghayatan estetis.

Dari hasil penelitian skripsi ini, penulis menyimpulkan bahwa suku Batak Toba menggunakan instrument musik tiup sebagai alat musik padaupacara adat perkawinannya dikarenakan penyewaan musik tiuplebih gampang dicari dan musik keyboard juga bisa digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pop daerah ataupunlagu pop Indonesia jika ada dari tamu-tamu yang hadir yang ingin menyanyi.Musik populerpada musik tiup di upacara adat


(44)

perkawinan masyarakat Batak Tobamerupakan salah satu bagian penting dalam proses pernikahan tersebut.Musik populer pada upacara adat perkawinan masyarakat Batak Tobamenggunakan timbre (warna suara) yang ada pada musik keyboard untukmenggantikan suara alat musik seruling, sarune dan mengabungkan dengan musik tiup. Dengan kata lain ketika orang-orang Batak Tobamendengar musik tiuptersebut maka mereka akan serasa sepertidikampung dan mereka merasa sudah melestarikan kebudayaan musik gondang Batak Toba tanpa mengurangi nilai- nilai adat istiadat upacara perkawinan Batak Toba.

Dengan demikian, pemakaian repertoar musik populer menjadi suatu hal yang penting dan lazim dalam upacara adat perkawinan Batak Toba, karena mereka merasa dengan menggunakan musik populer, dan suatu keindahan dapat dituangkan dalam bunyi-bunyian yang dihasilkan dari perpaduan instrumen-instrumen musik tiup dan musikkeyboard yang tertuang melalui permainan ritem maupun melodi yang dapat dinikmati oleh pemusik itu sendiri maupun pendengarnya. Ketika musik populer pada musik tiup di upacara pernikahan tersebut dimainkan, maka para undangan dan kerabat yang datang akan melakukan tarian tortor dan bernyanyi dalam upacara adat tersebut.

Dari kesimpulan-kesimpulan di atas, penulis dapat mengatakan bahwa walaupun telah terjadi perubahan nilai tradisi terhadap masyarakat Batak Toba di kota Binjai, namun tradisi upacara adat perkawinan tersebut tetap berjalan dengan semestinya. Dan penggunaan musik populer tidak mengganggu terhadap keberlangsungan adat istiadat upacara perkawinan masyarakat Batak Toba di Binjai.

5.2 Saran

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam membuat tulisan kajian fungsi sosial musik populer dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba di kota BInjai. Untuk itu, bagi para peneliti selanjutnya diharapkan untuk semakin menyempurnakan bahasan tentang upacara ini.


(45)

Bagi para peneliti selanjutnya, peneliti juga berharap supaya mengkaji upacara-upacara lainnya yang dilaksanakan oleh suku Batak Toba yang ada di kota Binjai. Penulis mempunyai beberapa saran kepada pembaca lainnya, yaitu menyarankan agar gondang sabangunan tetap dipertahankan eksistensinya dan merasakan bahwa hal ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dijadikan milik bersama, sehingga setiap etnis yang ada di seluruh Indonesia tetap hidup dan terus berkembang.

Semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap apresiasi budaya dan pengetahuan terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan bidang etnomusikologi secara khusus.


(46)

BAB II

MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BINJAI

2.1. Kota Binjai

Kota Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur dan selatan. Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan mebidang yang meliputi kawasan Medan, Binjai dan Kab. Deli Serdang (Lihat Gambar 2.1). Secara geografis, Kota Binjai terletak pada 3’31’40” – 3’40’2” Lintang Utara dan 98’27’3” – 98’32’32” Bujur Timur dan terletak 28 m di atas permukaan laut.

Gambar 1 : Peta Kota Binjai


(47)

Wilayah Kota Binjai seluas 90,23 km2, terletak 28 M diatas permukaan laut dan dikelilingi oleh Kab.Deli Serdang, Batas area disebelah Utara adalah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab.Langkat (sumber : www.Bappeda Kota Binjai.com).

Tabel 2.1 : Penduduk Kota Binjai Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2011 Jumlah

Penduduk Total

No Kecamatan Dewasa Anak-anak

L P L P L + P

1. Binjai Selatan 14.366 13.919 6.219 6.245 40.749 2. Binjai Kota 12.670 12.104 3.970 4.235 32.979 3. Binjai Timur 15.985 15.128 7.899 8.125 47.137 4. Binjai Utara 21.649 20.861 9.377 9.825 61.712 5. Binjai Barat 11.390 11.548 6.934 6.696 36.568

JUMLAH 76.060 73.560 34.399 35.126 219.145 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 2012

Penduduk Kota Binjai pada tahun 2012 berjumlah 219.145 jiwa. Penduduk terbesar di Kota Binjai berada di Kecamatan Binjai Utara yakni 28,16% , kemudian disusul Kecamatan Binjai Timur 21,51%, Kecamatan Binjai Selatan 18,60%, Kecamatan Binjai Barat 16,68%,


(48)

dan Kecamatan Binjai Kota 15,05%. ( Catatan: (1) Data tahun 2013, terjadi selisih 100 jiwa antara jumlah detail dengan jumlah akumulasi di BPS BDA 2014, maka peneliti mengikuti jumlah detail data ).

Kota Binjai merupakan kota multi etnis, dihuni oleh suku Jawa, suku Karo, suku Tionghoa dan suku Melayu (Lihat Tabel 2.2). Kemajemukan etnis ini menjadikan Binjai kaya akan kebudayaan yang beragam.

Tabel 2.2 : Perbandingan Etnis di Kota Binjai pada Tahun 2010, 2011, dan 2012.

No Nama Etnis 2010 2011 2012

1 Jawa 98,769 98,889 92,545

2 Melayu 31,132 31,170 29,170

3 Karo 22,466 22,493 21,050

4 Batak Simalungun 13,832 13,848 12,960

5 Batak Toba 16,637 16,658 15,589

6 Mandailing 23,141 23,169 21,683

7 Minang 15,583 15,602 14,601

8 Aceh 4,501 4,506 4,217


(49)

10 Banten 4,653 4,659 4,360

JUMLAH 248,154 248,456 232,517

Sumber: Data Base Kota Binjai Tahun 2012, Bappeda Kota Binjai.

Etnis terbesar di Kota Binjai adalah Etnis Jawa yakni 92,545 % yang kemudian ikuti secara berurut adalah Melayu, Mandailing, Karo, Tionghoa, Batak Toba, Minang, Batak Simalungun, Banten dan Aceh.. Hal ini ditunjukan dari hasil Sensus tahun 2010 yakni sebesar 39,80%. Kemudian disusul etnis Melayu 12.55%, etnis Mandailing 9.33%, etnis Karo 9,05%, etnis Tionghoa 7,03%, etnis Batak Toba 6,70%, etnis Minang 6,28%, etnis Batak Simalungun 5,57%, etnis Banten 1,88% dan etnis Aceh 1,81%. Banyaknya etnis Jawa di Binjai tidak terlepas dari sejarah kuli kontak yang diterapkan semasa penjajahan Belanda di Sumatera Utara untuk membuka dan membangun wilayah perkebunan.

2.2. Masyarakat Batak Toba di Kota Binjai

Masyarakat Batak Toba yang ada di kota Binjai pada awalnya berasal dari orang-orang yang merantau untuk mencari pekerjaan, Kemajuan di berbagai aspek sosial budaya mendorong masyarakat Batak Toba untuk bermigrasi ke beberapa daerah-daerah di Indonesia mereka menjalani pendidikan, berjuang mencari pekerjaan dan mendapatkan finansial serta membangun keluarga diperantauan.

2.2.1. Adaptasi Masyarakat Batak Toba di Kota Binjai

Masyarakat Batak Toba yang datang ke kota Binjai beradaptasi dengan cara berbaur dengan etnis-etnis lain yang ada di kota Binjai. Suku Batak Toba merupakan salah satu suku pendatang yang menetap di kota Binjai. Suku bangsa lain juga merupakan suku yang menetap di Binjai terbagi, (1) suku bangsa tempatan (natif) yaitu suku Melayu (Usman Pelly 1990 :


(50)

84), dengan alasan bahwa suku Melayu pertama sekali bermukim di wilayah teritorial Kota Binjai, (2) suku pendatang antara lain: suku Jawa, suku Karo, suku Nias, suku Tionghoa, suku Batak Toba, suku Simalungun, suku Pakpak-Dairi, suku pesisir Sibolga dan suku Mandailing. Tibanya suku Batak Toba di Kota Binjai dan tinggal menetap dan melakukan aktifitas budaya dengan berbagai cara.

Dari migrasi tersebut suku Batak Toba juga membawa adat istiadat yang ada di daerah mereka, antara lain sistem garis keturunan patrialisme (mengikuti garis keturunan ayah), dibuktikan dengan adanya marga (klan), dan membawa kesenian adat leluhur, musik gondang sabangunan dan tarian (tortor) yang digunakan dalam upacara adat perkawinan dan kematian.

2.2.2. Mata Pencarian Masyarakat Batak Toba

Kedatangan suku Batak Toba di Kota Binjai berlangsung secara berkelompok dan juga secara individual. Para pemuda melakukan perjalanan (merantau) bersama-sama dengan teman sekampung ke Kota Binjai dengan tujuan untuk mencari pekerjaan. Kelompok ini menyebar keberbagai wilayah Kota Binjai, bekerja di bidang pertanian, industri, karyawan swasta, bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau TNI / POLRI, dan lainnya ( Lihat Tabel 2.3 ), buruh lepas juga ada yang berbaur lewat perkawinan antara suku Batak Toba dengan orang dari etnis lain.

Tabel 2.3 : Bidang Pekerjaan Masyarakat Batak Toba di Kota Binjai

pada Tahun 2010 dan 2011

No Bidang Pekerjaan 2010 2011

1 Pertanian 2.843 2.947

2 Industri 2.437 2.433

3 Karyawan swasta 3.357 3.438

4 Pegawai Negeri Sipil (


(51)

5 TNI / POLRI 3.069 3.594

6 Lainnya 2.151 712

JUMLAH 16637 16658

Sumber: Database Kota Binjai Tahun 2012 (Bappeda Kota Binjai) Susenas 2010 (BPS)

Beberapa bidang pekerjaan masyarakat Batak Toba di Kota Binjai yakni di bidang pertanian 17.70%, kemudian di industri 14.60%, karyawan swasta 20.64%, pegawai negeri sipil (pns) 21.21%, tni/polri 21.57%, dan lainnya 21.57%. Dengan bertambahnya jumlah suku Batak Toba yang menetap di Kota Binjai menimbulkan keinginan untuk bersatu dalam satu ikatan organisasi dan perkumpulan suku Batak Toba dalam bentuk organisasi sosial, pendidikan, dan kepemudaan.

2.3. Sistem Kepercayaan

Orang Batak dahulu masih percaya kepada mitos bahwa manusia Batak pertama berasal dari dewa yang turun dari kayangan di puncak Dolok Pusuk Buhit. Di tempat inilah mula-mula turunan si raja Batak ‘mamompari’ dengan kebudayaannya sendiri. Dahulu orang Batak mempunyai kepercayaan animisme, totemisme, yang menguasai tingkah laku dan cara hidup masyarakat Batak. Semua hal itu dicerminkan berupa pelahiran kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan kosmos dengan bahasa yang digubah sedemikian rupa sehingga berlainan dari bahasa Batak Toba sehari-hari.

Menurut Koentjaraningrat (dalam Irmawati, 2008 : 49) tanah Batak telah dipengaruhi oleh beberapa agama. Agama Islam dan agama Kristen Protestan masuk ke daerah orang Batak sejak permulaan abad ke-19. Orang Batak mengenal kepercayaan Kristen sejak tahun 1861 (Simanjuntak, 1986). Agama Islam disiarkan oleh orang Minangkabau kira-kira tahun 1810 dan sekarang dianut oleh sebagian besar orang Batak Selatan, seperti Mandailing dan Angkola. Agama Kristen disiarkan di daerah Toba dan Simalungun (Batak Utara) oleh organisasi penyiar agama dari Jerman, yaitu Organisasi Reinische Missions Gesselschaft kira-kira sejak tahun 1863. Mayoritas masyarakat Batak Toba di Kota Binjai beragama


(52)

Kristen Protestan ada juga masyarakat Batak Toba di Kota Binjai yang menganut agama islam (Lihat Tabel 2.4).

Tabel 2.4

No Agama 2012

1 Kristen Protestan 14.546

2 Katolik 1023

3 Islam 20

JUMLAH 15.589

Sumber: Database Kota Binjai Tahun 2012 (Bappeda Kota Binjai) Susenas 2010 (BPS)

Masyarakat Batak Toba yang menganut agama terbanyak yakni kristen protestan 93.30%, masyarakat Batak Toba di kota Binjai yang menganut agama katolik 6.56%, dan agama islam 0,13% lebih sedikit dianut masyarakat Batak Toba di Kota Binjai dari kristen protestan dan katolik. Walaupun orang Batak Toba sebagian besar sudah beragama Kristen, masyarakat Batak Toba yang berada di Kota Binjai masih menjalankan kegiatan adat istiadat Batak Toba dalam pangoli anak/boru dan ulaon saur matua atau sari matua yang sering di temukan di Kota Binjai.

2.4. Organisasi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, sistem kekerabatan dan kerjasama sangat menonjol pada masyarakat Batak Toba di kota Binjai, walaupun terdapat perbedaan dalam kepercayaan, budaya, dan adat istiadat. Ini mencerminkan kenyataan sosial bahwa orang-orang Batak Toba yang ada di kota Binjai sangat baik dalam menjalin keakraban walaupun berbeda keyakinan.


(53)

Organisasi sosial sangat penting dalam kehidupan sehari-sehari, kekerabatan dan kerja sama sangat menonjol meskipun terpolarisasi dalam paham keagamaan yang saling berbeda. Orang Batak Toba memakai dialek agak berbeda disetiap wilayah namun yang cukup khas dari bahasa Batak Toba adalah nada vocal yang mayoritas dalam setiap kata atau kalimat dan cendrung sedikit kasar. Ini juga secara tak langsung mempengaruhi adaptasi sosial antara sesama orang Batak Toba dengan daerah budaya yang berbeda.

Walaupun sudah berpindah ke tempat yang jauh, tetapi orang-orang Batak Toba yang datang ke kota Binjai tetap berusaha untuk mempertahankan sistem keakraban yang telah dibangun oleh para leluhur terdahulu. Kebudayaan Batak dapat dilihat melalui organisasi-organisasi atau perkumpulan-perkumpulan masyarakat Batak Toba yang ada di Kota Binjai. Ada yang membentuk perkumpulan berdasarkan marga seperti Persatuan Marga Sihombing, Persatuan Marga Purba, Persatuan Marga Simorangkir, Persatuan Marga Simatupang, Persatuan Marga Silalahi, Persatuan Marga Sinaga, dan sebagainya.

Selain itu juga masyarakat Batak Toba juga membentuk perkumpulan berdasarkan dimana mereka tinggal di Kota Binjai berupa Serikat Tolong Menolong (STM), seperti STM Sehati. Ada juga organisasi lain yang bersifat kepemudaan, gerejawi, pendidikan dan pembangunan yang berdiri di Kota Binjai.

2.5. Sistem Kekerabatan

Garis keturunan yang disandang oleh setiap orang Batak sekarang ini berasal dari satu sumber, yang secara eksklusif ditarik lurus dari pihak laki (keturunan agnatik atau laki-laki). Garis patrineal ini dipakai guna menentukan statuta keanggotaan dalam sebuah kelompok yang dinamai marga (klan). Sedangkan patrilinial adalah garis keturunan menurut laki-laki. Sehingga, kelompok marga Batak adalah sebuah organisasi keluarga yang luas. Kekerabatan dari kelompok keturunan bagi orang Batak banyak dijumpai menurut wilayah


(54)

kediaman masyarakat Batak Toba. Mereka membentuk grup-grup menjadi sebuah kelompok marga (descent group) sebagai kesatuan sosial. Kesatuan yang diakui (de facto) oleh umum.

Sistem kekerabatan keluarga Batak Toba, tidak dapat dipisahkan dari filsafat hidupnya dan merupakan suatu pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dan seorang wanita, akan tetapi mengikat suatu hubungan yang tertentu yaitu kaum kerabat dari pihak laki-laki atau kaum kerabat dari pihak perempuan. Seluruh pihak yang masuk dalam lingkaran kerabat Batak Toba, masing-masing memiliki nama sebutan panggilan yang menunjukkan status kekerabatan. Filsafat hidup kekerabatan tersebut adalah Dalihan Na Tolu (tungku nan tiga) yang terdiri dari:

a. Hula-hula atau dinamai parrajaon (pihak yang dirajakan) yaitu marga ayah mertua seorang laki-laki yang memberinya istri. Yang termasuk hula-hula bukan hanya pihak mertua dan golongan semarganya tetapi juga bona ni ari yaitu marga asal nenek (istri kakek) ego lima tingkat ke atas atau lebih, tulang yaitu saudara laki-laki ibu, yang terdiri dari tiga bagian yaitu bona tulang (tulang kandung dari bapak ego), tulang tangkas (tulang ego saudara), tulang ro robot (ipar dari tulang), lae atau tunggane (ipar) yang termasuk di dalamnya anak dari tulang anak mertua, mertua laki-laki dari anak, ipar dari ipar, cucu ipar; bao (istri ipar) yaitu istri ipar dari pihak hula-hula mertua perempuan dan anak laki-laki, anak perempuan dari tulang ro robot; paraman dari anak laki-laki, termasuk di dalamnya anak ipar dari hula-hula, cucu pertama, cucu dari tulang, saudara dari menantu perempuan, paraman dari bao; hula hatopan yaitu semua abang dan adik dari pihak hula-hula.

b. Boru yaitu marga yang menerima anak perempuan sebagai istri, yang termasuk di dalamnya namboru (bibi) yang terdiri dari iboto ni ama niba (saudara perempuan bapak), mertua perempuan dari saudara perempuan, nenek dari menantu laki-laki;


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat yang senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul FUNGSI SOSIAL MUSIK POPULER DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI BINJAI. Skripsi inimerupakan hasil serta perjuangan dari ilmu yang telah penulis dapatkan selamamenjalani kuliah di Departeman Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara kuranglebih lima tahun ini. Terwujudnya skripsi ini juga tidak terlepas dari doa sertadukungan dari orang-orang yang penulis kasihi, yaitu;

Kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai yaitu Ayahanda T.HSihombing dan Ibunda B.A Simatupang. Saya mengucapkan terimakasihbanyak atas doa yang senantiasa kalian panjatkan, kasih sayang dan untuk kesabaran sertadukungan baik moril maupun materil. Semoga kirannya Tuhan Yesus memberkati kesehatan dan panjang umur terhadap kedua orang tua saya.

Kepada kakak-kakak yang saya sayangi Juliaty Sihombing, Marenta Sitinursiah Sihombing, dan Diana Cristine Sihombing, saya mengucapkan banyak terimakasih buat perhatian kalian yang begitu besar selama ini yang selalu mendoakan, memberi semangat dan juga mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Bapak Drs.M. Takari, M.Hum sebagai Ketua Jurusan Etnomusikologi. Terimakasih untuk nasehat-nasehat, ilmu serta pengalaman yang telah bapak berikan selama saya berkuliah. Kiranya Tuhan selalu membalaskan semua kebaikan yang bapak berikan.

Kepada yang terhormat Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku sekretaris Jurusan Etnomusikologi dan dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk nasehat-nasehat, ilmu serta pengalaman


(2)

yang telah ibu berikan selama saya berkuliah. Kiranya Tuhan selalu membalaskan semua kebaikan yang ibu berikan.

Kepada yang terhormat Bapak Prof. Mauly Purba M.A.,Ph.D, dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan masukan dan mengarahkan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk perhatian, ilmu dan semua kebaikan yang bapak berikan. Kiranya Tuhan membalas semua kebaikan bapak.

Kepada Seluruh Dosen Departemen Etnomusikologi yaitu Bapak Drs. Torang Naiborhu M.Hum selaku Dosen akademik, Drs. Bapak Kumalo Tarigan M.A, Ibu Dra. Rita Hutajulu M.A, Bapak Drs. Bebas Sembiring M.Si, Bapak Drs. Irwansyah Harahap M.A, Bapak Drs. Fadlin M.A, Bapak Drs. Dermawan Purba M.Si, Ibu Arifni Netriroza STT, dan Ibu Dra. Frida Deliana Harahap M.Si, serta seluruh Dosen lainnya saya mengucapkan banyak trimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama menduduki bangku perkuliahan di Departemen Etnomusikologi. Kepada staf/tata usaha di Departemen Etnomusikolgi saya mengucapkan terimakasih untuk kerjasama dan bantuannya selama ini. Dan kepada informan serta narasumber saya Antro Sinaga, T.H Sihombing, saya ucapkan terimakasih banyak atas bantuan dan informasi yang telah diberikan kepada penulis.

Kepada sahabat-sahabat yang penulis sayangi, Parda Artionang , Rendy Pradana Amri S.Sn , Hacklyn Arnold Panutury S.kep , Erico Ferdinand Saragih S.pd . Terima kasih buat kalian yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam penulis skripsi ini. dan kepada yang saya sayangi dan kasihi Erny Santia Dewi Purba S.pd yang sudah mendukung, dan mendoakan saya dalam penyelesaian skripsi ini.

Kepada saudara-saudara Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara, khususnya saudara-saudari sastam 2010, terima kasih atas hari-hari kebersamaan yang telah kita miliki dan semangatnya dari pertama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini. Bangga bisa menjadi bagian orang-orang hebat seperti kalian. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan bisa


(3)

menjadi bagian hidup kalian. Hal tersebut merupakan kenangan yang tidak bisa penulis lupakan. penulis percaya kita semua akan menjadi orangorang yang hebat. Biarlah jalinan kasih kita tidak terputus dan bisa berlanjut di masa yang mendatang. Kepada Senior dan junior di Etnomusikologi terutama stambuk 2004-2014 terimakasih buat hari-hari saya di perkuliahan yang begitu bersemangat karena kalian semua.

Kepada saudara-saudara penulis yang terkasih yang di Binjai Music, Abangda Tado Silitonga, Abangda Elyamin Sitohang, Abanda Joko, Jere Situmeang, Ambigo Purba, Hery Purba. Terimakasih buat saat-saat yang telah kita lalui bersama, kalian orang-orang luarbiasa yang selalu mendukungku dalam susah maupun senang. Bangga bisa berada disamping kalian sampai saat ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam bidang Etnomusikologi.

Hormat saya,

Ricky Ferry Pandapotan Sihombing 100707029


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Pokok Permasalahan... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 6

1.3.1 Tujuan Penelitian... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian... 6

1.4 Konsep dan Teori………... 7

1.4.1 Konsep... 7

1.4.2 KerangkaTeori... 8

1.5 Metode Penelitian... 10

1.5.1 Studi Kepustakaan... 10

1.5.2 Kerja Lapangan... 11

1.5.3 Wawancara... 11

1.5.4 Observasi………. 11

1.5.5 Kerja Laboratorium... 12

1.5.6 Lokasi Penelitian ... 12

BAB II MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BINJAI……….. 13

2.1 Kota Binjai... 13

2.2 Masyarakat Batak Toba di Kota Binjai ... 16

2.2.1 Adaptasi Masyarakat Batak Toba di Kota Binjai ... 16

2.2.2 Mata Pencarian Masyarakat Batak Toba... 17

2.3 Sistem Kepercayaan... 18

2.4 Organisasi Sosial... 19

2.5 Sistem Kekerabatan... 20

2.6 Kesenian... 23

2.7 Upacara Adat... 36

2.8 Gambaran Umum Upacara Adat Perkawinan Batak Toba... 37

2.8.1 Tahapan Upacara Adat Perkawinan Batak Toba... 38

2.8.2 Tata Urutan Pelaksanaan Pesta Adat Perkawinan Batak Toba... 41

BAB III MUSIK POPULER : SEJARAH , GAYA MUSIK , DAN KONTEKS PENGGUNAAN……… 45

3.1 Musik populer... 45

3.2 Beberapa Gaya Musik Populer di Indonesia... 46

3.2.1 Intrumentasi……….... 48

3.3 Berbagai Konteks Penggunaan Musik Populer dalam Kehidupan Masyarakat Umum... 52

3.4 Penggunaan Musik Populer dalam Upacara Adat Masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara... 52

3.4.1 Musik Populer dalam Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di kota Binjai... 55


(5)

3.5 Repertoar Musik Populer dalam Upacara Adat

Perkawinan Batak Toba di Binjai... 58

BAB IV FUNGSI SOSIAL MUSIK POPULER DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI BINJAI………. 61

4.1 Tahapan Upacara Pesta Adat Perkawinan Batak Toba di Kota Binjai... 62

4.1.1 Marsibuha-buhai... 62

4.1.2 Pemberkatan Perkawinan di Gereja... 64

4.1.3 Pesta Upacara Adat Perkawinan... 66

4.1.3.1 Acara Tintin Marangkup... 70

4.1.3.2 Acara Mangulosi... 73

4.1.3.3 Acara Penutup... 78

4.1.3.4 Daftar Lagu Musik Populer yang Digunakan di Rangkaian Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di kota Binjai... 81

4.2 Fungsi Sosial Musik Populer dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Batak Toba... 81

4.2.1 Fungsi Hiburan... 82

4.2.2 Fungsi Kesinambungan Budaya... 83

4.2.3 Fungsi Perlambangan... 83

4.2.4 Fungsi Reaksi Jasmani... 84

4.2.5 Fungsi Penghayatan Estetis... 84

BAB V PENUTUP……….. 86

5.1 Kesimpulan... 86

5.2 Saran... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

DAFTAR INFORMAN ... 90

DAFTAR GAMBAR Gambar 1……… 13

Gambar 2……… 63

Gambar 3……… 63

Gambar 4……… 64

Gambar 5……… 65

Gambar 6……… 66

Gambar 7……….... 67

Gambar 8……… 69


(6)

Gambar 10……… 71

Gambar 11……… 71

Gambar 12……… 73

Gambar 13……… 74

Gambar 14……… 75

DAFTAR TABEL Tabel 2.1……… 14

Tabel 2.2……… 15

Tabel 2.3……… 17

Tabel 2.4……… 19

Tabel 3.1……… 57