PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTARA CORE STABILITY EXERCISE DAN GLUTEUS ACTIVATION EXERCISE TERHADAP DISABILITAS DAN KEKUATAN OTOT PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTARA CORE STABILITY EXERCISE DAN GLUTEUS ACTIVATION EXERCISE TERHADAP DISABILITAS DAN KEKUATAN OTOT PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK

1 2 Endang Triani 3 , Sugijanto , Wismanto 1,2,3 Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul,

Jalan Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta 11510 [email protected]

Abstract

Purpose this reseach is to determine the differences effect between core stability exercise and gluteus activation exercise on disability and muscle strength in low back pain myogenic. This study is a quasi experimental research. Twenty subjects with low back pain myogenic at Bunda Hospital. They were selected based on purposive sampling and allocated to two groups : the Core group (n=10) and the gluteus group (n=10). Modified Oswestry Disability Index (MODI) used to measure of disability and Sphygmomanometer used to measure muscle strength. The result of core stability exercise with p-value= 0,001, mean±SD of MODI in core group 24,60±3,534 and value of Sphygmomanometer 88,80±4,442. It means core stability exercise can decrease of the disability index and increase of the muscle strength. The value of gluteus group with p-value = 0,004, it means gluteus activation exercise can decrease in the disability index and increase in muscle strength. The results difference of core group and gluteus group have mean±SD of MODI and Sphygmomanometer

2,8±1,033, there’s no effect between core stability exercise and gluteus activation exercise to decrease disability and to increase muscle strength. Core stability exercise and gluteus activation exercise are effective to improve disability and muscle strength.

Keywords: Core stability exercise, gluteus activation exercise, disability

Abstrak

Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan efektivitas antara Core Stability Exercise dan Gluteus Activation Exercise terhadap disabilitas dan kekuatan otot pada nyeri punggung bawah (NPB) miogenik. Penelitian ini merupakan quasi eksperimental . Sampel terdiri dari 20 orang dengan NPB miogenik di RSU Bunda Jakarta, dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dan dibagi menjadi dua grup: kelompok core (n=10) dan kelompok gluteus (n=10), menggunakan pengukuran Modified Oswestry Disability Index (MODI) untuk mengukur disabilitas dan Sphygmomanometer untuk mengukur kekuatan otot. Hasil perlakuan kelompok core stability exercise dengan nilai p= 0,001, rerata±SB nilai MODI 24,60±3,534 dan nilai Sphygmomamometer 88,80±4,442. Ini berarti ada efek core stability exercise terhadap disabilitas dan kekuatan otot. Kelompok gluteus dengan nilai p=0,004, ini berarti ada efek gluteus activation exercise menurunkan disabilitas dan meningkatkan kekuatan otot. Hasil selisih kelompok core dan gluteus dengan rerata±SB pengukuran MODI and Sphygmomanometer 2,8±1,033, ini berarti tidak ada perbedaan efek antara core stability exercise dan gluteus activation exercise dalam menurunkan disabilitas dan meningkatkan kekuatan otot. Core stability exercise dan gluteus activation exercise sama baiknya dalam menurunkan disabilitas dan meningkatkan kekuatan otot.

Kata kunci : Core stability exercise, gluteus activation exercise, disabilitas

Pendahuluan

sehingga menimbulkan taut band. Taut band ini Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa

mengakibatkan penurunan fleksibilitas otot ini sangat pesat. Kemajuan ilmu dan teknologi

sehingga terjadi nyeri ketika otot mengalami berdampak pada perubahan pola dan gaya

dan mengalami hidup manusia terutama masyarakat Indonesia.

Perubahan pola dan gaya hidup menuntut Sementara indirect muscle problem, yaitu masyarakat bekerja lebih giat untuk memenuhi

masalah otot yang secara tidak langsung biaya kebutuhan hidup. Aktivitas kerja yang

menyebabkan nyeri pinggang. Indirect muscle padat agar terpenuhinya kebutuhan hidup

problem misalnya disebabkan oleh mechanical membuat masyarakat sedikit meluangkan

problem, seperti spasme pada otot yang waktu untuk istirahat dan olahraga. Aktivitas

berkepanjangan menyebabkan vasokonstriksi kerja yang padat dengan duduk statis yang

pembuluh darah yang mengakibatkan iskemia, lama cenderung menimbulkan gangguan

sehingga penderita akan membatasi adanya kesehatan. Gangguan kesehatan yang timbul

gerakan yang dapat menimbulkan nyeri (Meliala antara lain nyeri punggung bawah atau NPB.

dan Pinzon, 2004).

NPB yang timbul dapat mengakibatkan Keadaan yang berlangsung lama dapat kehilangan jam kerja sehingga mengganggu

menimbulkan otot mengalami kontraktur yang produktivitas kerja. Nyeri punggung bawah

nantinya menimbulkan trauma kinesiologi yang merupakan salah satu keluhan yang terhadap

menyebabkan perubahan postur. Pemendekan produktivitas manusia. Nyeri punggung bawah

pada otot iliopsoas akan membatasi gerakan sering dijumpai dalam praktek sehari-hari,

fleksi hip sehingga posisi hip akan cenderung terutama

hiperekstensi, dengan keadaan yang demikian Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi

di negara-negara

industri.

akan mengakibatkan penyimpangan bentuk di pernah mengalami episode ini selama hidupnya

L5-S1 dan terjadi perubahan mekanik pada (Nelemans. et al, 2012).

postur, yaitu lumbal menjadi hiperlordosis. Nyeri punggung bawah miogenik adalah

NPB miogenik juga dapat menimbulkan nyeri pada punggung bawah yang disebabkan

atrofi otot dalam waktu yang lama. Otot yang oleh gangguan pada unsur tendomusculer

mengalami atrofi dalam jangka waktu lama tanpa disertai dengan gangguan neurologis

maka akan terjadi penurunan. Penurunan ini antara vertebra torakal 12 sampai dengan

nantinya akan dapat menyebabkan penurunan bagian bawah pinggul dan anus (Paliyama,

stabilitas di daerah lumbal yang selanjutnya 2003).

menimbulkan penurunan tingkat aktivitas NPB

fungsional pasien (Hills, 2006). Core stability disebabkan oleh faktor mekanik yaitu NPB pada

exercise adalah latihan stabilitas pada otot-otot struktur anatomi normal yang digunakan secara

core dalam meningkatkan kemampuan untuk berlebihan atau akibat dari trauma atau

mengendalikan posisi dan gerakan sentral pada deformitas, yang menimbulkan stress atau

akan membantu strain pada otot, tendon dan ligamen

tubuh.

Aktivitasnya

memelihara postur dengan baik dalam (Borenstein dan Wiesel, 2004). NPB miogenik

melakukan gerakan. Core juga menjadi dasar berhubungan dengan aktivitas sehari-hari yang

untuk semua gerakan pada anggota gerak atas berlebihan, mengangkat beban yang berat,

maupun bawah yang dapat dilakukan dengan terlalu lama berdiri atau duduk dengan posisi

efisien (Kibler, 2006).

yang salah. Pemberian core stability exercise akan NPB miogenik terjadi akibat dari direct

mengatasi masalah instabilitas pada otot-otot muscle problem dan indirect muscle problem.

core yang merupakan salah satu penyebab Direct muscle problem, yaitu masalah otot yang

terjadinya disabilitas akibat nyeri punggung secara langsung menyebabkan nyeri pinggang,

bawah miogenik. Otot core bersifat tonik, yaitu seperti gangguan nyeri pinggang yang

otot yang kurang responsif, namun berperan disebabkan oleh myofascia sindrom. Pada

otot stabilisator dan memiliki jaringan myofascia terjadi inflamasi sehingga

sebagai

endurance muscle yang baik. Otot core terdiri mengakibatkan terjadinya abnormal crosslink.

dari m. multifidus, m. transversus abdominis, Abnormal

m. diafragma, m. pelvic floor dan otot-otot perlengketan pada fascia dengan serabut otot

crosslink

mengakibatkan

deep neck flexor. Pemberian core stability deep neck flexor. Pemberian core stability

disebabkan oleh faktor miogenik sebagai mengaktivasi m. Transversus abdominis dan m.

sumber nyeri atau terjadinya nyeri punggung Lumbar multifidus yang mana kedua otot

bawah secara langsung atau tidak langsung tersebut merupakan sebagai stabilisator utama

imbalance muscle. pada lumbal, sehingga dengan teraktivasinya

yang

menyebabkan

Imbalance muscle terjadi karena adanya otot-otot stabilisator lumbal maka kontraksi otot

penurunan stabilitas otot perut dan punggung dan kerja otot agonis dan antagonis akan

bawah, serta kelemahan otot gluteus. seimbang.

Pada penelitian ini menggunakan alat Dengan tercapainya keseimbang kontraksi

pengukuran fungsional Modified Oswestry otot abdominal dan kerja otot-otot lumbal

Disability Index (MODI) untuk mengukur ketika melakukan aktivitas fungsional pada

ketidakmampuan atau lumbal maka akan meningkatkan body

disabilitas

atau

keterbatasan aktivitas dan awarness dan memfasilitasi kontrol gerakan

gangguan,

pembatasan partisipasi pada lingkungan sosial. lumbal sehingga postur terkoreksi dengan baik.

Pada alat pengukuran ini, menilai 9 aktivitas Pada latihan ini memperbaiki disabilitas akibat

fungsional hanya menggunakan kuisioner nyeri punggung bawah miogenik. Dengan

Modified Oswestry Disability Index (MODI) terjadinya perbaikan disabilitas pada punggung

dengan berdasarkan uji reliability analysis bawah maka aktivitas fungsional seperti:

memiliki nilai r=0,99 sehingga penelitian ini aktivitas personal care (mencuci, berpakaian,

dapat diuji validitas dari hasil pengukurannya. dan lain sebagainya), lifting, berjalan, duduk,

(Fritz JM, 2001)

berdiri, tidur, kehidupan sosial tidak terganggu.

ini menggunakan Gluteus activation exercise adalah latihan

Pada

penelitian

untuk mengukur aktivasi otot gluteal yang melemah akibat dari

pengukuran

objektif

impairment yang disebabkan oleh nyeri statik posisi yang lama sehingga menyebabkan

miogenik. Peneliti perubahan pada otot gluteal sehingga dapat

punggung

bawah

menggunakan Sphygmomanometer. meningkatkan resiko terjadinya lower extremity

Pada penelitian ini Sphygmomanometer injuries dan nyeri punggung bawah.

dimodifikasi fungsinya untuk mengukur dan Pemberian gluteus activation exercise pada

mengevaluasi kekuatan otot multifidus pada kasus nyeri punggung bawah miogenik akan

kasus nyeri punggung belakang miogenik mengoreksi kelemahan pada otot gluteus

dengan uji reliability analysis r= 0,75. sebagai otot hip extensor. Kelemahan otot-otot tersebut mengakibatkan muscle imbalance

Metode Penelitian

sehingga resiko terjadinya cidera meningkat

bersifat quasi dan mengakibatkan nyeri punggung bawah

Penelitian

ini

eksperimental dan untuk menguji efektivitas miogenik.

core stability exercise dengan gluteus activation Gluteus

exercise terhadap disabilitas dan kekuatan otot mengaktivasi otot gluteal agar dapat fungsional

pada kasus nyeri punggung bawah miogenik. kembali dalam menjaga stabilitas tubuh.

populasi sampel Latihan ini bertujuan untuk mengaktivasi otot

Dalam

penelitian ini,

menggunakan pasien dan karyawan dengan gluteal yang akan membangun kembali pola

NPB miogenik yang datang ke RSU Bunda rekruitmen otot yang benar dan meningkatkan

Jakarta, sampel diambil dengan purposive kinerja sebagai stabilisator terbesar tubuh

sampling menggunakan protokol pemeriksaan serta stabilisasi pelvic yang menggabungkan

rumus pocock antara stabilisasi lokal dan stabilisasi global

fisioterapi.

berdasarkan

didapatkan 20 orang jumlah sampel yang akan sebagai mobilisasi otot secara global. Pada

dibagi atas dua kelompok, kelompok perlakuan latihan gluteus activation exercise akan

pertama yang diberikan core stability exercise memperbaiki stabilitas otot sehingga dapat

dan kelompok perlakuan kedua diberikan mengatasi gangguan disabilitas seperti duduk,

gluteus activation exercise. Alat ukur disabilitas mengangkat barang, berdiri, dan aktivitas

untuk mengukur disabilitas ialah Modified sehari-hari.

Oswestry Disability Index (MODI), dan alat ukur Berdasarkan

impairment, yaitu Sphygmomanometer untuk punggung bawah miogenik yang merupakan

uraian

tersebut,

nyeri nyeri

Tabel 1

digunakan dalam latihan : Nilai Modified Oswestry Disability Index Pada kelompok 1 diberikan core stability

(MODI) Pada Kelompok Perlakuan I Dan exercise terdiri dari beberapa gerakan prone

Kelompok Perlakuan II plank dan pelvic tilt, kemudian diberikan latihan

selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu (Hwi-young cho et al., 2014).

Pada kelompok perlakuan kedua, diberikan latihan gluteus activation exercise terdiri dari gerakan bridging dan side lying hip abduction, kemudian diberikan latihan selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu (Callaghan, et al., 2010). Pada awal latihan diukur terlebih dahulu dengan menggunakan Modified Oswestry Disability Index (MODI) dan

Sphygmomanometer, lalu pada akhir penelitian

diukur disabilitas dan kekuatan otot. Tabel 2

Nilai Sphygmomanometer Pada Kelompok

Hasil Dan Pembahasan

Perlakuan I Dan Kelompok Perlakuan II

1. Deskripsi Data

(satuan mmHg) Sampel dalam penelitian ini adalah

pasien dan karyawan RSU Bunda Jakarta

punggung bawah berusia 26-45 tahun. Sampel diperoleh dari hasil kuisioner, wawancara

dan

pemeriksaan

berdasarkan pengkajian fisioterapi yang telah ditentukan sebelumnya dengan pembagian kriteria inklusif, ekslusif dan drop

fungsional dengan mengukur disabilitas menggunakan

Modified Oswestry

Disability Index (MODI) dan kekuatan

2. Pengujian Hipotesis

otot lumbal dengan menggunakan

Sphygmomanometer yang dilakukan

sebelum latihan pada latihan pertama. Tabel 3 Berdasarkan distribusi usia, sampel

Uji Hipotesis yang sampel berusia 6 sampel berusia

26-30 tahun (30%), 3 sampel berusia 31-36 tahun (10%), 5 sampel berusia 37-40 tahun (30%) dan 6 sampel berusia

Berdasarkan jenis kelamin 12 orang wanita (80%) dan 8 orang laki-laki (20%) Berdasarkan IMT sampel yang

memiliki underweight, normal berjumlah

1. Uji hipotesis I

15 orang (80%), overweight 5 orang Untuk mengetahui nilai disabilitas (20%) dan tidak ada sampel yang

dan kekuatan otot dengan intervensi obesitas.

core stability exercise, maka dilakukan didominasi sebagai karyawan kantor

Berdasarkan

pekerjaan

uji statistik menggunakan Paired sebanyak 11 orang (60%).

Sample T-Test. Dengan pengujian Hipotesis Ho diterima bila nilai p> nilai α (0,05), sedangkan Ho ditolak bila Sample T-Test. Dengan pengujian Hipotesis Ho diterima bila nilai p> nilai α (0,05), sedangkan Ho ditolak bila

tabel 3 didapatkan nilai MODI Ho : Tidak ada efek Core stability

dengan p = 0,004 dan nilai exercise terhadap disabilitas dan

Sphygmomanometer dengan p= kekuatan otot pada nyeri

0,003 di mana p< 0,05, hal ini punggung

berarti Ho di tolak, sehingga karyawan dan pasien RSU

bawah

miogenik

dapat disimpulkan bahwa Ada Bunda Jakarta.

efek gluteus acivation exercise Ha : Ada efek Core stability exercise

disabilitas dan terhadap

terhadap

kekuatan otot pada nyeri kekuatan otot pada nyeri

disabilitas

dan

bawah miogenik punggung

punggung

karyawan dan pasien RSU karyawan dan pasien RSU

bawah

miogenik

Bunda Jakarta dengan p-value = Bunda Jakarta.

0,004 dan 0,003. Berdasarkan hasil uji Paired Sample t-Test pada kelompok

3. Uji Hipotesis III

perlakuan I didapatkan hipotesis I, Untuk mengetahui nilai disabilitas pada tabel 4.10 didapatkan nilai

dan kekuatan otot setelah pemberian MODI & Sphygmomanometer

core stabillity exercise dan gluteus dengan p = 0,001 di mana p<

activation exercise, maka dilakukan uji 0,05, hal ini berarti Ho di tolak,

statistik menggunakan Mann Whitney sehingga dapat disimpulkan bahwa

U test. Dengan pengujian Hipotesis Ho Ada efek Core stability exercise

diterima bila nilai p> nilai α (0,05) dan terhadap disabilitas dan kekuatan

Ho ditolak bila nilai p< nilai α (0,05). otot pada nyeri punggung bawah

Adapun hipotesis yang ditegakkan miogenik karyawan dan pasien

adalah:

RSU Bunda Jakarta dengan p-value Ho : Tidak ada efek perbedaan antara = 0,001.

Core stability exercise dan Gluteus

activation exercise

2. Uji Hipotesis II terhadap disabilitas dan kekuatan Untuk mengetahui nilai disabilitas

otot pada nyeri punggung bawah dan kekuatan otot setelah pemberian

miogenik karyawan dan pasien gluteus activation exercise, maka

RSU Bunda Jakarta. dilakukan uji statistik menggunakan

Ha : Ada perbedaan efek antara Core Wilcoxon test. dengan pengujian

stability exercise dan Gluteus Hipotesis Ho diterima bila nilai p> nilai

exercise terhadap α (0,05) dan Ho ditolak bila nilai p<

activation

disabilitas dan kekuatan otot pada nilai α (0,05). Adapun hipotesis yang

nyeri punggung bawah miogenik ditegakkan adalah:

karyawan dan pasien RSU Bunda Ho : Tidak ada efek Gluteus activation

Jakarta.

Berdasarkan hasil uji Mann Disabilitas dan kekuatan otot

Whitney U test pada kelompok nyeri punggung bawah miogenik

perlakuan I dan II didapatkan hipotesis karyawan dan pasien RSU

III, pada tabel 3 didapatkan nilai MODI Bunda Jakarta.

p=0,614 dan nilai Ha : Ada efek gluteus activation

dengan

Sphygmomanometer p= 0,564 di mana exercise terhadap disabilitas dan

p< 0,05, hal ini berarti Ho diterima, kekuatan otot pada nyeri

sehingga dapat disimpulkan bahwa punggung

Tidak ada perbedaan efek antara core karyawan dan pasien RSU

bawah

miogenik

stability exercise dan gluteus acivation Bunda Jakarta.

exercise terhadap disabilitas dan Berdasarkan hasil uji Wilcoxon

kekuatan otot pada nyeri punggung test pada kelompok perlakuan II

bawah miogenik karyawan dan pasien

RSU Bunda Jakarta dengan p-value = Kibler et al. (2006). The Role Of Core Stability 0,614 dan 0,564.

in Athletic Function. Sport Medicine: 36 (3): 189-198.

Kesimpulan

Meliala, L dan Pinzon, R. (2004). Patofisiologi Berdasarkan

dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang pembahasan diatas, maka dapat diambil

Bawah. Dalam: Meliala L, Rusdi I, Gofir simpulan sebagai berikut:

A, editor. Pain Symposium: Towards

1. Ada efek Core stability exercise terhadap

Based Treatment, disabilitas dan kekuatan otot pada nyeri

Mechanim